GAMBARAN PATOLOGI ANATOMI DAN HISTOPATOL

GAMBARAN PATOLOGI ANATOMI DAN HISTOPATOLOGI ORGAN AYAM
KAMPUNG YANG DIDUGA TERINFEKSI NEWCASTLE DISEASE
ANATOMIC PATOLOGY AND HISTOPATHOLOGY OBSERVATION IN LOCAL
CHICKEN ORGANS THAT SUSPECTED OF BEING INFECTED BY NEWCASTLE
DISEASE
Putu Suandhika
Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Jalan P.B. Sudirman, Denpasar-Bali
Email : psuandhika@gmail.com
ABSTRAK
Telah dilakukan nekropsi terhadap seekor ayam kampung dengan gejala klinis lemas,
nafsu makan menurun, kesulitan bernafas, tortikolis, dan feses berwarna kehijauan. Menurut
pemilik ayam, gejala klinis tersebut telah teramati selama 3 hari terakhir. Pemeriksaan
patologi anatomi dan histopatologi kemudian dilakukan. Tujuan dari studi ini adalah untuk
mendiagnosa perubahan morfologik pada organ hewan kasus. Beberapa gambaran patologi
yang ditemukan, yaitu : edema pada otak, perdarahan pada trakea dan proventrikulus serta di
sepanjang usus, radang paru-paru, dan ditemukan kongesti pada berbagai organ. Berdasarkan
analisa gejala klinis, gambaran patologi anatomi, gambaran histopatologi, dan sidik
epidemiologi, dapat disimpulkan bahwa ayam tersebut diduga terinfeksi Newcastle Disease
(ND).

Kata Kunci : Ayam kampung, histopatologi, Newcastle Disease, patologi anatomi.
ABSTRACT
A necropsy has been performed on a chicken with clinical symptoms of fatigue,
decreased appetite, difficulty breathing, torticollis, and greenish feces. According to the
owner of the chicken, the clinical symptoms had been observed since the last 3 days.
Examination of anatomic pathology and histopathology then done. The purpose of this study
is to diagnose the morphological changes in the chicken’s organs. Some pathological changes
were found, such as edema of the brain, bleeding in the trachea and proventriculus also along
the intestine, inflammation of the lungs, and congestion were found in various organs. Based
on the analysis of the clinical symptoms, anatomic pathology observation, histopathology
observation, and epidemiology investigation, it can be conclude that the chicken is suspected
of being infected with Newcastle Disease (ND).
Keywords : Local chicken, histopathology, Newcastle Disease, anatomic pathology.
PENDAHULUAN
Ternak ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat potensial untuk
dikembangkan dalam rangka menunjang kebutuhan gizi masyarakat. Secara umum, kemajuan
1

usaha peternakan ayam di Indonesia masih banyak dihambat oleh berbagai kendala, salah
satu di antaranya adalah penyakit menular. Penyakit menular yang sangat merugikan peternak

ayam dapat disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit (Kencana, 2012). Berbagai jenis
penyakit ayam, terutama pada ayam ras sering dilaporkan kejadiannya. Sebenarnya penyakit
pada ayam ras juga dapat menyerang ternak ayam lokal. Hanya saja kejadian penyakit pada
ayam lokal tidak banyak yang dilaporkan. Hal ini disebabkan karena pemiliknya adalah
petani kecil yang masih menganggap usahanya sebagai usaha sambilan dengan jumlah
kepemilikan ternak sedikit (Adjid et al., 2005). Beberapa penyakit pada ayam yang sangat
merugikan adalah Avian Influenza (AI), Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB),
Infectious Laryngotracheitis (ILT), Swollen Head Syndrome (SHS), dan Chronic Respiratory
Disease (CRD) (Tarmudji, 2005).
Ayam yang digunakan sebagai studi kasus diperoleh dari sebuah peternakan ayam di
daerah Padang Sambian dengan populasi yang tidaklah banyak, yakni 50 ekor. Semua ayam
kampung di tempat tersebut adalah ayam muda dan tidak ada ayam dewasa. Menurut
informasi yang diperoleh dari pemilik, ayam telah teramati sakit selama 3 hari. Saat
dikunjungi, didapati bahwa terdapat 3 ayam menunjukkan gejala sakit dan 1 ekor ayam mati.
Pemilik mengatakan bahwa dalam seminggu terakhir, banyak ayam yang mati. Selain
memiliki ayam yang dipelihara, pemilik juga membeli ayam borongan dari tempat lain dan
dijual kembali. Sistem yang demikian memungkinkan terbawanya agen penyakit dari luar.
Bagaimanapun juga, studi tentang penyakit pada ayam penting untuk dilakukan.
Laboratorium patologi sebagai rangkaian studi koasistensi kedokteran hewan merupakan
sarana pembelajaran dalam melakukan analisa kejadian penyakit pada ayam di lapangan.

Maka dari itu, nekropsi, pemeriksaan patologi anatomi, dan pemeriksaan histopatologi
dilakukan guna menentukan diagnosa secara morfologik dan sementara yang menjadi dasar
penentuan diagnosa definitif.
Pada tulisan ini, disajikan informasi sejarah kasus, gejala klinis, gambaran patologi
anatomi, dan histopatologi. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
penyakit pada ayam yang dapat dijumpai di lapangan dengan mengenalinya secara klinis,
menetapkan diagnosa sementara, dan menetapkan diagnosa morfologik melalui kajian ilmu
patologi.
MATERI DAN METODE
Materi
Hewan yang dijadikan materi studi kasus adalah ayam kampung yang berumur 3 bulan
dan telah dieutanasi untuk kemudian dilakukan nekropsi. Selanjutnya, sampel organ diambil
2

dan difiksasi dengan Neutral Buffered Formalin (NBF) 10%. Adapun sampel yang diambil
meliputi; otak, trakea, proventriculus, ventriculus, paru-paru, jantung, hati, empedu, limpa,
ginjal, pankreas, duodenum, jejenum, dan ileum.
Metode
Untuk mendapatkan gambaran epidemiologi dan gejala klinis penyakit, maka
dilakukanlah wawancara terhadap pemilik ayam serta melihat kondisi lingkungan. Setelah

itu, dilakukan pemeriksaan klinis, nekropsi, dan pengambilan sampel organ untuk selanjutnya
dibuat preparat histopatologi.
Ayam percobaan dikorbankan dan dinekropsi untuk diambil organnya, organ tersebut
kemudian direndam dalam larutan NBF 10% kira-kira 15-20 x volume jaringan dan dibiarkan
dalam suhu kamar selama lebih dari 24 jam. Selanjutnya jaringan dipotong dengan ukuran
1x1x1 cm, lalu dimasukkan dalam tissue cassette. Setelah jaringan selesai difiksasi dan
dimasukkan ke dalam cassette, jaringan dipindahkan untuk dehidrasi secara bertingkat
menggunakan alkohol secara berturut-turut dengan konsentrasi alkohol masing-masing 70%,
90%, 96%, etanol I dan etanol II secara berurutan dalam toples selama 2 jam. Langkah
selanjutnya adalah clearing, yaitu proses yang dilakukan untuk mengeluarkan alkohol dari
jaringan dengan merendamkannya dalam xyline. Kemudian jaringan dikeluarkan dari
cassette. Selanjutnya jaringan siap dimasukkan ke dalam blok paraffin. Organ ditanam pada
blok yang telah disediakan kemudian disimpan dalam lemari es selama 24 jam. Setelah itu
organ dipotong (cutting) dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4-5 mikron.
Proses selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan Harris-Hematoksilin-Eosin. Preparat
diparafinasi dalam xylol selama 3x5 menit. Kemudian didehidrasi dalam larutan alkohol
100% sebanyak 2 kali dengan durasi masing-masing 5 menit, bilas dengan aquades selama 1
menit. Lalu diinkubasi dalam larutan Harris-Hematoksilin-Eosin selama 15 menit. Kemudian
dicelupkan naik turun dalam aquades selama 1 menit, selanjutnya celup dalam campuran
asam alkohol secara cepat 5-7 celup. Diferensiasi warna dilihat dibawah mikroskop, warna

tidak boleh sampai pucat. Selanjutnya dibilas dalam aquades selama 1 menit, dan dibilas
kembali dengan aquades selama 15 menit. Lalu dicelup sebanyak 3-5 kali dalam larutan
ammonium atau lithium karbonat hingga potongan berwarna biru cerah dan kemudian dicuci
dalam air mengalir selama 15 menit, kemudian diinkubasi dalam eosin selama 2 menit.
Selanjurnya didehidrasi dalam alkohol dengan konsentrasi 96%, 96%, 100%, dan 100%,
masing-masing selama 3 menit, lalu diinkubasi dalam xylol selama 2x2 menit. Kemudian
dilakukan proses mounting yaitu penutupan dengan covel glass dimana permount digunakan
sebagai perekat.
3

Setelah serangkaian proses pembuatan preparat histopatologi selesai, maka selanjutnya
diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100× dan 400×. Setelah itu, gambaran
histopatologi didokumentasikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Saat dilaksanakan nekropsi, organ ayam diperiksa guna dianalisis perubahan secara
patologi anatomi. Setelah nekropsi selesai, sampel organ dimasukkan ke dalam tabung berisi
Neutral Buffered Formalin (NBF) 10%, kemudian dibuat preparat histopatologi. Hasil
pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi organ ayam kasus disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi dan Histopatologi Organ Ayam yang Diduga

Terinfeksi Newcastle Disease
No
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
14

Organ
Otak


Patologi Anatomi

Histopatologi

Edema

Ditemukan kongesti dan edema
disertai ploriferasi sel glia
Trakea
Hemoragi
Hemoragi, nekrosis di sepanjang
epitel trakea disertai infiltrasi sel
radang limfosit
Esofagus
Perdarahan ptekie
Tidak ditemukan perubahan
Proventriculus Hemoragi
Hemoragi dan nekrosis difusa,
infiltrasi sel radang, dan kongesti

Ventriculus
Perdarahan dan ditemukan cacing Tidak ditemukan perubahan
nematoda
Paru-paru
Hemoragi
Penebalan septa alveoli disertai
infiltrasi sel radang limfosit
(pneumonia interstitialis)
Jantung
Perikardium keruh
Ditemukan infiltrasi limfosit pada
daerah
perikardium
sampai
epikardium, selain itu ditemukan
juga edema di daerah myokardium
Hati
Tidak ditemukan perubahan
Kongesti pada kapiler hati
Empedu

Tidak ditemukan perubahan
Tidak ditemukan perubahan
Limpa
Tidak ditemukan perubahan
Hemoragi
Ginjal
Tidak ditemukan perubahan
Hemoragi daerah korteks hingga
medula
Pankreas
Tidak ditemukan perubahan
Tidak ditemukan perubahan
Seka tonsil
Hemoragi
Tidak teramati
Usus
Cataralis
hemoragica
di Ulserasi
sepanjang usus, eksudat merah di

caecum, dan perdarahan ptekie
pada colon

4

Untuk gambaran patologi anatomi disajikan pada gambar 1-10, serta gambar 11-19
untuk hasil histopatologi. Gambar tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Ayam kasus.

Gambar 2. Edema pada otak.

Gambar 3. Perdarahan pada proventriculus.

Gambar 4. Hemoragi pada paru-paru.

Gambar 5. Perikardium berwarna keruh.

Gambar 6. Hemoragi pada usus.


b
a
a
c

Gambar 7. Kongesti(a) dan edema(b) disertai
proliferasi sel glia(c) pada otak.

b

Gambar 8. Infiltrasi limfosit(a) dan edema
di daerah myokardium(b).
5

a

b
a
c

Gambar 9. Penebalan septa alveoli(a), cairan
pada alveoli(b), dan infiltrasi sel radang limfosit
disertai sel darah merah(c) pada paru-paru.
b

Gambaran 10. Hemoragi pada korteks
hingga medula ginjal(a).

b

a

a
c
Gambar 11. Perdarahan(a) disertai nekrosis(b)
pada proventriculus.

Gambar 12. Ulserasi(a), edema(b), dan
infiltrasi limfosit(c) pada usus halus.

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, ayam kasus memperlihatkan gejala klinis lemas diduga
karena selama 3 hari terkahir nafsu makannya menurun sehingga tidak ada asupan energi.
Selain itu, ayam terlihat mengalami tortikolis dan feses berwarna kehijauan dengan
konsistensi encer. Setelah ayam dinekropsi, ditemukan perubahan patologi anatomi di
berbagai organ berupa edema pada otak yang ditandai dengan otak terlihat mengkilat.
Ditemukan pula perdarahan pada trakea, esofagus, dan proventriculus, serta sepanjang usus
mengalami hemoragi disertai eksudat kataralis. Berdasarkan temuan tersebut, ayam kasus
diduga terinfeksi virus. Penyakit virus pada ayam yang kerap terjadi di lapangan, salah
satunya adalah ND dan AI.
Gejala klinis ND timbul sesuai dengan tempat predileksi virus. Predileksi pada saluran
pencernaan ditandai dengan diare sedangkan predileksi pada saluran pernafasan ditandai
dengan radang paru-paru. Penyakit ND yang bersifat kronis ditandai dengan terjadinya
gangguan saraf. Kelainan saraf yang khas pada penyakit ND adalah tortikolis yang ditandai
dengan leher yang terpuntir ke belakang. Beberapa perubahan yang sifatnya patognomonis
pada ayam yang terinfeksi virus ND adalah perdarahan ptekie sampai ekimosa pada laring,
trakea, esofagus, proventrikulus, ventrikulus, dan di sepanjang usus. Pada daerah usus,
6

perubahan patologi yang menciri ditandai dengan ulsera dan nekrosis daerah mukosa.
Perubahan patologi anatomi pada usus yang ditandai dengan nekrosis ulseratif merupakan
tanda yang menciri dari penyakit ND (Kencana, 2012).
Ayam yang diduga kuat terinfeksi AI yang sangat patogenik menunjukkan adanya
cyanosis (kebiruan) pada pial dan jengger, pteki subkutan pada kaki, eksudat cair dari rongga
hidung, dan kematian mendadak yang beruntun dalam jumlah besar. Secara Patologi Anatomi
(PA), terdapat perdarahan pada otot dada dan paha, trakea, paru-paru, pteki pada epikardium,
myokardium dan proventrikulus, serta perdarahan dan nekrosis pada hati. Kelainan PA yang
paling mencolok yaitu cyanosis pada kulit pial dan jengger. Gambaran Histopatologi yang
diamati antara lain berupa perdarahan dan peradangan non supuratif pada otak, kulit (pial,
jengger, kaki), otot dada, trakhea, jantung, paru-paru, proventrikulus, hati, ginjal dan ovarium
sedangkan vaskulitis terutama ditemukan pada otak, kulit dan ginjal (Damayanti et al., 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan patologi anatomi dan histopatologi, ayam yang
digunakan sebagai studi kasus diduga kuat terinfeksi ND dengan diagnosa banding AI. Hal
tersebut didasari karena menurut Kencana (2012), beberapa perubahan yang sifatnya
patognomonis pada ayam yang terinfeksi virus ND adalah perdarahan ptekie sampai ekimosa
pada proventrikulus dan di sepanjang usus. Nekrosis ulseratif pada usus merupakan tanda
yang menciri dari penyakit ND. Perubahan-perubahan tersebut ditemukan pada ayam dalam
studi kasus ini. Tabbu (2000) menyatakan bahwa tidak jarang dijumpai perubahan pada
sistem saraf dan juga pada saluran pernapasan bagian atas ayam yang terinfeksi ND.
Pada ayam yang suspect terinfeksi AI, limpa sedikit membengkak dan hati mengalami
perdarahan, nekrosis dan sangat rapuh. Ayam yang terinfeksi AI ditemukan infiltrasi sel
radang jenis limfosit pada semua organ internal ayam Perdarahan sub kutan pada kaki yang
tidak berbulu yang tampak seperti kerokan dan yang perdarahan difus pada kulit bagian
ventral tubuh jarang ditemukan pada penyakit selain HPAI. Hal tersebut tidak ditemukan
pada ayam yang digunakan sebagai studi kasus sehingga diagnosa sementara lebih mengarah
ke infeksi ND.
Diagnosa banding ND selain AI adalah Infectious Bursal Disease (IBD). Namun, kecil
kemungkinan ayam pada studi kasus koasistensi patologi ini terinfeksi IBD terkait dengan
umur, karena umumnya IBD menyerang ayam muda berumur kurang dari 1 bulan saat bursa
mengalami pertumbuhan optimal. Ayam pada studi kasus ini berumur 3 bulan.
Selain AI dan IBD, Infectious Bronchitis (IB) juga merupakan diagnosa banding ND.
Perubahan patologi anatomi yang menciri pada ayam yang terinfeksi IB adalah adanya
penumpukan eksudat serous, kataral, dan kaseus pada saluran pernafasan bagian atas
7

(Mahgoub et al., 2010). Gejala tersebut tidak ditemukan pada ayam yang dijadikan studi
kasus sehingga kecil kemungkinan ayam tersebut terinfeksi IB.
Newcastle disease (ND) merupakan penyakit viral menular, menyerang berbagai unggas
pelihara maupun liar serta dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi
industri peternakan unggas. Strain virus ND diklasifikasikan sebagai velogenik (virulensi
tinggi), mesogenik (intermediate), dan lentogenik (virulensi rendah) (Zhang et al., 2011). Di
Indonesia, penyakit ND bersifat endemis, kebanyakan disebabkan oleh virus ND strain
velogenik dengan menimbulkan gejala klinis seperti: anoreksia, depresi, gangguan pernafasan
dan saraf berupa paralisa, tortikolis (Adi et al., 2010).
Beberapa penyakit lain yang juga mirip dengan ND, di antaranya penyakit yang disertai
dengan gangguan pernafasan dan penurunan produksi telur seperti Infectious Bronchitis (IB),
Infectious Laryngotracheitis (ILT), dan Chronic Respiratory Disease (CRD). Di samping itu,
beberapa penyakit dengan gejala saraf juga sebagai diagnosis banding ND, di antaranya
Avian Encephalomyelitis (AE). Penyakit bakterial yang mirip dengan ND adalah fowl cholera
dan mikoplasma. Pada unggas kesayangan, ND seringkali dikelirukan dengan penyakit
salmonellosis, adenovirus, dan defisiensi makanan (Kencana, 2012).
Dari serangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan meliputi anamnesa, pemeriksaan
gejala klinis, dan pengamatan organ secara makroskopis maupun mikroskopis, penyakit yang
menyerang ayam yang digunakan sebagai kasus koasistensi patologi merujuk kepada
Newcastle Disease (ND), sehingga diagnosa untuk ayam tersebut adalah suspect ND dengan
diagnosa banding AI, mengingat gejala klinis ND mirip dengan AI. Pada lokasi pengambilan
ayam, didapati bahwa tidak terdapat kematian yang signifikan dalam satu haru. Menurut
Tarigan (2015), angka kematian yang rendah dapat disebabkan karena ayam lain yang
terinfeksi tidak memperlihatkan gejala klinis sehingga peternak tidak menyadari ayamnya
terinfeksi sehingga virus bersirkulasi di peternakan dalam waktu yang lama tanpa diketahui.
Penyakit ND dan AI masih bersifat sporadis di Provinsi Bali. Wabah penyakit ND di
lapangan dengan morbiditas dan mortalitas tinggi biasanya disebabkan oleh banyak faktor,
antara lain; nutrisi pakan tidak seimbang, stres akibat perubahan faktor cuaca, tingkat
maternal antibodi rendah, kualitas dan status kesehatan bibit ayam serta strain vaksin yang
digunakan. Kasus penyakit ND murni secara umum jarang ditemukan. Ada saja penyakit
bakterial lainnya yang menyertainya umumnya dari kuman E. coli. Dalam keadaan stres
kuman non patogen yang berada dalam saluran pencernaan dan saluran pernafasan bisa
berubah menjadi patogen yang dapat memperparah kejadian penyakit (Supartika et al., 2013).

8

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil observasi lapangan dan temuan gejala klinis serta dilanjutkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi, maka ayam kampung yang dijadikan kasus
koasistensi di laboratorium patologi diduga kuat terinfeksi Newcastle Disease (ND) dengan
diagnosa banding Avian Influenza (AI).
Saran
Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penyidikan kasus adalah perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut untuk mengetahui agen infeksius yang
menyerang ayam kampung pada studi kasus ini. Sehingga, dapat diteguhkan diagnosa
definitif dan menentukan langkah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, A.A.A.M., N.M. Astawa, K.S.A. Putra, Y. Hayashi, dan Y. Matsumoto. 2010. Isolation
and Characterization of a Pathogenic Newcastle Disease Virus from a Natural Case in
Indonesia. J.Vet. Med. Sci. 72(3): 313-319.
Adjid, R.M.A., R. Indriani, R. Damayanti, T. Aryanti, dan L. Pardede. 2005. Hasil-Hasil
Penelitian dan Dukungan Teknologi dalam Mengendalikan dan Mencegah Penyakit
Viral Penting pada Ayam Lokal. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi
Pengembangan Ayam Lokal. 26 Agustus 2005. Semarang.
Damayanti, R., N.L.P.I. Dharmayanti, R. Indriani, A. Wiyono, dan Darminto. 2004.
Gambaran Klinis dan Patologis pada Ayam yang Terserang Flu Burung Sangat
Patogenik (HPAI) di Beberapa Peternakan di Jawa Timur dan Jawa Barat. JITV. 9(2):
128-135.
Mahgoub, K.M., A.A. Bassiouni, M.A. Afify, S.N. Rabie. 2010. The Prevalence of Infectious
Bronchitis (IB) Outbreaks in Some Chicken Farms. I. Spotlight on the Status of IB
Outbraks in Some Chicken Flocks. Journal of American Science. 6(9): 57-70.
Kencana, G.A.Y. 2012. Penyakit Virus Unggas. Denpasar: Udayana University Press.
Supartika, I.K.E., I.K. Wirata, dan I.K. Diarmita. 2013. Newcastle Disease pada Ayam
Broiler; Laporan Kasus. Buletin Veteriner. BBVet Denpasar. 25(83): 38-46.
Tabbu, C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya: Penyakit Bakterial, Mikal, dan
Viral. Yogyakarta: Kanisius.
Tarigan, S. 2015. Infeksi Subklinis Avian Influenza H5N1 pada Peternakan Ayam yang
Menerapkan Program Vaksinasi. Wartazoa. 25(2): 75-84.
Tarmudji. 2005. Penyakit Pernafasan pada Ayam, Ditinjau dari Aspek Klinik dan Patologik
Serta Kejadiannya di Indonesia. Wartazoa. 15(2): 72-83.
Zhang, S., X. Wang, C. Zhao, D. Liu, Y. Hu, J. Zhao, dan G. Zhang. 2011. Phylogenetic and
Pathotypical Analysis of Two Virulent Newcastle Disease Viruses Isolated from
Domestic Ducks in China. PLoS ONE. 6(9): e25000. doi:10.1371/journal.pone.0025000
9