NORMA DAN APLIKASI DANA PENSIUN SYARIAH

1
NORMA DAN APLIKASI DANA PENSIUN SYARIAH
Oleh: Heris Suhendar
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Program Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

A. Pendahuluan
Sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992, pensiun
bukan hanya hak pegawai negeri atau TNI semata, namun juga terbuka
semua pekerja, baik itu perusahaan swasta maupun pekerjaan perorangan
ataupun pekerjaan mandiri. Melalui undang-undang tersebut ditegaskan
pembentukan Dana Pensiun Pemberian Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK), pada hakikatnya program pensiun dapat
menciptakan ketenangan kerja bagi karyawan karena kesejahteraan dihari tua
akan dapat terjamin, yang pada gilirannya nanti, mereka akan lebih loyal
terhadap perusahaannya dan akan lebih produktif.1
Bagi perusahaan pemberi kerja, program pensiun akan mencegah
timbulnya program pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai bagian dari
program produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, apabila semua pihak
konsisten dan memiliki peran besar, maka dalam hal ini peningkatan
produktivitas akan meningkat.

Program pensiun terbagi menjadi dua; yaitu pertama, progran pensiun
manfaat pasti (PPMT) di mana program yang manfaatnya ditetapkan dalam
peraturan dana pensiun yang bukan program pensiun iuran pasti. Kedua,
program pensiun Iuaran pasti, di mana yang iurannya ditetapkan dalam

1

Rodho Intan Putri Hasibuan, “Dana Pensiun dalam Perspektif Hukum Bisnis
Syariah”, Jurnal Al-‘Adalah Vol. X, Nomor 1 Januari 2011, hlm. 100.

2
peraturan dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya
dibukukan dalam rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun.2
Dari uraian singkat di atas, betapa pentingnya dana pensiun bagi
setiap orang. Dengan program pensiun, program ke-sejahteraaan dan
pendapatan seseorang dihari tua akan lebih terjamin. Sementara itu bagi
perusahaan, program pensiun dapat menjadi sarana untuk menjamin
produktivitas karyawan, karena dengan ikut program pensiun dapat
menciptakan ketenangan kerja bagi karyawan yang mengetahui bahwa
kesejahteraan dipurna tugasnya telah terjamin, pada gilirannya meraka akan

loyal terhadap perusahaan serta akan bekerja lebih produktif.
Dalam pandangan Islam, tiada larangan setiap kegiatan yang dapat
melahirkan terlebih meningkatkan kemaslahatan. Hal ini terbukti di dukung
lahirnya lembaga-lembaga Dana Pensiun yang berbasis syari’ah. Di mana
lahirnya dana pensiun syari’ah ini berada ditengah-tengah lembaga dana
pensiun konvensional yang tentunya memiliki perbedaan sistem, kinerja
serta instrumennya.
B. Pembahasan
1. Pengertian Dana Pensiun Syariah
Dana Pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan
oleh suatu lembaga untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun yaitu suatu
pembayaran berkala yang di bayarkan kepada peserta pada saat dan dengan
cara yang ditetapkan dalam ketentuan yang menjadi dasar penyelenggaraan
program pensiun di mana pembayaran manfaat tersebut dikaitkan dengan
pencapaian usia tertentu. Dengan kata lain dana pensiun merupakan sebuah

2

Veithzal Rivai, dkk, Bank dan Vinacial Institution Managenment (Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2007), hlm. 1066.


3
bentuk tabungan, lebih khusus lagi tabungan untuk masa pensiun.3
Sedangkan

dana

pensiun

syariah

adalah

dana

pensiun

yang

menyelenggarakan program pensiun berdasarkan Prinsip Syariah.4

Program dana pensiun ini dimaksudkan untuk

memberikan

kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama karyawan yang
mencapai usia pensiun sesuai perjanjian, artinya dana pensiun dikelola oleh
lembaga atau badan hukum dan memungut dana dari pendapatan para
karyawan suatu perusahaan kemudian membayarkan kembali dana tersebut
dalam bentuk manfaat pensiun setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian. Dalam hal ini pensiun baru dapat diberikan apabila karyawan
tersebut sudah memasuki usia pensiun atau sebab-sebab lain sehingga
memperoleh hak untuk mendapatkan manfaat pensiun.5
2. Dasar Hukum Dana Pensiun Syariah
Dasar hukum yang digunakan dalam pengelolaan dana pensiun
syariah yaitu:
a.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

b.


Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Pemberi Kerja;

c.

Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Lembaga Keuangan;

d.

Peraturan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia


Nomor

50/PMK.010/2012 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri
3

Yulizar D. Sanrego, “Skema dan Al-Takyif al-Fiqh (Tinjauh Fikih) Pembelian
Anuitas dalam Program Pensiun”, Jurnal Al-‘Adalah Vol. XII, Nomor 3 Juni 2015, hlm.
624.
4
Ketentuan Umum dalam Fatwa DSN MUI Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah.
5
Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2002), hlm. 306.

4
Keuangan Nomor 343/KMK/017/1998 tentang Iuran dan Manfaat
Pensiun;
e.


Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.05/2015 tentang
Investasi Dana Pensiun;

f.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan
Prinsip Syariah;

g.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 99/DSN-MUI/XII/2015 tentang
Anuitas Syariah untuk Program Pensiun.
3. Norma Dana Pensiun Syariah
Fiqih muamalah sebagai bagian dari hukum Islam yang sebagian

besar merupakan produk ijtihȃd para ahli hukum Islam dan tidak boleh
betentangan dengan prinsip tauhid. Dengan demikian, norma hukum fiqih
muamalah hasil pemikiran fuqahȃ senantiasa sejalan dengan norma tauhid.

Kesesuaian antara prinsip hukum tauhid dengan norma fiqih muamalah
sangat tergantung atas kerja ijtihȃd yang dilakukan oleh para ahli hukum
Islam (fuqahȃ). Pada tataran ini ijtihȃd menjadi sangat penting, karena ia
berfungsi sebagai sarana untuk merumuskan keputusan hukum bidang fiqih
muamalah.6
6

Ijtihâd secara bahasa berarti bersungguh-sungguh. Secara istilah (terminologi)
seperti diceritakan oleh al-Badawi (w. 685 H) dan dimformasikan oleh Atang Abd. Hakim
“Fiqh Perbankan Syariah” ialah “pengerahan seluruh kemampuan dalam upaya
menemukan hukum”. Orang yang melakukan ijtihȃd disebut mujtahid . ijtihâd berfungsi:
(a) untuk menguji kebenaran riwayat hadits yang tidak sampai ketingkat hadits mutawatir;
(b) upaya memahami redaksi ayat atau hadits yang tidak tegas pengertiannya sehingga
tidak bisa langsung difahami kecuali dengan ijtihad; (c) untuk mengembangkan prinsipprinsip hukum yang terdapat di dalam Alquran dan al-sunnah seperti dengan al-qiyȃs,
istihsân, dan maslahah mursalah. Wahbah al-Zuhaili menetapkan beberapa syarat yang
harus dimilik oleh seorang mujtahid, diantaranya; (1) mengerti makna ayat-ayay Alquran
dan al-hadits; (2) mengerti ayat atau hadits yang telah di-mansûkh (dinyatakan tidak
berlaku lagi oleh Allah atau Rasul-Nya; (3) mempunyai pengetahuan masalah yang telah
terjadi ijmâ’; (4) mengerti al-qiyâs; (5) menguasai bahasa Arab; (6) menguasai ilmu ushul


5
Syariah memberikan keleluasaan kepada individu untuk melakukan
aktivitas ekonomi dengan batasan norma (nilai) hukum. Artinya aktivitas
ekonomi tersebut tidak boleh melanggar dan bertentangan dengan norma
syariah. Inilah yang membedakan antara ekonomi syariah dengan ekonomi
kapitalis dan sosialis. Dalam sistem ekonomi kapitalis individu sangat
dominan, sementara dalam sosialis kepentingan umum sangat dominan.
Adapun ekonomi syariah berada di antara kapitalis dan sosialis meskipun
kepentingan orang banyak harus lebih didahulukan dari pada kepentingan
individu ((‫ص ِة‬
َ ‫ال َمصْ لَ َحةُ ْال َعا ّمةُ ُمقَ ّد َمةٌ َعلَي ْال َمصْ لَ َح ْة ْالخَ ا‬. Perhatian terhadap individu
dan masyarakat diisyaratkan oleh Q.S. 59 (Al-Hasr: 7).7
Pemerataan kesempatan, hal ini merupakan dasar norma dibentuknya
dana pensiun dengan menggunakan prinsip syariah yang menjadi pilar
ekonomi menunjukkan bahwa syariah membuka peluang kepada manusia,
tanpa sekat agama, ras, dan suku bangsa untuk bekerja dan berusaha dalam
rangka mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup ekonominya. Di
sini nampak korelasi antara pemerataan kesempatan dengan usaha dan kerja.
Dalam arti sempit, kerja dan usaha secara ekonomi berarti pemanfaatan atas
kepemilikan sumber daya manusia. Usaha juga bersinergi dengan risiko,

artinya, bahwa setiap pengelolaan sumber daya berhak mendapatkan
kompensasi, baik itu berupa ujrah maupun sanksi. Inilah sisi keadilan norma
fiqih dan; (7) mampu menangkap tujuan syari’at dalam merumuskan suatu hukum.
7

B uä!$sùr& ª!$# 4’n?tã ¾Ï&Î!qߒu’ ô`ÏB È@÷dr& 3’t’à)ø9$# ¬Tsù¨$!
ÉAqߒ§’=Ï9ur ’Ï%Î!ur 4’n1ö’à)ø9$# 4’yJ»tGu’ø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur
Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$#
’
ö’s1 ’ w tbqä3t’ P's!rߒ tû÷üt/ Ïä!$u’ÏYøîF{$# öNä3ZÏB 4 !
$tBur ãNä39s?#uä ãAqߒ§’9$# çnrä’ã’sù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù
4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߒ’Ï’x© É>$s)Ïèø9$# ÇÐÈ
“Harta rampasan fai yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari
penduduk
beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anakanak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang ada dalam perjalanan,
agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang yang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh,
Allah sangat keras hukuman-Nya”.


6
ekonomi syariah yang berlaku bagi keseluruhan umat manusia, sehingga
mereka memiliki hak hidup yang sama.
4. Skema dan Aplikasi Dana Pensiun Syariah
Skema yang digunakan dalam pengelolaan dana pensiun syariah
menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan
Prinsip Syariah sebagai berikut:
Pemberi
Kerja
(DPPK/DPLK)

Pengelola
DaPenSya
(Bank
Kustodian)

Investee
(Manajer
Investasi)

Peserta

Pertama:

Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
a.

Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan Manfaat Pensiun;

b.

Dana Pensiun Syariah adalah Dana Pensiun yang menyelenggarakan
program pensiun berdasarkan Prinsip Syariah;

c.

Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang
dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku
Pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti
(PPMP) atau Program Pensiun luran Pasti (PPIP), bagi kepentingan
sebagian atau seluruh karyawannya sebagai Peserta, dan yang
menimbulkan kewajiban terhadap Pemberi Kerja;

7
d.

Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun yang
dibentuk

oleh

bank

atau

perusahaan

asuransi

jiwa

untuk

menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun
Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan;
e.

Program Pensiun adalah setiap program yang mengupayakan Manfaat
Pensiun bagi Peserta;

f.

Program Pensiun luran Pasti (PPlP) adalah program pensiun yang
iurannya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun dan seluruh iuran
serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing
Peserta sebagai Manfaat Pensiun;

g.

PPIP-Contributory adalah Program Pensiun yang Pesertanya ikut
mengiur untuk penyelenggaraan program pensiunnya;

h.

PPIP-Non Contributory adalah adalah Program Pensiun yang Pesertanya
tidak ikut mengiur untuk penyelenggaraan program pensiunnya; iuran
untuk penyelenggaraan pensiun hanya dilakukan oleh Pemberi Kerja;

i.

Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah program pensiun yang
manfaatnya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun atau program
pensiun lain yang bukan merupakan Program Pensiun Iuran Pasti;

j.

Program pensiun syariah adalah program pensiun yang dijalankan dan
dikelola sesuai dengan prinsip syariah;

k.

Iuran adalah dana yang diterima Dana Pensiun yang berasal dari
Pemberi Kerja danlatau Peserta;

l.

Manfaat Pensiun adalah pembayaran yang diserahkan kepada penerima
pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam Peraturan Dana
Pensiun serta tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

8
m. Peraturan Dana Pensiun adalah peraturan yang berisi ketentuan yang
menjadi dasar pengelolaan dan penyelenggaraan pensiun;
n.

Vesting Right adalah hak seorang peserta untuk menerima Manfaat
Pensiun setelah yang bersangkutan menjadi peserta selama kurun waktu
tertentu;

o.

Locking-in adalah asas penundaan pembayaran manfaat pensiun bagi
Peserta sebelum mencapai usia pensiun;

p.

Peserta adalah setiap orang yang memenuhi persyaratan Peraturan Dana
Pensiun;

q.

Penerima manfaat pensiun adalah peserta, isteri/suami dari peserta,
anak-anak yang sah dari peserta, atau pihak lain yang ditunjuk oleh
peserta, sebagaimana diatur dalam Peraturan Dana Pensiun;

r.

Akad adalah pertalian ijab (pemyataan melakukan ikatan) dan qabul
(pemyataan menerima ikatan) yang dibuat antara dua pihak atau lebih,
sesuai prinsip syariah;

s.

Akad Hibah adalah akad yang berupa Pemberian dana (Mauhub bih)
dari Pemberi kerja (Wahib) kepada Pekerja (Mauhub lah) dalam
penyelenggaraan pensiun;

t.

Akad Hibah bi Syarth adalah hibah yang baru terjadi (efektif) apabila
syarat-syarat tertentu terpenuhi (dalam hal vesting right);

u.

Akad Hibah Muqayyadah adalah hibah, di mana pemberi (Wahib)
menentukan orang-orang/pihak-pihak yang berhak menerima manfaat
pensiun termasuk ketidakbolehan mengambil manfaat pensiun sebelum
waktunya (locking in);

v.

Akad Wakalah adalah akad benipa pelimpahan kuasa oleh pemberi
kuasa kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan;

w. Akad Wakalah bil Ujrah adalah akad wakalah dengan imbalan upah
(ujrah);

9
x.

Akad Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara Dana Pensiun
Syariah dengan pihak lain; Dana Pensiun Syariah sebagai Shahibul Mal,
pihak lain sebagai Mudharib (pengelola), keuntungan dibagi sesuai
nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian dibebankan kepada Dana
Pensiun Syariah apabila kerugian tersebut terjadi bukan karena kelalaian
pengelola.

Kedua:

Ketentuan terkait PPIP (Program Pensiun luran Pasti)

pada
DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan)
a.

Ketentuan Para Pihak dan Akad PPIP pada DPLK
1) Para Pihak dalam PPIP pada DPLK adalah Pemberi Kerja, Peserta,
Pengelola DPLK (selanjutnya disebut Dana Pensiun Syariah),
Investee, dan Penerima Manfaat Pensiun;
2) Akad antara Pemberi Kerja dengan Peserta adalah Hibah bi Syarth;
Pemberi Kerja sebagai Pemberi (Wahib), dan Peserta sebagai
Penerima (Mauhub lah);
3) Pemberi Kerja memiliki hak untuk menentukan pihak-pihak yang
berhak menerima manfaat pensiun dengan akad Hibah Muqayyadah
sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun Syariah;
4) Akad antara Pemberi Kerja dengan Dana Pensiun Syariah adalah
akad wakalah; Pemberi Kerja berkedudukan sebagai Muwakkil, dan
Dana Pensiun Syariah sebagai Wakil dalam mengelola program
pensiun bagi pekerjanya;
5) Dalam PPIP-Contributory, akad antara Peserta dengan Dana Pensiun
Syariah, adalah akad Wakalah bil Ujrah; Peserta sebagai Muwakkil,
dan Dana Pensiun Syariah sebagai Wakil dalam mengelola program
pensiunnya;

10
6) Akad antara Peserta Mandiri dengan Dana Pensiun Syariah adalah
akad Wakalah bil Ujrah; Peserta sebagai Muwakkil, dan Dana
Pensiun

Syariah

sebagai

Wakil

dalam

mengelola

program

pensiunnya;
7) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Investee/Manajer
Investasi adalah akad Wakalah bil Ujrah atau akad Mudharabah.
Dana Pensiun Syariah sebagai Muwakkil, dan Investee/Manajer
lnvestasi sebagai Wakil dalam akad Wakalah bil Ujrah; dan Dana
Pensiun Syariah sebagai Shahib al-Mal, dan Investee/Manajer
Investasi sebagai Mudharib dalam akad Mudharabah;
8) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Bank Kustodian,
Penasehat lnvestasi, dan Akuntan Publik adalah akad ijarah; Dana
Pensiun Syariah sebagai Musta’jir; dan Bank Kustodian, Penasehat
Investasi, dan Akuntan Publik sebagai ‘Ajir;
9) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan investasi dan non investasi,
Dana Pensiun Syariah boleh melakukan perjanjian (akad) dengan
pihak lain berdasarkan prinsip syariah yang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.

Ketentuan luran PPIP pada DPLK
1) Pemberi Kerja dan/atau Peserta menyisihkan dana untuk iuran
penyelenggaraan program pensiun peserta, dan menyerahkannya
kepada Dana Pensiun Syariah dengan akad Wakalah bil Ujrah; serta
mengacu pada peraturan perundangan dana pensiun;
2) Dalam hal vesting right, akad hibah dari Pemberi Kerja kepada
Peserta akan berlaku apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi sesuai
kesepakatan dan/atau ketentuan yang ditentukan Pemberi Kerja yang
substansinya sesuai dengan syariah dan/atau peraturan perundang undangan;

11
3) Dalam hal locking in, dana hibah dari Pemberi Kerja berikut hasil
pengelolaannya, sudah menjadi milik Peserta tapi belum bisa
diambil berdasarkan akad Hibah Muqayyadah;
4) Peserta berhak menarik dana miliknya dari Dana Pensiun Syariah,
dan Dana Pensiun Syariah wajib menunaikannya, pada saat Peserta
yang bersangkutan mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam
Peraturan Dana Pensiun (pensiun dipercepat, normal, atau ditunda);8
5) Apabila peserta meninggal dunia, maka manfaat pensiun diberikan
kepada pihak yang ditunjuk dengan syarat tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
c.

Ketentuan Pengelolaan Kekayaan Peserta PPIP pada DPLK
1) Pengelolaan kekayaan hams didasarkan pada prinsip kehati-hatian,
profesionalisme dan memenuhi Prinsip Syariah;
2) Iuran yang diterima Dana Pensiun Syariah hams diinvestasikan sesuai
dengan Prinsip Syariah;
3) Kegiatan investasi menggunakan akad yang berlaku sesuai dengan
Prinsip Syariah;
4) Pengelola DPLK Syariah berhak memperoleh imbalan (ujrah) atas
pengelolaan dana berdasarkan Akad Wakalah bil Ujrah.

d.

Ketentuan Manfaat Pensiun PPlP pada DPLK
1) luran Peserta dan/atau dana hibah dari Pemberi Kerja yang dikelola
Dana Pensiun Syariah beserta hasil investasinya, menjadi milik
Peserta apabila telah dipenuhi persyaratan yang ditentukan Pemberi

8

Pensiun normal adalah peserta yang telah mencapai usia pensiun menurut
ketentuan perusahaan atau institusi; Pensiun dipercepat adalah peserta yang berhenti bekerja,
atau tidak memiliki penghasilan lagi minimal 10 tahun sebelum mencapai usia pensiun
normal; dan Pensiun ditunda adalah hak yang diterima oleh peserta yang berhenti bekerja
sebelum mencapai usia pensiun normal. Akan tetapi, pembayaran pensiun baru dibayarkan
setelah peserta mencapai usia pensiun normal sesuai dengan peraturan dana pensiun.

12
Kerja dan/atau disepakati dalam perjanjian yang tidak bertentangan
dengan syariah dan peraturan perundang-undangan;
2) Serahterima manfaat pensiun harus didasarkan pada kesepakatan
sesuai prinsip syariah dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Ketiga
a.

: Ketentuan terkait PPIP pada DPPK

Ketentuan Para Pihak dan Akad PPIP pada DPPK
1) Para Pihak dalam PPlP pada DPPK adalah Pemberi Kerja, Peserta,
Pengelola DPPK (selanjutnya disebut Dana Pensiun Syariah),
Investee, dan Penerima Manfaat Pensiun;
2) Akad antara Pemberi Kerja dengan Peserta adalah Hibah bi Syarth;
Pemberi Kerja sebagai Pemberi (Wahib), dan Peserta sebagai
Penerima (Mauhub lah);
3) Pemberi Kerja memiliki hak untuk menentukan pihak-pihak yang
berhak menerima manfaat pensiun dengan akad Hibah Muqayyadah
sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun Syariah;
4) Akad antara Pemberi Kerja dengan Dana Pensiun Syariah adalah
akad wakalah; Pemberi Kerja berkedudukan sebagai Muwakkil, dan
Dana Pensiun Syariah sebagai Wakil untuk menyelenggarakan
program pensiun bagi pekerjanya;
5) Dalam hal Contributory, akad antara Peserta dengan Dana Pensiun
Syariah adalah akad Wakalah; Peserta berkedudukan sebagai
Muwakkil, dan Dana Pensiun sebagai Wakil;
6) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Investee/Manajer
Investasi adalah akad Wakalah bil Ujrah atau akad Mudharabah.
Dana Pensiun sebagai Muwakkil, dan Investee/Manajer Investasi
sebagai Wakil dalam akad Wakalah bil Ujrah; dan Dana Pensiun

13
sebagai Shahib al-Mal, dan Investee/Manajer Investasi sebagai
Mudharib dalam akad Mudharabah;
7) Akad antara Dana Pensiun dengan Bank Kustodian, Penasehat
Investasi, dan Akuntan Publik adalah akad ijarah; Dana Pensiun
sebagai Mu'jir; dan Bank Kustodian, Penasehat Investasi, dan
Akuntan Publik sebagai ‘Ajir (Musta'jir);
8) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan investasi dan non investasi,
Dana Pensiun Syariah boleh melakukan perjanjian (akad) dengan
pihak lain berdasarkan prinsip syariah yang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.

Ketentuan luran PPIP pada DPPK
1) Pemberi Kerja danlatau Peserta menyisihkan dana untuk iuran
penyelenggaraan program pensiun peserta, dan menyerahkannya
kepada Dana Pensiun Syariah dengan akad wakalah serta mengacu
pada peraturan perundangan dana pensiun;
2) Pemberi Kerja memiliki hak untuk menentukan pihak-pihak yang
berhak menerima manfaat pensiun dengan akad Hibah Muqayyadah
sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun Syariah;
3) Dalam hal vesting right, akad hibah dari Pemberi Kerja kepada
Peserta akan berlaku apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi sesuai
kesepakatan danlatau ketentuan yang ditentukan Pemberi Kerja yang
substansinya sesuai dengan syariah dan/atau peraturan perundang undangan;
4) Apabila Pemberi Kerja gagal memenuhi kewajiban pada masa
vesting right, Mauhub bih menjadi milik Pekerja;
5) Dalam hal locking in, dana hibah dari Pemberi Kerja berikut hasil
pengelolaannya, sudah menjadi milik Peserta tapi belum bisa
dikuasai secara penuh;

14
6) Peserta berhak menarik dana miliknya dari Dana Pensiun Syariah,
dan Dana Pensiun Syariah wajib menunaikannya, pada saat Peserta
yang bersangkutan mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam
Peraturan Dana Pensiun (pensiun dipercepat, normal, atau ditunda);
7) Apabila peserta meninggal dunia, maka manfaat pensiun diberikan
kepada pihak yang ditunjuk dengan syarat tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
c.

Ketentuan Pengelolaan Kekayaan Peserta PPIP pada DPPK
1) Pengelolaan kekayaan hams didasarkan pada prinsip kehati-hatian,
profesionalisme dan memenuhi Prinsip Syariah;
2) Iuran yang diterima Dana Pensiun Syariah hams diinvestasikan sesuai
dengan Prinsip Syariah;
3) Kegiatan investasi menggunakan akad yang berlaku sesuai dengan
Prinsip Syariah.

d.

Ketentuan Manfaat Pensiun PPIP pada DPPK
1) Iuran Peserta dan/atau dana hibah dari Pemberi Kerja yang dikelola
Dana Pensiun Syariah beserta hasil investasinya, menjadi milik
Peserta apabila telah dipenuhi persyaratan yang ditentukan Pemberi
Kerja dan/atau disepakati dalam perjanjian yang tidak bertentangan
dengan syariah dan peraturan perundang-undangan;
2) Serahterima manfaat pensiun harus didasarkan pada kesepakatan
sesuai prinsip syariah dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Keempat
a.

: Ketentuan terkait PPMP

Ketentuan Para Pihak dan Akad PPMP
1) Para Pihak dalam PPMP adalah Pemberi Kerja, Peserta, Dana
Pensiun Syariah, Investee, Aktuaris, dan Penerima Manfaat Pensiun;

15
2) Akad antara Pemberi Kerja dengan Peserta adalah Hibah bi syarth;
Pemberi Kerja sebagai Pemberi (Wahib), dan Peserta sebagai
Penerima (Mauhub lah);
3) Pemberi Kerja memiliki hak untuk menentukan pihak-pihak yang
berhak menerima manfaat pensiun dengan akad Hibah Muqayyadah
sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun Syariah;
4) Akad antara Pemberi Kerja dengan Dana Pensiun Syariah adalah
akad wakalah; Pemberi Kerja berkedudukan sebagai Muwakkil, dan
Dana Pensiun Syariah sebagai Wakil;
5) Akad antara Peserta dengan Dana Pensiun Syariah adalah akad
Wakalah; Peserta berkedudukan sebagai Muwakkil, dan Dana
Pensiun Syariah sebagai Wakil;
6) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan investasi dan non investasi,
Dana Pensiun Syariah boleh melakukan perjanjian (akad) dengan
pihak lain berdasarkan syariah yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
7) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Investee/Manajer
Investasi adalah akad Wakalah bil Ujrah atau akad Mudharabah.
Dana Pensiun Syariah sebagai Muwakkil, dan Investee/Manajer
lnvestasi sebagai Wakil dalam akad wakalah bil ujrah; dan Dana
Pensiun Syariah sebagai Shahib al-Mal, dan Investee/Manajer
lnvestasi sebagai Mudharib dalam akad Mudharabah;
8) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Bank Kustodian,
Penasehat lnvestasi, Akuntan Publik, dan Konsultan Aktuaria adalah
akad ijarah; Dana Pensiun Syariah sebagai Musta 'jir; dan Bank
Kustodian, Penasehat lnvestasi, Akuntan Publik dan Konsultan
Aktuaria sebagai ‘Ajir.
b.

Ketentuan luran PPMP

16
1) Pemberi Kerja dan/atau Peserta memberikan dananya untuk iuran
penyelenggaraan program pensiun, dan menyerahkannya kepada
Dana Pensiun Syariah dengan akad wakalah;
2) Akad antara Pemberi Kerja dengan Peserta adalah hibah bi syarth;
Pemberi Kerja sebagai Pemberi (Wahib), dan Peserta sebagai
Penerima (Mauhub lah);
3) Dalam hal vesting right, akad hibah dari Pemberi Kerja kepada
Peserta akan berlaku apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi sesuai
kesepakatan danlatau ketentuan yang ditentukan Pemberi Kerja yang
substansinya sesuai dengan syariah dan/atau peraturan perundang undangan;
4) Apabila Pemberi Kerja gagal memenuhi memenuhi kewajiban pada
masa vesting right, Mauhub bih menjadi milik Pekerja;
5) Dalam hal locking in, dana hibah dari Pemberi Kerja berikut hasil
pengelolaannya, sudah menjadi milik Peserta tapi belum bisa
dikuasai secara penuh;
6) Peserta berhak menarik dana miliknya dari Dana Pensiun Syariah,
dan Dana Pensiun Syariah wajib menunaikannya, pada saat Peserta
yang bersangkutan mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam
Peraturan Dana Pensiun (pensiun dipercepat, normal, atau ditunda);
7) Apabila peserta meninggal dunia, maka manfaat pensiun diberikan
kepada pihak yang ditunjuk dengan syarat tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
c.

Ketentuan Pengelolaan Kekayaan Peserta PPMP
1) Pengelolaan kekayaan hams didasarkan pada prinsip kehati-hatian,
profesionalisme dan memenuhi Prinsip Syariah;
2) Iuran yang diterima Dana Pensiun Syariah harus diinvestasikan
sesuai dengan Prinsip Syariah;

17
3) Kegiatan investasi menggunakan akad yang berlaku sesuai dengan
Prinsip Syariah.
d.

Ketentuan Manfaat Pensiun PPMP
1) Iuran Peserta dan/atau dana hibah dari Pemberi Kerja yang dikelola
Dana Pensiun Syariah beserta hasil investasinya, menjadi milik
Peserta apabila telah dipenuhi persyaratan yang ditentukan Pemberi
Kerja dan/atau disepakati dalam perjanjian yang tidak bertentangan
dengan syariah dan peraturan perundang-undangan;
2) Serahterima manfaat pensiun hams didasarkan pada kesepakatan
sesuai prinsip syariah dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

C. Penutup
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut ini:
1.

Dasar hukum tentang Dana Pensiun Syariah masih mengacu kepada
peraturan perundang-undangan yang umum yaitu Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

2.

Pengelolaan Dana Pensiun Syariah ini mengacu kepada Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.05/2015 tentang Investasi Dana
Pensiun;

3.

Norma yang dijadikan dasar sebagai acuan terhadap Dana Pensiun
Syariah secara umum diatur dalam norma hukum fiqih muamalah hasil
pemikiran fuqahȃ yang diamil dari Al-Quran Surat Al-Hasr ayat 7; dan

4.

Ketentuan mengenai akad yang digunakan dalam pengelolaan Dana
Pensiun berdasarkan prinsip syariah mengacu kepada Fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah

18
dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 99/DSN-MUI/XII/2015
tentang Anuitas Syariah untuk Program Pensiun.

DAFTAR PUSTAKA

19
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan
Prinsip Syariah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 99/DSN-MUI/XII/2015 tentang
Anuitas Syariah untuk Program Pensiun.
Hakim, Atang Abd. 2011. Fiqh Perbankan Syariah: Transformasi Fiqh
Muamalah ke dalam Peraturan Perundang-undangan. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Kashmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50/PMK.010/2012
tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor
343/KMK/017/1998 tentang Iuran dan Manfaat Pensiun.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.05/2015 tentang Investasi
Dana Pensiun.
Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi
Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga
Keuangan.
Rivai, Veithzal dkk. 2007. Bank dan Vinacial Institution Managenment.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rodho Intan Putri Hasibuan, “Dana Pensiun dalam Perspektif Hukum Bisnis
Syariah”, Jurnal Al-‘Adalah Vol. X, Nomor 1 Januari 2011.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
Yulizar D. Sanrego, “Skema dan Al-Takyif al-Fiqh (Tinjauh Fikih)
Pembelian Anuitas dalam Program Pensiun”, Jurnal Al-‘Adalah Vol.
XII, Nomor 3 Juni 2015.