GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRI

AGRIEKONOMIKA
JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015
AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang
memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan
kebijakan pertanian dalam arti umum.

Editor in Chief
Ihsannudin, MP

Editor Board
Dr. Elys Fauziyah
Dr. Andri K. Sunyigono
Slamet Widodo, M.Si
Dr. Teti Sugiarti
Suadi, Ph.D

UTM
UTM

UTM
UTM
UGM

Hadi Paramu, Ph.D
Dr. Joni Murti Mulyo Aji
Dr. Amzul Rifin
Dr. Mohammad Arief
Subejo, Ph.D

Unej
Unej
IPB
UTM
UGM

Lay Out
Taufik R.D.A Nugroho
Umar Khasan


Pelaksana Tata Usaha
Umar Khasan
Miellyza Kusuma Putri

Mitra Bestari
Agnes Quartina Pudjiastuti
Apri Kuntariningsih
Watermin
Ernoiz Antriandarti
I Ketut Arnawa

Universitas
Tribuana
Tunggadewi Malang
Pemerhati
Sosiologis
Pembangunan Pedesaan
Univ.
Muhammadiyah
Purwokerto

UNS
Univ.
Mahasaraswati
Denpasar

Gema W. Mukti

Unpad

Harisuddin

UNS

Jauhari

Lolit Sapi Grati

S. Rusdiana
Dedi Irwandi


Balitnak
BPTP
KALTENG

Alamat Redaksi
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang 02 Kamal Bangkalan
Telp. (031) 3013234 Fax. (031) 3011506
Surat elektronik: agriekonomika@gmail.com
Laman: http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika
AGRIEKONOMIKA diterbitkan sejak April 2012 oleh Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
Redaksi mengundang segenap penulis untuk mengirim naskah yang belum pernah
diterbitkan oleh media maupun lembaga lain. Pedoman penulisan dapat dilihat pada
bagian belakang jurnal. Naskah yang masuk akan dievaluasi oleh editor board dan blind
reviewer.

AGRIEKONOMIKA
JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

ISSN 2301-9948
e 2407-6260
VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015
DAFTAR ISI

SOCIAL QUALITY MASYARAKAT LAHAN PASIR PANTAI PADA
ASPEK SOCIAL EMPOWERMENT DI KECAMATAN PANJATAN
KABUPATEN KULONPROGO …………………………………………………….1-9
Kusumaningrum, Juliman Foor Z, Dalvi Mustafa
PREFERENSI KONSUMEN BERAS BERLABEL ……………………………10-21
Syahrir, Sitti Aida Adha Taridala, Bahari
PERKEMBANGAN
KONVERSI
LAHAN
PERTANIAN
DI
KABUPATEN JEMBER …………………………………………………………22-36
Aryo Fajar Sunartomo
CPUE DAN TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN CAKALANG
(Katsuwonus pelamis) DI SEKITAR TELUK PALABUHANRATU,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT …………………………………...37-49
Dian Budiasih dan Dian A.N. Nurmala Dewi
PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PENGUATAN MODAL
KELEMBAGAAN PETANI DI KAWASAN AGROPOLITAN
KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG …………………………...50-58
Watemin, Sulistyani Budiningsih
KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI
PADI SAWAH DI SERANG BANTEN ………………………………………...59-65
Resmayeti Purba
KAJIAN IDENTIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS KEARIFAN
LOKAL
PADA
RUMAH
TANGGA
PRA
SEJAHTERA
DI JAWA TENGAH ………………………………………………………………66-79
Erlyna Wida R, Heru Irianto dan Choirul Anam
PENINGKATAN
USAHA

TERNAK
DOMBA
MELALUI
DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN: EKONOMI PENDAPATAN
PETANI …………………………………………………………………………...80-95
S. Rusdiana dan L. Praharani
STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA
PASANG SURUT DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN
PRODUKSI BERAS DI KALIMANTAN TENGAH …………………………...96-105
Dedy Irwandi

INTENSI
KEWIRAUSAHAAN
MAHASISWA
UNIVERSITAS
TRUNOJOYO MADURA ……………………………………………………...106-118
Ananda Ahda Vilathuvahna dan Taufik R D A Nugroho
SUBSIDI BUNGA MODAL YANG DITERIMA RUMAH TANGGA
PETERNAK SAPI BINAAN PROGRAM CSR (Corporate Social
Responsibilty) PETROCHINA JABUNG Ltd ………………………………124-133

Ardi Novra
KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM PENYUSUNAN
RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS PADI PADA BKP5K
KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ………………………..134-155
Elih Juhdi Muslihat, Azhar, Kusmiyati, Woro Indriatmi
GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRIBUSI
SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR (OLAH DATA
TABEL INPUT-OUTPUT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010)………156-169
Azizatun Nurhayati1, Any Suryantini2
KERAGAAN USAHATANI DAN PEMASARAN BUAH NAGA
ORGANIK ……………………………………………………………………...170-186
Kustiawati Ningsih1, Herman Felani1, Halimatus Sakdiyah2
PENGEMBANGAN PASAR LELANG FORWARDKOMODITAS
BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DI PROVINSI SUMATERA
SELATAN ………………………………………………………………………187-199
Heri Rahman
SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK INDUSTRIALISASI GULA
BERKELANJUTAN DI PULAU MADURA ………………………………….200-211
Akhmad Mahbubi
SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGULAN

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI MALUKU ……......212-222
Esther Kembauw1, Aphrodite Milana Sahusilawane1, Lexy
Janzen Sinay2
KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA DAN
PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KETINGGIAN SEDANG ………...223-236
Ati Kusmiati dan Devi Yulistia Nursamsiya
TARIF BEA MASUK OPTIMAL BAGI PRODUK PERTANIAN
INDONESIA ……………………………………………………………………237-246
Dian Dwi Laksani1, Rizky Eka Putri2
PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS
LEMBAH PALU ……………………………………………………………….247-259
Rustam Abd. Rauf1, Saiful Darman1, dan Atik Andriana2

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260

Oktober,
2015

Volume 4, Nomor 2


GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRIBUSI
SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR (OLAH DATA
TABEL INPUT-OUTPUT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010)
Azizatun Nurhayati1, Any Suryantini2
Program Studi Magister Manajemen Agribisnis
2
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
onlyazizi@gmail.com
1

ABSTRAK
Pembangunan daerah dilakukan dengan memaksimalkan potensi sumber daya
yang ada di suatu daerah. Karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah
petani, maka penting untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian terhadap
perekonomian suatu daerah. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi
sektor pertanian terhadap multiplier output, pengganda pendapatan, dan
pengganda tenaga kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis Input Output yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas tebu berada

pada kuadran II, Dari keseluruhan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa
(1) Komoditas tebu dapat mendorong berkembangnya industri gula di Jawa
Timur, (2) di sektor peternakan, subsektor yang dapat dikembangkan adalah
pakan ternak, pemotongan hewan, sapi, kambing dan domba, serta ayam (3) di
sektor pengolahan subsektor pengolahan es krim, beras, dan penggilingan padi
serta rokok.
Kata kunci: sektor unggulan, tabel input-ouput, sektor pertanian, Jawa Timur
GENERAL DESCRIPTION OF AGRICULTURE LEADING SECTOR AND ITS
CONTRIBUTION IN EAST JAVA PROVINCE (INPUT-OUTPUT TABLE
ANALYSIS OF EAST JAVA PROVINCE IN 2010)
ABSTRACT
Local development is held by maximizing potential resources in a particular
region. In addition, most of Indonesian people are farmers so it’s important to
identify the agriculural contribution in local economic. The aim of this study are to
study the contribution of agriculture in ouput multiplier, income multiplier, and
employment multiplier. The method which was used in this research was inputoutput analysis based on Badan Pusat Statistik East Java Province’s data in
2010. From the analysis, we can conclude that the sugarcane was formed in the
second quadrant, in which (1)sugarcane comodity promoted the sugar industry in
East Java Province (2) in livestock subsector, the woof of livestock industry,
animals truncation, sheeps, goats, and chicken husbandry (poultry) were
potentially to be developed (3) in processing subsector which was based on
agriculture product, ice cream and processing, rice milling and cigarette were
potentially to be developed.
Key words: leading sector, input-output table, agriculture sector, East Java

156

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi daerah difokuskan dengan memaksimalkan
potensi yang ada di suatu wilayah untuk menciptakan suatu lapangan kerja
sehingga bisa memberikan tambahan pendapatan masyarakat. Dalam suatu
rencana pembangunan perekonomian suatu daerah, dibutuhkan adanya prioritas
sektor yang akan dibangun. Dalam hal ini, sektor pertanian penting untuk
diperhatikan karena sebagian besar mata pencaharian penduduk berada pada
sektor ini. Data Badan Pusat Statistik (2014) menunjukkan sebanyak 7.261.367
jiwa atau sebesar 37,61% penduduk Jawa Timur bekerja di sektor baik pertanian,
perikanan, kehutanan maupun perburuan. Sektor pertanian meliputi subsektor
tanaman bahan makanan, subsektor hortikultura, subsektor peternakan,
subsektor perikanan dan subsektor kehutanan. Subsektor-subsektor ini akan
saling terkait untuk saling mendukung kemajuan antar subsektor.
Tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar
penduduk dan antar sektor (Suryani, 2013). Jawa Timur adalah salah satu
provinsi di Pulau Jawa dengan luas lahan pertanian 4.656.757 hektar dan telah
mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap produksi pangan nasional
(Anonim, 2013). Di samping itu, dari sektor hortikultura, berdasarkan penelitian
Tamami (2012) Jawa Timur, khususnya Bangkalan, memiliki potensi yang layak
dikembangkan. Tamami menyebutkan, usahatani melati Ratu Ebuh prospektif
untuk dikembangkan secara komersial.
Menurut Yanti (2009) jika indeks derajat penyebaran dan indeks derajat
kepekaan digabungkan maka akan tersusun 4 kuadran di yaitu:
1. Kuadran I adalah kelompok subsektor atau sektor dengan indeks daya
penyebaran dan indeks daya kepekaan tinggi, sehingga sektor-sektor yang
berada dalam kuadran ini disebut sebagai leading sector.
2. kuadran II adalah subsektor atau sektor dengan indeks daya kepekaan
rendah tetapi indeks daya penyebarannya tinggi yang berarti bahwa sektor ini
memiliki ketergantungan yang tinggi pada sektor lain sedangkan daya dorong
terhadap sektor lain rendah.
3. Kuadran III adalah subsektor atau sektor dengan indeks derajat penyebaran
dan indeks daya kepekaan rendah. Subsektor atau sektor yang berada dalam
kuadran ini membutuhkan dorongan dan dukungan dari sektor lain karena
kemampuan subsektor atau sektor di kuadran ini lemah.
4. Kuadaran IV adalah subsektor atau sektor dengan indeks daya kepekaan
tinggi namun indeks daya penyebaran rendah, di mana subsektor atau sektor
yang berada dalam kuadran ini dapat mendorong sektor lain tetapi tingkat
ketergantungannya dalam sektor lain rendah sehingga dapat dikatakan sektor
ini mandiri.
5. Jika indeks daya kepekaan dan indeks daya penyebaran bernilai 1 maka
indeks daya penyebaran dan atau indeks daya kepekaan suatu sektor sama
dengan indeks daya penyebaran dan atau indeks daya kepekaan seluruh
sektor ekonomi.
Untuk mengetahui sebarapa jauh sektor pertanian berperan dalam
pembangunan perekonomian di Jawa Timur, maka perlu dilakukan penelitian ini.

157

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan merupakan penelitian kuantitatif. Data-data
dikumpulkan kemudian diolah sehingga menghasilkan informasi yang berguna
bagi pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007).
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari Badan Pusat
Statistik Provinsi Jawa Timur tahun 2010 dalam bentuk tabel input-output 110
sektor yang merupakan tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Dari
110 sektor, 51 subsektor yang meliputi sektor pertanian dan pengolahan
pertanian akan disusun dalam bentuk peringkat.
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis keterkaitan
dengan menggunakan indeks daya penyebaran (forward linkage index) dan
indeks daya kepekaan (bacward linkage index) dari matriks pengganda. Matriks
pengganda, yang ditemukan oleh Leontif, adalah matriks kebalikan (inverse
matrix) yang digunakan untuk menghubungkan permintaan akhir dengan tingkat
produksi output. Oleh karena itu, matriks pengganda (matriks Leontif) ini
digunakan untuk mengetahui dampak perubahan permintaan akhir terhadap
berbagai sektor perekonomian (Nazara, 1997).
1) Menghitung matriks pengganda
a) Menghitung koefisien input, yang dirumuskan dengan
aij =

(1)

Jika aij adalah koefisien input sektor produksi nasional i oleh sektor produksi
j,dengan demikian dapat disusun matriks sebagai berikut :
a11X1+a12X2+ ... +a1nXn+F1= X1
a21X1+a22X2+ ... +a2nXn+F2=X2
an1X1+an2X2+ ... +annXn+Fn=Xn

(2)

Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir maka akan terdapat perubahan
pada pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan maka
dapat dituliskan sebagai berikut:
AX+F= X atau F= X-AX sehingga F= (I-A)-1F

(3)

Dimana I adalah matriks identitas ukuran nxn yang memuat angka 1 pada
diagonalnya dan angka nol pada elemen lain, F adalah permintaan akhir, X
adalah output, (I-A) adalah matriks Leontief, dan (I-A)-1 adalah matriks kebalikan
Leontief.
b) Menghitung pengganda output (output multiplier). Pengganda output dihitung
untuk mengetahui dampak perubahan akhir suatu sektor terhadap semua
sektor yang ada setiap satuan perubahan jenis pengganda, dirumuskan
dengan:
Oij =

158

(4)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

Dimana Oij adalah pengganda output sektor j, α ij adalah elemen matriks
kebalikan Leontief, dan i adalah baris ke 1, 2, 3, sampai baris ke n.
c) Menghitung pengganda pendapatan
=

,

(5)

Dimana Ij adalah pengganda pendapatan sektor j, an+1,i adalah bagian nilai
tambah bagian upah/gaji per total output, α ij adalah matriks kebalikan Leontief.
d) Menghitung pengganda tenaga kerja
Pengganda tenaga kerja dapat dihitung dengan
wj =lj/xj, maka Lj = Σ wj(I-A)-1

(6)

Dimana Lj adalah angka pengganda tenaga kerja, wj adalah koefisien tenaga
kerja suatu sektor j, lj adalah jumlah tenaga kerja di sektor j, xj adalah jumlah
output pada sektor j, dan (I-A)-1 adalah matriks kebalikan Leontief.
2) Menghitung keterkaitan Antar Sektor
a. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage)
Keterkaitan ke belakang dihitung dengan rumus
j=

(7)

Dimana α i adalah indeks daya kepekaan, Σ i bij adalah jumlah koefisien input
antara/Leontief dengan i sebagai sektor baris, Σ i Σ j bij adalah jumlah koefisien
input antara/Leontief dengan j sebagai sektor kolom dan n adalah jumlah sektor.
Kriteria kesimpulan jika α i = 1, daya menarik sektor i sama dengan rata-rata
daya menarik seluruh sektor ekonomi, α i> 1, daya menarik sektor i lebih besar
daripada rata-rata daya menarik seluruh sektor ekonomi, α i< 1, daya menarik
sektor i lebih kecil daripada rata-rata daya menarik seluruh sektor ekonomi.
b. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)
Keterkaitan ke depan dihitung dengan menggunakan rumus:
j=

(8)

Dimana β i adalah indeks daya penyebaran, Σ jbij adalah jumlah koefisien input
antara/Leontief dengan i sebagai sektor baris, Σ i Σ j bij adalah jumlah koefisien
input antara/Leontief dengan j sebagai sektor kolom, dan nadalah jumlah sektor
Kesimpulan dapat diambil dengan memperhatikan kriteria jika β j = 1, derajat
kepekaan sektor j sama dengan rata-rata derajat kepekaan sektor seluruh sektor
ekonomi, jika β j> 1, derajat kepekaan sektor j lebih besar daripada rata-rata

159

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi, dan jika β j< 1, derajat kepekaan sektor
j lebih kecil daripada rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Pengganda Output
Angka pengganda output untuk menghitung nilai produksi dari semua
sektor yang diperlukan untuk memenuhi nilai permintaan akhir dari output suatu
sektor. Pengganda output merupakan ukuran tentang peningkatan output dari
seluruh sektor dalam perekonomian apabila terjadi peningkatan 1 unit (rupiah)
permintaan akhir pada sektor tertentu.
Diketahui bahwa di antara sektor pertanian dan olahannya, sektor
pengolahan susu, produk dari susu dan es krim memiliki pengganda output yang
paling tinggi yaitu 2,0768, disusul pakan ternak dan pemotongan hewan. Hal ini
menunjukkan bahwa output sektor pengolahan susu, produk dari susu, dan es
krim digunakan oleh sebagian besar sektor lainnya dan berpengaruh besar
terhadap output sektor lainnya. Jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada
sektor pengolahan susu, produk dari susu, dan es krim sebesar 1 juta rupiah,
maka akan meningkatkan output seluruh sektor dalam perekonomian sebesar Rp
2,0768 juta rupiah (Lampiran 1). Jika dibandingkan dengan sektor pertanian hulu
(sektor 1-19), rangking sektor pengolahan (sektor 20-51) relatif lebih baik. Selain
pengolahan susu dan es krim, sektor pakan ternak dan pemotongan hewan
menempati rangking pengganda output berturut-turut 2 dan 3. Rangking ini
menunjukkan bahwa berkembangnya industri pakan ternak sinergis dengan
pemotongan hewan. Jika dikaitkan dengan sektor peternakan, terlihat bahwa
sektor peternakan lain (rangking 12), sapi (rangking 27), domba dan kambing
(rangking 18), dan ayam (rangking 15) cenderung memiliki posisi yang lebih baik
dari sektor tanaman bahan makanan pangan dan perkebunan. Dengan demikian
dari sisi pengganda output, sektor peternakan di Jawa Timur potensial untuk
dikembangkan.
Pada sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan, lima besar
subsektor yang mmapu menciptakan output multiplier tertinggi adalah tebu, padi,
buah-buahan, tanaman perkebunan lain, dan kedelai (gambar 1).
1.3531
1.3039

1.3028

1.2913
1.252

Tebu

Buah-buahan

Padi

Perkebunan
Lain

Kedelai

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012
Gambar 1
Lima Besar Komoditas Pengganda Output
Tebu memiliki angka pengganda output sebesar 1,3531, yang merupakan
angka pengganda terbesar dibandingkan dengan tanaman perkebunan lain.
Angka memiliki arti bahwa ketika terdapat perubahan permintaan akhir dari
subsektor ini (misalnya gula) sebanyak 1 juta permintaan, maka akan

160

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

meningkatkan output dari seluruh sektor sebesar 1,3531 juta rupiah. Jika
demikian, maka perkebunan tebu lebih potensial untuk mendongkrak output
seluruh sektor dibandingkan dengan tanaman pertanian dan perkebunan lainnya
.
1. Pengganda Pendapatan
Sektor-sektor pengolahan masih memiliki pengganda pendapatan yang
lebih baik daripada sektor pertanian dan perkebunan. Terlebih pada sektor
tembakau olahan dengan angka pengganda pendapatan sebesar 14,7487.
Angka ini cukup besar dan meruapakan subsektor yang dapat meningkatkan
pendapatan dari seluruh sektor sebesar 14,7487 juta rupiah jika terdapat
perubahan permintaan akhir sebanyak 1 juta unit. Di lain sisi, tembakau sebagai
penyedia bahan baku tembakau olahan hanya memiliki angka pengganda
pendapatan sebanyak 1,1388 (Lampiran 2). Angka ini lebih rendah dibandingkan
dengan nilai pengganda pendapatan yang dimiliki oleh tanaman biofarmaka dan
tebu (gambar 2). Tembakau bahkan tidak menjadi salah satu dari lima komoditas
dengan angka pengganda terbesar di antara subsektor tanaman bahan makanan
dan perkebunan. Hal ini menujukkan bahwa pertanian tembakau tidak potensial
untuk dikembangkan, tetapi dari sisi industri (misalnya pabrik rokok) memiliki
pengaruh pada pendapatan penduduk yang cukup besar. Ini merupakan indikasi
bahwa pabrik rokok di Jawa Timur tidak menjadikan pertanian tembakau di Jawa
Timur sebagai pemasok utama. Di lain sisi pakan ternak, pemotongan hewan,
dan peternakan masih memberikan angka pengganda pendapatan yang tinggi.
Untuk tanaman perkebunan dan tanaman bahan makanan pangan, 5 besar
pengganda pendapatan tertinggi dapat dilihat pada gambar 2.
1.3577
1.2922

Tanaman Biofarmaka

Tebu

1.267

Sayur-sayuran

1.2461

1.2415

Padi

Kacang Tanah

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012
Gambar 2
Lima Besar Komoditas Pengganda Pendapatan
Pada pengganda pendapatan, lima besar komoditas yang mampu
memberikan pengaruh pada pendapatan yang diambil dari subsektor tanaman
bahan makanan dan perkebunan adalah tanaman biofarmaka, tebu, sayursayuran, padi dan kacang tanah. Dari gambar 2 diketahui bahwa tebu masih
masuk ke dalam lima besar pengganda pendapatan tertinggi. Hal ini
menunjukkan tebu tidak hanya memiliki kemampuan untuk meningkatkan output
seluruh sektor tetapi juga mampu memberikan efek pengganda pendapatan
sebesar 1,2922 juta rupiah ketika terdapat perubahan pada permintaan akhir
tebu sebanyak 1 juta unit.
Beras merupakan pengganda tenaga kerja yang menempati rangking
pertama dari sektor pertanian dan olahannya secara keseluruhan dengan nilai

161

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

256, 4362 yang berarti bahwa setiap ada kenaikan permintaan sebanyak 1
rupiah pada permintaan akhir maka terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja
sebesar 256 orang (Lampiran 3). Untuk rokok, pengganda tenaga kerja
menempati peringkat ke 8, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat
meningkat karena adanya pengolahan tembakau (Lampiran 2) disebabkan
karena tenaga kerja banyak terserap di sektor rokok.Sektor yang konsisten
dalam meningkatkan output, pendapatan, dan tenaga kerja adalah sektor-sektor
peternakan.
Untuk subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan, peringkat 5
besar diurutkan sesuai dengan gambar 3 di bawah ini.
2.8849
1.969

Kelapa

Buah-buahan

1.1852

1.1849

1.1795

Sayur-sayuran

Padi

Kacang Hijau

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012
Gambar 3
Lima Besar Komoditas Pengganda Tenaga Kerja
Subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan penyerapan tenaga
kerja tertinggi Jawa Timur adalah kelapa, kemudian disusul oleh buah-buahan.
Sektor perkebunan bukan merupakan anggota dari 5 besar pengganda tenaga
kerja di Jawa Timur. Ini artinya, secara umum subsektor perkebunan, tidak terlalu
banyak menyerap tenaga kerja. Kelapa cukup banyak menyerap tenaga kerja
karena luas lahan di Jawa Timur yang ditanami kelapa mencapai 292.356 hektar
(6% dari luas Jawa Timur keseluruhan) dengan produksi kelapa yang terus
meningkat hingga mencapai 273.961 ton pada tahun 2012. Menurut Dinas
Perkebunan Jawa Timur, provinsi ini masuk ke dalam 10 besar penghasil kelapa
terbesar di Indonesia.
Analisis Keterkaitan Antar Sektor dan Penentuan Sektor Unggulan
Untuk menentukan sektor unggulan maka setiap sektor dipetakan dalam
4 kuadran. Sektor unggulan berada di sektor I, disusul sektor II, IV, dan III.
Pemetaan 51 sektor ditunjukkan oleh gambar 4.

162

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015

IBL

Volume 4, Nomor 2

1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Kuadran II

0

0.2

Kuadran
III
0.4

0.6

4237 Kuadran I
39 43
45
51
41 44
38
26 27
33
25
24
22
25
49 11
8
20
21
364718
3
362
67
10
1550
15
28 12

48

47
34

Kuadran IV
0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

2.2

2.4

IFL

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012
Gambar 4
Pemetaan Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Provinsi Jawa Timur, 2010
Dari gambar diketahui bahwa subsektor yang berada dalam kuadran I di
antaranya adalah domba dan kambing, ayam, ikan darat dan hasil perikanan
darat, pemotongan hewan, pengolahan susu, produk dari susu dan es krim,
pakan ternak, dan penggilingan padi. Sebagian besar subsektor yang berada di
kuadran I atau menempati posisi leading sector adalah subsektor pengolahan
serta peternakan. Sementara itu, tebu menjadi satu-satunya subsektor pertanian
yang berada pada kuadran II. Tebu memiliki ketergantungan yang tinggi pada
subsektor lain yang berarti bahwa jika subsektor lain meningkat, maka
peningkatan subsektor ini akan berpengaruh pada peningkatan subsektor tebu.
Subsektor jagung dan kedelai sebagai bagian dari sektor tanaman bahan
makanan berada pada kudaran IV yang berarti bahwa ketika subsektor ini
meningkat maka akan mendorong peningkatan subsektor lain, tetapi ketika
subsektor lain meningkat, subsektor di kuadran IV ini belum tentu meningkat.
1.2

Kuadran II

1

IBL

0.8
0.6

11
8
9 4 718
10
20
17
16
13

Kuadran
I
2
612
Kuadran IV

Kuadran III

0.4

1

0.2

0

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

IFL

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2012
Gambar 5
Pemetaan Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Provinsi Jawa Timur,
2010 Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Tanaman Bahan Makanan Pangan

163

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

Gambar 5 menunjukkan pemetaan pada plot kuadran untuk sektor
tanaman bahan makanan dan perkebunan. Tanaman perkebunan yang
menempati kuadran terbaik (II) hanyalah tebu. Sebagian besar subsektor
tanaman bahan makanan berada pada kuadran III yang menunjukkan bahwa
subsektor misalnya sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka, dan
kacang tanah merupakan subsektor yang membutuhkan dorongan yang kuat dari
subsektor lain karena subsektor ini lemah. Jika diperhatikan lebih lanjut, tanaman
bahan makanan adalah tanaman yang cocok untuk dikembangkan di perdesaan,
namun ternyata keberadaan subsektor ini justru tidak mampu menjadi sektor
yang bisa mendongkrak peningkatan subsektor lain melainkan sangat
dipengaruhi oleh peningkatan subsektor lainnya. Oleh karena itu, dengan
meningkatkan kinerja sektor-sektor lain misalnya pengolahan maka subsektor
yang sebagian besar berada di perdesaan ini diharapkan akan mengalami
peningkatan, sehingga kesjahteraan pembudidaya di perdesaan akan meningkat.
Pembangunan Wilayah Perdesaan Berdasarkan Analisis Sektor
Subsektor yang akan dikembangkan di suatu wilayah dipilih berdasarkan
tujuan pemerintah setempat. Jika sasaran penngembangan wilayah adalah
pendapatan masyarakatnya, maka subsektor yang dikembangkan adalah
subsektor yang memiliki angka pengganda pendapatan tinggi. Jika sasaran
pengembangan wilayah adalah penyerapan tenaga kerja, maka subsektor yang
sebaiknya dikembangkan adalah subsektor yang memiliki angka pengganda
tenaga kerja yang tinggi.
Perkebunan
Dari analisis sektor, diketahui bahwa di subsektor perkebunan tebu
merupakan sektor yang paling potensial untuk dapat dikembangkan di wilayah
Jawa Timur. Tebu memiliki nilai pengganda output dan pendapatan yang tinggi
yaitu 1,2 sedangkan pada analisis sektor unggulan tebu berada pada kuadran II
dengan nilai indeks daya penyebaran sebesar 1,0332 dan indeks daya kepekaan
sebesar 0,906. Indeks daya penyebaran 1,0332 artinya ketika ada perubahan
permintaan akhir pada sektor tebu sebanyak 1 juta unit, akan meningkatkan
peningkatan output dari sektor lain sebesar 1,0332 juta. Hal ini terjadi karena
peningkatan permintaan akhir mendorong terjadinya penambahan input yang
diperoleh dari sektor lain. Sementara itu, indeks daya kepekaan sebesar 0,906
pada tebu menunjukkan bahwa apabila terdapat perubahan sebesar 1 juta unit
pada sektor selain tebu, maka sektor tebu akan mengalami peningkatan output
sebesar 0,906 juta unit.
Angka pengganda pendapatan tebu lebih besar daripada angka
pengganda pendapatan tembakau meskipun secara analisis kuadran tembakau
berada di kuadran IV atau kuadran yang mandiri. Berdasarkan data yang
diunduh dari bppkm.go.id diketahui produksi tebu di Jawa timur dari tahun 2008
sebagai berikut.

164

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015

Produksi Tebu
(dalam 000 ton)

Volume 4, Nomor 2

1500
1000
500
0
2007

2008

2009

2010

2011

2012

Tahun

Sumber: www.regionalinvestment.bpkm.go.id
Gambar 6
Produksi Tebu di Jawa Timur Tahun 2008-2012
Gambar 6 menunjukkan bahwa produksi tebu di Jawa Timur pada tahun
2011 menuju ke 2012 cenderung meningkat, sejalan dengan produktivitas tebu di
Jawa timur pada tahun yang sama. Hal ini merupakan implikasi dari kebijakan
Dinas perkebunan Jawa Timur yaitu dilakukannya rehabilitasi tanaman sejak
tahun 2001 dengan menggunakan bibit unggul dan pembangunan kebun bibit
pada tahun 2003. Dampak dari pengembangan subsektor tebu ini adalah
meningkatnya jumlah produksi gula, di mana pada tahun 2013, produksi gula di
Jawa Timur menyumbang 48% pada produksi gula nasional.
Peternakan
Di sektor peternakan, sektor pakan ternak, pemotongan hewan, serta
ternak unggas (ayam), sapi, domba dan kambing. Dari analisis pengganda
output, pendapatan, dan tenaga kerja diketahui bahwa sektor-sektor tersebut
menempati peringkat atas, oleh karena itu Jawa Timur cocok dikembangkan
sebagai sentra produksi ternak. Dari pemetaan keterkaitan antar sektor,
subsektor-subsektor peternakan berada di kuadran I (leading sector), yaitu
termasuk dalam kuadran yang memiliki daya penyebaran dan derajat kepekaan
yang tinggi.
Pengolahan produk pertanian
Pengolahan berbasis peternakan dan pertanian yang potensial untuk
dikembangkan adalah pengolahan susu dan es krim, beras, dan penggilingan
padi serta rokok. Subsektor pengolahan susu dan es krim berhubungan dengan
subsektor sapi sebagai penyedia bahan baku, terlihat dari penyerapan tenaga
kerja pengolahan susu dan es krim yang berada di peringkat 2 dan subsektor
sapi berada di peringkat 6. Berkembangnya industri rokok di Jawa Timur
menyerap cukup banyak tenaga kerja.
PENUTUP
Dari keseluruhan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa komoditas
tebu berada pada kuadran II, pengganda output tebu menempati peringkat
pertama dengan angka pengganda output 1,3531 dan pengganda pendapatan
1,2922 sehingga dapat mendorong berkembangnya industri gula di Jawa Timur.
Di sektor peternakan, subsektor yang potensial untuk dikembangkan adalah
pakan ternak, pemotongan hewan, sapi, kambing dan domba, serta ayam. Di
sektor pengolahan produk pertanian subsektor pengolahan es krim, beras, dan
penggilingan padi serta rokok layak dikembangkan. Sektor perkebunan tebu

165

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

menjadi sektor yang potensial dikembangkan disusul kemudian oleh peternakan
dan olahan produk pertanian. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi
gambaran untuk penerapan kebijakan pembangunan wilayah di Jawa timur agar
tepat sasaran. Saran untuk penelitian selanjutnya, penelitian tidak hanya
difokuskan pada sektor pertanian saja melainkan sektor yang lain sebagai
benchmark agar dapat diketahui seberapa jauh kontribusi sektor pertanian dan
kemampuannya menjadi sektor unggulan jika dibandingkan dengan sektor lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Rencana Strategis Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur (20092014).
Bpkm. 2012. Produksi Tebu di Jawa Timur Tahun 2008-2012. http://
www.regionalinvestment.bpkm.go.id. Diakses tanggal 18 Februari 2012.
BPS. 2012. Pemetaan Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Provinsi Jawa
Timur, 2010 Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Tanaman Bahan
Makanan Pangan. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
BPS. 2012. Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Olahannya
Provinsi Jawa Timur 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta
BPS. 2012. Pemetaan Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Provinsi Jawa
Timur, 2010 Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Tanaman Bahan
Makanan Pangan. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
BPS. 2014. Sektor Pekerjaan Jawa Timur 2014. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Kuncoro, M. 2007. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Nazara, Suahasil. 1997. Analisis Input Ouput. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta.
Suryani, T. 2013. Analisis peran sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pemalang (Analisis tabel input output Kabupaten Pemalang
tahun 2010). Economic Development Analysis Journal 2 (1).
Tamami, N.D.B. 2012. Potensi Usahatani Melati Ratoh Ebuh Sebagai Komoditi
Unggulan Daerah di Jawa Timur. Agriekonomika 1(2): 160-176.
Yanti, T.S. 2009. Menaksir matriks teknologi Kota Cimahi berdasarkan Tabel
Input Output Provinsi Jawa Barat menggunakan metode Location
Quontient. Statistika (9): 2.

166

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

Lampiran 1. Angka Pengganda Output Sektor Pertanian dan Olahannya Provinsi
Jawa Timur 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
No
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

Sektor
Padi
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Tanaman Pangan Lainnya
Sayur-sayuran
Buah-buahan
Tanaman Biofarmaka
Tanaman Hortikultura Lainnya
Tebu
Tembakau
Kelapa
Kopi
Teh
Kakao
Cengkeh
Karet
Perkebunan Lainnya
Sapi
Kerbau
Domba dan Kambing
Ayam
Unggas lainnya
Susu Segar
Telur
Ternak Lainnya
Sektor
Jasa Pertanian dan Perburuan
Kayu Jati
Kayu Rimba
Hasil Hutan Lainnya
Ikan Laut dan Hasil Perikanan Laut
Ikan dan Hasil Perikanan Darat
Minyak dan Gas Bumi
Garam Kasar
Pertambangan dan Penggalian
Lainnya
Pemotongan Hewan
Pengolahan dan Pengawetan Daging
Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan
Biota
Pengolahan dan Pengawetan BuahBuahan dan Sayuran
Minyak Makan dan Lemak Nabati dan
Hewan
Pengolahan Susu, Produk dari Susu
dan Es Krim
Beras
Penggilingan Padi-Padian
Roti dan Kue
Gula
Industri Makanan Lainnya
Pakan Ternak
Minuman
Rokok
Tembakau Olahan

Pengganda Output
1,3028
1,2399
1,2520
1,2152
1,1391
1,2280
1,2791
1,3039
1,2493
1,2213
1,3531
1,2010
1,1133
1,2316
1,1568
1,1881
1,1940
1,1693
1,2131
1,2953
1,2712
1,5368
1,4697
1,4814
1,4614
1,5865
1,6065
Pengganda Output
1,1241
1,1550
1,1470
1,1044
1,2790
1,5454
1,1946
1,1163

Rangking
23
30
28
37
47
34
25
22
29
36
21
39
50
31
44
42
41
43
38
24
27
15
18
17
19
13
12
Rangking
48
45
46
51
26
14
40
49

1,2303
1,9660
1,7803

33
3
10

1,8486

5

1,4267

20

1,7844

9

2,0768
1,9641
1,8359
1,8182
1,2247
1,7785
2,0637
1,4853
1,2305
1,8038

1
4
6
7
35
11
2
16
32
8

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2012

167

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

Lampiran 2. Angka Pengganda Pendapatan Sektor Pertanian dan Olahannya
Provinsi Jawa Timur, 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
No
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

Sektor
Padi
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Tanaman Pangan Lainnya
Sayur-sayuran
Buah-buahan
Tanaman Biofarmaka
Tanaman Hortikultura Lainnya
Tebu
Tembakau
Kelapa
Kopi
Teh
Sektor
Kakao
Cengkeh
Karet
Perkebunan Lainnya
Sapi
Kerbau
Domba dan Kambing
Ayam
Unggas lainnya
Susu Segar
Telur
Ternak Lainnya
Jasa Pertanian dan Perburuan
Kayu Jati
Kayu Rimba
Hasil Hutan Lainnya
Ikan Laut dan Hasil Perikanan Laut
Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat
Minyak dan Gas Bumi
Garam Kasar
Pertambangan dan Penggalian
Lainnya
Pemotongan Hewan
Pengolahan dan Pengawetan Daging
Pengolahan dan Pengawetan Ikan
dan Biota
Pengolahan dan Pengawetan BuahBuahan dan Sayuran
Minyak Makan dan Lemak Nabati dan
Hewan
Pengolahan Susu, Produk dari Susu
dan Es Krim
Beras
Penggilingan Padi-Padian
Roti dan Kue
Gula
Industri Makanan Lainnya
Pakan Ternak
Minuman
Rokok
Tembakau Olahan

Penggandaan Pendapatan
1,1849
1,1408
1,0854
1,0854
1,1795
1,0508
1,1852
1,1969
1,0747
1,0501
1,0106
1,0588
2,8449
1,0102
1,0063
Penggandaan Pendapatan
1,0005
1,0180
1,0649
1,0293
21,4858
1,1141
1,4586
5,1865
1,0271
1,0535
2,6062
1,1357
1,0417
1,1417
1,0177
1,6986
4,0087
1,4152
4,1787
4,6877

Rangking
28
31
34
34
29
41
27
26
36
42
48
39
18
49
50
Rangking
51
46
37
44
6
33
23
11
45
40
19
32
43
30
47
22
17
24
16
15

1,3410

25

1,8159
4,7387

21
14

26,1958

5

4,9150

13

1,9472

20

49,843

2

256,4362
40,8146
27,7211
5,0506
13,7161
11,0833
5,5013
8,5930
1,0592

1
3
4
12
7
8
10
9
38

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2012

168

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

Lampiran 3. Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Olahannya
Provinsi Jawa Timur, 2010
No
1
2
No
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
No
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

Sektor
Padi
Jagung
Sektor
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Tanaman Pangan Lainnya
Sayur-sayuran
Buah-buahan
Tanaman Biofarmaka
Tanaman Hortikultura Lainnya
Tebu
Tembakau
Kelapa
Kopi
Teh
Kakao
Cengkeh
Karet
Perkebunan Lainnya
Sapi
Kerbau
Domba dan Kambing
Ayam
Unggas lainnya
Susu Segar
Telur
Ternak Lainnya
Jasa Pertanian dan Perburuan
Kayu Jati
Kayu Rimba
Hasil Hutan Lainnya
Ikan Laut dan Hasil Perikanan Laut
Ikan Darat dan Hasil Perikanan Darat
Minyak dan Gas Bumi
Garam Kasar
Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Pemotongan Hewan
Pengolahan dan Pengawetan Daging
Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan
Biota
Pengolahan dan Pengawetan
Buah&Sayur
Sektor
Minyak Makan dan Lemak Nabati dan
Hewan
Pengolahan Susu, Produk dari Susu dan
Es Krim
Beras
Penggilingan Padi-Padian
Roti dan Kue
Gula
Industri Makanan Lainnya
Pakan Ternak
Minuman
Rokok
Tembakau Olahan

Pengganda Tenaga Kerja
1,1849
1,1408
Pengganda Tenaga Kerja
1,0854
1,0854
1,1795
1,0508
1,1852
1,1969
1,0747
1,0501
1,0106
1,0588
2,8449
1,0102
1,0063
1,0005
1,0180
1,0649
1,0293
21,4858
1,1141
1,4586
5,1865
1,0271
1,0535
2,6062
1,1357
1,0417
1,1417
1,0177
1,6986
4,0087
1,4152
4,1787
4,6877
1,3410
1,8159
4,7387

Rangking
28
31
Rangking
34
34
29
41
27
26
36
42
48
39
18
49
50
51
46
37
44
6
33
23
11
45
40
19
32
43
30
47
22
17
24
16
15
25
21
14

26,1958
4,9150
Pengganda Tenaga Kerja

5
13
Rangking

1,9472

20

49,843
256,4362
40,8146
27,7211
5,0506
13,7161
11,0833
5,5013
8,5930
1,0592

2
1
3
4
12
7
8
10
9
38

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2012

169

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

PEDOMAN PENULISAN
AGRIEKONOMIKA
JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
KETENTUAN UMUM:
1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format
yang ditentukan.
2. Penulis mengirim naskah ke alamat email agriekonomika@gmail.com.
3. Artikel yang dikirim harus dilampiri: a) surat pernyataan yang menyatakan
bahwa artikel tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang diterbitkan
di jurnal lain, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani
oleh penulis. b) biodata tentang jenjang pendidikan, alamat, nomor telepon,
atau e-mail penulis dengan jelas.
4. Keputusan pemuatan ataupun penolakan akan diberitahukan secara tertulis
melalui email.
FORMAT PENULISAN:
1. Artikel ditulis pada kertas A4, atas 4 cm bawah 3 cm samping kiri 4 cm
samping kanan 3 cm, spasi tunggal, Arial ukuran 11 Kecuali Judul Arial
Ukuran 12 dengan panjang halaman 10-15 halaman.
2. Sistematika penulisan:
 SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PENELITIAN:
JUDUL BAHASA INDONESIA:
Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital
bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”,
“pengaruh”, “studi”.
NAMA PENULIS:
ditulis tanpa gelar dan diberi nomor jika penulis lebih dari satu dan
berbeda institusi
NAMA INSTITUSI:
ditulis lengkap
ALAMAT SURAT ELEKTRONIK:
ditulis lengkap
ABSTRAK:
Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris
125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian
matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya
temuan. Format 1 spasi arial 11 italic
JUDUL BAHASA INGGRIS:
Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold

261

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

ABSTRACT:
Ditulis dalam bahasa inggris dalam satu paragraph dengan bahasa
inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat
uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan
pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang
dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab.
METODE PENELITIAN
Sub bab
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sub bab
PENUTUP
Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam
paragraph.
UCAPAN TERIMA KASIH
Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang
membantu terselesaikannya penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin
diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)
 SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN/ REVIEW:
JUDUL BAHASA INDONESIA:
Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital
bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”,
“pengaruh”, “studi”.
NAMA PENULIS:
ditulis tanpa gelar da diberi nomor jika penulis lebih dari satu berbeda
institusi
NAMA INSTITUSI:
ditulis lengkap
ALAMAT SURAT ELEKTRONIK:
ditulis lengkap
ABSTRAK:
Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris
125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian
matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya
temuan. Format 1 spasi arial 11 italic

262

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

JUDUL BAHASA INGGRIS:
Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold.
ABSTRACT:
Ditulis dalam dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata
dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan
mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan.
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang
dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab.
METODE PENELITIAN
Sub bab
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sub bab
PENUTUP
Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam
paragraph.
UCAPAN TERIMA KASIH
Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang
membantu terselesaikannya penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin
diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)

3. Penulisan penomoran yang berupa kalimat pendek diintegrasikan dengan
4.

paragraf, contoh: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat
risiko usaha garam, (2) mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi risiko.
Tabel dan gambar dapat dimasukkan dalam naskah atau pada lampiran
sesudah naskah harus diberi nomor urut.
a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas
tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar.
b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau
gambar.
c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis
bagian paling bawah tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah
kolom tidak dimunculkan.
d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang
representatif.

263

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

Contoh penyajian tabel:
Tabel 2
Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman
Kategori Luas Lahan (Ha)
Jumlah
Persentase (%)
3,1
4
8
Jumlah
50
100
Rata-rata Luas lahan petani garam 2,04 Ha
Standar deviasi
0,95 Ha
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Contoh penyajian gambar:
Utilitas

U3
U2
U1
I1

I2

I3

Pendapatan

Sumber: Debertin, 1986
Gambar 1
Perilaku Menerima Risiko

5. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun

6.

7.
8.

264

pada baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses
(justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut.
Contoh:
wt = f (yt , kt , wt-1)
(1)
Keterangan Rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol
sama dengan (=), masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan
dengan koma.
Contoh:
dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah
intensitas modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya.
Penulisan rumus menggunakan menu “Equation”
Perujukan sumber acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan
nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu,
penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah titik dua.
Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama
pengarang aslinya.
Contoh:
• Hair (2007) berpendapat bahwa…
• Ellys dan Widodo (2008) menunjukkan adanya ….
• Ihsannudin dkk (2007) berkesimpulan bahwa….

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

9. Penulisan Daftar Pustaka:
a. Pustaka Primer (Jurnal)
Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul
artikel, nama dan nomor jurnal (cetak miring), halaman jurnal, contoh:
Happy, S. dan Munawar. 2005. The Role of Farmer in Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2(1): 159-173.
b. Buku Teks
Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul
buku (cetak miring), edisi buku, kota penerbit, dan nama penerbit. Contoh:
Wiley, J. 2006. Corporate Finance.. Mc. GrowHill Los Angeles.
c. Prosiding
Nama belakang, nama depan, tahun penerbitan, judul artikel, nama
prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman, contoh:
Rizal, Taufik. 2012. Pengaruh Bank Syariah Terhadap Produksi Jagung di
Madura. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan
Bangkalan Surabaya: 119-159.
d. Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama belakang, nama depan, tahun, judul Skripsi/Thesis/Disertasi,
sumber (cetak miring), nama penerbit, kota penerbit. Contoh:
Subari, Slamet. 2008. Analisis Alokasi lahan mangrove Kabupaten
Sidoarjo. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
e. Internet
Nama belakang, nama depan, tahun, judul, alamat e-mail (cetak miring),
tanggal akses. Contoh:
Zuhriyah, Amanatuz. 2011. Produktivitas Susu Peternak Rakyat.
http://agribisnis.trunojoyo.ac.id. Diakses tanggal 27 Januari 2012.
METODE REVIEW
Artikel yang dinyatakan lolos dari screening awal akan dikirim kepada Mitra
Bestari (blind review) untuk ditelaah kelayakan terbit. Adapun hasil dari blind
review adalah:
1. Artikel dapat dipublikasi tanpa revisi.
2. Artikel dapat dipublikasi dengan perbaikan format dan bahasa yang
dilakukan oleh penyunting. Perbaikan cukup dilakukan pada proses
penyuntingan.
3. Artikel dapat dipublikasi, tetapi penulis harus memperbaiki terlebih dahulu
sesuai dengan saran penyunting.
4. Artikel tidak dapat dipublikasi.

265