BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul - Alcohol and Drug Rehabilitation Centre (Healing Architecture)

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul

  Judul proyek yang diusulkan pada proposal ini adalah “Alcohol and Drug

  Rehabilitation Centre

  ”. Untuk memudahkan dalam memahami judul yang diajukan, maka akan diuraikan masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.

  2.1.1 Pengertian Alcohol Alcohol is drink such as beer, wine, etc. that can make people drunk (Oxford Advanced Learners Dictionary).

  Alcohol atau alkohol (Indonesia) merupakan minuman mengandung etanol

  etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Senyawa- senyawa yang terkandung dalam alkohol dapat menyebabkan ketergantungan hingga kematian bila dikonsumsi secara berlebihan dan tidak menggunakan komposisi pencampuran yang tepat.

  2.1.2 Pengertian Drug Drug is an illegal substance that some people smoke, inject, etc. to give them pleasant or exciting feelings (Oxford Advanced Learners Dictionary).

  Drug (jamak : drugs) yang diartikan sebagai obat-obatan merupakan substansi yang

  dapat memberikan sensasi menyenangkan atau menggairahkan. Istilah ini sering dipakai oleh World Health Organization (WHO). Di Indonesia, obat-obatan direlevansikan dengan kata narkoba (narkotika, obat-obatan, dan bahan adiktif) atau NAPZA (Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya).

  2.1.3 Pengertian Rehabilitation Centre Rehabilitation is a place that used for helping somebody to have a normal,

useful life adain after they have been very ill or sick or in prison for a long time ( acc.

to Oxford Advanced Learners Dictionary).

  Rehabilitation atau rehabilitasi merupakan suatu pemulihan terhadap

  keadaan yang terdahulu. Sebagai istilah kesehatan, rehabilitasi berarti perbaikan anggota tubuh yang cacat atau mengalami gangguan supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat.

  Centre is a place or an area where a lot of businness or cultural activity takes

place (Oxford Advanced Learners Dictionary). Dalam bahasa Indonesia, centre

  diartikan sebagai pusat yang berarti pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan dari berbagai hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online).

  Maka, rehabilitation centre dapat diartikan sebagai pusat yang menjadi wadah bagi suatu upaya pemulihan kesehatan.

2.1.4 Pengertian Judul

  Sesuai dengan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka pengertian dari judul proyek “Alcohol and Drug Rehabilitation Centre” yaitu pusat yang menjadi wadah bagi upaya medis dan pemulihan bagi mereka para pelaku dan korban penyalahgunaan narkoba agar keadaan mereka dapat dipulihkan dan dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya serta menumbuhkan kembali produktivitas kerjanya.

2.2 Tinjauan Umum Proyek

2.2.1 Jenis – jenis Narkoba yang Sering Disalahgunakan

2.2.1.1 Narkotika Narkotika berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius.

  Sesuai dengan pengertian pasal 1 butir 1 UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika, maka narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis ataupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Supramono, 2004:159). Narkotika terdiri dari tiga golongan :

  1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : heroin, kokain, ganja.

  2. Golongan II : narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : morfin, petidin.

  3. Golongan III : narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan . Contoh : codein.

  Beberapa jenis narkotika yang sering disalahgunakan antara lain :

1. Heroin

  Heroin yang merupakan golongan opioida semi sintetik berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari tanaman Papaver yang dapat hidup di daerah sub tropis (Gambar 2.1). Heroin berasal dari wilayah Segitiga Emas (The Golden Triangle) yaitu : Myanmar, Thailand, dan Laos. Heroin bentuknya berupa bubuk seperti

  Gambar 2. 1 Heroin

  tepung. Di pasaran sering disebut dengan putaw, bedak

  Sumber : Google gambar putih, dan etep.

  Pemakaian heroin dilakukan dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar di atas kertas timah pembungkus rokok, dan atau menyuntikkan langsung pada pembuluh darah setelah bubuk heroin dilarutkan dalam air. Reaksi pemakaian heroin sangat cepat, menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan bila sudah pada taraf kecanduan akan membuat pemakai kehilangan percaya diri sehingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri dan merasa lingkungannya adalah musuh. (Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).

  Jika pengguna mengurangi atau menghentikan penggunaannya, maka akan terjadi gejala putus zat (withdrawal symptoms) dengan kerangka waktu yang seperti

Tabel 2.1 berikut ini :

  Tabel 2. 1 Simtom putus zat opioid dengan kerangka waktu Jarak waktu dari sunti kan Gejala Umum terakhir

  6-12 Am  mata dan hidung berair  berkeringat 12-24 jam  agitasi dan iritabel  goosebumps  berkeringat, perasaan panas dan dingin  kehilangan nafsu makan Lebih dari 24 jam  keinginan kuat untuk menggunakan heroin

  (craving)  kram perut, diare  kehilangan nafsu makan, mual, muntah  nyeri punggung, nyeri persendian, tangan atau kaki, sakit kepala  sulit tidur  letargi, fatigue  tidak dapat istirahat, iritabel, agitasi  sulit konsentrasi  perasaan panas dan dingin, keringat meningkat Hari ke 2 sampai 4  semua gejala mencapai puncaknya Hari ke 5 sampai 7

   kebanyakan gejala fisik mulai berkurang  nafsu makan mulai kembali Minggu ke 2  gangguan fisik mulai menghilang. Dapat muncul keluhan lain seperti idak dapat tidur, rasa lelah, iritabel, craving Beberapa minggu sam pai

   kembali ke pola tidur, level aktivitas dan beberapa bulan mood normal. Meningkat nya kesehatan secara umum dan penurunan craving Sumber : KMK RI Nomor 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAP ZA.

  Penggunaan heroin menjadi salah satu media penyebaran HIV/AIDS, hepatitis C, dan hepatitis B, karena penggunaannya dengan cara penyuntikan dapat menyebarkan virus penyakit tersebut lewat darah.

2. Kokain

  Kokain adalah senyawa sintetis yang memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman ini biasanya dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan (Gambar 2.2).

  Saat ini kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. ( Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan mudah larut dalam air. Kokain ini biasa dikenal

Gambar 2.2 Kok ain

  dengan nama koka, coke, happy dust, chalie,

  Sumber : Google gambar srepet, snow/ salju. Penggunaannya dengan cara

  Sumber : Google

  dihirup atu dibakar bersama tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup mengakibatkan kering dan luka pada lubang hidung bagian dalam.

  Efek pemakaian kokain adalah euforia, bertambahnya rasa kepercayaan diri, berkurangnya keinginan untuk tidur, dan meningkatnya nafsu makan. Pada penggunaan kronis dapat mengakibatkan insomnia, depresi, agresif, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan, kedutan otot, ansietas, halusinasi, mpotensi, peningkatan denyut nadi dan refleks. Gejala putus zat kokain terjadi setelah beberapa hari penggunaan, antara lain mood disforia (kesedihan mirip depresi) dan paling sedikit mencakup dua dari gejala berikut : fatigue, insomnia, agitasi psiomotor atau retardasi, craving, peningkatan nafsu makan, dan mimpi buruk serta mencapai puncaknya dalam dua sampai empat hari (KMK RI Nomor 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan ). Penggunaan NAPZA

  3. Candu (opium)

  Candu didapat dari getah tanaman Papaver Somniferum didapat menyadap (menggores) buah yang hampir masak, getah yang keluar berwarna putih dan

  Gambar 2. 3

  dinamai Lates ” ( ). Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menyerupai aspal lunak dan dinamakan candu mentah atau candu kasar (H, Sasangka : 2003).

  Penggunaan candu secara klinik antara lain sebagai analgetika pada penderita kanker, eudema paru akut, batuk, diare, premedikasi anastesia, dan mengurangi rasa cemas. Penggunaan candu seperti yang terurai di atas adalah khasiat candu pada

Gambar 2.3 Candu

  umumnya, sebenarnya khasiat candu secara lebih

  Sumber : Google gambar spesifik adalah akibat alkoloida yang dikandungnya.

  Putus obat dari candu dapat menimbulkan gejala seperti gugup, cemas , gelisah, pupil mengecil, sering menguap, mata dan hidung berair, badan panas dingin dan berkeringat, pernafasan bertambah kencang dan tekanan darah meningkat, diare, dan lain-lain.

  4. Ganja/ Kanabis

  (Gambar 2.4) (Cannabis sativa syn. Cannabis

  indica) dengan nama lain mariyuana, grass, hash, herb,

  adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya,

  tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang

  dapat membuat pemakainya mengalami euphoria (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Gambar 2.4 Ganja

  Penggunaannya adalah dengan cara dirokok

  Sumber : Google gambar

  dengan atau tanpa tembakau, dengan pipa, atau digunakan dalam campuran dengan zat lainnya. Penggunaan dengan cara dirokok akan memberikan risiko kanker paru, namun tidak menyebabkan overdosis yang fatal. Dampak penggunaannya yaitu kesulitan mengingat sesuatu, sulit konsentras i, mengantuk, ansietas, paranoia, persepsi atas waktu menjadi kacau, dengan disertai kemerahan pada mata, tremor, nausea,sakit kepala, gangguan pernafasan dan nafsu makan meningkat. Gejala putus zat ditandai dengan kondisi ansietas, tidak dapat beristirahat dan mudah tersinggung, anoreksia, tidur terganggu dan sering mengalami mimpi buruk, gangguan gastrointestinal, berkeringat pada malam hari, dan tremor (KMK RI Nomor 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA).

5. Morfin (Morphine) Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani.

  Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium (Gambar 2.5). Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Residen morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.

  Pada pemakaian yang teratur, morfin dengan cepat akan menimbulkan toleransi dan ketergantungan yang cepat. Morfin bekerja pada reseptor opiate yang sebagian besar terdapat pada susunan saraf pusat dan perut. Dalam dosis lebih tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan

2.5 Morfin

  ureter. Morfin menekan pusat pernafasan yang

  Sumber : Google gambar

  terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat yang dapat menyebabkan kematian. Sifat morfin yang lainnya adalah dapat menimbulkan kejang abdominal, mata merah, dan gatal terutama di sekitar hidung yang disebabkan terlepasnya histamin dalam sirkulasi darah, dan konstipasi. Pemakai morfin akan merasa mulutnya kering, seluruh tubuh hangat, anggota badan terasa berat, euphoria, dan lain-lain.

6. Codein

  Menurut Undang – Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, codein merupakan narkotika golongan III. Codein termasuk garam / turunan dari candu (Gambar 2.6) Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan untuk menimbulkan ketergantungan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih dan cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan. Secara klinis codein dipergunakan sebagai obat analgetik, ± 6 kali lebih lemah dari morfin.

  Efek samping dan resiko adiksinya lebih ringan sehingga sering digunakan sebagai obat batuk dan obat anti nyeri yang diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal (S, Joewana : 1989).

Gambar 2.6 Codein Sumber : Google gambar

2.2.1.2 Psikotropika

  Menurut UU RI No 5/1997, Psikotropika adalah zat atau obat , baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari empat golongan :

  1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengalami sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi

  2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital

  3. Golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

  digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

  4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

  digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).

  United Nation Conference for Adoption of Protocol on Psychotropic Substance menyebutkan batasan-batasan psikotropika sebagai bahan yang dapat

  menyebabkan ketergantungan, depresi, dan stimulansia, halusinasi, dan gangguan motorik atau persepsi. Berdasarkan batasan itu, psikotropika digolongkan atas stimulansia, depresiva, dan halusinogen.

  1. Stimulansia

  Zat yang tergolong stimulansia adalah amfetamin (amphetamine). Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang disintesa tahun 1887 dan mulai dipasarkan tahun 1932 sebagai dekongestan. Nama jalanannya adalah speed, meth

  crystal, uppers, whizz, dan sulphate. Bentuknaya berupa bubuk berwarna putih keabuan.

  Amfetamin terdiri atas dua jenis yaitu :

  A. MDMA (Methylene-dioxy-methamphetamine) MDMA dikenal dengan nama ecstacy (ekstasi). Efek yang ditimbulkannya yaitu mulut kering, jantung berdetal kebih cepat, berkeringat, mata kabur, demam tinggi, ketakutan, sulit berkonsentrasi, dan otot nyeri.

  B. Metamfetamin Digunakan dalam bentuk pil untuk ditelan dan kristal untuk dibakar denagn kertas aluminium foil dan tabung kaca khusus (bong). Metemretamin mempengaruhi otak dan mnimbulkan rasa nikmat, meningkatkan energi dan mood. Kecanduan terjadi dengan cepat sehingga peningkatan dosis pun berlangsung cepat. Efek psikologis yang ditimbulkan mirip dengan penggunaan kokain, tapi berlangsung lebih lama. C. Shabu Shabu merupakan turunan metamfetamin dengan sifat stimulansia yang ebih kuat. Bentuknya berupa kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air dan alkohol dengan rasa yang menyengat. Shabu dipakai untuk mendapatkan efeknya antara lain : peningkatan semangat, kewaspadaan, daya konsenrasi, euphoria, dan menguranagi nafsu makan. Penggunaan shabu dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan serius pada kejiwaan dan mental, kerusakan saraf, kehilangan berat badan, radang hati, dan peningkatan tekanan darah.

  2. Depresiva

  Depresiva merupakan obat-obatan yang dipergunakan untuk menenangkan saraf dan memudahkan seseorang untuk tidur. Depresiva dapat menimbulkan keergantungan fisik maupun psikis dan umumnya timbul setelah dua minggu penggunaan terus menerus. Salah satu contoh depresiva yaitu benzodiazepin.

  Benzodiazepin biasa disebut dengan pil koplo. Yang sering disalahgunakan

  adalah lexotan (lexo), BK, rohypnol, dumolit, mogadon. Semuanya bersifat sedatif, ansiolitik, dan anti konvulsan. Gejala umum ketergantungan adalah gangguan kordinasi tubuh, mengantuk, fatigue, penurunan fungsi kognisi dan memori, kebingungan, lemah otot, depresi, bicara tidak jelas (cadel), euforia, tumpulnya emosi, sakit kepala, dan pandangan kabur.

  Gejala putus zat umumnya mencakup insomnia, ansietas, iritabel, tidak dapat beristirahat, agitasi, tremor, depresi, dan dizzines. Kadang-kadang putus zat dapat menimbulkan kejang dan delirium.

  3. Halusinogen

  Halusinogen merupakan senyawa sintetik yang dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang serta menimbulkan halusinasi. Contoh zat tergolong halusinogen antara lain :

  A. Lysergic Acid Diethylamide (LSD) Bentuknya dapat berupa cair dan pil, tak berbau dan tak berwarna dan dibuat oleh laboratorium gelap. Biasanya digunakan dalam dosis kecil, tapi efek halusinogennya sangat kuat dan bertahan dua hingga dua belas jam. Dampaknya adalah terganggunya kemampuan mengambil keputusan, distorsi persepsi visual, dan halusinasi. Penderita juga mengalami kondisi bad trip, yaitu timbulnya reaksi panik, paranoia, ansietas, hilangnya kendali, kekacauan, dan psikosis yang dapat membuat penderita melukai diinya sendiri. Penghentian zat ini bertahun-tahun pun dapat menimbulkan efek halusinasi tanpa tanda-tanda yang mendahuluinya.

  B. Phencyclidine (PCP) Di jalanan, zat ini dikenal dengan nama angel dust, supergrass, killer weed,

  rocket fuel, kristal, dan embalming fluid. Penggunaannya dengan cara dirokok . PCP

  sering dipakai menggantikan LSD, mescaline, THC, dan kokain. Bentuknay dapat berupa kristal berwarna putih mudah larut di dalam air dan likuid. PCP membuat seseorang mengalami psikosis seperti skizofrenia dengan tanda merasa diri kuat, tak peka, sangat percaya diri. Efek psikosos ini dapat membuat penggunanya melukai diri sendiri dan orang lain.

2.2.1.3 Zat Adiktif

  Zat yang tergolong dalam zat adiktif anatra lain :

1. Minuman Alkohol

  Minuman alkohol merupakan mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari

  • – hari dalam kebudayaan tertentu. Ada 3 golongan minuman beralkohol yaitu golongan A (kadar etanol 1
  • – 5 % seperti bir), golongan B (kadar etan>– 20 %, contohnya berbagai minuman anggur ), dan golongan C (kadar etanol 20
  • – 45 % seperti whisky, vodca, manson house, johny walker ) Alkohol memproduksi efek ganda pada tubuh, yaitu efek depresan yang berlangsung singkat dan efek agitasi pada susunan saraf pusat yang berlangsung enam kali lebih lama dari efek depresannya. Penggunaan alkohol yang menyebabkan ketergantungan disebut alkoholisme dengan empat gambaran utama yaitu : craving (keinginan kuat untuk minum kehilangan kendali diri ), tak mampu menghentikan kebiasaan minum ketergantungan fisik, simtom putus alkohol seperti nausea, bekeringat, atau gemetar setelah berhenti minum, dan toleran (kebutuhan untuk meningkatkan jumlah minum untuk mendapatkan efek high).
Gejala putus zat alkohol biasa terjadi pada 6-24 jam sesudah konsumsi alkohol yang terakhir dengan tanda-tanda sebagai berikut : A. Putus zat ringan : tremor, khawatir dan agitasi, berkeringat, mual dan muntah, sakit kepala, takikardia, hipertensi, gangguan tidur, dan suhu tubuh meningkat

  B. Putus zat berat : muntah, agitasi berat, disorientasi, kebingungan, paranoia, hiperventilasi, dan delirium tremens

2. Inhalan Inhalan merupakan zat kimiawi yang mudah menguap dan berefek psikoaktif.

  Inhalan digolongkan atas empat kategori :

  A. Volatile solvents Zat kimia mudah menguap ini ada dalam bran industri atau rumah tangga seperti cat (thinner), larutan pembersih cat kuku, degreasers, cairan untuk

  drycleaning, gas, lem

  B. Aerosol Contohnya pada aerosol rumah tangga dan alat penyemprot lainnya seperti semprotan tata rambut, deodoran, pelapis barang rumah tangga, pembersih komputer.

  C. Gas Yang termasuk di dalamnya yaitu gas pemantik api, propane tanks, whipping

  cream aerosol, gas medik anestesi seperti ether, chloroform, halothane, dan nitrous oxide.

  D. Nitrit Nitrit organik yang mudah menguap termasuk cyclohexyl, butyl, dan amyl

  nitrites, biasa disebut poppers. Amyl nitrite digunakan dalam prosedur-

  prodesur pemeriksaan medik. Nitrit volatil biasanya dijual dalam botol gelas berwarna coklat gelap dan diberi label video head cleaner, room odorize,

  leather cleaner atau liquid aroma

  Gejala putus zat biasanya terjadi pada 24-48 jam sesudah penggunaan terakhir yang ditandai oleh terjadinya tremor, mudah tersinggung dan depresi, mual,

  diaforesis, dan ilusi hilang dengan cepat.

3. Tembakau

  Tembakau digunakan dalam bentuk rokok, cerutu, tembakau kunyah, dan susur. Zat yang berbahaya yang dikandungnya adalah nikotin, karbon monoksida, dan hidrogen sianida yang diserap tubuh melalui paru. Niotin merupakan zat adiktif dalam tembakau dan efek toksiknya digunakan juga sebagai insektisida.

  Tembakau bersifat stimulan dan depresan. Perokok ketergantungan akan mengalami masa yang tidak nyaman ketika ia mulai berhenti merokok, seperti , tidak bisa berkonsentrasi, nafsu makan yang kompulsif, gelisah, ansietas, sulit tidur, berkeringat, debar jantung, dan tekanna darah menurun, sakit kepala dan sensitif. Simtom fisik putud nikotin ini terjadi selama satu sampai tiga minggu.

  Masalah medik terkait penggunaan tembakau dengan cara dirokok dalam jangka panjang adalah gangguan pada sistem pernapasan, jantung, dan pembluh darah, kanker, sistem digestif, gangguan makan, dan reaksi alergi. Penggunaan tembakau tanpa dirokok dapat menyebabkan lesi mulut dan kanker.

2.2.2 Proses terjadinya Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba

  Adapun proses terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba terjadi secara bertahap yang ditunjukkan oleh gambar 2.7 di bawah ini.

Gambar 2.7 Proses Terjadinya Penyalahgunaan dan Ket ergantungan Narkoba Sumber : Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ket ergantungan NAP ZA

  Tahapan proses tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Abstinence merupakan keadaan bebas dari narkba dalam kurun waktu tertentu

  2. Eksperimental adalah penggunaan narkoba yang bersifat coba-coba, tanpa motivasi teretentu, dan hanya didorong oleh perasaan ingin tahu. Frekuensi penggunaannya hanya beberapa kali dalam sebulan

  3. Penyalahgunaan adalah penggunaan narkoba yang bersifat patologis, dipakai secara rutin, terjadi penyimpangan perilaku disertai dengan gangguan fisik.

  4. Ketergantungan merupakan penggunaan narkoba yang cukup berat, disertai dengan ketergantungan fisik dan psikologik yang ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma ptus obat

  5. Relapse yaitu kondisi di mana seseorang kembali menggunakan narkoba setelah berhenti menggunakannya dalam beberapa waktu.

2.2.3 Dampak Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba

  Penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba memiliki dampak fisik, psikis, dan sosial antara lain :

  1. Dampak fisik Yang tergolong dalam dampak fisik antara lain :

  A. Gangguan pada sistem saraf (neuron) : kejang, halusinasi, kerusakan saraf tepi, gangguan kesadaran B. Gangguan pada sistem kardiovaskuler : ganggua peredaran darah dan infeksi akut otot C. Gangguam dermatologis : alergi, eksim, abses

  D. Gangguan pulmoner : kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

  E. Peningkatan suhu tubuh, sakitkepala, mual dan muntah, sulit tidur

  F. Gangguan fungsi dan kesehatan reproduksi

  G. Penularan penyakit hepatitis dan AIDS

  H. Overdosis hingga menyebabkan kematian

  2. Dampak Psikis Beberapa dampak psikis akibat penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba antara lain :

  A. Lamban bergerak, ceroboh, tegang, dan gelisah

  B. Bersikap apatis, berhalusinasi, hilang kepercayaan diri, sering mengkhayal

  C. Agitatif, terkadang betingkah ganas dan brutal

  D. Sulit berkonsentrasi, merasa tertekan dan kesal

  E. Tidak menyayangi diri sendiri dan merasa tidak aman hingga ingin bunuh diri

  3. Dampak Sosial Penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba juag memiliki dampak sosial yang buruk seperti :

  A. Anti sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

  B. Merepotkan orang-orang di sekitarnya

  C. Pendidikan dan pekerjaan terganggu

2.2.4 Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

  Penyalahgunaan narkkoba dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut :

  1. Pencegahan primer, dilakukan kepada mereka yang berisiko menyalahgunakan narkoba, dimulai dari anak usia dini. Kegiatan yang dapat dilakukan berupa :

  A. Penyuluhan dan pendidikan mengenai narkoba dan bahaya penyalahgunaannya B. Publikasi melalui berbagai jenis media mengenai bahaya narkoba

  2. Pencegahan sekunder, dilakukan pada mereka yang dalam tahap coba-coba serta kepada individu/kelompok yang berpotensi menyalahgunakan narkoba.

  Keguatannya dapat berupa deteksi dini pada anak dan konseling

  3. Pencegahan tersier, ditujukan kepada mereka yang sedang atau pernah menggunakan narkoba untuk mencegah relapse. Kegiatannya dapat berupa konseling pada individu dan keluarganya serta penyediaan lingkunga yang kondusif bagi pengguna

2.2.5 Terapi dan Rehabilitasi Narkoba

  Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No 421/Menkes/SK/III?2010 tentang Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan NAPZA, terapi merupakan suatu psroses pemulihan dengan memberikan intervensi secara fisik, psikologis, maupun sosial kepada klien gangguan penggunaan NAPZA. Kemudian, rehabilitasi merupakan suatu proses pemulihan klien dengan gangguan penggunaan NAPZA baik dalam jangjka waktu pendek maupun jangka waktu panjang yang bertujuan mengubah perilaku untuk mengembalikan individu tersebut di masyarakat.

  Rehabilitasi ini terdiri atas dua yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis merupakan proses kegiatan pengobatan terpadu untuk membebaskan pecandu dari pengaruh narkotika (Permenkes RI Nomor 2415/Menkes/PER/XII/2011), sedangkan rehabilitasi sosial merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan yang memungkinkan seseorang dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar di dalam masyarakat (Permensos RI Nomor 26 Tahun 2012). Oleh karena itu, di dalam suatu rehabilitasi terdapat pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang di dalmnya terdapat berbagai macam terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu penyalahguna, sebab setiap penyalahguna membutuhkan metode terapi yang berbeda-beda tergantung masalah yang dialaminya.

  National Institute on Drug Abuse (NIDA) pada tahun 1999 mempublikasikan

  sebuah buku berjudul Principles of Drug Addiction Treatment tentang terapi efektif berdasarkan penelitian di lapangan yang terdiri atas tiga belas prinsip yaitu :

  1. Ketergantungan merupajkan suatu penyakit kompleks namun dapat ditangani yang menyerang fungsi otak dan perilaku

  2. Tidak ada satu bentuk terapi yang sesuai untuk semua

  3. Kebutuhan terapi harus siap dan tersedia ketika diperlukan

  4. Terapi yang efektif mengakomodasi kebutuhan yang beragam, tidak hanya untuk masalah penyalahgunaan narkoba

  5. Berada dalam progaram terapi untuk periode waktu yang adekuat merupakan hal yang sangat penting untuk perubahan perilaku yang signifikan

  6. Terapi perilaku, termasuk konseling pribadi, grup, maupun keluarga merupakan bentuk penanganan penyalahgunaan narkoba yang paling umum

  7. Medikasi adalah elemen yang penting bagi banyak klien, khusunya bilamana dikombinasikan dengan terapi perilaku

  8. Rencana terapi dan layanan lain harus dikaji secara kontinu dan dimodifikasi bila diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perubahan pada pasien

  9. Banyak individu dengan ketergantungan narkoba memiliki masalah kelainan mental

  10. Detoksifikasi hanya merupakan langkah awal dari penanganan dan hanya memberikan sedikit perubahan terkait penyalahgunaan jangka panjang

  11. Penanganan yang efektif tidak harus dilakukan secara sukarela

  12. Kemungkinan menggunakan narkoba selama masa penanganan harus diawasi secara kontinu

  13. Program penanganan harus menyediakan kajian dan konseling untuk HIV/AIDS serta penyakit menular lainnya utnuk membantu pasien mengubah perilakunya

2.2.5.1 Beberapa Model Terapi dan Pendekatan

  Berikut adalah beberapa model yang umum digunakan untuk penanganan masalah penyalahgunaan narkoba ini, antara lain :

  1. Therapeutic Community (TC) Metode ini merujuk pada keyakinan bahwa gangguan penggunaan narkoba merupakan gangguan secara menyeluruh. Di dalamnya norma-norma perilaku diterapkan secara nyata dan ketat yang diyakinkan dan diperketat dengan pemberian reward dan punishment. Pendekatan yang dilakukan meliputi terapi individual dan kelompok, sesi grup, lingkungan terapeutik dengan peran yang disertai hirarki dengan keistimewaan dan tanggung jawab. Pendekatan lainnya berupa tutorial, pendidikan formal, dan melakukan pekerjaan rumah sehari-hari.

  Model ini biasanya merupakan model rawat inap dengan periode dua belas hingga delapan belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek.

  2. Model Medik Model ini berbasis biologis dan genetis maupun fisiologis sebagaiapenyebab adiksi sehingga membutuhkan pertolongan dokter. Model ini berbasis rumah sakit dengan program rawat inap

  3. Model Minnesota Model ini difokuskan pada bebas narkoba atau abstinen, menggunakan program spesifik yang berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap dengan lanjuatan aftercare, termasuk program self help group (Alcohol Anonymous

  atau Narcotic Anonymous) dan layanan lainnya yang diperlukan. Fase perawatan

  inap termasuk terapi kelompok, terapi keluaraga,pendidikan adiksi, pemulihan dan program 12 langkah (Twelve Steps).

  4. Model Eklektik Model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalam program rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melaui penerapan program Dua Belas

  Langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan pendekatan perilaku sesuai jumlah dan variasi masalah yang terjadi.

  5. Model Multi-disiplin Model ini merupakan program dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan menggunakan komponen disiplin yang terkait termasuk reintegrasi dan kolarosi dengan keluarga dan pasien.

  6. Model Tradisional Program bersifat jangka pendek yang disertai program aftercare atau tidak sama sekali. Komponen dasar terdiri dari medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal, contohnya pondok pesantren, pengobatan tradisional atau herbal.

  7. Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak menggunakan farmakoterapi

2.2.5.2 Fungsi Inti Layanan Terapi dan Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

  Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA, di dalam suatu layanan terapi dan rehabilitasi terdapat urutan tahapan awal pelayanan sebelum pasien memasuki tahapan rehabilitasi, yaitu :

  1. Screening Screening merupakan proses untuk menentukanapakah calon pasien dapat menerima layanan atau mengikuti model terapi yang tersedia. Kegiatannya meliputi :

  A. wawancara singkat dengan calon pasien

  B. screening biologis (tes darah, tes urin, tes fungsi hati, dan tes trigliserid)

  2. Intake, yaitu proses administrasi dan asesmen awal untuk masuk ke dalam program

  3. Orientasi, yaitu memberikan gambaran tentang layanan program dan berbagai terapi di dalamnya, berbagai macam aturan yang harus diikuti dan hal-hal yang menjadi hak pasien di dalmnya

  4. Assesment, yaitu wawancara/ konseling yang dilakukan oleh konselor untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, serta masalah yang dimiliki oleh pasien dan rencana kebutuhan terapi untuk pasien secara individu

  5. Rencana Pengobatan, yaitu proses yang dilakukan oleh konselor atau profesi lain bersama pasien untuk mengidentifikasi dan mengurutkan masalah dan solusi yang diperlukan untuk membuat persetujauan segera untuk sasaran program jangka pendek dan jangka panjang, menetapkan proses pengobatan/penanganan dan sumber daya yang dibutuhkan

  6. Konseling (individual,kelompok, dan orang lain yang bermakna bagi pasien) yang bertujuan membantu pasien dan keluarga mencapai tujuan pengobatan melalui eksplorasi masalh dan pengaruhnya terhadap pasien, menilai sikap dan perasaan pasien, mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah dan membuat keputusan

  7. Rujukan,yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien yang tidak dapt diperoleh dari konselor/terapis atau tempat layanan serta membantu pasien untuk menggunakan layanan dukungan dan sumber daya lain yang tersedia di masyarakat

2.2.5.3 Komponen Program Terapi dan Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

  Tidak ada pengobatan atau penangan yang lengkap tanpa memperhatikan kebutuhan lain pasien yang juga penting. Ada dua belas layanan yang harus tersedia data tergabung sebagai komponen dalam pusat layanan ini yaitu :

  1. Medik/klinis, menyediakan layanan medis/psikiatris secara profesional pada tempat dan pada saat diperlukan seta mampu menentukan baik kondisi fisik mauun psikologis pasien

  2. Nutrisi/gizi, merencanakan dan menyediakan diet yang dibutuhkan pasien

  3. Pemeriksaan dan konseling penyakit menular

  4. Spiritual, menyediakan pendidikan agama dan mendorong pasien melakukan kegiatan ibadah menutrut kepercayaan mereka

  5. Layanan/terapi keluarga, dilakukan untuk mendorong pasien yang menolak masuk ke dalam program pengobatan dan juga memelihara dukungan kepada pasien dalam proses pemulihan

  6. Pencegahan kekambuhan, mengajarkan pasien untuk mengenai situasi dengan risiko tinggi dan faktor pencetus yang mungkin memnyebabkan penggunaan narkoba kembali, untuk mengembangkan strategi kemampuan menghadapi tekanan dari luardan belajar untuk mengelola situasi relapse

  7. Aftercare, merupakan suatu lanjutan dari layanan perawatan seperti dukungan kepada kelompok pemulihan, konseling, latihan keterampilan hidup, penempatan kerja, rujukan, dan layanan lain sesuai kebutuhan pasien

  8. Konseling, yaitu hubungan terapeutik antara pasien yang membutuhkan bantuan dengan konselor yang dapat menyediakan pertolongan dan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupu keluarga

  9. Bantuan hukum, bertugas untuk membantu pasien dalam kebutuhan atau masalah yang berkaitan dengan aspek legal

  10. Terapi vokasional, mengajarkan pasien untuk mampu bersosialisasi dan keterampilan bekerja untuk pasien sesuai dengan ,minat dan kompetensi mereka

  11. Latihan keterampilan hidup, untuk mengembangkan keterampilan sosial untuk berkomunikasi lebih baik, meningkatkan harga dan kepercayaan diri dan menerapkan dasar-dasar kehidupan bersih/bebas dari narkoba

  12. Pendidikan dan informasi, utnuk melanjutkan pendidikan formal yang relevan dengan kemampuan pasien, meningkatkan pengetahuan tentang konsekuensi gaya hidup berisiko dan lain-lain.

2.2.5.4 Tahapan Pengobatan dan Hasil yang Diharapkan

  Dalam pelayanan rehabilitasi, program dibangun untuk jangka panjang dengan tahapan-tahapan yang merupakan satu rangkaian pengobatan yang panjang. Dalam mengejar pemulihan, pasien dituntun untuk memiliki kemajuan secara berurutan dari satu tahapan ke tahapan lain seperti dari tahap detoksifikasi ke fase rehabilitasi primary, lalu ke tahap secondary, kemudian ke tahap aftercare dan tahap follow up (lanjutan). Semua tahapan akan dilalui sesuai dengan kemajuan yang dialami pasien. Kemajuan pasien dapat dilihat dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada pasien dalam beberapa periode selama masa pengobatan.

  Secara garis besar, tahapan tersebut terbagi atas tiga urutan tahapan yaitu :

  1. Tahap Pra pengobatan

  2. Tahap Primary Care

  3. Tahap After Care (setelah 3-6 bulan) Tahap pra pengobatan berlangsung selama 1-3 minggu. Tahap ini dijelaskan dalam tabel 2.2 berikut :

  

Tabel 2. 2 Tahap pra pengobat an

Tahap Akti vita s Hasil yang diharapkan

Identifikasi- Konseling individu dan pasien untuk

   Memotivasi intervensi kri si s keluarga mendapatkan pengobat an

   Menciptakan kesadarn tentang masalah yag dihadapi pasien

  Penerimaan Pendaftaran Screening (pemeriksaaan tubuh, wawancara, tes)

   Memperoleh informasi tentang pasien, keluarga, dan riwayat penggunaan narkoba Orientasi Program Tur fasilitas layanan, pengenalan singkat perat uran dan tata tertib layanan Diskusi dengan pasien dan keluarga

   Pemahaman aturan dan tata tertib dalam fasilitas layanan  Persiapan psikologis pasien untuk pengobatan  Membangun hubungan dengan penanggung jawab  Merencanakan pengobatan

  Detoksi fika si Isolasi dalam ruang pengobatan/ perawatan

   Penatalaksanaan gejala putus zat Penatalaksanaan komorbidita s

  Melakukan kajian dan pemeriksaan secara medis  Stabilisasi  Layanan kesehatan untuk penyakit lainnya

  Evaluasi Kajian ulang adan tinjauna untuk pengobat an lanjut ataurencana pengobatan baru

   Membantu k emajuan dan kemampuan pasien secara menyeluruh Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420/Menkes/SK/III/2010 tent ang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilit asi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAP ZA

  Tahap primary care merupakan perawatan primer selama 12-14 bulan yang dijelaskan oleh tabel 2.3 berikut :

  Tabel 2. 3 Tahapan Primer Tahapan Akti vita s Hasil yang diharapkan

  Sesi Terapeutik Konseling individu, s esi kelompok, sesi keluarga

   Kegiatan lanjutan dalam pemulihan  Membangun ikatan dengan recovering addict yang senior

  Rekreasional Permainan outing Meningkatkan kes ehat an dan mempererat ikatan dalam program

  Pendidikan Seminar, speak ing,dan work shop

  Mengikutsertakan diri dalam kegiatan publik dana aktivitas umum Spiritual

  Seminar, diskusi, latihan dan penerapan Menerima adanya kekuatan tertinggi dan memahami keberadaan Tuhan

  Perawatan kesehatan Assesment/pemeriksaaan dan pengobatan Seminar kesehat n

  Menjaga kesehatan fisik dan mental Pemahaman diri

  Membentuk hubungan/berbagi/ diskusi Memperkuat keyakinan dan mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut selama ini

  Kelompok Dukungan ( Support group ) Pertemuan Alcohol Anonymous dan Narcotic Anonymous

  Bersiap-siap untuk masuk program re-entry Mengembangkan keterampilan sosial

  Vokasional Latihan Kerja/Job Training, Wawanc ara kerja Pengelolaan waktu dan keuangan Program latihan kerja

  Penempatan di tempat bekerja Pencegahan kekambuhan

  Seminar, Work shop, Diskusi Mengenali pola kambuh dan pencetus kekambuhan Mengembangkan kemampuan menghadapi masalah, mengelola relapse/ kambuh

  Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420/Menkes/SK/III/2010 tent ang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilit asi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan

NAP ZA

  Tahapan terakhir yaitu aftercare berlangsung selama 3-6 bulan dan menjadi tahap di mana pasien mendapat bimbingan untuk tidak relapse dengan keterangan yang ditunjukkan oleh tabel 2.4 berikut :

  Tabel 2. 4 Tahapan Aftercare Tahapan Akti vita s Hasil yang diharapkan

  Pertemuan support group twelve steps

  

Konseling berkelanjutan,

dukungan kelompok dalam

proses pemulihan Menguatkan kestabilan

  Meningkatkan proses pemulihan secara keseluruhan Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420/Menkes/SK/III/2010 tent ang

  Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilit asi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAP ZA

  Salah satu model rehabilitasi jangka panjang yang umum digunakan adalah model Therapeutic Community. TC dapat digambarkan sebagai model yang sesuai dengan pasien yang membutuhkan lingkungan yang mendukung dan mempertahankan kondisi bebas narkoba. TC memberikan konsep peran contoh

  (role model) di mana pasien yang berada di level lebih atas menjadi panutan bagi

  pasien pada level di bawahnya. Residen, sebutan untuk pasien peserta TC, harus mengikuti tahapan yang ada dalam program, yaitu :

1. Proses intake dan orientasi

  Proses ini berlangsung selama 2-4 minggu dengan kegiatan sebagai berikut:

  A. Wawancara awal

B. Informed consent

  C. Pemeriksaan fisik

  D. Pengisian formulir

  E. Orientasi program (walking paper)

  F. Pengenalan program dan fasilitas layanan

2. Primary stage (6-9 bulan)

  b. Kegiatan family support group

  c. Kegiatan kelompok

  d. Belum dapat dikunjungi atau dihubungi keluarga

  B. Middle member (anggota menengah, 4-6 bulan) Memiliki karakteristik sebagai berikut :

  a. Mulai bertanggung jawab atas sebagian operasonal fasilitas

  b. Sudah dapat berada di luar fasilitas rehabilitasi dengan pendamping

  c. Kegiatan kelompok dan family support group

  Memiliki karakteristik sebagai berikut :

  Tahapan ini memiliki waktu proses yang berbeda tergantung kondisi residen, yang terdiri dari tiga yaitu anggota termuda, menengah, dan lama A. Younger member (anggota termuda, 1-3 bulan),

  a. Aktif mengikuti program

  C. Older member (anggota lama, 6-8 bulan) Memiliki karakteristik sebagai berikut :

  a. Sudah bertanggung jawab penuh terhadap operasional fasilitas

  b. Sudah dapat dikunjungi oleh keluarga dalam periode waktu tertentu

3. Tahapan re-entry 3-6 bulan

  Seperti tahap primary, tahap re-entry pun memiliki tahap lagi di dalamnya, yaitu fase orientasi, A, B, dan C.