STANDAR KELAS KUALITAS JAMUR KUPING KERI
STANDAR KELAS KUALITAS JAMUR KUPING KERING
1. Latar Belakang
Belum adanya standar kualitas baku jamur kuping kering yang dipasarkan di Indonesia. Hal ini menyebabkan harga beli dari
petani / pembudidaya menjadi rendah sementara pembeli merasa harga yang mereka bayarkan kepada broker / pengepul terlalu
mahal dibandingkan kualitasnya. Belum adanya standar ini juga membuat patokan harga menjadi tidak stabil.
2. Tujuan
Dengan adanya standar yang baku , diharapkan ada suatu aturan yang jelas dalam proses perdagangan jamur kuping kering.
Petani / pembudidaya akan memiliki pegangan yang jelas untuk memenuhi standar yang ada serta tidak dirugikan karena harga
beli yang kurang wajar, pedagang / pengepul / broker akan mudah menentukan harga beli dan harga jual, dan pembeli akan
memperoleh jaminan bahwa harga yang dibayarkannya sepadan
dengan kualitas yang diperoleh.
3. Parameter Standar
Selama beberapa tahun berkecimpung di dalam budidaya jamur kuping, penulis mendapatkan suatu kesimpulan yang umum
mengenai tingkat kualitas jamur kuping. Yang pertama adalah ukuran kelopak jamur kuping berbanding lurus dengan kualitasnya.
Semakin besar ukuran kelopaknya, semakin bagus kualitasnya. Yang kedua, randemen atau perbandingan berat
antara berat kering dengan berat segarnya. Semakin kecil perbandingannya, semakin bagus kualitasnya.
Sementara parameter lain seperti warna dan ketebalan kelopak tidak begitu berpengaruh terhadap kualitas sebab bisa dikatakan
secara otomatis mengikuti ukuran kelopaknya. Dalam arti, jamur yang kelopaknya besar biasanya berwarna gelap dan lebih tebal,
demikian juga sebaliknya.
Untuk itu, sebagai patokan agar tidak terjadi kerancuan, ukuran kelopak yang diukur adalah ukuran tiap-tiap kelopak yang ada di
dalam satu kuntum jamur kuping. Jadi bukan ukuran kuntum secara keseluruhan. Sedangkan data randemen bisa diperoleh dari
hasil penimbangan panen segar dibagi dengan hasil panen yang telah dikeringkan pada suatu
periode tertentu.
Ukuran kelopak yang dijadikan patokan pengukuran adalah ukuran kelopak segar / basah. Hal ini dikarenakan, ukuran kering
tidak bias menggambarkan kualitas sebenarnya mengingat penyusutan ukuran ini sangat erat kaitannya dengan tingkat randemen.
Artinya, jamur kuping dengan kelopak segar ukuran A dengan randemen yang kecil maka ukuran keringnya akan lebih besar
daripada jamur kuping dengan ukuran kelopak segar yang sama dengan A tetapi memiliki randemen besar.
4. Pembagian Kelas Kualitas Berdasarkan Ukuran Kelopak
Penulis membuat 4 (empat) kelompok kelas dengan ukuran kelopak segar / basah sebagai acuannya. Kelas-kelas tersebut adalah
sebagai berikut:
- Kelas C: jamur kuping dengan ukuran kelopak segar antara 8 - 11 cm
- Kelas B: jamur kuping dengan ukuran kelopak segar antara 12 - 15 cm
- Kelas A: jamur kuping dengan ukuran kelopak segar antara 16 - 21 cm
- Kelas Super: jamur kuping dengan ukuran kelopak segar di atas 21 cm
5. Pembagian Kelas Kualitas Berdasarkan Randemen
Penulis membagi menjadi 2 (dua) kelas, antara lain:
- Kelas 1: jamur kuping mempunyai randemen 1 : 3-3,9; artinya, 1 (satu) kilogram berat kering diperoleh dari 3-3,9 kilogram
berat segar / basah
- Kelas 2: jamur kuping mempunyai randemen 1 : 4-5; artinya, 1 (satu) kilogram berat kering diperoleh dari 4-5 kilogram berat
segar / basah
Perbandingan yang lebih besar tidak dijadikan parameter sebab bias dipastikan kualitasnya sudah tidak memenuhi syarat.
6. Penetapan Kelas Kualitas
Penulis membagi kelas kualitas jamur kuping menjadi 7 kelompok, yaitu:
- Kelas Super 1: jamur kuping dengan diameter kelopak segar di atas 21 cm dan randemen 1 : 3-3,9
- Kelas Super 2: jamur kuping dengan diameter kelopak segar di atas 21 cm dan randemen 1 : 4-5
- Kelas A1: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 16 - 21 cm dan randemen 1 : 3-3,9
- Kelas A2: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 16 - 21 cm dan randemen 1 : 4-5
- Kelas B1: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 12 - 15 cm dan randemen 1 : 3-3,9
- Kelas B2: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 12 - 15 cm dan randemen 1 : 4-5
- Kelas C: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 8 - 11 cm dengan randemen baik 1 : 3-3,9 maupun 1 : 4-5
Kelas C tidak dibagi lagi dengan ukuran randemen sebab kelas C ditetapkan sebagai kelas yang paling rendah / dasar sehingga
menjadi acuan kelas-kelas di atasnya. Jika dibagi lagi menurut randemen, dikhawatirkan harga dasar yang stabil justru tidak
tercapai.
7. Kesimpulan
Jamur kuping dengan kualitas Kelas C diharapkan menjadi acuan dasar dalam budidaya dan perdagangan jamur kuping. Oleh
karena itu, harga yang dikenakan pada jamur kuping Kelas C per satu satuan berat menjadi harga dasar bagi jamur kuping dengan
kelas-kelas kualitas di atasnya.
Artinya, jamur kuping Kelas B2 berhak memperoleh harga yang lebih tinggi daripada Kelas C, Kelas B1 memperoleh harga
sedikit lebih tinggi daripada Kelas B2, Kelas A2 memperoleh harga lebih tinggi daripada Kelas B1, dan seterusnya sampai Kelas
Super 1 yang berhak memperoleh harga tertinggi.
Diharapkan, dengan adanya pembagian semacam ini, semua pihak yang terlibat akan memiliki aturan yang jelas. Tidak ada yang
merasa dirugikan atau diuntungkan terlalu banyak. Persaingan kualitas dan harga yang tidak wajar juga diharapkan bisa
dihilangkan.
8. Penutup
Demikianlah apa yang bisa disampaikan penulis. Semoga bisa bermanfaat. Namun semuanya berpulang kembali kepada semua
pihak yang terlibat. Sebaik apapun standar atau aturan, namun jika tanpa disertai itikad baik dan kejujuran para pelakunya,
tidaklah berguna. Terima kasih.
Semarang , 28
September 2007
Desianto Fajar Wibisono
A&A Farm, Semarang
1. Latar Belakang
Belum adanya standar kualitas baku jamur kuping kering yang dipasarkan di Indonesia. Hal ini menyebabkan harga beli dari
petani / pembudidaya menjadi rendah sementara pembeli merasa harga yang mereka bayarkan kepada broker / pengepul terlalu
mahal dibandingkan kualitasnya. Belum adanya standar ini juga membuat patokan harga menjadi tidak stabil.
2. Tujuan
Dengan adanya standar yang baku , diharapkan ada suatu aturan yang jelas dalam proses perdagangan jamur kuping kering.
Petani / pembudidaya akan memiliki pegangan yang jelas untuk memenuhi standar yang ada serta tidak dirugikan karena harga
beli yang kurang wajar, pedagang / pengepul / broker akan mudah menentukan harga beli dan harga jual, dan pembeli akan
memperoleh jaminan bahwa harga yang dibayarkannya sepadan
dengan kualitas yang diperoleh.
3. Parameter Standar
Selama beberapa tahun berkecimpung di dalam budidaya jamur kuping, penulis mendapatkan suatu kesimpulan yang umum
mengenai tingkat kualitas jamur kuping. Yang pertama adalah ukuran kelopak jamur kuping berbanding lurus dengan kualitasnya.
Semakin besar ukuran kelopaknya, semakin bagus kualitasnya. Yang kedua, randemen atau perbandingan berat
antara berat kering dengan berat segarnya. Semakin kecil perbandingannya, semakin bagus kualitasnya.
Sementara parameter lain seperti warna dan ketebalan kelopak tidak begitu berpengaruh terhadap kualitas sebab bisa dikatakan
secara otomatis mengikuti ukuran kelopaknya. Dalam arti, jamur yang kelopaknya besar biasanya berwarna gelap dan lebih tebal,
demikian juga sebaliknya.
Untuk itu, sebagai patokan agar tidak terjadi kerancuan, ukuran kelopak yang diukur adalah ukuran tiap-tiap kelopak yang ada di
dalam satu kuntum jamur kuping. Jadi bukan ukuran kuntum secara keseluruhan. Sedangkan data randemen bisa diperoleh dari
hasil penimbangan panen segar dibagi dengan hasil panen yang telah dikeringkan pada suatu
periode tertentu.
Ukuran kelopak yang dijadikan patokan pengukuran adalah ukuran kelopak segar / basah. Hal ini dikarenakan, ukuran kering
tidak bias menggambarkan kualitas sebenarnya mengingat penyusutan ukuran ini sangat erat kaitannya dengan tingkat randemen.
Artinya, jamur kuping dengan kelopak segar ukuran A dengan randemen yang kecil maka ukuran keringnya akan lebih besar
daripada jamur kuping dengan ukuran kelopak segar yang sama dengan A tetapi memiliki randemen besar.
4. Pembagian Kelas Kualitas Berdasarkan Ukuran Kelopak
Penulis membuat 4 (empat) kelompok kelas dengan ukuran kelopak segar / basah sebagai acuannya. Kelas-kelas tersebut adalah
sebagai berikut:
- Kelas C: jamur kuping dengan ukuran kelopak segar antara 8 - 11 cm
- Kelas B: jamur kuping dengan ukuran kelopak segar antara 12 - 15 cm
- Kelas A: jamur kuping dengan ukuran kelopak segar antara 16 - 21 cm
- Kelas Super: jamur kuping dengan ukuran kelopak segar di atas 21 cm
5. Pembagian Kelas Kualitas Berdasarkan Randemen
Penulis membagi menjadi 2 (dua) kelas, antara lain:
- Kelas 1: jamur kuping mempunyai randemen 1 : 3-3,9; artinya, 1 (satu) kilogram berat kering diperoleh dari 3-3,9 kilogram
berat segar / basah
- Kelas 2: jamur kuping mempunyai randemen 1 : 4-5; artinya, 1 (satu) kilogram berat kering diperoleh dari 4-5 kilogram berat
segar / basah
Perbandingan yang lebih besar tidak dijadikan parameter sebab bias dipastikan kualitasnya sudah tidak memenuhi syarat.
6. Penetapan Kelas Kualitas
Penulis membagi kelas kualitas jamur kuping menjadi 7 kelompok, yaitu:
- Kelas Super 1: jamur kuping dengan diameter kelopak segar di atas 21 cm dan randemen 1 : 3-3,9
- Kelas Super 2: jamur kuping dengan diameter kelopak segar di atas 21 cm dan randemen 1 : 4-5
- Kelas A1: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 16 - 21 cm dan randemen 1 : 3-3,9
- Kelas A2: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 16 - 21 cm dan randemen 1 : 4-5
- Kelas B1: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 12 - 15 cm dan randemen 1 : 3-3,9
- Kelas B2: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 12 - 15 cm dan randemen 1 : 4-5
- Kelas C: jamur kuping dengan diameter kelopak antara 8 - 11 cm dengan randemen baik 1 : 3-3,9 maupun 1 : 4-5
Kelas C tidak dibagi lagi dengan ukuran randemen sebab kelas C ditetapkan sebagai kelas yang paling rendah / dasar sehingga
menjadi acuan kelas-kelas di atasnya. Jika dibagi lagi menurut randemen, dikhawatirkan harga dasar yang stabil justru tidak
tercapai.
7. Kesimpulan
Jamur kuping dengan kualitas Kelas C diharapkan menjadi acuan dasar dalam budidaya dan perdagangan jamur kuping. Oleh
karena itu, harga yang dikenakan pada jamur kuping Kelas C per satu satuan berat menjadi harga dasar bagi jamur kuping dengan
kelas-kelas kualitas di atasnya.
Artinya, jamur kuping Kelas B2 berhak memperoleh harga yang lebih tinggi daripada Kelas C, Kelas B1 memperoleh harga
sedikit lebih tinggi daripada Kelas B2, Kelas A2 memperoleh harga lebih tinggi daripada Kelas B1, dan seterusnya sampai Kelas
Super 1 yang berhak memperoleh harga tertinggi.
Diharapkan, dengan adanya pembagian semacam ini, semua pihak yang terlibat akan memiliki aturan yang jelas. Tidak ada yang
merasa dirugikan atau diuntungkan terlalu banyak. Persaingan kualitas dan harga yang tidak wajar juga diharapkan bisa
dihilangkan.
8. Penutup
Demikianlah apa yang bisa disampaikan penulis. Semoga bisa bermanfaat. Namun semuanya berpulang kembali kepada semua
pihak yang terlibat. Sebaik apapun standar atau aturan, namun jika tanpa disertai itikad baik dan kejujuran para pelakunya,
tidaklah berguna. Terima kasih.
Semarang , 28
September 2007
Desianto Fajar Wibisono
A&A Farm, Semarang