PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING PA

PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN
PENJASORKES TERHADAP KREATIVITAS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Plosoklaten Kabupaten Kediri)
Hasan Saifuddin, S.Pd. dan Bayu Budi Prakoso, S.Pd.
[email protected], [email protected]
Mahasiswa S2 Pendidikan Olahraga, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK
Tujuan: mengetahui pengaruh implementasi model Project Based Learning (PjBL)
pada pembelajaran Penjasorkes terhadap kreativitas siswa.
Jenis dan desain penelitian: termasuk dalam jenis weak experimental menggunakan
the one-group pretest-posttest design.
Subjek: 38 siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Plosoklaten kabupaten Kediri terdiri
atas 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, usia antara 13-15 tahun.
Metode: kreativitas siswa diukur dengan angket kreativitas. Angket diadopsi dari
Juliantine (2010) yang menjelaskan bahwa kreativitas disusun dari dua sub-variabel
yaitu: kognitif dan afektif. Sub-variabel kognitif terdiri atas lima komponen yaitu:
fluiditas, fleksibilitas, orisinilitas, elaborasi, dan evaluasi. Sedangkan sub-variabel
afektif terdiri atas lima komponen yaitu: rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang oleh
kemajemukan, berani mengambil resiko, dan menghargai. Tahapan analisis data
dimulai dari deskripsi data, uji normalitas menggunakan kolmogorov-smirnov, dan uji

beda rata-rata menggunakan uji-t dependent. Taraf signifikansi yang digunakan
sebesar 0,05.
Hasil: Dengan membandingkan hasil pretest dan posttest tingkat kreativitas siswa
maka dapat dijelaskan bahwa tingkat kreativitas siswa tiap komponen mengalami
peningkatan setelah mendapatkan treatment berupa model PjBL yaitu: (1) fluiditas:
2,76%; (2) fleksibilitas: 2,66%; (3) orisinilitas: 2,70%; (4) elaborasi: 3,22%; (5)
evaluasi: 3,11%; (6) rasa ingin tahu: 12,81%; (7) imajinatif: 3,60%; (8) tertantang oleh
kemajemukan: 2,93%; (9) berani mengambil resiko: 8,48%; dan (10) menghargai:
3,62%. Lima komponen pertama (1-5) menyusun sub-variabel kognitif meningkat
sebesar 2,89%. Sedangkan lima terakhir (6-10) menyusun sub-variabel afektif
meningkat sebesar 4,97%. Dari hasil analisis tersebut didapat peningkatan kreativitas
siswa sebesar 3,75%. Rerata nilai kreativitas siswa pada saat pretest sebesar 181,21
dan posttest sebesar 188,00, diuji menggunakan uji-t dependent menghasilkan p
value>alpha (0,059 > 0,05).
Simpulan: tidak ada pengaruh model PjBL pada pembelajaran Penjasorkes terhadap
kreativitas siswa. Akan tetapi pemberian treatment berupa model PjBL dapat
meningkatkan kreativitas siswa terutama pada komponen keingintahuan siswa.
Kata kunci: model PjBL, Penjasorkes, dan kreativitas siswa

PENDAHULUAN

Banyak penafsiran pengertian kreativitas dalam psikologi tergantung dari mana mengambil
makna kreatif itu sendiri. Menurut Beetlestone, (2012, hlm.132) kreativitas merupakan bentuk
mengekspresikan gagasan-gagasan batin, perasaan dan emosi yang dituangkan anak-anak dalam bermain.
Dengan berbagai macam bentuk permainan memberikan ruang lingkup kepada anak untuk
mengembangkan keterampilan dan pemahaman. Menurut Supriadi (2001) dalam Mariyana (2008, hlm.
4) bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Menurut
Davis, (2012, hlm. 259) kreativitas merupakan pemikiran yang unik sebagai kemampuan untuk
menciptakan. Menurut Hurlock (1978, hlm. 2-3) dijelaskan bahwa kreativitas dipandang sebagai kreasi
sesuatu yang baru dan orisinil secara kebetulan, proses mental yang unik, tetapi kreatif juga mencakup
jenis pemikiran spesifik, yang disebut Guilford “pemikiran berbeda” (divergent thinking). Menurut
Rachmawati dan Kurniati (2010, hlm. 13) Kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang
melahirkan gagasan, proses, metode, atau produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis,
fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang
untuk pemecahan masalah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas
memberikan siswa kesenangan dan kepuasan diri yang sangat besar penghargaan yang mempunyai
pengaruh, sebagai contoh tidak ada yang dapat memberi anak rasa puas yang lebih besar daripada
menciptakan sesuatu sendiri dan tidak ada yang mengurangi harga dirinya daripada kritik atau ejekan
terhadap kreasi itu atau pertanyaan apa sesungguhnya bentuk yang dibuatnya itu.
Dalam proses belajar mengajar guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) di

sekolah masih cenderung menggunakan model pembelajaran yang membatasi kebebasan siswa dalam
berkreasi dan berativitas fisik. Padahal dalam proses pembelajaran kreatif memberikan siswa kebebasan
untuk memilih dan menentukan materi yang dipelajari, termasuk bagaimana cara mempelajarinya,
sehingga situasi kebebasan dapat tercipta dan para siswa akan mendapatkan penghargaan atas hasil
usahanya dan diharapkan dapat membentuk kreativitas siswa. Sejalan dengan yang diungkapkan
Munandar, (2009, hlm. 178-179) bahwa strategi mengajar dan cara mengajar yang dapat dilakukan guru
yaitu: (1) memberikan umpan balik yang berarti dari pada evaluasi abstrak dan tidak jelas; (2) melibatkan
siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalah mereka; (3) Penekanannya
hendaknya terhadap “apa yang telah dipelajari?” dan bukan pada “bagaimana kau melakukannya?”.
Untuk itu, proses pembelajaran PJOK yang kreatif yaitu memberikan rangsangan belajar yang sesuai
bagi siswa dengan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa karena hal ini menentukan masa depannya
dalam memperoleh pengalaman gerak yang dialaminya. Pendekatan proses pembelajaran yang
melibatkan seluruh ranah (sikap, emosi kognisi, dan psikomotor) sehingga muncul pemikiran kreatif.
Menurut Mariyana (2008, hlm. 16-17) menjelaskan bahwa dengan menumbuhkan kreativitas siswa dapat
meningkatkan perkembangan motorik siswa dengan melalui gerak dalam bermain. Menurut Rachmawati
dan Kurnanti,(2012, hlm. 61) kreativitas dapat dikembangankan melalui metode proyek yang bermanfaat
yakni: (a) memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengatur dan mendistribusikan kegiatan, (b)
belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dalam hal pemecahan masalah yang dihadapi, (c)
memupuk semangat gotong royong dan kerja sama di antara siswa yang terlibat, (d) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam melakukan pekerjaan

dengan cermat, (e) mampu mengeksplorasi bakat, minat dan kemampuan siswa, (f) memberikan peluang
pada siswa dalam kemampuan dan keterampilan yang dimiliki yang akhirnya dapat mewujudkan daya
kreativitas secara optimal.
Betapa pentingnya kreativitas dalam PJOK yang ditekankan pada Permendikbud No. 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses bahwa seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang
diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga
penciptaan yang mendorong siswa menghasilkan karya kreatif. Kreativitas sangat penting bagi dunia
pendidikan sebagai pemecahan masalah yang dihadapi siswa (Menurut Carson dan Becker, (2004, Vol.
82.1, hlm. 111). Menjadi kreatif memang penting artinya bagi seorang anak menambah bumbu dalam
permainannya atau aktivitas geraknya. Dengan adanya kurikulum 2013, diharapkan dalam pembelajaran

PJOK menuntut siswa lebih aktif, yang diwujudkan dari menanya, mengobservasi, berdiskusi,
mengadakan percobaan atau latihan, menampilkan hasil belajar/ melaporkan/ pemahaman/ keterampilan.
Salah satu model pembelajaran yang menunjang siswa lebih aktif dan bernuansa pembelajaran saintifik
yaitu Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning, Inquiry learning dan Project Based Learning
(PjBL) (Kemdikbud, 2013 hlm. 21-33). Sedangkan dalam kurikulum 2013 menyarankan dalam
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah menggunakan project
based learning.
KAJIAN PUSTAKA
MODEL PROJECT BASED LEARNING

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model
pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran (Kemdikbud, 2013
hlm.12). Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi
untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). pembelajaran PJOK
melalui model project based learning ini penilain bukan tertuju hanya dari hasil produk akhir yang di
hasilkan siswa saja melainkan hasil dari keseluruhan proses belajar mengajar (PBM) di lapangan yang
meliputi ranah psikomotor, kognitif dan afektif.
Menurut Blumenfeld et al., (1991) dalam Stefanou, Dkk (2013, hlm 5) mengatakan bahwa
terdapat dua komponen penting dalam proyek yaitu: (1) memerlukan pertanyaan atau masalah yang
diterima untuk dikelola atau digunakan untuk menentukan kegiatan; (2) hasil kegiatan berupa produk,
pada akhirnya produk akhir tersebut bisa sesuai untuk memecahkan masalah. Menurut Gubacs (2004,
hlm. 1-6) menjelaskan bahwa proyek yang melibatkan multimedia dalam pembelajaran PJOK adalah
media pembelajaran berupa video siswa melakukan aktivitas gerak. Menurut Pusparagen (2014, hlm. 60)
bahwa produk yang dihasilkan dalam pelaksanaan model PjBL adalah rangkaian latihan keterampilan
lempar tangkap dalam materi bola kecil. Menurut Sinclair (2002, hlm. 1-5) proyek yang melibatkan
multimedia dalam pembelajaran PJOK adalah media pembelajaran berupa presentasi powerpoint tentang
teknik dasar tenis. Thompson dan Beak (2007, hlm. 1-14) menjelaskan bahwa PjBL memiliki potensi
yang sangat besar dalam upaya membelajarkan siswa aktif terlibat dan meningkatkan belajar siswa. Untuk
itu, dalam pembelajaran PjBL disini menekankan membuat media gambar sebagai proyek yang akan
dikembangkan oleh siswa sebagai alat pembelajaran PJOK. Untuk itu, dapat digambarkan konsep

pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut:

Penentuan Masalah

Membuat Proyek

• Masalah didapatkan dari hasil belajar siswa yang dirasakan perlu
ditingkatkan
• Merumuskan tujuan dan strategi pembelajaran
• Siswa dengan kelompoknya dirangsang untuk memecahkan masalah
dengan membuat proyek bentuk media gambar/ formasi permainan
sederhana untuk berlatih
• Siswa merespon dengan membuat media/ formasi permainan sederhana
yang disesuaikan dengan bentuk, tujuan, dan aturan permainan

Menguji Hasil

• Setiap kelompok mencoba mengkomunikasikan dan mempresentasikan
hasil proyek saat pembelajaran berlangsung
• Guru dan Siswa yang lain berusaha mengamati dan menilai hasil proyek

kelompok yang presentasi

Mengevaluasi Hasil

• Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil penilaian siswa digunakan
sebagai mengevaluasi dari hasil proyek siswa

Gambar 1: Konsep Pelaksanaan Pembelajaran PjBL

Berdasarkan gambar 1 di atas, konsep pelaksanaan pembelajaran PjBL diawali dengan
memberikan rangsangan berupa masalah kepada siswa berdasarkan hasil belajar siswa yang perlu
ditingkatkan sebagai data awal penentuan proyek yang akan diberikan. Proyek yang dimaksudkan adalah
membuat media gambar teknik dasar sepakbola. Pembuatan media gambar dilakukan di luar kelas secara
berkelompok. Tujuan pembuatan proyek dikerjakan secara berkelompok adalah agar siswa dapat
melakukan kerjasama dan saling membantu untuk membuat dan menyelesaikan proyek. Hasil proyek
akan dipresentasikan saat pembelajaran berikutnya berlangsung. Dari presentasi tersebut hasil proyek
akan dinilai oleh siswa dan guru. Hasil penilaian dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan
proyek selanjutnya.
Dalam proses membuat proyek, diwajibkan bagi seluruh kelompok mengambil sumber dari
buku atau internet. Hal ini dilakukan untuk memaksa siswa untuk terbiasa melakukan sesuatu atas dasar

yang jelas. Selain itu, siswa akan dipaksa untuk membaca sumber informasi selain dari guru. Dengan
begitu diharapkan minat baca siswa menjadi meningkat sehingga pengetahuan siswa semakin tinggi.
KONSEP DASAR PENGEMBANGAN KREATIVITAS
Kreativitas memberikan anak-anak kesenangan dan kepuasan diri yang sangat besar
penghargaan yang mempunyai pengaruh, sebagai contoh tidak ada yang dapat memberi anak rasa puas
yang lebih besar daripada menciptakan sesuatu sendiri dan tidak ada yang mengurangi harga dirinya
daripada kritik atau ejekan terhadap kreasi itu atau pertanyaan apa sesungguhnya bentuk yang dibuatnya
itu. Menjadi kreatif memang penting artinya bagi seorang anak menambah bumbu dalam permainannya
atau aktivitas geraknya. Dan pada hal ini yang lebih penting adalah sumbangan kepemimpinan. Pada
setiap tingkatan usia anak jika hal ini di abaikan maka akan menjadi sumber ego yang besar. Sumbangan
sesuatu dari pemimpin pada kelompok atau bagian dari kelompok yang berupa bentuk usulan bagi
kegiatan bermain yang baru dan berbeda (Hurlock,1978, hlm. 6). Terdapat dua indikator berpikir kreatif
yaitu dimensi kognitif dan afektif. Menurut Torrance dalam Davis, (2012, hlm. 259) indikator berpikir
kreatif dalam dimensi kognitif sebagai berikut yaitu:
1. Fluency (kelancaran) yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide dalam memecahkan masalah.
2. Flexibility (keluwesan) yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan
suatu masalah di luar kategori yang biasa.
3. Originality (keaslian) yaitu kemampuan memberikan respons yang unik, ketidaksamaan dalam
pemikiran dan tindakan.
4. Elaboration (keterperincian) yaitu kemampuan untuk mengembangkan, memperhalus,

menyempurnakan, atau bahkan menerapkan ide.
5. Evaluasi (penilaian) yaitu kemampuan penting untuk berpikir kritis, untuk memisahkan hal yang
relevan dari yang tidak relevan untuk mengevaluasi kebaikan atau kesesuaian dari suatu ide, produk,
atau solusi.
Sedangkan indikator berpikir kreatif dalam dimensi afektif menurut Rachmawati dan Kurniati,
(2012, 38-45) sebagai berikut:
1. Rasa ingin tahu: anak akan antusias dengan benda-benda atau makhluk yang baru pertama kali
dilihatnya. Dengan rasa ingin tahunya anak kadang tidak peduli akan kotor, basah, panas ataupun rasa
sakit. Dari rasa ingin tahu inilah banyak informasi didapat oleh anak.
2. Imajinatif: dunia khayal merupakan dunia yang identik dengan anak. Dengan kekayaan khayalan ini
segala sesuatu menjadi mungkin bagi seorang anak dan tidak ada yang mustahil.
3. Tertantang dengan fluralitas: anak merasakan berkewajiban karena mendapat tantangan dalam
melakukan hal baru yang belum pernah dilakukannya.
4. Mengambil resiko: anak akan berani mengambil keputusan untuk mengetahui dampak keputusan yang
telah diambil sebagai penentuan proyek.
5. Menghargai: dengan sifat menghargai hasil karya yang dibuat membuatnya. Sebagai motivasi bagi
anak untuk terus mengekspresikan diri dan berkembang dengan optimal.
Dengan menerapkan model pembelajaran yang mengembangkan kreativitas maka akan
membantu siswa untuk belajar. Meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa mengikuti pembelajaran.


METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis weak experimental menggunakan the one-group pretestposttest design. Kreativitas siswa sebagai variabel terikat diukur pada saat pretest dan posttest. Sedangkan
diantara pengukuran variabel terikat tersebut siswa mendapatkan pembelajaran Penjasorkes oleh guru
menggunakan model project based learning sebagai variabel bebas atau treatment penelitian. Siswa
mendapatkan treatment sebanyak tiga kali tatap muka termasuk pertemuan awal sebagai persiapan
membuat proyek. Setiap tatap muka dilakukan sebanyak satu kali seminggu selama 2 x 40 menit.
Sehingga lama penelitian yaitu dua minggu dimulai tanggal 24 Februari – 10 Maret 2015.
Siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 38 siswa (22 pa dan 16 pi) kelas VIII-A SMP
Negeri 1 Plosoklaten kabupaten Kediri, usia antara 13-15 tahun. Pemilihan sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan tujuan penelitian (Fraenkel dan Wallen,
2009), yaitu siswa yang menerima pembelajaran menggunakan model PjBL.
Pengukuran kreativitas siswa menggunakan angket kreativitas. Angket diadopsi dari
Juliantine (2010) yang menjelaskan bahwa kreativitas disusun dari dua sub-variabel yaitu: kognitif dan
afektif. Sub-variabel kognitif terdiri atas lima komponen yaitu: fluiditas, fleksibilitas, orisinilitas,
elaborasi, dan evaluasi. Sedangkan sub-variabel afektif terdiri atas lima komponen yaitu: rasa ingin tahu,
imajinatif, tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan menghargai. Untuk menjamin
kualitas data maka angket kreativitas diujicobakan agar diketahui validitas dan reliabilitas angket. Ujicoba
dilakukan pada 39 siswa (21 pa dan 18 pi) kelas VIII-B SMP Negeri 1 Plosoklaten pada hari selasa, 17
Februari 2015. Hasil analisis ujicoba angket dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1: Hasil Ujicoba Angket Kreativitas

Validitas Konstruk
Komponen Jumlah Item Alpha Cronbach’s
Reliabilitas
r hitung
Reliabel
Valid
1
5
0,661
0,568
Reliabel
Valid
2
5
0,607
0,528
Reliabel
Valid
3
8
0,591
0,636
Reliabel
Valid
4
6
0,533
0,357
Reliabel
Valid
5
5
0,648
0,636
Reliabel
Valid
6
3
0,904
0,627
Reliabel
Valid
7
6
0,724
0,795
Reliabel
Valid
8
9
0,509
0,671
Reliabel
Valid
9
8
0,529
0,633
Reliabel
Valid
10
6
0,767
0,553
Keterangan: reliabel jika alpha > 0,50 (Safrit dalam Maksum, 2012); Valid jika r > 0,316
Berdasarkan tabel 1 di atas maka dapat dijelaskan bahwa setiap komponen memiliki validitas dan
reliabilitas yang memenuhi syarat. Jumlah seluruh item angket kreativitas adalah 61, dari hasil ujicoba
didapat nilai reliabilitas total sebesar 0,983 dinyatakan reliabel. Sehingga angket kreativitas yang
digunakan sudah layak untuk digunakan mengumpulkan data penelitian.
Tahapan analisis data dimulai dari deskriptif kuantitatif, uji normalitas menggunakan
kolmogorov-smirnov Z, dan uji beda rata-rata menggunakan uji-t dependent. Taraf signifikansi yang
digunakan sebesar 0,05.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian berisi tentang deskripsi data kreativitas siswa yang terdiri dari dua sub-variabel
yaitu: kognitif dan afektif. Sub-variabel kognitif terdiri atas lima komponen yaitu: fluiditas, fleksibilitas,
orisinilitas, elaborasi, dan evaluasi. Sedangkan sub-variabel afektif terdiri atas lima komponen yaitu: rasa
ingin tahu, imajinatif, tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan menghargai. Hasil
analisis kreativitas siswa berdasarkan kategori setiap komponen kreativitas dapat dijelaskan pada tabel 2
sebagai berikut:

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Komponen Kreativitas Siswa
SubVariabel

1. Fluiditas (kelancaran)
Pretest
Posttest
2. Fleksibilitas (keluwesan)
Pretest
Posttest
3. Orisinalitas (keaslian)
Pretest
Kognitif
Posttest
4. Elaborasi (kerincian)
Pretest
Posttest
5. Evaluasi (penilaian)
Pretest
Posttest
6. Rasa ingin tahu
Pretest
Posttest
7. Imajinatif
Pretest
Posttest
Afektif

1

2

Kategori
3

4

F

0

0

23

15

38

%

0,00

0,00

60,53

39,47

100

F

0

0

16

22

38

%

0,00

0,00

42,11

57,89

100

F

0

6

27

5

38

%

0,00

15,79

71,05

13,16

100

F

0

7

23

8

38

%

0,00

18,42

60,53

21,05

100

F

0

10

23

5

38

%

0,00

26,32

60,53

13,16

100

F

0

6

27

5

38

%

0,00

15,79

71,05

13,16

100

F

0

0

17

21

38

%

0,00

0,00

44,74

55,26

100

F

0

0

12

26

38

%

0,00

0,00

31,58

68,42

100

F

0

8

28

2

38

%

0,00

21,05

73,68

5,26

100

F

0

10

25

3

38

%

0,00

26,32

65,79

7,89

100

F

30

7

1

0

38

%

78,95

18,42

2,63

0,00

100

F

24

12

2

0

38

%

63,16

31,58

5,26

0,00

100

F

5

29

4

0

38

%

13,16

76,32

10,53

0,00

100

F

9

21

8

0

38

%

23,68

55,26

21,05

0,00

100

F

0

19

19

0

38

%

0,00

50,00

50,00

0,00

100

F

0

20

15

3

38

%

0,00

52,63

39,47

7,89

100

F

28

9

1

0

38

%

73,68

23,68

2,63

0,00

100

F

24

14

0

0

38

%

63,16

36,84

0,00

0,00

100

F

21

16

1

0

38

%

55,26

42,11

2,63

0,00

100

Komponen

8. Tertantang oleh
kemajemukan

Pretest
Posttest

9. Berani mengambil
resiko

Pretest
Posttest

10. Menghargai
Pretest

Jumlah

SubVariabel

Komponen
Posttest

F

Kategori
3

1

2

19

16

%
50,00
42,11
Keterangan: Kategori 1= Kurang Sekali; 2= Kurang; 3= Baik; 4= Baik Sekali.

4

Jumlah

3

0

38

7,89

0,00

100

Berdasarkan tabel 2 di atas maka dapat dilihat bahwa pada sub-variabel kognitif tidak ada siswa
yang masuk kategori kurang sekali saat pretest maupun posttest. Sebaran siswa pada sub-variabel kognitif
cenderung berada pada kategori baik dan baik sekali. Sayangnya masih ada siswa yang masuk dalam
kategori kurang yaitu dalam komponen kedua fleksibilitas saat pretest sebanyak 6 siswa (15,79%) saat
posttest naik menjadi 7 siswa (18,42%), komponen ketiga orisinilitas saat pretest sebanyak 10 siswa
(26,32%) saat posttest menurun menjadi 6 siswa (15,79%), dan pada komponen kelima evaluasi saat
pretest sebanyak 8 siswa (21,05%) saat posttest naik menjadi 10 siswa (26,32%). Berbeda dengan subvariabel kognitif, pada sub-variabel afektif sebaran siswa malah cenderung berada pada kategori kurang
dan kurang sekali. Akan tetapi pada komponen kedelapan tertantang oleh kemajemukan dari tidak ada
siswa yang masuk kategori baik sekali saat pretest saat posttest terdapat 3 siswa (7,89%) yang masuk
dalam kategori baik sekali. Sedangkan pada kategori baik pada komponen keenam rasa ingin tahu saat
pretest sebanyak 1 siswa (2,63%) saat posttest naik menjadi 2 siswa (5,26%), komponen ketujuh
imajinatif saat pretest sebanyak 4 siswa (10,53%) saat posttest naik menjadi 8 siswa (21,05%), komponen
kedelapan tertantang oleh kemajemukan saat pretest sebanyak 19 siswa (50,00%) saat posttest turun
menjadi 15 siswa (39,47%), komponen kesembilan berani mengambil resiko saat pretest sebanyak 1
siswa (2,63%) dan 0 siswa saat posttest, dan komponen kesepuluh menghargai saat pretest sebanyak 1
siswa (2,63%) saat posttest sebanyak 3 siswa (7,89%).
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Sub-Variabel dan Variabel Kreativitas Siswa
Kategori

Variabel
Pretest
Sub-Kognitif
Posttest
Pretest
Sub-Afektif
Posttest
Pretest
Variabel:
Kreativitas
Posttest

Jumlah

1

2

3

4

F

0

0

33

5

38

%

0,00

0,00

86,84

13,16

100,00

F

0

0

31

7

38

%

0,00

0,00

81,58

18,42

100,00

F

5

32

1

0

38

%

13,16

84,21

2,63

0,00

100,00

F

6

29

3

0

38

%

15,79

76,32

7,89

0,00

100,00

F

0

23

15

0

38

%

0,00

60,53

39,47

0,00

100,00

F

0

18

20

0

38

0,00

100,00

%
0,00
47,37
52,63
Keterangan: Kategori 1= Kurang Sekali; 2= Kurang; 3= Baik; 4= Baik Sekali

Berdasarkan tabel 3 di atas maka dapat dijelaskan bahwa pada sub-variabel kognitif tidak ada
siswa yang masuk kategori kurang sekali dan kurang. Pada kategori baik saat pretest terdapat sebanyak 33
siswa (86,84%) saat posttest turun menjadi 31 siswa (81,58%), pada kategori baik sekali saat pretest
terdapat sebanyak 5 siswa (13,61%) saat posttest naik menjadi 7 siswa (18,42%). Pada sub-variabel
afektif sebaran siswa cenderung masuk pada kategori kurang dan kurang sekali. Tidak ada siswa yang
masuk dalam kategori baik sekali, pada kategori baik saat pretest terdapat sebanyak 1 siswa (2,63%) saat
posttest naik menjadi 3 siswa (7,89%), pada kategori kurang saat pretest terdapat sebanyak 32 siswa

(84,21%) saat posttest turun menjadi 29 siswa (76,32%), pada kategori kurang sekali saat pretest terdapat
sebanyak 5 siswa (13,16%) saat posttest naik menjadi 6 siswa (15,79%).
Dari dua sub-variabel tersebut maka didapat nilai kreativitas siswa secara keseluruhan. Hasil
analisis menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memiliki kategori kreativitas pada tingkat kurang
sekali dan baik sekali. Pada kategori kurang saat pretest terdapat sebanyak 23 siswa (60,53%) saat
posttest turun menjadi 18 siswa (47,37%), pada kategori baik terdapat sebanyak 15 siswa (39,47%) saat
posttest naik menjadi 20 siswa (52,63%).
Setelah mengetahui sebaran siswa berdasarkan kategori komponen, sub-variabel, dan kreativitas
keseluruhan di atas maka selanjutnya dihitung peningkatan nilai kreativitas siswa tiap komponen, subvariabel, dan kreativitas keseluruhan. Penghitungan dilakukan menurut statistik deskriptif dengan rumus
mean, standar deviasi, selisih dan peningkatan nilai kreativitas berdasarkan 10 komponen dari data pretest
dan posttest. Hasil penghitungan dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4: Mean, SD, Selisih, dan Peningkatan Nilai Kreativitas Siswa Saat Pretest dan Posttest
1.
2.
3.
4.
5.

Komponen
Fluiditas (kelancaran)

Pretest

Posttest

Selisih

Mean

20,05

20,61

0,55

SD

2,09

1,99

-0,10

Mean

17,79

18,26

0,47

SD

2,34

2,54

0,21

Mean

27,32

28,05

0,74

SD

4,20

3,75

-0,46

Mean

24,53

25,32

0,79

SD

2,42

2,38

-0,04

Mean

16,92

17,45

0,53

SD

2,34

2,65

0,31

106,61

109,68

3,08

SD

9,12

8,52

-0,60

Mean

5,34

6,03

0,68

SD

1,96

1,91

-0,05

Mean

15,37

15,92

0,55

SD

3,01

4,04

1,03

Tertantang oleh
kemajemukan

Mean

26,97

27,76

0,79

SD

2,76

4,81

2,05

Berani mengambil
resiko

Mean

14,58

15,82

1,24

SD

4,08

4,19

0,11

Mean

12,34

12,79

0,45

SD

2,95

3,66

0,71

Mean

74,61

78,32

3,71

SD

11,04

13,03

1,99

Mean

181,21

188,00

6,79

Fleksibilitas (keluwesan)
Orisinalitas (keaslian)
Elaborasi (kerincian)
Evaluasi (penilaian)

Sub-variabel: Kognitif
6.
7.
8.
9.

Rasa ingin tahu
Imajinatif

10. Menghargai
Sub-variabel: Afektif
Variabel: Kreativitas

Deskripsi

Mean

Peningkatan
2,76%
2,66%
2,70%
3,22%
3,11%
2,89%
12,81%
3,60%
2,93%
8,48%
3,62%
4,97%

3,75%
SD
11,55
16,13
4,58
Catatan: Mean: Nilai rerata; SD: Standar Deviasi; Selisih: Hasil pengurangan nilai posttest dan pretest;
Peningkatan: perbandingan antara nilai rerata deviasi dan pretest dikalikan 100%

Tabel 4 di atas menjelaskan keadaan kreativitas siswa dari sebelum siswa mendapatkan
treatment model PjBL (pretest) sampai setelah mendapatkan treatment (posttest). Berdasarkan hasil
analisis deskriptif di atas dapat dilihat bahwa komponen keenam rasa ingin tahu menjadi komponen yang

paling tinggi peningkatannya yaitu sebesar 12,81%. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan
model PjBL membuat siswa penasaran dengan materi ajar. Dengan kondisi yang seperti ini diharapkan
siswa mencari sumber-sumber belajar lain untuk dapat didiskusikan dalam setiap pertemuan. Sehingga
pertemuan akan bernuansa saintifik yang banyak diwarnai dengan tanya-jawab antara siswa-guru atau
siswa-siswa.
Kreativitas disusun oleh dua sub-variabel yaitu kognitif dan afektif. Berdasarkan hasil analisis
di atas dapat dilihat bahwa sub-variabel afektif meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan sub-variabel
kognitif. Sub-variabel kognitif meningkat sebesar 2,89% sedangkan sub-variabel afektif meningkat
sebesar 4,97%. Dari peningkatan tersebut mengakibatkan kreativitas siswa meningkat sebesar 3,75%.
Adanya peningkatan pada setiap komponen yang diikuti oleh sub-variabel dan akhirnya
kreativitas siswa diketahui meningkat maka selanjutnya hendak diketahui kebermaknaan peningkatan
yang yang terjadi pada tiap komponen, sub-variabel, dan kreativitas. Sesuai dengan jenis datanya maka
uji kebermaknaan menggunakan analisis statistik parametrik. Sebelum uji kebermaknaan dilakukan syarat
uji parametrik adalah data berdistribusi normal. Untuk itu, dilakukan uji normalitas pada setiap distribusi
data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5: Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z
Kolmogorov-Smirnov Z

p value

Pretest

1,187

0,119

Normal

Posttest

0,97

0,303

Normal

Pretest

0,914

0,373

Normal

Posttest

0,903

0,389

Normal

Pretest

1,062

0,21

Normal

Posttest

0,614

0,845

Normal

Pretest

0,802

0,541

Normal

Posttest

0,811

0,527

Normal

Pretest

0,841

0,479

Normal

Posttest

0,877

0,425

Normal

Pretest

0,867

0,44

Normal

Posttest

0,66

0,776

Normal

Pretest

0,975

0,297

Normal

Posttest

1,102

0,176

Normal

Pretest

0,835

0,488

Normal

Posttest

0,974

0,299

Normal

Pretest

0,895

0,399

Normal

Posttest

1,177

0,125

Normal

Pretest

0,644

0,801

Normal

Posttest

1,195

0,115

Normal

Pretest

0,866

0,441

Normal

Posttest

0,629

0,824

Normal

Pretest

0,598

0,867

Normal

Posttest

0,638

0,811

Normal

Pretest

0,749

0,629

Normal

Posttest
0,588
0,88
Catatan: Distribusi dinyatakan normal apabila nilai p value >alpha, besar alpha= 0,05.

Normal

Distribusi Data
Fluiditas (kelancaran)
Fleksibilitas (keluwesan)
Orisinalitas (keaslian)
Elaborasi (kerincian)
Evaluasi (penilaian)
Sub-Variabel-Kognitif
Rasa ingin tahu
Imajinatif
Tertantang oleh kemajemukan
Berani mengambil resiko
Menghargai
Sub-variabel: afektif
Kreativitas

Keterangan

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan IBM SPSS V. 20.0 dapat diketahui bahwa seluruh distribusi data adalah normal. Untuk itu,
uji parametrik dapat dilanjutkan.
Untuk menguji kebermaknaan peningkatan kreativitas siswa maka digunakan paired samples ttest menggunakan aplikasi IBM SPSS V. 20.0. Kebermaknaan peningkatan akan diuji dengan cara
membandingkan nilai mean dari hasil posttest dengan pretest. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 6 sebagai
berikut:
Tabel 6: Hasil Uji Beda Rata-rata Nilai Kreativitas Siswa Saat Pretest dan Posttest
Paired Samples Test
t
df
p value
Keterangan
Post
Kelancaran

Pre
Kelancaran
Pair 1
1,125
37
0,268
Tidak signifikan
Pair 2 Post Keluwesan – Pre Keluwesan
0,809
37
0,423
Tidak signifikan
Pair 3 Post Orisinalitas – Pre Orisinalitas
0,779
37
0,441
Tidak signifikan
Pair 4 Post Elaborasi – Pre Elaborasi
1,362
37
0,181
Tidak signifikan
Pair 5 Post Evaluasi – Pre Evaluasi
0,944
37
0,352
Tidak signifikan
Post Sub-variabel: Kognitif - Pre SubPair 6
1,351
37
0,185
Tidak signifikan
variabel: Kognitif
Pair 7 Post Rasa ingin tahu – Pre Rasa ingin tahu 1,648
37
0,108
Tidak signifikan
Pair 8 Post Imajinatif – Pre Imajinatif
0,619
37
0,539
Tidak signifikan
Post Tertantang oleh kemajemukan – Pre
Pair 9
0,906
37
0,371
Tidak signifikan
Tertantang oleh kemajemukan
Post Berani mengambil resiko – Pre
Pair 10
1,274
37
0,211
Tidak signifikan
Berani mengambil resiko
Pair 11 Post Menghargai – Pre Menghargai
0,643
37
0,524
Tidak signifikan
Post Sub-variabel: Afektif - Pre SubPair 12
1,309
37
0,199
Tidak signifikan
variabel: Afektif
Post Variabel: Kreativitas - Pre Variabel:
Pair 13
1,949
37
0,059
Tidak signifikan
Kreativitas
Catatan: ada beda yang signifikan apabila p value alpha (0,059 >
0,05) sehingga Ha ditolak terima H0. Hal ini diikuti dengan hasil uji signifikansi di seluruh komponen
dan sub-variabel.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh model PjBL pada pembelajaran Penjasorkes terhadap kreativitas siswa. Akan tetapi pemberian
treatment berupa model PjBL dapat meningkatkan seluruh komponen, sub-variabel, dan kreativitas siswa
terutama pada komponen keingintahuan siswa sebesar 12,81%.
Untuk itu, sesuai dengan rencana pemerintah dalam menyongsong diberlakukanya kembali K13 guru dapat mulai mencoba menggunakan model PjBL guna membiasakan siswa meningkatkan rasa
ingin tahu mereka sehingga siswa senantiasa mencari tahu dari berbagai sumber informasi. Dengan begitu
kegiatan belajar mandiri siswa dapat terlaksana. Akhirnya, kemandirian belajar siswa dapat tercapai.

DAFTAR RUJUKAN
Beetlestone, Florence. (2012). Creative Learning: Strategi Pembelajaran Untuk Melesatkan Kreativitas
Siswa. Terjemahkan. Bandung. Nusa Media.
Carson, Davis K & Becker, Kent W (2004). When Lightning Strikes: Reexamining Creativity in
Psychotherapy. Journal of Counseling and Development : JCD; Winter 2004; 82, 1; ProQuest
Nursing & Allied Health Source pg. 111. Tersedia: http://search.proquest.com/
docview/219026951/fulltextPDF/D8153C26372A440CPQ-/13?accountid=38628. [Diakses 15
Januari 2015]
Cheng, Chil-Yun; Chou, Chien-Chin; and Huang, Hui-Ching. The Influence of the Intervention of a
Children's
Movement
Skill.
ProQuest.
Tersedia:
http://search.proquest.com/docview/218503828/fulltextPDF/246DCE3EAB8F4C2FPQ/1?accou
ntid=38628. Diakses [15 Januari 2015].
Davis, Garry A. (2012).Anak Berbakat Dan Pendidikan Keterbakatan. Terjemahan. Jakarta. PT. Indeks
Permata Puri Media.
Gubacs, Klara. (2004). Project-Based Learning: A Student-Centered Approach to Integrating Technology
into Physical Education Teacher Education. (Jurnal ProQuest online) diunduh dari http://eresources.pnri.go.id:2056/docview/215758224/fulltextPDF/6FA8F5584318410APQ/16?accountid=25704. Diakses [29 Agustus 2014].
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak.(Terjemahan). Jakarta. Penerbit ERLANGGA.
Dicetak PT. Gelora Aksara Pratama.
Juliantine, Tine. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Jasmani Untuk Mengembangkan
Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi Pendidikan Olahraga (S3). Universitas Pendidikan
Indonesia.
Kemdikbud, (2013). Kurikulum 2013: Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemdikbud, (2013).Kurikulum 2013: Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mariyana,
Rita.
(2008).
Pembelajaran
Kreativitas
Untuk
Anak
Usia
Dini.
Tersedia:https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&u
act=8&ved=0CCUQFjAB&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFIP%2FJUR._
PGTK%2F197803082001122RITA_MARIYANA%2FMODUL_KREATIVITAS_AUD.pdf&e
i=0yK5VInCKtfmuQT_p4GACQ&usg=AFQjCNE5DwbFAArpZ_A9NAWKx2jp9rCePQ&sig
2=YiSd0wyFSKtKTLU5iUjL9A. [Diakses 15 Januari 2015].
Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta. Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor.65 tahun 2013 tentang Standar Proses.
Pusparagen, Yusnita. (2014). Skenario Pembelajaran Berbasis Proyek Pendidikan Jasmani. Best
Practices Implementasi Model Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Penjas Jumat – Sabtu,
19-20 September 2014 Auditorium SPs UPI dan Sport Hall UPI.
Rachmawati,Yeni dan Kurnanti,Euis. (2012). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman
Kanak-Kanak.Jakarta. Kencana Predana Media Group.
Sinclair, Christina. (2002). A Technology Project in Physical Education. ProQuest. Tersedia: http://eresources.pnri.go.id:
2056/docview/
215761672/fulltextPDF/6FA8F5584318410APQ/5?accountid=25704. Diakses [29 Agustus 2014].
Stefanou, C., Stolk, J.D., Prince, M., Chen, J.C., dan Lord, S.M. (2013). Self-regulation and Autonomy in
Problem- and Project-Based Learning Environments. Jurnal Sage Online. Tersedia:Error!
Hyperlink reference not valid.. Diakses [9 September 2014].
Thompson, Karen J; Beak, Joel. (2007). The Leadership Book: Enhancing The Theory-Practice
Connection
Through
Project-Based
Learning.
ProQuest.
Tersedia:
http://eresources.pnri.go.id:2056/docview/195713839/
fulltextPDF/3BE4B5654F54850PQ/13?accountid=25704. Diakses [25 September 2014].