KETERAMPILAN MENGAJAR serta manajemen mengajar (1)

KETERAMPILAN MENGAJAR

A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif, mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara, demikian bunyi UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Proses pembelajaran terutama sains harus berupa untuk mendukung
ketercapain tujuan pendidikan nasional tersebut. Selain itu proses pembelajaran
sains harus ikut membangun kemampuan belajar dan potensi peserta didik (output
pendidikan), yang berpikir kreatif, membuat keputusan dan memecahkan masalah
yang diperlukan dalam menjamin kelangsungan hidupnya dan mencari pekerjaan
(Rutherford & Ahlgren, 1990). Oleh karena itu pendidikan sains, memegang
peranan penting dalam membantu peserta didik meningkatkan, kemampuan
literasi sains dan melek sains, serta memberikan kontribusi terhadap pembelajaran
sepanjang hayat. Pembelajaran sepanjang hayat tersebut harus mewujudkan:
1. Seorang
yang
memiliki

pengetahuan
yang
mendalam
2.
3.
4.
5.
6.

(a knowledgeable person with deep understanding)
Pemikir yang komplek (a complex thinker)
Seorang yang kreatif (a creative person)
Seorang investigator yang aktif (an active investigator)
Seorang komunikator yang efektif (an effective communicator)
Berpartisipasi dalam sebuah dunia yang saling mempengaruhi
(a participant in an interdependent world)

7. Pembelajar

yang


selalu

melakukan

refleksi

dan

penilain

diri

(a reflective and self-directed learner)
(Queensland School Curriculum Council, 1999)
Untuk mewujudkan keinginan-keinginan diatas diperlukan seorang guru
yang andal, bermutu dan profesioanal serta memiliki keterampilan mengajar yang
tinggi. Untuk melakukan tugas keprofesionalnya tesebut maka
guru membutuhkan keahlian. Keahlian itulah yang disebut
1


2
sebagai keterampilan mengajar. Tanpa keterampilan mengajar,
ilmu yang banyak, alat, media dan bahan ajar yang lengkap,
akan menjadi kurang berarti dalam proses pendidikan. Namun
sebaliknya, ilmu yang cukup, alat, media dan bahan ajar yang
sederhana

akan

sangat

berarti

dalam

menunjang

proses


pendidikan ditangan guru yang memiliki keterampilan mengajar
yang baik. Namun pada Kenyataan yang dihadapi di lapangan mengenai
proses pembelajaran sains tidak sesuai dengan harapan. Beberapa guru belum
memenuhi standar minimal layak mengajar, yang berakibat pada keengganan
belajar siswa (Imam, 2011). Pembelajaran sains di kelas hanya menginformasikan
fakta yang terlepas yang terlepas dari pengalaman siswa (Rustaman, 2003).
Pembelajaran sains di sekolah lebih bersifat tradisional, guru berperan
sebagai penentu arah proses pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan penjelasan
guru dan mencatat penjelasan guru tanpa diberi kepercayaan untuk menemukan
sendiri tentang permasalahan-permasalahan belajar. Pembelajaran sains lebih
bersifat abstrak kurang sekali melakukan kegiatan eksperimen (Wulan 2003).
Pembelajaran sains di kelas juga tidak dikaitkan dengan situasi nyata dimana
peserta didik berada, tidak menuntut siswa untuk membuat hubungan antar
konsep yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di
dalam masyarakat. Salain itu prestasi sains Indonesia di tingkat internasionalpun
masih jauh dariapa yang diharapkan. Ini dapat dilihat dari laporan United Nation
Development Project (UNDP) yang diumumkan dalam Human Development
Index (HDI) bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 110 di antara berbagai
Negara di dunia, dan hasil yang diperoleh dari The Third International
Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-R) Indonesia menduduki

peringkat ke-32 dari 38 negara (Martin.,et al., 2000).
Hasil rata-rata sains hasil Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) tahun 2003, Indonesia berada pada urutan ke-36 dari 45
negara.
Sementara itu hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains yang
diselenggarakan oleh Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) melalui The Programme for International Student Asessment (PISA)

3
tahun 2001 prestasi literasi sains Indonesia untuk anak berusia 15 tahun berada
pada urutan ke-38 dari 41 negara, sedangkan PISA tahun 2003 Indonesia
menduduki urutan ke-38 dari 40 negara, PISA tahun 2006 prestasi literasi sains
Indonesia untuk anak usia 15 tahun berada pada urutan ke-50 dari 57 negara,
sedangkan hasil PISA tahun 2009 Indonesia menduduki urutan ke-57 dari 65
negara (OECD, 2007; OECD, 2010).
Masalah ini kemungkinan juga terkait dengan faktor kemampuan guru
sains. Menurut Trowbridge et al, (1973), menyatakan bahwa masyarakat
memahami sains berdasarkan pengalaman mereka ketika belajar di kelas.
Sementara apa yang disajikan dan dialami oleh siswa di dalam kelas itu hanya
berdasarkan pengalaman sains guru. Dengan demikian, keterampilan mengajar

guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hasil belajar
peserta didik, dan harus secara terus menerus diperhatikan dan dikembangkan
oleh pendidik.
B. PEMBAHASAN
Keterampilan Mengajar Secara Umum dalam Pengajaran Mikro dan
Jenis-Jenis Keterampilan Mengajar
Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan minimal yang harus
dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai pengajar, yaitu guru.
Keterampilan itulah yang sepintas dapat membedakan mana guru dan mana bukan
guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Keterampilan-keterampilan
tersebut adalah keterampilan yang melekat pada profesinya sebagai hasil dari
proses pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tertentu. Para
ahli dari Stanford University dan Sidney University mengidentifikasi sekitar 23
jenis keterampilan mengajar sebagai berikut (Sanjaya, 2007):
a.

Establishing set

b.


Establishing appropriate frame of reference

c.

Achieving closure

d.

Recognizing and obtaining attending behavior

4
e.

Providing feedback

f.

Employing rewards and punishment (reinforcement)

g.


Control of participation

h.

Redudancy and repetition

i.

Illustrating and use of example

j.

Asking questions (basic)

k.

The use of divergent questions

l.


The use of higher order questions

m.

The use of probing questions

n.

Student-initiated questions

o.

Completeness of communication

p.

Varying the stimulus situation

q.


Lecturing

r.

Pre-cue

s.

Classroom managements and discipline

t.

Guiding small group discussion

u.

Small group teaching and individualized instruction

v.


Guiding discovery learning and fostering creativity
Menurut Wragg (dalam Sanjaya, 2007), dari sejumlah keterampilan

tersebut dapat dijadikan 7 keterampilan dasar mengajar, yaitu:
a.

Keterampilan dasar bertanya (questioning)

b.

Keterampilan dasar memberikan penguatan (reinforcement)

c.

Keterampilan dasar variasi stimulus

d.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

e.

Keterampilan mengelola kelas

f.

Keterampilan menjelaskan

g.

Keterampilan menggunakan strategi
Pengetahuan dan praktek keterampilan mengajar yang disajikan kepada

mahasiswa calon guru, umumnya pada mata kuliah strategi belajar mengajar,

5
penilaian hasil belajar, perencanaan pembelajaran,

pengajaran mikro dan

simulasi. Secara ber- tahap diberikan pengetahuan dan praktek tentang
keterampilan mengajar dasar atau yang sederhana, dilanjutkan ke yang lebih
kompleks. Keterampilan mengajar dilatihkan melalui pengajaran mikro dan
simulasi, serta praktek pengalaman lapangan (PPL).
Pengajaran mikro bukan pengganti praktek di sekolah, tetapi merupakan
latihan pendahuluan atau tambahan pada pengalaman praktek di lapangan, tetapi
sebagai suatu pertemuan mengajar dalam bentuk diperkecil dengan tujuan
mengembangkan ke-terampilan-keterampilan yang sudah ada. Seseorang yang
sedang menjalani pengajaran mikro ( mahasiswa atau peserta pelatihan), mengajar
sekelompok kecil siswa selama 5 sampai 10 menit, direkam, dan selanjutnya
diamati dan dianalisis oleh mahasiswa/peser-ta dengan dosen/supevisornya.
Siklus pengajaran mikro terdiri dari urutan-urutan peren-canaan - mengajar pengamatan

- perencanaan kembali - mengajar lagi - pengamatan kembali.

Refleksi selalu dilakukan setelah mendiskusikan hasil pengamatan,sehingga hasil
refleksi dapat digunakan untuk menysun perencanaan selanjutnya sampai
memperoleh hasil yang memuaskan. Keterampilan dasar mengajar yang
dilatihkan, antara lain terdiri dari :
a. Membuka dan menutup pelajaran. Membuka pelajaran yaitu bagaimana cara
menarik perhatian siswa, memotivasi, memberi acuan, dan membuat kaitan,
sedangkan menutup pelajaran, yaitu bagaimana meninjau kembali dengan
merangkum inti pelajaran bersama siswa dan membuat ringkasan, serta
melakukan evaluasi dengan mengaplikasikan konsep yang baru diperoleh ke
dalam situasi yang lain atau meminta siswa untuk mengekspresikan pendapatnya
sendiri.
b. Keterampilan bertanya tingkat dasar dan lanjutan. Tujuan bertanya tingkat dasar
ialah

melatih pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian

acuan, pemusatan, pemindahan giliran, penyebaran, dan pemberian waktu berpikir
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. Sedangkan keterampilan bertanya
tingkat lanjutan lebih diarahkan kepada perubahan tuntutan tingkat kognitif dalam

6
menjawab tingkatan pertanyaan, urutan pertanyaan, dan mendorong terjadinya
interaksi antara siswa.
c. Keterampilan menjelaskan. Tujuannya adalah melatih kejelasan dalam mengungkapkan suatu pendapat atau keterangan, menggunakan contoh dan ilustrasi,
meng-organisasikan struktur sajian atau ikhtisar butir-butir yang penting,
memberikan pene-kanana pada hal-hal yang penting, dan memberikan balikan.
d. Keterampilan membimbing diskusi. Agar dapat membimbing diskusi dengan
baik, maka perlu dilatihkan bagaimana cara memusatkan perhatian, memperjelas
masalah,

mengaalisis

pandangan

siswa,

meningkatkan

interaksi

siswa,

menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi.
e. Keterampilan memberi penguatan. Dalam mengajar diperlukan

memberi

penguatan kepada siswa, sehingga perlu latihan tentang memberikan komponen
penguatan yang dapat terdiri dari penguatan verbal yaitu dengan kata-kata atau
kalimat, atau non verbal dengan

perubahan mimik, gerakan badan misalnya

dengan mengacungkan jempol dan sebagainya. Cara penguatan untuk perorangan
atau kelompok.
f. Keterampilan variasi stimulus. Dapat dilakukan dengan cara memberikan
variasi da-lam gaya mengajar, yaitu variasi dalam penekanan suara agar tidak
monoton, mimik dan gerak, kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi,
memusatkan, variasi meng-gunakan media audio, visual, atau audio-visual
(Brown, 1991).
Keterampilan mengajar dapat dilatihkan secara satu-persatu menggunakan
instrumen lembar pengamatan masing-masing keterampilan mengajar, salah satu
contoh dapat dilihat pada lampiran 1. Akan tetapi pada kegiatan pembelajaran di
kelas yang sesungguhnya

keterampilan-keterampilan mengajar akan tumpang

tindih, karena semua akan saling berhubungan dan saling mengisi dalam proses
pembelajaran.
Pengajaran mikro menurut McKeachi (1986), terutama digunakan dalam
pelatihan guru dan bermanfaat juga untuk melatih keterampilan pewawancara,
pembicara di depan umum,

instruktur, dan

hubungan antar pribadi. Dalam

pengajaran mikro, penyajian materi yang kecil dalam waktu yang singkat,

7
dipusatkan pada keterampilan tertentu, seperti bertanya, memotivasi siswa untuk
memberi komentar. Hasil penelitian menun- jukkan bahwa pengajaran mikro
merupakan bentuk bermain peran yang efektif dalam pelatihan guru.
Pengembangan keterampilan mengajar (Arends, 2004), tidak lagi
merupakan keterampilan mengajar yang terlepas sepotong-sepotong, melainkan
dalam suatu kesatu an yang utuh selama proses pembelajaran atau penyajian
dengan memilih model pem-belajaran tertentu ( misalnya: Direct Instruction,
Cooperative Learning, Problem-Based Learning dll.). Instrumen berupa lembar
pengamatan atau catatan dapat dilihat pada lampiran 2. Pengajaran mikro dapat
dilakukan dengan cara menyajikan topik pelajaran yang kecil kepada sekelompok
kecil siswa dalam kelas yang sesungguhnya, atau me-nyajikan materi yang pendek
kepada sekelompok kecil teman sendiri. Disamping itu pengajaran mikro
merupakan pengalaman yang tidak ternilai untuk belajar “mengajar” karena
membantu mulai dari awal untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan mengajar. Kelompok kecil, waktu yang diperlukan sekitar 10 sampai 12 menit untuk
penampilan, diikuti dengan umpan balik 5 sampai 10 menit dari siswa, teman,
fasilitator, atau supervisor. Kebutuhan khusus praktek pengajaran mikro adalah
laboratorium yang dilengkapi kamera video dan alat perekam yang lain, serta
peralatan pada umumnya yang digunakan di dalam kelas (papan, kapur tulis,
spidol, OHP, dll).
Umpan balik setelah penyajian adalah unsur yang penting dalam
pengajaran mikro, karena memperoleh masukan-masukan yang spesifik berupa
kritik yang mem-bangun untuk mengetahui

penampilan yang baik. Praktek

pengajaran mikro akan sangat berarti, bila melihat kembali melalui hasil rekaman
penyajian yang dilakukan, selanjutnya melakukan analisis dan refleksi, serta
mencatat kritik atau masukan, yang akan digu-nakan untuk praktek selanjutnya
Dengan demikian pengajaran mikro dapat digunakan oleh mahasiswa
calon guru, guru pemula, atau profesi yang lain seperti pewawancara, pembicara
di depan umum, instruktur, dan lain-lain. Praktek pengajaran mikro dilakukan
dalam perkuliahan atau pelatihan, yang diharapkan dapat menghasilkan

8
penguasaan berbagai keterampilan mengajar, baik sepotong-sepotong atau secara
utuh dalam penampilan suatu model pem-belajaran.
Menurut Allen dan Ryan (1987) mengemukakan ada enam jenis
keterampilan dasar mengajar, yaitu:
a.

Keterampilan membuka dan menutup (set of induction and closure)

b.

Keterampilan memberikan variasi stimulus (stimulus variation)

c.

Keterampilan bertanya (Question)

d.

Keterampilan memberikan ilustrasi/contoh (illustration and use of example)

e.

Keterampilan berkomunikasi (comunication)

f.

Keterampilan memberikan balikan dan penguatan (feed back and
reinforcement)
Menurut Dunkin (1987) prinsip-prinsip keterampilan dasar mengajar yang

harus dilaksanakan guru meliputi:
a.

Adanya keseuaian

b.

Adanya kreativitas dan inovasi yang dilakukan oleh guru

c.

Adanya ketepatan (akurasi) pada saat melaksanakan pembelajaran

d.

Adanya kebermanfaatan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan

e.

Membangkitkan perhatian dan motivasi belajar peserta didik

f.

Pembelajaran harus menyenangkan peserta didik
Selain memperhatikan ke enam hal diatas, maka ada lima faktor

pertimbangan guru, pada saat melaksanakan pembelajaran yaitu:
a.

Melakukan setting tujuan pembelajaran dan ekspektasi dari pembelajaran

b.

Memahami kondisi dan kebutuhan siswa, mereka membutuhkan apa? Dan
Caranya bagaimana?

c.

Mempersiapkan dan mengatur pembelajaran

d.

Mendorong siswa mempelajari materi pembelajaran

e.

Menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung

9
Supaya pembelajaran menyenangkan peserta didik dan mendorong siswa
mempelajari

materi

pembelajaran

seperti

uraian

diatas,

menurut

Jack

Hassard (2005) ada sembilan perilaku mengajar yang harus dilakukan guru, yaitu:
a.

Clarity (kejelasan). Presentasi kelas yang jelas dan dimengerti. Penjelasan
awal yang jelas, logis, dan mudah diikuti

b.

Variety (Variasi) Guru menggunakan berbagai perilaku untuk memperkuat
siswa, mengajukan pertanyaan yang banyak dan beragam, menggunakan
berbagai macam bahan pembelajaran, peralatan, dan menampilkan bahan
yang akan dikerjakan siswa/ hands-on

c.

Task orientation (Orientasi tugas) Guru-guru menghabiskan lebih banyak
waktu pada konten intelektual siswa dari pada prosedur aturan kelas dan
cenderung mengutamakan prestasi siswa yang lebih tinggi

d.

On-task behavior (Tugas perilaku) Sifat ini mengacu pada jumlah waktu
yang digunakan siswa dalam mengerjakan tugas dengan benar, terlibat
dengan materi pembelajaran dan kegiatan.

Tugas perilaku berkaitan erat

dengan perilaku guru dalam memanajemen kelas
e.

Enthusiasm (Antusiasme) Perilaku humanistik ini mengacu pada kekuatan,
kekuasaan, keterlibatan, kegembiraan, dan interes selama presentasi kelas.
Antusiasme memanifestasikan dirinya dengan menggunakan kontak mata,
isyarat, gerakan, dukungan dan perilaku persetujuan, berbagai pengajaran
teknik, dan mencintai ilmu

f.

Success rate (Tingkat keberhasilan). Karakteristik ini berkaitan erat dengan
penilaian diri siswa. Jika siswa berhasil di tingkat sedang sampai tinggi, maka
siswa akan merasa baik tentang diri mereka sebagai pelajar yang berhasil
dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan memiliki sikap positif tentang ilmu
pengetahuan.
Sebuah perilaku kunci di sini adalah kemampuan guru untuk men desain
pembelajaran yang mengarah pada tingkat keberhasilan yang tinggi, namun
tidak membosankan, mengulang, atau membuang-buang waktu

g.

Using student ideas (Menggunakan ide-ide siswa) Mengakui, memodifikasi,
menerapkan, membandingkan, dan meringkas komentar siswa yang

10
berkontribusi untuk mengoptimalkan lingkungan belajar yang positif. Guru
menggunakan ide-ide mahasiswa yang benar-benar berinteraksi dengan siswa,
sehingga secara positif mempengaruhi penilaian diri siswa
h.

Instructional set. (Seting instruksional/pembelajaran) Strategi ini mengacu
pada pernyataan yang dibuat guru pada awal pelajaran atau pada titik-titik
transisi dalam pelajaran untuk membantu siswa mengorganisasi apa yang
akan dikuasi atau apa yang telah dikuasai sebelumnya

i.

Questioning (Pertanyaan) Guru dapat meminta pertanyaan yang variasi.
Mengetahui jenis dan waktu untuk bertanya, pertanyaan penting untuk
menumbuhkan proses pembelajaran siswa. Terkait dengan pertanyaan adalah
perilaku "menunggu waktu," yang mengacu pada jumlah waktu yang
diperlukan guru untuk memberikan jawabannya
Selain memperhatikan tercapainya tujuan-tujuan diatas, maka guru sebagai

inovator dan visioner, harus memiliki inovasi dan visi kedepan, terutama
mempersiapkan diri untuk memenuhi tantangan mengajar guru abad 21, seperti
pada gambar di bawah ini

11

Gambar 1. Tantangan Mengajar Guru Abad 21
Selain

memperhatikan

tantangan

mengajar

guru

Abad

21,

untuk

meningkatkan keterampilan mengajar, perlu diperhatikan juga pemenuhan
kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki guru, upaya-upaya mengembangkan
keterampilan mengajar, indikator guru memiliki keterampilan mengajar serta
analisis standar interansional sebagai bahan rujukan meningkatkan keterampilan
mengajar, salah satunya NSTA dan NSES
Kompetensi yang perlu dimiliki guru untuk meningkatkan keterampilan
mengajar, meliputi:
a.

Pengetahuan tentang “belajar” dan tingkah laku manusia (peserta didik) serta
mampu menerjemahkan teori ke dalam situasi yang rill

b.

Memiliki sikap yang tepat terhadap diri sendiri, sekolah, peserta didik, teman
sejawat, dan mata pelajaran yang dibina

c.

Menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan

d.

Memiliki keterampilan teknis dalam mengajar, antara lain: keterampilan
bertanya, menilai pencapaian peserta didik, menggunakan strategi mengajar,
mengelola kelas, dan memotivasi peserta didik
Setelah guru memiliki kompetensi untuk meningkatkan keterampilan

mengajar, maka perlu diikuti dengan upaya pengembangan keterampilan mengajar
Berkaitan upaya pengembangan keterampilan mengajar guru, Eugene juga
menyarankan agar guru memperhatikan beberapa hal dalam proses pembelajaran.
Hal-hal tersebut adalah; introduction, direction, question, tesching aids,
classroom management, closure, dan assessment.
Sedangkan berkaitan dengan strategi atau metode dalam pembelajarannya,
Eugene menyarankan agar guru banyak mengusasi metode-metode tersebut. Hal
ini dimaksudkan agar setiap metode dalam pembelajaran sesuai dengan tema yang
diajarkan, sehingga siswa tidak bosan dan materi lebih muda dipahami oleh para
siswa. Strategi pembelajaran yang disarankan oleh Eugene adalah; lecture,

12
discussion, demontrasion, laboratory work, reading, group work, simulation and
games,computer and internet and recitation.
Guru yang aktif dalam kegiatan KBM, belum menjamin bahwa siswa juga
akan aktif. Untuk itu Eugene memberikan beberap resep bagi para guru agar siswa
menjadi aktif. Resebut tersebut adalah bahwa selama proses KBM guru perlu
meminya siswa untuk melakukan hal-hal sebagai berikut;
a. Note taking (mencatat kata-kata kunci setiap topic), kegiatan ini akan
mendorong siswa untuk terus focus pada hal-hal dan informasi yang penting
selama proses KBM.
b. Wraiting summaries, (membuata rangkuman), hal ini dimaksudkan agar siswa
mampu memahami konsep dengan lebih mendalam, dan mengajak siswa
untuk berpikir lebih kritis.
c. Indentifying simililarities and different (mengidentifikasi hal-hal yang memiliki
persamaan dan perbedaan), hal ini sangat membantu siswa belajar secara
abstrak
d. Concept mapping (peta konsep), hal ini akan membantu siswa dalam
mengorganisasi informasi serta menunjukan hubungan diantara satu konsep
dengan konsep yang lainya, kemudian siswa agar mampu menyusun
gagasanya sendiri.
e. Practice and feedback ( praktek dan memberi tanggapan), dengan melalukan
praktek (kerja) dan memberikan tanggapan, maka siswa akan mendorong
siswa untuk tetap konsentrasi pada proses KBM yang sedang berlangsung
Aspek-aspek yang perlu dimiliki oleh pebelajar yang mandiri dapat
terwujud jika terpenuhinya indikator guru memiliki keterampilan mengajar.
Menurut British Council (2011) adal lima aspek indikator guru memiliki
keterampilan mengajar, yaitu:
a. Classrom management (pengelolaan kelas)
b. Course and lesson plan (latihan dan perencanaan pembelajaran)
c. Understanding your learners (memahami siswa)
d. Subject knowledge (subjek pengetahuan)

13
e. Learning technologies (teknologi pembelajaran)
Selain memperhatikan indikator guru memiliki keterampilan mengajar,
maka perlu diperhatikan juga analisis Standar Interansional sebagai bahan rujukan
meningkatkan keterampilan mengajar, salah satunya NSTA dan NSES
Standar Keterampilan Mengajar pada Program Penyiapan Guru Sains
a. Standards for Sains Teacher Preparation: Skill of Teaching (NSTA 1998)
Program ini menyiapkan calon untuk menciptakan masyarakat siswa
pebelajar yang berbeda agar dapat membangun pengertiannya melalui
pengalaman sains dan memiliki kecenderungan untuk inkuiri dan belajar lebih
lanjut. Keterampilan-keterampilan mengajar berkenaan dengan hal-hal berikut: (a)
Tindakan-tindakan mengajar sain, stra-tegi, dan metodologi, (b) Interaksi dengan
siswa untuk meningkatkan belajar dan prestasi, (c) Efektif dalam mengorganisasi
pengalaman-pengalaman di dalam kelas, (e) Menggu-nakan teknologi yang
mutakhir untuk memperluas dan meningkatkan belajar, dan (f) Menggunakan
konsepsi awal dan interes siswa untuk mengembangkan belajar hal-hal yang baru.
Indikator masing-masing keterampilan mengajar guru sains dan perbedaan
standar untuk calon guru, guru pemula, dan guru profesional disajikan pada
tabel 1.
Tabel 1. Indikator Keterampilan Mengajar Calon Guru, Guru Pemula, dan Guru
Profesonal.
No.
Calon guru
A. Merencanakan
dan
menggabungkan strategi mengajar yang se
suai untuk siswa dengan latar belakang
dan gaya belajar yang
berbeda.
B.

Guru Pemula
Merencanakan
secara
tetap aktifitas-aktifitas
al-ternatif
untuk
mengajar konsep yang
sama;
dapat
mengidentifikasi
perbeda-an siswa yang
utama dalam populasi.
Menunjukkan
Secara tetap membuat
kemampu annya untuk aktifitas
kelompok
mengikut
sertakan sebaik aktifitas individu

Guru Profesional
Menunjukkan
penguasaannya
terhadap
strategistrategi alternatif untuk
menemukan perbedaan
kebutuhan dan menyediakan aktifitas secara
sistematis.
Membahas tentang peran sosial dan interaksi
kelompok
sebagai

14
siswa secara efektif
dalam belajar sa-ins
secara individu dan
kerja kelompok.

dalam mengajar sains,
membe-rikan kebebasan
untuk mengornasisasi
kekelom- pok sesuai
dengan umur dan latar
belakangnya.

C.

Mengidentifikasi
tujuan
dan
memberikan
alasan
yang rasional, berdasarkan
kebutuhan
siswa untuk memilih
strategi mengajar sains
dengan teliti.

D.

Menggunakan
teknolo-gi yang sesuai,
seperti
komputer,
untuk
menyi-apkan
pembelajaran sains.

E.

Menggunakan metode
mengajar
yang
berbeda
untuk
membahas
kon-sepkonsep penting dari
perspektif yang berbeda; dan menggunakan
beberapa siklus pembelajaran.
Mengidentifikasi kesa
lahan konsep siswa,
yang tidak dibuat
siswa secara umum di
la-pangan,
sumber,
dan respon mengajar
yang tidak sesuai.

Menunjukkan
fleksibilitas
dalam
merencanakan
dan
menerapkan strategi mengajar, serta menggunakan pengamatan dan asesmen secara terus
me-nerus
untuk
menentukan
tindakan
berikutnya.
Secara tetap memasukkan teknologi yang
tersedia
ke
dalam
pembel
ajaran.
Melibatkan
siswa
menggunakan teknolgi
un
tuk
penelitian,
pencarian keterangan,
pemrosesan data; dan
hubungan
tek-nologi
dan proses inkuiri.
Membuat daftar materi
pengajaran dan siklus
belajar untuk membahas
suatu konsep dari beberapa perspektif.

F.

Mulai mengidentifikasi,
mengantisipasi secara
sistematis miskonsepsi,
konsep
yang
tidak
dibuat
siswa
dan
merencanakan
aktiftivitas,
diskusi
mem-bahas
dan

dasar tentang konsep
belajar dan inkuiri, dan
menggu-nakan strategi
untuk
memfasilitasi
kemampu-an
siswa
dalam
mem-bentuk
dan meng orga-nisasi
kelompoknya.
Mudah mengutarakan
pi-kirannya
dengan
jelas
dalam
tindakannya,
da-pat
mengubah
strategi
dengan cepat dan mendadak.

Mengidentifikasi
tekno- logi informasi
sebagai dasar untuk
mengajar, belajar, dan
latihan sa- ins, serta
melibatkan sis wa
dalam mengguna- kan
teknologi dan pa- ham
penggunannya da lam
sains dan belajar.
Mempunyai perangkat
pengembangan
yang
baik tentang hubungan
tematik antara materi
de-ngan siklus belajar,
digu-nakan
untuk
mengajar konsep dari
perspektif
yang
berbeda.
Secara tetap mengantisipasi
miskonsepsi
dan konsep yang tidak
dibuat ,menggunakan
asesmen sebagai dasar
mem-bangun konsep
yang
lebih
dapat
diterima se cara ilmiah.

15
memodifikasi.
Pada setiap kompetensi keterampilan mengajar sains bagi tingkatan
masing-masing guru berbeda. Dalam keterampilan menggunakan metode
pembelajaran untuk siswa yang berbeda latar belakang dan gaya belajarnya, calon
guru baru sampai tahap merencanakan dan menggabungkan, untuk guru pemula
sudah merencanakan secara tetap dan dapat mengidenditifikasi sesuai kebutuhan,
sedangkan guru profesional telah dapat menunjukkan penguasaannya dalam
menentukan alternatif strategi yang akan digunakan. Keterampilan tentang hal
hubungan antara interaksi siswa dan peningkatan prestasi, calon guru harus sudah
dapat membuat aktivitas siswa secara individu atau kelompok. Bagi guru pemula
sudah secara tetap membuat aktifitas tersebut, bahkan memberi kebebasan siswa
untuk membentuk kelompok sendiri. Sebagai guru profesional, menekankan pada
siswa pentingnya peran interaksi sosial dalam kelompok, dan memfasilitasi siswa
dalam pembentukan kelompok.
Calon guru mengidentifikasi dan menentukan strategi untuk membuat
pengalaman belajar yang efektif, guru pemula sudah dapat menggunakan secara
fleksibel dan melakukan asesmen untuk menyusun pengalaman belajar
selanjutnya, sedangkan guru profesional dapt mengubah strategi dengan cepat
apabila diperlukan dengan megutarakan alasannya dengan jelas. Dalam hal
menggunakan teknologi, calon guru dapat menggunakan sesuai dengan
kebutuhannya dalam menyiapkan pembelajaran sains, sedangkan guru pemula
telah dapat melibatkan siswa menggunakan untuk kegiatan inkuiri, guru
profesional menggunakan teknologi informasi sebagai dasar dengan melibatkan
siswa dalam pembelajaran.
Dalam hal pengembangan konsep dan ineteres siswa, calon guru dapt
menentukan strategi yang sesuai untuk menyajikan dan mengembangkan berbagai
konsep dan dapat menidentifikasi adanya miskonsepsi yang terjadi pada siswa.
Bagi guru pemula menyusun siklus-siklus penyajian berbagai

dan mulai

mengidetikasi konsep serta memodifikasinya dengan diskusi. Sedangkan bagi
guru profesional telah siap dengan perangkat pembelajaran yang akan digunakan

16
dalam proses pembelajaran dan mengantisipasi terjadinya miskonsepsi, dan
mengembangkan konsep-konsep secara ilmiah.
Perbedaan yang tampak pada standar yang diperuntukkan calon guru, guru
pemula, dan guru profesional adalah pada setiap keterampilan mengajar sains
dimulai dari hal-hal yang sederhana menuju yang kompleks, mulai yang spesifik
ke yang umum, dari lingkup yang kecil dsampai yang luas. Dimulai dari
merencanakan dan mengidentifikasikan sampai bagaimana melakukan tindakantindakan yang cepat, tepat, dan tegas dalam menghadapi situasi pembelajaran
yang berbeda-beda sebagai refleksi dari kompetensi yang profesional.
b. Standards for Sains Teacher Preparation: General Skill of Teaching
(NSTA, 2003)
Setelah NSTA 1998 yang didesiminasikan dan diterapkan segera
dihadapkan pada kenyataan di lapangan yang masing-masing mempunyai ide
tentang apa yang akan diajarkan untuk anak-anak. Kebijakan pendidikan
melibatkan berbagai kalangan antara lain: orang tua/wali siswa yang menaruh
perhatian pada pembelajaran anak-anaknya, berbagai stakeholder dengan ideidenya tentang pendidikan yang baik. Secara langsung atau tidak mereka terlibat
dalam penyusunan standar, ingin mengetahui alasan pemilihan standar tersebut.
Berdasarkan literatur dan masukan dari berbagai kalangan, maka NSTA 1998
mengalami revisi menjadi NSTA 2003. Pada bagian keterampilan mengajar
disebut dengan keterampilan mengajar secara umum, tidak lagi diperlihatkan
rentangan standar keterampilan untuk calon guru, guru pemula, dan guru
profesional.
Guru sains menciptakan suatu komunitas yang terdiri dari siswa yang berbeda,
agar dpt menyusun pengetahuan dari pengalaman yang dikuasai untuk eksplorasi
dan belajar lebih lanjut. Mereka (guru) menggunakan berbagai variasi dalam
mengelola kelas, membuat kelompok, menyusun strategi dan metodologi. Untuk
mengetahui apakah mereka dipersiapkan untuk menciptakan suatu komunitas
yang terdiri dari siswa yang berbeda-beda, maka guru sains harus dapat
menunjukkan :

17
1) Variasi cara mengajar, strategi, dan metode yang digunakan untuk
meningkatkan perkembangan keterampilan siswa dalam berbagai hal dan
tingkat pemahamannya.
2) Keberhasilan dalam meningkatkan belajar sains oleh siswa yang berbeda
dalam kemampuan, kebutuhan, interes, dan latar belakangnya
3) Berhasil dalam mengorganisasi dan melibatkan siswa dalam berkolaborasi
dengan menggunakan strategi belajar berkelompok.
4) Berhasil dalam memanfaatkan alat-alat teknologi, tidak terbatas pada
teknologi komputer, tetapi juga dalam mengakses sumber belajar ,
mengumpulkan dan mem-proses data, dan fasilitas belajar sain yang lain.
5) Memahami dan membangun secara efektif ide-ide utama, pengetahuan,
pengalaman, dan interes.
6) Menciptakan, memelihara keselamatan secara psikologis dan sosial, serta
ling-kungan belajar yang mendukung.
Guru-guru sains harus memberi motivasi dan kesempatan kepada siswa untuk
belajar dari suatu yang diajarkan menjadi suatu pengetahuan yang dikuasai.
Asumsi dasar standar sains bahwa pengajaran sain diarahkan pada kebutuhan
semua

siswa,

dan

semua

siswa

dapat

belajar

sains

(AAAS,

1989,

NRC.1996).Guru harus kreatif sebagai pembuat keputusan yang dapat
mengadaptasi

dan

menciptakan

aktifitas

yang

bermakna.

(BSCS,

1995;Orlich,Harder, Callahan & Gibson, 1998) dengan penuh tanggung jawab
apabila mengubah strateginya, bila diperlukan untuk membantu siswa agar belajar
lebih efektif.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada pembentukan pengetahuan dan
persepsi seseorang, yaitu: pengalaman hidup, sosial, emosional, dan tingkat
perkembangan kognitif. (APA,1992), intelegensi (Gardner), gaya belajar
(Curry,1990), ras dan jender, etnik dan budaya (Banks, 1993), dan demografi
(Orlich, et al. 1998). Guru harus mempertimbangkan pengaruh faktor2 tersebut
secara riil dan potensial pada pembelajaran siswa. Pembelajaran sains dapat
disajikan melalui berbagai macam strategi dan model pembelajaran yang sesuai

18
dengan konsep yang akan disajikan, serta menghasilkan belajar yang bermakna
yang dapat menjelaskan kejelasan hubungan antar konsep.
Pembelajaran terjadi dengan konteks sosial. Pendidik sains harus mengajar
siswanya tentang proses sosial untuk membangun suatu konsensus dan melibatkan
mereka dalam arti konsepsi sosial (Zeidler,1997). Dengan kata lain pendidikan
sains, merupakan pendidikan dalam segala lapangan yang dapat mendorong siswa
memikirkan tentang berpikir, memfasilitasi kreativitas, dan membuat keputusan
yang kritis, dan mengembangkan kemandirian (APA,1992; Zeider , Lederman&
Taylor,1992).
Calon guru akan mengetahui bagaimana menggunakan teknologi yang
sesuai untuk meningkatkan pembelajaran dan menghubungkan penggunaan
teknologi dalam sains. Kemampuan siswa menggunakan peralatan teknologi, akan
meningkatkan

kepentingan

dalam

mengumpulkan

dan

mengolah

data,

mempresentasikan dan mendesiminasikan hasil. Pemanfaatan teknologi dalam
kelas, guru dapat memastikan bahwa siswa mengetahui peran teknologi dalam
sains secara profesional.
Guru sain dapat menentukan dan memanfaatkan keberadaannya untuk
membatasi dan mengembangkan konsep baru yang akan dipelajari. “…siswa
secara aktif terlibat dalam proses membangun konsep menggunakan pengetahuan
yang ada untuk menghasilkan pengalaman

yang baru”(Marison, Hewson,

Tabachnick, & Blomker, 1999, p249).
Penerapannya pada program, guru harus merencanakan kegiatan
pembelajaran dengan metode dan strategi yang bervariasi, kegiatan dilaksanakan
secara individu atau kelompok dengan memperhatikan perbedaan latar belakang
siswa. Kemampuannya

menggunakan pembelajaran secara kolaborasi, seperti

pada model pembelajaran koo-peratif tipe Teams-Games-Tournamet (TGT), dan
Student Teams-Achievment Division (STAD) merupakan contoh bagaimana
mengorganisasikan siswa dalam suatu pembe-lajaran. Survei mengenai tes awal
dan pengetahuan awal merupakan cara yang baik bagi calon guru untuk
mengetahui konsep utama yang telah diketahui siswa, sehingga dapat digunakan
untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan target yang ingin dicapai. Guru

19
yang kooperatif, merencanakan program melalui rubrik, mungkin dapat mengases
atmosfir kelas, dan bagi calon guru dapat juga mengumpulkan balikan siswa
menggunakan instrumen yang sudah dirancang.
Berdasarkan standar keterampilan mengajar secara umum, maka calon
guru, guru pemula, atau guru profesional dapat mengetahui rambu-rambu yang
digunakan dalam merencakan, melaksanakan, dan melakukan asesmen dalam
pembelajaran.
c. Science Teaching Standards (NSES, 1996).
Asumsi
Standar untuk mengajar sains berdasarkan 5 (lima) asumsi:
1) Visi pendidikan sain dijabarkan

dalam standar-standar yang mengubah

keseluruhan sistem. Sistem pendidikan harus dilaksanakan secara berkelanjutan
melalui pengajaran yang efektif. Agar dapat melaksanakan, guru-guru harus
dilengkapi dengan sumber-sumber belajar,

mempunyai cukup waktu dalam

mengajar, memperoleh kesempatan untuk membuat perubahan-perubahan seperti
yang dijabarkan dalam program dan sistem. Sebaiknya perubahan dalam mengajar
harus dimulai sebelum problem yang sistematik dipecahkan .
2) Apa yang dipelajari siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana guru mengajar.
Penentuan materi yang diajarkan, aktifitas dan interaksi siswa, pemilihan
esesmen, dan lain-lain semuanya dilakukan oleh guru, tanpa sadar bahwa semua
itu berpengaruh pada perkembangan pengetahuan, kemampuan, dan sikap siswa.
Guru harus mempunyai pengetahuan teoritis dan praktis, serta kemampuan
tentang sain, belajar, dan mengajar sain.
3) Tindakan guru sangat dipengaruhi oleh persepsinya tentang sain dalam
belajar atau mengajar..Guru dapat membimbing siswa secara efektif dalam
belajar sain, apabila mempunyai kesempatan menguji atau memahami dirinya.
4) Pemahaman siswa secara aktif dibangun melalui proses individu dan sosial.
Seperti halnya ilmuan yang mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya
dalam mencari jawaban tentang alam semesta, maka siswa dalam membangun

20
pemahamannya harus aktif terlibat dalam inkuiri ilmiah secara inividu atau
kelompok .
5) Tindakan guru sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan hubungannya dengan
siswa. Guru harus memperhatikan perbedaan siswa, ditinjau dari latar belakang,
pengalaman, dan pandangannya terhadap sain. Saat ini komitmennya adalah
pendidikan sain diarahkan pada kebutuhan siswa dan dapat diajarkan di semua
jenjang pendidikan.
Asumsi-asumsi di atas yang mendasari perlunya ada standar mengajar
sains, karena pemahaman, penguasaan , keterampilan, dan tindakan guru, serta
hubung-annya dengan siswa dalam pembelajaran sains sangat dipengaruhi oleh
persepsinya terhadap sains, sedangkan

siswa sangat

dipengaruhi oleh

kemampuan mengajar guru. Perubahan dalam sistem pendidikan sudah tentu akan
melibatkan seluruh sistem, Tantangan guru sains ialah menyeimbangkan dan
mengintegrasikan antara kebutuhan–kebutuhan yang segera dengan tujuan jangka
panjang yang telah dicanangkan.
Science Teaching Standards terdiri dari 6 bagian yaitu Standar A, B, C, D,
E dan F. Uraiannnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2
Science Teaching Standards
Standar
A

B

Uraian
Indikator
Guru
science 1. Mengembangkan kerangka selama
merencanakan
setahun dan tujuan jangka pendek bagi
program sains berbasis siswa.
inquiry
2. Pilih konten ilmu pengetahuan dan
bagi siswanya
adaptasi dan desain kurikulum untuk
memenuhi kepentingan, pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, dan
pengalaman siswa.
3. Pilih Strategi mengajar dan penilaian
yang mendukung pengembangan
pemahaman siswa dan memelihara suatu
komunitas pelajar ilmu pengetahuan.
4. Bekerja sama sebagai rekan
di dalam dan di seluruh disiplin ilmu
dan tingkat kelas
Guru sebagai pembimbing 1. Pada saat berinteraksi dengan siswa

21
science
dan
memfasilitasi
pembelajaran

harus fokus pada proses inquiri
2. Menumbuhkan ide-ide ilmiah pada
siswa
3. Mendorong siswa untuk menerima dan
berbagi tanggung jawab pada saat belajar
4. Mengelola keragaman siswa
dan mendorong semua siswa
untuk berpartisipasi penuh dalam
pembelajaran sains.
5. Mendorong penerapan model
keterampilan penyelidikan ilmiah, serta
rasa ingin tahu,
keterbukaan terhadap ide-ide dan data
baru, yang menjadi ciri ilmu

C

Guru science harus terlibat
dalam
penilaian
berkelanjutan
pada
saat
siswa
melaksanakan
pembelajaran

D

Guru mendesain science
dan
mengelola
lingkungan
belajar
yang memberikan para
siswa
waktu, ruang, dan sumber

1. Gunakan beberapa metode dan
sistematis
dalam mengumpulkan data tentang
pemahaman dan kemampuan siswa
2. Analisa data penilaian untuk
membimbing
pengajar dalam menganalisis pencapaian
belajar.
3. Membimbing siswa dalam penilaian
diri.
4.Use, pengamatan
4. Gunakan data siswa, pengamatan
mengajar, dan interaksi dengan rekanrekan
untuk merenungkan dan meningkatkan
praktek mengajar.
5. Gunakan data siswa, pengamatan
mengajar, dan interaksi dengan rekanrekan
untuk melaporkan prestasi siswa dan
kesempatan untuk belajar kepada siswa,
guru, orang tua, pembuat kebijakan, dan
masyarakat umum
1. Mengelola waktu sehingga siswa dapat
terlibat dalam investigasi yang lebih lama
2. Buat pengaturan untuk pekerjaan siswa
yang
fleksibel dan mendukung penyelidikan
ilmu pengetahuan
3. Memastikan lingkungan kerja yang

22
daya yang dibutuhkan
untuk belajar science

E

Guru
Science
mengembangkan
komunitas ilmiah yang
mencerminkan intelektual,
penyelidikan ilmiah dan
sikap
serta
nilai-nilai
sosial yang kondusif untuk
belajar science

F

Guru ilmu pengetahuan
secara aktif berpartisipasi
dalam
perencanaan
berkelanjutan
dan
pengembangan program
ilmu

aman.
4. Membuat alat science,
bahan, media, dan teknologi
sumber daya dapat diakses oleh
mahasiswa.
5. Mengidentifikasi dan menggunakan
sumber daya dari luar sekolah.
6. Melibatkan para siswa dalam
merancang
lingkungan belajar
1. Tampilan dan hormati ide yang
beragam, keterampilan, dan pengalaman
dari semua siswa.
2. Memungkinkan siswa untuk terlibat
dalam pengambilan keputusan tentang
konten
dan konteks pekerjaan mereka dan
memerlukan
siswa untuk mengambil tanggung jawab
untuk
pembelajaran semua anggota komunitas.
3. Peliharalah kolaborasi antar siswa.
4. memfasilitasi diskusi formal dan
informal berdasarkan pemahaman
bersama tentang aturan dan wacana
ilmiah.
5. Membuat Model yang menekankan
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
penyelidikan ilmiah
1. Merencanakan dan mengembangkan
ilmu Program science di sekolah
2. Berpartisipasi dalam keputusan yang
menyangkut alokasi waktu dan sumber
daya untuk program ilmu pengetahuan.
3. Berpartisipasi penuh dalam
perencanaan dan
menerapkan pertumbuhan profesional
dan strategi pengembangan untuk diri
mereka sendiri dan rekan-rekan mereka.

Tabel 3. Perbandingan standar mengajar NSTA (1998, 2003) dan NSES (1996)
NSTA 1998
Strategi, metode, perbedaan

NSTA 2003
Strategi, metode, perbedaan

NSES
Program sains berbasis

23
latar belakang siswa,
Interaksi siswa,
mengorganisasikan secara
individu atau kelompok,
konsep belajar inkuiri
Pemanfaatan teknologi,
Pengembangan
perangkat
pembelajaran
Miskonsepsi

latar belakang siswa,
Interaksi siswa,
mengorganisasakan secara
individu atau kelompok,
konsep belajar inkuiri
Pemanfaatanteknologi
Membangun ide-ide
Keselamatan psikologis,
sosial, dan lingkungan belajar

inkuiri
Memfasilitasi pembelajaran,
Siswa terlibat dalam
merencakan dan melakukan
asesmen,
Lingkungan belajar,
komunitas pebelajar
Pengembangan program

KESIMPULAN
1. Keterampilan mengajar adalah sebuah keterampilan atau seni dalam
mengajar, yang wajib dimiliki oleh setiap guru
2. Keterampilan mengajar memiliki arti yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar, ia menjadi penentu dalam keberhasilan proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (2004). Guided to Field Experiences and Portofolio Development to
accom-pany Learning to Teach. New York: McGraw Hill.
Arends, R.I. (2001). Learning to Teach. Fifth ed. New York: McGraw Hill
Brown,G. (1991). Pengajaran Mikro Program Keterampilan Mengajar
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 . Standar
Kompetensi Lulusan. [Online]. Tersedia di : http://www.depdiknas.go.id/. 11
Maret 2014
Dunkin. J. Michael. (1987). Teaching and Teacher Education. New York.
Pergoman Press
Eugenia, E. (2005). Physics Teacher Preparation: Dreams and Reality. Journal of
Physics Teacher Education Online, Vol (2) p.3-9 (2005). Tersedia:
www.phy.ilstu.edu/jpteo
Eugene. (2010). Science Intruction in the Middle and Secondary School, seventh
edition, US. Pearson
Houston,W,R.(1990).Handbook of Research on Teacher Education.A Poyek of the
Association of Teacher Education. London: McMilan.

24

Jack Hasard. (2005). The Art of Teaching Science. Inquiry and Innovation in
Middle School and High School. New York Oxford
Kemdikbud
RI.
(2013).
Dokumen
Kurikulum
http://kangmartho.com [22 September 2013]

2013.

Tersedia:

Kemendikbud RI. (2013). Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, TematikIntegratif. Tersedia: http://www.kemdikbud.go.id/uji-publik-kurikulum-20131.html [20 Oktober 2013]
Martin, M.MO., Mullis, I.V.S., Gonzales, E.J., Gregory, K.D., Smith, T.A.,
Chrostowski, S.J., Garde, R.A. & O’Connor (2000). TIMSS 1999
International Science Report. Boston: Boston University
Mohammad Imam F. (2011). Fakta-fakta Penelitian tentang Profesi Guru dan
Pengembsngsn Profesi Guru. Jurnal KependidikanTahun 6 Nomor 5 Juni
2011.
National Research Council. (1996). National Sains Education Standards.
Washington.D.C: National Academy Press
National Sains Teacher Association and Association for the Education of Teaccher
in Sains. (2003). Standars for Sains Education Preparation.
National Sains Teacher Association and Association for the Education of Teaccher
in Sains. (1998). Standars for Sains Education Preparation.
OECD. (2007). PISA (2006): Science Competencies for Tomorrow’s World
Excutive
Summary.
[Online].
Tersedia
:
http//dx.doi.org/10.178/888932343342.
OECD. (2010). PISA (2009): Result : Excutive Summary. [Online]. Tersedia :
http//dx.doi.org/10.178/888932343342
Orlich, et al (2010). Teaching Strategies. A Guide to Effective Instruction.
Wadsworth. Boston. USA
Paul Eggen&Kaucak. (2015). Strategi dan Model Pembelajaran. Pearson
Education. Inc. Boston. USA.
Peraturan Pemerintah RI no.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
tersedia http://Depdiknas.go.id
Peraturan Pemerintah No.32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

25

Riyanto, B.T., (2007). Pendidikan yang Humanis. [Online]. Tersedia di :
http://bruderfic.or.id/ (8 Maret 2014)
Rustaman, N.Y. (2007). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan
Sains dan Assesmennya. Proceeding of The First International Seminar on
Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia
Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Ahmad, Y., Yudianto, S.A., Rochintaniawati,
D., Nurjhani, K.M., dan Subekti, R. (2003). Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Rutherford, F.J. & Ahlgren, A. (1990). Science for All Americans. Oxford: Oxford
University Press
Sanjaya, W. (2007). “Pengajaran”, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: Pedadogiana Press
Trowbribge, L. W. & Bybee, R. W. (1990). Becoming A secondary School Science
Teacher. Columbus : Merrill Publishing Co., A Bell & Howell Information Co
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
_________ (1999). Science Years 1 to 10 Syllabus. Queensland School
Curriculum Council Australia

TUGAS MATA KULIAH

26
PENGEMBANGAN PROGRAM
PENDIDIKAN IPA
Dosen: Prof.Dr. Hj. Nuryani Y. Rustaman, M.Pd.
Dr. Ida Kaniawati, M.Si

Oleh:
Yudhi Saparudin (1303109)

S-3 PENDIDIKAN IPA MATRIKULASI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014