PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI ION LOGA (1)
PEMISAHAN DAN PEROLEHAN KEMBALI ION LOGAM Zn(II) MENGGUNAKAN
ASAM LEMAK HIDROKSAMIK YANG DIIMMOBILISASI KE DALAM ZEOLIT
FIRMAN OZAKI
Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83125 Tlp. 0370 634708
Email : [email protected]
Abstrak. Penambangan liar di Indonesia banyak menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan
akibat limbah logam berat berbahaya yang dihasilkan. Ion logam Zn(II) merupakan satu dari
banyak limbah logam berat berbahaya yang dapat memberikan efek toksik bagi kesehatan
manusia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan penghilangan (removal) ion logam
Zn(II) dari limbah dengan metode immobilisasi agen pengkelat asam lemak hidroksamik ke dalam
zeolit. Metode ekstraksi padat-cair digunakan untuk memisahkan dan memperoleh kembali ion
logam Zn(II). Hasilnya diperoleh kondisi optimum immobilisasi FHA dalam zeolit dengan daya
jerap sebesar 11,3504 mg/g. Kondisi optimum untuk pemisahan dan perolehan kembali ion logam
Zn2+ , adalah waktu kontak 5 jam, pH ion logam Zn 2+ = 5 dan daya jerap ion logam Zn 2+ sebesar
5,29 mg/g. Berdasarkan hasil ekstraksi padat-cair yang telah dilakukan diperoleh serapan FHAzeolit terhadap ion logam Zn2+ sebesar 90,18% dengan nilai recovery sebesar 99,63% dan
pemisahan ion logam Zn2+ dengan logam lainnya sebesar 11,88%.
Kata kunci: Ion logam Zn 2+, immobilisasi chelating agent, asam lemak hidroksamik, zeolit,
ekstraksi padat-cair
PENDAHULUAN
Penambangan liar tanpa izin (PETI)
sedangkan limbah berupa mineral logam
banyak dilakukan pada daerah dengan kadar
lainnya dibuang ke saluran perairan sekitar
emas yang rendah oleh masyarakat. Proses
sehingga sangat berbahaya bagi kehidupan
penambangan dilakukan secara tradisional,
dan lingkungan. Salah satu mineral logam
seperti metode amalgamasi dan sianidasi
tersebut adalah ion logam Zn(II). Ion logam
dimana hanya mineral emas yang diambil,
Zn(II) merupakan unsur esensial bagi tubuh,
tetapi dalam dosis tinggi Zn dapat berbahaya
penelitian
dan bersifat toksik, seperti sakit lambung
immobilisasi chelating agent dalam resin.
akut, diare dan muntah. Zn memiliki sifat
Metode
toksik terutama dalam bentuk ion. Hampir
pemisahan dan perolehan kembali logam-
70% keberadaan Zn di dunia dihasilkan dari
logam dari limbahnya, karena chelating
penambangan dan 30% dari daur ulang Zn
agent yang terikat pada fase padat resin akan
(Widowati et al, 2008).
mengikat logam-logam yang terkandung
ini
digunakan
immobilisasi
ini
metode
memudahkan
Oleh karena itu, dibutuhkan solusi
dalam limbah secara spesifik. Sedangkan
mangatasi
yang
jika tanpa agen pengkelat, maka resin akan
ditimbulkan limbah tersebut, khususnya ion
menyerap logam dengan menyeluruh, karena
logam Zn(II) tanpa menimbulkan adanya
yang memiliki selektivitas terhadap daya
permasalahan yang baru dengan mengubah
jerap logam adalah agen penkelat yang
limbah tersebut menjadi sesuatu yang
terikat pada fase padat resin. Metode ini
bermanfaat atau memiliki nilai pakai.
disebut juga dengan ektraksi padat-cair,
Langkah pertama yang perlu dilakukan
dengan resin yang mengikat chelating agent
adalah memisahkan ion logam Zn(II) dari
sebagai fase padat dan air limbah sebagai
pengotornya
fase cairnya (Muhsinun, 2011).
untuk
berasosiasi
atau
permasalahan
logam
dengannya.
lain
banyak
Pada peneltitian sebelumnya telah
dilakukan teknik pemisahan dan pemurnian
digunakan resin Amberlite XAD-4 untuk
ion logam dengan agen pengkhelat, seperti
logam Cd2+(Wahyuni, 2013), namun resin
ekstraksi pelarut (Irwansyah, 2012) dan
tersebut merupakan resin yang komersial
metode immobilisasi chelating agent dalam
dan mahal. Oleh karena itu, pada penelitian
resin untuk memisahkan ion-ion logam dari
ini akan digunakan resin zeolit seperti yang
air limbah (Nasrudin, 2015). Namun,
telah dilakukan oleh Nasrudin (2015) dalam
perolehan
logam-logam
penelitiannya sebagai adsorben dari FHA
menggunakan metode ekstraksi pelarut
untuk logam Pb (timbal). Penggunaan zeolit
menimbulkan masalah baru, seperti sebagian
didasarkan atas kemampuannya melakukan
besar pelarut organik yang digunakan untuk
pertukaran ion (ion excangher ), adsorpsi
mengekstraksi ion logam tersebut masih
(adsorption)
bersifat
sehingga zeolit sangat baik digunakan
kembali
toksik (racun)
Telah
yang
jika dibuang
langsung ke lingkungan, sehingga dalam
dan
katalisator
(catalyst),
sebagai adsorben (Sutarti dan Rachmawati,
golongan
1994).
lingkungan maupun dari sumber lainnya
Pada
digunakan
penelitian
et
al.,
2001),
baik
sehingga
dari
dapat
disimpulkan bahwa reagen asam lemak
pengkelat seperti Amberlite Xad-16-1,5-
hidroksamik ini mempunyai kemampuan
Difenil Karbazida (Wulandari, 2010) dan
tinggi dalam mengekstraksi logam.
(C10H16N2O8)
sebagai
(Zaki
Lantanida
agen
EDTA
reagen-reagen
sebelumnya
unsur
(Saputri,
2014).
Asam lemak hidroksamik (FHA)
tersebut
masih
dapat disentesis dengan dua cara yakni
merupakan reagen komersial yang mahal
secara kimiawi dan secara enzimatis. Pada
dan sulit diperoleh. Oleh karena itu,
penelitian ini FHA yang digunakan adalah
dibutuhkan suatu reagen yang murah dan
yang disintesis secara enzimatis dari minyak
mudah diperoleh dalam penanggulangannya
inti buah ketapang. Sintesis secara enzimatis
terhadap pencemaran lingkungan sehingga
dilakukan dengan mereaksikan asam lemak
dalam penelitian ini digunakan reagen yang
pada minyak nabati (trigliserida) dengan
mempunyai
hidroksamik
hidroksilamin dan dikatalis dengan enzim
(Hydroxamic Acid) dengan bahan dasar
lipase. Beberapa penelitian tentang sintesis
asam lemak. Reagen dengan gugus asam
asam hidroksamik secara enzimatis yaitu,
hidroksamik
yang
sintesis tiohidroksamik dari minyak kelapa
mempunyai sifat pengkhelat logam yang
sawit dengan katalis lipase (Mulla dkk. 2010)
tinggi dan superior untuk ekstraksi dan
dan sintesis asam lemak hidroksamik dari
pemisahan spektrometer dari ion logam
minyak kelapa secara enzimatis (Arsiwan,
(Agrawal et al., 1980). Menurut Suhendra
2010). Dari beberapa penelitian sebagian
dan
asam-asam
besar menggunakan bahan baku minyak
hidroksamik merupakan agen pengkhelat
makanan (edible oil) untuk sintesis asam
(chelating agent) turunan hidroksilamina
hidroksamik. Oleh karena itu, dibutuhkan
dan asam karboksilat, oleh karena itu asam
bahan lain sebagai pengganti dalam sintesis
hidroksamik juga disebut N-hidroksi amida
asam hidroksamik berbahan non edible oil,
karboksilat dengan rumus R-CO-NHOH.
seperti minyak inti buah ketapang.
Namun,
reagen-reagen
gugus
asam
merupakan
Gunawan
(2012),
reagen
Pembuatan poli (asam lemak hidroksamik)
Penggunaan
minyak
inti
buah
dengan bahan dasar pati sagu ternyata dapat
ketapang sebagai bahan dasar sintesis FHA
digunakan
dikarenakan asam lemak yang dikandungnya
untuk
mengekstraksi
logam
mempunyai rantai karbon C 14 – C 20, yang
stirrer,
memungkinkan
gugus
waterbathshaker , pompa vakum, neraca
sekaligus
Analitik (Denver), statif, pH meter digital
hidrofobik
(Suhendra
terbentuknya
dan
2014).
penggunaan minyak inti buah ketapang
UV- Vis (Shimadzu UV-1800) dan AAS
disebabkan karena metode yang digunakan
(Shimadzu AA-7000).
adalah immobilisasi chelating agent ke
BAHAN
dalam polimer pendukung yang tidak polar,
Adapun bahan yang digunakan semuanya
maka diperlukan chelating agent yang
berderajat P.A (Pro Analyze) kecuali yang
mempunyai sifat hidrofobik dan hidrofilik
disebut khusus. Bahan tersebut adalah
sekaligus. Jika dilihat dari gugus fungsinya,
sebagai berikut: Zeolit alam, methanol, n-
asam hidroksamik bersifat polar (hidrofilik).
heksana,
Oleh karena itu, diperlukan gugus alkil rantai
Universitas Mataram), hidroksilamin, enzim
menengah sampai panjang agar dapat juga
Lipase TL, NaOH, HCl, H2SO4, ion logam
bersifat hidrofobik (Suhendra dan Gunawan,
(Cu, Zn dan Pb), HNO3, Aquades (Lab.
2012). Minyak inti biji ketapang (Terminalia
Kimia dasar), pH universal (Merck) dan
memiliki
Selain
plate),
(Orion 3 Star), kromatografi kolom, FTIR,
Linn)
al.,
(hot
itu,
catappa
et
hidrofilik
pemanas
kandungan
inti
biji
ketapang
(kawasan
kertas saring Whatman (Merck).
trigliserida yang cukup tinggi yaitu sekitar
54% (Andriyani, 2010). Selain itu, biji
PROSEDUR PENELITIAN
ketapang juga merupakan non edible oil dan
Tahap
tak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
Ketapang
Ekstrasi
Minyak
Inti
Biji
sehingga menjadi salah satu pertimbangan
Ekstraksi inti biji ketapang dilakukan
untuk menggunakan biji ketapang sebagai
dengan menggunakan metode sokhletasi.
bahan baku chelating agent dalam penelitian
Inti biji ketapang kering yang sudah
ini.
diblender ditimbang sebanyak 60 gram,
kemudian dibungkus dengan kertas saring
METODE PENELITIAN
dan dimasukkan ke dalam alat sokhlet
ALAT
selama 6 jam dengan 250 mL pelarut n-
Alat laboratorium yang digunakan pada
heksan. Untuk memisahkan minyak dari
penelitian ini adalah semua peralatan dasar
pelarutnya,
dari gelas di laboratorium kimia, magnetic
diuapkan untuk menghilangkan pelarut n-
hasil
ekstraksi
kemudian
heksan dengan rotary evaporator pada suhu
Sebelum
40 oC dengan kecepatan 110 rpm. Minyak
terlebih dahulu hidroksilamin hidroklorida
yang diperoleh kemudian ditimbang untuk
dilarutkan dengan air (aquades) sedangkan
ditentukan
minyak
kadarnya
dan
selanjutnya
mereaksikan
dilarutkan
reaktan
dengan
n-heksan.
ditambahkan natrium sulfat anhidrat untuk
Hidroksilamin
menghilangkan kadar airnya. Kadar minyak
dilarutkan kemudian dinetralkan sampai pH
dapat dihitung dengan rumus:
= 7 dengan menambahkan NaOH 0,1M.
�
�
�
=
�
�
�
ℎ
�
�
×
%
FHA
hidroklorida
tersebut
yang
yang
terbentuk
telah
kemudian
dipisahkan dari lapisan air. Lapisan air
Minyak ketapang yang dihasilkan
dipisahkan dengan menggunakan corong
kemudian di uji KLT untuk melihat apakah
pisah. Untuk mendapatkan FHA padat,
minyak yang dihasilkan sama dengan
fraksi n-heksan didinginkan dalam freezer
standar trigliserida. Eluen yang digunakan
(
ASAM LEMAK HIDROKSAMIK YANG DIIMMOBILISASI KE DALAM ZEOLIT
FIRMAN OZAKI
Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83125 Tlp. 0370 634708
Email : [email protected]
Abstrak. Penambangan liar di Indonesia banyak menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan
akibat limbah logam berat berbahaya yang dihasilkan. Ion logam Zn(II) merupakan satu dari
banyak limbah logam berat berbahaya yang dapat memberikan efek toksik bagi kesehatan
manusia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan penghilangan (removal) ion logam
Zn(II) dari limbah dengan metode immobilisasi agen pengkelat asam lemak hidroksamik ke dalam
zeolit. Metode ekstraksi padat-cair digunakan untuk memisahkan dan memperoleh kembali ion
logam Zn(II). Hasilnya diperoleh kondisi optimum immobilisasi FHA dalam zeolit dengan daya
jerap sebesar 11,3504 mg/g. Kondisi optimum untuk pemisahan dan perolehan kembali ion logam
Zn2+ , adalah waktu kontak 5 jam, pH ion logam Zn 2+ = 5 dan daya jerap ion logam Zn 2+ sebesar
5,29 mg/g. Berdasarkan hasil ekstraksi padat-cair yang telah dilakukan diperoleh serapan FHAzeolit terhadap ion logam Zn2+ sebesar 90,18% dengan nilai recovery sebesar 99,63% dan
pemisahan ion logam Zn2+ dengan logam lainnya sebesar 11,88%.
Kata kunci: Ion logam Zn 2+, immobilisasi chelating agent, asam lemak hidroksamik, zeolit,
ekstraksi padat-cair
PENDAHULUAN
Penambangan liar tanpa izin (PETI)
sedangkan limbah berupa mineral logam
banyak dilakukan pada daerah dengan kadar
lainnya dibuang ke saluran perairan sekitar
emas yang rendah oleh masyarakat. Proses
sehingga sangat berbahaya bagi kehidupan
penambangan dilakukan secara tradisional,
dan lingkungan. Salah satu mineral logam
seperti metode amalgamasi dan sianidasi
tersebut adalah ion logam Zn(II). Ion logam
dimana hanya mineral emas yang diambil,
Zn(II) merupakan unsur esensial bagi tubuh,
tetapi dalam dosis tinggi Zn dapat berbahaya
penelitian
dan bersifat toksik, seperti sakit lambung
immobilisasi chelating agent dalam resin.
akut, diare dan muntah. Zn memiliki sifat
Metode
toksik terutama dalam bentuk ion. Hampir
pemisahan dan perolehan kembali logam-
70% keberadaan Zn di dunia dihasilkan dari
logam dari limbahnya, karena chelating
penambangan dan 30% dari daur ulang Zn
agent yang terikat pada fase padat resin akan
(Widowati et al, 2008).
mengikat logam-logam yang terkandung
ini
digunakan
immobilisasi
ini
metode
memudahkan
Oleh karena itu, dibutuhkan solusi
dalam limbah secara spesifik. Sedangkan
mangatasi
yang
jika tanpa agen pengkelat, maka resin akan
ditimbulkan limbah tersebut, khususnya ion
menyerap logam dengan menyeluruh, karena
logam Zn(II) tanpa menimbulkan adanya
yang memiliki selektivitas terhadap daya
permasalahan yang baru dengan mengubah
jerap logam adalah agen penkelat yang
limbah tersebut menjadi sesuatu yang
terikat pada fase padat resin. Metode ini
bermanfaat atau memiliki nilai pakai.
disebut juga dengan ektraksi padat-cair,
Langkah pertama yang perlu dilakukan
dengan resin yang mengikat chelating agent
adalah memisahkan ion logam Zn(II) dari
sebagai fase padat dan air limbah sebagai
pengotornya
fase cairnya (Muhsinun, 2011).
untuk
berasosiasi
atau
permasalahan
logam
dengannya.
lain
banyak
Pada peneltitian sebelumnya telah
dilakukan teknik pemisahan dan pemurnian
digunakan resin Amberlite XAD-4 untuk
ion logam dengan agen pengkhelat, seperti
logam Cd2+(Wahyuni, 2013), namun resin
ekstraksi pelarut (Irwansyah, 2012) dan
tersebut merupakan resin yang komersial
metode immobilisasi chelating agent dalam
dan mahal. Oleh karena itu, pada penelitian
resin untuk memisahkan ion-ion logam dari
ini akan digunakan resin zeolit seperti yang
air limbah (Nasrudin, 2015). Namun,
telah dilakukan oleh Nasrudin (2015) dalam
perolehan
logam-logam
penelitiannya sebagai adsorben dari FHA
menggunakan metode ekstraksi pelarut
untuk logam Pb (timbal). Penggunaan zeolit
menimbulkan masalah baru, seperti sebagian
didasarkan atas kemampuannya melakukan
besar pelarut organik yang digunakan untuk
pertukaran ion (ion excangher ), adsorpsi
mengekstraksi ion logam tersebut masih
(adsorption)
bersifat
sehingga zeolit sangat baik digunakan
kembali
toksik (racun)
Telah
yang
jika dibuang
langsung ke lingkungan, sehingga dalam
dan
katalisator
(catalyst),
sebagai adsorben (Sutarti dan Rachmawati,
golongan
1994).
lingkungan maupun dari sumber lainnya
Pada
digunakan
penelitian
et
al.,
2001),
baik
sehingga
dari
dapat
disimpulkan bahwa reagen asam lemak
pengkelat seperti Amberlite Xad-16-1,5-
hidroksamik ini mempunyai kemampuan
Difenil Karbazida (Wulandari, 2010) dan
tinggi dalam mengekstraksi logam.
(C10H16N2O8)
sebagai
(Zaki
Lantanida
agen
EDTA
reagen-reagen
sebelumnya
unsur
(Saputri,
2014).
Asam lemak hidroksamik (FHA)
tersebut
masih
dapat disentesis dengan dua cara yakni
merupakan reagen komersial yang mahal
secara kimiawi dan secara enzimatis. Pada
dan sulit diperoleh. Oleh karena itu,
penelitian ini FHA yang digunakan adalah
dibutuhkan suatu reagen yang murah dan
yang disintesis secara enzimatis dari minyak
mudah diperoleh dalam penanggulangannya
inti buah ketapang. Sintesis secara enzimatis
terhadap pencemaran lingkungan sehingga
dilakukan dengan mereaksikan asam lemak
dalam penelitian ini digunakan reagen yang
pada minyak nabati (trigliserida) dengan
mempunyai
hidroksamik
hidroksilamin dan dikatalis dengan enzim
(Hydroxamic Acid) dengan bahan dasar
lipase. Beberapa penelitian tentang sintesis
asam lemak. Reagen dengan gugus asam
asam hidroksamik secara enzimatis yaitu,
hidroksamik
yang
sintesis tiohidroksamik dari minyak kelapa
mempunyai sifat pengkhelat logam yang
sawit dengan katalis lipase (Mulla dkk. 2010)
tinggi dan superior untuk ekstraksi dan
dan sintesis asam lemak hidroksamik dari
pemisahan spektrometer dari ion logam
minyak kelapa secara enzimatis (Arsiwan,
(Agrawal et al., 1980). Menurut Suhendra
2010). Dari beberapa penelitian sebagian
dan
asam-asam
besar menggunakan bahan baku minyak
hidroksamik merupakan agen pengkhelat
makanan (edible oil) untuk sintesis asam
(chelating agent) turunan hidroksilamina
hidroksamik. Oleh karena itu, dibutuhkan
dan asam karboksilat, oleh karena itu asam
bahan lain sebagai pengganti dalam sintesis
hidroksamik juga disebut N-hidroksi amida
asam hidroksamik berbahan non edible oil,
karboksilat dengan rumus R-CO-NHOH.
seperti minyak inti buah ketapang.
Namun,
reagen-reagen
gugus
asam
merupakan
Gunawan
(2012),
reagen
Pembuatan poli (asam lemak hidroksamik)
Penggunaan
minyak
inti
buah
dengan bahan dasar pati sagu ternyata dapat
ketapang sebagai bahan dasar sintesis FHA
digunakan
dikarenakan asam lemak yang dikandungnya
untuk
mengekstraksi
logam
mempunyai rantai karbon C 14 – C 20, yang
stirrer,
memungkinkan
gugus
waterbathshaker , pompa vakum, neraca
sekaligus
Analitik (Denver), statif, pH meter digital
hidrofobik
(Suhendra
terbentuknya
dan
2014).
penggunaan minyak inti buah ketapang
UV- Vis (Shimadzu UV-1800) dan AAS
disebabkan karena metode yang digunakan
(Shimadzu AA-7000).
adalah immobilisasi chelating agent ke
BAHAN
dalam polimer pendukung yang tidak polar,
Adapun bahan yang digunakan semuanya
maka diperlukan chelating agent yang
berderajat P.A (Pro Analyze) kecuali yang
mempunyai sifat hidrofobik dan hidrofilik
disebut khusus. Bahan tersebut adalah
sekaligus. Jika dilihat dari gugus fungsinya,
sebagai berikut: Zeolit alam, methanol, n-
asam hidroksamik bersifat polar (hidrofilik).
heksana,
Oleh karena itu, diperlukan gugus alkil rantai
Universitas Mataram), hidroksilamin, enzim
menengah sampai panjang agar dapat juga
Lipase TL, NaOH, HCl, H2SO4, ion logam
bersifat hidrofobik (Suhendra dan Gunawan,
(Cu, Zn dan Pb), HNO3, Aquades (Lab.
2012). Minyak inti biji ketapang (Terminalia
Kimia dasar), pH universal (Merck) dan
memiliki
Selain
plate),
(Orion 3 Star), kromatografi kolom, FTIR,
Linn)
al.,
(hot
itu,
catappa
et
hidrofilik
pemanas
kandungan
inti
biji
ketapang
(kawasan
kertas saring Whatman (Merck).
trigliserida yang cukup tinggi yaitu sekitar
54% (Andriyani, 2010). Selain itu, biji
PROSEDUR PENELITIAN
ketapang juga merupakan non edible oil dan
Tahap
tak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
Ketapang
Ekstrasi
Minyak
Inti
Biji
sehingga menjadi salah satu pertimbangan
Ekstraksi inti biji ketapang dilakukan
untuk menggunakan biji ketapang sebagai
dengan menggunakan metode sokhletasi.
bahan baku chelating agent dalam penelitian
Inti biji ketapang kering yang sudah
ini.
diblender ditimbang sebanyak 60 gram,
kemudian dibungkus dengan kertas saring
METODE PENELITIAN
dan dimasukkan ke dalam alat sokhlet
ALAT
selama 6 jam dengan 250 mL pelarut n-
Alat laboratorium yang digunakan pada
heksan. Untuk memisahkan minyak dari
penelitian ini adalah semua peralatan dasar
pelarutnya,
dari gelas di laboratorium kimia, magnetic
diuapkan untuk menghilangkan pelarut n-
hasil
ekstraksi
kemudian
heksan dengan rotary evaporator pada suhu
Sebelum
40 oC dengan kecepatan 110 rpm. Minyak
terlebih dahulu hidroksilamin hidroklorida
yang diperoleh kemudian ditimbang untuk
dilarutkan dengan air (aquades) sedangkan
ditentukan
minyak
kadarnya
dan
selanjutnya
mereaksikan
dilarutkan
reaktan
dengan
n-heksan.
ditambahkan natrium sulfat anhidrat untuk
Hidroksilamin
menghilangkan kadar airnya. Kadar minyak
dilarutkan kemudian dinetralkan sampai pH
dapat dihitung dengan rumus:
= 7 dengan menambahkan NaOH 0,1M.
�
�
�
=
�
�
�
ℎ
�
�
×
%
FHA
hidroklorida
tersebut
yang
yang
terbentuk
telah
kemudian
dipisahkan dari lapisan air. Lapisan air
Minyak ketapang yang dihasilkan
dipisahkan dengan menggunakan corong
kemudian di uji KLT untuk melihat apakah
pisah. Untuk mendapatkan FHA padat,
minyak yang dihasilkan sama dengan
fraksi n-heksan didinginkan dalam freezer
standar trigliserida. Eluen yang digunakan
(