FILSAFAT DAN ILMU DALAM ISLAM

FILSAFAT DAN ILMU DALAM ISLAM

NUR RIDWAN SYAH

UNIVERSITAS PAMULANG
JL. Surya Kencana No.1 Pamulang
Telp. (021) 7412566/ Fax. 7412566, 7412491
www.unpam.ac.id

1

DAFTAR PUSTAKA
Table of Contents
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4

A. Pengertian Filsafat Ilmu.......................................................................................................................4
B. Landasan-landasan Filosofi Keilmuan..................................................................................................4
C. Hubungan Filsafat Ilmu dan Umat Islam..............................................................................................5
D. Signifikasi Filsafat Ilmu bagi Studi Islam...............................................................................................6
E. Strategi Perkembangan Ilmu di Indonesia............................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................................8
PENUTUP.....................................................................................................................................................8
KESIMPULAN...........................................................................................................................................8
SARAN......................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................10

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dalam pengertian yang lebih luas merupakan intelektualisme. Filsafat merupakan cara
pandang yang diracik berdasarkan kemampuan rasionalitas secara maksimal. Untuk menilai
filsafat sesuai atau bertentangan dengan ajaran al-Qu’ran maka cara yang dapat ditempuh adalah
mencermati ajaran dari masing-masing atau setidaknya melacak apakah ada di antara ajaran

filsafat yang bertolak belakang dengan ajaran Al-Qur’an.
Filsafat merupakan pemikiran rasional, kritis, sistematis, dan radikal tentang suatu objek. Filsafat
merupakan intelektual dan karenanya berlandaskan pada akal. Akal adalah anugerah Allah yang
sangat besar kepada manusia. Dengan adanya akal manusia dapat membedakan antara yang
benar dan yang salah, yang baik dan salah, yang menyelamatkan atau menyesatkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Filsafat Ilmu?
2. Apa landasan dalam filsafat ilmu?
3. Bagaimana hubungan filsafat imu dengan umat islam?
4. Bagaimana signifikasi filsafat ilmu dalam studi islam?
5. Bagaimana strategi perkembangan ilmu di Indonesia melalui filsafat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu.
2. Untuk mengetahui landasan-landasan dalam filsafat ilmu.
3. Untuk mngetahui hubungan filsafat ilmu dengan umat islam.
4. Untuk mengetahui signifikasi filsafat ilmu dalam studi islam.
5. Untuk mengetahui setrategi perkembangan ilmu di Indonesia dengan filsafat.


3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu berasal dari dua kata, yaitu filsafat dan ilmu. Filsafat dijabarkan dari perkataan
philosophia, perkataan ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti cinta akan kebijakanaan. Ilmu
menurut KBBI merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu.
Filsafat Ilmu merupakan penyeledikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk
memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan ilmu lanjutan. Atau
filsafat merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengetahuan ilmu).

B. Landasan-landasan Filosofi Keilmuan
1. Landasan Metefisik/ontologi berhubungan dengan materi yang menjadi objek dengan
materialnya yang menjadi objek penelaahan ilmu.
2. Landasan Epistimologik berkaitan dengan upaya memperoleh ilmu melalui metode ilmiah.
3. Landasan aksiolagi membahas tentang pemanfaatan yang diperoleh manusia dari ilmu.
Ontologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada dalam kaitan dengan

ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerahdaerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada dalam
batas pra pengalaman dan pasca pengalaman dan diserahkan ilmu kepada pengetahuan lain.
Epistemologi merupakan cabang fisafat yang membicarakan tentang asal
muasal, sumber, metode, struktur dan faliditas atau kebenaran pengetahuan.
Aksiologi adalah cabang fisafat yang mempelajari tentang nilai secara umum.

4

C. Hubungan Filsafat Ilmu dan Umat Islam
Filsafat merupakan cara pandang yang diracik berdasarkan kemampuan rasionalitas secara
maksimal. Filsafat adalah pemikiran rasional, kritis, sistematis dan radikal tentang suatu objek.
Filsafat berlandaskan akal. Akal adalah anugerah Allah yang sangat besar kepada manusia.
Dengan akal manusia bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, baik dan buruk,
yang menyelamatkan dan yang menyesatkan, dan sebagainya. Al Qur’an menempatkan akal ke
posisi yang amat tinggi, karena akal dapat digunakan untuk memahami Al Qur’an dan ajaran
islam sebaik-baiknya dan seluas-luasnya. Seperti pada QS. Ali Imran (190), yang artinya :
“sesunguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orng yang berakal”.
Berfikir disini adalah berfikir tentang alam semesta, diri sendiri, realitas kehidupan, dan
sebagainya, supaya perjalanan hidup di dunia dapat ditempuh setepat-tepatnya sesuai dengan

kedudukan manusia sebagai makhluk Allah. Sebagai entitas yang menyimbolkan keunggulan
manusia dibandingkan dengan makhluk lain, akal tidak boleh dipasung, tetapi harus
dikembangkan. Di dalam Al-Qur’an, menurut Fazlur Rahman, penciptaan gagasan ilmiah lewat
akal merupakan aktivitas yang nilainya paling tinggi.
Islam tidak mencegah orang untuk mempelajari ilmu filsafat, bahkan menganjurkan orang
berfilsafat, berpikir menurut logika untuk memperkuat kebenaran yang dibawa oleh Al-Qur’an
dengan dalil akal dan pembawaan rasional. Aspek pemikiran dalam Islam terutama masalah
keimanan, aqidah, ketuhanan, menunjukan pembahasan yang cukup lama telah dimulai semasa
nabi masih hidup, yang kemudian menjadi sebab pokok dari ilmu-ilmu yang berbeda-beda,
sebagaimana kalam (dogmatic–scholastic), dan tasawuf (mystico-spirituaistic).
Filsafat dianggap dapat membawa kepada kebenaran, maka islam mengakui bahwa selain
kebenaran Hakiki, masih ada lagi kebenaran yang tidak bersifat absolute, yaitu kebenaran yang
dicapai sebagai hasil usaha akal budi manusia. Akal adalah anugrah dari Allah SWT kepada
manusia. Maka sewajarnya kalau akal mampu pula mencapai kebenaran, kendatipun kebenaran
yang dicapainya itu hanyalah dalam taraf yang relatif. Oleh sebab itu kalau kebenaran yang
relative itu tidak bertentangan dengan ajaran islam ( Al-Qur’an dan Hadist ) maka kebenaran itu
dapat saja digunakan dalam kehidupan ini. Filsafat cukup mendapat tempat penting dalam Islam
dengan beberapa kenyataan :
· Dalam sejarah Islam pernah muncul filosof-filosof muslim yang terkenal seperti Al Faraby,
Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain-lain. Bahkan mereka ini dianggap sebagai mata rantai yang

menghubungkan kembali filsafat Yunani yang pernah menghilang di barat dan berkat jasa-jasa
kaum muslimin maka filsafat tersebut dapat dikenal kembali oleh orang-orang Barat.
· Terdapatnya sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang mendorong pemikiran-pemikiran filosofis.
· Meskipun Islam member tempat yang layak bagi hidup dan perkembangan filsafat, namun
Islam menilai bahwa falsafat tu hanyalah merupakan alat belaka dan bukan tujuan. Falsafat dapat
5

digunakan untuk memperkokoh kedudukan Islam, umpamanya dapat dijadikan sebagai jalan
untuk memperkuat bukti eksistensi Allah SWT.
· Diakui pula bahwa kebenaran filsafat bersifat nisbi dan spekulatif. Nisbi artinya relative dan
tidak mutlak kebenaranya. Spekulatif artinya kebenaranya bersifat spekulasi dan tidak dapat
dibuktikan secara empiris.
Jadi tidak perlu melihat filsafat sebagai momok yang menakutkan tetapi ia harus dipelajari
dengan baik. Dengan demikian kita dapat menggunakan hal – hal yang positif didalamnya dan
membuang hal-hal yang tidak menguntungkan bagi Islam.

D. Signifikasi Filsafat Ilmu bagi Studi Islam
Pemikir filosofi ke dalam Islam mengakibatkan agama dikaji dengan pespektif rasional. Pemikir
itu, Al-kindi, Al-farabi, dan Ibn-Sina mencoba melihat agama ini dengan rasional, kendati
konsepsinya berbeda-beda. Munculnya teolog-teolog yang tidak respek terhadap filsafat seperti

Al-Gazali, mengiring interaksi antara pemikiran filsafat dan dogma tersebut kearah runtuhnya
rasionalisme teologis.
Keyakinan tersebut disatu sisi mencambuk keras eksistensi keilmuwan atau studi islam. Berbagai
pendapat mengatakan bahwa realitas kemunduran studi islam saat ini. Sehingga umat islam
dipaksa untuk memikirkan kembali nasib studi keilmuwannya yang dulunya pernah mencapai
kejayaan.
Memahami dengan yang dikritisi oleh pakar-pakar tersebut bahwa sumber kegelisahan
intelektual mereka bertumpu pada persoalan-persoalan yang didiskusikan dalam filsafat ilmu.
Maksudnya, sebelum melontarkan kritisisme harus sudah memahami dengan baik berbagai
persoalan yang dipertanyakan dalam filsafat ilmu dan karenanya menyadari arti pentingnya bagi
usaha pengembangan studi islam.
Filsafat ilmu begitu signifikasi dalam usaha pengembangan keilmuwan karena filsafat ilmu
berusaha mencermati hakikat ilmu baik dari segi metode-metodenya, asumsi-asumsinya, tolok
ukur kebenarannya, dan segala sesuatu yang melandasi tegaknya ilmu tersebut lewat penelaahan
ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Studi islam, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, secara mutlak harus bisa didekati oleh filsafat
ilmu. Sebab adanya asumsi yang berkembang di kalangan peneliti kontemporer bahwa seolaholah studi islam tidak bergeming, atau paling tidak kurang menunujukan perkembangan
signifkan sebagai ilmu. Dengan menerapkan kajian filsafat ilmu yang lewat analisis ontologism,
epistemologis, dan aksiologis. Maka studi islam akan dibedah jantung keilmuwannya dengan
beberapa hal.


6

E. Strategi Perkembangan Ilmu di Indonesia
Thomas S. Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner, bukan
kumulatif. Revolusi ilmiah ini menyentuh wilayah paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan
contoh prestasi atau praktik ilmiah konkret. Menurut kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi
ilmiah dapat digambarkan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap pertama, paradigma ini membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal
(normal science). Di sini para ilmuwan dapat berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan
paradigma sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan mendalam. Namun ilmuwan tidak
bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya. Dalam menjalankan aktivitas
ilmiah para ilmuwan menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma
yang dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiah, ini dinamakan anomali. Anomali
adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara kenyataan (fenomena) dengan
paradigma yang dipakai.
Tahap kedua, menumpuknya anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap
paradigma. Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu
normal.
Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama dengan memperluas dan

mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang bisa memecahkan masalah dan
membimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan dari paradigma lama ke paradigma baru inilah
yang dinamakan revolusi ilmiah.
Istilah ilmiah paradigma berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan
lain misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya, serta bidang lainnya. Dalam masalah yang populer istilah
paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai,
kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah da tujuan dari suatu perkembangan, perubahan,
serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi maupun dalam
pendidikan.
Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana yang
dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Negara dalam rangka mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan
seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia. Oleh karena itu, pembangunan
nasional harus meliputi aspek jiwa yang mencakup akal, rasa dan kehendak, aspek raga, aspek individu,
aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya.
Upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka manusia
mengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai
bagi pengembangan iptek demi kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan IPTEK sebagai hasil
budaya manusia harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaanya yang adil dan beradab. Oleh

karena itu, pada hakikatnya sila-sila Pancasila harus merupakan sumber nilai, kerangka pikir, serta basis
moralitas bagi pengembangan IPTEK.

7

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø Filsafat Ilmu merupakan penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk
memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan ilmu lanjutan. Atau
filsafat merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengetahuan ilmu).
Ø Landasan-landasan Filosofi Keilmuan
a. Landasan Metefisik/ontologi berhubungan dengan materi yang menjadi objek dengan
materialnya yang menjadi objek penelaahan ilmu.
b. Landasan Epistimologik berkaitan dengan upaya memperoleh ilmu melalui metode ilmiah.
c. Landasan aksiolagi membahas tentang pemanfaatan yang diperoleh manusia dari ilmu.
Ø Filsafat merupakan cara pandang yang diracik berdasarkan kemampuan rasionalitas secara
maksimal. Filsafat adalah pemikiran rasional, kritis, sistematis dan radikal tentang suatu objek.
Filsafat berlandaskan akal. Filsafat dianggap dapat membawa kepada kebenaran, maka islam

mengakui bahwa selain kebenaran Hakiki, masih ada lagi kebenaran yang tidak bersifat absolute,
yaitu kebenaran yang dicapai sebagai hasil usaha akal budi manusia.
Ø Filsafat ilmu begitu signifikasi dalam usaha pengembangan keilmuwan karena filsafat ilmu
berusaha mencermati hakikat ilmu baik dari segi metode-metodenya, asumsi-asumsinya, tolok
ukur kebenarannya, dan segala sesuatu yang melandasi tegaknya ilmu tersebut lewat penelaahan
ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Studi islam, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan,
secara mutlak harus bisa didekati oleh filsafat ilmu. Sebab adanya asumsi yang berkembang di
kalangan peneliti kontemporer bahwa seolah-olah studi islam tidak bergeming, atau paling tidak
kurang menunujukan perkembangan signifkan sebagai ilmu.
Ø Perkembangan ilmu di Indonesia dapat melalui paradigma yang ada di Indonesia, kemudian
dapat melalui tahap-tahap:
a. paradigma ini membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal
(normal science).
b. menumpuknya anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap
paradigma.
c. para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama dengan memperluas dan
mengembangkan suatu paradigma.
8

SARAN
Filsafat ilmu erat kaitannya dengan studi ilmu. Dalam kancah studi islam, filsafat ilmu menjadi
tonggak untuk mengkaji dan mengembangkan keilmuan lebih dalam dan tuntas sesuai dengan
cara-cara yang ilmiah. Maka, kembangkanlah kemampuan berpikir kita untuk kritis terhadap
lingkungan dan keilmuan hingga ke akar-akarnya, karena ilmu tidak akan pernah habis dan usai
untuk dipelajari. Gunakan dan manfaatkanlah akal yang kita miliki untuk berpikir tentang
banyak hal yang kita temui dan hadapi dalam hidup, karena akal adalah sebagai mustika dan
pusaka dalam diri manusia yang menjadikan kita sebagai manusia sejati.

9

DAFTAR PUSTAKA
Bachri Ghozali dkk,Filsafat Ilmu.Kopja Akademik UIN Sunan Kalijaga.2005.
Surajiyo,Filsafat Ilmu dan Perkembangan di Indonesia : Suatu Pengantar.Bumi Aksara.2007.
Sibawaihi,Filsafat Ilmu,Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.
Jujun S. Suriasumantri,Filsafat Ilmu.Sinar Harapan: Jakarta.2009.
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-ilmu.html
http://niamspot.blogspot.com/2012/05/pandangan-islam-tentang-filsafat.html.

10