MANAJEMEN PEMBIBITAN DAN PRODUKSI TEH DI

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN PERKEBUNAN KHUSUS
MANAJEMEN PEMBIBITAN DAN PRODUKSI TEH
DI PERUSAHAAN PTP N VI KAYU ARO KERINCI

DI SUSUN OLEH
RANDIKA HERMAWAN

( D0B012019 – 2012 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena bimbingan
dan petunjuk-Nya serta rahmat dan karunia-Nya saya penulis bisa menyelesaikkan laporan
praktikum “Manajemen Perkebuanan Khusus di PT PN VI Kayu Aro Kerinci”.
Perkebunan dalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi tumbuhan tahunan


dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Saat ini perkebunan
merupakan kegiatan yang diminati oleh banyak orang di Indonesia, mengingat tanaman ini
bukan tanaman semusim dan dapat menghasilkan selama bertahun-tahun. Petani Indonesia
yang bergerak di perkebunan biasanya membudiddayakan tanaman karet, sawit, teh dan lain
sebagainya.
Di dalam laporan ini penulis akan membahas tentang Managemen Perkebunan Utama
khususnya untuk Tanaman teh. Maka dengan penulisan laporan ini mudah-mudahan
memberikan pengetahuan bagi pembaca. walaupun ini

laporan praktikum tapi kami

mengaharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi penyempurnaan laporan
selanjutnya yang akan kami buat.

Jambi, Juni 2014

PENULIS


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Managemen Perkebunan Khusus adalah salah satu kuliah yang dikontrak oleh
mahasiswa semester 4 di D3 Agrobisnis. Dalam perkuliahan ini terdapat 3 SKS yang mana
kegitan praktik ke lapangan harus dilakukan. Pengadaan praktikum ini adalah salah satu
syarat bagi mahasiswa untuk mengikuti ujian semester. Praktik lapang atau kunjungan
lapangan merupakan salah satu model pelaksanaan proses belajar mengajar yang kegatannya
tidak terstruktur dan tidak terjadwal yang bersifat melengkapi teori dan menambah wawasan
mahasiswa tentang keadaan atau kondisi aktual lapang.
Praktikim ini dilaksanakan di PT PN VI Kayu Aro Kerinci Jambi, dimana praktikum
ini di ikuti oleh 41 orang. Karena pengadaan kegiatan ini adalah sebagai syarat dari
kurikulum perkuliahan maka kami melakukan praktikum langsung ke Kerinci.
Perkebunan Teh Kayu Aro dirintis antara tahun 1925 hingga 1928 oleh perusahaan
Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA). Selain dikenal
sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia, perkebunan denganb seluas 3.400 hektar
merupakan perkebunan teh dalam satu hamparan terluas di dunia.
Selain itu, dengan ketinggian 1.400-1.600 meter dpl Kebun Teh Kayu Aro merupakan
perkebunan teh tertinggi ke dua di dunia setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung

Himalaya (4.000 m dpl).
Pengawasan kualitas yang tinggi, mulai dari perawatan dan pemeliharaan tanaman,
pemetikan pucuk teh, pengolahan di pabrik, hingga pengemasan hingga pengiriman, the
produksi PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) ini menyandang nama harum sebagai teh
dengan kualitas terbaik di dunia.

Aromanya yang khas serta kualitas prima, sebagian besar teh produksi PTPN VI ini
diekspor ke manca negara, salah satunya Negara Belanda. Menurut sejarah, sejak turun
menurun Ratu Belanda (Ratu Beatrix) sangat menyukai Teh Kayu Aro ini.
Pada tahun 1998 perkebunan dan pengolahan teh Kayu Aro telah dikembangkan sebagai
tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara yang
merupakan satu kawasan dari jajaran TNKS .
Sampai dengan tahun 2011 – 2012

hasil Produksi teh kebun kayu aro mencapai

6.087.940 Kg teh kering pada tahun 2011, dan saat ini mengingat tanaman teh yang telah tua
tengah dilakukan replating ( Peremajaan) total nilai Produksi mengalami penururan , dan
tahun 2011 total nilai produksi mencapai 5.703.625 Kg teh kering


jenis orthodox

dipasarkan di Negara Eropa Barat dan Eropa Timur, Negara Rusia dan Negara –negara
pecahan Rusia serta Negara Timur Tengah. Sebagian besar tanaman teh yang ada di kebun
kayu aro rata rata telah berusia cukup tua dan secara bertahap mulai tahun 2011 hingga tahun
2015 dilakukan peremajaan (Replating) dengan melakukan penanaman baru disetiap
afedeling dilingkungan PTP.Nusantara 6 Kebun Kayu Aro. Selama 5 tahun telah
diprogramkan untuk melakukan Replating seluas 1.707,66 Hektar.
Usaha perkebunan Teh yang dikelola oleh PTP.Nusantara 6 unit usaha Kayu Aro secara
Nasional telah memnyumbang Devisa bagi Negara, akan tetapi dilain pihak pihak
perusahaan PTP.N6 juga telah memberikan konstribusi berupa dana segar kepa dan da
Pemerintah Propinsi Jambi dan Pemerintah ait,PKB dan asuransi,Pajak pertambahan nilai
(PPN) dan PPH badan sesuai dengan keuntungn Perusahaan.
PTP.Nusantara 6 Kebun Kayu Aro telah membangun fasilitas rekreasi bernuansa alami
“Aroma Peo “ditengah tengah lokasi perkebunan teh dengan melengkapi sarana prasarana
wisata alam, dan dari kawasan wisata ini pengunjung dapat menyaksikan indahnya panorama
alam Gunung Kerinci (3.805.mdpl ) yang menjulang tinggi dengan awan awan putih yang

berarak rapi, jika cuaca baik pengunjung dapat menyaksikan Gunung Kerinci secara utuh
pada pukul 9.00 pagi hingga siang hari,akan tetapi jika cuaca mendung dan hujan Gunung

Kerinci ditutupi awan.

Gunung Kerinci merupakan salah satu Gunung tertinggi di

Pulau Sumatera yang belum pernah marah, sejak zaman Sejarah hingga saat ini Gunung
Kerinci masih terlihat bersahabat dengan lingkungannya, sayangnya beberapa oknum
perambah hutan dan oknum petani dengan nekat merambah kaki gunung hingga beberapa
meter ke arah pinggang Gunung Kerinci. Karena pentingnya melakukan manajemen dalam
perkebunan teh maka penulis memilih judul laporan praktikum ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pengadaan praktek lapang ini adalah sebagai berikut:
1. menambah pemahaman mahasiswa tentang tanaman teh
2. menambah wawasan mahasiswa tentang budidaya yang baik dan benar tentang manajemen
perkebunan khusus terutama tanaman teh
3. mahasiswa diharapkan mendapat pengetahuan tentang tanaman teh

1.3 Kegunaan
Adapun kegunaan dari kegiatan praktikum lapang ini adalah sebagai berikut :
1. mahasiswa dapat melihat secara langsung hasil budidaya tanaman teh yang sudah di
manajemen.

2. mahasiswa bisa menyelesaikan tugas kuliah yang menjadi syarat perkuliahan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684 berupa biji teh dari Jepang
yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer dan ditanam sebagai tanaman hias

di Jakarta (Jawa). Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta –
Jawa Barat) dan di Raung (Banyuwangi – Jawa Timur) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus
Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan the
di Jawa. Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1885. Teh jenis
Assam mulai masuk ke Indonesia dari Srilangka pada tahun 1877 dan ditanam oleh R.E.
Kerkkhoven di Kebun Gambung Jawa Barat. Sejak saat itu secara berangsur-angsur teh
Assam menggantikan teh China di Indonesia serta berkembang semakin luas (PT. Perkebunan
Nusantara VIII, 2008).
Perkebunan teh mulai dibangun pada tahun 1910 didaerah Simalungun, Sumatera
Utara. Saat ini sebagian besar dari perkebunan teh tersebut dikelola PTPN dan telah memiliki
”Brand” yang menjadi acuan para pembeli, seperti Bah Butong di Sumatera Utara, Kayu Aro
di Jambi, Gunung Dempo di Sumatera Selatan, Pengalengan, Malabar dan Goalparadi Jawa

Barat, Kaligua dan Semugih di Jawa Tengah, Santoon dan Kertowono di Jawa Timur.
Kebun Kayu Aro merupakan kebun teh dalam satu hamparan yang terluas di dunia, dengan
luas 3.400 ha. Kebun teh yang terletak di kaki Gunung Kerinci (3.805 m diatas permukaan
laut), merupakan kebun teh tertinggi ke dua di dunia setelah Kebun Teh Darjeeling di kaki
Gunung Himalaya, India., yang memiliki luas sekitar 500 ha pada ketinggian 4.000 m diatas
permukaan laut (PT. Perkebunan Nusantara VIII, 2008).

Klasifikasi teh menurut Graham (1984); Steenis (1987); dan Tjitrosoepomo (1989),
genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies teh yaitu sinensis, assamica,
irrawadiensis. Sejak tahun 1958 semua teh dikenal sebagai suatu spesies tunggal Camellia
sinensis dengan beberapa varietas khusus, yaitu sinensis, assamica dan irrawadiensis.
Tanaman teh Camellia sinensis O.K.Var.assamica (Mast) dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

Divisi

: Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub divisi


: Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)

Kelas

: Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)

Sub kelas

: Dialypetalae

Ordo (bangsa)

: Guttiferales (Clusiales)

Familia (suku)

: Camelliaceae (Tehaceae)

Genus (marga)


: Camellia

Spesies (jenis)

: Camellia sinensis

Varietas

: Assamica

Teh banyak dikembangkan di Negara-negara tropis dan subtropis. Perkebunan teh di
Indonesia sebagian besar berlokasi di Jawa Barat dengan 72% dari total areal perkebunan teh
di Indonesia. Dengan demikian Jawa Barat juga mendominasi produksi teh dengan pangsa
pasar 66% pada tahun 2001, disusul Sumatera Utara dengan pangsa pasar 13%, Jawa Tengah
sebesar 10%, Jawa Timur sebesar 4%. Saat ini perkebunan teh PTPN telah berkembang
menjadi 44 kebun dengan luas areal 48.815 ha atau 30,99% total area Indonesia,
menghasilkan 82.500 ton atau setara 54,73% total produksi teh Indonesia. Produksi teh PTPN
sebagian besar adalah teh hitam (Orthodox dan CTC). Produksi teh PTPN sebagian besar
dipasarkan untuk tujuan ekspor ke berbagai belahan dunia. Pembeli teh PTPN yang saat ini
masih aktif di Jakarta Tea Auction antara lain : Unilever, Van Rees, Les Rayner, Suruchi,

Sariwangi, Pada Kersa, Jakarta Tea Trader, Sinar Maluku dan Yousuf Akbani (PT.
Perkebunan Nusantara VIII, 2008).

SYARAT TUMBUH TANAMAN TEH
Iklim untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000
mm/tahun, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan.
Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh adalah 1325o C.Kelembaban kurang dari 70%. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat

mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu
mencapai 30o C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat.
Pada ketinggian 400 – 800 m kebun-kebun teh memerlukan pohon pelindung tetap atau
sementara. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah.
Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor
iklim lain yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat
menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh
pada penyebaran hama dan penyakit.
Untuk media tanamnya jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andasol, Regosol, dan
Latosol.
Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik (Ultisol), Gley Humik,
Litosol, dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah,

berlempung sampai berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah (pH) berkisar antara 4,5
sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi tiga
daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m dpl, da-taran sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran
tinggi lebih dari 1.200 m dpl.
Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
Ketinggian tempat tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m
dpl sampai ketinggian lebih dari 1000 m dpl.

BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktik lapang ini kami lakukan langsung ke lapangan. Adapun tempat dan
waktu pelaksanaan praktik lapang ini ini adalah:
 Tempat pelaksanaan
Praktik lapang ini kami lakukan di PT PN VI Kayu Aro Kerinci
 Waktu pelaksanaan
kami melaksanakan praktik lapang ini pada :
hari

: Sabtu

tanggal : 21 Juni 2014

3.2 Objek dan Materi
Sesuai dengan pembahasan dimata kuliah Manajemen Tanaman Perkebunan Khusus,
maka pada kesempatan ini mahasiswa / mahasiswi

akan

mengetahui bagaimana cara

memanajemen Tanaman Perkebuna khusus. Komoditi yang di jadikan objek praktek lapang
ini adalah tanaman perkebunan karet. Materi yang menjadi fokus praktek lapang yakni :
1). Manajemen perbanyakan tanaman untuk lahan yang luas
2). Cara pembibitan tanaman teh
3). Manajemen persiapan media tanam
4). Manajemen pengolahan tanaman teh menjadi bubuk teh

3.3 Metode Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan praktikum ini peserta praktikum dibawa ke pabrik, pembibitan
serta pemetikan tanaman teh yang dipandu oleh mandor yang bertugas pada tiap bagian.

Dalam praktek kali ini peserta melihat secara langsung kegiatan pengolahan teh di pabrik,
pembibitan serta pemetikan .
Peserta praktikum mendengarkan penjelasan dari Narasumber . Beliau menjelaskan
tentang pengadaan bibit yang baik dan benar demi mendapatkan produksi yang optimal.
Setelah beliau selesai menyampaikan materi maka diberikan kesempatan kepada peserta
untuk mengajukan pertanyaan. Semua pertanyan yang di ajukan oleh peserta ditanggapi
langsung oleh narasumber.

3.4 Jumlah Peserta
Jumlah peserta dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebanyak 41 orang.

BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Ringkas Perusahaan
Kebun Kayu aro dibuka pada tahun 1925 sampai dengan 1928 oleh Perusahaan
Belanda yaitu NV.HVA (Hamlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam ). Penanaman
pertama dimulai pada tahun 1929 dan pabrik teh didirikan pada tahun 1932. Sejak mulai di
buka, teh yang dihasilkan adalah jenis Teh Hitam (Ortodox). Pada tahun 1959, melalui PP
No.19 Tahun 1959 tentang penentuan perusahaan pertanian/perkebunan milik Belanda yang
dikenakan Nasionalisme di ambil alih Pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu berturutturut Kebun Kayu Aro mengalami perubahan Status/Organisasi dan manajemen sesuai
dengan yang berlaku .
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 11/1996 tanggal 14 Februari 1996 dan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Menteri Keuangan RI No 165/KMK.016/1996, tanggal 11

Maret 1996, seluruh PTP yang ada di Indonesia diadakan konsolidasi Ex. PTP.VII dan PTP
lainnya yang ada di Sumbar maupun Jambi menjadi PTP.Nusantara VI (Persero). Maka
terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996, kebun Kayu Aro merupakan menjadi salah satu unit
kebun dari PTP.Nusantara VI (Persero) yang berkantor pusat di JL.Khabib Sulaiman No.54
PO.BOX 349 Padang dan jalan Zainir Haviz No.1 Kota Baru Jambi.
4.2 Letak/Tempat Perusahaan
Kebun kayu aro terletak di Desa Bedeng VIII Kecamatan Kayu Aro Kabupaten
Kerinci Provinsi Jambi , dengan jarak :
-

Dari ibu kota Kabupaten (Sungai Penuh) ± 37 km

-

Dari ibu kota provinsi Jambi ±452 km

-

Dari pelabuhan terdekat, Teluk Bayur Padang : via Pesisir Selatan ±325 km, via
muara labuh ± 237 km.

4.3 Data Geografis
a. evelasi /Tinggi dari permukaan laut
- posisi/letak kebun

: 1146,9781 LS s/d 101116,8561 BT

- Elevasi Pabrik

: 1.430 M

- Elevasi kebun terendah

: 1.401 m

- Elevasi Kebun Tertinggi

: 1.715 m

b. iklim/cuaca
- curah hujan setahun rata-rata : 2.000 m
- hari hujan setahun rata-rata

: 200 hari

- sinar matahari setahun rata-rata : 6 jam/hari
- suhu udara antara 171 - 231 C suhu minimum 51 C
- kelembaban Nisbi/RH antara 70-95%
c. jenis tanah dominan : jenis andosol

4.4 Areal Hak Guna Usaha (HGU)
Sertifikat HGU no.2 tanggal 08 Mei 2002
a. luas lahan yang ditanami :- tanaman yang menghasilkan (RKAP 2006) : 2.592,69 ha
- tanaman belum menghasilkan 2006
- rencana tanaman ulang tahun 2006

P: 32,00 ha
- ha

- jumlah areal teh

: 2.624,69 ha

b. luas lahan belum/tidak ditanami : - emplasment/bangunan

: 105,77 ha

- jurang/kuburan/hutan

: 227,21 ha

- jalan/jembatan

: 56,93

Jumlah

: 389,91 ha

BAB V
MANAJEMEN BUDIDAYA TEH DAN PENGOLAHAN

5.1 Perencanaa Pembibitan ( Planing )
5.1.1 Persiapan Lahan
Dalam pembibitan hal pertama yang dilakukan adalah persiapan lahan. Metode yang
dilakukan untuk persiapan lahan oleh PTP N VI adalah menggunakan tanah merah dan tanah
hitam. Tujuan digunakannya tanah merah adalah untuk mengurangi gulma yang ada di dalam
polybag. Tanah merah ditanam paling atas dan tanah hitamnya diletakkan dibawah dengan
perbandingan 20% tanah merah dan 80% tanah hitam. Kemudian pembentukan sungkup
pelindung tanaman untuk melindungi tanaman dari hama dan gangguan lainnya seperti
angin,tangan manusia dan lain-lain.
5.1.2 Persiapan Batang Stek
Batang stek diambil dari umur tanaman yang sudah berumur 10-15 tahun. Batang stek
diambil yang sudah tua kemudian dipotong dengan ukuran 2 jari dari ketiak daun. Kemudian

daun teh dibuang dan disisakan satu helai daun yang kemudian dipotong setengah dari tiap
helai daun dengan tujuan mengurangi penguapan air yang nantinya diserap tanaman. Setelah
batang stek dipotong kemudian direndam dengan air yang telah dicampur dengan Antoni anti
hama dan betan dengan takaran 2 tutup botol. Kemudian direndam selama 30 menit sebelum
ditanam. Batang stek yang digunakan adalah jenis varietas Gambang 7 yang berasal dari Jawa
Barat yang telah ditanam disekitar perusahaan Kayu Aro Kerinci.

5.1.3 Perencanaan Jumlah Pembibitan
Jumlah pembibitan ditentukan oleh permintaan dari perusahaan akan kebutuhan bibit
yang telah diremajakan dikebun. Penanaman pembibitan dilakukan setelah proses pengolahan
lahan selesai ditanam. Biasanya rata-rata permintaan bibit yang siap ditanam setiap
minggunya mencapai 500-1000 bibit. Jumlah bibit yang ditanam pada bulan ini rata-rata
mencapai 7000 bibit. Dengan jumlah 1 katon mencapai 400 bibit dengan target presentase
kehidupan ytang distandarkan perusahaan adalah 80%. Pembibitan di Kayu Aro terbilang
sukses karena presentase kehidupannya mencapai diatas 90%.

5.2 Pengorganisasian ( Organizing )
Dalam pembibitan di Kayu Aro pekerjaan dilakukan oleh 20 orang Karyawan yang
dipimpin oleh 1 orang Mandor besar. Untuk pekerjaan pemotongan stek dilakukan oleh ibuibu yang diambil dari desa Kayu Aro dan bukan merupakan karyawan atau yang biasa disebut
dengan BHL (Buruh Harian Lepas). Kemudian penanaman dilakukan oleh beberapa pekerja
karyawan dan ibu-ibu dari BHL. Untuk pemeliharaan dilakukan oleh Karywan tetap dan
dibantu oleh beberapa pekerja BHL. Selanjutnya kegiatan pembibitan ini dilaporkan kepada
asisten lapangan yang nantinya akan dilaporkan ke Manager kebun untuk mengetahui tingkat
keberhasilan usaha pembibitan

5.3 Pelaksanaan ( Actuacting )
Pelaksanaan pembibitan dilakukan setelah perencanaan dilakukan. Tahapannya yang
pertama dilakukan adalah menanam batang yang telah distek. Setelah dilakukan penanaman
kemudian disusun kedalam sungkup pelindung bibit teh dengan rata-rata satu sungkup diisi
dengan 400 bibit teh. Sebelum ditutup oleh sungkup bibit teh disiram dahulu dengan
campuran pupuk agar bibit teh dapat nutrisi dengan baik. penyiraman dilakukan selama
1 X 60 hari. Pembibitan yang siap ditanam adalah bibit yang telah berusia 8-9 bulan. Setelah
bibit berumur 9 bulan maka bisa dilakukan pemindahan, pemindahan dilakukan dengan cara
menyusun polybag di box kayu untuk dipindahkan kelahan. 1 box kayu terdiri dari 40 bibit
teh. Penyusunan dilakukan dibox kayu dengan tujuan agar benih bibit bisa ditumpuk dan
tidak gampang patah oleh angin dan tangan manusia.

Gambar Pembibitan yang dilakukan di Kebun Kayu Aro

5.4 Pengawasan ( Controling )
Pemeliharaan di pembibitan Kayu Aro meliputi pembersihan gulma disekitar
sungkup. Setelah umur tanaman mencapai 4 bulan kemudian bibit dipindahkan ke areal yang
langsung terkena matahari. Pemindahan ini sekaligus penyeleksian dan pemotongan untuk

pembentukan cabang baru dikarenakan bibit teh ini harus meiliki jumlah daun yang banyak.
Inilah kriteria kelas yang diterapkan oleh Kayu Aro.
Kelas A = 20 Cm dengan > 6 helai daun
Kelas B = 10 – 19 cm dengan helai daun berjumlah 3-6 helai
Kelas C = < 5 cm dan jumlah daun < 3 helai yang artinya tanaman ini harus dibuang atau
mengalami kegagalan.
Pemeliharaan ini juga mencakup tentang pemeliharaan dari hama – hama

yang sering

mengganggu pembibitan teh seperti ulat, karat daun dan lain-lain. Langkah untuk
penanggulangannya adalah dengan pestisida.

5.5 Budidaya Teh Setelah Pembibitan
5.5.1 PERSIAPAN LAHAN
Persiapan lahan dimulai dengan pembongkaran tunggul-tunggul dan pohon sampai ke
akar agar tidak menjadi sumber penyakit akar. Lahan yang digunakan untuk penanaman
baru dapat berupa hutan belantara, semak belukar atau lahan pertanian lain, yang telah diubah
dan dipersiapkan bagi tanaman teh. Secara umum urutan kerja persiapan lahan bagi
penanaman baru adalah sebagai berikut.
1.

Survey dan pemetaan tanah

Survey dan pemetaan tanah perlu dilakukan karena berguna dalam me-nentukan sarana dan
prasarana yang akan dibangun seperti jalan-jalan kebun untuk transportasi dan kontrol,
pembuatan fasilitas air, serta pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan.
2.

Pembongkaran pohon dan tunggul

Pelaksanaan Pembongkaran pohon dan tunggul dapat dilakukan dengan tiga cara berikut.

a.

Pohon dan tunggul dibongkar langsung secara tuntas sampai keakar-akarnya, agar tidak

menjadi sumber penyakit akar bagi tanaman teh.
b.

Pohon dapat dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar dengan cara pengulitan

pohon (ring barking), mulai dari batas permukaan tanah sampai setinggi 1m. setelah 6-12
bulan, pohon akan kering dan mati.
c.

Pohon dimatikan dengan penggunaan racun kimia atau aborosida seperti Natrium

arsenat atau Garlon 480 P.Pada cara ini kulit batang dikupas berkeliling selebar 10-20cm,
pada ketinggian 50-60 cm dari atas tanah, kemudian diberikan racun dengan dosis 1,5 g/cm
lingkaran batang. Pohon akan mati setelah 6-12 bulan, yaitu setelah cadangan pati dalam akar
habis. Batang ditebang pada batang leher akar dan tunggul ditimbun sedalam 10 cm dengan
tanah.
3.

Pembersihan semak belukar dan gulma
Setelah dilaksanakan pembongkaran dan pembuangan pohon, semak belukar dibabat,

kemudian digulung kemudian dibuang ke jurang yang tidak ditanami teh, atau ditumpuk di
pinggir lahan yang akan ditanami. Sampah tersebut tidak boleh dibakar karena pembakaran
akan merusak keadaan teh, membunuh mikroorganisme tanah yang berguna, dan akan
membakar humus tanah, sehingga akan menyebabkan tanah menjadi tandus. Pembersihan
gulma dapat juga menggunakan bahan kimia yaitu herbisida dengan dosis yang telah
tercantum dalam merk dagang.
4.

Pengolahan tanah
Maksud pengolahan tanah adalah mengusahakan tanah menjadi subur, gembur dan

bersih dari sisa-sisa akar dan tunggul, serta mematikan gulma yang masih tumbuh. Areal
yang akan ditanami dicangkul sebanyak dua kali. Pencangkulan pertama dilakukan sedalam
60 cm untuk menggemburkan tanah, membersihkan sisa-sisa akar dan gulma. Sedangkan

pencangkulan kedua dilakukan setelah 2-3 minggu pencangkulan pertama, dilakukan sedalam
40 cm untuk maratakan lahan.
5.

Pembuatan jalan dan saluran drainase
Setelah pengolahan selesai selanjutnya dilakukan pengukuran dan pematokkan.

Ajir/patok dipasang setiap jarak 20 m, baik kearah panjang maupun kearah lebar. Dengan
demikian akan terbentuk petakan-petakan yang berukuran 20m x 20m atau seluas 400 m2.
Selesai membuat petakan selanjutnya pembuatan jalan kebun. Dalam pembuatan jalan
kebun ini hendaknya dipertimbangkan faktor kemiringan lahan serta faktor pekerjaan
pemeliharaan dan pengangkutan pucuk. Dengan demikian jalan kebun dibuat secukupnya,
tidak terlalu banyak yang menyebabkan tanah terbuang dan tidak terlalu sedikit sehingga
menyulitkan pelaksanaan pekerjaan di kebun.

5.5.2 Pemanenan atau Pemetikan
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat
pengolahan. pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar
mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang pendeknya periode pemetikan
ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan
kesehatan tanaman. Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang
dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali. Disamping faktor luar dan
dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada
perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan.
Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih
tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas akan
mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik,
pengaturan areal petikan, pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.

Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan rumusrumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk,

dalam rumus petikan tertulis dengan huruf p.
2.

Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam

rumus petik tertulis dengan huruf b.
3.

Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik

ini segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil
berbentuk lonjong, licin, tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli
diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel licin.
Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang bergerigi atau
normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan huruf k.
4.

Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel,

berbentuk dan berukuran normal serta sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan
angka 1,2,3,4 dan seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk
tersebut.
5.

Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan

dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
6.

Daun tua adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan

berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).
7.

Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan

yang telah ditentukan.
Macam dan rumus petikan adalah sebagai berikut:
1.

Petikan imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p + 0).

2.

Petikan pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya (p +

1m).
3.

Petikan halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar atau dua lembar daun burung

dengan satu lembar daun muda (p + 1m, b + 1m).
4.

Petikan medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun muda

dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p + 3m, b + 1m, b
+ 2m, b + 3m).
5.

Petikan kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung

dengan satu, dua, tiga lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).
6.

Petikan kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b + n/k).

Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daun pangkas terdiri dari:

Pemetikan yang di Lakukan oleh PTP N VI Kayu Aro.
1.

Pemetikan jendangan
Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah

tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan
lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang
tinggi.
2.

Pemetikan produksi
Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis

petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan
menjelang tanaman dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua pucuk yang
memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan.
Di kebun PT PN VI menggunakan 2 teknik pemetikan yaitu dengan cara manual dan
menggunakan mesin pemetik. Untuk pemetikan ini selalu berbeda-beda disetiap Afdeling.
Untuk afdeling 1 pemetikan dilakukan secara manual dengan cara pemetikan menggunakan
tangan dikarenakan umur tanaman yang sudah tua dan kebun teh yang sudah jarang-jarang.
Untuk afdeling 4 kebun teh ini masih sangat banyak dan sangat produktif, untuk

mempercepat proses pemetikan PTPN VI Kayu Aro menggunakan mesin pemetik teh untuk
mengambil petikan yang ada ditengah, sedangkan untuk yang dipinggir yang tidak bisa
diambil dengan mesin maka pemetikan dilakukan dengan cara pemangkasan menggunakan
gunting pangkas yang telah didesain sekali petik langsung bisa masuk kedalam kantung
pemetikan. Setelah pemetikan menggunakan mesin teh,teh kemudian dipisahkan dari gulma,
ulat,bahan-bahan yang tidak dikenal dan daun teh tua. Pemisahan ini dilakukan secara manual
oleh tenaga manusia

Gambar Pemetikan menggunakan mesin.

Gambar Pemetikan menggunakan gunting pangkas

5.6 Produksi Pengolahan Teh
Pengolahan teh yang dilakukan di PTPN VI Kayu Aro ada 2 macam yaitu C.T.C dan
Ortodox. Namun pada kesempatan praktikum yang dilakukan pada tanggal 21 Juni 2014 di
PTPN VI Kayu Aro hanya bisa menunjukan pembuatan teh pada tahap Ortodox. Dalam
pengamatan teh ortodox ini mahasiswa tidak diperkenankan mengambil gambar dengan
alasan kebersihan dan persaingan. Tahapan-tahapan produksi yang dilakukan di PTPN VI
Kayu Aro adalah sebagai berikut:
1. Setelah panen dilakukan sampai jam 11 pagi kemudian teh dilakukan pengangkutan
menggunakan truk.
2. Setelah ditumpuk kemudian daun teh dimasukkan kedalam tong penampungan yang
berjalan dengan kemampuan isi tong berisi 25 kg.
3. Tahap selanjutnya adalah membawa teh menggunakan kloter berjalan ke Kloter WT
untuk dilakukan pelayuan selam 24 jam dengan cara pengipasan. Untuk 1 meja pelayuan
berisikan 1 ton daun teh segar.
4. Tahapan selanjutnya adalah masuk keturunan lunak untuk dilakukan pelayuan dan
penumbukan daun teh. Untuk 1 tabung UTR berisikan 375 kg daun teh untuk ditumbuk
selama 45 menit. Untuk mesin UTR yang ada di PTP N VI Kayu Aro berjumlah 3 buah
UTR.
5. Masukkan teh yang telah ditumbuk kedalam mesin Compayer untuk dilaukan pengayakan
untuk mendapatkan bubuk tingkat 1-4. Nama mesin yang digunakan untuk ayakan adalah
D.I.B.N.
6. Dilakukan penggilingan ayakan kasar menggunakan Rotervary
7. Dilakukan fermentasi daun selama 30-60 menit
8. Kemudian dilakukan pengeringan dimesin inlet dengan suhu 80 0 C dan Outlet 1200 C
selama 20 menit dengan kapasitas pengeringan 250 kg/jam dengan menggunakan 3 mesin

9. Masukkan pengeringan kedalam mesin Dalton untuk penampungan yang telah disortasi
untuk mendapatkan D.O.M I,II,III,dan IV D.A.S I,II,III,dan IV.
10. Masukkan kedalam 4 mesin moris untuk memisahkan antara debu dengan teh
menggunakan kipas penghisap dengan kapasitas 7 ton/hari.
11. Masukkan kedalam mesin siliran untuk mendapatkan kualitas teh tingkat 1-4
12. Tahap terakhir adalah memasukkan teh kedalam tabung Hydrofinish
13. Kemudian pengemasan menggunakan wadah alumunium kertas berisikan 25 kg bubuk
teh.

BAB VI
PENUTUP
1.

Iklim untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000
mm/tahun, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan.
Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh adalah 1325o C.Kelembaban kurang dari 70%, dengan Derajat kesamaan tanah (pH) berkisar antara
4,5 sampai 6,0,

2.

Didalam Budidaya teh ada beberapa langkah yang harus diperhatikan sebagai berikut:
Persiapan Lahan, Pembibitan, Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemetikan,

3.

Survey dan pemetaan tanah perlu dilakukan karena berguna dalam me-nentukan
sarana dan prasarana yang akan dibangun seperti jalan-jalan kebun untuk transportasi
dan kontrol, pembuatan fasilitas air, serta pembuatan peta kebun dan peta kemampuan
lahan,

4.

Tanaman teh dapat diperbanyak secara generative maupun secara vegetative. Pada
perbanyakan secara generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan
secara vegetative digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon,

5.

Dalam pemetikan di PTPN VI Kayu Aro menggunakan sistem manual dan mekanik.

6.

Pemetikan bisa dilakukan kembali setelah jenjang pemetikan 12 hari dengan teknik
petik 1 peko dan 3 daun muda atau 1 daun burung dan 2 daun muda.

7.

Didalam budidaya teh, tanaman harus bersih dari gulma dan dilakukan pemangkasan
agar tanaman tidak terserang penyakit.

8.

Untuk produksi teh diperlukan tahapan-tahapan yang panjang untuk mendapatkan
hasil teh yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Teh Pembudidayaan dan Pengolahan, 1996

Rahayu, P. S, 2009 Pedoman teknis Praktek Budidaya Teh Yang Baik (Good agriculture
Practices/GAP For Tea), Ditjen Perkebunan, tahun MM/ yayuk_edi@yahoo.com

Jurnal Selayang Pandang Kebun Kayo Aro Bulan Desember 2006 dan 2007

Shukendar, 2011, teknik budidaya tanaman teh. http://shukendar.blogspot.com /…/teknikbudidaya-tanaman-teh

LAMPIRAN