MANFAAT AKADEMIS DAN KIAT TEMBUS MENULIS

ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006

MANFAAT AKADEMIS DAN KIAT TEMBUS MENULIS DI
MEDIA MASSA

Jefta Leibo
Dosen Jurusan Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126
PENDAHULUAN
Keinginan seseorang untuk menjadi
penulis di media massa, apakah dia sebagai staf

tenaga pengajar yang selalu menulis, dan
bagaimana kiat dia menulis supaya dimuat di
media massa.

pengajar di perguruan tinggi maupun seorang
budayawan bahkan sebagai pekerja swasta
bahkan kalangan birokrat sekalipun adalah
sangat didambakan. Sesungguhnya untuk
menjadi penulis seperti di media massa misalnya

merupakan sesuatu yang mudah, asalkan ada
kemauan melalui proses belajar yang panjang.
Mengapa ? Sebab siapapun kalau dia baru
mulai menggoreskan kata-kata yang kemudian
menjadi rangkaian kalimat, dan seterusnya
menjadi hasil karya tulis dia dalam wujudnya
yang sederhana sekalipun pasti menghadapi
kendala.
Yang dimaksud disini adalah bahwa hasil
karya tulis itu bagi penulis pemula belum
merupakan karya yang sekali jadi akan tetap
merupakan latihan yang berulang-ulang dan
harus pantang menyerah.

PEMBAHASAN
a. Beberapa Prasyarat
disamping kesungguhan dan
ketekunan dalam latihan menuangkan ide
yang dapat dikonsumsi publik, ada
beberapa prasyarat lain yang harus dipenuhi

oleh seorang penulis pemula. Pertama ia
harus banyak membaca untuk memperluas
wawasan sehingga dapat menyeleksi
masalah apa yang patut ditulis. Disamping
membaca, ia juga harus rajin mendengar
informassi dari pelbagai media yang
menginformasikan masalah-masalah actual
yang perlu dipecahkan. Bukan hanya ini
saja, akan tetapi pernyatan dari para
petinggi tentang suatu masalahpun bias
menggoda kita untuk menulis, sebab
kemungkinan ada pemikiran lain dari kita

PERMASALAHAN

dengan adanya pernyataan itu. Dan yang

Dalam makalah ini yang disajikan

penting lagi adalah masalah bagaimana


manfaat akademis yang diperoleh bagi seorang

pengamatan atas suatu fenomena yang

Jefta Leibo “Manfaat Akademis Dan Kiat Tembus Menulis
Di Media Massa”

85

Jurnal Sosiologi DILEMA

86

sedang terjadi dan bias dikaji lebih dalam

diadakannya diskusi ini dapat membantu

tentang prospek jangka panjangnya dengan


penulis pemula tentang masalah ini. Untuk

adanya masalah tadi. Penulisan dari masalah

sampai pada tahap memulai menulis tentu

yang sudah diseleksi itu sendiri harus

harus disertai dengan pengalaman trial and

memenuhi beberapa syarat yaitu dari segi

eror dan juga secara jeli melihat masalah

logika penulisan harus runtun. Artinya, ada

apa yang akan ditulis. Yang jelas masalah

prolog kemudian ada data pendukung yang


yang akan ditulis adalah yang actual.

mencerminkan masalah itu patut dikaji

Misalnya ketika pemerintah (thn 1997)

dalam tulisan dan kemudian solusi yang

menaikkan harga gabah dan pupuk, maka

ditawarkan (lihat, Slamet Soeseno, 1993 :

banyak penulis dari berbagai disiplin ilmu

101 – 109).

menulis tentang hal ini. Sosiolog yang

Disamping logika penulisan adalah


menggeluti masalah-masalah pembangunan

masalah gaya penulisan yang biasanya

di pedesaan melihat hal ini sebagai tidak

enteng jika dibaca public dan mudah

menguntungkan petani (petani kecil).

difahami atau dengan kata lain bahasanya

Kebijakan ini hanya menguntungkan petani

dalam bentuk ilmiah popular. (lihat, Slamet

berlahan luas. Padahal petani di Jawa

Soeseno 1980 : 3 – 4). Setiap orang tentu


sebagian besar memiliki tanah kurang dari

memiliki gaya bahasa sendiri dan ini tentunya

0,25 hektar.

dilatarbelakangi oleh disiplin ilmu yang

Begitu juga dengan masalah mega

dimilikinya. Hal inni penting untuk

proyek sejuta hektar lahan gambut di

menganalisis masalah yang akan atau

Kalimantan Selatan. Ini bias dilihat dari

sedang ditulisnya. Kalau dia seorang


berbagai disiplin ilmu. Orang Sosiologi

sosiolog maka pasti akan kentara dalam

selalu melihat fenomena ini dari bagaimana

analisisnya, begitu juga dengan disiplin ilmu

mempersiapkan masyarakat untuk

lain.

beradaptasi dengan lahan yang tidak
Memang dalaam kenyataan belum

biasanya digarap transmigran ketika masih

ada “buku pintar” yang membimbing

berada ditanah asalnya. Sedangkan orang


seseorang secara khusus dan praktis untuk

lingkungan menelaahnya dari disiplin

menjadi penulis artikel di media massa.

mereka yaitu misalnya tidak serta merta

Akan tetapi setidaknya seperti yang ditulis

menggunakan pestisida yang berlebihan

oleh Slamet Soeseno (1980 dan 1993) dan

yang berpengaruh terhadap unsure hara

redi Panuju (1993 dan 1994) dan

pada tanah.


Jefta Leibo “Manfaat Akademis Dan Kiat Tembus Menulis
Di Media Massa”

ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
Dengan contoh ini sebenarnya saya

kritik. Karena sebagai insane akademik

ingin mengatakan bahwa dari sudut otoritas

yang sesungguhnya kritik secara transparan

keilmuan, masing-masing individu punya

bukan merupakan hal yang tabu, akan

peluang untuk melontarkan pendapatnya

tetapi bagi yang dikritik menerimanya


tentang berbagai masalah yang ada

sebagai suatu serangan dengan “clurit”

disekitarnya. Otoritas keilmuan kita tidak

(dianggap sebagai konflik). Dan ini yang

hanya berkutat dalam kampus saja akan

seharusnya diterima sebagai introspeksi diri

tetapi perlu dinikmati oleh masyarakat luas,

(mawas diri). Dengan kata lain kalau kita

bahkan merupakan bahan masukan bagi

ingin mengkritik sesuatu, lihatlah siapa dia.

pemerintah. Artinya legitimasi kadar

Tentunya dengan mengetahui latar belakang

intelektual kita tidak hanya pada mahasiswa

budayanya juga dan paling tidak memberi

dalam proses belajar mengajar di kelas

“solusi”. Kasus yang actual barangkali kritik

akan tetapi lebih dari itu adalah masyarakat

Dr.H Amin Rais terhadap masalah tambang

yang melegitimasinya. Disini juga

emas Busang di Kalimantan Timur dan

mengandung makna bagaimana kita

Freeport di Irian Jaya. Disini kalau dilihat

memberi kontribusi pada masyarakat

sebenarnya yang dipermaslahkan persoalan

tentang suatu masalah yang dianggap sangat

kesenjangan social sebgai akibat

mendassar. Kasus kenaikan harga gabah

ketidakadilan dalam pembagian hasil. Akan

dan pupuk misalnya, dengan berbagai

tetapi seperti kita ketahui Dr. H.Amin Rais

tulisan (opini) secara langsung maupun tidak

tidak menyentuh sama sekali program

sudah memberi kredit point tersendiri

pemerintah yang sedang dilakukan seperi

bagaimana kaum intelektual (di kampus)

program IDT, persoalan bantuan bagi

telah membela petani (terutama petani

masyarakat kurang mampu dalam hal ,odal

gurem) katimbang HKTI, walaupun

seperti Kukesra dan Takesra yang

nantinya keputusan terakhir berada pada

substansinya mengatasi kesenjangan social

penguasa yang berwenang.

yang dilakukan oleh pihak BKKBN.

Juga kausus Busang dan Freeport

Masalah inilah yang membuat ia “terpental”

sebenarnya bias ditulis dari berbagai disiplin

dari posisinya sebagai ktua Dewan Pakar

ilmu. Hanya saja gaya penulisannya

ICMI, walaupun dalam pernyataan-

memerlukan teknik yang prima.

pernyataan resminya dimedia massa ia

Maksudnya cara penyajiannya menuntut

menyatakan waktunya untuk ICMI sangat

kita untuk berhati-hati dalam memberi

kurang dengan dedikasi minimnya

Jefta Leibo “Manfaat Akademis Dan Kiat Tembus Menulis
Di Media Massa”

87

Jurnal Sosiologi DILEMA
mengadakan rapat-rapat yang diadakan

mau nyrempet bahaya, pakailah polesan

sesuai dengan posisinya itu. Dalam khasanah

bahasa yang hanya diketahui strata

budaya jawa kritik secara frontal dan

masyarakat tertentu saja.

kurang memperhitungkan tatakrama

88

b. Manfaat Akademis

memang sangat tidak dianjurkan dan tidak

Jadi yang jelas manfaat akademis

disukai (lihat Frans Magnis Suseno, 1985).

dalam hal menulis di media massa adalah :

Dengan meminjam istilah Prof. Dr. Loekman

pertama secara individual semakin

Soetrisno (Alm) masyarakat Jawa tidak

memperkaya wawasan keilmuan kita

senang dengan “Bratayudha culture”, akan

sekaligus membuat kita peka dan kritis

tetapi lebih senang dengan “Ramayana

terhadap berbagai persoalan dalam

culture”. Kemudian kita temui dalam

perubahan sosial yang tengah berlangsung.

kehidupan kita sehari-hari ada ungkapan

Kedua secara kelembagaan (fakultas/

“ngono yo ngono ning ojo ngono” tentu juga

universitas) dimana kita mengabdi semakin

mencerminkan nasihat agar gaya kritik yang

dikenal di masyarakat sebab individu yang

berbasis budaya Jawa memiliki muatan

sering menulis itu sering dijadikan sumber

tatakrama yang santun.

berita oleh media massa dengan cara

Barangkali ada pertanyaan

dimintai pendapatnya tentang masalah-

dikalangan intelektual apakah posisi kita

masalah actual yang sedang terjadi dan

selalu seperti itu ? Artinya posisi dalam hal

menjadi sorotan masyarakat dan itu sesuai

mengkritik kebijakan penguasa selalu

dengan bidangnya. Ketiga dampak

memperhitungkan berbagai hal ? Jawabnya

individual dan kelembagan saling

secara empirik adalah Ya. Mengapa ?

berhubungan erat dimana masyarakat dapat

karena sekali lagi perlu diperhitungkan

mengukur kualitas tenaga pengajar dari

faktor budaya. Selain itu ada beberapa hal

lembaga yang bersangkutan, sehingga

fundamental yang tak boleh dilanggar adalah

sering terjadi mereka yang sering menulis

: jangan menulis sesuatu yang bertentangan

mendapat undangan dari berbagai pihak

dengan Pancasila dan UUD 45. Hal ini

untuk tampil sebagai pembicara dalam

dikalangan penulis artikel di media massa

diskusi atau seminar yang temanya sesuai

lebih populer dengan istilah “tabu area”

dengan otoritas keilmuwan yang dimilikinya.

(pinjam istilah Moegono, SH). Sebagai

Dan ini sekaligus juga merupakan sumber

kaum intelektual rambu-rambu ini harus

berita bagi media massa untuk mengexpose

diketahui dan jangan dilanggar. Toh kalau

individu yang bersangkutan sekaligus

Jefta Leibo “Manfaat Akademis Dan Kiat Tembus Menulis
Di Media Massa”

ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
lembaganya. Jadi dengan demikian ada

merasa demikian. Maksudnya disini adalah

legitimasi dari masyarakat (ilmiah) tentang

media massa yang memuat tulisan dari para

kualitas tenaga pengajar lewat tulisannya di

intelektual itu tidaklah gratisan. Setiap jerih

media massa. Jadi tidak sepenuhnya benar

payah para intelektual itu tidaklah gratisan.

bahwa kualitas perguruan tinggi seakan

Setiap jerih payah para intelektual dihargai

akan bisa diukur dari banyaknya jumlah

dalam bentuk financial oleh media massa

Guru besar yang dihasilkan. Karena ironis

sebab disini ada semacam “simbiose

memang pada lembaga perguruan tinggi

mulualistis”. Maksudnya semakin sering

tertentu di negeri ini terkadang seseorang

suatu Koran meminta pendapat dari para

setelah mendapat predikat Guru Besar itu

intelektual dan berfungsi sebagai sumber

tidak mengeluarkan pandangan dan

berita kaitannya dengan masalah yang sesuai

pendapat ke masyarakat lewat tulisan yang

dengan kepakarannya atau tulisannya

memberi kontribusi bagi masyarakat secara

dimuat, maka dari pihak koran sendiri

luas. Maka jangan heran kalau ada gurauan

dapat meraih segmen pasarnya. Sebab kita

terhadap mereka dengan sebutan “GBHN”

tahu Koran merupakan suatu institusi bisnis.

alias Guru Besar Hanya Nama (hanya

Itulah sebabnya ada kecenderungan Koran

predikatnya saja tanpa ada karya ilmiah

tertentu yang suka memesan tulisan dari para

lanjutan). Situasi ini jangan sampai

intelektual yang menjadi “kesayangan”

berjangkit pada dosen muda yang potensial

pembacanya/pelanggannya kaitannya

tapi tanpa punya karya tulis apa-apa.

dengan ketajaman analisisnya. Sebagai

Dengan demikian tetaplah kalau kita mau

contoh dari tulisan pesanan/langganan

mengikuti sindiran yang dilontarkan oleh

seperti dari Kwik Kian Gie, Kristianto

Prof.DR. Sartono Kartodirdjo bahwa Guru

Wibisono, Mohamad Sobari, Ashadi

Besar yang demikian itu ibarat pohon pisang

Siregar dan Mariane Katopo (Suara

yang sekali berbuah dan ditebang, maka

Pembaruan) Prof.DR. Umar Kayam dan

habislah sudah riwayatnya. Artinya tesis dan

T.Jacob (Kedaulatan Rakyat), Hotman

disertasi serta pidato pengukuhan itu bukan

Siahaan (Surabaya Post), Riswanda

karya yang pertama dan terakhir. Keempat

Himawan (Bernas) dll.

dampak lain adalah lembaganya semakin

Jadi sebenarnya kalau ada suatu

dikenal oleh masyarakat, disamping juga

universitas (PTN atau PTS) yang staf

individu tersebut mendapat income dalam

pengajarnya tak pernah muncul dimedia

rangka “survival” jika yang bersangkutan

massa dalam bentuk tulisan (opini) maupun

Jefta Leibo “Manfaat Akademis Dan Kiat Tembus Menulis
Di Media Massa”

89

Jurnal Sosiologi DILEMA
ada persoalan-persoalan actual yang tidak

penulisan di media massa lebih intens dan

pernah ditanya wartawan, maka bisa

memiliki magnit yang kuat bagi penulis dengan

diajukan suatu hipotesis PTN atau PTS

otoritas keilmuwan yang dimilikinya dan

tersebut berada dalam keadan sakit. Atau

lembaga dimana ia bekerja.

setidaknya mengalami apa yang saya sebut
sebagai “penyakit rematik social”
(mengalami keju-keju dan linu-linu) yang

DAFTAR PUSTAKA

menghambat gerak dan dinamika
pengembangan akademik, sementara PTN
dan PTS yang lain sudah jauh melaju
dengan cepatnya.

CATATAN PENUTUP
Lontaran pikiran singkat ini tentunya
belum memuaskan semua pihak, karena kita
tahu bahwa ada legitimasi masyarakat terhadap
kadar otoritas keilmuan seseorang tidak hanya
melalui penulisan artikel di media massa, tapi
dalam bentuk penulisan di jurnal penelitian
maupun majlah ilmiah bahkan dalam menulis
buku. Namun harus disadari bahwa frekwensi

90

Frans magnis Suseno, 1985, Etika Jawa:
Sebuah Analisa Falsafi Tentang
Kebijakan Hidu Jawa, PT.
Gramedia, Jakarta.
Slamet Soeseno, 1980, Teknik Penulisan
Ilmiah Populer, Penerbit PT.
Gramedia Jakarta.
_____________ , 1993, Teknik Penulisan
Ilmiah Populer : Kiat Menulis
Nonfiksi Untuk Majalah, PT.
Gramedia Jakarta.
Redi Panuju, 1993, Merambah Hutan
Belantara Penulisan Di Media
Massa, PT Gramedia.
_____________ , 1994, Kiat Menulis Di
Media Massa, PT. Gramedia
Jakarta.

Jefta Leibo “Manfaat Akademis Dan Kiat Tembus Menulis
Di Media Massa”