Peningkatan Perilaku Prososial Siswa di Sekolah melalui Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Modeling

  Info Artikel: Diterima 06/06//2015 Direvisi 12/06/2015 Dipublikasikan 30/06/2015

  2337-6880

  http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 3 Nomor 2, juni 2015, Hlm 31-39 dolescent such as e can be used to e effectiveness of ial behavior. This aims to find out tudents' prosocial ere selected from rup Tengah and consisted of 10 ental and control st, then they were Two Sample with ifference between , (2) there was a ior in the control ocial behavior in that the students’ iques. Therefore, eling techniques,

  2337-6880

  ISSN Online:

  2337-6740 -

  ISSN Cetak:

  k sosial membutuhkan bantuan dari orang lain dan tidak ngan satu sama lain dalam lingkungannya. Lingkungan upan manusia untuk mengembangkan keterampilan b an keluarga maupun lingkungan masyarakat. Lingkung dividu secara positif, maka individu tersebut akan me suk di dalamnya perkembangan sosial remaja. enganut gaya hidup hedonis, yang membuat mereka h mau memikirkan keadaan orang lain. Remaja bukannya ge liknya malah semakin banyak di antara remaja yang melaku kan perilaku prososial di antara remaja semakin menuru

  ling and Education (IICE) Multikarya Kons

  Group Guidance Service and Modeling Technique ltikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselo

  Pesantren Muhammadiyah Curup Timur. Each group co e meetings of group guidance service for each experimenta ocial behavior were collected by using pretest and posttest, ilcoxon Signed Ranks Test and Kolmogorov-Smirnov Tw findings of this study were: (1) there was a significant diffe osttest of prosocial behavior in the experimental group, (2 tween students’ pretest and posttest of prosocial behavior significant difference between posttests of students’ prosocia e control group. Based on those findings, it is concluded tha be improved through group guidance with modeling techniqu nseling teachers to do group guidance by using modelin prosocial behavior and other social behaviors.

  vior of students can inhibit the developmental tasks of adole iating others and getting others’ respect. Group guidance c ocial behavior. The aim of this study was to reveal the e with modeling techniques in improving students’ prosocial arch with pretest and posttest control group design aim e services with modeling techniques can improve stude oups were selected by using purposive sampling. They were rtama Islam Terpadu (SMPIT) Rabbi Radhiyya Curup

  Gistituati & Syahniar

  http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 3 Nomor 2, juni 2015, Hlm 31-39

Peningkatan Perilaku Prososial Siswa di Sekolah

melalui Layanan Bimbingan Kelompok

dengan Teknik Modeling

  ISSN Online:

  ISSN Cetak:

  2337-6740 -

  ISSN Cetak:

  Remaja banyak yang meng kesenangan diri sendiri tanpa ma perilaku prososial, justru sebalikn Kecenderungan untuk melakukan

  Manusia sebagai makhluk manusia akan saling berhubung sangat penting dalam kehidupa lingkungan sekolah, lingkungan mendukung perkembangan indiv sosialnya secara matang, termasuk

  Indonesian Institute for Counselin PENDAHULUAN

  Copyright © 2015 IICE - Multika Rights Reserved

  Keyword: Prosocial Behavior, Gr

  Abstract The low prosocial behavio the inability of appreciatin improve students’ prosocia group guidance service with quasi-experimental resear whether group guidance behavior or not. Two group Sekolah Menengah Perta Madrasah Tsanawiyah Pe students. There were five m group. The data of prosocia analyzed by using the Wilc SPSS version 16.00. The fin students’ pretest and postte significant difference betw group, (3) there was a sign the experimental and the co prosocial behavior can be im it is suggested for counse especially in enhancing pro

  Hastha Purna Putra, Nurhizrah Gis Universitas Negeri Padang

  http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 3 Nomor 2, juni 2015, Hlm 31-39 Pening

  2337-6880

  ISSN Online:

  2337-6740 -

  elor Indonesia - All tidak dapat hidup sendiri, an merupakan hal yang n bersosialisasi, baik di ngan sosial yang dapat mencapai perkembangan hanya berpikir tentang gemar untuk melakukan kukan perilaku antisosial. urun. Senada dengan hal selaras dengan dunia orang dew ewasa yang akan dimasuki adalah tugas mengembangkan kan perilaku sosial yang bertanggung jawab. Salah satu dar dari perilaku sosial yang perlu dikembangkan adalah perilak ilaku prososial.

  Secara psikologis siswa Sek Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) tengah memasuki ki tahapan perkembangan Menurut Chaplin (2004:12),“Adole dolescence adalah periode antara pubertas dan kedewasaan, n, usia yang diperkirakan 12 sampai 21 tahun bagi anak per perempuan yang lebih cepat matang dibandingkan anak lak laki-laki, antara 13 hingga 22 tahun bagi anak laki-laki”. Piag iaget (dalam Hurlock, 2004:206) mendefinisikan bahwa: M : Masa remaja adalah usia dimana anak-anak sudah tidak lag lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua m melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang ng-kurangnya dalam masalah hak…. Integrasi dalam m masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif tif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber….Ter ermasuk juga perubahan intelektual yang mencolok.

  Perubahan yang terjadi pada da masa remaja tidak terlepas dari hakikat sekolah. Transis sisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah memberikan pe pengalaman normatif yang membutuhkan proses adaptasi tasi atau penyesuaian pada diri remaja. Salah satu tugas perk rkembangan remaja yang harus dicapai adalah berkaitan de dengan hubungan sosial. Havighurst (dalam Syamsu Yusuf suf, 2006:74) mengemukakan tugas-tugas perkembangan so sosial pada masa remaja yaitu: 1) mencapai hubungan sosia osial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya, baik aik dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenis, 2) m ) mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita artinya da dapat menerima peranan masing-masing sesuai dengan kete etentuan yang berlaku di masyarakat, 3) mencapai tingkah ah laku yang bertanggung jawab secara sosial yang berlaku d u di masyarakat.

  Keberhasilan remaja dalam m menyelesaikan tugas-tugas perkembangan di atas meng engantarkannya ke dalam suatu kondisi berperilaku prosos sosial yang baik, sehingga remaja yang bersangkutan d n dapat merasa bahagia, harmonis, dan dapat menjadi o i orang yang produktif. Namun sebaliknya apabila gaga agal, maka remaja akan mengalami ketidakbahagiaan atau tau kesulitan dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, keberhas asilan remaja ini menjadi tantangan bagi pihak sekolah, khu hususnya guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang memb mberikan bantuan kepada siswa, sehingga siswa dapat mem emiliki perilaku prososial. Salah satunya adalah dengan c n cara memberikan suatu layanan bimbingan dan konseling ing yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku prososial sis l siswa.

  Kurangnya kemampuan sis siswa dalam mengembangkan keterampilan bersosialisa lisasi akan menunjukkan berbagai sikap negatif. Hal ini da dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku yan ang ditampilkan siswa di sekolah, seperti melanggar tata ter tertib sekolah, tidak mengerjakan tugas sekolah, tidak bis bisa bergaul, tidak bisa bekerjasama dan mengganggu te teman. Rendahnya keterampilan siswa bersosialisasi dapat at mengakibatkan konflik antar teman dan mengakibatkan pe perkelahian juga.

  Apabila dibiarkan tanpa a adanya penanganan khusus dari sekolah khususnya ya guru BK, maka akan berdampak pada kegagalan dalam lam mencapai tugas-tugas perkembangan individu. Individ idu yang kurang mampu mengembangkan keterampilan be bersosialisasi berarti belum dapat menyelesaikan tugas as perkembangan, untuk mencapai kematangan hubungan a n antar teman sebaya. Pencapaian tugas perkembangan pa pada individu merupakan keharusan karena mempengaruhi hi tahapan perkembangan selanjutnya. Bahkan dikhawatirk tirkan akan menimbulkan konflik pada siswa.

  Perilaku yang menimbulkan an konflik tersebut termasuk perilaku antisosial. Perilaku an antisosial secara formal disebut penyimpangan kepribadia adian yang antisosial (Antisocial Personality Disorder). Sa ). Sama halnya kekerasan, agresi, perlakuan tidak senonoh s h serta perilaku kriminal lainnya di antara berbagai kelomp mpok dalam masyarakat. Seringkali disertai dengan tidak ak adanya rasa bersalah dan penyesalan, dimana pelaku ku kurang peka terhadap kondisi emosi dan afeksinya (Sulli Sullivan, 2009:78). Perilaku tersebut adalah indikator bagi agi mereka yang perilaku prososialnya mengalami gangguan uan. Menurut Sullivan (2009:79) perilaku antisosial adalah lah kebalikan dari perilaku prososial. Banyak pakar yang be beranggapan bahwa perilaku yang bersifat patologis ada adalah akibat dari proses keterasingan dari kehidupan waj ajar. Pembangunan yang terlalu berorientasi pada pertum tumbuhan ekonomi telah mengubah nilai hidup manusia me menjadi pemburu materi dengan mengabaikan akibat sosial ial yang terjadi.

  Permasalahan moral yang tum tumbuh dalam pribadi manusia adanya tarikan permanen an antara upaya pemenuhan kepentingan diri pribadi dengan tu n tuntutan untuk kesediaan dirinya memperhatikan kepentin ntingan orang lain. Setiap individu cenderung mendahulukan kan kepentingan dirinya sendiri sebelum mengurus kebutu utuhan orang lain, namun tuntutan batiniahnya juga ada d a dorongan untuk membantu kesulitan orang lain (Ima mam Sutomo, 2008:43). Sebagaimana sabda Nabi Muhamm mmad SAW dalam riwayat Muslim:

  ﮫــﯿﺧأ ﮫــﯿﺧأ ن ًأ ﷲ ﻲ ـ ـ ـ ﻓ ن ﻮ ﻋ ﺪ ـ ـ ـ ـ ـ ﺒ ﻌ ﻟ ا ﺎ ﻣ ن ﺎ ﻛ ﺪ ـ ﺪ ـ ـ ـ ـ ـ ﺒ ﻌ ﻟ ا ﻲ ـ ـ ـ ﻓ ن ﻮ ﻋ ﮫــﯿﺧأ Artinya: “ “ “Sesungguhnya Allah meno enolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong sau saudaranya”. Seberapapun banyaknya pe perilaku antisosial yang menjadi topik pembicaraan, , tapi tetap ditemukan perilaku prososial yang dilakuka ukan oleh seseorang di lingkungan sosialnya setiap hari. N i. Namun yang ditemukan tidak sebesar antisosial. Adanya k a kecenderungan perilaku prososial yang rendah ditemui b i bahkan ada yang sangat rendah, sebagaimana dalam pene nelitian Erlina Permata Sari (2013:83) skor perilaku proso ososial dari 10 (sepuluh) orang siswa berada pada kategori ri sangat rendah 2 (dua) orang siswa, kategori rendah 8 (de (delapan) orang siswa dan tinggi 1 (satu) orang siswa.

  Pertanyaannya adalah kenap apa perilaku prososial yang harus dimaksimalkan? Perilak ilaku prososial mencakup segala bentuk tindakan yang men enguntungkan dan dilakukan untuk menolong orang lain, in, tanpa memperdulikan motif-motif penolong. Perilaku p prososial bermanfaat bagi remaja dalam interaksi sosial ial mereka. Hal ini yang membuat perilaku prososial men enjadi bagian atau norma sosial. Tiga norma yang paling ling penting di dalamnya adalah tanggung jawab sosial, timb imbal balik dan keadilan sosial (Sears, Freedman, dan Pepla plau,, 2005:50).

  Perilaku prososial bagian dar dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, dimana a membutuhkan bantuan dari orang lain dan tidak dapa pat hidup sendiri, manusia akan saling berhubungan n satu sama lain dalam lingkungannya. Lingkungan sosia sial yang dapat mendukung perkembangan individu secar ara positif. Maka remaja dalam berperilaku prososial yang g baik, dituntut adanya kepekaan terhadap kondisi emosi d i dan afeksinya (Sullivan, 2009:78). Perilaku tersebut adala alah indikator bagi mereka yang perilaku prososialnya ya mengalami gangguan. Menurut Sullivan (2009:79) perila erilaku antisosial adalah kebalikan dari perilaku prososia sial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa perilaku yang ng bersifat patologis adalah akibat dari proses keterasingan an dari kehidupan wajar.

  Permasalahan moral yang tum tumbuh dalam pribadi manusia adanya tarikan permanen an antara upaya pemenuhan kepentingan diri pribadi dengan tu n tuntutan untuk kesediaan dirinya memperhatikan kepentin ntingan orang lain. Setiap individu cenderung mendahulukan kan kepentingan dirinya sendiri sebelum mengurus kebutu utuhan orang lain, namun tuntutan batiniahnya juga ada doro orongan untuk membantu kesulitan orang lain (Imam Sutom tomo, 2008:43).

  Kecenderungan perilaku pro prososial yang bermasalah, dalam penelitian Erlina Perma mata Sari (2013:83) skor rata-rata perilaku prososial siswa 5 a 57,1%, berada pada kategori rendah. Perilaku prososial m l mencakup segala bentuk tindakan yang menguntungkan d dan dilakukan untuk menolong orang lain, tanpa memp mperdulikan motif-motif penolong. Perilaku prososial ber ermanfaat bagi remaja dalam interaksi sosial mereka. H . Hal ini yang membuat perilaku prososial menjadi bagia gian atau norma sosial. Tiga norma yang paling pentin ting di dalamnya adalah tanggung jawab sosial, timbal balik alik dan keadilan sosial (Sears, Freedman, dan Peplau,, 2005 005:50).

  Bagian dari rendahnya perila ilaku prososial tersebut tergambar dari hasil AUM (Alat Un Ungkap Masalah) Umum, dimana dari 50 siswa di SMPIT R Rabbi Radhiyya Curup Tengah yang diberikan AUM Umu mum hanya 8 orang yang akan mengonsultasikan permasala alahan yang dialami. Berarti hanya 16 % saja siswa yang ng mau berbagi (sharing) dengan orang lain, sedangkan sele selebihnya 42 orang (84%) tidak ingin berbagi dengan ora orang lain untuk mencari solusi dari permasalahan yang mer ereka alami.

  Keluar dari permasalahan pe perilaku prososial yang merupakan tugas perkembangan an sosial tersebut di atas, guru BK/ konselor dapat melaku lakukan berbagai strategi pendekatan baik secara individu idual maupun kelompok. Sesuai dengan tujuan dari layana anan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan ole oleh Prayitno (1995:178) adalah sebagai berikut:1) mampu u berbicara di depan orang banyak, 2) mampu mengeluarka rkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain seb ebagainya kepada orang banyak, 3) belajar menghargai p i pendapat orang lain, 4) bertanggung jawab atas pendapa pat yang dikemukakannya, 5) mampu mengendalikan dir diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat at negatif), 6) dapat bertenggang rasa, 7) menjadi akrab ab satu sama lainnya, 8) membahas masalah atau topik-top topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersam sama.

  Maka adanya kesesuaian an antara masalah perilaku prososial dengan solusi yang dita ditawarkan dari layanan bimbingan kelompok, dapat memb mbantu para siswa keluar dari permasalahan perilaku prosos sosialnya melalui layanan bimbingan kelompok. Layanan bi bimbingan kelompok yang diberikan, memanfaatkan dinam inamika kelompok dengan teknik modeling yang aktif dan an topik-topik yang terkait dengan perilaku prososial. P l. Pertimbangan terhadap dinamika kelompok yang aktif, tif, akan menciptakan suasana yang hangat antara anggo gota kelompok, anggota kelompok saling berinteraksi, tole toleransi, saling menghargai pendapat, ide, gagasan, dan sar saran serta meningkatkan keberanian anggota kelompok unt untuk mengungkapkan buah pikirannya tanpa ragu, malu-m u-malu bahkan takut. Hal inilah yang menjadi inti kajian da dalam penelitian ini, yaitu peningkatan perilaku prososial ial siswa melalui layanan bimbingan kelompok dengan tekn knik modeling.

  Tujuan utama dalam penelitia litian ini adalah untuk mengungkapkan keefektifan layanan nan bimbingan kelompok dengan teknik modeling terhadap ap peningkatan perilaku prososial siswa SMPIT Rabbi Ra Radhiyya Curup Tengah. dan konseling terhadap siswa yang ang memiliki permasalahan dalam perilaku prososialnya.

  METODOLOGI PENELITIAN N

  Desain penelitian yang digun gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. en. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan an dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitia elitian serta diadakannya kontrol terhadap variabel tertentu ntu (Iqbal Hasan, 2006:10). Eksperimen dalam penelitian in n ini adalah memberikan perlakuan layanan bimbingan kelo elompok kepada subjek penelitian.

  Jenis desain eksperimen yan yang paling tepat untuk penelitian ini adalah Quasi Exper eriment atau eksperimen semu, yaitu suatu desain eksperim erimen yang memungkinkan peneliti mengendalikan varia riabel sebanyak mungkin dari situasi yang ada. Desain ini tid i tidak mengendalikan variabel secara penuh seperti pada e a eksperimen sebenarnya, namun peneliti bisa memperhitun itungkan variabel apa saja yang tak mungkin dikendalikan. n. Salah satu dari desain yang tergolong quasi eksperimen en adalah “Pretest Posttest Control Group Design”. Desain ain ini merupakan desain eksperimen yang dilakukan deng engan sebelum perlakuan diberikan dan sesudah perlakua kuan diberikan, dan juga terdapat kelompok eksperimen dan dan kelompok kontrol.

  Populasi dalam penelitian in ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPIT Rabbi Radhiy hiyya Curup Tengah dan MTs Muhammadiyah Curup Timu imur yang terdiri dari 5 (lima) kelas, dengan jumlah siswa se sebanyak 120 orang. Penarikan sampel peneliti me liti menggunakan purposive sampling dalam menentukan subje bjek penelitian adalah: (1) yang menjadi subyek penelitian ian hanyalah siswa yang memiliki skor prososial yang re rendah dan sedang, (2) merupakan penelitian eksperimen en dengan format kelompok dengan efektif anggota kelom mpok tidak lebih dari 15 orang. Di samping sampel tujuan an juga ditetapkan sampel kuota yaitu mendasarkan pada ju a jumlah yang ditentukan. Jumlah yang dimaksud adalah jum jumlah anggota kelompok yaitu sebanyak 10 orang siswa wa dalam satu kelompok. Memilih 10 orang siswa yang ak akan dijadikan sebagai sampel penelitian pada kelompok pok eksperimen dan juga kontrol dengan melihat hasil prete retest yang memiliki skor menengah ke bawah (hingga sang angat rendah), didasarkan dari masalah terberat dari hasil Ala l Alat Ungkap Masalah (AUM) Umum tingkat SLTP yang tid g tidak mengonsultasikan masalahnya.

  Teknik pengumpulan data ya yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui peny nyebaran instrumen skala prososial. Peneliti melakukan pe pengumpulan data penelitian dengan menggunakan instr strumen skala prososial. Pengumpulan data dilakukan den dengan pretest dan posttest yang diberikan kepada siswa a di sekolah yang akan dijadikan sampel untuk kelompo pok eksperimen dan kelompok kontrol. Data yang diper iperoleh melalui sejumlah teknik pengumpulan data, yang dia dianalisis dengan menggunakan teknik dan rumus statistik n tik non-parametrik. Teknik analisis data yang digunakan adala dalah statistik non parametrik, dengan menggunakan uji W i Wilcoxon Signed Ranks Test dan Kolmogorov Smirnov 2 I 2 Independent Sampels.

HASIL PENELITIAN

  Hasil penelitian eksperimen en yang telah dilaksanakan di kelas VIII SMPIT Rabbi R i Radhiyya Curup Tengah sebanyak 10 orang sebagai samp mpel kelompok eksperimen dan kelas VIII MTs Muham ammadiyah Curup Timur sebanyak 10 orang sebagai kelom lompok kontrol. Data yang diperoleh adalah hasil pretest test dan posttest berkaitan dengan perilaku prososial siswa.

  a. Instrumen perilaku prososial digunakan instrumen yan yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. Berdasarkan data ta yang diperoleh peneliti, dapat dideskripsikan hasil penelitia elitian sebagai berikut:

  1. Hasil Pretest Kelompok Ekspe perimen dan Kelompok Kontrol Hasil dari pembagian kelo kelompok berdasarkan data yang didapatkan rata-rata tiap tiap kelompok berada pada kategori rendah, sebagaimana te a terlihat pada tabel berikut:

  Tabel 1:Distribusi Mean Tahap hap Pretest.

  Mean

  Sampel N Perilaku Prososial

  Eksperimen

  10

  89 Pretest Kontrol

  10

  88 Total

  20 Data pada Tabel 1 di ata atas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretest pada kelomp mpok eksperimen sebesar 89 dan kelompok kontrol 88. H

  8. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kelompok ekperimen en dan kelompok kontrol memiliki rata-rata perilaku pro rososial siswa yang sama. Setelah pemberian layan yanan bimbingan kelompok dengan teknik modeling se sebanyak 5 (lima) kali pertemuan kepada kelompok e k eksperimen selama 5 (lima) minggu dan tanpa teknik mo odeling untuk kelompok kontrol, kemudian peneliti men engukur tingkat perilaku prososial.

  Adapun hasil pengukura uran skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen en dan kontrol tersebut terdapat skor antara kelompok pok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila dilihat d t dari perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen en setelah pemberian layanan bimbingan kelompok den dengan teknik modeling, dengan kelompok kontrol sete setelah diberikan layanan bimbingan kelompok tanpa te teknik modeling adalah sebagai berikut: Tabel 2: Distribusi Mean Taha ahap Posttest

  Mean

  Sampel N Perilaku Prososial

  Eksperimen 10 124

  Pretest Kontrol

  10

  94 Total

  20 Data pada Tabel 2 di ata atas, dapat dilihat bahwa rata-rata pada kedua kelompok tid tidaklah sama, kelompok eksperimen perilaku prososial ial dengan skor 124 tergolong dalam kategori tinggi, sedang angkan kelompok kontrol berada pada kategori rendah de dengan skor 94.

  3. Deskripsi Data Hasil Pretest da t dan Posttest Perilaku Prososial Kelompok Eksperimen Untuk melihat perubahan han tingkat perilaku prososial siswa pada kelompok eksper perimen dari hasil pretest dan posttest. Pada saat pretes test, siswa yang berada pada kategori sangat tinggi tidak a k ada (0%) setelah diberi layanan bimbingan kelompok k dengan teknik modeling menjadi 1 orang siswa (10%), k ), kategori tinggi sebelum diberi layanan bimbingan kelo elompok dengan teknik modeling tidak ada (0%) setelah dib diberi layanan bimbingan kelompok dengn teknik mode odeling menjadi 3 orang siswa (30%), adapun kategori s i sedang, sebelum diberi layanan bimbingan kelompok ok dengan teknik modeling 1 orang siswa (10%) setelah h diberi menjadi 3 orang siswa (30%), dan siswa yang ng di awal memiliki perilaku prososial dengan kategori ren rendah ada 9 orang siswa setelah diberi layanan bimbing ingan kelompok dengan teknik modeling tidak ada lagi.

  4. Deskripsi Data Hasil Pretest da t dan Posttest Perilaku Prososial Kelompok Kontrol Data yang diperoleh dike iketahui terdapat perubahan yang tidak signifikan tingkat p t perilaku prososial siswa pada kelompok kontrol pada sa a saat pretest dan posttest. Siswa yang pada saat pretest bera erada pada tingkat sangat tinggi, tinggi dan sangat rend ndah tidak ada (0%), setelah diberi layanan bimbingan k n kelompok tanpa teknik modeling tetap tidak ada (0%) %), kategori sedang di awal 1 orang siswa (10%) menjadi adi 4 orang siswa (40%), dan kategori rendah di awal 9 o l 9 orang siswa (90%) berkurang menjadi 6 orang siswa (20% 20%).

  5. Pengujian Hipotesis

  a. Pengujian Hipotesis Pertam tama Hasil pengujian hipotesis p s pertama dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3: Hasil analisis Wilc ilcoxon’s Signed Ranks Test Kelompok Eksperimen.

  Pretest - Posttest

  Z -2.807a

  hitung

  Signifikansi One Tailed d .0025 Berdasarkan Tabel 3 l 3 di atas, terlihat bahwa angka probabilitas Asmyp. p. Sig.(1-tailed) perilaku prososial kelompok eksper perimen sebesar 0,05, atau probabilitas sama dengan alpha ha 0,05 (0,0025 ≤ 0,05). Hasil tersebut menunjukka kan bahwa Ho ditolak . Dengan demikian hipotesis pertam tama dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ”ter terdapat perbedaan yang signifikan pada perilaku pros rososial siswa kelompok eksperimen sebelum dan se setelah mendapat layanan bimbingan kelompok dengan te teknik modeling." Maka terdapat peningkatan yang ng signifikan pada perilaku prososial siswa kelompok kontr ntrol sebelum dan setelah mendapat bimbingan kelom lompok dengan teknik modeling, yaitu dengan rata-rata s ta skor pretest 89 dengan kategori rendah dan posttes ttest meningkat menjadi 124 dengan kategori tinggi. b. Pengujian Hipotesis Kedua ua Hasil pengujian hipotesis k s kedua dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4: Hasil analisis Wilc ilcoxon Signed Rank Test Kelompok Kontrol.

  Z -2.572a

  hitung

  Signifikansi One Tailed d .005 Berdasarkan Tabel 4 m 4 menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0.005. Hasil ters tersebut ditemukan bahwa nilai Asymp. Sig. hasil per erhitungan lebih besar daripada nilai Asymp. Sig. pada tab tabel kritis (0,005 ≤ 0,05). Hasil tersebut menunjukka kan bahwa Ho ditolak. Maka hipotesis kedua dalam penelitia elitian ini dapat diterima, yaitu ”terdapat perbedaan an yang signifikan pada perilaku prososial siswa kelompo pok kontrol sebelum dan setelah mendapat layanan b n bimbingan kelompok tanpa teknik modeling." Maka terd terdapat peningkatan yang kurang signifikan pada p perilaku prososial siswa kelompok kontrol sebelum dan setelah mendapat bimbingan kelompok tanpa npa teknik modelin, yaitu dengan rata-rata skor pretest 88 d 8 dengan kategori rendah dan posttest tetap berada pa pada kategori rendah dengan skor 94.

  c. Pengujian Hipotesis Ketiga tiga Hasil pengujian hipotesis d s dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5: Hasil Analisis Kol olmogorov-Smirnov Kelompok Eksperimen dan Kontrol l

  Posttest Perilaku

  Prososial Z 2.236

  hitung

  Signifikansi one tailed .000 Berdasarkan Tabel 5 d 5 di atas, dapat terlihat bahwa pada kolom Asymp.Sig. (1-ta 1-tailed)/ signifikan untuk uji satu sisi adalah 0.000, a , atau probabilitas di atas 0.05 (0.000 ≤ 0.05). Maka H0 dito ditolak, ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang sig signifikan perilaku prososial siswa kelompok eksperimen d n dengan siswa kelompok kontrol setelah mendapatk atkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik mo modeling.Uraian tersebut menjawab hipotesis mayor or yang berbunyi bahwa “Layanan bimbingan kelompok d dengan teknik modeling efektif dalam meningkatkan tkan perilaku prososial siswa”.

  PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil pengujian ian hipotesis pertama yang berbunyi “Terdapat perbedaan aan yang signifikan pada perilaku prososial siswa kelompo pok eksperimen sebelum dan setelah diberikan perlaku kuan layanan bimbingan kelompok dengan teknik modeling ling.” Berdasarkan data dapat diartikan perilaku prososial s l siswa meningkat setelah diberikan layanan bimbingan kelo lompok dengan teknik modeling.

  Perilaku prososial siswa adala dalah hal yang penting dimiliki oleh siswa, oleh karenanya p a perlu suatu upaya untuk membantu siswa meningkatkan p perilaku prososialnya. Layanan bimbingan kelompok ada adalah salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling,

  g, dilakukan dengan teknik modeling terbukti efektif me membantu meningkatkan perilaku prososial siswa. Hal ini d i dapat dilihat dimana hasil pretest yang menunjukkan bahw ahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, rata-rata antara k kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rata-rata tin tingkat perilaku prososial untuk kelompok eksperimen adala dalah 89, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata ting tingkat perilaku prososial sebesar 88. Ini berarti kedua kelom lompok sama-sama berada pada kategori rendah.

  Setelah layanan bimbingan an kelompok dengan teknik modeling diberikan kepada a kelompok eksperimen, tingkat perilaku prososial siswa m a menjadi meningkat, yang mana semula berada pada ka kategori rendah, berubah menjadi kategori tinggi, sedangkan kan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan tetap berad ada pada kategori rendah. Dengan demikian perilaku prosos sosial siswa itu bisa meningkat apabila didukung oleh bebe berapa faktor yang mana faktor tersebut berada disekitar sis siswa itu sendiri.

  Melalui layanan bimbingan n kelompok yang dilaksanakan lima sesi dengan topik-top topik: (1) berbagi dengan orang lain untuk memecahkan ma masalah, (2) kerjasama dalam menggapai tujuan bersama, a, (3) menyumbang dan kedermawanan dengan keikhlasan san, (4) menolong orang lain akan ditolong Allah, (5) k kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Terbukti bahw hwa perilaku prososial akan lebih meningkat dengan ad adanya modeling dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam lam penelitian ini layanan bimbingan kelompok dengan an menggunakan model simbolik menjadikan siswa belajar lajar untuk berprilaku prososial. Kenyataan di atas sesuai den dengan pendapat Sprafkin (dalam Taylor, Freedmen, dan Pep eplau, 2012:464) bahwa belajar observasional dalam melih lihat model prososial juga penting seperti ditunjukkan dalam lam riset terhadap acara televisi prososial lebih banyak mem embantu. Modeling akan model yang melakukan perilaku u prososial akan lebih mudah berperilaku prososial juga,

  a, baik dalam kehidupan nyata model sebenarnya maupun m n model simbolik dalam proses belajar. Perilaku prososial dapat te terjadi dimana saja dan kapan saja. Perilaku prososial ial juga akan terjadi di lingkungan sekolah. Kemampuan an siswa dalam melakukan perilaku prososial antara siswa y a yang satu dengan siswa yang lain tidak sama. Siswa yang ng memiliki kemampuan perilaku prososial yang tinggi, d i, dapat terlihat dari sikap yang senang akan membantu orang ang lain, memiliki kepedulian terhadap orang lain, berbagi d i dengan orang lain, peka terhadap keadaan sekitar, senang ng melakukan kerja sama dan memiliki kepribadian yang ang jujur. Sehingga akan mudah menjalani kehidupan sosia sial di lingkungannya dan ia tidak akan mengalami hambat batan dalam mendapatkan bantuan dari orang lain. Sebalik liknya siswa yang memiliki kemampuan perilaku prosos sosial yang rendah akan mengalami hambatan dalam kehid hidupan sosialnya, dimana tidak memiliki tiga norma dalam lam kehidupannya, norma tanggung jawab sosial, norma tim timbal balik dan norma keadilan sosial (Sears, Freedman, n, dan Peplau, 2005:50). Maka masalah yang dialami ole oleh siswa tersebut yang berkaitan dengan perilaku p prososial yang rendah memerlukan bantuan konselor.

  Hipotesis kedua yang berbun unyi “Terdapat perbedaan yang signifikan pada perilaku pro prososial siswa kelompok kontrol pada pretest dan posttes ttest (layanan bimbingan kelompok tanpa teknik modelin ling).” Berdasarkan data tersebut dapat diasumsikan bahwa wa pada kelompok kontrol ada peningkatan tetapi kurang sig signifikan, terbukti tetap berada pada kategori rendah.

  Sedangkan berdasarkan hasil asil pengujian hipotesis ketiga yang berbunyi ”Terdapat per erbedaan yang signifikan pada perilaku prososial siswa kelo elompok eksperimen yang diberikan layanan bimbingan ke kelompok dengan teknik modeling, dengan siswa kelompok pok kontrol yang diberikan layanan bimbingan kelompok ta k tanpa teknik modeling”. Ini berarti bahwa terdapat perbed edaan yang signifikan antara perilaku prososial siswa kelo elompok eksperimen dan kelompok kontrol, setelah mend endapatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik nik modeling dan tanpa modeling. Adanya perbedaan anta ntara hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen en diduga sebagai akibat dari layanan bimbingan kelompok pok dengan teknik modeling yang diberikan. Menurut Pra rayitno dan Erman Amti (2004:108), bimbingan kelompo pok bertujuan secara khusus, diantaranya; 1) melatih latih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiata iatan kelompok, 2) melatih siswa untuk dapat bersikap tengg nggang rasa dengan orang lain, 3) melatih siswa memperoleh leh keterampilan sosial dan 4) membantu siswa mengenali ali dan memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang ng lain.

  Menurut Prayitno (1995:23) 3) dengan mengaktifkan dinamika kelompok memberikan n kesempatan yang sama kepada anggota kelompok untu ntuk berperan aktif mengeluarkan pendapat, berbicara a secara terbuka, dapat mengembangkan kemampuan ber berkomunikasi dan dapat melatih pengendalian diri sisw iswa, secara lebih khusus bimbingan kelompok bertujuan un untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persep sepsi, wawasan dan sikap yang dapat meningkatkan penyes yesuaian sosial siswa, maka menggunakan model simbolik olik juga bertujuan untuk menghidupkan dinamika kelomp mpok. Kesimpulan tersebut di atas mendukung pendap apat Prayitno (1995:66) menyatakan bahwa bimbingan dan dan konseling kelompok dalam gerak dinamika kelompok k dapat mengembangkan kemampuan sosial, berkepribadia dian mantap, keterampilan komunikasi efektif, sikap berte rtenggang rasa, memberi dan menerima toleran, bersikap d demokratis dan memiliki tanggung jawab sosial dengan k n kemandirian yang kuat. Berdasarkan hasil analisis data d di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan ke kelompok dengan teknik modeling efektif dalam mening ingkatkan perilaku prososial siswa. Pendapat Agus Mae aemun (2012:2) bahwa Bimbingan kelompok dengan tek teknik modeling adalah suatu upaya bimbingan melalui ke i kegiatan kelompok yang dilaksanakan dengan mengamati d ti dan menghadirkan model secara langsung untuk mencapa pai tujuan bimbingan dan konseling, sehingga kecakapan-k -kecakapan pribadi atau sosial tertentu bisa diperoleh d dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-mo model yang ada.

  Perry dan Furukawa (dalam lam Agus Maemun, 2012:2) menyatakan bahwa teknik m k modeling adalah suatu komponen dari suatu strategi dim dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingk gkah laku yang menjadi tujuan. Taufik (2009:159) mengem gemukakan bahwa teknik modeling diberikan dengan cara ra klien mengamati orang lain sebagai model yang akan dico icontoh. Kemudian klien diberi penguatan apabila mampu m u mencontoh model yang diberikan tersebut. Hal ini terutam tama dilakukan untuk memperoleh tingkah laku kecakapan s n sosial.

  Adapun hasil yang diperoleh leh dari pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik mo modeling membuat siswa lebih termotivasi untuk lebih berp erperilaku prososial dengan membahas topik-topik prososia sial yang telah disaksikan dari model simbolik yang ditonton ton, sehingga menunjang terjadinya peningkatan perlaku pro prososial siswa.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan data atau hasil sil penelitian yang diperoleh, setelah dilakukan analisis sta statistik, uji hipotesis dan pembahasan, maka dapat disimp impulkan secara umum bahwa layanan bimbingan kelo elompok pada kelompok eksperimen maupun kontrol sama ma-sama signifikan adanya peningkatan antara pretes de dengan posttest. Adapun bimbinghan kelompok teknik mo modeling lebih efektif dalam meningkatkan perilaku pros rososial siswa, dibanding tanpa teknik modeling. Terlihat d t dari skor perilaku prososial, dimana kelompok eksperime men pada awalnya secara rata-rata berada pada kategori ren rendah meningkat menjadi tinggi, adapun kelompok kontro trol pada awalnya secara rata-rata berada pada kategori rend endah tetap berada pada kategori rendah.

  Berdasarkan hal tersebut d t di atas layanan bimbingan kelompok dengan teknik ik modeling lebih dapat meningkatkan perilaku prososial s ial siswa dibandingkan tanpa teknik modeling. Layanan bim imbingan kelompok yang bersifat aktif, dinamis, bebas, ter terbuka, meluas dan melibatkan siswa memungkinkan be berkembangnya suasana kejiwaan yang sehat dengan s spontanitas, sosialisasi yang baik, perasaan senang, g, empati, santai, dapat meningkatkan pemahaman, kesad adaran diri, optimis serta dapat membuat sebuah komitme men untuk meningkatkan rasa percaya diri, rasa saling men enghargai, empati, mampu bergaul dengan sesama dan y yakin akan kemampuan yang dimiliki. Pada akhirnya dihar iharapkan dapat memiliki perilaku prososial yang meningkat. kat.

  SARAN

  Berdasarkan hasil penelitian tian, pembahasan, dan kesimpulan yang telah dikemukaka akan, ada beberapa saran yang dapat diajukan sebagai tind tindak lanjut penelitian ini. Beberapa saran yang dapat dia t diajukan adalah sebegai berikut; 1) Bagi Guru BK/ Konse selor, disarankan untuk mengadakan layanan bimbingan ke kelompok dengan teknik modeling di sekolah yang disertai tai dengan adanya inovasi. Layanan bimbingan kelompok d k dengan teknik modeling akan terlaksana secara intensif, b , bila terprogram secara terpadu dengan program sekolah,

  h, 2) Bagi Peserta Didik, setelah mengikuti bimbingan kelo elompok dengan teknik modeling siswa termotivasi, untuk uk meningkatkan perilaku prososialnya, juga mengembangk gkan sikap terbuka atau berbagi ketika ada masalah, belaj lajar untuk berlaku jujur, peduli terhadap lingkungan sekita kitar dan membiasakan bekerjasama serta menolong orang ang lain, 3) Bagi Peneliti selanjutnya, direkomendasikan un untuk menentukan variabel kontrol lainnya yang lebih ban banyak dan mempelajari aspek lain yang berkontribusi pad pada peningkatan perilaku prososial siswa melalui layanan nan bimbingan kelompok yang lebih kreatif dan inovatif.

DAFTAR RUJUKAN

  Agus Maemun. 2012. Pengem embangan Model Bimbingan Kelompok dengan Tek eknik Modeling untuk Mengembangkan Budi Pek Pekerti Berbasis Nilai-Nilai Humanistik. Jurnal Bimbinga gan Konseling, (Online), Vol. 1, No. I, (http://journa nal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk, diakses 10 Desember 20 2013).

  Chaplin, J. P. 2004. Kamus Lengk gkap Psikologi. Terjemahan oleh Kartini Kartono. Jakarta: R ta: Rajawali Press. Erlina Permata Sari. 2013. Penge ngembangan Model Layanan Bimbingan Kelompok deng ngan Teknik Sosiodrama

  Untuk Meningkatkan Sik Sikap Prososial. Jurnal Bimbingan Konseling, (Onlin line), Vol. 2, No. II, (http://journal.unnes.ac.id/s id/sju/index.php/jubk, diakses 9 Desember 2013). Hurlock, Elizabeth B. 1999. Perk erkembangan Anak jilid II. Terjemahan oleh Med. Meitas itasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth B. 2004. Psik sikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang Kehidu idupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soejarwo wo. Jakarta: Erlangga. Imam Sutomo. 2008. Altruisme me Dalam Kehidupan Masyarakat Plural (Studi Pemikir ikiran Moral Nurcholish Madjid). Disertasi tidak dite diterbitkan. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Iqbal Hasan. 2006. Analisis Data P ta Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Prayitno. 1995. Layanan Bimbinga ingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: G ta: Ghalia Indonesia. Prayitno dan Erman Amti. 2004. D . Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Cetakan Kedua. Jakarta arta: Rineka Cipta.

  UNP. Sears, D. O., Freedman, J. L., da dan Peplau, L. A. 2005. Psikologi Sosial. Terjemahan o oleh Michael Adryanto.

  Jakarta: Erlangga. Sullivan, L. E. 2009. The Sage ge Glossary of the Social and Behavioral Sciences. Onlin nline Pub. Date: SAGE Publications, Inc.

  Syamsu Yusuf. 2006. Psikologi Pe i Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja R Rosdakarya. Taufik. 2009. Model-model Konse nseling. Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNP. Taylor, S. E., Peplau, L. A., dan an Sears, D. O. 2012. Psikologi Sosial. Edisi Keduabelas las. Terjemahan oleh Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kenc encana Prenada Media Group.