METODE DAN TEHNIK PEKERJAAN REKLAMASI PA
METODE DAN TEHNIK PEKERJAAN REKLAMASI PANTAI
Reklamasi memang merupakan proyek yang kompleks dan membutuhkan keseriusan serta
sinergi dari banyak ahli di berbagai bidang. Selain itu, dibutuhkan teknologi yang sangat
mahal plus peralatan dan para ahli yang berpengalaman untuk melakukan proyek ini.
Pelaksanaan reklamasi di Indonesia juga melibatkan para ahli plus teknologi dari luar negeri
yang telah memiliki pengalaman dan jam terbang lebih banyak dalam mengerjakan proyekproyek reklamasi di dunia.
Umumnya, reklamasi perairan dibagi menjadi 2 macam. Pertama, reklamasi yang menempel
atau menyatu dengan garis pantai. Dan, yang kedua, reklamasi lahan yang terpisah dari pantai
daratan induk. Sistem pengembangan yang diterapkan juga merupakan hal yang penting
dalam proyek reklamasi.
Ada empat macam sistem reklamasi sesuai dengan pertimbangan, tujuan reklamasi, kondisi
dan lokasi lahan, serta ketersediaan sumber daya. Keempat sistem tersebut adalah:
1. Sistem Timbunan
Pada daerah tropis yang mempunyai curah hujan yang tinggi, sistem ini sangat cocok untuk
diterapkan. Metode inilah yang paling populer di Indonesia. Sistem ini dilakukan dengan cara
menimbun atau mengurug lahan yang akan direklamasi sampai muka lahan berada di atas
muka air laut (high water level). Dan diikuti dengan langkah-langkah perlidungan sistem
perbaikan tanahnya.
Sistem ini didukung oleh berbagai jenis alat-alat besar, seperti alat penggalian tanah, alat
pengambilan dan pengeruk tanah, alat-alat transportasi, perlengkapan penebaran bahan-bahan
tanah urug, dan alat perlengkapan pemadatan tanah. Pada sistem ini terdapat dua cara kerja,
yaitu:
Hydraulic fill
Dibuat tanggul terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pengurugan.
Blanket fill
Tanah diurug terlebih dahulu baru kemudian tanggul atau system perlindungan dbuat.
Daerah yang ketinggiannya di bawah permukaan laut bisa aman terhadap banjir apabila
dibuat tembok penahan air laut sepanjang pantai. Ini merupakan salah satu keuntungan dari
sistem timbunan. Selain itu, tata lingkungan yang baik dengan perletakan dan tatanan sesuai
dengan perencanaan bisa menjadi rekreasi yang baik untuk pengunjung.
Namun, di samping keuntungan yang diberikan, ada juga kekurangan akibat sistem ini.
Contohnya, peninggian muka air laut karena sebagian daerah telah ditimbun akan
menyebabkan naiknya air hingga ke permukaan. Akibatnya, air asin dari laut dapat merusak
vegetasi. Selain itu, tanah dasar yang lunak serta tebal dari lapisan reklamasi yang tinggi
mempunyai kecenderungan menyebabkan rendahnya stabilitas timbunan. Ini dapat
menyebabkan terjadinya kelongsoran pada tubuh timbunan.
Material yang digunakan dalam sistem ini, biasanya menggunakan pasir laut yang diambil
dengan cara mengeruk di dasar laut yang berada di tengah laut dalam. Selain pasir laut,
material untuk mengurug juga diambil dari pengerukan pulau tak berpenghuni atau bukit.
Material lainnya juga bisa berasal dari hasil pengurugan dengan limbah atau sampah yang
telah diproses dan dipadatkan.
Reklamasi menggunakan sistem timbunan dengan menggunakan pasir dan tanah bisa
dijumpai pada pembangunan Pluit City. Kawasan ini berdiri di atas pulau baru hasil
reklamasi di teluk Jakarta. Pulau ini berada 5,5 m – 7,5 m di atas permukaan laut. Dalam
pembangunannya, pasir dan tanah timbunan dipadatkan dengan menggunakan teknologi
tinggi. Hal ini dilakukan untuk mencegah penurunan muka tanah.
Pembangunan Pluit City ini tidak terlepas dari keterbatasan lahan di Jakarta. Selain untuk
residensial, sisi positif pembangunan Pluit City antara lain dapat mempercantik wajah kota.
Memperindah lingkungan pantai, meningkatkan sektor pariwisata dan membuka lapangan
kerja. Tidak hanya itu, Pluit City juga bisa menjadi kawasan bisnis dan ekonomi dengan
tersedianya fasilitas kawasan perkantoran. Alhasil peningkatan kualitas hidup dapat terwujud.
2. Sistem Polder
Sistem ini dilakukan pada lokasi dengan posisi drainase yang baik. Untuk Indonesia yang
memiliki curah hujan yang sangat tinggi, sistem reklamasi ini kurang cocok untuk diterapkan.
Sistem ini dilakukan dengan cara mengeringkan daerah yang akan direklamasi dengan
memompa air yang berada didalam tanggul kedap air, untuk kemudian dibuang keluar dari
daerah lahan reklamasi.
Keberhasilan dari sistem ini sendiri adalah menjaga atau mempertahankan kondisi muka air
tanah sehingga diperlukan kemampuan pompa untuk mengatur ketinggian muka air tersebut.
Kemudian, sistem ini dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Polder dalam
Air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang ke laut, tetapi disalurkan ke wadukwaduk tampungan atau ke saluran tertentu di luar polder, kemudian baru dialirkan ke laut.
Polder luar
Air dari polder langsung dibuang ke laut.
Keuntungan sistem ini adalah volume tanah urugan sangatlah kecil. Terutama jika lahan tidak
perlu ditinggikan. Namun, kekurangannya adalah diperlukan biaya yang cukup besar untuk
pembuatan tanggul, sistem kanal, dan saluran serta sistem pompa. Sistem ini sangat
bergantung pada pompa. Jika pompa mati, maka kawasan akan tergenang air.
Selain itu, untuk menyiapkan tanah reklamasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup
lama. Setiap tetes air buangan yang jatuh pada kawasan polder harus dikendalikan dengan
bantuan pompa untuk menciptakan semacam drainase. Oleh karena itu, perlu disosialisasikan
konsep pengendalian pengembangan sistem polder berkelanjutan. Hal ini dilakukan sebagai
langkah antisipasi terhadap perubahan pembangunan yang sangat mempengaruhi dan
berdampak pada lingkungan.
3. Sistem Kombinasi Polder dan Timbunan
Reklamasi cara ini merupakan gabungan system polder dan system timbunan, yaitu setelah
lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian
tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
Keuntungan sistem ini adalah meningkatkan kinerja sistem polder yang bergantung pada
pompa. Jika nantinya pompa mati, hal itu tidak akan terjadi masalah karena daerah yang
kering telah ditimbun sehingga dapat menekan biaya. Banjir juga bisa lebih efektif ditangani
karena system polder mampu mengendalikan banjir dan genangan akibat air dari hulu.
Sedangkan sistem timbunan membuat permukaan laut bisa aman terhadap banjir, apabila
dibuat tembok penahan air laut di sepanjang pantai.
Namun, kekurangan sistem ini adalah rentan terhadap terjadinya penurunan daya dukung
tanah sehingga menyebabkan rendahnya stabilitas timbunan. Hal ini pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya kelongsoran pada tubuh timbunan. Hal lain yang menjadi
pertimbangan penting adalah musnahnya tempat hidup hewan laut dan tumbuhan laut
sehingga keseimbangan alam menjadi terganggu. Bila ini terus dibiarkan, akan memicu
global warming. Sudah banyak Negara yang menerapkan system ini untuk mencapai
efektivitas dari proyek reklamasi yang dilakukan.
4. Sistem Drainase
System ini banyak dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah
lain di sekitarnya, tetapi elevasi muka tanahnya masih tinggi dari pada elevasi muka air laut.
Wilayah ini bisa berupa daerah rawa pasang surut. Dengan membuatkan sistem drainase yang
baik dengan pintu-pintu pengatur, wilayah pesisir ini dapat dimanfaatkan untuk daerah
pemukiman dan pertanian.
Keuntungan sistem drainase adalah biaya yang digunakan jauh lebih murah karena tidak
menggunakan alat pompa dan material yang digunakan tidak terlalu banyak. Daerah
reklamasi pun bisa dijadikan juga sebagai kawasan industri dan pabrik-pabrik.
Adapun kekurangannya adalah dampak dari limbah-limbah industri atau pabrik bisa
mengakibatkan lingkungan sekitar daerah reklamasi tercemar. Dampak lingkungan lainnya
dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatnya potensi banjir. Hal ini karena proyek
tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan
reklamasi tersebut. Sejumlah Negara yang menggunakan sistem reklamasi drainase antara
lain Amerika Serikat, Kanada, Hungaria, Polandia dan Lain-lain.
SUMBER MATERIAL REKLAMASI
Hal lain yang perlu diperhatikan selain teknologi yang tepat dengan kondisi perairan, adalah
material urugan reklamasi. Jenis material, volume kebutuhan material, lokasi sumber
material, waktu yang tersedia dan juga biaya, merupakan aspek yang perlu dijadikan bahan
pertimbangan. Jenis material bisa berbentuk pasir, batu, maupun tanah. Sementara itu,
sumber material bisa berasal dari daratan maupun dasar laut.
Sumber material daratan dapat berupa bukit atau deposit datar. Sumber material yang
berupa bukit umumnya batuan beku (andesit) dan tanah urugan (soil cover),
sedangkan sumber deposit datar pada umumnya berupa material pasir (endapan
alluvial). Sumber material dari bukit dapat digali dengan bantuan wheel-dredger, yaitu
alat penggeruk di mana pegeruknya terpasang pada suatu roda yang diputar. Berbeda
dengan material dari bukit, material dari deposit datar digali menggunakan alat
penggalian, seperti excavator. Bahan yang sudah digali dengan wheel-dredger,
kemudian diangkut dengan menggunakan ban berjalan (belt conveyor). Sebagai
tempat penampungan biasanya digunakan tongkang berukuran besar. Selain itu baru
material diangkut ke lokasi lahan reklamasi menggunakan tongkang-tongkang kecil.
Sumber timbunan yang berlokasi di laut, yaitu berupa pasir endapan di dasar laut.
Pengambilan pasir endapan di dasar laut tersebut untuk kapasitas besar dilakukan dengan
menggunakan cutter suction dredger yang dimuatkan di kapal itu sendiri (hopper dredger)
atau ke tongkang. Kemudian, dibawa ke lokasi di mana material tersebut dipompakan ke
lahan yang akan diurug. Selain itu pengambilannya bisa menggunakan grab-dredger yang
dipasang di atas suatu tongkang besar
Reklamasi memang merupakan proyek yang kompleks dan membutuhkan keseriusan serta
sinergi dari banyak ahli di berbagai bidang. Selain itu, dibutuhkan teknologi yang sangat
mahal plus peralatan dan para ahli yang berpengalaman untuk melakukan proyek ini.
Pelaksanaan reklamasi di Indonesia juga melibatkan para ahli plus teknologi dari luar negeri
yang telah memiliki pengalaman dan jam terbang lebih banyak dalam mengerjakan proyekproyek reklamasi di dunia.
Umumnya, reklamasi perairan dibagi menjadi 2 macam. Pertama, reklamasi yang menempel
atau menyatu dengan garis pantai. Dan, yang kedua, reklamasi lahan yang terpisah dari pantai
daratan induk. Sistem pengembangan yang diterapkan juga merupakan hal yang penting
dalam proyek reklamasi.
Ada empat macam sistem reklamasi sesuai dengan pertimbangan, tujuan reklamasi, kondisi
dan lokasi lahan, serta ketersediaan sumber daya. Keempat sistem tersebut adalah:
1. Sistem Timbunan
Pada daerah tropis yang mempunyai curah hujan yang tinggi, sistem ini sangat cocok untuk
diterapkan. Metode inilah yang paling populer di Indonesia. Sistem ini dilakukan dengan cara
menimbun atau mengurug lahan yang akan direklamasi sampai muka lahan berada di atas
muka air laut (high water level). Dan diikuti dengan langkah-langkah perlidungan sistem
perbaikan tanahnya.
Sistem ini didukung oleh berbagai jenis alat-alat besar, seperti alat penggalian tanah, alat
pengambilan dan pengeruk tanah, alat-alat transportasi, perlengkapan penebaran bahan-bahan
tanah urug, dan alat perlengkapan pemadatan tanah. Pada sistem ini terdapat dua cara kerja,
yaitu:
Hydraulic fill
Dibuat tanggul terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pengurugan.
Blanket fill
Tanah diurug terlebih dahulu baru kemudian tanggul atau system perlindungan dbuat.
Daerah yang ketinggiannya di bawah permukaan laut bisa aman terhadap banjir apabila
dibuat tembok penahan air laut sepanjang pantai. Ini merupakan salah satu keuntungan dari
sistem timbunan. Selain itu, tata lingkungan yang baik dengan perletakan dan tatanan sesuai
dengan perencanaan bisa menjadi rekreasi yang baik untuk pengunjung.
Namun, di samping keuntungan yang diberikan, ada juga kekurangan akibat sistem ini.
Contohnya, peninggian muka air laut karena sebagian daerah telah ditimbun akan
menyebabkan naiknya air hingga ke permukaan. Akibatnya, air asin dari laut dapat merusak
vegetasi. Selain itu, tanah dasar yang lunak serta tebal dari lapisan reklamasi yang tinggi
mempunyai kecenderungan menyebabkan rendahnya stabilitas timbunan. Ini dapat
menyebabkan terjadinya kelongsoran pada tubuh timbunan.
Material yang digunakan dalam sistem ini, biasanya menggunakan pasir laut yang diambil
dengan cara mengeruk di dasar laut yang berada di tengah laut dalam. Selain pasir laut,
material untuk mengurug juga diambil dari pengerukan pulau tak berpenghuni atau bukit.
Material lainnya juga bisa berasal dari hasil pengurugan dengan limbah atau sampah yang
telah diproses dan dipadatkan.
Reklamasi menggunakan sistem timbunan dengan menggunakan pasir dan tanah bisa
dijumpai pada pembangunan Pluit City. Kawasan ini berdiri di atas pulau baru hasil
reklamasi di teluk Jakarta. Pulau ini berada 5,5 m – 7,5 m di atas permukaan laut. Dalam
pembangunannya, pasir dan tanah timbunan dipadatkan dengan menggunakan teknologi
tinggi. Hal ini dilakukan untuk mencegah penurunan muka tanah.
Pembangunan Pluit City ini tidak terlepas dari keterbatasan lahan di Jakarta. Selain untuk
residensial, sisi positif pembangunan Pluit City antara lain dapat mempercantik wajah kota.
Memperindah lingkungan pantai, meningkatkan sektor pariwisata dan membuka lapangan
kerja. Tidak hanya itu, Pluit City juga bisa menjadi kawasan bisnis dan ekonomi dengan
tersedianya fasilitas kawasan perkantoran. Alhasil peningkatan kualitas hidup dapat terwujud.
2. Sistem Polder
Sistem ini dilakukan pada lokasi dengan posisi drainase yang baik. Untuk Indonesia yang
memiliki curah hujan yang sangat tinggi, sistem reklamasi ini kurang cocok untuk diterapkan.
Sistem ini dilakukan dengan cara mengeringkan daerah yang akan direklamasi dengan
memompa air yang berada didalam tanggul kedap air, untuk kemudian dibuang keluar dari
daerah lahan reklamasi.
Keberhasilan dari sistem ini sendiri adalah menjaga atau mempertahankan kondisi muka air
tanah sehingga diperlukan kemampuan pompa untuk mengatur ketinggian muka air tersebut.
Kemudian, sistem ini dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Polder dalam
Air yang disedot dari polder tidak langsung dibuang ke laut, tetapi disalurkan ke wadukwaduk tampungan atau ke saluran tertentu di luar polder, kemudian baru dialirkan ke laut.
Polder luar
Air dari polder langsung dibuang ke laut.
Keuntungan sistem ini adalah volume tanah urugan sangatlah kecil. Terutama jika lahan tidak
perlu ditinggikan. Namun, kekurangannya adalah diperlukan biaya yang cukup besar untuk
pembuatan tanggul, sistem kanal, dan saluran serta sistem pompa. Sistem ini sangat
bergantung pada pompa. Jika pompa mati, maka kawasan akan tergenang air.
Selain itu, untuk menyiapkan tanah reklamasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup
lama. Setiap tetes air buangan yang jatuh pada kawasan polder harus dikendalikan dengan
bantuan pompa untuk menciptakan semacam drainase. Oleh karena itu, perlu disosialisasikan
konsep pengendalian pengembangan sistem polder berkelanjutan. Hal ini dilakukan sebagai
langkah antisipasi terhadap perubahan pembangunan yang sangat mempengaruhi dan
berdampak pada lingkungan.
3. Sistem Kombinasi Polder dan Timbunan
Reklamasi cara ini merupakan gabungan system polder dan system timbunan, yaitu setelah
lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian
tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
Keuntungan sistem ini adalah meningkatkan kinerja sistem polder yang bergantung pada
pompa. Jika nantinya pompa mati, hal itu tidak akan terjadi masalah karena daerah yang
kering telah ditimbun sehingga dapat menekan biaya. Banjir juga bisa lebih efektif ditangani
karena system polder mampu mengendalikan banjir dan genangan akibat air dari hulu.
Sedangkan sistem timbunan membuat permukaan laut bisa aman terhadap banjir, apabila
dibuat tembok penahan air laut di sepanjang pantai.
Namun, kekurangan sistem ini adalah rentan terhadap terjadinya penurunan daya dukung
tanah sehingga menyebabkan rendahnya stabilitas timbunan. Hal ini pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya kelongsoran pada tubuh timbunan. Hal lain yang menjadi
pertimbangan penting adalah musnahnya tempat hidup hewan laut dan tumbuhan laut
sehingga keseimbangan alam menjadi terganggu. Bila ini terus dibiarkan, akan memicu
global warming. Sudah banyak Negara yang menerapkan system ini untuk mencapai
efektivitas dari proyek reklamasi yang dilakukan.
4. Sistem Drainase
System ini banyak dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah
lain di sekitarnya, tetapi elevasi muka tanahnya masih tinggi dari pada elevasi muka air laut.
Wilayah ini bisa berupa daerah rawa pasang surut. Dengan membuatkan sistem drainase yang
baik dengan pintu-pintu pengatur, wilayah pesisir ini dapat dimanfaatkan untuk daerah
pemukiman dan pertanian.
Keuntungan sistem drainase adalah biaya yang digunakan jauh lebih murah karena tidak
menggunakan alat pompa dan material yang digunakan tidak terlalu banyak. Daerah
reklamasi pun bisa dijadikan juga sebagai kawasan industri dan pabrik-pabrik.
Adapun kekurangannya adalah dampak dari limbah-limbah industri atau pabrik bisa
mengakibatkan lingkungan sekitar daerah reklamasi tercemar. Dampak lingkungan lainnya
dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatnya potensi banjir. Hal ini karena proyek
tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan
reklamasi tersebut. Sejumlah Negara yang menggunakan sistem reklamasi drainase antara
lain Amerika Serikat, Kanada, Hungaria, Polandia dan Lain-lain.
SUMBER MATERIAL REKLAMASI
Hal lain yang perlu diperhatikan selain teknologi yang tepat dengan kondisi perairan, adalah
material urugan reklamasi. Jenis material, volume kebutuhan material, lokasi sumber
material, waktu yang tersedia dan juga biaya, merupakan aspek yang perlu dijadikan bahan
pertimbangan. Jenis material bisa berbentuk pasir, batu, maupun tanah. Sementara itu,
sumber material bisa berasal dari daratan maupun dasar laut.
Sumber material daratan dapat berupa bukit atau deposit datar. Sumber material yang
berupa bukit umumnya batuan beku (andesit) dan tanah urugan (soil cover),
sedangkan sumber deposit datar pada umumnya berupa material pasir (endapan
alluvial). Sumber material dari bukit dapat digali dengan bantuan wheel-dredger, yaitu
alat penggeruk di mana pegeruknya terpasang pada suatu roda yang diputar. Berbeda
dengan material dari bukit, material dari deposit datar digali menggunakan alat
penggalian, seperti excavator. Bahan yang sudah digali dengan wheel-dredger,
kemudian diangkut dengan menggunakan ban berjalan (belt conveyor). Sebagai
tempat penampungan biasanya digunakan tongkang berukuran besar. Selain itu baru
material diangkut ke lokasi lahan reklamasi menggunakan tongkang-tongkang kecil.
Sumber timbunan yang berlokasi di laut, yaitu berupa pasir endapan di dasar laut.
Pengambilan pasir endapan di dasar laut tersebut untuk kapasitas besar dilakukan dengan
menggunakan cutter suction dredger yang dimuatkan di kapal itu sendiri (hopper dredger)
atau ke tongkang. Kemudian, dibawa ke lokasi di mana material tersebut dipompakan ke
lahan yang akan diurug. Selain itu pengambilannya bisa menggunakan grab-dredger yang
dipasang di atas suatu tongkang besar