Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri Karanggondang 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  2.1.1 Pengertian Belajar

  Belajar merupakan kebutuhan setiap manusia, hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan dan sikap manusia terbentuk dan berkembang karena belajar. Belajar itu sendiri pada dasarnya tidak memandang siapa yang belajar dan dimana tempatnya, sehingga siapa saja dapat melakukannya. Menurut Morgan (dalam Agus Suprijono, 2009: 3) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Sementara menurut Slameto (2010: 2) mengatakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Nana Sudjana (2010: 28) berpendapat bahwa belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.

  Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian belajar, maka dapat ambil disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan dari hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya.

  2.1.2 Hasil Belajar

  Menurut Hadari Nawawi (1988: 100) “hasil belajar diartikan sebagai tingkatan keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes

  ”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36), “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran”. Dari pendapat tersebut bisa diambil kesimpulannya bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari suatu proses pembelajaran yang diperoleh dari penguasaan materi mata pelajaran tertentu yang ditunjukkan melalui nilai tes ataupun skor oleh guru

2.1.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Slameto (2003) mengemukakan bahwa: Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa itu sendiri.Faktor internal terdiri dari kecerdasan, intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

  Menurut Wasliman (dalam susanto 2013: 12) berpendapat bahwa: Hasil belajar yang akan dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal.

  1. Faktor internal: faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, kondisi fisik dan kesehatan.

  2. Faktor Eksternal: faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil beajar adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat

  Berdasarkan uraian diatas tentang faktor

  • – faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa faktor
  • – faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri sendiri (internal) dan faktor dari luar dirinya sendiri (eksternal).

  2.1.2.2 Pengukuran Hasil Belajar

  Pengukuran hasil belajar merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka

  • – angka pada sesuatu gejala, peristiwa, dan benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka, Endang Purwanti (2008). Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Pengukuran hasil belajar yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda merupakan tes yang menuntut siswa untuk memilih jawaban yang tepat dengan cara memberikan tanda atau menyilangnya, Endang Purwanti (2008).

  Sedangkan teknik non tes yang peneliti gunakan dalam pelelitian ini adalah observasi dan presentasi. Menurut Sudjana (2009: 109) observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun buatan. Presentasi merupakan penyajian karya dari siswa dalam kelompok Endang Purwanti (2008).

  2.1.2.3 Tujuan Penilaian Hasil Belajar

  Tujuan tentang penilaian hasil belajar dikemukakan oleh Kellough dan Kellough (dalam Arifin, 2012: 14) adalah untuk membantu belajar peserta didik, untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, menilai efektivitas penggunaan strategi pembelajaran, menilai serta meningkatkan efektivitas program kurikulum dan efektivitas pembelajaran, menyediakan data yang membantu dalam pembuatan keputusan, komunikasi serta melibatkan orang tua peserta didik.

  Selain itu Chittenden (dalam Arifin, 2012: 15) mengemukakan tujuan penilaian adalah “keeping track, checking-up, finding-out, and summing-up”. yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik

  Keeping track sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.

  Checking-up yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Finding-out yaitu dalam mencari, menemukan, dan mendeteksi kekurangan, kesalahan, dan kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.

  

Summing-up yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik

  terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil kesimpulan ini dapat digunakan oleh guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan.

2.1.3 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris yaitu

  ‘science’.Kata ‘science’

  sendiri dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu.‘Science’ terdiri dari social sciences (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu Pengetahuan Alam). Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno (dalam Susanto, 2013:167)

  “IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi ”. Penambahan kata ini bersifat pengembangan dari ketiga komponen di atas, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.

  Winaputra (dalam samatoa, 2010:3)”IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, cara memecahkan masalah”. Sedangkan Susanto (2013:167) “Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada tujuan, dan menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan ”.

  Menurut Laksmi Prihantoro dkk, (dalam Trianto, 2012: 137) “Ilmuu pengetahuan Alam pada hakikatnya merupakan produk, proses dan aplikasi

  ”. Sebagai produk, IPA adalah sekumpulan pengetahuan, konsep. Sebagai proses,

  IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan, mengembangkan produk-produk sains, sebagai aplikasi, teori-teori

  IPA akan melahirkan teknologi dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

  Dari pengertian tersebut dapat diperolehkesimpulan bahwa IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep IPA.

2.1.3.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD

  Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan IPA merupakan ilmu yang membahas tentang gejala alam. Sejalan dengan pentingnya IPA sebagai ilmu yang mempelajari gejala alam, ilmu pengetahuan alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara runtut, sehingga tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang hanya berupa fakta, konsep, prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (KTSP Standar Isi 2006).

  Powler (dalam Samatowa 2010: 3) mengemukakan bahwa :

  IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/ sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berhubungan, menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, dan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Menurut Usman (2010: 3) “ilmu pengetahuan alam membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia".

  Menurut Sutrisno dkk, (2007: 1.29) IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan, terdiri tiga aspek yaitu: a)

  IPA sebagai proses Memahami IPA berarti memahami bagaimana menghubungkan fakta- fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan menggunakan prosedur empirik dan analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau.

  b)

  IPA sebagai prosedur

  IPA sebagai prosedur adalah metodologi ataupun cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu atau penelitian.

  c)

  IPA sebagai produk

  IPA sebagai produk adalah hasil proses yang berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah maupun luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan.

2.1.3.3 Tujuan Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar

  Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP, 2006), dimaksudkan untuk: a.

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam sekitarnya.

  b.

  Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  c.

  Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d.

  Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

  e.

  Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta untuk memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam.

  f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan mendapat bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

  2.1.3.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar

  SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas V SD dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas V

  

Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  5. Memahami hubungan 5. 1 Siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan antara gaya, gerak, dan energi melalui energi, serta fungsinya. percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)

  2.1.3.5 Karakteristik IPA

  IPA juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya.Karakteristik menurut Jacobson & Bergman (dalam Susanto 2013: 170), meliputi: 1.

  IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori 2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena serta kejadian alam, termasuk juga dalam penerapannya

3. Sikap keteguhan hati, rasa ingin tahu, dan ketekunan dalam mengungkap

  4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja

  5. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif

2.1.3.6 Ruang Lingkup IPA

  Menurut Permendiknas (2007: 149), ruang lingkup bahan kajian IPA SD meliputi aspek-aspek berikut:

  1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan hubungannya dengan lingkungan, dan kesehatan.

  2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya diantaranya: cair, padat, dan gas.

  3. Energi dan perubahannya diantaranya: gaya, bunyi, panas magnet, listrik, cahaya, pesawat sederhana.

  4. Bumi dan alam semesta diantaranya: tanah, bumi, tata surya, benda-benda langit lainnya.

2.1.4 Model Problem Based Learing

2.1.4.1 Pengertian Problem Based Learning

  Problem Based Learning dikembangkan untuk membantu siswa dalam

  mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan ketrampilan intelektual. Duch, Allen dan White (dalam Hamruni 2012: 148) “pembelajaran berbasis masalah menyediakan kondisi untuk meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan analitis serta memecahkan masalah kompleksdalam kehidupan nyata sehingga akan memunculkan budaya berpikir pada diri siswa”.

  Menurut Silver (dalam Wardoyo 201 3: 74) “Problem Based Learning merupakan metode pembelajaran yang menuntut adanya aktivitas siswa secara penuh dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi siswa secara mandiri dengan cara mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman yang dimil iki”

2.1.4.2 Langkah-langkah Problem Based Learning

  John Dewey dan David Johnson (dalam Hamruni 2012: 153) menjelaskan terdapat 6 langkah Problem Based Learning yang dinamakan metode pemecahan masalah, yaitu: 1.

  Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

  3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa menemukan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki 4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah 5. Menguji hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan atau penolakan hipotesis yang diajukan 6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

2.1.4.3 Kelebihan dan kekurangan Model Problem Based Learning

  Model Problem Based Learning mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu: Hamruni (2012: 157) Sebagai suatu strategi pembelajaran, Problem Based

  Learning memiliki beberapa keunggulan: 1.

  Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran

  2. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

  3. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.

  4. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata.

  5. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

  6. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 7. kesemnpatan bagi siswa untuk

  Memberikan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

  8. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

9. Lebih menyenangkan dan disukai oleh siswa 10.

  Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun prosesnya Kelemahan : 1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.

  2. Keberhasilan pembelajaran melalui problem based learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan

  3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak belajar apa yang mereka ingin pelajari.

2.2 Penelitian yang Relevan

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Novi Andristutik tahun 2013 tentang “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 Semester II Sekolah Dasar Negeri 6 Sindurejo Tahun Ajaran 2012/ 2013” menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan ketuntasan kelas pada prasiklus mencapai 44% dan meningkat pada siklus I yaitu sebesar 72% kemudian mengalami peningkatan kembali pada siklus II yaitu sebesar 94%.

  Hasil penelitian yang dilakukan Rifki Khamdani 2013 tentang “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 6 SD Negeri Kemligi Kecanatan Wonotunggal Kabupaten Batang Tahun Pelajaran2013/2014

  ” menyimpulkan bahwa kenaikan hasil belajar matematika siswa terlihat dari kenaikan persentasi ketuntasan belajar matematika dari pra siklus 22,2%, siklus I naik menjadi 72,2%, dan siklus II naik menjadi 88,9%.

  Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Novi Andriastutik dan Rifki Khamdani bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning meningkatkan hasil belajar siswa.Hal itu dapat dilihat dari perolehan nilai pada siklus 2 lebih tinggi dari siklus 1.

2.3 Kerangka Berfikir

  Matapelajaran ilmu pengetahuan alam adalah matapelajaran yang mempelajari gejala-gejala alam yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga membutuhkan sebuah model pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran IPA lebih nyata sehingga mudah dipahami oleh siswa. Sebuah model pembelajran model problem based learning mampu mengajak siswa berpikir kritis dan terlatih untuk bekerjasama dalam kelompok serta siswa dapat memperoleh pengalaman secara langsung.

  Proses pembelajaran sebelum diterapkan model problem based leraning belum memuaskan. Siswa masih sering tidak bias menyelesaikan masalah tanpa bantuan guru dan siswa terlihat bosan saat proses pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar IPA siswa rendah bahkan tidak mencapai KKM. Proses selanjutnya dilakukan tindakan berupa perlakuan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning. Melalui perlakuan tersebut terlihat perbedaan tingkah laku siswa dan hasil belajar IPA ke arah yang lebih baik. Selanjutnya yang terakhir adalah pengolahan data yang diperoleh dari kondisi awal hingga dilakukannya tindakan.

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

  Penggunaan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar

  Siswa Kelas V SD Negeri Karanggondang 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

  Pembelajaran masih konvensional. Tidak menggunakan model problem

  based learning

  Dalam mengerjakan soal siswa belum bisa mandiri. Siswa sering terlihat mengantuk saat pembelajaran

  Dilakukan tindakan Nilai siswa dibawah KKM dan ketuntasan kelas masih rendah

  Dalam pembelajaran diterapkan model problem based learning 1.

  Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa 2. Mengorganisasikan siswa untuk mandiri dalam bereksperimen 3. Membantu infestigasi mandiri dan kelompok 4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

  Siswa dapat menyelesaikan sendiri masalah yang diberikan guru, siswa terlihat aktif dalam melakukan pemecahan masalah didalam kelompok

  Nilai memenuhi KKM dan ketuntasan kelas meningkat

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make A Match Berbantuan Media PowerPoint Siswa Kelas 5 SDN Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester

0 0 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make A Match Berbantuan Media PowerPoint Siswa Kelas 5 SDN Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semar

0 0 26

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA POWER POINTSISWA KELAS 5 SDN BUTUH 1 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Make A Match Berbantuan Media PowerPoint Siswa Kelas 5 SDN Butuh 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 64

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 20

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 20

0 0 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pa

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 20

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 20

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery Learning dan Problem Solving pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Gugus Diponegoro Kecamatan Tengaran Semester II Tahun 20

0 1 64