MANFAAT DAN KOTRIBUSI PETANI GAPOKTAN SU

MANFAAT DAN KOTRIBUSI PETANI GAPOKTAN SURYA TANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG BRIA DI DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER LAPORAN PRAKTEK LAPANG

Asisten Pembimbing

Reinita Dwi Putri A.

Oleh

Golongan B / Kelompok 1 LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PE RT ANI AN UNIVERSITAS JEMBER 2017

MANFAAT DAN KOTRIBUSI PETANI GAPOKTAN SURYA TANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG BRIA DI DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER LAPORAN PRAKTEK LAPANG

diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktikum

Pemberdayaan Masyarakat pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing

Reinita Dwi Putri A.

Oleh

Golongan B / Kelompok 1 LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PE RT ANI AN UNIVERSITAS JEMBER 2017

DAFTAR KELOMPOK

Koordinator : Miftachul Hudah (141510501192) Anggota

: 1. Tiara Rizky O. S. (141510501083)

2. Pakem Laras Sejati

3. Anggi Anwar Hendra N. (141510501101)

4. Ahmad Ihwanudin

5. Achmad Lutfi K.

6. Feby Ayu Lestari

7. Faradilla Vardha

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Diterima oleh :

Laboratorium Sosiologi Pertanian

Sebagai :

Laporan Praktek Lapang

Dipertahankan pada : Hari

Tanggal : Tempat : Fakultas Pertanian

Universitas Jember

Mengesahkan :

Ketua Laboratorium Koordinator Praktikum Pemberdayaan Masyarakat Sosiologi Pertanian

Laboratorium Sosiologi Pertanian

Djoko Soejono, SP., MP. Desak Gede Karlina Satwiva W NIP. 197001151997021002

NIM. 141510601173

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir mata praktikum Pemberdayaan Masyarakat dengan judul ’Manfaat Dan Kotribusi Petani Gapoktan Surya Tani dalam Program Sekolah Lapang Bria Di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember ”.

Penyusunan Laporan Praktik Lapang Pemberdayaan Masyarakat todak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Ir. Sigit Soepardjono, M.P., P.hD selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember,

2. Ir. Hari Purnomo, MP., P.hD., DIC. selaku ketua jurusan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember

3. Seluruh dosen pengampu mata kuliah Pemberdayaan masyarakat di Fakultas Pertanian Universitas Jember,

4. Seluruh asisten pembimbing mata praktikum Pemberdayaan Masyarakat Laboratorium Sosiologi Pertanian

5. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penulisan laporan Praktik Lapang Pemberdayaan Masyarakat. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Jember, Mei 2017

Penulis

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut

1 Subsektor Hasil ST 2003 dan 2013

Tabel 3.1 Nilai Manfaat dan Konstribusi

18 Tabel 5.1 Hasil Skoring FGD

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rata-rata Luas Lahan Rumah Tangga Usaha

Pertanian di Indonesia, Hasil ST 2003 dan ST 2013

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Gapoktan Surya Tani

viii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya di bidang pertanian. Sekitar 70% penduduk Indonesia bergantung pada produk-produk pertanian lokal sebagai sumber utama untuk pangan dan pendapatan. Menurut Soetriono dan Anik (2016), pertanian adalah suatu kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pertanian memiliki arti sempit dan arti luas. Pertanian dalam arti sempit yaitu hanya diartikan suatu proses budidaya dalam tanaman pangan, hortikultura dan lain sebagainya, seperti pertanian biasanya, sedangkan pertanian dalam arti luas yaitu mencakup segala bidang pertanian seperti perikanan, dan peternakan. Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Hasil ST

2003 dan 2013

Rumah Tangga Usaha Pertanian Perubahan

SEKTOR PERTANIAN

31.232,18 26.135,47 -5.096,72 -16,32

SUBSEKTOR:

1 Tanaman Pangan Padi

-979,89 -5,24 Palawija

2 Hortikultura 16.937,62 10.602,14 -6.335,48 -37,40

3 Perkebunan 14.128,54 12.770,57 -1,357,97 -9,61

4 Peternakan 18.595,82 12.969,21 -5.626,62 -30,26

5 Perikanan

-514,43 -20,66 Budidaya Ikan

202,19 20,52 Penangkapan Ikan

-767,83 -41,59 Sumber: BPS (2014)

7 Jasa Pertanian

Berdasarkan tabel 1.1 mengenai jumlah rumah tangga usaha pertanian menurut subsektor hasil sensus pertanian 2003 dan sensus pertanian 2013 dapat dilihat bahwa hal tersebut mengalami penurunan. Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian tersebut dapat diidentifikasi bahwa minat masyarakat Indonesia dalam sektor pertanian semakin menurun. Selain itu penurunan juga dapat diakibatkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan petani dalam kegiatan budidaya pertanian secara baik dan benar sehingga dapat memperoleh keuntungan optimal. Ironisnya lagi penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah luasan lahan pertanian yang dimiliki Indonesia.

Hal ini diperburuk dengan penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian tersebut berbanding terbalik dengan adanya peningkatan jumlah luasan lahan pertanian diIndonesia (Gambar 1.1). Berdasarkan (Gambar 1.1) dapat dilihat bahwa Indonesia pada tahun 2003 – 2013 mengalami peningkatan luasan lahan pertanian. Luasan ini tentunya perlu didukung oleh potensi masyarakatnya pula dalam berkarya dengan menghasilkan hasil pertanian yang optimal melalui berbagai kegiatan yang mampu meningkatkan pengetahuan budidaya yang baik dan benar hingga dapat dicapainya produktivitas pertanian di Indonesia.

Gambar 1.1 Rata-rata Luas Lahan Rumah Tangga Usaha Pertanian di Indonesia, Hasil ST 2003 dan ST 2013 Sumber: BPS (2014)

Sebagian besar kegiatan pertanian dan tenaga kerjanya hidup di daerah pedesaan, dan mempunyai tingkat pendapatan yang rendah per jiwa, persediaan pangan, dan pendidikan rendah.Desa merupakan daerah dimana hubungan pergaulannya ditandai dengan derajat intensitas yang tinggi dengan ditandai jumlah penduduk yang kurang dari 2500 jiwa. Sedangkan masyarakat desa merupakan masyarakat yang tinggal di suatu kawasan, wilayah, teritorial tertentu yang disebut desa. Umumnya desa identik dengan pertanian, oleh karena itu sebagian masyarakat desa bermatapencaharian dalam sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi pekerjaan utama bagi generasi muda di desa pada umumnya, namun juga tidak menutup kemungkinan sektor pertanian akan ditinggalkan. Hal ini dikarenakan banyaknya suatu permasalahan atau konflik yang banyak terjadi dalam bidang pertanian, baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial politik. Hal tersebut akan berdampak terhadap kondisi masyarakat desa. Oleh karena itu desa dapat dikatakan tempat dimana suatu konflik antar masyarakat banyak terjadi.

Masyarakat dapat didefinisikan sebagai sekumpulan manusia yang saling berinteraksi, dan hidup bersama menghasilkan kebudayaan dan memiliki kesamaan wilayah, identitas, kebiasaan, tradisi, sikap dan rasa persatuan yang diikat kesamaan. Masyarakat terdiri atas individu-individu manusia yang membentuk dan dibentuk oleh organisasi Masyarakat merupakan obyek dari kegiatan pemberdayaan yang disusun oleh pemerintah, dimana berbagai upaya untuk memperkuat dan memberikan dorongan agar kemudian masyarakat mampu bergerak secara mandiri (Sumodiningrat, 2005). Masyarakat setiap wilayah selalu memiliki perbedaan karakteristik dan keunikan masing-masing, terutama antara masyarakat pedesaan yang cenderung homogen dan kuat unsur adat istiadatnya dibanding masyarakat perkotaan yang cenderung heterogen dan mulai berkurang unsur adat istiadatnya. Stratifikasi masyarakat juga dibagi dalam kelompok kaya, menengah dan miskin. Masyarakat terutama didaerah pedesaan memiliki peranan yang sangat signifikan terhadap sektor pertanian Indonesia, karena mayoritas bekerja di sektor. Membangun masyarakat pedesaan melalui pemberdayaan merupakan kunci utama untuk menggerakkan potensi dari sektor pertanian Indonesia.

Pada sektor pertanian banyak petani mengeluh karena terdapat banyak hal yang dapat berpotensi untuk merugikannya dalam budidaya tanaman. Sering kali keluhan-keluhan yang dihadapi petani tidak ada tindakan perbaikan untuk mengatasi permasalahan atau kurang tepat sehingga menjadi isu belaka. Oleh karena itu agar suatu permasalahan yang dihadapi oleh petani dapat dituntaskan dan juga dapat diberikan solusi yang tepat maka perlu dilakukannya suatu metode yang tepat untuk melakukan hal tersebut, salah satunya yaitu metode FGD (Forum Group Discussion ).

Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terfokus merupakan suatu metode pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif sosial. Metode FGD salah satu teknik pengumpulan data kualitatif yang banyak digunakan, khususnya oleh pembuat keputusan atau peneliti, karena relatif cepat selesai dan lebih murah. Teknik FGD mempermudah pengambil keputusan atau peneliti dalam memahami sikap, keyakinan, ekspresi dan istilah yang biasa digunakan oleh peserta mengenai topik yang dibicarakan, sehingga sangat berguna untuk mengerti alasan-alasan yang tidak terungkap dibalik respons peserta (Paramita dan Kristiana, 2013). Dengan FGD akan cepat diperoleh temuan-temuan baru dan sekaligus penjelasannya, yang mungkin tidak terdeteksi jika menggunakan teknik lain. Namun demikian, karena jumlah peserta FGD tidak banyak maka hasil FGD tidak dapat digeneralisasikan atau digunakan sebagai kesimpulan umum untuk populasi atau kelompok yang lebih luas dari peserta FGD, walaupun mempunyai ciri-ciri atau karakteristik peserta FGD.

Metode FGD ini terfokus dalam satu permasalahan saja yang akan dibahas dalam suatu kelompok tertentu. Metode FGD (forum group discussion) memiliki keleibihan dan kelemahannya. Keunggulan penggunaan metode FGD adalah memberikan data yang lebih kaya dan memberikan nilai tambah pada data yang tidak diperoleh ketika menggunakan metode pengumpulan data lainnya, terutama dalam penelitian kuantitatif. Adapaun kelemahan dari metode FGD adalah karena dalam kegiatan FGD ini membahas satu masalah sehingga hanya satu masalah tersebut yang dapat dicari akar permasalahannya serta solusi yang deberikan. Namun belum tentu juga dalam satu masalah tersebut dapat memberikan solusi.

Sekolah lapangan adalah proses pembelajaran non formal bagi petani untuk meningkat. Pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha tani lebih efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Sekolah Lapangan dipandang sebagai salah satu metode dalam proses belajar mengajar yang cukup efektif, karena sangat cocok sebagai metode pembelajaran bagi orang dewasa karena sifatnya yang tidak formal. Hasil dari sekolah lapangan juga lebih melekat pada pada orang dewasa karena sistemnya langsung praktek.

Sekolah lapang yang diadakan di desa Tugusari ini mempelajari tentang budidaya padi. Sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) padi ini merupakan metode alih teknologi kepada petani mengenai PTT untuk mendukung program pemerintah tentang swasembada beras. Sekolah lapang mengajarkan kepada petani teknik dan cara-cara yang sesuai dengan GAP (Good Agricultural Practices ) dalam menanam padi, diharapkan setelah mengikuti sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu ini petani mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi berasnya (Nurasa dan Herman, 2012).

Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) untuk tanaman padi merupakan upaya sistematis yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman petani terhadap masalah yang dihadapinya dalam usaha tani padi serta identifikasi peluang pengembangan yang mungkin dilakukan. Pada pendekatan ini dipersyaratkan adanya pemahaman petani terhadap komponen inovasi yang diintroduksi dengan memperhatikan local knowledge yang ada, dan proses pembelajaran pengambilan keputusan secara sistematis berdasarkan pengalaman kegiatan bersama di lahan terpilih. Penggunaan sekolah lapang dianggap sebagai pendekatan terbaik untuk percepatan pemahaman petani serta proses adopsi itu sendiri (Jamal, 2009).

SL-PTT mempunyai tujuan untuk mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengelola usaha taninya untuk mendukung peningkatan produksi SL-PTT mempunyai tujuan untuk mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengelola usaha taninya untuk mendukung peningkatan produksi

Program sekolah lapang yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk membantu petani dalam meningkatkan kuantitas dan mutu hasil tanamanya merupakan tindakan yang benar dan harus didukung. Sekolah lapang sangat dibutuhkan karena petani secara umum tidak mengetahui teknik budidaya yang baik dan benar sesuai dengan peningkatan dan perkembangan teknologi. Kondisi bias antara input baik benih dan berbagai input lainya yang harus didukung dengan penerapan teknologi budidaya modern masih didukung dengan kearifan lokal yang tidak suportif. Hal ini menyebabkan peningkatan kualitas hasil yang diharapkan menjadi tidak terjadi dan peningkatan ekonomi petani juga tidak meningkat. Oleh sebab itu, kehadiran sekolah lapang diharapkan dapat membantu petani dalam memahami perkembangan pertanian yang ada. Secara spesifik, kehadiran sekolah lapang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan petani, keterampilan dan perubahan sikap terhadap pertanian dalam meningkatkan hasil padi yang sesuai tidak hanya peningkatan sementara namun juga kestabilan dan keberlanjutan dalam menghasilkan produk pertanian dengan hasil dan mutu yang lebih baik (Mulyani dan Jumiati, 2015).

Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian dalam bidang pertanian. Gabungan Kelompok Tani Surya Tani di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember merupakan gabungan beberapa kelompok tani yang memiliki persamaan tujuan Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian dalam bidang pertanian. Gabungan Kelompok Tani Surya Tani di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember merupakan gabungan beberapa kelompok tani yang memiliki persamaan tujuan

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Surya Tani yang merupakan hasil bentukan dari beberapa kelompok tani di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember ini merupakan gabungan kelompok tani yang beranggotakan petani dari beberapa kelompok tani tersebut sehingga pembentukannya masih terbilang baru. Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan pada gabungan kelompok tani ini adalah kurangnya pengetahuan dari anggota Gapoktan Surya Tani mengenai budidaya tanaman padi yang baik dan benar. Minimnya bantuan pemerintah seperti subsidi alsintan dimana Gapoktan Surya Tani hanya memiliki satu buah traktor yang digunakan secara bergantian dengan anggota yang lain serta minimnya informasi bidang pertanian seperti penggunaan benih, pemupukan dan informasi bantuan subsidi pemerintah. Anggota kelompok tani Suya Tani secara umum memiliki sifat yang sangat terbuka dalam menerima teknologi.

Hal yang menjadi masalah adalah input yang digunakan untuk memenuhi persyaratan penerapan teknologi baru tersebut masih terbatas, sehingga penerapannya sulit untuk dilakukan dan kegiatan pertanian menjadi tidak optimal. Contoh teknologi yang ingin diterapkan namun terkendala sarana adalah pemindahan tanam bibit padi usia optimal yaitu 14 hari. Petani mengaku ingin menerapkan namun terbatasnya mesin traktor menyebabkan pengolahan lahan tidak dapat dilakukan sebelum usia bibit mencapai 14 hari. Penerapan teknologi terbaru tentunya tidak dapat dilakukan tanpa adanya sarana dan prasaran yang mendukung kegiatan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi pertanian serta permasalahandi Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pertanian di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember?

3. Bagaimana manfaat dan kontribusi petani dalam program SL BRIA yang dilakukan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi dan permasalahan pertanian di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pertanian di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

3. Untuk mengetahui manfaat dan kontribusi petani terhadap program SL BRIA yang dilakukan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

1.3.2 Manfaat

1. Bagi pemerintah, adanya program dapat meningkatkan sektor pertanian karena petani menjadi lebih memiliki kemampuan dalam kegiatan budidaya padi.

2. Bagi mahasiswa, adanya program dapat meningkatkan ilmu dan pengetahuan mengenai penerapan kegiatan budidaya padi.

3. Bagi petani, adanya program dapat meningkatkan kemampuan petani sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan perekonomian petani.

1.4 Sasaran Program

Program Sekolah Lapang BRIA yang diselenggarakan oleh BRIA yang bekerja sama dengan PT. BASF, Dinas Pertanian dan GIZ dilakukan di rumah Ketua Gapoktan Surya Tani di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember dengan sasaran yakni para petani yang tergabung dalam Gapoktan Surya Tani sejak tanggal 3 Maret 2017 di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Acara Sekolah Lapang BRIA ini dilaksanakan di rumah Bapak Totok selaku ketua Gapoktan Surya Tani.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori dan Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses menjadikan suatu masyarakat menjadi berdaya dengan mengenalipotensi diri mereka. Masyarakat yang disebut berdaya adalah yang memiliki k ekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Keberdayaan masyarakat disebut juga dengan kemandirian. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki (Widjajanti, 2011).

Konsep pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya pemberian pengkuasaan terjadap suatu hal. Konsep ini dilakukan dengan pemberian modal sosial kepada masyarakat agar lebih berdaya. Konsep pemberdayaan dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa-sedarah dengan aliran yang muncul pada paruh abad ke-20 yang lebih dikenal sebagai aliran post- modernisme . Aliran ini menitikberatkan pada sikap dan pendapat yang berorientasi pada jargon antisistem, antistruktur, dan antideternimisme yang diaplikasikan pada dunia kekuasaan. Munculnya konsep pemberdayaan merupakan akibat dari dan reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat dan tata- budaya sebelumnya yang berkembang di suatu Negara (Amaliyah dan Syawie, 2015).

Menurut Anwas dalam Astuti dkk. (2014) mengatakan bahwa pemberdayan masyarakat merupakan suatu upaya atau langkah untuk memberdayakan masyarakat sehingga suatu masyarakat mampu bersifat mandiri terhadap dirinya sendiri. Pemberdayaan masyarakat berfokus kepada pengubahan mayarakat menuju arah yang lebih baik sehingga mampu mensejahterakan hidupnya. Menurut Mardikanto dalam Astuti dkk. (2014) juga menyatakan bahwa

2.2 Kelembagaan Pertanian

Kelembagaan petani merupakan lembaga yang ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk petani, yang dibentuk atas dasar sesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan social, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota yang dinamakan dengan kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), dan kelembagaan petani lainnya. Pembentukan kelembagaan pertanian bertujuan untuk mewujudkan kemandirian yang mampu mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi sumberdaya yang ada dan memutuskan ketergantungan dari input serta keikutsertaan pihak dari luar lembaga. Pembentukan kelembagaan umumnya diawali dengan menggunakan konsep kelembagaan yang sederhana yang terdiri dari ketua, wakil, sekretaris dan bendahara. Sistem ini digunakan karena masih minimnya pengetahuan petani terhadap kelembagaan dan seluruh sistem ideal yang harus dipenuhi (Parma, 2014).

Kelembagaan pertanian yang sudah berjalan cukup baik menggunakan sistem awal yang sederhana, sedikit demi sedikit diarahkan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik. Hal ini didasari adanya tuntutan merevitalisasi sistem dan pertumbuhan pertanian yang dilakukan salah satunya dengan pembinaan teknis dan sosial kepada petani. Selanjutnya, dengan peningkatan kompetensi masyarakat yang semakin tinggi, maka tiga pilar kelembagaan yang menghasilkan norma, regulasi, kultural-koqnitif sehingga menyediakan pedoman akan terwujudkan dimana hasil ini meruapakan salah satu parameter kelembagaan yang ideal (Nurani dkk., 2016).

Perkembangan yang lebih baik lagi dalam kelembagaan adalah peningkatan presentase kegiatan program pemberdayaan. Program pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga pertanian bertujuan murni untuk untuk Perkembangan yang lebih baik lagi dalam kelembagaan adalah peningkatan presentase kegiatan program pemberdayaan. Program pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga pertanian bertujuan murni untuk untuk

2.3 Teori Kelompok

Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan saling tergantug dalam rangka memenuhi tujuan bersama menyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi. Seseorang yang sama-sama berada disuatu tempat tetapi tidak berinteraksi dan memiliki tujuan sendiri-sendiri bukanlah kelompok melainkan agregat. Orang-orang yang tergabung dalam satu kelompok menurut pendapat ini memiliki tujuan bersama yang diperjuangkan. Kelompok-kelompok yang terbentuk biasanya berdasarkan provesi, keilmuan, politik dan lain-lain(Parma, 2014).

Menurut para ahli kelompok juga memiliki artian sekumpulan manusia yang merupakan kesatuan dan mimiliki identitas, dimana identitas itu bisa berupa adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola interaksi manusia dan hidup dalam masyarakat itu sendiri, serta memiliki tujuan bersama. Menurut Joseph De Vitro (1997),kelompok merupkan sekumpulan individu yang berhubungan satu sama lain yang memiliki tujuna bersama dan adanya organisasi atau struktur diantara mereka. Kelompok satu dengan yang lain memiliki karakteristik yang berbeda tergantung tujuan yang akan mereka capai ( Astuti dkk., 2014) .

Pemimpin dibutuhkan dalam suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pemimpin memiliki kewajiban untuk membimbing anggotanya supaya bisa bekerjasama untuk mencapai tujuan. Pemimpin kelompok ini memiliki andil yang cukup besar karena memiliki tanggung jawab mengarahkan anggotanya menuju tujuan yang telah ditetapkan bersama (Thamrin, 2006). Manfaat dari pendirian kelompok diantaranya :

1. Orang-orang lain menjadi sumber imformasi yang sangat penting.

2. Kelompok juga menjadi bagian penting dari identitas kita dan menunjukkan siapa diri kita.

3. Kelompok membantu menegakkan norma social, aturan yang implisit atau ekplisit mengenai perilaku yang dapat diterima.

2.4 Konsep Sekolah Lapang Petani

Sekolah lapang bagi petani merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya padi, yang dilakukan dengan pendekatan mengenalkan petani pada sistem budidaya baru dan pengetahuan baru. Sekolah lapang petani untuk tanaman padi merupakan kegiatan penyuluhan dimana penyuluh dan petani peserta sekolah lapang tersebut saling bertukar pengalaman, berdiskusi serta melakukan praktek budidaya padi sesuai anjuran yang kemudian dilakukan pembinaan oleh penyuluh pendamping. Komponen dari adanya sekolah lapang dipilih sesuai dengan spesifik lokasi dan kearifan lokal yang sudah ada, dimana pemilihan tersebut tetap memperhitungkan komponen potensi serta kendala yang nantinya akan timbul selama pelaksanaan sekolah lapang (Mulyani dan Jumiati, 2015).

Respon merupakan reaksi yang timbul dari pengamatan terhadap objek tertentu yang mampu memberikan kesimpulan mengenai baik atau buruknya suatu kegiatan. Respon petani merupakan perubahan sikap petani yang diakibatkan oleh adanya rangsangan (stimulus) dari luar dan dari dalam diri petani dalam wujud melaksanakan program, memperluas areal tanam, pengorganisasian kelompok dan mengumpulkan serta menyebarluaskan informasi teknologi. Secara visual atau kualitatif, respon petani dapat diketahui dengan melihat sikap dan keaktifan petani dalam mengikuti suatu kegiatan seperti sekolah lapang yang diadakan oleh penyuluh. Sedangkan secara kuantitatif, untuk mengetahui tingkat respon petani dalam mengikuti sekolah lapang adanya dengan perhitungan skor atau metode skoring menggunakan variabel manfaat dan kontribusi (Novia, 2011).

Manfaat merupakan nilai keuntungan yang diperoleh melalui adanya kegiatan sekolah lapang petani yang diikuti oleh petani. Sedangkan kontribusi merupakan nilai pengorbanan untuk mencapai manfaat dari adanya kegiatan sekolah lapang petani tersebut. Manfaat dan kontribusi yang sudah diketahui nilainya dengan teknik pemberian nilai secara diskusi maka bisa ditentukan Manfaat merupakan nilai keuntungan yang diperoleh melalui adanya kegiatan sekolah lapang petani yang diikuti oleh petani. Sedangkan kontribusi merupakan nilai pengorbanan untuk mencapai manfaat dari adanya kegiatan sekolah lapang petani tersebut. Manfaat dan kontribusi yang sudah diketahui nilainya dengan teknik pemberian nilai secara diskusi maka bisa ditentukan

BAB 3. METODE PRAKTEK LAPANG

3.1 Metode Penentuan Daerah Praktek Lapang

Praktek lapang dilakukan di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Penentuan daerah praktek lapang dilakukan secara sengaja (purposive) artinya penentuan daerah berdasarkan dengan beberapa pertimbangan (Jefri dan Supriana, 2014). Penentuan daerah juga dilakukan dengan adanya informasi dari pemateri dari program yang tengah berjalan di Gabungan Kelompok Tani Surya Tani di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Program dan partisipasi petani dalam program tersebut menjadi pertimbangan kami dalam menentukan daerah praktek lapang. Program SL BRIA ini diikuti hampir seluruh petani di Desa Tugusari Kecamatan Kabupaten Jember dan sebagian besar penduduk di desa tersebut adaah para petani jadi program ini hampir menjangkau seluruh warga dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan warga di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Adanya program SL BRIA di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember dapat dikatakan sebagai program dalam pemberdayaan masyarakat karena adanya program memiliki berbagai manfaat dan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Oleh karena itu kelompok kami melaksanakan praktek lapang di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

3.2 Metode Praktek Lapang

Kegiatan praktek lapang secara deskriptif, observasi partisipasif dengan menggunakan pendekatan FGD (Focus Group Disscussion). FGD dilakukan dengan tujuan menggali informasi mengenai manfaat program dan kontribusi petani dalam kegiatan program serta dampak negatif dari adanya program. Tujuan lain dari FGD yaitu mengevaluasi dan mengembangkan program yang tengah berjalan dengan mengetahui tujuan, sasaran dan rencana masa depan serta perbaikan dalam pelaksanaan program (Permadi dkk., 2016). Program SL BRIA dilakukan oleh BRIA di Gabungan Kelompok Tani Surya Tani yang diketuai oleh

Pak Totok. FGD dilakukan pada tanggal 31 Maret 2017 di Rumah Pak Totok di Desa Tugusari KecamatanBangsalsari Kabupaten Jember pada pukul 15.30 WIB tepatnya setelah kegiatan program dilaksanakan. Kegiatan FGD dilakukan dengan diskusi langsung bersama para petani yang mengikuti program dan pelaksana pada hari tersebut. Antusiasme dari para peserta sangat tinggi sehingga pelaksanaan FGD berjalan dengan lancar.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi dari narasumber. Data yang kami kumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang kami lakukan ada tiga metode, metode tersebut yaitu :

1. Wawancara Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara ditujukam kepaa suatu perorangan ataupun kelompok guna mendapatkan suatu data (Racmawati, 2012). Data yang kami peroleh dari wawancara ini berupa data primer (data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya). Wawancara pada

Perkumpulan Kelompok Tani “Surya Tani” yang kami lakukan memperoleh informasi tentang ketua dari Kelompok Tani “Surya Tani” yaitu bapak Totok,

t anggal pendirian Kelompok Tani “Surya Tani”, dan Latar belakang didirikannya Kelompok Tani “Surya Tani”.

2. Observasi Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. (Djaelani, 2013). Data yang diperoleh dari observasi ini merupakan data primer (data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya) dan data sekunder (data yang diperoleh secara tidak langsung). Data primer dari observasi yang kami lakukan terhadap Perkumpulan

Kelompok Tani “Surya Tani” memberikan imformasi bahwa ada program yang Kelompok Tani “Surya Tani” memberikan imformasi bahwa ada program yang

3. FGD (Focus Group Discussion) Focus Group Discusson (FGD) atau diskusi kelompok terarah merupakan suatu bentuk kegiatan pengumpulan data melalui wawancara kelompok dan pembahasan dalam kelompok dimana sebagai alat atau media paling umum digunakan metode PRA (kegiatan pengkajian keadaan pedesaan secara partisipatif) atau ZOPP (kegiatan perencanaan proyek berorientasi kepada tujuan). (Endrizal, 2014). Focus Group Discussion selain sebagai metode yang digunakan dalam proses pengambilan data juga dapat digunakan sebagai metode untuk penyampaian materi, merujuk pada penelitian yang dilakukan Rizki (2012). FGD digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti (Kresno S. dkk., 1999 dalam Paramita 2013). Data yang diperoleh dari FGD ini termasuk dalam data primer. Hasil yang kami peroleh dari FGD yaitu kami mendapatkan imformasi manfaat yang dirasakan oleh petani ketika mengikuti SL BRIA. Petani yang kami ajak berdiskusi dengan metode FGD ini juga mampu memberikan skoring terhadap nilai manfaat yang didapat. dan nilai kontribusi yang dikeluarkan.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang kami gunakan yaitu metode skoring. Skoring adalah pemberian skor/harkat terhadap masing-masing value parameter suatu pecobaan atau perlakuan untuk menilai dan membandingkan dengan parameter lain (Jumingan, 2015). Nilai skoring yang kami berikan untuk setiap parameter pengamatan yaitu antara 0 (nol) sampai 10 (sepuluh).

No Manfaat yang di Rasakan

Skor Manfaat

Skor Konstribusi

Total Skor

Tabel 3.1 Nilai manfaat dan konstribusi

Tabel diatas merupakan tabel nilai manfaat dan kontribusi FGD (Focus Group Discussion) , kolom manfaat pada tabel diisi dengan manfaat apa yang selama ini didapat oleh narasumber dalam mengikuti suatu program. Manfaat yang diperoleh narasumber kemudian di berikan skor dengan rentang nilai 0-10, skor tersebut di masukkan kedalam kolom skor manfaat. Narasumber ketika melakukan usaha mengikuti program yang memberikan manfaat tersebut pastinya mengeluarkan kontribusi seperti waktu, tenaga, pikiran, uang dan lain-lain, kontribusi yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat ini di berikan skor dengan rentang nilai 0-10 dimasukkan kedalam skor kontribusi. Skor manfaat dan kontribusi yang telah didapat dijumlahkan dan dimasukkan kedalam kolom total. Program yang diikuti oleh narasumber dikatan memberikan manfaat yang besar jika nilai skor aktual manfaat lebih besar dari skor aktual kontribusi, begitu juga sebaliknya jika nilai aktual skor kontribusi lebih besar berarti manfaat dari program sangat kurang bahkan tidak berfanfaat. Nilai skor aktual manfaat dan nilai skor aktual kontribusi diperoleh dengan rumus berikut: Nilai skor aktual manfaat

Nilai skor aktual kontribusi 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛

BAB 4 GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI

4.1 Sejarah Kelompok Tani

Sehubungan dengan semakin komplek masalah yang timbul dalam bidang pertanian kususnya di daerah tugusari kecamatan bangsal sari kabupaten jember maka petani memutuskan untuk membentuk kelompok tani. Kelompok tani ini kedepannya diharapkan mampu menjadi wadah aspirasi dan tukar pengalaman dari semua petani di desa Tugu sari. Pertimbangan utama terbentuknya Perkumpulan Kelompok Tani “Surya Tani” adalah modal sosial yang merupakan

modal utama yang sangat penting dalam pencapaian tujuan suatu bangsa. Menyongsong era globalisasi dan era lepas landas, setiap bangsa memerlukan sumber daya manusia (SDM) dalam perspektif modal sosial yang memiliki keunggulan prima dan memiliki kualitas tinggi yaitu di samping menguasai iptek juga harus memiliki sikap mental yang sesuai dengan kompetensinya. Modal sosial yang besar harus dapat diubah menjadi suatu aset yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Tindakan yang cermat dan bijaksana harus dapat diambil dalam membekali dan mempersiapkan modal sosial, sehingga benar-benar menjadi aset masyarakat bangsa yang produktif dan bermanfaat serta berkualitas untuk dijadikan acuan dan himbauan dalam proses pengembangan masyarakat.

Konsep “SDM”dalam perspektif modal sosial merupakan satu kesatuan yang utuh dalam sistem sosialnya dan memiliki potensi yang tinggi dalam pengembangan masyarakat berkelanjutan. Manusia harus dilihat secara lebih utuh, sehingga konsep “social capital” (modal sosial) tidak dapat dipisahkan. Semakin tinggi kualitas modal modal sosial suatu bangsa, maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan bangsa tersebut, semakin rendah kualitas modal sosial suatu bangsa akan menjerumuskan pada kemunduran suatu bangsa. Proses pengembangan masyarakat berkelanjutan memerlukan tenaga prespektif yang berkualitas dan mampu memadukan konsep pengetahuan lokal dan modal sosial secara partisipatif. Peningkatan kapasitas modal social dan kualitas pendamping pengembanagn masyarakat berkelanjutan dilaksanakan secara spesifik dan mengedepankan aspek pengembangan energi.

Kelompok Tani “Surya Tani”didirikanpada tanggal 17 Desember 2007untuk memecahkan dan mengantisipasi masalah yang berkelanjutan, dengan anggota sebanyak 345 petani, kelompok tani ini dekatuai oleh bapak Totok suhandoyo kelompok tani ini memiliki Noreg 350919009-57825-397618. Kelompok tani ini mempunyai tujuan untuk mengayomi petani yang ada di desa Tugu Sari dan menjadi wadah aspirasi serta tempat bertukar pengalaman antara petani satu dengan yang lain. Kelompok tani ini juga menjadi sarana bagi pihak penyuluh untuk melakukan program penyuluhan agar petani di desaTugu Sari ini tidak tertinggal dalam hal teknologi dan teknik bertani yang baru.

4.2 Struktur Organisasi PELINDUNG

Kepala Desa Tugusari

KETUA

Bpk. Totok

WAKIL KETUA

Bpk. Buri Cahyono

SEKRETARIS BENDAHARA

Bpk. Ach.Santoso Bpk.Syaiful Bahri

ANGGOTA

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Gapoktan Surya Tani

Gapoktan Surya Tani memiliki struktur organisasi terdiri dari pelindung, ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris serta anggota. Gapoktan Surya Tani diketuai oleh BapakTotok. Ketua kelompok tani ini dibantu oleh bendahara dan sekretaris. Struktur organisasi Gapoktan ini dianggotai oleh KelompokTaniKrajan

I, KelompokTaniKrajan II, KelompokTaniKrajan III, danKelompokTaniKrajan

IV yang masing-masingberjumlah 25 orang. Gapoktan Surya Tani ini dilindungi oleh kepala desa Tugusari. Ketua Gapoktan bertugas memantau danmengkoordinir kegiatan petani serta memberikan pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani sehingga pada akhirnya kelompok tani ini menjadi aktif, meskipun beberapa anggota petani masih ada yang pasif. Gapoktan Surya Tani terdiri dari berbagai ketua kelompok tani yang terbagi menjadi 4 plot wilayah, yaitu ketua kelompok tani Krajan I, ketua kelompok tani Krajan II, ketua kelompok tani Krajan III, dan ketua kelompok tani Krajan IV. Ketua kelompok tani dari berbagai plot wilayah ini mewakili para anggotanya. Sehingga apabila nanti ada informasi dari Gapoktan maka ketua akan langsung menyampaikan pada anggotanya.

Pengurus Gapoktan dan pengelola unit/bidang usaha agribisnis/jasa Gapoktan berdedikasi untuk memajukan usahatani Gapoktan. Struktur Organisasi Gapoktan Surya Tani terdiri dari ketua Gapoktan yang mempunyai kedudukan tertinggi yaitu sebagai pemimpin. Di bawah Ketua ada sekretaris dan bendahara yang merupakan pengurus harian Gapoktan. Struktur organisasi Gapoktan terdiri dari beberapa unit yang mempunyai fungsi dan tujuan sesuai dengan unit/bidangnya.

Unit sarana produksi (saprodi) berfungsi untuk memfasilitasi kebutuhan anggota mengenai sarana produksi seperti pupuk, benih, dan alsintan. Selain itu unit ini juga menyediakan peminjaman modal bagi anggota. Unit usaha tani ini berfungsi untuk mengkoordinir anggota Gapoktan dalam budidaya usaha tani agar bias memenuhi kebutuhan pasar. Unit pengolahan hasil yaitu untuk mengolah hasil pertanian sebelum dipasarkan untuk menambah nilai jual produk. Unit pemasaran berfungsi untuk memberikan fasilitas kepada anggota untuk memasarkan hasil pertaniannya sehingga petani bisa mudah mendistribusikan Unit sarana produksi (saprodi) berfungsi untuk memfasilitasi kebutuhan anggota mengenai sarana produksi seperti pupuk, benih, dan alsintan. Selain itu unit ini juga menyediakan peminjaman modal bagi anggota. Unit usaha tani ini berfungsi untuk mengkoordinir anggota Gapoktan dalam budidaya usaha tani agar bias memenuhi kebutuhan pasar. Unit pengolahan hasil yaitu untuk mengolah hasil pertanian sebelum dipasarkan untuk menambah nilai jual produk. Unit pemasaran berfungsi untuk memberikan fasilitas kepada anggota untuk memasarkan hasil pertaniannya sehingga petani bisa mudah mendistribusikan

4.3 Perkembangan Kelompok Tani

Perkembangan kelompok tani di Indonesia khususnya di Kabupaten Jember sudah banyak berubah menjadi kelompok tani dengan sistem organisasi yang jelas dan berkembang serta memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan. Ini merupakan hasil dari kegiatan pemberdayaan yang berhasil dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan komunitas. Pemberdayaan komunitas memiliki pengaruh besar dalam berbagai hal misalnya menciptakan dan menumbuhkan motivasi masyarakat serta memiliki peran besar dalam pembangunan yang aktif dan kreatif.

Perkembangan kelompok tani yang semakin baik diperoleh dari adanya program kelompok tani yang ingin meningkatakn keterampilan dan pengetahuan dalam bidang pertanian dengan mengkolaborasikan bersama berbagai pihak antara lain penyuluh pertanian dan formulator (akademisi). Penyuluhan pertanian memiliki peran penting dalam membantu petani untuk menyelesaikan dan meningkatkan hasil padi. Harapan adanya kegiatan ini adalah pengetahuan dan keterampilan petani yang meningkat dalam mengelola dan mempraktikan panca usaha tani (Triwidarti dkk., 2015).

Program yang sering dilakukan oleh penyuluh pertanian di kelompok tani adalah program sekolah lapangan baik sekolah lapang pengendalian hama terpadu maupun sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu. Keberadaan sekolah lapang menggunakan pendekatan SL-PTT ini berguna sebagai media proses kepada masyarakat untuk berbenah khususnya dalam bidang pertanian misalnya

Kelompok “Tani Surya Tani” di Desa Tugusari yang melakukan SL-PTT dengan bantuan penyuluh pertanian dan pihak akademisi. Selain itu, kegiatan sekolah lapang yang dinilai efektif juga sudah diterapkan di kelompok Tani Surya Tani dengan mengkolaborasikan dengan program SL-BRIA (Better Rice Initiative Asia ).

BAB 5. PEMBAHASAN

5.4 Kondisi Pertanian Serta Permasalahan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

Desa Tugusari Kecamatan Bangsal Sari Kabupaten Jember sebagian masyarakatnya bekerja sebagai petani. Tingkat pendidikan dan pengetahuan akan bercocok tanam yang kurang menjadi masalah bagi petani di desa ini. Petani dalam bercocok tanam kususnya tanaman padi masih menggunakan cara turun- temurun dari orang-orang terdahulu. Kondisi seperti ini membuat produksi dari pertanian yang dihasilkan rendah. teknik bercocok tanam yang masih turun temurun ini juga menjadikan lahan yang digarap petani tidak berkelanjutan karena petani menggunakan masukan input dari luar yang terlalu intensif.

Sistem penanaman padi oleh petani di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember tergolong konvensional. Proses budidaya padi dilakukan dengan teknik lama yang minim inovasi teknologi. Masyarakat masih mengandalkan pemeliharaan yang konvensional sehingga untuk memacu produktivitas membutuhkan upaya yang sangat besar. Penggunaan sistem konvensional sendiri dilakukan karena petani telah mempercayai teknik tersebut dan telah dilakukan dari generasi ke generasi sehinggapetani enggan untuk menerapkan inovasi baru dalam proses budidaya. Hal yang demikian itu menyebabkan rendahnya produktivitas padi mengingat sistem konvensional yang kurang ramah lingkungan akan menurunkan kualitas lahan dan produktivitas lahan tersebut.

Permasalahan pertanian yang banyak terjadi pada Desa Tugu Sari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah produksi yang rendah serta tata kelola air yang belum terorganisasi dengan baik mengakibatkan produksi masih rendah. Kekurangan air yang digunakan untuk mengairi lahan menyebabkan keterbatasan sarana produksi padi pada daerah Tugusari. Pengairan dilakukan dengan memanfaatkan aliran sungai dan juga hujan. Sumber air yang terbatas menyebabkan petani harus mau untuk berbagi air dengan petani yang lainnya dengan petek lahan yang berdekatan atau bahkan berjauhan. Areal persawahan

Masalah lain yang terdapat di wilayah Desa Tugu Sari yaitu keterbatasan sarana produksi seperti traktor atau sejensnya. Hal tersebut menyebabkan sering kali tersendatnya proses produksi akibat sarana yang kurang seperti bajak. Keterbatasan sarana seperti traktor menyebabkan kemoloran proses budidaya tanaman padi. petani terpaksa menunggu antrian untuk dapat giliran sawahnya di olah. Hal tersebut menyebabkan penanaman bisa mengalami kemunduran dari rencana pindah tanam yang disusun diawal. Oleh karena itu penerapan sistem tanam modern seperti SRI yang mengharuskan pindah tanam maksimal bibit usia

14 hari setelah sulit untuk diterapkan. Penerapan teknologi lain seperti pengolahan tanah bertahap yang mengharuskan dilakukan pengolahan dengan tahapan interval waktu tertentu juga sulit diterapkan. Masayarakat hanya bisa menunggu giliran sawahnya agar bisa diolah untuk kemudian ditanami.

Permasalahan pengairan dan sarana produksi merupakan permasalahan utama yang menyebabkan penurunan produksi. keterbatasan sarana produksi dan pengetahuan tentang budidaya yang baik menyebabkan produksi padi pada daerah tersebut tidak dapat berkembang secara cepat. Perlu adanya pembenahan pada sarana produksi agar produktivitas yang didapatkan semakin tinggi sehingga perolehan petani semakin tinggi. Dengan demikian maka petani akan lebih mendapatkan kesejahteraan. Kesejahteraan yang meningkat tentunya dapat menaikkan taraf hidup mereka sehingga kualitas pendidikan bagi penerus mereka Permasalahan pengairan dan sarana produksi merupakan permasalahan utama yang menyebabkan penurunan produksi. keterbatasan sarana produksi dan pengetahuan tentang budidaya yang baik menyebabkan produksi padi pada daerah tersebut tidak dapat berkembang secara cepat. Perlu adanya pembenahan pada sarana produksi agar produktivitas yang didapatkan semakin tinggi sehingga perolehan petani semakin tinggi. Dengan demikian maka petani akan lebih mendapatkan kesejahteraan. Kesejahteraan yang meningkat tentunya dapat menaikkan taraf hidup mereka sehingga kualitas pendidikan bagi penerus mereka

5.5 Upaya yang Dilakukan untuk Menyelesaikan Permasalahan Pertanian yangAda di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

Permasalahan pertanian yang ada di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yaitu produktivitas padi yang rendah. Rendahnya produktivitas padi disebakan oleh petani yang belum bisa memahami cara budidaya padi secara baik dan benar. Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikaan permasalahan pertanian di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember melalui program sekolah lapang. Sekolah Lapang adalah sebuah pendekatan pelatihan yang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan serta keahlian petani. Sekolah lapang yang dilaksanakan diGapoktan Surya TaniDesa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yaitu Sekolah Lapang BRIA.

Sekolah Lapang BRIA (Better Rice Initiative Asia) merupakan program kemitraan antara sektor publik dan swasta atau dikenal dengan Public Private Partnership (PPP), antara Pemerintah Jerman melalui German International Cooperation (GIZ) dengan pihak swasta BASF di bawah payung kerjasama German Food Partnership (GFP) yang selanjutnya diimplementasikan secara bersama dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Program BRIA bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani dengan cara peningkatan produksi padi secara berkelanjutan serta membangun akses pasar yang lebih baik. Sekolah Lapang BRIA dilakukan pertemuan rutin setiap hari Jumat jam 12.30 WIB oleh petugas penyuluh lapang. Penyampaian materi dilakukan di ruangan dan di lapang untuk melakukan praktik secara langsung. Sekolah Lapang BRIA mengajarkan petani cara budidaya padi dari proses pemilihan bibit sampai proses panen.