HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TIND

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN CUCI
TANGAN PADA ANAK SD KEDOKANSAYANG 02
KABUPATEN TEGAL
Eka Mardiyanti

Jurusan Keperawatan, STIKES Bhakti Mandala Slawi 52416, Tegal, Indonesia
Email : ekamardiyanti1703@yahoo.com
ABSTRAK
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu yang didapatkan melalui panca indera. Pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pendidikan, umur, lingkungan dan informasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan cuci tangan pada anak
SD Kedokansayang 02 Kabupaten Tegal. Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 76 orang dengan teknik total
sampling. Teknik analisa datanya menggunakan analisa univariat dengan distribusi frekuensi dari
analisa bivariat yaitu menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan tindakan cuci tangan.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Cuci Tangan.
PENDAHULUAN

Kesehatan adalah kesejahteraan dari badan,

jiwa, sosial yang memungkinkan seseorang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Richo, 2009). Perilaku sehat mencuci
tangan dengan sabun merupakan salah satu
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
yang saat ini juga telah menjadi perhatian
dunia. Hal ini karena kurangnya praktek
perilaku mencuci tangan tidak hanya terjadi
di negara–negara berkembang saja tetapi
ternyata di negara maju pun kebanyakan
masyarakat masih enggan untuk melakukan
cuci tangan. Usia anak sekolah merupakan
masa rawan untuk terserang penyakit.
Beberapa penyakit yang diderita anak
sekolah seperti diare, cacingan dan infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA) (Fajriati,
2013).

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh
factor - faktor seperti pengetahuan, sikap,

motivasi dan lingkungan (Notoatmodjo,
2010). Pengetahuan adalah hasil dari tahu
yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek
tertentu. Sikap adalah respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek,
baik yang bersifat intern maupun ekstern
sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup tersebut (Sunaryo, 2014).
Salah satu bentuk perilaku hidup sehat
adalah dengan menjaga kebersihan diri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Zuraidah pada tahun 2013 menunjukkan
ada hubungan antara pengetahuan dengan
perilaku mencuci tangan. Penelitian yang
1

dilakukan oleh Asfan pada tahun 2013 juga

menunjukkan ada hubungan signifikan yang
sangat kuat antara pengetahuan dan sikap
terhadap cuci tangan.
Menurut Sunaryo (2012) pengetahuan
merupakan
domain
terpenting
bagi
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku
yang disadari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penerapan perilaku hidup
sehat tidak hanya melibatkan peran sekolah
saja yang berpengaruh, tetapi peran peran
orang tua sangat dibutuhkan agar
pengetahuan siswa tentang perilaku hidup
sehat menjadi lebih tinggi. Hal ini
disebabkan orang tua merupakan pendidik
pertama sehingga orang tua diharapkan
memberikan arahan dan bimbingan yang

baik kepada anaknya (Alif, 2014).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
peneliti lakukan di SD Kedokansayang 02
diperoleh data dari hasil observasi awal
siswa tidak mencuci tangan sebelum dan
setelah makan serta kuku tangan yang
terlihat kotor dan panjang. Selain itu juga,
saat jam istirahat anak sekolah membeli
jajan tanpa memperhatikan kebersihannya.
Kurangnya fasilitas untuk mencuci tangan
juga menyebabkan siswa tidak mencuci
tangan. Hasil wawancara dengan siswa
mengatakan kadang perutnya merasa sakit
setelah jajan di sekolah dan informasi dari
guru hasil setiap bulannya ada siswa yang
tidak masuk sekolah karena diare. Data
didapatkan bahwa anak yang pernah
mengalami diare kurang memahami dan
tidak melakukan CTPS dengan baik dan
benar, walaupun sering diajarkan oleh guru

dan orang tua di rumah. Melihat kejadian
diatas peneliti tertarik untuk mengetahui
“Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan

Tindakan Cuci Tangan pada Anak SD
Kedokansayang 02 Kab. Tegal”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah jenis kuantitatif
karena penelitian ini disajikan dengan
angka– angka. Termasuk dalam penelitian
yang bersifat deskriptif korelasi yaitu untuk
mengetahui hubungan antara suatu variabel
dengan
variabel
lain,
kemudian
diidentifikasi pula variabel lain yang ada
pada objek yang sama dan dilihat apakah
ada
hubungan

antara
keduanya
(Notoatmodjo, 2010).
Rancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rancangan
penelitian cross sectional yaitu metode
pengambilan data yang dilakukan pada
waktu yang sama dengan subjek yang
berbeda. Metode ini bertujuan agar
diperoleh data lengkap dalam waktu yang
relatif cepat (Arikunto, 2006). Penelitian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
hubungan tingkat pengetahuan dengan
tindakan cuci tangan pada anak SD
Kedokansayang 02 Kabupaten Tegal.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan total sampel, jadi besar
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu 76 siswa yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
ANALISIS UNIVARIAT
Analisis univariat dalam penelitian ini
dilakukan pada variabel penelitian yang
meliputi tingkat pengetahuan, tindakan cuci
tangan.

2

TINGKAT PENGETAHUAN
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Total

Frekuensi
38
36
2

76

(%)
50
47,4
2,6
100

Berdasarkan tabel di atas menunjukan
bahwa responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik yaitu 38 orang (50%),
ditunjukan dengan banyak responden yang
mengerti tentang pengertian cuci tangan
serta menurut responden mencuci tangan
yang baik adalah dengan air mengalir dan
sabun.
TINDAKAN CUCI TANGAN

Cuci Tangan
Baik

Cukup
Kurang
Total

Frekuensi
39
37
0
76

(%)
51,3
48,7
0
100

HUBUNGAN
ANTARA
TINGKAT
PENGETAHUAN DAN TINDAKAN

CUCI TANGAN (N=76)
Pengeta
Cuci Tangan
Total

huan
Baik
Cukup
N
Baik
7.520
25
13
38
Cukup
14
22
36
Buruk
0

2
2
Total
39
39
76
Berdasarkan tabel di atas menunjukan
bahwa responden dengan pengetahuan baik
adalah 50%, pengetahuan cukup 47,4 %
sedangkan pengetahuan yang buruk 2,6%.
Responden dengan tindakan cuci tangan
yang baik sebesar 51,3% sedangkan
responden dengan tindakan cuci tangan
yang cukup sebesar 48,7%. Hasil hitung
dari nilai Chi-Square 7.520 dan p-value
(0,023) < 0,05. Artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan
dan tindakan cuci tangan.

Berdasarkan tabel di atas menunjukan
bahwa responden yang melakukan tindakan
cuci tangan dengan baik yaitu sebanyak 39
orang (51,3%), dengan hasil banyak dari
responden yang menjawab pernyataan
selalu melakukan cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun, mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, setelah
bermain serta buang air besar.

PEMBAHASAN
PENGETAHUAN
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan terjadi
setelah melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu atau diperoleh dari
pengalaman. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting
dalam membetuk tindakan seseorang.

ANALISIS BIVARIAT
Analisis bivariat pada penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan tindakan
cuci tangan pada anak SD Kedokansayang
02 Kabupaten Tegal. Hubungan kedua
variabel tersebut dapat diketahui dari hasil
uji chi square.

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan
dibagi dalam tiga kategori yaitu baik bila
subyek mampu menjawab pertanyaan
dengan benar 76-100% dari seluruh
jawaban, cukup bila subyek mampu
menjawab pertanyaan dengan benar 56-75%
dari seluruh jawaban, kurang bila subyek
3

P
value
0,023

mampu menjawab dengan benar pertanyaan
40-55% dari seluruh jawaban.
Hasil analisa berdasarkan distribusi tingkat
pengetahuan menunjukan responden yang
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 38
responden (50%), berpengetahuan cukup 36
responden (47,4%) sisanya berpengetahuan
kurang sebanyak 2 responden (2,6%).
Penelitian yang sama dilakukan oleh Alif
(2014) deskripsi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan menunjukan 72
responden (81,3%) adalah berpengetahuan
baik. Hasil penelitian yang sama
kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan informasi yang mereka
dapatkan baik dari guru, orang tua mau pun
media elektronik sehingga membiasakan
mereka untuk melakukan cuci tangan
dengan air mengalir dan sabun. Mereka
mengerti dengan sering melakukan cuci
tangan maka akan terhindar dari berbagai
macam penyakit seperti diare, cacingan.
Hasil
penelitian
yang
sama
juga
dipengaruhi oleh teknik pengambilan
sampel yaitu total sampling, dengan adanya
teknik pengambilan sampel yang sama ada
kemungkinan kriteria dari responden itu
tidak jauh berbeda. Dengan terjadinya
peningkatan pengetahuan cuci tangan maka
dapat meningkatkan kepatuhan untuk
melakukan tindakan cuci tangan, hal ini
dibuktikan dari penelitian Zuraidah (2013)
yang mengatakan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan tindakan
mencuci tangan. Faktor lain yang
mempengaruhi pengetahuan cuci tangan
adalah pendidikan. minat, pengalaman,
umur, sosial budaya, serta individu itu
sendiri menurut Wawan dan Dewi (2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
responden
yang
banyak
menjawab

pernyataan dengan benar adalah kelas 6 hal
ini di pengaruhi karena faktor pendidikan
dan umur. Hasil wawancara dengan guru
juga mengatakan menciptakan kebiasaan
diri untuk mencuci tangan pada kelas 6
lebih mudah di bandingkan pada kelas 4
karena pada anak kelas 4 pengetahun
mereka hanya sebatas mencuci tangan biasa
saja mengunakan air, mereka belum
memahami betul pentingnya menjaga
kesehatan tangan.
TINDAKAN CUCI TANGAN
Tindakan merupakan perilaku yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
durasi dan tujuan baik disadari maupun
tidak disadari. Perilaku atau tindakan adalah
kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi. Faktor - faktor yang
mempengaruhi tindakan cuci tangan antara
lain pengetahuan, sikap, motivasi serta
lingkungan (Nursalam, 2008).
Dari hasil penelitian diperoleh data
responden yang melakukan tindakan cuci
tangan dengan baik yaitu 51,3%, sedangkan
responden yang melakukan tindakan cuci
tangan dengan nilai cukup yaitu 48,7%.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Ratna
(2015) deskripsi responden berdasarkatn
tindakan cuci tangan dengan hasil
menunjukan tindakan cuci tangan yang
dilakukan dengan baik sebanyak 25 anak
(83.3%).
Hasil penelitian menunjukan responden
yang melakukan tindakan cuci tangan
dengan baik adalah reponden pada anak
kelas 6 dibanding dengan kelas 5 atau kelas
4. Kelas 6 adalah yang terbanyak dalam hal
tindakan cuci tangan yang baik. di SD
Kedokansayang sendiri untuk fasilitas
mencuci tangan masih sangat kurang,
disetiap kelas hanya terdapat waskom berisi
air yang diganti pada saat jam istirahat.
4

Letak kran-kran air yang jauh membuat
siswa jarang mencuci tangan. Mereka
mencuci tangan hanya ketika tangan kotor
setelah makan jajan atau bermain.
HUBUNGAN
ANTARA
TINGKAT
PENGETAHUAN
DENGAN
TINDAKAN CUCI TANGAN
Data yang diperoleh bahwa responden
dengan pengetahuan baik adalah 50%,
pengetahuan cukup 47,4 % sedangkan
pengetahuan kurang 2,6%. Responden
dengan tindakan cuci tangan yang baik
sebesar 51,3% sedangkan responden dengan
tindakan cuci tangan yang cukup sebesar
48,7%. Hasil hitung dari nilai Chi-Square
7.520 dan p-value (0,023) < 0,05. Artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan dan tindakan cuci
tangan.
Dari jumlah seluruh tingkat pengetahuan
yang baik yaitu 50% responden, yang
melakukan tindakan cuci tangan cukup
yaitu 34,2% sedangkan yang melakukan
tindakan cuci tangan baik 65,8%. Total
jumlah tingkat pengetahuan cukup yaitu
47,4% responden, yang melakukan tindakan
cuci tangan cukup 61,1% sedangkan yang
melakukan tindakan cuci tangan baik
38,9%, sedangkan jumlah seluruh tingkat
pengetahuan buruk yaitu 2,6%, mereka
yang mempunyai pengetahuan buruk
melakukan tindakan cuci tangan dengan
nilai cukup100%.
Pengetahuan cuci tangan akan berhasil
ketika sudah tertanam kebiasaan dan juga
tersedianya sarana dan prasarana untuk
mencuci tangan, penyediaan air bersih dan
juga sabun untuk mencuci tangan sangat
diperlukan. Berdasarkan hasil penelitian
sekolah belum menyediakan fasilitias air
mengalir untuk mencuci tangan, ini

dibuktikan dengan masih adanya waskom di
depan kelas untuk mencuci tangan dan
terdapat beberapa kran tetapi kran ini
biasanya digunakan untuk menyiram
tanaman
atau berwudhu. Hal ini
menunjukan bahwa sekolah sudah mulai
menyadari pentingnya cuci tangan bagi para
siswa.
Hasil penelitian Zuraidah (2013) di daerah
palembang menunjukan juga terdapat
hubungan yang signifikan antara pengaruh
pendidikan kesehatan dan pengetahuan
dengan tindakan cuci tangan pakai sabun
dimana dalam penelitian tersebut nilai p
value nya (0.012) < 0.05.
Hasil penelitan ditempat lainnya juga
menunjukan hasil yang sama Khoiruddin
dkk (2015) dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Berhubungan dengan Sikap
Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum
dan Setelah Makan Pada Siswa SDN
Ngebel Bantul Jogakarta” Hasil analisis
diperoleh nilai r sebesar 0,236 dan pvalue=0,001
yang
artinya
terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang cuci tangan dengan sikap cuci
tangan sebelum dan setelah makan dengan
tingkat keeratan yang lemah.
Hasil penelitian dan hasil hitung chi squere
membuktikan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dan
tindakan cuci tangan di SD Kedokansayang
02 Kabupaten Tegal. Hasil analisa yang
didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa
terdapat
responden
dengan
tingkat
pengetahuan baik belum tentu tindakan cuci
tangannya baik, juga sebaliknya responden
dengan tingkat pengetahuan cukup tetapi
tindakan cuci tangannya baik. Faktor yang
menyebabkan ini terjadi dipengaruhii oleh
macam-macam faktor antara lain yang
sudah dijelaskan di atas.

5

SIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Terdapat
hubungan
antara
tingkat
pengetahuan dan tindakan cuci tangan yang
signifikan dengan nilai Chi-Square 5.284
dan p-value (0,023) < 0,05, dengan nilai
X²hitung = 7.520 > X²Tabel= 3,84.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka ada
beberapa saran yang dapat peneliti berikan
antara lain sebagai berikut:
Saran Keilmuan
Agar
SD
Kedokansayang
dapat
memberikan pendidikan tentang pentingnya
cuci tangan secara rutin agar dapat
menambah
pengetahuan
siswa
dan
meberikan kesadaran siswa untuk selalu
mencuci tangan.
Saran Aplikatif
Diharapkan Dinas Kesehatan terkait selalu
berkordinasi dengan pihak sekolah untuk
selalu
melakukan
kegiatan
rutin
menggadakan program PHBS khusunya
program cuci tangan secara berkala. Pihak
sekolah diharapkan bisa menyedikan sarana
dan prasaran cuci tangan di sekitar
lingkungan sekolah, seperti membangun
tempat cuci tangan di setiap kelas.
Saran Metodologi
Diharapkan
pihak
sekolah
selau
mengupdate
informasi
khusunya
berhubungan dengan cuci tangan, serta bisa
menjadikan cuci tangan kegiatan rutin
dilakukan di sekolah agar kedepanya
sekolah dapat membuat jurnal tentang cuci
tangan dan bisa dijadikan referensi bagi
ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggrainy R. (2010). Cuci tangan pakai
sabun untuk menurunkan angka
diare di Daerah Istimewa
Yogyakarta
dalam
program
mendukung perilaku hidup bersih.
Diunduh
http://www.perilakuhidupbersih(P
HBS).com. April 2017.
Asmadi.
(2008).
Konsep
keperawatan. Jakarta: EGC.

dasar

Arikunto, S . (2006). Prosedur penelitian.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_______. (2010). Prosedur penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Batanoa, J. (2008). Kebiasaan cuci tangan
dengan kejadian diare. Jakarta: EGC.
Depkes, RI. (2011). Pusat promosi
kesehatan pedoman dan pelatihan
PHBS.
Diunduh:
http://www.promkes.depkes.go.id.
Januari 2017
__________. (2009). Buku panduan
peringatan hari cuci tangan pakai
sabun sedunia, Kedua. Jakarta:
Depatemen Kesehatan RI.
Efendi, A. (2013). (Tesis). Hubungan
antara pengetahuan, sikap dan
pelaksanaan cuci tangan perawat
five moment for hand hygiene di
ruang instalasi rawat inap RSUD
Dr.H.Moh
Anwar
Kabupaten
Sumenep. Program pasca sarjana
UNS. Diunduh: Desember 2016.

6

Fajriati, W. (2013). Kebiasaan cuci tangan
pakai sabun di rumah sakit.
Diunduh: http://healt.kompas.com.
Januari 2017.
Hendra . (2007). Permasalahan umum
kesehatan anak usia sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hidayat, A. (2007). Metode penelitian dan
teknik analisa data. Jakarta: Salemba
Medika.
Hardiyansyah. (2006). Perkembangan
anak. Jakarta: Erlangga.
Jacob, A, dkk. (2014). Buku ajar clinical
nursing procedures, edisi 2. Jakarta:
Binarupa Aksara Publisher.
Kementrian
Kesehatan
RI.
(2011).
Peraturan
menteri
kesehatan
republik
indonesia
nomor:
2269/MENKES/PER/XI/2011
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. Diunduh :
http://www.depkes.go.id. Desember
2016.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
RI. (2012). Program dokter kecil
wujudkan generasi sehat. Diunduh:
http://www.kemendikbud.go.id.
Desember 2016.
_________________. (2012). Pedoman
pelaksanaan UKS di Sekolah.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kementrian Kesehatan RI. (2010). Buku
panduan hari cuci tangan pakai

sabun
sedunia.
Diunduh:
http://www.panduan.hctps10.ok.
Januari 2017.
Khoiruddin & dkk. (2015). Tingkat
pengetahuan berhubungan dengan
sikap cuci tangan bersih pakai sabun
sebelum dan setelah makan pada
siswaSDN
Ngebel
Tamantirta,
Kasian, Bantul, Jogjakarta. Diunduh:
http://jurnal.ipi362266.pdf
April
2017.
Lestari. (2008). Cuci tangan cara mudah
mencegah
penyakit.
Diunduh:
http://nlestari.blogspot.com/2008/05/mencuc
i-tangan-cara-mudah-menghindaripenyakit. Desember 2016
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan
dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
________________. (2010). Ilmu perilaku
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
________________.
(2011).
Promosi
kesehatan dan ilmu kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
_______________. (2012). Metodelogi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
metodelogi
penelitian
ilmu
keperawatan edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika.
Potter, P. A & Perry, A. G . (2005). Buku
ajar fundamental keperawatan:

7

konsep, proses, dan praktik edisi 4.
Jakarta: EGC.

Setiadi. (2007). Statistika untuk penelitian.
Bandung: Alfabeta.

Ngalim, P. (2013). Panduan penelitian
tindakan kelas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Sugiyono. (2010). Metodelogi penelitian
kuantitatif kualitatif dan R&B.
Bandung: Alfabeta.

Retno, W. (2013). Hubungan antara
perilaku mencuci tangan dengan
insiden diare pada anak usia sekolah
di Kabupaten Jember. Diunduh:
http://jurnal.ipi362272.pdf
Januari
2017.

Syahputri.(2011). (Skripsi). Hubungan
perilaku hidup bersih dan sehat
dengan kejadian diare pada balita
usia
1-3
tahun.
Diunduh:
http://www.perilaku.hidup.bersih(PH
BS).com Januari 2017.

Richo. (2009). Undang-undang praktek
kesehatan kedokteran. Yogyakarta:
Redaksi New Merah Putih.

Tamaji, A. (2014). (Skripsi). Tingkat
pengetahuan siswa sekolah dasar
kelas IV dan V tentang perilaku
hidup sehat di SDN Gentan
Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Fak.
Ilmu Keolahragaan, UNY. Januari
2017.

Rikwidikdo. (2013). Statistik kesehatan.
Yogyakarta: Rohima Press.
Rosyidah, N A. (2014). (Skripsi).
Hubungan perilaku cuci tangan
terhadap kejadian diare di SDN
Ciputat 02. Jakarta: Fak.Ilmu
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
UIN Syarif Hidayatullah. Februari
2017.
Subea. (2010). Gastroenterologi
Jakarta: Sagung Seto.

anak.

Sunaryo.
(2014).
Psikologi
keperawatan. Jakarta: EGC.

untuk

_______. (2012). Promosi kesehatan.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sunarto,
&
Artono,
A.
(2008).
Perkembangan peserta didik. Jakarta:
Rineka Cipta.

Wawan, A & Dewi, M. (2011).
Pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wawan, A. (2011). Teori dan pengukuran
pengetahuan,
sikap,
perilaku
manusia. Yogyakart: Nuha Medika.
Wong, D. (2009). Buku ajar keperawatan
pediatrik. Volume 2. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Zuraidah. (2013). (Skripsi). Hubungan
pengetahuan dan sikap dengan
perilaku mencuci tangan dengan
benar pada siswa kelas V SD ANNIDA
Kota
Lubuk
Linggau.
Palembang: Politeknik Kesehatan
Fak. Keperawatan. Februari 2017.

8

9