PENERAPAN PENDEKATAN PRAGMATIK (PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN BAHASA) DISERTAI TEKNIK KOREKSI SESAMA TEMANDAN KOREKSI OLEH GURU UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN PENGALAMAN PADA SISWA KELAS VIIE SMP NEGERI 5 NEGARA
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
PENERAPAN PENDEKATAN PRAGMATIK (PRINSIP-PRINSIP
PENGGUNAAN BAHASA) DISERTAI TEKNIK KOREKSI
SESAMA TEMANDAN KOREKSI OLEH GURU UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN
PENGALAMAN PADA SISWA KELAS VIIE
SMP NEGERI 5 NEGARA
I Putu Mas Dewantara
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
ABSTRACT
This research was intended to (1) describe the development of telling experience
skill of the students of class VII E SMP Negeri 5 Negara through the implementation of
pragmatic approach (principles of language use) accompanied by pair correction
technique and correction by Teacher, (2) describe the steps of learning and teaching
activities in the implementation of pragmatic approach (principles of language use)
accompanied by pair correction technique and correction by Teacher to develop the
skill of telling experiences by the students of VII E SMP Negeri 5 Negara, and (3)
describe students’ response about the implementation of pragmatic approach
(principles of language use) accompanied by pair correction technique and correction
by teacher. The subjects of this research were students and teacher of bahasa Indonesia
in SMP Negeri 5 Negara. This research used the two-cycle classroom action research.
The data about the skill of telling experiences was gathered through test method
analyzed by qualitative description method. The data about students’ response was
gathered through questionnaire method analyzed by qualitative description and
quantitative description. The result of the research showed that the implementation of
pragmatic approach (principles of language use) accompanied by pair correction
technique and correction by teacher can (1) develop the skill of telling experience by
students, (2) be done through 19 appropriate learning steps, and (3) develop students’
positive response in telling experience. Bahasa Indonesia’s teachers is hoped to
implement the pragmatic approach (principles of language use) accompanied by pair
correction technique and correction by teacher to develop the skill of telling students’
experiences that make the teaching-learning activity can run conducive, creative, and
innovative.
Key words: pragmatic approach, correction technique, the skill of telling experiences
PENDAHULUAN
Pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi harus ditunjang oleh
kemampuan
pemanfaatan,
terapan dan ilmu pengetahuan dasar
secara seimbang. Salah satu usaha untuk
meningkatkan penguasaan pengetahuan
dasar adalah dengan meningkatkan
pengembangan, dan penguasaan ilmu
110
I Putu Mas Dewantara
keterampilan
berbahasa.
Dalam
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa
lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Indonesia
Nasional Republik Indonesia Nomor 22
kemampuan berbahasa dan kemampuan
tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
bersastra.
Satuan
meliputi
Pendidikan
Dasar
dan
mencakupi
komponen
Kemampuan
berbahasa
aspek-aspek:
Menengah, khususnya tentang standar
mendengarkan,
kompetensi dan kompetensi dasar mata
membaca, dan (4) menulis. Berdasarkan
pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs
pernyataan tersebut dapat ditegaskan
secara
bahwa
eksplisit
dinyatakan
bahwa
merupakan
perkembangan intelektual, sosial, dan
kemampuan
emosional
peserta
dikembangkan
merupakan
penunjang
serta
berbicara,
keterampilan
bahasa memiliki peran sentral dalam
didik,
(2)
(1)
salah
di
berbicara
satu
berbahasa
(3)
aspek
yang
SMP.
wajib
Berbicara
keberhasilan
adalah aktivitas bahasa kedua yang
dalam mempelajari semua bidang studi.
dilakukan manusia dalam kehidupan
Pembelajaran
berbahasa,
membantu
bahasa
peserta
diharapkan
didik
mengenal
dirinya, budayanya, budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan,
yaitu
setelah
mendengarkan
aktivitas
(Nurgiyantoro,
2001:276).
Mempunyai
keterampilan
berpartisipasi dalam masyarakat yang
berbicara
menggunakan bahasa tersebut. Selain
dibayangkan. Arsjad dan Mukti U.S.
itu,
(1993:1) berpendapat bahwa kadang-
pembelajaran
bahasa
juga
tidaklah
diharapkan membantu peserta didik
kadang
menemukan
disampaikan
serta
menggunakan
pokok
semudah
yang
pembicaraan
yang
seseorang
cukup
oleh
kemampuan analitis dan imaginatif
menarik, tetapi karena penyajiannya
yang ada dalam dirinya.
kurang menarik, hasilnyapun kurang
mata
memuaskan.
Oleh
pelajaran bahasa Indonesia berorientasi
keterampilan
berbicara
pada
dilatihkan.
Standar
hakikat
kompetensi
pembelajaran
bahasa
kerena
Walaupun
perlu
itulah,
terus
keterampilan
bahwa belajar bahasa adalah belajar
berbicara sudah diajarkan sejak dulu,
berkomunukasi dan belajar sastra adalah
sering kita jumpai seorang siswa yang
belajar menghargai manusia dan nilai-
tidak mampu berbicara dengan baik.
nilai kemanusiaannya (Muslim, 2007).
Apalagi ketika berbicara di depan kelas.
111
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
Suara yang tersendat-sendat, keringat
gangguan dari siswa lain saat tampil
bercucuran, tegang, dan gugup adalah
berbicara.
beberapa ciri siswa yang masih rendah
kemampuan berbicaranya.
Kenyataan
Menyadari hal tersebut, guru telah
berusaha mengadakan variasi dalam
rendahnya
pembelajaran, seperti dengan melatih
keterampilan berbicara yang dimiliki
siswa bebicara melalui diskusi. Namun,
oleh siswa juga terlihat pada siswa kelas
hasil yang didapatkan belum sesuai
VIIE SMPN 5 Negara. Berdasarkan
harapan. Bahkan, tetap saja ada siswa
hasil observasi awal dan wawancara
yang masih enggan tampil ke depan
dengan
kelas
guru
bidang
studi
bahasa
ketika
diminta
berbicara
di
Indonesia, diketahui bahwa nilai rata-
hadapan
rata keterampilan berbicara dari 35
salah
orang siswa adalah 58,86 sedangkan
pembentukan anggota kelompok diskusi
ketuntasan belajar berbicara siswa di
yang tidak dilakukan oleh guru.
teman-temannya.
satu
Mungkin
penyebabnya
adalah
SMP ini adalah 67,50. Siswa yang telah
Melihat kenyataan tersebut, perlu
dikategorikan tuntas sebanyak 8 orang
adanya suatu penelitian tindakan untuk
(22,86%), sisanya 27 orang (77,14%)
meningkatkan keterampilan berbicara
belum
siswa kelas VIIE SMPN 5 Negara.
tuntas.
Setelah
ditelusuri,
kesulitan belajar berbicara siswa kelas
Upaya
VIIE disebabkan oleh dua faktor, yaitu
memandang
faktor eksternal dan faktor internal.
sistem terbuka. Bahasa tidak bisa
Yang termasuk faktor eksternal, di
dilepaskan
antaranya pengaruh penggunaan bahasa
eksternal bahasa, yaitu ciri sosial, ciri
Indonesia di lingkungan keluarga dan
biologis,
dan
masyarakat. Selain itu, faktor internal
2006:46).
Pendekatan
yang berpengaruh terhadap rendahnya
yang memandang bahasa sebagai suatu
keterampilan berbicara siswa adalah (1)
yang terpisah dari faktor eksternal
pendekatan pembelajaran yang masih
bahasa akan menonjolkan pembelajaran
konvensional,
mengenai kaidah kebahasaan, seperti
mengonstruksi
(2)
kesulitan
dalam
pengetahuan
atau
dalam
tersebut
dilakukan
bahasa
dari
sebagai
keberadaan
sebagainya
pendekatan
dengan
suatu
faktor
(Arifin,
pembelajaran
struktural
yang
pengalaman yang dimiliki, (3) perasaan
mencurahkan pengajaran bahasa pada
malu atau grogi, dan (4) adanya
lafal kata dan pola-pola kalimat dengan
112
I Putu Mas Dewantara
cara
latihan
berkali-kali
(Nababan
Peningkatan
keterampilan
dalam Arifin, 2006:46). Pendekatan
berbicara siswa Kelas VIIE SMPN 5
struktural pernah diterapkan di sekolah-
Negara dengan pemberian pengetahuan
sekolah, yaitu pada kurikulum 1975
mengenai prinsip-prinsip penggunaan
yang kemudian dianggap gagal dalam
bahasa disertai teknik koreksi sesama
pembelajaran
bahasa
hanya
teman dan koreksi oleh guru pada
memberikan
pengetahuan
tentang
dasarnya bertujuan untuk melatih siswa
karena
bahasa kepada siswa. Jika kita tinjau
menggunakan
KTSP mengenai pengajaran bahasa
mengaitkan bahasa dengan unsur-unsur
Indonesia, siswa dituntut untuk mampu
di
menggunakan bahasa secara praktis,
kesalahan-kesalahan
bukan sesuatu yang teoretis mengenai
berbicara. Baik itu kesalahan ucapan,
bahasa.
diksi, kekeliruan pemberian tekanan,
Pendekatan pembelajaran yang
luar
bahasa
bahasa
dan
dengan
memperbaiki
siswa
dalam
gerak-gerik dan mimik yang tidak tepat,
disinyalir
mampu
memberikan
kesalahan
pengetahuan
mengenai
penggunaan
berhubungan
pemilihan
bahasa
dengan
yang
prinsip-prinsip
bahasa senyatanya adalah pendekatan
kerjasama dan prinsip kesantunan serta
pragmatik
hal-hal lain saat siswa bertindak tutur.
dengan
memberikan
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
pemakaian
bahasa.
pemakaian bahasa
Prinsip-prinsip
Teknik koreksi oleh sesama teman
dan
oleh
guru
ini
dipilih
selain
yang diterapkan
bertujuan untuk memperbaiki kesalahan
dalam pendekatan pragmatik, yaitu (1)
siswa yang melakukan tindak tutur juga
penggunaan
untuk menciptakan suasana kelas yang
memperhatikan
bahasa
dengan
prinsip-prinsip
kerja
kondusif.
Sumarsono
(1985:45)
sama, (2) penggunaan bahasa dengan
menyatakan bahwa hambatan-hambatan
memperhatikan
yang dihadapi oleh seorang siswa dalam
prinsip-prinsip
kesantunan, (3) penggunaan bahasa
pembelajaran
dengan memperhatikan aneka aspek
gangguan psikis, seperti gagap, gugup,
situasi ujaran, dan (4) penggunaan
malu, demam panggung, kelelahan, (2)
bahasa dengan memperhatikan faktor-
gangguan fisik, seperti tidak mampu
faktor
melafalkan /r/ dengan baik, (3) guru
penentu
(Asrory, 2004).
tindak
komunikatif
berbicara
adalah:
(1)
terlalu banyak mencela ketika siswa
113
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
tampil berbicara, (4) guru terlalu ketat
(Learning Community) dalam Wujud
menuntut dipakainya ragam baku, dan
Diskusi
(5)
seperti
Meningkatkat Keterampilan Berbicara
gangguan teman sekelas atau karena
Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 2
bising. Dengan teknik koreksi oleh
Penebel oleh Ni Made Rai Wisudariani
sesama teman, hambatan nomor lima
tahun 2008. Menurut Rai, pembentukan
setidaknya dapat diatasi.
kelompok
pengaruh
lingkungan,
Keterlibatan
guru
Kelompok
yang
Kecil
bersifat
untuk
heterogen
dalam
dalam hal akademis, gender, dan latar
memberikan masukan-masukan kepada
belakang sosial ekonomi menjadikan
siswa
suasana
pembelajaran
kondusif.
Penelitian
tentunya
memperdalam
akan
semakin
pemahaman
siswa
semakin
lain
yang
terhadap kesalahan yang dilakukan.
rekomendasinya dapat dijadikan bahan
Mungkin saja nantinya ada kesalahan
pertimbangan adalah penelitian yang
atau kekurangan-kekurangan lain yang
berjudul
belum disampaikan oleh siswa ketika
Pembelajaran Konstruktivisme dengan
mengomentari temannya, saat itulah
Media Wayang untuk Meningkatkan
guru
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas
akan
Sepengetahuan
dengan
menambahkannya.
penulis,
penggunaan
pragmatik
yaitu
penggunaan
bahasa
penelitian
pendekatan
prinsip-prinsip
disertai
teknik
Penerapan
VIIB SMP Negeri 2 Ubud oleh Ade
Suryadana
tahun
merekomendasikan
2009.
agar
Ade
dalam
pembelajaran berbicara, siswa diberikan
koreksi sesama teman dan koreksi oleh
kesempatan
guru untuk meningkatkan keterampilan
pemahamannya sendiri.
menceritakan pengalaman belum pernah
Model
untuk
Adapun
mengkonstruksi
perasalahan
yang
dilakukan. Penelitian-penelitian sejenis
diangkat dalam penelitian ini, yaitu: (1)
yang bertujuan untuk meningkatkan
Bagaimanakah
keterampilan berbicara siswa dengan
keterampilan menceritakan pengalaman
rekomendasi
siswa kelas VIIE SMPN 5 Negara
yang
dapat
dijadikan
peningkatan
bahan pertimbangkan untuk menyusun
dengan
langkah pembeajaran dalam penelitian
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
ini adalah penelitian yang berjudul
bahasa) yang disertai teknik koreksi
Efektivitas
sesama teman dan koreksi oleh guru? ;
Masyarakat-Belajar
penerapan
pendekatan
114
I Putu Mas Dewantara
(2)
Bagaimanakah
pembelajaran
langkah-langkah
yang
ditempuh?;
(3)
Metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan
data-data
yang
Bagaimanakah respons siswa terhadap
diperlukan, yaitu metode tes untuk
pembelajaran
mengumpulkan
penerapan
yang
menggunakan
pendekatan
(prinsip-prinsip
data
mengenai
pragmatik
keterampilan menceritakan pengalaman
bahasa)
siswa. Metode observasi dipergunakan
penggunaan
yang disertai teknik koreksi sesama
untuk
teman dan koreksi oleh guru? Hasil
langkah-langkah pembelajaran. Metode
penelitian ini dapat berguna untuk
angket/kuesioner
siswa,
data mengenai respons siswa.
guru
mahasiswa
Bahasa
Bahasa
Indonesia,
dan
Sastra
Indonesia, dan peneliti lain.
memperoleh
data
untuk
mengenai
memperoleh
Secara individual siswa dikatakan
tuntas
dalam
pembelajaran
menceritakan pengalaman apabila nilai
yang diperoleh minimal 67,50. Hal ini
METODE PENELITIAN
Penelitian
rancangan
ini
menggunakan
penelitian tindakan kelas
(PTK).
Dari
atas kreteria ketuntasan
minimal di SMPN 5 Negara. Secara
sudah
klasikal, pembelajaran dikatakan tuntas
menunjukkan isi yang terkandung di
jika 75% dari jumlah siswa yang ada di
dalamnya,
kelas itu memperoleh nilai minimal
yaitu
namanya
didasarkan
sebuah
kegiatan
penelitian yang dilakukan di dalam
67,50,
kelas
dihentikan.
(Arikunto,
dkk,
2008:2).
sehingga
tindakan
dapat
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Subjek penelitian adalah benda,
HASIL DAN PEMBAHASAN
hal atau orang tempat variabel melekat,
Penerapan Pendekatan Pragmatik
(Prinsip-Prinsip Penggunaan Bahasa)
Disertai Teknik Koreksi Sesama
Teman dan Koreksi oleh Guru
dan
yang
dipermasalahkan
dalam
penelitian. Subjek penelitian ini adalah
guru dan siswa SMPN 5 Negara
(Wendra, 2009:32). Objek penelitian ini
adalah
keterampilan
pengalaman,
menceritakan
langkah-langkah
pembelajaran, dan respons siswa.
Penerapan pendekatan pragmatik
(prinsip-prinsip
penggunaan
bahasa)
disertai teknik koreksi sesama teman
dan
koreksi
meningkatkan
oleh
guru
dapat
keterampilan
menceritakan pengalaman siswa kelas
115
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
VIIE SMPN 5 Negara. Hal ini dapat
seperti volume suara, diksi, pemberian
dilihat
tekanan,
dari
nilai
menceritakan
keterampilan
pengalaman
dan
siswa
nonkebahasaan
sebelum diberikan perlakuan dengan
mampu diatasi.
masalah-masalah
seperti
gestur
juga
nilai rata-rata 58,86. Setelah diberikan
Pada siklus II, skor rata-rata siswa
perlakuan pada siklus I, nilai rata-rata
adalah 73,93. Jumlah peningkatan nilai
siswa adalah 70,11. Ini berarti terjadi
rata-rata dari siklus I ke siklus II adalah
peningkatan nilai rata-rata dari sebelum
3,82. Hasil pada tindakan kedua, dapat
diberikan perlakuan sampai siklus I
dikatakan sebagai tindakan terbaik,
sebesar 11,87.
karena
Berdasarkan
I,
pembelajaran menceritakan pengalaman
ditemukan bahwa (1) banyak siswa
siswa. Dari 35 orang siswa kelas VIIE
terlihat telah mampu menggunakan
ada sebanyak tiga puluh satu orang atau
kalimat efektif dan runtut. Namun,
88,57% memeroleh nilai ≥ 67,50. Hasil
volume suara mereka masih terlalu
tersebut telah memenuhi kriteria yang
kecil, (2) masih banyak siswa yang
sudah ditetapkan peneliti yaitu 75%
belum
tujuan
siswa di kelas memperoleh nilai 67,50
dengan
ke atas. Di samping itu, temuan yang
mampu
penceritaan
hasil
siklus
mampu meningkatkan hasil
merumuskan
pengalamannya
baik, dan (3) mimik dan gestur siswa
paling
dalam bercerita masih sangat kurang.
pendekatan pragmatik (prinsip-prinsip
Mereka cenderung hanya diam ketika
penggunaan bahasa) disertai teknik
bercerita.
berupa
koreksi sesama teman dan koreksi oleh
gerakan tangan yang sangat minim yang
guru adalah dapat menciptakan suasana
tampak.
belajar yang kondusif, kreatif, dan
Hanya
gerakan
Kelemahan pada siklus I diatasi
dengan
mengenai
pemberian
faktor-faktor
mengenai
dalam
penerapan
inovatif.
pemahaman
penunjang
keefektipan berbicara kepada siswa.
Pemahaman
berarti
Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkah
pembelajaran
faktor-faktor
yang tepat dalam penerapan pendekatan
penunjang keefektipan berbicara dapat
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
memotivasi siswa untuk menyampaikan
bahasa) disertai teknik koreksi sesama
ceritanya dengan lebih baik. Masalah
teman dan koreksi oleh guru dapat
116
I Putu Mas Dewantara
meningkatkan
keterampilan
penceritaan
temannya,
(16)
Guru
menceritakan pengalaman siswa kelas
memberikan
VIIE SMPN 5 Negara adalah (1) Guru
penampilan siswa, (17) Guru bersama
menyampaikan apersepsi, (2) Guru
siswa mengadakan refleksi, (18) Guru
menceritakan sebuah pengalaman, (3)
memberikan kesempatan kepada siswa
Guru
untuk bertanya, dan (19) Guru bersama
menyampaikan
tujuan
koreksi
pembelajaran, (4) Guru dan siswa
siswa
berdiskusi
pembelajaran.
mengenai
disampaikan
menugasi
oleh
cerita
guru,
siswa
(5)
untuk
yang
Guru
mendata
menyimpulkan
terhadap
dan
menutup
Temuan-temuan
penting
berdasarkan pada penelitian ini adalah,
pengalaman mengesankan yang dimiliki
pertama,
kemudian memilih salah satu dari
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
pengalaman
Siswa
bahasa) berpeluang membuat siswa
menentukan partisipan yang terlibat
belajar bahasa, khususnya berbicara
dalam
akan
tidak hanya sekadar belajar mengenai
menentukan
teori-teori berbicara yang baik namun
tujuan penyampaian pengalaman yang
juga belajar menggunakan bahasa dalam
diceritakan, (8) Siswa merangkai cerita
situasi yang kompleks. Hal ini senada
berdasarkan data-data yang telah dibuat,
dengan yang diungkapkan oleh Purwo
(9) Guru dan siswa berdiskusi mengenai
(dalam
faktor-faktor
mengibaratkan
tersebut,
(6)
pengalaman
diceritakan,
(7)
yang
Siswa
penunjang
berkomunikasi,
keefektipan
Sumardi,
Ed,
pendekatan
1992)
belajar
yang
berbahasa
Siswa
dengan pendekatan pragmatik sebagai
menceritakan pengalaman yang telah
kemampuan berenang. Belajar bahasa
dibuat,
bukanlah
(11)
(10)
penerapan
Siswa
dan
guru
mempelajari
cara
atau
memberikan koreksi terhadap tampilan
petunjuk yang berkaitan dengan renang,
siswa,
melainkan terjun dan berkecimpung
(12)
kesempatan
Guru
kepada
memberikan
siswa
untuk
dengan
air,
mengalami
gelagapan,
bertanya, (13) Guru membagi siswa
mengalami hidung kemasukan air, dan
dalam
Guru
sebagainya yang timbul selama berada
bercerita
di dalam air. Pelajaran bahasa tidak
3
menugaskan
dalam
kelompok,
siswa
untuk
kelompoknya,
memberikan
(14)
koreksi
(15)
Siswa
terhadap
dapat
disamakan
dengan
pelajaran
menghafalkan rumus-rumus kimia atau
117
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
menghafalkan
tahun-tahun
pada
ISSN 2087-9016
motivasi
Ketiga,
mendorong
peristiwa sejarah. Pelajaran bahasa lebih
siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
mirib dengan pelajaran menyanyi atau
Para
pelajaran merangkai bunga, yakni berisi
motivasi sebagai proses di dalam diri
kegiatan berbuat sesuatu, melakukan
individu
tindakan sesuatu. Pengibaratan yang
memberikan arah, dan menjaga perilaku
diberikan Purwo ini nampaknya sejalan
setiap saat (Slavin, tt). Pemberian
dengan Dell Hymes (dalam Sumarsono,
motivasi dalam proses pembelajaran
2007:5) yang menyatakan bahwa untuk
ternyata
mampu
percaya dalam diri siswa untuk tampil
berbahasa
(bertutur)
atau
berkomunikasi dalam bahasa orang
ahli
psikologi
yang
mendefinisikan
aktif,
dapat
mendorong,
menumbuhkan
rasa
dengan lebih baik.
tidak cukup hanya menguasai kaidah
Keempat,
pengkonstruksian
gramatika saja, melainkan juga harus
pengetahuan oleh diri siswa sendiri
mengetahui cara penggunaannya dalam
membuat siswa lebih memahami materi
komunikasi.
pembelajaran.
Kedua, penerapan teknik koreksi
Siswa
menemukan
sendiri bagaimana cara menyampaikan
sesama teman dan koreksi oleh guru
cerita
juga
siswa
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa) dan tahu hal-hal apa yang perlu
siswa. Hambatan gangguan dari teman
mendapat perhatian dalam bercerita
setidaknya
setelah mereka menemukan sendiri
akan
membantu
dapat
diatasi
dengan
berdasarkan
pendekatan
penggunaan teknik ini. Penggunaan
faktor-faktor
teknik koreksi sesama teman akan
berbicara. Di samping itu, pemodelan
semakin efektif jika diterapkan dengan
penceritaan pengalaman mengesankan
cara menunjuk siswa yang memberikan
juga membawa dampak siswa lebih
koreksi
berani
sehingga
siswa
lebih
dalam
penunjang
keefektipan
memberikan
koreksi
memperhatikan temannya ketika tampil
terhadap penampilan temannya. Siswa
menceritakan
pengalaman
memberikan
koreksi
berdasarkan
mengesankan. Hal ini seperti yang
faktor-faktor
penunjang
keefektifan
diterapkan dalam siklus II dan berhasil
berbicara yang baru mereka temukan.
menciptakan kondisi lebih kondusif.
Kelima,
pembagian
kelompok
dengan jumlah anggota kelompok yang
118
I Putu Mas Dewantara
tidak terlalu besar yang setiap kelompok
menunjukkan sikap positif dan sangat
didampingi
positif. Untuk respons siswa persentase
oleh
menjadikan
seorang
suasana
kondusif.
Siswa
observer
kelas
lebih
peningkatan rata-rata dari siklus I ke
menjadi
fokus
siklus
II
mengalami
peningkatan
menyimak penyampaian cerita yang
sebesar 1,71. Jumlah rata-rata skor
disampaikan
mereka
respons siswa pada siklus I 25,89
memiliki
menjadi 27,60 pada siklus II. Pada
mengganggu
siklus I, ada 20 orang (57,14%) yang
sehingga
oleh
teman
mereka
kesempatan
tidak
untuk
temannya yang sedang bercerita.
memberikan respons sangat positif, 14
Keenam, penekanan pemahaman
mengenai
pentingnya
berbicara
dan
keterampilan
teknik
orang (40%) yang memberikan respons
positif dan 1 orang (2,86%) yang
belajar
memberikan respons cukup positif.
pengalaman
Pada Siklus II, dari 35 orang yang
mengakibatkan siswa lebih percaya diri
mengisi angket, ada 30 orang (85,71%)
dan bersemangat dalam belajar. Hal ini
yang memberikan respons sangat positif
seperti yang diungkapkan oleh De
dan 5 orang (14,29%) yang memberikan
Porter
Suryadana,
respons positif. Jadi, respons siswa
2009:134) bahwa pengetahuan akan
dapat dikatakan tuntas karena sudah
manfaat
melebihi kriteria ketuntasan yang telah
menceritakan
(dalam
Ade
sesuatu
sama
dengan
menciptakan minat terhadap sesuatu.
ditentukan,
yaitu
75%
siswa
memberikan respons positif.
Respons Siswa terhadap
Pembelajaran
Penerapan pendekatan pragmatik
(prinsip-prinsip
penggunaan
bahasa)
PENUTUP
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan pendekatan pragmatik
disertai teknik koreksi sesama teman
(prinsip-prinsip
dan
dapat
disertai teknik koreksi sesama teman
menumbuhkan respons positif siswa
dan koreksi oleh guru dapat: (1)
terhadap
meningkatkan
koreksi
oleh
pembelajaran
guru
menceritakan
penggunaan
bahasa)
keterampilan
pengalaman siswa kelas VIIE SMPN 5
menceritakan pengalaman siswa kelas
Negara.
VIIE SMPN 5 Negara. Hal ini dapat
jawaban
Hal ini dapat dilihat dari
kuesioner
siswa
yang
dilihat
dari
menceritakan
nilai
keterampilan
pengalaman
siswa
119
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
sebelum diberikan perlakuan dengan
baik mengenai pembelajaran tersebut,
nilai rata-rata 58,86. Setelah diberikan
sehingga pembelajaran pun berlangsung
perlakuan pada siklus I, nilai rata-rata
dalam
siswa adalah 70,11. Pada siklus II, skor
kondusif.
kondisi
lingkungan
yang
rata-rata siswa adalah 73,93. Jumlah
peningkatan nilai rata-rata dari siklus I
ke siklus II adalah 3,82. Dari 35 orang
siswa kelas VIIE ada sebanyak tiga
puluh
satu
orang
atau
88,57%
memeroleh nilai ≥ 67,50. Hasil tersebut
telah memenuhi kriteria yang sudah
ditetapkan peneliti yaitu 75% siswa di
kelas memperoleh nilai 67,50 ke atas;
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. (2006). Penerapan pendekatan
komunikatif dalam pengajaran
gramatika di SLTP negeri 1 kota
malang. Prasi (Jurnal Bahasa,
Seni, dan Pengajaran) Vol.4 No. 7
Januari-Juni 2006.
Arikunto, dkk. (2008). Penelitian
tindakan kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
(2) dilakukan dengan langkah-langkah
pembelajaran
yang
tepat,
yaitu
sebanyak 19 langkah pembelajaran; dan
(3) siswa memberikan respons positif
terhadap kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian ini bermanfaat
bagi
guru
pembelajaran
dan
siswa
berbicara,
pembelajaran
dalam
khusus
Asrory, Zainal. (2004).
http://images.zainalasrory.multipl
y.com/attachment/0/SEGAygoKC
qwAAEvtM5g1/ptk%20asli%20b
anget.doc?nmid=98785639.
Diakses 15 Februari 2008.
menceritakan
pengalaman. Oleh karena itu, khususnya
peneliti menyarankan supaya guru mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
hendaknya
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S
.(1993). Pembinaan kemampuan
berbicara bahasa indonesia.
Jakarta: Erlangga.
menerapkan
pendekatan
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
bahasa) disertai teknik koreksi sesama
teman dan koreksi oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan berbicara
siswa secara lebih mendalam, agar
siswa juga memiliki pemahaman yang
Muslim, M. Umar. (2007). KTSP dan
pembelajaran bahasa indonesia.
http//www.KTSP/KTSP%20dan
%20Pembelajaran%20Bahasa%2
0Indonesia%20%C2%AB%20%7
Bjohnherf%7D.htm. Diakses 20
Januari 2009.
Nurgiyantoro,
Burhan.
(2001).
Penilaian dalam pengajaran
bahasa dan sastra. Yogyakarta:
PT BPFE-Yogyakarta.
Sumarsono. (2007). Pragmatik (Buku
Ajar). Singaraja: Undiksha.
120
I Putu Mas Dewantara
Suryadana, Ade. (2009). Penerapan
model
pembelajaran
konstruktivisme dengan media
wayang untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa
kelas VIIB SMP Negeri 2 Ubud.
Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Jurusan
Pendidikan
Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah, FBS
Undiksha.
Wendra, I Wayan. (2009). Penulisan
karya ilmiah (Buku Ajar).
Singaraja: Undiksha.
121
ISSN 2087-9016
PENERAPAN PENDEKATAN PRAGMATIK (PRINSIP-PRINSIP
PENGGUNAAN BAHASA) DISERTAI TEKNIK KOREKSI
SESAMA TEMANDAN KOREKSI OLEH GURU UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN
PENGALAMAN PADA SISWA KELAS VIIE
SMP NEGERI 5 NEGARA
I Putu Mas Dewantara
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
ABSTRACT
This research was intended to (1) describe the development of telling experience
skill of the students of class VII E SMP Negeri 5 Negara through the implementation of
pragmatic approach (principles of language use) accompanied by pair correction
technique and correction by Teacher, (2) describe the steps of learning and teaching
activities in the implementation of pragmatic approach (principles of language use)
accompanied by pair correction technique and correction by Teacher to develop the
skill of telling experiences by the students of VII E SMP Negeri 5 Negara, and (3)
describe students’ response about the implementation of pragmatic approach
(principles of language use) accompanied by pair correction technique and correction
by teacher. The subjects of this research were students and teacher of bahasa Indonesia
in SMP Negeri 5 Negara. This research used the two-cycle classroom action research.
The data about the skill of telling experiences was gathered through test method
analyzed by qualitative description method. The data about students’ response was
gathered through questionnaire method analyzed by qualitative description and
quantitative description. The result of the research showed that the implementation of
pragmatic approach (principles of language use) accompanied by pair correction
technique and correction by teacher can (1) develop the skill of telling experience by
students, (2) be done through 19 appropriate learning steps, and (3) develop students’
positive response in telling experience. Bahasa Indonesia’s teachers is hoped to
implement the pragmatic approach (principles of language use) accompanied by pair
correction technique and correction by teacher to develop the skill of telling students’
experiences that make the teaching-learning activity can run conducive, creative, and
innovative.
Key words: pragmatic approach, correction technique, the skill of telling experiences
PENDAHULUAN
Pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi harus ditunjang oleh
kemampuan
pemanfaatan,
terapan dan ilmu pengetahuan dasar
secara seimbang. Salah satu usaha untuk
meningkatkan penguasaan pengetahuan
dasar adalah dengan meningkatkan
pengembangan, dan penguasaan ilmu
110
I Putu Mas Dewantara
keterampilan
berbahasa.
Dalam
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa
lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Indonesia
Nasional Republik Indonesia Nomor 22
kemampuan berbahasa dan kemampuan
tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
bersastra.
Satuan
meliputi
Pendidikan
Dasar
dan
mencakupi
komponen
Kemampuan
berbahasa
aspek-aspek:
Menengah, khususnya tentang standar
mendengarkan,
kompetensi dan kompetensi dasar mata
membaca, dan (4) menulis. Berdasarkan
pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs
pernyataan tersebut dapat ditegaskan
secara
bahwa
eksplisit
dinyatakan
bahwa
merupakan
perkembangan intelektual, sosial, dan
kemampuan
emosional
peserta
dikembangkan
merupakan
penunjang
serta
berbicara,
keterampilan
bahasa memiliki peran sentral dalam
didik,
(2)
(1)
salah
di
berbicara
satu
berbahasa
(3)
aspek
yang
SMP.
wajib
Berbicara
keberhasilan
adalah aktivitas bahasa kedua yang
dalam mempelajari semua bidang studi.
dilakukan manusia dalam kehidupan
Pembelajaran
berbahasa,
membantu
bahasa
peserta
diharapkan
didik
mengenal
dirinya, budayanya, budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan,
yaitu
setelah
mendengarkan
aktivitas
(Nurgiyantoro,
2001:276).
Mempunyai
keterampilan
berpartisipasi dalam masyarakat yang
berbicara
menggunakan bahasa tersebut. Selain
dibayangkan. Arsjad dan Mukti U.S.
itu,
(1993:1) berpendapat bahwa kadang-
pembelajaran
bahasa
juga
tidaklah
diharapkan membantu peserta didik
kadang
menemukan
disampaikan
serta
menggunakan
pokok
semudah
yang
pembicaraan
yang
seseorang
cukup
oleh
kemampuan analitis dan imaginatif
menarik, tetapi karena penyajiannya
yang ada dalam dirinya.
kurang menarik, hasilnyapun kurang
mata
memuaskan.
Oleh
pelajaran bahasa Indonesia berorientasi
keterampilan
berbicara
pada
dilatihkan.
Standar
hakikat
kompetensi
pembelajaran
bahasa
kerena
Walaupun
perlu
itulah,
terus
keterampilan
bahwa belajar bahasa adalah belajar
berbicara sudah diajarkan sejak dulu,
berkomunukasi dan belajar sastra adalah
sering kita jumpai seorang siswa yang
belajar menghargai manusia dan nilai-
tidak mampu berbicara dengan baik.
nilai kemanusiaannya (Muslim, 2007).
Apalagi ketika berbicara di depan kelas.
111
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
Suara yang tersendat-sendat, keringat
gangguan dari siswa lain saat tampil
bercucuran, tegang, dan gugup adalah
berbicara.
beberapa ciri siswa yang masih rendah
kemampuan berbicaranya.
Kenyataan
Menyadari hal tersebut, guru telah
berusaha mengadakan variasi dalam
rendahnya
pembelajaran, seperti dengan melatih
keterampilan berbicara yang dimiliki
siswa bebicara melalui diskusi. Namun,
oleh siswa juga terlihat pada siswa kelas
hasil yang didapatkan belum sesuai
VIIE SMPN 5 Negara. Berdasarkan
harapan. Bahkan, tetap saja ada siswa
hasil observasi awal dan wawancara
yang masih enggan tampil ke depan
dengan
kelas
guru
bidang
studi
bahasa
ketika
diminta
berbicara
di
Indonesia, diketahui bahwa nilai rata-
hadapan
rata keterampilan berbicara dari 35
salah
orang siswa adalah 58,86 sedangkan
pembentukan anggota kelompok diskusi
ketuntasan belajar berbicara siswa di
yang tidak dilakukan oleh guru.
teman-temannya.
satu
Mungkin
penyebabnya
adalah
SMP ini adalah 67,50. Siswa yang telah
Melihat kenyataan tersebut, perlu
dikategorikan tuntas sebanyak 8 orang
adanya suatu penelitian tindakan untuk
(22,86%), sisanya 27 orang (77,14%)
meningkatkan keterampilan berbicara
belum
siswa kelas VIIE SMPN 5 Negara.
tuntas.
Setelah
ditelusuri,
kesulitan belajar berbicara siswa kelas
Upaya
VIIE disebabkan oleh dua faktor, yaitu
memandang
faktor eksternal dan faktor internal.
sistem terbuka. Bahasa tidak bisa
Yang termasuk faktor eksternal, di
dilepaskan
antaranya pengaruh penggunaan bahasa
eksternal bahasa, yaitu ciri sosial, ciri
Indonesia di lingkungan keluarga dan
biologis,
dan
masyarakat. Selain itu, faktor internal
2006:46).
Pendekatan
yang berpengaruh terhadap rendahnya
yang memandang bahasa sebagai suatu
keterampilan berbicara siswa adalah (1)
yang terpisah dari faktor eksternal
pendekatan pembelajaran yang masih
bahasa akan menonjolkan pembelajaran
konvensional,
mengenai kaidah kebahasaan, seperti
mengonstruksi
(2)
kesulitan
dalam
pengetahuan
atau
dalam
tersebut
dilakukan
bahasa
dari
sebagai
keberadaan
sebagainya
pendekatan
dengan
suatu
faktor
(Arifin,
pembelajaran
struktural
yang
pengalaman yang dimiliki, (3) perasaan
mencurahkan pengajaran bahasa pada
malu atau grogi, dan (4) adanya
lafal kata dan pola-pola kalimat dengan
112
I Putu Mas Dewantara
cara
latihan
berkali-kali
(Nababan
Peningkatan
keterampilan
dalam Arifin, 2006:46). Pendekatan
berbicara siswa Kelas VIIE SMPN 5
struktural pernah diterapkan di sekolah-
Negara dengan pemberian pengetahuan
sekolah, yaitu pada kurikulum 1975
mengenai prinsip-prinsip penggunaan
yang kemudian dianggap gagal dalam
bahasa disertai teknik koreksi sesama
pembelajaran
bahasa
hanya
teman dan koreksi oleh guru pada
memberikan
pengetahuan
tentang
dasarnya bertujuan untuk melatih siswa
karena
bahasa kepada siswa. Jika kita tinjau
menggunakan
KTSP mengenai pengajaran bahasa
mengaitkan bahasa dengan unsur-unsur
Indonesia, siswa dituntut untuk mampu
di
menggunakan bahasa secara praktis,
kesalahan-kesalahan
bukan sesuatu yang teoretis mengenai
berbicara. Baik itu kesalahan ucapan,
bahasa.
diksi, kekeliruan pemberian tekanan,
Pendekatan pembelajaran yang
luar
bahasa
bahasa
dan
dengan
memperbaiki
siswa
dalam
gerak-gerik dan mimik yang tidak tepat,
disinyalir
mampu
memberikan
kesalahan
pengetahuan
mengenai
penggunaan
berhubungan
pemilihan
bahasa
dengan
yang
prinsip-prinsip
bahasa senyatanya adalah pendekatan
kerjasama dan prinsip kesantunan serta
pragmatik
hal-hal lain saat siswa bertindak tutur.
dengan
memberikan
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
pemakaian
bahasa.
pemakaian bahasa
Prinsip-prinsip
Teknik koreksi oleh sesama teman
dan
oleh
guru
ini
dipilih
selain
yang diterapkan
bertujuan untuk memperbaiki kesalahan
dalam pendekatan pragmatik, yaitu (1)
siswa yang melakukan tindak tutur juga
penggunaan
untuk menciptakan suasana kelas yang
memperhatikan
bahasa
dengan
prinsip-prinsip
kerja
kondusif.
Sumarsono
(1985:45)
sama, (2) penggunaan bahasa dengan
menyatakan bahwa hambatan-hambatan
memperhatikan
yang dihadapi oleh seorang siswa dalam
prinsip-prinsip
kesantunan, (3) penggunaan bahasa
pembelajaran
dengan memperhatikan aneka aspek
gangguan psikis, seperti gagap, gugup,
situasi ujaran, dan (4) penggunaan
malu, demam panggung, kelelahan, (2)
bahasa dengan memperhatikan faktor-
gangguan fisik, seperti tidak mampu
faktor
melafalkan /r/ dengan baik, (3) guru
penentu
(Asrory, 2004).
tindak
komunikatif
berbicara
adalah:
(1)
terlalu banyak mencela ketika siswa
113
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
tampil berbicara, (4) guru terlalu ketat
(Learning Community) dalam Wujud
menuntut dipakainya ragam baku, dan
Diskusi
(5)
seperti
Meningkatkat Keterampilan Berbicara
gangguan teman sekelas atau karena
Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 2
bising. Dengan teknik koreksi oleh
Penebel oleh Ni Made Rai Wisudariani
sesama teman, hambatan nomor lima
tahun 2008. Menurut Rai, pembentukan
setidaknya dapat diatasi.
kelompok
pengaruh
lingkungan,
Keterlibatan
guru
Kelompok
yang
Kecil
bersifat
untuk
heterogen
dalam
dalam hal akademis, gender, dan latar
memberikan masukan-masukan kepada
belakang sosial ekonomi menjadikan
siswa
suasana
pembelajaran
kondusif.
Penelitian
tentunya
memperdalam
akan
semakin
pemahaman
siswa
semakin
lain
yang
terhadap kesalahan yang dilakukan.
rekomendasinya dapat dijadikan bahan
Mungkin saja nantinya ada kesalahan
pertimbangan adalah penelitian yang
atau kekurangan-kekurangan lain yang
berjudul
belum disampaikan oleh siswa ketika
Pembelajaran Konstruktivisme dengan
mengomentari temannya, saat itulah
Media Wayang untuk Meningkatkan
guru
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas
akan
Sepengetahuan
dengan
menambahkannya.
penulis,
penggunaan
pragmatik
yaitu
penggunaan
bahasa
penelitian
pendekatan
prinsip-prinsip
disertai
teknik
Penerapan
VIIB SMP Negeri 2 Ubud oleh Ade
Suryadana
tahun
merekomendasikan
2009.
agar
Ade
dalam
pembelajaran berbicara, siswa diberikan
koreksi sesama teman dan koreksi oleh
kesempatan
guru untuk meningkatkan keterampilan
pemahamannya sendiri.
menceritakan pengalaman belum pernah
Model
untuk
Adapun
mengkonstruksi
perasalahan
yang
dilakukan. Penelitian-penelitian sejenis
diangkat dalam penelitian ini, yaitu: (1)
yang bertujuan untuk meningkatkan
Bagaimanakah
keterampilan berbicara siswa dengan
keterampilan menceritakan pengalaman
rekomendasi
siswa kelas VIIE SMPN 5 Negara
yang
dapat
dijadikan
peningkatan
bahan pertimbangkan untuk menyusun
dengan
langkah pembeajaran dalam penelitian
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
ini adalah penelitian yang berjudul
bahasa) yang disertai teknik koreksi
Efektivitas
sesama teman dan koreksi oleh guru? ;
Masyarakat-Belajar
penerapan
pendekatan
114
I Putu Mas Dewantara
(2)
Bagaimanakah
pembelajaran
langkah-langkah
yang
ditempuh?;
(3)
Metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan
data-data
yang
Bagaimanakah respons siswa terhadap
diperlukan, yaitu metode tes untuk
pembelajaran
mengumpulkan
penerapan
yang
menggunakan
pendekatan
(prinsip-prinsip
data
mengenai
pragmatik
keterampilan menceritakan pengalaman
bahasa)
siswa. Metode observasi dipergunakan
penggunaan
yang disertai teknik koreksi sesama
untuk
teman dan koreksi oleh guru? Hasil
langkah-langkah pembelajaran. Metode
penelitian ini dapat berguna untuk
angket/kuesioner
siswa,
data mengenai respons siswa.
guru
mahasiswa
Bahasa
Bahasa
Indonesia,
dan
Sastra
Indonesia, dan peneliti lain.
memperoleh
data
untuk
mengenai
memperoleh
Secara individual siswa dikatakan
tuntas
dalam
pembelajaran
menceritakan pengalaman apabila nilai
yang diperoleh minimal 67,50. Hal ini
METODE PENELITIAN
Penelitian
rancangan
ini
menggunakan
penelitian tindakan kelas
(PTK).
Dari
atas kreteria ketuntasan
minimal di SMPN 5 Negara. Secara
sudah
klasikal, pembelajaran dikatakan tuntas
menunjukkan isi yang terkandung di
jika 75% dari jumlah siswa yang ada di
dalamnya,
kelas itu memperoleh nilai minimal
yaitu
namanya
didasarkan
sebuah
kegiatan
penelitian yang dilakukan di dalam
67,50,
kelas
dihentikan.
(Arikunto,
dkk,
2008:2).
sehingga
tindakan
dapat
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Subjek penelitian adalah benda,
HASIL DAN PEMBAHASAN
hal atau orang tempat variabel melekat,
Penerapan Pendekatan Pragmatik
(Prinsip-Prinsip Penggunaan Bahasa)
Disertai Teknik Koreksi Sesama
Teman dan Koreksi oleh Guru
dan
yang
dipermasalahkan
dalam
penelitian. Subjek penelitian ini adalah
guru dan siswa SMPN 5 Negara
(Wendra, 2009:32). Objek penelitian ini
adalah
keterampilan
pengalaman,
menceritakan
langkah-langkah
pembelajaran, dan respons siswa.
Penerapan pendekatan pragmatik
(prinsip-prinsip
penggunaan
bahasa)
disertai teknik koreksi sesama teman
dan
koreksi
meningkatkan
oleh
guru
dapat
keterampilan
menceritakan pengalaman siswa kelas
115
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
VIIE SMPN 5 Negara. Hal ini dapat
seperti volume suara, diksi, pemberian
dilihat
tekanan,
dari
nilai
menceritakan
keterampilan
pengalaman
dan
siswa
nonkebahasaan
sebelum diberikan perlakuan dengan
mampu diatasi.
masalah-masalah
seperti
gestur
juga
nilai rata-rata 58,86. Setelah diberikan
Pada siklus II, skor rata-rata siswa
perlakuan pada siklus I, nilai rata-rata
adalah 73,93. Jumlah peningkatan nilai
siswa adalah 70,11. Ini berarti terjadi
rata-rata dari siklus I ke siklus II adalah
peningkatan nilai rata-rata dari sebelum
3,82. Hasil pada tindakan kedua, dapat
diberikan perlakuan sampai siklus I
dikatakan sebagai tindakan terbaik,
sebesar 11,87.
karena
Berdasarkan
I,
pembelajaran menceritakan pengalaman
ditemukan bahwa (1) banyak siswa
siswa. Dari 35 orang siswa kelas VIIE
terlihat telah mampu menggunakan
ada sebanyak tiga puluh satu orang atau
kalimat efektif dan runtut. Namun,
88,57% memeroleh nilai ≥ 67,50. Hasil
volume suara mereka masih terlalu
tersebut telah memenuhi kriteria yang
kecil, (2) masih banyak siswa yang
sudah ditetapkan peneliti yaitu 75%
belum
tujuan
siswa di kelas memperoleh nilai 67,50
dengan
ke atas. Di samping itu, temuan yang
mampu
penceritaan
hasil
siklus
mampu meningkatkan hasil
merumuskan
pengalamannya
baik, dan (3) mimik dan gestur siswa
paling
dalam bercerita masih sangat kurang.
pendekatan pragmatik (prinsip-prinsip
Mereka cenderung hanya diam ketika
penggunaan bahasa) disertai teknik
bercerita.
berupa
koreksi sesama teman dan koreksi oleh
gerakan tangan yang sangat minim yang
guru adalah dapat menciptakan suasana
tampak.
belajar yang kondusif, kreatif, dan
Hanya
gerakan
Kelemahan pada siklus I diatasi
dengan
mengenai
pemberian
faktor-faktor
mengenai
dalam
penerapan
inovatif.
pemahaman
penunjang
keefektipan berbicara kepada siswa.
Pemahaman
berarti
Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkah
pembelajaran
faktor-faktor
yang tepat dalam penerapan pendekatan
penunjang keefektipan berbicara dapat
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
memotivasi siswa untuk menyampaikan
bahasa) disertai teknik koreksi sesama
ceritanya dengan lebih baik. Masalah
teman dan koreksi oleh guru dapat
116
I Putu Mas Dewantara
meningkatkan
keterampilan
penceritaan
temannya,
(16)
Guru
menceritakan pengalaman siswa kelas
memberikan
VIIE SMPN 5 Negara adalah (1) Guru
penampilan siswa, (17) Guru bersama
menyampaikan apersepsi, (2) Guru
siswa mengadakan refleksi, (18) Guru
menceritakan sebuah pengalaman, (3)
memberikan kesempatan kepada siswa
Guru
untuk bertanya, dan (19) Guru bersama
menyampaikan
tujuan
koreksi
pembelajaran, (4) Guru dan siswa
siswa
berdiskusi
pembelajaran.
mengenai
disampaikan
menugasi
oleh
cerita
guru,
siswa
(5)
untuk
yang
Guru
mendata
menyimpulkan
terhadap
dan
menutup
Temuan-temuan
penting
berdasarkan pada penelitian ini adalah,
pengalaman mengesankan yang dimiliki
pertama,
kemudian memilih salah satu dari
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
pengalaman
Siswa
bahasa) berpeluang membuat siswa
menentukan partisipan yang terlibat
belajar bahasa, khususnya berbicara
dalam
akan
tidak hanya sekadar belajar mengenai
menentukan
teori-teori berbicara yang baik namun
tujuan penyampaian pengalaman yang
juga belajar menggunakan bahasa dalam
diceritakan, (8) Siswa merangkai cerita
situasi yang kompleks. Hal ini senada
berdasarkan data-data yang telah dibuat,
dengan yang diungkapkan oleh Purwo
(9) Guru dan siswa berdiskusi mengenai
(dalam
faktor-faktor
mengibaratkan
tersebut,
(6)
pengalaman
diceritakan,
(7)
yang
Siswa
penunjang
berkomunikasi,
keefektipan
Sumardi,
Ed,
pendekatan
1992)
belajar
yang
berbahasa
Siswa
dengan pendekatan pragmatik sebagai
menceritakan pengalaman yang telah
kemampuan berenang. Belajar bahasa
dibuat,
bukanlah
(11)
(10)
penerapan
Siswa
dan
guru
mempelajari
cara
atau
memberikan koreksi terhadap tampilan
petunjuk yang berkaitan dengan renang,
siswa,
melainkan terjun dan berkecimpung
(12)
kesempatan
Guru
kepada
memberikan
siswa
untuk
dengan
air,
mengalami
gelagapan,
bertanya, (13) Guru membagi siswa
mengalami hidung kemasukan air, dan
dalam
Guru
sebagainya yang timbul selama berada
bercerita
di dalam air. Pelajaran bahasa tidak
3
menugaskan
dalam
kelompok,
siswa
untuk
kelompoknya,
memberikan
(14)
koreksi
(15)
Siswa
terhadap
dapat
disamakan
dengan
pelajaran
menghafalkan rumus-rumus kimia atau
117
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
menghafalkan
tahun-tahun
pada
ISSN 2087-9016
motivasi
Ketiga,
mendorong
peristiwa sejarah. Pelajaran bahasa lebih
siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
mirib dengan pelajaran menyanyi atau
Para
pelajaran merangkai bunga, yakni berisi
motivasi sebagai proses di dalam diri
kegiatan berbuat sesuatu, melakukan
individu
tindakan sesuatu. Pengibaratan yang
memberikan arah, dan menjaga perilaku
diberikan Purwo ini nampaknya sejalan
setiap saat (Slavin, tt). Pemberian
dengan Dell Hymes (dalam Sumarsono,
motivasi dalam proses pembelajaran
2007:5) yang menyatakan bahwa untuk
ternyata
mampu
percaya dalam diri siswa untuk tampil
berbahasa
(bertutur)
atau
berkomunikasi dalam bahasa orang
ahli
psikologi
yang
mendefinisikan
aktif,
dapat
mendorong,
menumbuhkan
rasa
dengan lebih baik.
tidak cukup hanya menguasai kaidah
Keempat,
pengkonstruksian
gramatika saja, melainkan juga harus
pengetahuan oleh diri siswa sendiri
mengetahui cara penggunaannya dalam
membuat siswa lebih memahami materi
komunikasi.
pembelajaran.
Kedua, penerapan teknik koreksi
Siswa
menemukan
sendiri bagaimana cara menyampaikan
sesama teman dan koreksi oleh guru
cerita
juga
siswa
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa) dan tahu hal-hal apa yang perlu
siswa. Hambatan gangguan dari teman
mendapat perhatian dalam bercerita
setidaknya
setelah mereka menemukan sendiri
akan
membantu
dapat
diatasi
dengan
berdasarkan
pendekatan
penggunaan teknik ini. Penggunaan
faktor-faktor
teknik koreksi sesama teman akan
berbicara. Di samping itu, pemodelan
semakin efektif jika diterapkan dengan
penceritaan pengalaman mengesankan
cara menunjuk siswa yang memberikan
juga membawa dampak siswa lebih
koreksi
berani
sehingga
siswa
lebih
dalam
penunjang
keefektipan
memberikan
koreksi
memperhatikan temannya ketika tampil
terhadap penampilan temannya. Siswa
menceritakan
pengalaman
memberikan
koreksi
berdasarkan
mengesankan. Hal ini seperti yang
faktor-faktor
penunjang
keefektifan
diterapkan dalam siklus II dan berhasil
berbicara yang baru mereka temukan.
menciptakan kondisi lebih kondusif.
Kelima,
pembagian
kelompok
dengan jumlah anggota kelompok yang
118
I Putu Mas Dewantara
tidak terlalu besar yang setiap kelompok
menunjukkan sikap positif dan sangat
didampingi
positif. Untuk respons siswa persentase
oleh
menjadikan
seorang
suasana
kondusif.
Siswa
observer
kelas
lebih
peningkatan rata-rata dari siklus I ke
menjadi
fokus
siklus
II
mengalami
peningkatan
menyimak penyampaian cerita yang
sebesar 1,71. Jumlah rata-rata skor
disampaikan
mereka
respons siswa pada siklus I 25,89
memiliki
menjadi 27,60 pada siklus II. Pada
mengganggu
siklus I, ada 20 orang (57,14%) yang
sehingga
oleh
teman
mereka
kesempatan
tidak
untuk
temannya yang sedang bercerita.
memberikan respons sangat positif, 14
Keenam, penekanan pemahaman
mengenai
pentingnya
berbicara
dan
keterampilan
teknik
orang (40%) yang memberikan respons
positif dan 1 orang (2,86%) yang
belajar
memberikan respons cukup positif.
pengalaman
Pada Siklus II, dari 35 orang yang
mengakibatkan siswa lebih percaya diri
mengisi angket, ada 30 orang (85,71%)
dan bersemangat dalam belajar. Hal ini
yang memberikan respons sangat positif
seperti yang diungkapkan oleh De
dan 5 orang (14,29%) yang memberikan
Porter
Suryadana,
respons positif. Jadi, respons siswa
2009:134) bahwa pengetahuan akan
dapat dikatakan tuntas karena sudah
manfaat
melebihi kriteria ketuntasan yang telah
menceritakan
(dalam
Ade
sesuatu
sama
dengan
menciptakan minat terhadap sesuatu.
ditentukan,
yaitu
75%
siswa
memberikan respons positif.
Respons Siswa terhadap
Pembelajaran
Penerapan pendekatan pragmatik
(prinsip-prinsip
penggunaan
bahasa)
PENUTUP
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan pendekatan pragmatik
disertai teknik koreksi sesama teman
(prinsip-prinsip
dan
dapat
disertai teknik koreksi sesama teman
menumbuhkan respons positif siswa
dan koreksi oleh guru dapat: (1)
terhadap
meningkatkan
koreksi
oleh
pembelajaran
guru
menceritakan
penggunaan
bahasa)
keterampilan
pengalaman siswa kelas VIIE SMPN 5
menceritakan pengalaman siswa kelas
Negara.
VIIE SMPN 5 Negara. Hal ini dapat
jawaban
Hal ini dapat dilihat dari
kuesioner
siswa
yang
dilihat
dari
menceritakan
nilai
keterampilan
pengalaman
siswa
119
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013
ISSN 2087-9016
sebelum diberikan perlakuan dengan
baik mengenai pembelajaran tersebut,
nilai rata-rata 58,86. Setelah diberikan
sehingga pembelajaran pun berlangsung
perlakuan pada siklus I, nilai rata-rata
dalam
siswa adalah 70,11. Pada siklus II, skor
kondusif.
kondisi
lingkungan
yang
rata-rata siswa adalah 73,93. Jumlah
peningkatan nilai rata-rata dari siklus I
ke siklus II adalah 3,82. Dari 35 orang
siswa kelas VIIE ada sebanyak tiga
puluh
satu
orang
atau
88,57%
memeroleh nilai ≥ 67,50. Hasil tersebut
telah memenuhi kriteria yang sudah
ditetapkan peneliti yaitu 75% siswa di
kelas memperoleh nilai 67,50 ke atas;
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. (2006). Penerapan pendekatan
komunikatif dalam pengajaran
gramatika di SLTP negeri 1 kota
malang. Prasi (Jurnal Bahasa,
Seni, dan Pengajaran) Vol.4 No. 7
Januari-Juni 2006.
Arikunto, dkk. (2008). Penelitian
tindakan kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
(2) dilakukan dengan langkah-langkah
pembelajaran
yang
tepat,
yaitu
sebanyak 19 langkah pembelajaran; dan
(3) siswa memberikan respons positif
terhadap kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian ini bermanfaat
bagi
guru
pembelajaran
dan
siswa
berbicara,
pembelajaran
dalam
khusus
Asrory, Zainal. (2004).
http://images.zainalasrory.multipl
y.com/attachment/0/SEGAygoKC
qwAAEvtM5g1/ptk%20asli%20b
anget.doc?nmid=98785639.
Diakses 15 Februari 2008.
menceritakan
pengalaman. Oleh karena itu, khususnya
peneliti menyarankan supaya guru mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
hendaknya
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S
.(1993). Pembinaan kemampuan
berbicara bahasa indonesia.
Jakarta: Erlangga.
menerapkan
pendekatan
pragmatik (prinsip-prinsip penggunaan
bahasa) disertai teknik koreksi sesama
teman dan koreksi oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan berbicara
siswa secara lebih mendalam, agar
siswa juga memiliki pemahaman yang
Muslim, M. Umar. (2007). KTSP dan
pembelajaran bahasa indonesia.
http//www.KTSP/KTSP%20dan
%20Pembelajaran%20Bahasa%2
0Indonesia%20%C2%AB%20%7
Bjohnherf%7D.htm. Diakses 20
Januari 2009.
Nurgiyantoro,
Burhan.
(2001).
Penilaian dalam pengajaran
bahasa dan sastra. Yogyakarta:
PT BPFE-Yogyakarta.
Sumarsono. (2007). Pragmatik (Buku
Ajar). Singaraja: Undiksha.
120
I Putu Mas Dewantara
Suryadana, Ade. (2009). Penerapan
model
pembelajaran
konstruktivisme dengan media
wayang untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa
kelas VIIB SMP Negeri 2 Ubud.
Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Jurusan
Pendidikan
Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah, FBS
Undiksha.
Wendra, I Wayan. (2009). Penulisan
karya ilmiah (Buku Ajar).
Singaraja: Undiksha.
121