LAPORAN DAn PENDAHULUAN DAN THALASEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN THALASEMIA
A.

PENGERTIAN
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang

diturunkan secara resesif. Ditandai dengan defisiensi produksi globin pada
hemoglobin. dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan
tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia)
Macam – macam thalasemia :
1.

Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek
yang diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
a.

Thalasemia beta mayor
Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat

dengan hemolisis di dalam sumsum tulang dimulai pada tahun pertama
kehidupan.Kedua orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala – gejala
bersifat sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah yang
karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada tabular pada kranium,
ikterus dengan derajat yang bervariasi, dan hepatosplenomegali.

b.

Thalasemia Intermedia dan minor
Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda – tanda anemia ringan dan
splenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb
bervariasi, normal agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin
dalam serum meningkat, kadar bilirubin sedikit meningkat.

2.

Thalasemia alpa
Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai α

1


B.

ETIOLOGI
Faktor genetik yaitu perkawinan antara 2 heterozigot (carier) yang

menghasilkan keturunan Thalasemia (homozigot). Ketidakseimbangan dalam
rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan
hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan secara resesif dari
kedua orang tua.
Thalasemia termasuk dalam anemia hemolitik, dimana umur eritrosit
menjadi lebih pendek (normal 100-120 hari). Umur eritrosit ada yang 6 minggu, 8
minggu bahkan pada kasus yang berat umur eritosit bisa hanya 3 minggu.
Pada talasemia, letak salah satu asam amino rantai polipeptida berbeda urutannya
atau ditukar dengan jenis asam amino lainnya.
C.

PATOFISIOLOGI
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan


beta polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan
dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya
peningkatan compensatori dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi
rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi
hemoglobin. Polipeptid yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah
terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang
parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam
jumlah yang banyak, atau setidaknya bone marrow ditekan dengan terapi
transfusi. Kelebihan fe dari penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan
yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam berbagai organ (hemosiderosis).
Pada keadaan normal disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri
dari 2 rantai alfa dan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dsari
seluruh hemoglobin. Sisanya terdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2
rantai alfa dari 2 rantai delta sedangkan kadarnya tidak lebih dari 2 % pada
keadaan normal. Haemoglobin F (foetal) setelah lahir Foetus senantiasa menurun
dan pada usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari
2

4%, pada keadaan normal. Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai
gamma. Pada thalasemia, satu atau lebih dari satu rantai globin kurang diproduksi

sehingga terdapat kelebihan rantai globin karena tidak ada pasangan dalam proses
pembentukan hemoglobin normal orang dewawa (HbA). Kelebihan rantai globin
yang tidak terpakai akan mengendap pada dinding eritrosit. Keadaan ini
menyebabkan eritropoesis tidak efektif dan eritrosit memberikan gambaran
anemia hipokrom, mikrositer.
Pada Thalasemia beta produksi rantai beta terganggu, mengakibatkan
kadar Hb menurun sedangkan produksi HbA2 dan atau HbF tidak terganggu
karena tidak memerlukan rantai beta dan justru memproduksi lebih banyak dari
pada keadaan normal, mungkin sebagai usaha kompensasi.
Eritropoesis didalam susunan tulang sangat giat, dapat mencapai 5 kali
lipat dari nilai normal, dan juga serupa apabila ada eritropoesis ekstra medular
hati dan limfa. Destruksi eritrosit dan prekusornya dalam sumsum tulang adalah
luas (eritropoesis tidak efektif) dan masa hidup eritrosit memendek dan hemolisis.
Pathway : (terlampir)
D.

MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal pucat

mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan

dan pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada setelah lahir. Bila
penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa kehidupan anak
akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan
dapat disertai demam berulang akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya
menyebabkan pembesaran jantung.
Terdapat hepatosplenomegali. Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan
pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system
eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan
kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat
3

anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. Kadang-kadang
ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu.
Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat
sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat
mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia akibat hipersplenisme.
Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan dan gangguan
perkembangan sifat seks sekunder), pancreas (diabetes), hati (sirosis), otot
jantung (aritmia, gangguan hantaran, gagal jantung), dan pericardium
(perikerditis).

Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
1.

Letargi

2.

Pucat

3.

Kelemahan

4.

Anoreksia

5.

Sesak nafas


6.

Tebalnya tulang kranial

7.

Pembesaran limpa

8.

Menipisnya tulang kartilago

E.


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Studi hematologi : terdapat perubahan – perubahan pada sel darah
merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anosositosis, poikilositosis, sel target,
eritrosit yang immature, penurunan hemoglobin dan hematrokrit.




Elektroforesis hemoglobin : peningkatan hemoglobin



Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif
terutama seri eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi perubahan pada tulang
akibat hiperplasia sumsum yang berlebihan. Perubahan meliputi pelebaran
medulla, penipisan korteks, dan trabekulasi yang lebih kasar.

4



Analisis DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan PCR
(Polymerase Chain Reaction) merupakan jenis pemeriksaan yang lebih maju.

F.


PENATALAKSAAN

1.

Transfusi sel darah merah (SDM) sampai kadar Hb sekitar
11 g/dl. Pemberian sel darah merah sebaiknya 10 – 20 ml/kg berat badan.

2.

Pemberian chelating agents (Desferal) secara intravena atau
subkutan. Desferiprone merupakan sediaan dalam bentuk peroral. Namun
manfaatnya lebih rendah dari desferal dan memberikan bahaya fibrosis hati.

3.

Tindakan splenektomi perlu dipertimbangkan terutama bila
ada tanda – tanda hipersplenisme atau kebutuhan transfusi meningkat atau
karena sangat besarnya limpa.


4.

Transplantasi sumsum tulang

biasa dilakukan pada

thalasemia beta mayor.
G.

PENGKAJIAN

1.

Pengkajian Fisik
a.

Melakukan pemeriksaan fisik.

b. Kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia dan
riwayat penyakit tersebut dalam keluarga.

c. Observasi gejala penyakit anemia.
2.

Pengkajian Umum
a.

Pertumbuhan yang terhambat

b. Anemia kronik.
c. Kematangan seksual yang tertunda.
3.

Krisis Vaso-Occlusive
a. Sakit yang dirasakan
b. Gejala yang berkaitan dengan ischemia dan daerah yang berhubungan.

5

-

Ekstremitas: kulit tangan dan kaki yang mengelupas
disertai rasa sakit yang menjalar.

-

Abdomen : sakit yang sangat sehingga dapat dilakukan
tindakan pembedahan

-

Cerebrum : stroke, gangguan penglihatan.

-

Pinggang : gejalanya seperti pada penyakit paru-paru
basah.

-

Liver

: obstruksi jaundise, koma hepatikum.

-

Ginjal

: hematuria.

Efek dari krisis vaso-occclusive kronis adalah:
a.

Hati: cardiomegali, murmur sistolik

b. Paru-paru: gangguan fungsi paru-paru, mudah terinfeksi.
c. Ginjal: ketidakmampuan memecah senyawa urin, gagal ginjal.
d. Genital: terasa sakit, tegang.
e. Liver: hepatomegali, sirosis.
f. Mata: ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan gangguan penglihatan,
kadang menyebabkan terganggunya lapisan retina dan dapat menyebabkan
kebutaan.
g. Ekstremitas: perubahan tulang-tulang terutama bisa membuat bungkuk,
mudah terjangkit virus salmonela osteomyelitis.
H.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

Resiko tinggi injuri berhubungan dengan hemoglobin
abnormal, penurunan kadar oksigen , dehidrasi.

2.

Nyeri berhubungan dengan anoxia membran (vaso
occlusive krisis)

3.

Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan
dampak penyakit anak pada fungsi keluarga; resiko penyembuhan yang lama
pada anak.
6

I.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1.

Resiko

tinggi

injuri

berhubungan

dengan

ketidaknormalan hemoglobin, penurunan oksigen, dehidrasi.
Tujuan:
a.

Jaga agar pasien mendapat oksigen yang cukup


Intervensi keperawatan:
Ukur tekanan untuk meminimalkan komplikasi berkaitan dengan
eksersi fisik dan stres emosional
Rasional: menghindari penambahan oksigen yang dibutuhkan
-

Jangan sampai terjadi infeksi

-

Jauhkan dari lingkungan yang beroksigen
rendah.



Hasil yang diharapkan:
Hindarkan anak dari situasi yang dapat menyebabkan kekurangan
oksigen dalam otak.

b.

Jaga agar anak tidak mengalami dehidasi
 Intervensi keperawatan.
1)

Observasi cairan infus sesuai anjuran (150ml/kg) dan
kebutuhan minimum cairan anak; infus.
Rasional: agar kebutuhan cairan ank dapat terpenuhi.

2)

Meningkatkan

jumlah

cairan

infus

diatas

kebutuhan

minimum ketika ada latihan fisik atau stress dan selam krisis.
Rasional: agar tercukupi kebutuhan cairan melalui infus.
3)

Beri inforamasi tertulis pada orang tua berkaitan dengan
kebutuhan cairan yang spesifik.
Rasional: untuk mendorong complience.
7

4)

Dorong anak untuk banyak minum
Rasional: untuk mendorong complience.

5)

Beri informasi pada keluarga tentang tanda – tanda dehidrasi
Rasional: untuk menghindari penundaan terapi pemberian cairan.

6)

Pentingnya penekanan akan pentingnnya menghindari panas
Rasional: menghindari penyebab kehilangan cairan.



Hasil yang diharapkan:
Anak banyak minum dan jumlah cairan terpenuhi sehingga tidak
terjadi dehidarsi.

c.

Bebas dari infeksi


Intervensi keperawatan
1)

Tekankan pentingnya pemberian nutrisi; imunisasi yang
rutin,

termasuk

vaksin

pneumococal

dan

meningococal;

perlindungan dari sumber – sumber infeksi yang diketahui;
pengawasan kesehatan secara berkala.
2)

Laporkan setiap tanda infeksi pada yang bertanggung jawab
dengan segera.
Rasional: agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan.

3)

Beri terapi antibiotika
Rasional: untuk mencegah dan merawat infeksi.



Hasil yang diharapkan:
Anak terbebas dari infeksi.

d.

Menurunnya

resiko

yang

berhubungan

dengan

efek

pembedahan.


Intervensi keperawatan
1)

Jelaskan pentingnya transfusi darah
Rasional: untuk meningkatkan konsentrasi Hb A

2)

Jaga anak agar tidak dehidrasi

3)

Bujuk anak agar tidak tegang.
8

Rasional: Kecemasan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
4)

Beri anlgesik
Rasional: agar anak merasa nyaman dan menurunkan respon
cemas.

5)

Mencegah kegiatan yang tidak perlu
Rasional: untuk mencegah penambahan kebutuhan oksigen.

6)

Jaga bersihan jalan nafas postoperasi
Rasional: untuk mencegah infeksi

7)

Lakukan latihan ROM pasif
Rasional: untuk memacu sirkulasi.

8)

Kolaborasi untuk pemberian oksigen
Rasional: untuk menambah kadar hemoglobin.

9)

Obsevasi tanda – tanda infeksi.
Rasional: agar dapat cepat ditangani.



Hasil yang diharapkan:
Ketika anak dioperasi tidak mengalami krisis.

2.

Nyeri berhubungan dengan anoksia membran (krisis
vaso-occlusive)


Tujuan:
Agar terhindar dari rasa sakit atau setidaknya rasa sakit tidak terlalu
menyakitkan bagi si anak



Intervensi keperawatan:
1)

Jadwalkan
medikasi untuk pencegahan secara terus – menerus meskipun tidak
dibutuhkan.
Rasional: untuk mencegah sakit.
9

2)

Kenali macam –
macam analgetik termasuk opioid dan jadwal medikasi mungkin
diperlukan.
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana rasa sakit dapat diterima.

3)

Yakinkan si anak
dan keluarga bahwa analgetik termasuk opioid, secara medis
diperlukan dan mungkin dibutuhkan dalam dosis yang tinggi.
Rasional: karena rasa sakit yang berlebihan bisa saja terjadi karena
sugesti mereka.

4)

Beri

stimulus

panas pada area yang dimaksud karena area yang sakit
5)

Hindari

pengompresan dengan air dingin
Rasional: karena dapat meningkatkan vasokonstriksi


Hasil yang diharapkan:
Agar terhindar dari rasa sakit atau setidaknya rasa sakit tidak terlalu
menyakitkan bagi si anak.

3.

Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan
dampak penyakit anak terhadap fungsi keluarga; resiko penyembuhan yang
lama pada anak.
Tujuan:
a. Agar mendapatkan pemahaman tentang penyakit tersebut


Intervensi keperawatan:
1) Ajari keluarga dan anak yang lebih tua tentang karakteristik dari
pengukuran – pengukuran.
Rasional: untuk meminimalkan komplikasi.
2) Tekankan akan pentingnya menginformasikan perkembangan
kesehatan, penyakit si anak.

10

Rasional: untuk mendapatkan hasil kemajuan dari perawatan yang
tepat.
3) Jelaskan tanda – tanda adanya peningkatan krisis terutama demam,
pucat dan gangguan pernafasan.
Rasional: untuk menghindari keterlambatan perawatan.
4) Berikan gambaran tentang penyakit keturunan dan berikan
pendidikan kesehatan pada keluargatentang genetik keluarga
mereka.
Rasional: agar keluarga tahu apa yang harus dilakukan.
5) Tempatkan orang tua sebagai pengawas untuk anak mereka.
Rasional: agar mendapatkan perawatan yang terbaik.


Hasil yang diharapkan:
Anak dan keluarga dapat benar – benar mengetahui tentang penyakit si
anak secara etiologi dan terapi – terapinya.

b. Agar menerima dorongan yang cukup.


Intervensi keperawatan:
1)

Mengacu pada organisasi yang terpercaya.
Rasional: Untuk mendukung proses perawatan.

2)

Daftarkan anak pada klinik anemia
Rasional: untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

3)

Selalu waspada terhadap suatu keluarga bila 2 atau
lebih anggota keluarganya terjangkit penyakit ini.



Hasil yang diharapkan:
Keluarga dapat mengambil manfaat dari layanan tersebut dan abnak
dapat menerima perawatan dari fasilitas yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

11

Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius,
2000
Sacharin, Rossa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 1. Alih Bahasa R.F.
Maulany. Jakarta : EGC, 1996.
Suriadi, Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1. Jakarta, 2001.
Wong, Donna L, Christina Algiere Kasparisin, Caryn Stoer mer Hess. Clinical
Manual Pediatric Nursing. Fourth edition. St. Louis : Mosby Year Book, 1996.
Wong, Donna L, Shannon E. Perry, Marilyn J. Hockenberry. Maternal Child Nursing
Care. St. Louis : Mosby Company, 2002.

12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK A DENGAN THALASEMIA
DI RUANG CEMPAKA RS. DR. SOEDIRAN M S WONOGIRI
Tanggal/Jam Masuk RS

: 21 April 2016, Pukul 09.00

Tanggapan dan Jam Pengkajian

: 21 April 2016, Pukul 14.00

Metode Pengkajian

: Wawancara dengan orang tua

Diagnosis Medis

: Thalasemia

No. Registrasi

: 310395

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama klien

: Anak A

Alamat

: Tambono, Karang Tengah

Umur

: 11 tahun

Agama

: Islam

Status perkawinan

:-

Pendidikan

: SD kelas V

Pekerjaan

:-

b. Identitas Penanggung Jawab
Nama

: Sukarno

Umur

:32 tahun

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Tembono, Karang Tengah

Hubungan dengan klien

: Orang Tua

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama

: Lemas dan pucat
13

b. Riwayat penyakit sekarang ; pasien datang dengan keluhan lemes ,
kelihatan pucat, dan merasa pusing.
c. Riwayat penyakit terdahulu : 4 tahun yang lalu pasien semakin pucat
dan lemas
d. Riwayat kesehatan keluarga;dari bapak dan ibu pasien tidak ada yang
sakit seperti ini.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
3. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi/metabolik
1) Pengkajian nutrisi (ABCD)
2) Pengkajian pola nutrisi

Frekuensi
Jenis
Porsi
Keluhan

Sebelum sakit
Sedikit
Sayur, tahu, nasi
3 x ½ piring
Makan banyak sesak

Setelah sakit
Sedikit
Sayur, tahu, nasi
4 sendok makan
Makan banyak sesak

Sebelum sakit
1x
Keras
Coklat
-

Setelah sakit
Susah
-

c. Pola eliminasi
1) BAB

Frekuensi
Konsistensi
Warna
Penggunaan pencahar
(laktasif)
Keluhan

2) BAK

14

Frekuensi
Jumlah urine
Warna
Pancaran
Perasaan setelah

Sebelum sakit
Lancar
Normal
Normal

Setelah sakit
Lancar
Normal
Normal

berkemih
Total produksi urine
Keluhan
3) Analisa keseimbangan cairan selama perawatan
Intake
a. Minuman 1200

Output
a. Urine ----- cc

cc

b. Feses ---- cc

b. Makanan 800

Outpul ---- cc

c. Muntah ----

cc

cc

c. Cairan IV ----cc
Total --- cc

Analisa
Intake ---- cc

d. IWL ---- cc
Total --- cc

Balance --cc

d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan Perawatan
Diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulansi/ROM

0

1

2

3

4
X
X
X
X
X
X
X

15

e. Pola istirahat tidur

Jumlah tidur siang
Jumlah tidur malam
Penggunaan obat

Sebelum sakit
13.00-14.00
20.00-05.00
-

Setelah sakit
Bisa tidur
21.00-05.00
-

tidur
Gangguan tidur
Perasaan waktu

Segar

-

bangun
Kebiasaan sebelum

-

-

tidur
f. Pola Kognitif – perseptual
1) Status mental

: Normal

2) Kemampuan penginderaan

: Normal

3) Pengkajian nyeri
g. Pola persepsi konsep diri
1) Gambaran diri/citra diri
2) Ideal diri

: Normal

3) Harga diri

: Normal

4) Peran diri

: Normal

5) Identitas diri

: Normal

h. Pola hubungan peran : Normal
i. Pola seksualitas reproduksi

: Normal

j. Pola mekanisme koping

: Normal

k. Pola nilai dan keyakinan
4. PEMERIKSAAN FISIK

16

a. Keadaan/penampilan umum
1) Kesasaran
2) Tanda-tanda vital
-

Tekanan darah:

-

Nadi

-

Frekuensi

: 74 kali

Irama

:

Kekuatan

:

Pernafasan
Frekuensi

: 24 kali

Irama

:

3) Suhu

: 36,5º C

b. Kepala
1) Bentuk

: Normal

2) Kulit

:

3) Rambut

: Hitam

c. Muka
1) Mata
- Palbera
- Konjugtiva

: Normal

- Selera

: Normal

- Pupil

: Normal

- Diameter pupil ki/ka

: Normal

- Reflek terhadap cahaya

: Normal

- Penggunaan alat bantu penglihatan
2) Hidung

: Normal

3) Mulut

: Normal

4) Telinga

: Normal

d. Leher
17

1) Kelenjar tiroid
2) Kelenjar limfe
3) JVP
e. Dada
1) Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2) Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
f. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
g. Genetalia

: Bersih

h. Rektum

: Bersih

i. Akstremitas

: Bersih

1) Atas

Kekuatan otot
Rentang gerak
Akral
Edema
CRT

Kanan
4
4
N

Kiri
4
4
N

18

Keluhan

2) Bawah
Kanan

Kiri

Kekuatan otot
Rentang gerak
Akral
Edema
CRT
Keluhan
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tanggal/Jam

Jenis

Nilai

Pemeriksaan

Normal

Satuan

Hasil

Keterangan
Hasil

Kamis, 21 April
2016

6. TERAPI MEDIS
Hari/Tanggal/Jam

Jenis
Terapi

Dosis

Golongan &

Fungsi &

Kandungan

Farmakologi

Kamis, 21 April
2016
B. ANALISA DATA
No

Hari/Tanggal/

Data Fokus

.
1.

Jam
Kamis, 21

DS :

April 2016

DO :

Problem

Etiologi

Paraf

19

2.

Jumat, 22

DS :

April 2016

DO :

C. RENCANA KEPERAWATAN
Hari/Tanggal/Jam

No DX

Tujuan dan

Intervensi

Paraf

Respon

Paraf

Kriteria
Hasil

D. IMPLEMENTASI
Hari/Tanggal

No DX

Implementasi

E. EVALUASI

20

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. A DENGAN THALASEMIA
DI RUANG CEMPAKA RSUD DR. SOEDIRAN M S WONOGIRI
A. Data umum
1.

Nama

: An. A

2.

Umur

: 11 th

3.

Jenis kelamin

: Laki-laki

B. Riwayat penyakit
1.

Riwayat Penyakit sekarang
a.

Keluhan utama

b.

Alasan masuk RS : Pasien merasakan lemah dan pucat

2.

: Lemah dan pucat

Riwayat penyakit dahulu : mulai dari umur 3,5 tahun, anak terlihat
lemah dan pucat

3.

Penampilan umum
Pucat

X

Tanda nyeri

X

Bentuk tubuh abnormal

X
X

21

Dehidrasi
4.

Tanda – tanda Vital
Tekanan darah

: 80/60

Nadi

: 100

Suhu

: 36,5 C

Pernafasan

: 30

Perubahan BB

: 28 kg

Perubahan TB

: 127 cm

C. Pengkajian system integumen
1.

Kulit dan membran mukosa
X

Pucat
Sianosis
Joundice
Lesi yang sulit sembuh
Pigmentasi
Koreng pada tungkai
Kulit tangan dan kaki mengelupas
2.

Kuku
Cembung
Datar
Mudah patah
Clubbing

3.

X

Rambut
Tekstur

X

Pertumbuhan

X

4.

Mata
Edema
Kemerahan
22

Perdarahan
Ketidaknormalan lensa
Gangguan penglihatan
Kebutaan
D. Pengkajian system Gastrointestinal
1.

Gangguan
X

Mual
Muntah
Kesulitan menelan
Anoreksia
Penurunan BB
2.

Mulut
Membran mukosa kemerahan
Luka

3.

Lidah
Nyeri
Tekstur
Ada papil
Ada alur/garis
Warna

4.

Perut
Splenomegali

X

Hepatomegali

X

Adanya nyeri
Sirosis
E. Pengkajian system kardiovaskuler
Aritmia
23

Murmur
Gagal jantung
Nyeri
Nafas pendek

X

Kelelahan

X

F. Pengkajian system respiratori
Sesak nafas
Perubahan suara nafas
G. Pengkajian system muskuloskeletal
1.

ROM

2.

Tulang
Nyeri
Kaku
Bengkak
Penipisan kortek tulang panjang
Penipisan tulang kartilago
Penebalan tulang kranial

3.

Jaringan lunak
Edema
Abses

H. Pengkajian system genitourinaria
Hematuri
Inkontinensia
Menstruasi yang berlebihan
Nyeri/sakit

24

I. Pengkajian system neurology
Pusing

X

Kelemahan

X

Sulit tidur
Perubahan perilaku
Mati rasa/kaku

J. Riwayat yang berhubungan dengan latar belakang
1.

Penyakit atau kondisi yang menyertai
Sakit berulang

X

Proses infeksi

X

Gangguan hati, ginjal, jantung

X

2.

Riwayat keluarga
X

Anemi
3.

Riwayat sosial
Orang tua yang terpapar zat radioaktif

4.

Riwayat pengobatan
Penggunaan obat dalam waktu lama

X

K. Diagnosa penunjang
1.

Laborat
Tes darah lengkap

:

Tes darah putih

:

Hematokrit

:

Hemoglobin

: 8,3

25

26