RESUME BAB V DAN BAB VI Asesmen Otentik

RESUME MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
ASESMEN YANG MENDIDIK, OTENTIK, DAN BERKELANJUTAN SERTA
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI KURIKULUM 2013
UNTUK MEMENUHI TUGAS BAPAK HUSAMAH, S.Pd

DISUSUN OLEH :
NAMA

: HANI’ FARIDAH

NIM

:201310070311166

PROGRAM STUDI

: PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS

: FKIP


UNIVERSITAS

: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN PELAJARAN

: 2014/2015

BAB 5. ASESMEN YANG MENDIDIK, OTENTIK, DAN BERKELANJUTAN
DI KURIKULUM 2013

Menurut Hart, assessment adalah proses pengumpulan informasi mengenai
siswa, yaitu apa yang mereka ketahui dan dapat lakukan. Sedangkan menurut
Nurhadi, assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.Terdapat banyak cara untuk
mengumpulkan data atau informasi ini yaitu, dengan mengamati siswa saat mereka
belajar, memeriksa apa yang dapat mereka hasilkan, atau mengetes pengetahuan dan
keterampilan mereka. Sedangkan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta
didik, ada empat istilah yang terkait dengan konsep penilaian yang digunakan, antara

lain: pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi.
Tujuan utama penggunaan assessment dalam pembelajaran adalah membantu
guru dan siswa dalam mengambil keputusan professional untuk memperbaiki
pembelajaran.Sunartombs mengemukakan beberapa tujuan dari penilaian adalah
untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan,
diagnosis, dan prediksi.
Jenis-jenis assessment antara lain:
 Asesment Tradisional: menggunakan dua-duanya, baik pertanyaan
jawaban terbuka maupun pertanyaan tertutup tradisional, seperti
pilihan ganda, benar salah, isian, dan memasangkan, pada tes yang


dibakukan.
Asesment Otentik: asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas –
tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Menurut
Hibart, berbagai tipe asesmen otentik adalah: 1) asesmen kinerja, 2)
observasi dan pertanyaan, 3) prestasi dan diskusi, 4) proyek dan




investigasi, 5) portofolio dan jurnal.
Asesment Informal: merupakan asesmen siswa melalui pengamatan
tidak resmi, interviwinformal,dan prosedur-prosedur tidak baku.
Beberapa jenis asesmen informal adalah seperti: 1) Pengamatan, 2)

wawancara, 3) evaluasi diri.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditentukan dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta
kemampuan sumber daya pendukung meliputi warga sekolah, sarana dan prasarana
dalam penyelenggaraan pembelajaran. Menurut Harsiati prosedur penilaian, secara

umum terdiri dari tiga langkah, yaitu: 1) persiapan, 2) pengumpulan data, dan 3)
penilaian. Tujuan utama kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah
kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian pembelajaran sudah
dikuasai siswa atau belum. Agar penilaian dapat memberikan manfaat baik kepada
guru, siswa, orang tua maupun pihak sekolah, maka penilaian hendaknya dilakukan
secara terbuka.
BAB 6. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI KURIKULUM
2013
PAIKEM adalah singkatan dari pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,

dan Menyenangkan. Dis samping metodologi pembelajaran dengan sebutan
“PAIKEM Gembrot” yang artinya Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan,

Gembira,

dan

Berbobot.

Strategi

pembelajaran

yang

diimplementasikan di kelas kita harus mempunyai beberapa karakteristik antara lain:
1) pembelajaran berpusat pada peserta didik, 2) mengembangkan kreativitas peserta
didik, 3) menciptakan suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna, 4)
mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna, 5) belajar

melalui berbuat, yakni peserta didik aktif berbuat, 6) menekankan pada penggalian,
penemuan, dan penciptaan, serta 7) menciptakan pembelajaran dalam situasi nyata
dan konteks sebenarnya yakni melalui pendekatan kontekstual.
Beberapa manfaat dari stategi pembelajaran PAIKEM antara lain:
 Mengantarkan peserta didik ke kedewasaan dalam arti perkembangan yang


optimal.
Keterlibatan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran, juga
dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman peserta didik terhadap konsep



atau topik yang dipelajari.
Menciptakan suasana yang menyenangkan,hubungan yang harmonis antara
peserta didik dengan guru sehingga peserta didik termotivasi dalam belajar.

Menciptakan Pembelajaran yang Mencetak Pembelajar Mandiri, Berpikir Kreatif,
Problem solver, dan Berkemampuan Metakognitif
Pembelajaran mandiri dapat diartikan sebagai mata proses, dimana pelajar

mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesiapan belajar mandiri di antara lain: memiliki kecintaan trhadap
belajar, berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar, memiliki konsep diri sebagai
warga belajar yang efektif dsb.
Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaikan
persoalan, mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap
suatu persoalan atau gagasan lama.
Problem solver merupakan penggabungan dari berpikir kritis dan berpikir
kreatif yaitu suatu proses mental yang membutuhkan keterampilan lebih untuk dapat
memancing suatu pemikiran atau pemahaman baru sebagai solusi memecahkan suatu
masalah. Dengan menjadikan siswa problem solver akan mampu menjadikan suatu
proses pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan terutama lbagi siswanya
karena keterlibatan siswa disini andil yang besar.
Perkembangan konsep metakognisi pada intinya menggali pemikiran orang
tentang berpikir “thinking about thingking”. Konsep dari metakognisi adalah ide dari
perpikir tentang pikiran pada diri sendiri. Metakognitif adalah suatu kata yang
berkaitan dengan apa yang diketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar
dan bagaimana dia mengontrol serta menyesuaikan perilakunya.