REALITAS SOSIAL KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TOBA DREAMS KARYA TB SILALAHI

REALITAS SOSIAL KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TOBA DREAMS KARYA TB SILALAHI

1 Marlina

2 H. Hilaluddin Hanafi ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa novel Toba Dreams karya TB Silalahi, menampilkan fakta-fakta kehidupan yang dialami oleh para tokoh yang berada didalamnya salah satunya adalah tentang perbedaan agama yang di anut oleh parah tokohnya. Masalah dalam penelitian ini adalah realitas sosial kehidupan tokoh utama apa sajakah yang terdapat dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan realitas sosial kehidupan tokoh utama dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Jenis penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan. Teknik yang di gunakan dalam pengumpulan data adalah teknik baca dan teknik catat. Data penelitian dianalisis menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa realitas sosial kehidupan tokoh utama dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi terdiri atas (1) Realitas Sosial tentang kemiskinan, (2) Realitas sosial tentang kebudayaan, (3) Realitas sosial tentang pendidikan,(4) Realitas sosial tentang agama (5) Realitas sosial tentang politik, (6) Realitas sosial tentang hukum.

Kata Kunci : Realitas Sosial, Novel, Tokoh.

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan bentuk cerminan atau gambaran kehidupan masyarakat yang kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah karya. Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang untuk mengungkapakan eksistensinya sebagai manusia yang berisi ide, gagasan dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan media bahasa sebagai penyampainya. Sedangkan sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetika baik yang didasarkan aspek kebahasan maupun aspek makna. Estetika bahasa biasanya diungkapkan melalui aspek puitik atau Npoetic function (surface structure) sedangkan estetika makna dapat terungkap melalui aspek deep structure (Zainudin, 2002 : 6).

Karya sastra lahir dari latar belakang dan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Sebuah karya sastra dipresepsikan sebagai ungkapan realitas kehidupan dan konteks penyajian disusun secara terstuktur, menarik serta menggunakan media bahasa berupa teks yang disusun melalui refleksi pengalaman dan pengetahuan secara potensial memiliki berbagai macam bentuk representasi kehidupan ditinjau dari segi pembacaan, karya sastra merupakan bayang-bayang realitas yang dapat menghadirkan gambaran dan refleksi berbagai permasalahan dalam kehidupan nyata.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa, misalnya sejarah sastra Indonesia, sejarah sastra Jawa, dan sejarah sastra Inggris. Dengan pengertian

1 Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHO

2 Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHO 2 Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHO

Novel merupakan salah satu ragam prosa. Didalamnya terdapat peristiwa yang dialami oleh toko-tokonya secara sistematis serta latar belakang tersruktur. Novel adalah salah satu karya sastra yang diciptakan oleh pengarangnya dengan harapan untuk dapat dinikmati, dipahami, direnungi, dan dimanfaatkan oleh pembaca. Sebuah novel biasanya menceritakan kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Novel juga disebut prosa rekaan yang menyuguhakan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Sebagai karya imajinatif, novel mengungkapkan aspek- aspek kemanusiaan yang mendalam dan disajikan secara halus. Novel tidak hanya hiburan tetapi juga sabagai seni yang mempelajari dan menilai segi-segi kehidupan dan nilai yang baik. Baik dan buruk (moral) dalam kehidupan ini mengarahkan kepada pembaca tentang pekerti dan budi luhur. Jadi, novel dapat dipandang sebagai suatu kejala sosial. Dari Novel dapat diketahui seberapa besar kepekaan pengarang terhadap kenyataan sosial dengaan segala perubahan dan fenomena yang terjadi. Karya sastra akan semakin baik jika pengarangnya dapat mengungkapkan dengan menarik keadaan sosial yang sesunggunya.

Menurut KBBI (Kamu Besar Bahasa Indonesia), Tahun 2008. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel remaja merupakann novel yang sasaran pembacanya kalangan remaja dan isinya berkisar tentang kehidupann remaja. Berdasarkan bahasa aslinya, Novel dibedakann menjadi dua, Novel asli Indonesia dan Novel terjemahan. Novel terjemahan merupakan novel yang aslinya menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia, kemudian diterjemahkann dalam bahasa Indonesia.

Realitas sosial adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan kontruksi sosial terhadap dunia sosial disekelilingnya atau mengandung arti kenyataan-kenyataan sosial disekitar lingkungan masyarakat tertentu. Wignjosoebroto, (2001:77). Mengaatakan adanya dua realitas sosial.Yang pertama adalah realitas eksperimensial (experimential reality ), dan yang kedua adalah realitas penyetujuan (agreement reality). Yang pertama orang mengetahui realitas sebagai akibat dari pengalaman langsung orang tersebut dengan dunianya, sedangkan yang kedua realitas sebagai akibat dari kabar (informasi) orang lain yang dia terimah dari orang lain serta dirinya pun turut mendukung (setuju atau membenarkan) adanya realitas yang dimaksud.

Penulis ingin menyampaikan bahwa ada kaitan antara Novel dan Realitas sosial, seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Novel mencerminkan kenyataan sosial. Demikian halnya dengan Novel Toba Dreams karya TB Silalahi. Dalam konteks ini pengarang membuktikan adanya kesamaan antara realitas sosial kehidupan toko utama dalam Novel Toba Dreams dengan realitas sosial pada kurun sejarah tersebut. Karya sastra memilih bahan yang terdapat dalam masyarakat (termaksud realitas sejarah), dan mengelolanya dipadu imajinasi pengarang, sehingga realitas sosial kehidupan toko utama dalam Novel Toba Dreams dengan realitas dalam masyarakat hampir sama.

Alasan peneliti memilih novel Toba Dreams karya TB Silalahi yaitu Novel ini mempunyai gagasan yang menarik untuk dikaji dan diteliti dimana letak kesalahan seorang Tentara yaitu Sersan Tebe yang berhasil mendidik Prajuritnya menjadi Prajurit handal dalam berperang namun tidak berhasil mendidik anaknya yang justru menjadi seorang Alasan peneliti memilih novel Toba Dreams karya TB Silalahi yaitu Novel ini mempunyai gagasan yang menarik untuk dikaji dan diteliti dimana letak kesalahan seorang Tentara yaitu Sersan Tebe yang berhasil mendidik Prajuritnya menjadi Prajurit handal dalam berperang namun tidak berhasil mendidik anaknya yang justru menjadi seorang

Alasan peneliti mengangkat tema Realitas sosial dalam novel ini karena dalam keseluruhan novel ini menceritakan kehidupan dimasyarakat, kenyataan-kenyataan yang benar-benar terjadi dalam mayarakat. Kehidupan sehari-hari parah tokoh didalamnya.

Alasan peneliti mengambil tokoh utama dalam novel ini yaitu karena tokoh utamalah yg banyak diceritakan atau bercerita dalam novel ini, sehingga dari awal sampai akhir tokoh utamalah yang mendominasi jalanya cerita. Tokoh utama disini adalah Sersan Tebe atau Tebe silalahi, Beliau seorang Tentara yang memasuki usia pensiun, dia seorang ayah dan juga seorang suami yang memiliki seorang istri dan tiga orang anak, dua anak laki- laki dan satu anak perempuan. Istrinya bernama Kristin sujono, dan anak laki-laki pertamanya bernama Rounggur, sedangkan kedua Samurung dan yang ketiga perempuan bernama Taruli. Itulah Sersan Tebe yang Tokoh utama dalam novel ini.

Tokoh utama dalam Novel Toba Dreams karya TB Silalahi ini yaitu Tumpak Bonar atau biasa disebut Tebe alias Sersan Tebe. Dimana dalam novel ini dia mendominasi cerita bersama putra sulungnya yaitu Ronggur. Oleh karena itu, untuk mengungkapakan realitas sosial kehidupan tokoh utama yang terdapat dalam Novel ToBa Dreams karya TB Silalahi menganalisis dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan dengan menggunakan analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk memahami lebih dalam lagi gejala yang di luar sastra.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Sastra

Sejak zaman Plato, sastra digunakan untuk menjembatani antara fakta dengan fiksi, antara kenyataan dengan rekaan (Ratna, 2008: 218). Novel sebagai karya sastra dianggap mempunyai kapasitas sebagai sesuatu yang menjembatani fakta, salah satunya adalah fakta sejarah.

Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Memandang karya sastra sebagai pengambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenalkan pada karya sastra kebenaran pengambaran, atau yang hendak digambarkan. Karya sastra sebagai fakta sosial yang dengan sendirinya dipecahkan atas dasar kenyataan yang sesunggunya (Ratna, 2008:11)

Karya sastra mempunyai dua makna, yakni makna niatan (amanat) dan makna muatan (tema). Makna niatan adalah makna yang dikehendaki penyair atau sastrawan, sedangkan makna muatan ialah makna yang ada dalam sruktur karya sastra itu sendiri. Kedua jenis makna karya sastra itu jelas bertolak dari pengalaman-pengalaman penyair atau sastrawan, baik pengalaman yang diperoleh dari interaksi religiusnya (Jobrohim, 2002: 217).

Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. Dalam hal ini, sastra memang representasi dari cerminan masyarakat. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh George Lukas, bahwa sastra merupakan sebuah cerminan Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. Dalam hal ini, sastra memang representasi dari cerminan masyarakat. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh George Lukas, bahwa sastra merupakan sebuah cerminan

Wellek dan Werren (1993: 312), mengatakan sejarah sastra adalah sejarah sosial atau sejarah pemikiran dengan mengambil contoh karya sastra, atau impresi dan penilaian atas beberapa karya sastra yang diatur kurang lebih secara kronologis. Karya sastra merupakan konsep yang sangat sulit. Dalam pengetian tertentu, tiap karya sastra suatu sruktur yang tidak dilanjutkan oleh perkembangan dari suatu individualitas dalam sastra keindividualitas lainnya. Bahkan ada suatu pendapat tidak ada sejarah sastra, yang ada hanya sejarah manusia yang menulis. Tetapi menurut argumen yang sama, kita harus berhenti menulis sejarah bahasa, karena hanya ada sejarah manusia yang membuat ujaran, dan kita juga harus berhenti menulis sejarah filsafat, karena hanya ada sejarah manusia yang berfikir.

Pengertian Novel

Novel sama dengan istilah roman. Kata novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Sedangkan istilah roman berasal dari gendre Istilah romance dari abad pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, Belanda, Prancis dan bagian-bagian Eropa daratan yang lain. Berdasarkan asal usul tadi memang ada unsur perbedaan antara roman dan novel yakni bahwa novel lebih pendek dibanding roman, tetapi ukuran luasnya unsur cerita hampir sama.

Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti barang baru yang kecil. Pada awalnya, dari segi panjangnya novella memang sama dengan cerita pendek. Novel kemudian berkembang di Inggris dan Amerika. Novel di wilayah ini awalnya berkembang dari bentuk-bentuk narasi nonfiksi, seperti surat, biografi, dan sejarah, namun seiring pergeseran masyarakat dan perkembangan waktu pengarang bisa mengubah novel sesuai dengan imajinasi yang dikehendakinya.

Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia. Hal ini mengacu pada pendapat Santoso, (2010:

46) yang menjelaskan, “kata novel berasal dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa inggris, karena novel adalah bentuk karya sastra yang datang dari karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya satra yang lebih pendek dari pada roman, jauh lebih panjang dari cerita pendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan pokok-pokok saja, juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besarnya saja, tidak sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya, dan kejadian yang digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang mengakibatkan adanya perubahan nasib.

Menurut Kosasi (2012: 60) Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan sesorang atau beberapa orang tokoh. Novel berada di masyarakat karena novel di bentuk oleh masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat. Sedangkan dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2007: 514) Novel adalah karangan yang panjang bercerita tentang kehidupan seseorang dengan orang sekelilingnya. Menurut The American college dictionary mengatakan, novel diartikan sebagai suatu cerita prosa yang fiktif dengan panjangnya tertentu, yang melukiskan para Menurut Kosasi (2012: 60) Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan sesorang atau beberapa orang tokoh. Novel berada di masyarakat karena novel di bentuk oleh masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat. Sedangkan dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2007: 514) Novel adalah karangan yang panjang bercerita tentang kehidupan seseorang dengan orang sekelilingnya. Menurut The American college dictionary mengatakan, novel diartikan sebagai suatu cerita prosa yang fiktif dengan panjangnya tertentu, yang melukiskan para

Realitas Sosial Pengertian Realitas Sosial

Yogi mengatakan bahwa realitas sosial adalah pengungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif. (https://yogieadiputra.wordpress.com).

Realitas sendiri bukanlah sesuatu yang bersifat alamiah, melainkan hasil interpretasi manusia. Oleh karna itu, realitas bagi setiap orang berbeda adanya, tergantung dari pengalaman masing-masing individu, gender, kultur, agama, dan lain-lain. Realitas dibatasi dengan konsepsi-konsepsi, pemahaman-pemahaman, persepsi, dan consensus, sehingga dapat dikatakan bahwa yang di sebut realitas adalah apa yang dapat di tangkap oleh akal manusia dan sejauh mana batasan-batasan definisi yang dimiliki oleh manusia akan hal tersebut. Jadi, realitas sosial adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan kontruksi sosial terhadap dunia sosial disekelilingnya atau mengandung arti kenyataan-kenyataan sosial di sekitar lingkungan masyarakat tertentu.

Menurut Wingjosoebroto, (2001: 82) menyatakan bahwa realitas dalam artinya sebagai sesuatu yang nampak dan sebenarnya adalah fakta, namun dalam maknanya yang tidak hanya sebagai sesuatu (being) yang disadari, diketahui atau bahkan yang dipahami dan diyakini (realized) boleh dan ada di dalam alam pemikiran manusia. Maka yang namanya realitas itu tak mesti berhenti pada konsep realitas sebagai realitas individual, melainkan realitas yang menjadi bagian dari kesadaran, pengetahuan, atau keyakinan suatu kelompok sosio-kultural. Kepustakaan ilmu-ilmu sosial di sebut realitas sosial sekalipun yang di maksud dan ditunjukan sebagai kelompok sosiokultural di sini hanya kelompok kecil saja, malah mungkin hanya terdiri dari dua individu yang tengah berintegrasi saja.

Wingjosoebroto (2001: 77), mengatakan adanya dua realitas sosial, yang pertama orang mengetahui realitas sebagai akibat dari pengalaman langsung orang tersebut dengan dunianya, sedangkan yang kedua sebagai akibat dari kabar (informasi) orang lain yang dia terima dan orang lain serta dirinya sendiripun turut mendukung (setuju atau membenarkan) adanya realitas yang dimaksud. Realitas sosial merupakan suatu peristiwa yang memang benar terjadi di tengah-tengah masyarakat.

2.2.1 Konsep-konsep Realitas Sosial

Berikut beberapa hal tentang realitas sosial di masyarakat terkait dengan proses hidup yang kita jalani seperti yang dikemukakan oleh Waluya (2009:17) yang membagi realitas sosial menjadi enam konsep yaitu realitas sosial tentang kemiskinan, realitas sosial tentang pendidikan, realitas sosial tentang kebudayaan, realitas sosial tentang hukum, realitas sosial politik, dan realitas sosial tentang agama yang merupakan isi dasar sosiologi, yaitu kenyataan kehidupan sosial seperti adanya masyarakat, kelompok, dan para individu.

Ralitas Sosial Tentang Kebudayaan

Kebudayan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa Kebudayan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa

Realitas Sosial Tentang Kemiskinan

Menurut Moerdhani kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi, dan bukan dikehendaki oleh manusia. Kemiskinan yang dialami oleh pendudukpada umumnya ditandai oleh rendanya tingkat pendidikan, produktifitas kerja, pendapatan, kesehatan, dan gizi serta kesejahteraanya sehingga menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal maupun nonformal dan membawa konsekuensi terhadap pendidikan informal yang rendah ( Supritna 2000: 196 ).

Defenisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relative, kemiskinan absolute, kemiskinan structural dan cultural. Kemiskinan relative merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjankau seluru lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang (Sudantoko, 2009: 43-46).

Realitas Sosial Tentang Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1).

Realitas Sosial Tentang Hukum

Menurut Leon (dalam Chotib 2007: 39) hukum adalah aturan tingkahlaku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindakan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang jika di larang menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarakat berhak untuk melakukan pembelaan di depan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/ketentuan yang tertulis maupun yang tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarkat dan menyediakan sangsi untuk orang yang melanggar hukum.

Realitas Sosial Tentang Politik

Menurut Wirjono (Dalam Chotib 2007: 126) politik adalah penggunaan kekuasaan oleh suatu golongan anggota masyarakat terhadap golongan lain pokoknya, selalu ada kekuatan/kekuasaan. Politik juga adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu masyarakat tertentu. Politik merupakan salah satu sarana interaksi atau komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat sehingga apapun program yang dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan keinginan-keinginan masyarakat di mana tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai dengan baik.

Realitas Sosial Tentang Agama

Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepecayaan) dan peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Dengan kata lain agama adalah aturan hidup yang diperlukan oleh manusia.

Agama mengambil peranan penting dalam keberadaan suatu masyarakat atau komunitas. Karena suatu agama atau kepercayaan akan tetap langgeng jika terus diamalkan oleh masyarakat. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini melihat kepada kondisi masyarakat, maka agama dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu: agama yang hidup dalam masyarakat sakral dan agama yang hidup dalam masyarakat sekuler. Sumbangan atau fungsi agama dalam masyarakat adalah sumbangan untuk mempertahankan nilai-nilai dalam masyarakat. Sebagai usaha-usaha aktif yang berjalan terus menerus, maka dengan adanya agama maka stabilitas suatu masyarakat akat tetap terjaga. Sehingga agama atau kepercayaan mengambil peranan yang penting dan menempati fungsi-fungsi yang ada dalam suatu masyarakat.

Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan di mana merupakan tokoh yang paling banyak bercerita, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, bahkan pada nevel-novel tertentu tokoh utama hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui tiap halaman buku cerita yang bersangkutan.

Tokoh utama juga mengambil bagian terbesar dalam peristiwa cerita, dengan kata lain tokoh utama merupakan yang paling banyak diceritakan. Volume kemunculan tokoh utama lebih banyak dibandingkan tokoh lain, sehingga tokoh utama biasanya memegang peranan penting dalam setiap peristiwa yang diceritakan.

Tokoh utama mungkin hanya seorang, mungkin pula lebih dari seorang. Jika lebih dari seorang tentu mereka mempunyai peranan yang tidak sama. Tokoh utama biasa dinamakan tokoh inti atau pusat, dinamakan inti karena tokoh itulah yang menjadi inti atau pusat dari sendi seluruh jalannya cerita.

Sosiologi Sastra Pengertian Sosiologi Sastra

Istilah "sosiologi sastra" dalam ilmu sastra dimaksudkan untuk menyebut para kritikus dan ahli sejarah sastra yang terutama memperhatikan hubungan antara pengarang dengan kelas sosialnya, status sosial dan ideologinya, kondisi ekonomi dalam profesinya, dan model pembaca yang ditujunya. Mereka memandang bahwa karya sastra (baik aspek isi maupun bentuknya) secara mudah terkondisi oleh lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu. Sosiologi sastra merupakan pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat dari atau mengenai sastra karya para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari pada perkembangan ilmu pengetahuan. Sosiologi lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan, oleh karena itu sosiologi didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah dicapai ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Selanjutnya Camte berkata bahwa sosiologi dibentuk berdasarkan pengamatan dan tidak pada spekulasi- spekulasi perihal keadaan masyarakat dan hasil- hasil observasi tersebut harus disusun secara sistematis dan motodologis.

Konsep Sosiologi Sastra

Jobrohim (2002: 217) menyatakan bahwa, pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan, dalam hal ini realitas sosial kehidupan tokoh utama oleh bebrapa penulis disebut sosiologi sastra. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda pengertian dengan sosiosastra, pendekatan sosilogis, atau pendekatan sosialkultural terhadap sastra. Pendekatan sosiologis ini mencakup berbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan pegangan teoritis tertentu. Namun, semua pendekatan itu menunjukan satu ciri kesamaan, yaitu mempunyai perhatian terhadap sastra sebagai institusi sosial, yang diciptakan oleh sastrawan sebagai anggota masyarakat.

Menurut Semi (1993: 73) Pendekatan sosiologis bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problem kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada didalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberikan pengaruh terhadap masyarakat, bahkan sering kali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman. Sementara sastrawan sendiri yang merupakan anggota masyarakat tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkanya dan sekaligus membentuknya.

Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri berada didalamnya. Karya sastra menerima pengaruh terhadap masyarakat, bahkan sering kali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup disuatu zaman, Sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya.

Sosiologi sastra berkembang dengan pesat penelitian-penelitian dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran, stagnasi, bahkan dianggap sebagai involusi. Analisis srukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang justru merupakan asal-usulnya. Dipicu oleh kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka satu-satunya cara adalah mengembalikan karya sastra ketengah-tengah masyarakat, memahami sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan (Ratna, 2008: 332).

Pendekatan Sosiologi Sastra

Menurut Wiyatmi (2009: 97), Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan mimetik yang memahami karya sastra dalam hubunganya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Pendekatan tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Dasar filosofi pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh : (a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang,( b) pengarang itu sendiri adalah masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan (d) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakar (Ratna, 2008: 60).

Jobrohim (2002:169) menyatakan bahwa pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan, dalam hal ini realitas sosial kehidupan tokoh utama disebut pendekatan sosiologi sastra. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda pengertian dengan sosiosastra, pendekatan sosiologi, atau pendekatan sosio-kultural terhadap sastra.

Pendekatan sosiologi ini mencakup berbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoritis tertentu, tetapi semua pendekatan itu menunjukan satu ciri kesamaan, yaitu mempunyai perhatian terhadap sastra sebagai ilustrasi sosial, yang diciptakan oleh sastrawan sebagai anggota masyatrakat.

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan. Dikatakan penelitian kepustakaan karena data penelitian ini didukung oleh buku-buku referensi. Jenis penelitian ini memanfaatkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data penelitiannya, karena peneliti berhadapan langsung dengan data dalam teks dan dilaksanakan dengan menggunakan buku-buku, literatur, surat kabar, artikel ilmiah dan sumber lain (internet) yang terkait dengan masalah yang timbul.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode ini digunakan dengan cara mendeskripsikan data-data berupa realitas sosial kehidupan tokoh utama dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi, kemudian disusul dengan analisis. Deskriptif analitis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2008: 53). Metode ini tidak semata-mata menguraikan tetapi juga memberikan penjelasan.

Data dan Sumber Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah teks berupa novel, yang berupa realitas sosial yang berhubungan dengan tokoh utama dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi. Sumber data penelitian ini adalah Novel Toba Dreams karya TB Silalahi, ketebalan buku 248 halaman, yang diterbitkan PT Kaurama Buana Antara pada tahun 2015, di Batam.

Teknik pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut .

1. Teknik baca, yakni membaca untuk mengetahui isi keseluruhan Novel dan hal-hal mana saja yang merujuk pada realitas sosial kehidupan tokoh utama.

2. Teknik catat, yakni mencatat data-data atau informasi tentang aspek yang merupakan penggambaran dari realitas sosial kehidupan tokoh utama dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi.

Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis berdasarkan pendekatan sosiologi. Pendekatan sosiologi adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang terkandung dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi dengan cara peneliti mendeskripsikan atau menggambarkan realitas kehidupan tokoh.

Selengkapnya teknik analisis data yang di maksud, dilakukan dengan tahap sebagai berikut.

1. Identifikasi data yang sudah diberikan kode sesuai dengan permasalahan penelitian realitas sosial yang ada dalam novel.

2. Mengklasifikasi data, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokan) data yang menyangkut realitas sosial kehidupan tokoh utama dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi.

3. Deskripsi data, yaitu gambaran data dalam bentuk kutipan yang akan dipaparkan dalam bentuk pembahasan.

4. Interpretasi data, memberikan gambaran secara umum tentang hasil penelitian yang diperoleh, hal tersebut tampak pada simpulan hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Realitas Sosial Kehidupan Tokoh Utama Novel Toba Dreams Karya TB Silalahi Realitas Sosial Tentang Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu keadaan seseorang yang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental ataupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kebodohan, sikap malas, kondisi alam yang gersang, peperangan, penjajahan, dan lain-lain. Kemiskinan merupakan salah satu fenomena sosial yang akan diperangi oleh semua bangsa melalui proses pembangunan dan moderninasi.

Novel ini juga memceritakan kondisi kemiskinan yang di alami oleh Ronggur yang berpacaran dengan Andini, sehingga mengakibatkan hubungan yang dijalaninya tidak mendapatkan restu dari orang tua Andini sang kekasih yang menantang dikarenakan Ronggur hanyalah anak seorang Tentara yang berpangkat rendah yang tidak sebanding dengan dirinya pebisnis yang sukses. Dapat di lihat dalam kutipan :

“Setelah anak sulungnya di drop out dari kuliah, Sersan Tebe pernah diam- diam membawakan formulir pendaftaran sekolah calon bintara ke anaknya. Tapi apa jawap Ronggur. “Jadi Tentara? Engga bangat, deh. Bapak saja yang sudah kemana-mana masih saja miskin begitu.” Ingin sekali Sersan Tebe menampar anak sulungnya yang kurang ajar itu, tapi Kristin Sujono , ibunya selalu mencegahnya. (Silalahi, 2015: 26).

Kemiskinan yang di alami oleh Sersan Tebe di atas, membuatnya berpikir untuk pulang ke kampung halaman yang tidak membutuhkan banyak biaya untuk kebutuhan hidup seperti di kota yang harus mengontrak rumah, belum lagi biaya sekolah untuk anak- anaknya yang mahal yang tidak sebanding dengan uang pensiunan yang dia terima. Sersan Tebe berpikir, di kampung halaman ada pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh Ronggur dan bisa membantu keluarga tidak seperti di kota yang kerjanya cuman luntah-lantuh setelah dikeluarkan dari kampus. Realitas sosial kemiskinan berikutnya dapat di lihat dalam Kutipan berikut ini:

“Andini tahu pacarnya bukan berasal dari kalangan berada, karena saat mereka jalan barang, pacarnya itu bisa di bilang jarang mengajaknya ke kafe yang menunya mahal. Tapi dia punya harga diri. Meskipun isi dompetnya cowoknya itu hanya banyak berisi lembaran-lembaran bergambar Pattimurah dan pangeran Antasari, namun selama berpacaran Ronggur tidak pernah mau dibayarin bila makan berdua.” (Silalahi, 2015: 41).

Kutipan di atas menggambarkan tentang kemiskinan yang dialami Ronggur namun tetap punya harga diri, Andini tahu, bahwa pacarnya bukan berasal dari kalangan berada seperti dirinya, karna itu dia tidak pernah mengajaknya, untuk makan di kafe seperti pria pada umumnya yang mengajak kekasihnya makan di restoran mahal, paling dia hanya mengajaknya makan di pinggir jalan, yang sesuai dengan isi dompet Ronggur.

Karena kemiskinan yang di alami oleh Ronggur, putra sulung Sersan Tebe, membuatnya selalu mendapatkan hinaan dari ayah Andini gadis yang dia pacari sejak mereka duduk di bangku SMA. Ayah Andini selalu menghina dan membandingkan dirinya dengan Irwan anak seorang pejabat yang kaya raya yang setara dengan mereka, yang menurutnya pantas untuk mendampingi Andini bukan Ronggur yang hanya anak seorang pensiunan tentara biasa yang tidak memiliki apa-apa seperti dirinya dan Irwan orang yang mempunyai segalanya. Realitas sosial kemiskinan dapat di lihat dalam kutipan berikut ini :

“Hinaan ayah Andini dan calon menantu pilihanya membuat Ronggur berpikir kembali tentang tawaran Bonsu. Orang-orang yang berpikir lurus dan jujur selamanya akan berada pada mata rantai kehidupan yang paling bawah. Hidupnya serba pas-pasan. Serba terbatas. Bila peluang melepaskan diri dari keterbatasan hidup sudah terbuka kenapa harus di tutupi? Maka wajah Bonsu dan Eggy kembali terbayang dibenaknya.”(Silalahi, 2015 :128).

Kutipan di atas mengisahkan tentang hinaan yang di alami Ronggur terhadap ayah Andini dan calon menantunya, yang mengakibatkan Ronggur berpikir bagaimana agar cepat kaya, karena jika dia hanya kerja sebagai supir taksi sampai kapanpun dia tidak akan mampu menyaingi Irwan yang dibangga-banggakan oleh orang tua Andini sehingga pada akhirnya dia mengingat Bonsu dan Eggy yang pernah dia jumpai ketika membawa taksi dan menawarkannya masuk bisnis narkoba, dengan cara itu dia bisa cepat kaya dan mendapatkan Andini kembali.

Karena kemiskinan dan juga hinaan yang di alami oleh Ronggur, putra sulung Sersan Tebe dari ayah Andini dan Irwan calon menantu pilihannya, membuat Ronggur berpikir untuk masuk dalam bisnis narkoba yang pernah ditawarkan oleh Bonsu seseorang yang pernah dia jumpai, sewaktu dia mengemudikan taksi dulu. Dengan cara itu Ronggur berpikir bisa dengan mudah menjadi kaya dan mendapatkan Andini gadis yang paling dia cintai sejak mereka duduk di bangku SMA dulu. Ronggur bepikir bila ada cara mudah untuk cepat kaya, mengapa harus disia-siakan, walau sebenarnya jalan itu menentang dengan pikirannya, namun dia akan tetap melakukannya hanya untuk mendapatkan Andini dan direstui oleh orang tuanya.

Realitas Sosial Tentang Kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Realitas sosial budaya merupakan kenyataan-kenyataan sosial budaya di sekitar lingkungan masyarakat tertentu. Kenyataan sosial budaya ini terjadi karena adanya pola-pola hubungan yang terjadi dalam masyarakat. Seperti halnya dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi ini. Kebudayaan yang di alami oleh masyarakat Batak pada umumnya dapat di lihat dalam kutipan berikut ini.

“Kebanyakan warga keturunan Batak diperantauan memiliki ikatan yang kuat dengan bona pasogit-nya. Dengan berbagai pertimbangan, sebagian besar perantau Batak, saat meninggal dunia, inggin di kubur di bona pasogit- nya. Tebe tidak inggin menunggu di panggil tuhan baru jasadnya di kirim kekampung halaman. Dia inggin menghabiskan masa tua di kampung halaman yang berada di tepi danau Toba.” (Silalahi, 2015: 11).

Kutipan di atas mengambarkan realitas sosial tentang kebudayaan atau kebiasaan warga keturunan Batak yang berada diperantauan dan memiliki ikatan yang kuat dengan Kutipan di atas mengambarkan realitas sosial tentang kebudayaan atau kebiasaan warga keturunan Batak yang berada diperantauan dan memiliki ikatan yang kuat dengan

Kebiasaan atau kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Batak yang berada diperantauan atau orang yang merantau akan dipulangkan di kampung halaman masing- masing ketika meninggal dunia, dan itu sudah menjadi suatu kebudayaan yang melekat dalam diri orang-orang Batak yang pergi merantau di kota atau kampung orang lain, namun tidak dengan Sersan Tebe, beliau tidak ingin di panggil tuhan baru jasadnya di kirim di kampung halaman. Sersan Tebe ingin menghabiskan, masa tuanya di kampung halaman dengan bertani, dan ketika beliau benar-benar pensiun dari anggota TNI, dia langsung memboyong seluruh keluarganya untuk hidup di kampung halaman di tepi danau Toba, yang sudah sejak lama diinginkanya. Realias sosial tentang kebudayaan berikutnya dapat di lihat dalam kutipan berikut ini:

“Meskipun rumah ini pernah ditempati oleh seorang pendeta, namun adat Batak yang kaya mitos tetap dipertahankan. Di atap ada gorge ulu paung yang di percaya sebagai tempat bersemayamnya si Raja Batak. Warna rumah didominasi merah hati, putih, dan hitam sama seperti warna-warna ulos. Budaya Batak masih sepenuhnya terasa di sini”.(Silalahi, 2015: 62).

Kutipan di atas menggambarkan tentang adat atau kebudayaan yang dimiliki oleh suku Batak, dimanapun mereka tinggal adat mereka tetap melekat dalam diri mereka masing-masing, di sini menceritakan bahwa adat Batak mempercayai banyak mitos atau kebudayaan, di atap rumah mereka pun terpasang gorge ulu paung yang dipercayai sebagai tempat tinggal raja Batak dan warna rumah suku Batak pun didominasi merah hati, putih, dan hitam yang merupakan warna kain ulos khas Batak.

Kebudayaan yang selalu dipertahankan oleh masyarakat Batak, dapat di lihat dengan adanya rumah-rumah penduduk yang diatapnya terdapat tempat-tampat yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya si Raja Batak dan rumah mereka yang didominasi warna merah hati, putih dan hitam seperti warna ulos. Bisa dirasakan betapa kental budaya yang masih dirasakan dan melekat pada masyarakat Batak.

Adat istiadat tidak pernah lepas dari masyarakat pada umumnya, apalagi Indonesia sendiri kaya akan budaya yang melekat pada diri setiap masyarakat yang berada di Indonesia. Sebuah pernikahan akan terlaksana dengan baik apabila persiapan itu sangat matang, seperti sebelum pernikahan pasti akan diadakan proses pelamaran, pelamaran adalah proses perkenalan antara pihak laki-laki dan pihak perempuan serta pembicaraan uang mahar yang dilakukan pihak laki-laki pada pihak perempuan.

Realitas Sosial Tentang Pedidikan

Pendidikan adalah suatu konsep dasar yang bertujuan mengarahkan, membimbing dan membina dari suatu yang tidak diketahui menjadi suatu yang diketahui baik secara umum maupun pribadi, dengan struktur, arahan, sarana dan prasarana yang telah terencana sehingga mendukung proses pendidikan tersebut dan dapat dihasilkan suatu serapan materi yang penting. Lingkungan pendidikan biasanya di sebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Realitas sosial tentang pendidikan berorientasi terhadap kebutuhan serta sistem pendidikan di masyarakat. Peranan pendidikan berdampak pada meningkatnya pengetahuan Realitas sosial tentang pendidikan berorientasi terhadap kebutuhan serta sistem pendidikan di masyarakat. Peranan pendidikan berdampak pada meningkatnya pengetahuan

Pendidikan juga terjadi dalam novel ini, di mana pendidikan yang baik diharapkan oleh semua orang tua sama halnya dengan yang diharapkan oleh sersan Tebe atau seorang ayah terhadap anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan agar mempunyai masa depan yang baik dan kehidupan yang nyaman agar anak-anaknya jauh lebih baik dari pada dirinya sendiri. Realitas sosial pendidikan dapat di lihat dalam kutipan berikut ini:

“Namun Sersan Tebe justru menaruh harapan yang sangat besar kepada Taruli, putri bungsunya. Sejak SD hingga lulus SMP, prestasi akademisnya sungguh membanggakan. Kadang dia juara satu. Paling rendah dapat juara tiga dikelasnya. Kelak, jika keluarganya sudah pindah ke Tarabunga, dan itu sudah menjadi impian lama Sersan Tebe, Taruli diharapkan masuk sekolah unggulan yang didirikan Letjen TNI (Purn). TB Silalahi. Karena sekolah ini menggratiskan biayah pendidikan bagi anak-anak berprestasi dari kalangan yang tidak mampu.” (Silalahi, 2015: 13).

Kutipan di atas menceritakan tentang reaitas sosial pendidikan, harapan Sersan Tebe pada pendidikan anak-anaknya yang sangat besar terutama pada Taruli anak bungsunya, sejak SD sampai SMP prestasi akademisnya sangat membanggakan dan selalu mendapat juara 1 paling rendah dapat juara 3 dikelasnya. Sersan Tebe berharap, Taruli bisa masuk sekolah yang bagus dan mendapatkan pendidikan yang baik dengan biaya yang sedikit.

Semua orang tua menginginkan pendidikan yang baik terhadapa anak-anaknya, tidak terkecuali sersan Tebe yang menginginkan pendidikan yang baik kepada putri bungsunya Taruli, sejak SD sampai SMP dia selalu mendapat juara 1 dikelasnya dan paling rendah juara

3. Sersan Tebe yang sudah pensiun itu mengharapkan Taruli putri bungsunya masuk di SMA yang bagus dengan pendidikan yang sangat baik dan membanggakan kedua orang tuanya. Realitas sosial tentang pendidikan selanjutnya dapat di lihat dalam kutipan berikut ini:

“Di kampung sama saja, Taruli. Kamu tetap bisa sekolah. Di sekolah unggulan. Kakakmu Sumurung tahun depan bisa mendaftar ke Akmil. Sekarang sudah telat. Dan kamu, Ronggur, bisa lebih belajar makna dari kehidupan itu apa. Sehingga kamu bisa membuat kehidupan untuk masa depan. Lagi pula kawasan danau Toba sekarang sudah sangat berkembang. Kamu bisa belajar menjadi pemandu wisata atau apapun yang kamu mau, asal tidak membuat malu keluarga.” Ujar Sersan Tebe, membuat Ronggur naik pitam.” (Silalahi, 2015: 34).

Kutipan di atas menceritakan, realitas sosial tentang pendidikan, di mana Sersan Tebe menginginkan Taruli tetap bisa sekolah, walau berada di kampung dan masuk di sekolah yang kualitasnya juga sangat bagus tidak jauh beda dengan yang ada di kota. Sumurung, diharapkan bisa masuk, di Akmil (Akademi Militer) dan Ronggur menjadi pemandu wisata kawasan Danau Toba selama berada di kampung tanah kelahiran Sersan Tebe ayah mereka.

Keingginan Sersan Tebe kepada Taruli putri bungsu kesayanganya yang tetap harus melanjutkan pendidikan walau sudah berada di kampung halaman, karena di sana pendidikan yang ada tidak jauh beda dengan yang ada di kota pendidikan yang penuh dengan kedisiplinan dan Sumurung diharapkan mendaftar di Akmil juga Ronggur menjadi pemandu wisata di kawasan Danau Toba saat mereka pulang di kampung halaman seniornya.

Realitas Sosial Tentang Agama

Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan/kepercayaan dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia lainnya. Agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.

Realitas sosial tentang agama juga terdapat dalam dalam novel Toba Dreams karya TB silalahi, dapat di lihat dalam kutipan berikut ini: “Di antara prajutir itu, ada sejumlah kopral yang sudah di anggap sebagai keluarganya. Ada kalanya pula, Sersan Tebe akan menjadi saksi pernikahan anak buahnya, terutama yang beragama Nasrani. Sedangkan para prajurit dan kopral yang beragama Islam setiap Natal berkunjung kerumahnya. Jiwa korsa prajurit di lingkungan Yonkav 9 benar-benar terjaga. Bila salah satunya terkena musibah atau kesusahan, dengan cepat yang lainnya membantu, tidak memandang suku dan agama. Sersan Tebe juga tidak memandang apakah dia prajurit, kopral, atau sersan, semua dicintai dengan sepenuh hati.” (Silalahi, 2015: 22).

Kutipan di atas menceritakan realitas sosial tentang agama, di mana, agama yang mereka anut atau yakini, tidak menjadikan perbedaan untuk mereka saling bersilatuhrahmi dan membangun persaudaraan serta kekeluargaan saling membantu dan saling menghormati antara yang beragama Islam dan Kristen. Yang beragama Islam, akan berkunjung ke rumah orang-orang yang beragama Kristen atau nasrani saat merayakan Natal dan begitupun sebaliknya orang Kristen akan berkunjung ke rumah-rumah orang Islam yang melaksanakan hari raya, mereka tidak memandang suku dan agama untuk menjaga dan membangun persaudaraan di antara para prajurit.

Agama adalah kepercayaan yang di anut setiap umat yang berada di muka bumi ini, tidak terkecuali bagi sersan Tebe dan para Prajurit yang berada di asrama tentara tempat tinggal mereka, dan agama tidak menjadikan mereka sebagai penghalang untuk menjalin silaturahmi atau tali persaudaraan antara mereka. Sersan Tebe sendiri menganut agama Kristen dan setiap tahunnya akan merayakan natal dan mengundang teman-temanya tanpa terkecuali bagi yang beragama Islam akan berkunjung ke rumahnya bila hari natal itu tiba dan begitupun sebaliknya. Tali persaudaraan mereka sangatlah kuat dan tidak memandang suku dan agama yang mereka yakini masing-masing.

Ronggur memeluk agama Kristen, sedangkan Andini memeluk agama Islam, membuat keduanya selalu berpikir, apakah hubungan yang mereka jalin selama ini bisa mendapatkan restu dari orang tua masing-masing. Sedangkan keluarga Andini sangat menentang hubungan Andini dan Ronggur, namun karena cinta yang mereka miliki sangatlah kuat membuat keduanya memutuskan untuk tetap menjalin hubungan dengan perbedaan keyakinan itu dan tidak harus mengikut keyakinan salah satunya.

Andini memang memeluk agama Islam, namun dia menyadari setiap agama yang diajarkan itu mengandung kebaikan dan kebenaran tidak terkecuali dengan agama yang dipeluk oleh Ronggur suaminya. Ketika menikah Ronggur pernah berjanji pada Andini akan mengajarkan mereka, agama yang dia yakin, namun, karena kesibukan dan pekerjaan yang banyak Ronggur tidak punya waktu sama sekali untuk mengajarkan pada mereka tentang Andini memang memeluk agama Islam, namun dia menyadari setiap agama yang diajarkan itu mengandung kebaikan dan kebenaran tidak terkecuali dengan agama yang dipeluk oleh Ronggur suaminya. Ketika menikah Ronggur pernah berjanji pada Andini akan mengajarkan mereka, agama yang dia yakin, namun, karena kesibukan dan pekerjaan yang banyak Ronggur tidak punya waktu sama sekali untuk mengajarkan pada mereka tentang

Ronggur yang tidak pernak ke gereja, akhirnya menginjakan kaki di rumah tu han itu untuk berdoa memohon keselamatan keluarganya anak serta istrinya. Di gereja dia bertemu dengan Sumurung adiknya yang sudah menjadi pendeta seperti yang diinginkan ayahnya dulu. Sumurung terlihat sangat bahagia, karena kakak yang di kenal selama ini, yang tidak pernah menginjakan kakinya ke gereja akhirnya datang di sana juga untuk berdoa dengan khusu memohon pengampunan dan keselamatan untuk keluarganya yang sudah dirundung masalah karena munculnya kembali anak buah dari Bonsu, bos dari bandar narkoba yang pernah dia jalani dulu.

Realitas Sosial Tentang Politik

Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikkan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu selain itu, sistem politik merupakan sekumpulan pendapat, prinsip satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksnakan dan mempertahankan kekuasaan dan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan negara dan hubungan antara negara. Politik juga merupakan cara, tata rencana, skema, prosedur atau metode yang digunakan oleh seorang individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat, politik juga digunakan untuk mendapatkan keuntungan baik secara perseorangan maupun secara berkelompok. Politik ini juga terdapat dalam novel Toba Dreams karya TB Silalahi, dapat di lihat dalam kutipan berikut ini: