OPTIMALISASI CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENAMBAHAN SKALA USAHA PERBIBITAN SAPI PO KEBUMEN
Tema: 5 (Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM)
OPTIMALISASI CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENAMBAHAN
SKALA USAHA PERBIBITAN SAPI PO KEBUMEN
Oleh
Moch. Sugiarto, Syarifuddin Nur dan Oentoeng Edy Djatmiko
Fakultas Peternakan UNSOED, Purwokerto
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi curahan waktu kerja peternak dalam usaha perbibitan sapi PO Kebumen (2) merumuskan skala usaha perbibitan sapi PO Kebumen sebagai usaha sampingan. Metode survey dilakukan terhadap 100 peternak sapi PO Kebumen yang terpilih sebagai responden dengan menggunakan metode pengambilan sampel berjenjang (multistage
sampling
). Data dianalisis dengan statistik deskriptif untuk menggambarkan curahan jam kerja peternak per ST dan potensi waktu yang dimiliki peternak sapi PO Kebumen. Peternak sapi PO Kebumen memiliki rataan kepemilikan 1,98 ST. Kegiatan pemeliharaan seperti mencari pakan hijauan, membersihkan kandang, memberi pakan dan minum, memandikan ternak diselesaikan dalam waktu 1,1-5,8 jam/hari, dengan rata-rata 2,02 jam/hari atau 1,02 jam per ST. Peternak mencurahkan waktu untuk pekerjaan utama selain usaha sapi PO Kebumen sebanyak 6,29 jam/hari. Peternak sapi PO Kebumen melakukan pekerjaan dengan lama waktu 8,31 jam per hari. Kebiasaan bekerja peternak selama 11 jam (06-17.00) menyebabkan masih terdapat potensi waktu kerja sebesar 2,69 jam. Peternak sapi PO Kebumen memiliki kapasitas maksimum skala usaha sebanyak
5 ST atau 5 ekor sapi dewasa berdasarkan potensi waktu yang masih tersedia. Peternak sapi PO Kebumen disarankan menggunakan teknologi pengolahan pakan dan pembukaan lahan pakan apabila menambah skala usaha sapi potong yang dimilikinya melebihi 5 ST.
Kata kunci: Curahan kerja, Satuan ternak, Skala usaha ABSTRACT
This study aims to (1) identify the working time of farmers in handling PO Kebumen cattle (2) to formulate the business scale of PO Kebumen cattle breeding as a side business. Survey method was conducted on 100 PO cattle farmers selected as respondents using multistage sampling method. The data were analyzed using descriptive statistics to describe the working hours of farmers per animal unit (AU) and the potential time of PO Kebumen cattle farmers. PO Kebumen cattle farmers has an average business scale of 1.98 AU. Production activities such as grazing, cleaning of cattle housing, feeding and drinking, bathing livestock completed within 1.1 to 8.8 hours / day, with an average of 2.02 hours / day or 1.02 hours per Animal Unit of PO Kebumen cattle. Farmers spend as much as 6.29 hours / day for doing main livelihood. Totally, PO Kebumen cattle farmers devoted 8.31 hours per day to completed all works (cattle and non cattle activities). Usually, farmers has 11 hours (06.00-17.00) working time, so there is still a potential working time of 2.69 hours. Therefore, PO Kebumen cattle farmers have a maximum capacity of 5 Animal Unit of cattle based on the potential and available time. PO Kebumen cattle farmers are advised to use feed processing technology and developing their own grass field when increasing the scale of their beef cattle business exceed 5 Animal Unit.
Keywords: Animal unit, Business scale, Working hours
PENDAHULUAN
Kabupaten Kebumen telah tumbuh menjadi wilayah sumber bibit sapi peranakan ongole (PO) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 47/ Kpts/SR.120/1/2015 pada tanggal
16 Januari 2015. Kondisi tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten Kebumen untuk secara lebih serius mengelola usaha perbibitan sapi PO Kebumen yang berbasis masyarakat. Keberadaan kelompok kelompok perbibitan harus di kelola lebih komprehensif sehingga dapat memberikan manfaat lebih banyak kepada peternak sapi PO Kebumen. Usaha perbibitan sapi PO Kebumen tidak hanya menjadi usaha ekstraktif dan subsisten namun dapat digerakan menjadi usaha yang lebih produktif dan komersial.
Usaha sapi PO Kebumen cenderung diposisikan sebagai usaha sampingan, dengan pertanian tanaman pangan, perkebunan, pertukangan, industri dan jasa sebagai usaha utama. Peternak sapi PO Kebumen lebih mencurahkan waktunya untuk usaha pertanian non sapi ataupun usaha jasa lainnya. Jumlah kepemilikan ternak sapi PO Kebumen sangat terbatas (0,5-6 ST) dengan rataan 1,98 ST (2 ekor sapi dewasa). Chamberlin (2007) menyatakan bahwa usaha peternakan rakyat cenderung memiliki karakteristik keterbatasan lahan/skala usaha, modal financial dan input, rendahnya keterlibatan di pasar. Keterbatasan kepemilikan tersebut di pengaruhi oleh ketersediaan modal, pakan hijauan dan waktu yang tersedia. Lowder et al (2016) menjelaskan bahwa penambahan skala usaha terjadi salah satunya dikarenakan kemajuan atau perkembangan ekonomi wilayah, negara atau keluarga.
Jumlah kepemilikan sapi potong peternak dipengaruhi oleh ketersediaan tenaga kerja dan jam kerja yang dmiliki peternak diluar pekerjaan utama dengan memperhatikan bahwa usaha sapi potong merupakan usaha sampingan. Hadi dan Ilham (2002) memiliki gambaran yang sama bahwa terbatasnya kepemilikan ternak pada usaha pembibitan dikarenakan usaha tersebut merupakan usaha sampingan, selain usaha tani utama seperti padi, palawija, sayuran atau tanaman perkebunan. Terbatasnya skala usaha pemeliharaan sapi juga disebabkan usaha tersebut dikelola oleh rumah tangga petani, dengan modal, tenaga kerja, dan manajemen yang terbatas.
Pengelolaan usaha sapi PO Kebumen dalam konteks bisnis sangat ditujukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat melalui penguatan efisiensi usaha. Pengembangan skala usaha, menurut Mburu et al (2014) terbukti dapat meningkatkan efisiensi ekonomi usaha. Peningkatan skala usaha sapi PO Kebumen menjadi salah satu entry point untuk meningkatkan efisiensi usaha sapi potong rakyat. Pencapaian efisiensi usaha ternak sapi potong sangat terkait dengan jumlah ternak yang dikelola oleh peternak. Peningkatan jumlah ternak akan dapat mengarahkan peternak ke pola usaha yang lebih intensif dan efisien. Krisna (2014) menyatakan bahwa semakin besar skala usaha semakin baik kesejahteraan peternak atau semakin banyak jumlah ternak yang akan semakin tinggi pendapatan yang diperoleh peternak sapi potong. Namun demikian keterbatasan waktu dalam pengelolaan ternak harus menjadi pertimbangan penting untuk mengidentifikasi kemampuan peternak dalam menambah skala usaha. Terkait dengan hal tersebut, studi ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi curahan waktu kerja peternak sapi PO Kebumen (2) merumuskan jumlah ternak sapi PO Kebumen yang dipelihara peternak sebagai usaha sampingan.
METODE PENELITIAN
Kajian Optimalisasi Curahan Waktu Kerja dan Penambahan Skala Usaha Perbibitan Sapi
PO Kebumen
dilakukan dengan metode survey melalui wawancara menggunakan kuisioner dan pengamatan terhadap peternak sapi PO Kebumen Metode survey dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. 100 peternak sapi potong terpilih sebagai responden dengan menggunakan metode pengambilan sampel berjenjang (multistage sampling). Pertama, wilayah yang dijadikan sampel penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan data wilayah pusat pengembangan ternak sapi. Kedua, kelompok perbibitan di pilih sebanyak 20 persen di masing masing kecamatan dan terakhir, responden (peternak) dipilih dengan metode random sampling sebanyak 20 persen pada masing masing kelompok perbibitan terpilih.
Variabel yang diamati pada kajian ini adalah curahan jam kerja, dan jumlah kepemilikan ternak. Data dianalisis dengan statistik deskriptif untuk menggambarkan rataan curahan jam kerja peternak per ST sapi potong dan rataan potensi waktu yang dimiliki peternak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Peternak sapi PO Kebumen mempunyai rataan umur 48,14 tahun dan sebagian besar (97 persen) peternak usia produktif (15-64 tahun). Peternak sapi PO Kebumen juga memiliki pengalaman beternak yang cukup panjang (23,65 tahun) dan menggambarkan bahwa usaha sapi potong merupakan cara hidup/budaya masyarkat di kawasan urut sewu Kabupaten Kebumen. Usaha peternakan skala kecil memiliki keberlanjutan yang cukup lama dikarenakan usaha tersebut ditujukan untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga. Toader (2014) menjelaskan bahwa usahaternak keluarga dan skala kecil memberikan kontribusi yang besar untuk kecukupan pangan dan pembangunan pedesaan. Sebagian besar peternak (77 persen) sudah menyelesaikan pendidikan dasar (SD). Jumlah tanggungan keluarga peternak rataannya 2,9 orang dan sebagian besar peternak (97 persen) hanya memiliki tanggungan keluarga maksimal 4 orang. Peternak memiliki rataan kepemilikan ternak sebanyak 1,98 Satuan Ternak (ST). Kepemilikan ternak merupakan banyaknya ternak sapi potong yang dipelihara peternak dan dinyatakan dalam Satuan Ternak (ST). Direktorat Perbibitan Ternak (2015) menyatakan bahwa sapi bobot diatas 325 kg dinyatakan 1 ST. Menurut Handayanta dkk (2016) agar pemeliharaan sapi potong pola perbibitan dilahan kering menguntungkan peternak setidaknya memelihara sapi dewasa 6 ekor (6 ST).
Tabel 1. Profil Peternak Sapi PO Kebumen No Variabel Rataan Simpang Baku
1 Umur (tahun) 48,14 8,81
2 Pendidikan (tahun) 9,85 3,07
3 Tanggungan keluarga (orang) 2,90 0,90
4 Pengalaman beternak (tahun) 23,65 12,31
5 Jumlah ternak (ST) 1,98 1,05
Sumber: data primr diolah (2017)
2. Curahan Jam Kerja
Usaha perbibitan sapi PO Kebumen dilakukan secara rutin oleh peternak dengan melakukan kegiatan kegiatan merumput/mendapatkan pakan ternak, memberi pakan, membersihkan kandang, dan memandikan sapi. Curahan waktu kerja adalah lama waktu bekerja yang dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu di sektor pertanian dan di luar sektor pertanian terhadap total waktu kerja angkatan kerja (Handayani dan Wayan, 2009). Curahan waktu kerja tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Ada jenis-jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu yang banyak dan kontinu, tapi sebaliknya ada pula jenis-jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu kerja yang terbatas. Curahan waktu kerja usaha sapi PO Kebumen hanya dibatasi pada kegiatan yang terkait dengan keberlanjutan produksi sapi PO Kebumen.
Tabel 2. Curahan Kerja Usaha Sapi PO Kebumen No Kegiatan Rataan (jam) Simpang Baku
1 Merumput 0,94
0.38
2 Memberi pakan
0.35
0.15
3 Membersihkan kandang
0.39
0.19
4 Memandikan sapi
0.35
0.18
5 Jumlah jam kerja/hari 2,02 0,76 Sumber: data primer diolah (2017)
Usaha ternak sapi PO Kebumen dilakukan pada rataan skala usaha 1,98 Satuan Ternak (ST) dengan penggunaan teknologi yang sederhana. Tenaga kerja yang terlibat sebagian besar tenaga keluarga dengan jumlah yang sangat minimal (1 orang). Yusdja dan Ilham (2004) menyatakan bahwa sebagian besar usaha peternakan sapi potong merupakan usaha rakyat dengan cirri skala usaha rumah tangga dan kepemilikan ternak sedikit, menggunakan teknologi sederhana, bersifat padat karya, dan berbasis azas organisasi kekeluargaan.
Pada usaha peternakan sapi PO Kebumen, berbagai kegiatan pemeliharaan seperti mengambil pakan (merumput), membersihkan kandang, memberi pakan dan minum, memandikan ternak dilakukan oleh laki laki (suami) sebagai peternak. Kegiatan-kegiatan tersebut dikerjakan dengan lama waktu yang berbeda-beda oleh peternak. Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa curahan waktu kerja pada usaha sapi potong berkisar antara 1,1-5,8 jam/hari, dengan rata-rata 2,02 jam/hari. Peternak mencurahkan waktu terbanyak (46,5%) untuk mengambil hijauan pakan ternak. Hal tersebut disebabkan jarak lokasi dari rumah ke tempat pengambilan hijauan dan juga jumlah ternak sapi yang dimilikinya. Ketersediaan hijauan dan jerami padi sangat tergantung musim dan jumlah peternak yang membutuhkan.
3. Potensi Penambahan Skala Usaha Sapi PO Kebumen
Potensi penambahan skala usaha merupakan gambaran jumlah ternak yang dapat dan layak dipelihara oleh peternak memperhatikan beban kerja peternak dan ketersediaan potensi waktu kerja. Ramadhan dkk (2014) menyatakan bahwa analisis beban kerja dapat digunakan untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja sebagai dasar untuk menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja pada suatu jenis pekerjaan. Peternak sapi PO Kebumen memiliki rataan kepemilikan ternak sebanyak 1,98 ST per peternak. Peternak dalam melakukan kegiatan usaha budidaya sapi potong membutuhkan waktu jam kerja sebanyak 2,02 jam per hari. Hal tersebut menggambarkan bahwa untuk pemeliharaan sapi potong 1,98 Satuan Ternak dibutuhkan waktu sebanyak 2,02 jam per hari. Pemeliharaan 1 Satuan Ternak sapi potong membutuhkan waktu 1,02 jam per hari.
Sapi potong lebih banyak dijadikan usaha sampingan dengan pekerjaan utama masyarakat sebagai petani, tukang, sopir, pegawai. Sugiarto dan Syarifudin (2014) menyatakan bahwa peranan sapi potong sebagai usaha sampingan dengan skala usaha 2 ST hanya memberikan kontribusi pendapatan keluarga sebanyak 25 persen. Peternak mencurahkan rataan jam kerja di luar non peternakan sapi potong sebanyak 6,29 jam/hari. Hal tersebut tergambar bahwa peternak dalam 1 hari memiliki jumlah jam kerja sebanyak 8,31 jam yang meliputi usaha sapi potong dan non sapi potong. Peternak sapi PO Kebumen secara umum memulai pekerjaan pada jam 6 pagi dan mengakhiri pekerjaan pada jam 5 sore sehingga total jam kerja 11 jam per hari. Lama jam kerja petani/peternak lebih tinggi/lama dari jam kerja pegawai ataupun jam kerja menurut Undang- Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan lama jam kerja per hari adalah 7 jam.
Berdasarkan lama jam kerja yang biasa dilakukan peternak sapi PO Kebumen (11 jam), maka peternak sapi potong dengan berbagai mata pencaharian pokok yang dimiliki masih menyisakan waktu 2,69 jam kerja per hari. Pada diskusi sebelumnya diketahui bahwa pengelolaan
1 ST sapi potong membutuhkan 1,02 jam per hari, sehingga potensi waktu kerja sebanyak 2,69 jam kerja per hari dapat digunakan untuk penambahan skala usaha sebanyak 2,64 ST. Upaya untuk menambah jumlah skala kepemilikan diyakini dapat meningkatkan pendapatan peternak dan peranan usaha sapi potong pada oendapatan keluarga peternak. Priyanto dkk (2001) menyatakan bahwa skala kepemilikan berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha ternak di pedesaan.
Terkait dengan perhitungan curahan jam kerja dan potensi waktu yang dimiliki, peternak sapi PO Kebumen memiliki kapasitas optimum pemeliharaan sapi potong sebanyak 4,62 ST atau 5 ekor sapi dewasa. Herawati (2004) menyatakan bahwa batas skala usaha ternak minimal agar pendapatan sama dengan nilai UMR di Propinsi Riau (Rp. 3.840.000 per tahun) adalah 3 ekor sapi pembibitan. Ditambahkan oleh Krisna (2014) bahwa dengan memelihara ternak sapi potong minimal sebanyak empat ekor setahun peternak dapat hidup secara layak.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dirumuskan beberapa kesimpulan (1) peternak sapi PO Kebumen memerlukan waktu yang relatif sedikit dalam menyelesaikan kegiatan usaha peternakan (1,02 jam/ST), (2) peternak sapi PO Kebumen memiliki kapasitas maksimum skala usaha sebanyak 5 ST atau 5 ekor sapi dewasa berdasarkan potensi waktu yang masih tersedia.
Peternak sapi PO Kebumen disarankan menggunakan teknologi pengolahan pakan dan pembukaan lahan pakan sebagai upaya efisiensi waktu pencarian hijauan pakan ternak. Melalui efisiensi waktu dan pelibatan anggota keluarga lainnya, peternak dapat menambah skala usaha sapi potong yang dimiliknya melebihi 5 ST.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberi dukungan financial terhadap penelitian ini melalui skema Penelitian Unggulan tahun 2017.
DAFTAR PUSTAKA
Chamberlin,J. 2007. Defining Smallholder Agriculture in Ghana: Who Are Smallholders, What Do They Do and How Are They Linked with Markets? GSSP Background Paper 6, International Food and Policy Research Institute,Washington, DC.
Direktorat Perbibitan Ternak.2015. Pedoman Pelaksanaan Pewilayahan Sumber Bibit. Kementerian Pertanian. Jakarta
Hadi, P dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 21 (4).
Handayani, M dan N. Wayan P. 2009. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pembuat Makanan Olahan Terhadap Pendapatan Keluarga. Piramida Vol. V No. 1
Handayanta, E., E.T.Rahayu, dan M.Sumiyati. Analisis Finansial Usaha Peternakan Pembibitan Sapi Potong Rakyat Di Daerah Pertanian Lahan Kering. Sains Peternakan Vol. 14:13-20. Herawati, T., Irwan K, M. Najib. 2004. Passing Grade Kepemilikan Ternak Untuk Mencapai Nilai
Upah Minimum Regional Di Propinsi Riau. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Krisna,R. 2014. Hubungan Tingkat Kepemilikan dan Biaya Usaha dengan Pendapatan Peternak
Sapi Potong di Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 12. No 2. Juni 2014. Lowder,S.K., J.Skoet , and T. Raney. 2016. The Number, Size, and Distribution of Farms, Smallholder Farms, and Family Farms Worldwide. World Development Vol. 87:16 –29. Mburu, S.,C.Ackello-Ogutu, and R. Mulwa. 2014. Analysis of Economic Efficiency and Farm
Size: A Case Study of Wheat Farmers in Nakuru District, Kenya. Economics Research International : 1-10
Priyanto, D., B. Setiadi, M. Martawidjaya Dan D. Yulistiani. 2001. Peranan Usahaternak Kambing Lokal sebagai penunjang perekonomian petani di pedesaan. Pros. Seminar nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17−18 September 2001. Puslitbangnak, Badan Litbang Pertanian, Deptan
Ramadhan, M, Y.Yuanita, S. Arijanto. 2014. Analisis Beban Kerja Dan Pengukuran Gap Kompetensi Teknisi Laboratorium Umum Dan Fakultas z PTS xyz. Reka Integra ISSN: 2338-5081. Jurusan Teknik Industri Itenas | No.03|Vol.02. Juli 2014.
Sugiarto,M dan Syarifudin N. 2014. Optimalisasi peran agribisnis sapi potong terhadap pendapatan keluarga pada tipe pemeliharaan yang berbeda di Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah. Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya Lokal pada Peternakan Rakyat Berbasis Teknologi. Universitas Hasanudin. Makasar
Toader,M and G.V. Roman. 2015. Family Farming – Examples for Rural Communities Development. Agriculture and Agricultural Science Procedia 6 : 89 – 94.
Yusdja, Y. dan N. Ilham. 2004. Tinjauan kebijakan pengembangan agribisnis sapi potong. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 2(2)