PKN Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

lkV

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT,
DASAR, DAN IDEOLOGI NEGARA
INDONESIA
Pendidikan Pancasila

DOSEN PENGAMPU:

Asep Zainal Mutaqin

Idzni Ghassani Shabrina
Susilowat
Reinast Cahya Kesuma
Ratrian Novianto
Luthfi Pratama Putra S
Alisha Chandra

DISUSUN OLEH:
(20110150094)
(20110150095)

(20110150096)
(20110150097)
(20110150098)
(20110150099)

Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran

1

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum

warahmatullahi

wabarakatuh.alhamdulillahirabbilalamin.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik. shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada

baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat mengetahui hal hal yang berkaitan
dengan sejarah awal lahirnya pancasila dan laporan ini juga merupakan salah satu tugas
Mata Kuliah Pancasila Semester 1 Tahun 2015, yang kami sajikan berdasarkan kegiatan
pembelajaran yang telah di lakukan dan berbagai sumber referensi lainnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pancasila kami yang telah
membimbing kami agar dapat mengetahui materi materi yang berkaitan dengan Mata
Kuliah Pancasila. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Jatinangor, 27 September 2015

Penyusun

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Secara Antologis.........................................................................................................6
B. Secara Epistemologis..................................................................................................8
C. Secara Aksiologis......................................................................................................10
D. Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara..........................................................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................................17
B. Saran........................................................................................................................17

3

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar dan ideologi negara yang sekaligus menjadi
pandangan hidup dan pedoman bagi bangsa Indonesia untuk hidup berbangsa dan
bernegara. Belakangan ini nilai nilai yang tekadung dalam pancasila sudah tidak lagi
dianggap sakral oleh bangsanya sendiri. Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada yang
merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan
ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya,
baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu
dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan
manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta
falsafah negara Republik Indonesia.
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombangambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu
memiliki dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka
bangsa dan negara akan rapuh. Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar
sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan
hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan
berbudaya tinggi.
Oleh karena itu penanaman nilai nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sangatlah penting dan krusial. Nilai nilai yang tekandung dalam pancasila
merupakan nilai nilai luhur bangsa yang nilai nilai tersebut dikemukakan untuk menjadi
pedoman hidup untuk bangsa indonesia. Nilai nilai yang terkandung dalam pancasila

dapat dikaji dalam beberapa bidang kajian filsafat yaitu secara antologis, epistemologis
dan aksiologis.

5

B. Rumusan Masalah





Kajian nilai nilai pancasila secara Antologis.
Kajian nilai nilai pancasila secara Epistemologis.
Kajian nilai nilai pancasila secara Aksiologis.
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.

C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini agar kita lebih tau nilai nilai pancasila
dalam berbagai bidang kajian filsafat yaitu secara antologis, epistemologis dan aksiologis.
Selain itu juga setelah lebih tau tentang nilai nilai pancasila dalam kajian filsafat, kita bisa

menerapkan nilai nilai itu dalm kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu juga
bertujuan untuk mengetahui hal hal yang menyangkut tentang pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara.

6

BAB II
PEMBAHASAN
A. Secara Antologis
Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila terdiri atas lima sila memiliki
satu kesatuan dasar ontologis maksudnya setiap sila bukan merupakan asas yang berdiri
sendiri-sendiri.
Jika sila-sila dalam pancasila dijabarkan maka akan menjadi sebagai berikut :
1. Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa
Sila pertama ini mejiwai dari sila-sila yang lainnya. Tuhan itu satu dan manusia
ada karena adanya tuhan. Dengan sila pertama ini diharapkan jika kita bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kenyataannya kita tidak lepas dari salah dan dosa, tetapi
dengan beragama yang tentunya agama islam kita akan sadar, waspada pada yang akan
kita lakukan agar tidak menyalahi dan melanggar ajaran agama. Dalam tujuan pendidikan

nasional disebutkan untuk menjadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Dan dalam
lingkungan keluarga, sekolah , dan masyarakat juga ditanamkan nilai keagamaan dan
pancasila. Dan dengan agama dan pancasila kita percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa,
menghormati antar pemeluk agama, tidak memaksakan agama pada orang lain, dan ini
merupakan pengamalan dari sila-sila Pancasila.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Manusia merupakan subjek pokok terbentuknya suatu negara. Manusia yang
dimuka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang diperlakukan sesuai
dengan nilai-nilai pancasila dan sebagai fitrahnya sebagai hamba Allah.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Negara itu ada karena adanya manusia yang bersatu. Persatuan merupakan kunci
kemenangan dengan persatuan yang kuat kita dapat menikmati alam ini. Jika dalam
pendidikan dapat ddiartikan bahwa pendidikan dapat dilakukan semua golongan, dari
yang rendah-tinggi.

7

4. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Rakyat adalah kumpulan orang yang bersatu dan bermusyawarah dalam negara.

Contoh dari sila ini adalah dalam memilih seorang pemimpin seperti kepala desa atau
laiinya hendaknya kita melakukan musyawarah. Bila diihat dari dunia pendidikan hal ini
relevan karena menghargai pendapat orang lain demi kemajuan. Dan daam UUD 1945
pasal 28 dinyatakan bahwa setiap orang bebas mengeluarkan pendapat baik secara lisan
atau tertulis.
5. Sila Kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Setiap bangsa dan negara di dunia bertujuan untuk menjadi masyarakat dan
negara yang adil dan makmur, tapi konsep setiap negara beda. Keadilan disini meliputi
kebutuhan dibidang material dan spiritual yang mencakup pengertian adil dan makmur
secara merata.
Kelima sila tersebut berhubungan dan menjadi sebuah kesatuan dengan manusia
merupakan pendukung pokok dari sila-sila Pancasila. Maksudnya pada hakikatnya
manusia memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis sebagai dasar
ontologis Pancasila. Kesesuaian hubungan negara dengan landasan sila-sila Pancasila
adalah berupa hubungan sebab-akibat. Yaitu sebagai berikut :


Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat,




dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.
Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah
sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.

Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala
sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah
mati, dan Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:
 Tuhan yang Maha Esa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi
ketuhanan bersifat religius, supranatural, transendental dan suprarasional;
 Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas,
dengan wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan prwahana

8

dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat asam, air, tanah
subur, pertambangan, dan sebagainya;
 Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat manusia
(universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik personal maupun
nasional, merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi mengemban identitas unik:

menghayati hak dan kewajiban dalam kebersamaan dan kesemestaan (sosialhorisontal dengan alam dan sesama manusia), sekaligus secara sosial-vertikal
universal dengan Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi
jasmani-rohani, karya dan kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;
 Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia
yang unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan
martabat dan kepribadian manusia: sistem nilai, sistem kelembagaan hidup
seperti keluarga, masyarakat, organisasi, negara. Eksistensi kultural dan
peradaban perwujudan teleologis manusia: hidup dengan motivasi dan cita-cita
sehingga kreatif, produktif, etis, berkebajikan;
 Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem kenegaraan yang
merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian dan
kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat
merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa, pusat kesetiaan, dan kebanggaan
nasional

B. Secara Epistemologis
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan,
proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science.

Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi,
yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3. Tentang watak pengetahuan manusia.

9

Secara epistemologis Pancasila sebagai filsafat yaitu sebagai upaya untuk mencari
hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Dasar epistemologis Pancasila pada
hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis
Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah
sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang sumber pengetahuan
Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa
Indonesia sendiri.
Susunan pancasila bersifat formal logis yaitu bersifat hirarkis dan berbentuk piramida
di mana sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya, sila kedua
didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila
ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila
keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga,
serta mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama,
kedua, ketiga dan keempat.
Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu.
Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan azas-azas:


Mahasumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia dengan
martabat dan potensi unik yang tinggi, menghayati kesemestaan, nilai agama dan
ketuhanan. Kepribadian manusia sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur:
panca indra, akal, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani. Kemampuan martabat
manusia sesungguhnya adalah anugerah dan amanat ketuhanan/ keagamaan.



Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif, antara lain :
 Sumber primer, yang tertinggi dan terluas, orisinal: lingkungan alam,

semesta, sosio-budaya, sistem kenegaraan dan dengan dinamikanya;
 Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada/ berkembang,

kepustakaan, dokumentasi;
 Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, guru.


Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis :
 Pengetahuan indrawi;
 Pengetahuan ilmiah;
 Pengetahuan filosofi;
 Pengetahuan religius.

10

Pengetahuan manusia relatif mencakup keempat wujud tingkatan itu. Ilmu adalah
perbendaharaan dan prestasi individual maupun sebagai karya dan warisan budaya umat
manusia merupakan kualitas martabat kepribadian manusia. Perwujudannya adalah
pemanfaatan ilmu guna kesejahteraan manusia, martabat luhur dan kebajikan para
cendekiawan (kreatif, sabar, tekun, rendah hati, bijaksana). Ilmu membentuk kepribadian
mandiri dan matang serta meningkatkan harkat martabat pribadi secara lahiriah, sosial
(sikap dalam pergaulan), psikis (sabar, rendah hati, bijaksana). Ilmu menjadi kualitas
kepribadian, termasuk kegairahan, keuletan untuk berkreasi dan berkarya.


Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memampukan manusia
untuk menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan kehidupan, memiliki
wawasan kesejarahan (masa lampau, kini dan masa depan), wawasan ruang
(negara, alam semesta), bahkan secara suprarasional menghayati Tuhan yang
supranatural dengan kehidupan abadi sesudah mati. Pengetahuan menyeluruh ini
adalah perwujudan kesadaran filosofis-religius, yang menentukan derajat
kepribadian manusia yang luhur. Berilmu/ berpengetahuan berarti mengakui
ketidaktahuan dan keterbatasan manusia dalam menjangkau dunia suprarasional
dan supranatural. Tahu secara ‘melampaui tapal batas’ ilmiah dan filosofis itu
justru menghadirkan keyakinan religius yang dianut seutuh kepribadian:
mengakui keterbatasan pengetahuan ilmiah-rasional adalah kesadaran rohaniah
tertinggi yang membahagiakan.

C. Secara Aksiologis
Istilah

aksiologi

berasal

dari

kata axios (yunani)

yang

berarti

nilai,

dan logos yang berarti Ilmu atau teori.Jadi Aksiologi adalah “teori tentang nilai”. Yag
dimaksud dengan Nilai yaitu sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Aksiologi merupakan cabang filsafat
ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri.Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia
kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan
di jalan yang baik pula.

11

Pancasila sebagai aksiologis merupakan nilai-nilai Pancasila sebagai suatu
system filsafat yang memiliki satu kesatan dasar aksiologis. Sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan satu kesatuan.
Pandangan nilai menurut Notonagoro dibedakan menjadi 3 macam yaitu:



Nilai Material; segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
Nilai Vital; segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu



aktivitas
Nilai Kerohanian; segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia
Menurut Notonagara nilai Pancasila yang tertinggi adalah nilai kerohanian.

Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap
dan harmonis. Yaitu nilai material, vital, kebenaran, keindahan, dan kebaikan. Dalam
filsafat Pancasila, terdapat tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan
nilai praktis.


Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai



persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum
yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-



lembaga negara.
Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.
Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu
benar-benar hidup dalam masyarakat.

Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar
yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan
masyarakat, berbansa, dan bernegara. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan
pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang
berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan
berkeadilan sosial.
Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai secara
kesemestaan. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontologi dan
epistemologinya. Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:


Tuhan yang Maha Esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan
segala isi beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum
moral mengikat manusia secara psikologis-spiritual: akal dan budi nurani,

12

obyektif mutlak menurut ruang dan waktu secara universal. Hukum alam dan
hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kemanusiaan yang
menjamin multieksistensi demi keharmonisan dan kelestarian hidup.


Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai
dalam perwujudan Tuhan yang mahaesa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan
hidup manusia (sangkan paraning dumadi, secara individual maupun sosial).



Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta yang
meliputi: Tuhan yang mahaesa dengan perwujudan nilai agama yang
diwahyukan-Nya, alam semesta dengan berbagai unsur yang menjamin
kehidupan setiap makhluk dalam antarhubungan yang harmonis, subyek manusia
yang bernilai bagi dirinya sendiri (kesehatan, kebahagiaan, etc.) beserta aneka
kewajibannya. Cinta kepada keluarga dan sesama adalah kebahagiaan sosial dan
psikologis yang tak ternilai. Demikian pula dengan ilmu, pengetahuan, sosiobudaya umat manusia yang membentuk sistem nilai dalam peradaban manusia
menurut tempat dan zamannya.



Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan
dengan berbagai nilai: manusia sebagai pengamal nilai atau ‘konsumen’ nilai
yang bertanggung jawab atas norma-norma penggunaannya dalam kehidupan
bersama sesamanya, manusia sebagai pencipta nilai dengan karya dan prestasi
individual maupun sosial (ia adalah subyek budaya). “Man created everything
from something to be something else, God created everything from nothing to be
everything.” Dalam keterbatasannya, manusia adalah prokreator bersama Allah.



Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas bertumbuhkembang
dari hakikat manusia sebagai makhluk individu-sosial-moral: berhikmat
kebijaksanaan, tulus dan rendah hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan
darma bakti, amal kebajikan bagi sesama.



Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal budi dan
nurani sehingga memiliki kemampuan untuk beriman kepada Tuhan yang
mahaesa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Tuhan dan nilai
agama secara filosofis bersifat metafisik, supernatural dan supranatural. Maka
potensi martabat manusia yang luhur itu bersifat apriori: diciptakan Tuhan
dengan identitas martabat yang unik: secara sadar mencintai keadilan dan

13

kebenaran, kebaikan dan kebajikan. Cinta kasih adalah produk manusia –
identitas utama akal budi dan nuraninya – melalui sikap dan karyanya.


Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap
pendayagunaan nilai, mewariskan dan melestarikan nilai dalam kehidupan.
Hakikat kebenaran ialah cinta kasih, dan hakikat ketidakbenaran adalah
kebencian (dalam aneka wujudnya: dendam, permusuhan, perang, etc.).

Eksistensi fungsional manusia ialah subyek dan kesadarannya. Kesadaran berwujud
dalam dunia indra, ilmu, filsafat (kebudayaan/ peradaban, etika dan nilai-nilai ideologis)
maupun nilai-nilai supranatural.
Skema pola antarhubungan sosial manusia meliputi:
1. hubungan sosial-horisontal, yakni antarhubungan pribadi manusia (P) dalam
antarhubungan dan antaraksinya hingga yang terluas yaitu hubungan antarbangsa
(A2-P-B2);
2. hubungan sosial-vertikal antara pribadi manusia dengan Tuhan yang mahaesa
(C: Causa Prima) menurut keyakinan dan agama masing-masing (garis PC).
kualitas hubungan sosial-vertikal (garis PC) menentukan kualitas hubungan sosial
horisontal (garis APB);kebaikan sesama manusia bersumber dan didasarkan pada
motivasi keyakinan terhadap Ketuhanan yang mahaesa; kadar/ kualitas antarhubungan itu
ialah: garis APB ditentukan panjangnya oleh garis PC. Tegasnya, garis PC1 akan
menghasilkan garis A1PB1 dan PC2 menghasilkan garis A2PB2. Jadi, kualitas kesadaran
akan Ketuhanan yang mahaesa menentukan kualitas kesadaran kemanusiaan.

D. Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara
Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara - Pancasila merupakan lima
dasar

yang

dijadikan

sebagai

dasar

negara

dan

pandangan

hidup

Bangsa

Indonesia. Fungsi utama pancasila adalah sebagai dasar negara dan ideologi negara
bangsa Indonesia. Karena sebuah negara tidak mungkin bisa berdiri kokoh tanpa adanya
dasar negara yang sangat kuat dan pandangan hidup yang jelas tujuannya dan apa-apa
yang akan dicapai. Dengan adanya dasar negara, maka suatu bangsa tidak akan
terombang ambing dalam menghadapi berbagai permasalahan baik dari dalam ataupun
luar. Oleh karena itu Pancasila memiliki fungsi dan tujuan untuk mengatur sendi-sendi

14

kehidupan suatu bangsa. Dalam pembahasan kali ini, penulis khususkan membahas
tentang fungsi pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Tujuan utama dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasaar negara RI. Oleh
karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara. Hal ini sesuai dengan
dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Disini Pancasila
merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur penerintahn negara atau dengan
kata lain Pancasila menjadi suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Menurut TAP MPRS NO.XX/MPRS/1966, TAP MPR NO.V/MPR/1973 dan TAP
MPR NO.IX/MPR/1978 sebagai sumber dari segala sumber hukum dan sumber tertib
Pancasila hakikatnya merupakan suatu pandangn hidup, kesadaran dan cita-cita hukum
serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak bangsa Indonesia.
Adapun pancasila sebagai dasar negara memiliki fungsi antara lain sebagai berikut:


Sebagai dasar berdiri dan tegaknya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Didalam sejarah menunjukan peran pancasila dalam pembentukan negara
Indonesia merdeka juga landasan pengelolaan NKRI.



Sebagai dasar partisipasi warga negara. Setiap warga memiliki hak dan kewajiban
sama untuk mempertahankan negara dan ikut berpartisipasi dalam mencapai
tujuan bangsa Indonesia.



Sebagai dasar kegiatan penyelenggaraan negara. Indonesia didirikkan demi
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang
dalam pembukaan UUD 1945.



Sebagai dasar pergaulan warga negara. Pancasila tidak hanya menjadi dasar
perhubungan antara warga negara Indonesia dengan negara Indonesia,tetapi juga
dasar perhubungan antar sesama warga negara Indonesia.



Sebagai

dasar

sumber hukum nasional.

Dimana

seluruh

kegiatan

penyelenggaraan negara dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa haruslah
berdasarkan hukum yang berlaku. Semua hukum atau peraturan perundang
undangan dibentuk berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

15

Ideologi berasal dari kata "idea" yang artinya gagasan, pengertian dasar, konsep,
cita-cita dan "logos" artinya ilmu. Jadi, ideologi adalah ilmu tentang gagasan atau ide
yang sifatnya mendasar. Atau seperangkat nilai yang kebenarannya diyakini oleh bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi merupakan bagian terpenting dari fungsi dan
kedudukannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai Ideologi
juga menjadi pijakan bagi pengembangan pemikiran-pemikiran baru tentang berbagai
kehidupan bangsa. Melaluinya diharapkan bangsa Indonesia dapat melahirkan dan
mengembangkan gagasan, konsep, teori, dan ide-ide baru tentang kehidupan politik,
ekonomi, social, budaya, hokum, hankam dan semua proses kehidupan berbangsa dalam
rangka pembangunan nasional.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara, diharapkan mampu
menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan zaman di era globalisasi ini.
Keterbukaan Ideologi pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk
pola pikir yang dinamis dan konseptual. Suatu Ideologi negara, merupakan hasil refleksi
manusia, berkat kemampuannnya mengadakan distansi ( menjaga jarak ) terhadap dunia
kehidupannya. Antara keduanya, yaitu Ideologi dan kenyataan masyarakat terjadi
hubungan dialektis, sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang terwujud dalam
interaksi yang disatu pihak memacu Ideologi makin realistis dan dilain pihak mendorong
masyarakat makin mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir
masyarakat, namun juga membentuk masyarakat menuju cita – cita. Pancasila sebagai
ideologi negara memiliki fungsi sebagai berikut:


Pemersatu bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Fungsi ini sangat penting bagi bangsa Indonesia karena tanpa adanya
pemersatu bangsa, masyarakat Indonesia akan terpecah belah.



Mengarahkan dan membimbing bangsa Indonesia kemana arah tujuannya.
Pancasila sebagai motivasi, cita-cita bangsa, dan menggerakan suatu masyarakat
bangsa untuk melakukan pembangunan nasional dalam pengamalan-pengamalan
pancasila.



Memberikan tekad yang kuat untuk memelihara dan mengembangkan identitas
bangsa. Pancasila memberikan gambaran identitas masyarakat suatu bangsa
Indonesia.

16



Kritis pada keadaan dan upaya perwujudan cita-cita bangsa yang terkandung
dalam pancasila. Pancasila disini menjadi tolak ukur untuk melakukan kritik
tentang keadaan bangsa dan negara Indonesia.

17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar filsafat negara baik itu secara antologis, epistemoligis,
ataupun aksiologis, secara obyektif diangkat dari pandangan hidup dan filsafat hidup
bangsa Indonesia yang telah ada dalam sejarah bangsa sendiri. Dan Pancasila sebelum
disahkan menjadi dasar negara, nilai-nilai pancasila sudah ada dalam kehidupan seharihari, baik sebagai pandangan hidup maupun filsafat hidup bangsa Indonesia. Oleh karena
itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi merupakan bagian terpenting dari fungsi dan
kedudukannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai Ideologi
juga menjadi pijakan bagi pengembangan pemikiran-pemikiran baru tentang berbagai
kehidupan bangsa. Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara, diharapkan
mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan zaman di era globalisasi ini.
Keterbukaan Ideologi pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk
pola pikir yang dinamis dan konseptual.

B. Saran
Kita sebagai bangsa indonesia harus lebih mengenal dan mengetahui nilai nilai
apa saja yang terkandung dalam pancasila baik itu dari kajian filsafat secara antologis,
epistemoligis, ataupun aksiologis. Selain itu kita juga harus lebih mengetahui hal hal apa
saja yang terkait dengan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, apa itu ideologi ?,
apa manfaat dan peranananya ?, hal hal seperti itu harus kita ketahui sebagai bangsa
indonesia dengan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/kevyn52/pancasila-sebagai-sistem-filsafat-31663402.

Diakses

pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.20 WIB.
http://blog.umy.ac.id/rinienurul/2012/11/13/filsafat-pendidikan-pancasila-dalam-tinjauanontologis-epistimologis-dan-aksiologis/. Diakses pada Minggu, 27 September 2015,
pukul 16.25 WIB.
http://orathforever.blogspot.co.id/2012/10/makalah-filsafat-pancasila-ontologis.html.
Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.30 WIB.
https://ruhcitra.wordpress.com/2008/12/16/pancasila-sebagai-sistem-filsafat/.

Diakses

pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.30 WIB.
http://orathforever.blogspot.co.id/2012/10/makalah-filsafat-pancasila-ontologis.html.
Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.40 WIB.
http://respect-ade.blogspot.co.id/2013/11/aksiologi-pancasila.html. Diakses pada Minggu,
27 September 2015, pukul 16.45 WIB.
http://restukadilangudemak.blogspot.co.id/2012/12/pancasila-dalam-perspektifaksiologi.html. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.50 WIB.
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/pancasila-sebagai-dasar-negara-dan.html.
Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.50 WIB.
http://ideologinasional.blogspot.co.id/. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul
16.55 WIB.