LAPORAN DAN PRAKTIKUM DAN KEWIRAUSAHAAN

I.

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Istilah entrepreneurship muncul pada abad ke-18 di Perancis oleh ahli
ekonomi yang bernama Richard Cantilon. Dalam hal ini Richard Cantilon
mencoba menghubungkan kegiatan pengambilan resiko dalam ekonomi terhadap
entrepreneurship (Kuratko dan Hodgetts, 1989).
Dalam

bahasa

Indonesia,

entrepreneurship

diartikan

sebagai


kewirausahaan. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang
yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya brmental mandiri dan
berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam
kondisi tidak pasti.
Dalam memulai usaha atau bisnis pasti akan ada halangan dan rintangan
baik pikiran akan gagal atau kurangnya modal yang tersedia. Oleh karena itu perlu
diadakan pembelajaran kiat-kiat dalam memulai usaha atau bisnis dari orang yang
sudah sukses dalam melakukan bisnis. Selain dapat memotivasi , diharapkan
dengan mempelajari kiat-kiat dari orang yang sudah berpengalaman dapat
memberikan ilmu dan tips-tips agar kita juga sukses seperti pengusaha tersebut.
Selain kiat-kiat dalam memulai usaha atau bisnis. Kiat-kiat dalam
melakukan pemasaran juga dirasa perlu untuk dikaji agar mengetahui cara
melakukan pemasaran yang baik dan cara meyakinkan konsumen untuk membeli
produk yang kita tawarkan.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui kiat-kiat untuk memulai bisnis
2. Mahasiswa dapat mengetahui kiat-kiat dalam melakukan pemasaran yang baik


II.

PROFIL UMKM

Perkebunan yang didirikan oleh Tete Umran Halawa dengan nama perkebunan
Bukit Indah. Usaha ini sudah dimulai pengembangannya sejak tahun 2006 tetapi
perkebunan ini baru dibuka untuk umum sekitar tahun 2010. Perkebunan ini
berada di Desa Melung, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas Jawa
tengah. Luas lahan yang dimiliki pak Tete sekitar 2 hektar yang terletak terpisah.
Populasi pohon jambu di perkebunan ini sekitar 700 pohon yang terbagi di 2
tempat yaitu Bukit Indah I 350 pohon dan Bukit Indah II 350 pohon.
Pada tahun 2000 saat pertama kali Tete datang, lahan tersebut masih lahan
tidur dalam artian lahan tersebut bukanlah lahan yang produktif dan masih butuh
pengolahan yang intensif untuk menjadikan lahan tersebut menjadi produktif.
Lahan tersebut masih dipenuhi dengan semak belukar dan banyak bebatuan yang
membuat lahan tersebut sulit diolah. Dasar mengapa Tete memilih lahan tersebut
sebagai tempat usahanya adalah harga lahan yang masih murah serta lokasinya
yang strategis untuk dijadikan perkebunan. Visi dan misi yang dimiliki oleh Tete
dalam mendirikan usaha ini adalah melakukan usaha bisnis tetapi tidak melupakan
sosial ekologi daerah tersebut.

Dalam perkebunan ini tidak hanya terdapat tanaman jambu saja melainkan
juga terdapat tanaman lada dan durian. Hal ini dilakukan untuk menyiasati
kebutuhan hidup yang berbeda jangka waktunya. Seperti tanaman jambu yang
bisa memenuhi kebutuhan perharinya. Tingkat produksi jambu yang dihasilkan

sekitar 70 kg per hari dari luasan lahan yang dimiliki dengan harga yang dijual
sekitar 7000/kg. Jambu yang ditanam adalah varietas Citayem.
Jumlah tenaga kerja tetap yang dimiliki yaitu 5 orang dengan masing-masing
tugasnya. Ada yang bertugas untuk pemanenan, perawatan, distribusi sampai
pemetaan lahan. Usaha tani ini masih belum memiliki struktur organisasi yang
jelas walaupun jobdesk dari setiap orang cukup jelaas. Untuk pekerja tidak tetap
hanya dipakai disaat tertentu saja dan mengambil dari warga sekitar perkebunan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kiat- Kiat Untuk Memulai Bisnis
Dalam memulai bisnis Tete Umran Halawa dan kawan-kawan melihat peluang
apa yang mempunyai prospek bagus di Purwokerto. Mereka melihat peluang
tersebut dengan melakukan riset terlebih dahulu. Awal dari dimulainya usaha ini
adalah peluangnya yang masih besar dalam memenuhi kebutuhan konsumen

untuk jambu merah dan daerah purwokerto masih sedikit tempat rekreasi
perkebunan buah. Tete memiliki filosofi usaha yaitu kalau ingin memulai usaha
harus memiliki 3 hal “otak cerdas, kerja keras, dan hati yang ikhlas”. Dalam
melakukan usaha perkebunan ini Tete benar-benar menguasai segala hal dari hulu
hingga hilir. Dari proses produksi, pembungkusan hingga sampai di tangan
konsumen. Tete tidak pernah menjual hasil panennya melalui tengkulak karena
akan menurunkan keuntungan yang akan diperoleh. Jadi Tete lebih memilih
langsung menjual hasil panennya ke supermarket yang ada di Purwokerto.
Perkebunan ini dilakukan secara organic baik pupuk dan juga pestisidanya berasal
dari bahan alami. Sehingga menaikan harga jual di konsumen.
Memulai bisnis, Jhoni Baskoro selaku rekan kerja Tete mempunyai tips
tersendiri yaitu pilihlah bisnis yang sesuai dengan minatnya. Jhoni memilih
menanam jambu sebagai bisnis karena ia senang melihat orang menanam tanaman
dan melihat tanaman. Meskipun begitu Jhoni dan kawan-kawan tidak langsung
memilih pertanian sebagai usaha bisnisnya. Pada akhirnya Jhoni dan kawankawan melihat prospek pertanian sebagai usaha bisnis karena pertanian adalah

untuk memenuhi kebutuhan manusia yaitu dibidang sandang. Oleh karena itu,
Jhoni, Tete, dan kawan-kawan memulai usaha bisnis Perkebunan Jambu ini.
Dalam mengatasi modal pertama Tete mempunyai tips tersendiri yaitu dengan
menggunakan apa yang kita punya, apa yang kita bisa. Salah satunya adalah

teman atau networking. Sebagai contoh, kita punya lahan, teman kita punya modal
uang, temannya lagi punya tenaga, dan seterusnya. Oleh karena itu, masalah
modal pertama dapat dengan mudah diatasi dengan sistem kerjasama seperti itu.
Menurut Jhoni, jika modal selalu ditunggu tidak akan datang tapi mulai mencari
apa yang kita bisa lakukan.
Dalam menghadapi pesaing bisnis, Jhoni dan Tete mempunyai tips yaitu
jangan takut dalam menghadapi pesaing. Kita boleh hancur namun pesaing kita
jangan sampai hancur, karena kita bisa memulai bisnis kita lagi. Gunakan etika
dalam melakukan persaingan yaitu dengan sportif. Karena kita membutuhkan
pesaing dalam melakukan bisnis.
Jadikan karyawannya merasa yang mempunyai kebun juga salah satu kiat
dalam memiliki usaha. Dengan merasa yang mempunyai kebun, karyawan akan
melakukan hal semaksimal mungkin dalam merawat tanaman. Pada akhirnya hasil
produksi pun akan menjadi maksimal.

B. Kiat-Kiat Dalam Melakukan Pemasaran
Usaha dilakukan dari hulu sampai hilir, yaitu dari proses produksi,
pembungkusan hingga sampai di tangan konsumen dilakukan oleh satu
perusahaan yang sama. Tete tidak pernah menjual hasil panennya melalui
tengkulak karena akan menurunkan keuntungan yang akan diperoleh. Jadi Tete

lebih memilih langsung menjual hasil panennya ke supermarket yang ada di
Purwokerto.
Proses produksi dilakukan dengan menggunakan bahan organik. karena itu
disebut dengan pertanian organik. Jambu yang dibudidayakan merupakan varietas
jambu biji merah var. Citayem. Karena kebun disini adalah organik, Tete dan
kawan-kawan berani untuk bilang ke konsumen bahwa buah hasil produksinya
adalah organik yang akhirnya mampu untuk mempertahankan harganya. Untuk
harga pun realistis. Untuk beberapa tahun ini masih bertahan di 7000 dan
konsumen masih menerima. Karena buah yang ditawarkan Tete dan kawan-kawan
adalah organik sehingga harganya tidak cenderung terpengaruh oleh harga pasar.
Konsumen pun banyak yang menjadi pelanggan tetapnya.
Berprinsiplah bahwa Konsumen lebih pintar daripada kita, karena konsumen
yang tahu kebutuhan mereka. Konsumen tahu grade (tingkat kematangan dan
ukuran) yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, produksilah buah yang sesuai
dengan keinginan pasar, dan yakinkan konsumen bahwa buah yang diproduksi
adalah sesuai dengan keinginannya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam memulai bisnis dilakukan riset terlebih dahulu mengenai prospek
bisnis apa yang bagus untuk dijalankan di daerah tersebut. Pilihlah bisnis yang
sesuai dengan minatnya. Gunakan apa yang kita punya dan bisa lakukan sebagai
modal utama dalam memulai usaha. Lakukan persaingan yang sportif dengan
saling membangun, bukan saling menghancurkan. Dalam melakukan pemasaran,
yakinkan konsumen bahwa produk kita adalah produk yang terbaik.
B. Saran
Sebaiknya dari pihak kampus menyediakan transportasi untuk praktikan
agar praktikan terkontrol.

REFERENSI

Dhikawara F. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jambu Biji Melalui
Penerapan Irigasi Tetes di Desa Ragajaya Kecamatan Bojong Gede,
Kabupaten Bogor [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gittinger J P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Ed ke-2. Slamet
S, Komet M, Penerjemah; UI Press, Jakarta.Terjemahan dari : Economic
Analysis of Agriculture Project.
Gray C, Sabur L K, Simanjuntak P, Haspaitella P F I. 1993. Pengantar Evaluasi

Proyek. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Halim A. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Husnan S, Muhammad S. 1994. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Kadariah L, Karlina, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. UI Press, Jakarta.
Kuntjoro. 2002. Kelayakan Finansial Proyek. IPB, Bogor.

LAPORAN PRAKTIKUM
KEWIRAUSAHAAN
KIAT MEMULAI BISNIS DAN PEMASARAN

Oleh :
Ficky Himawan

(A1L114011)

Taufik Fauzi

(A1L114012)


Aulia Rahmadiani

(A1L114014)

Arif Rahman S

(A1L114017)

Khairul Amri

(A1L114020)

Rudi Biantoro

(A1L114021)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO

2016

LAMPIRAN

Gambar 1. Anggota Kelompok (Ki-ka Ficky, Taufik, Aulia, Amri, Arif, Rudi)

Gambar 2. Praktikan Sedang Melakukan Praktikum di Kebun Buah Bukit Indah

Gambar 3. Ranting-ranting dan daun Pohon Jambu di Kebun Buah Bukit Indah