PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN FIKIH PADA KURIKULUM 2013 DI MTs NEGERI NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Evaluasi Pembelajaran

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa inggris) yang artinya penilaian atau penaksiran. Kata tersebut diserap kedalam istilah bahasa indonesia menjadi “evaluasi”. Menurut bahasa penilaian diartikan sebagai

proses menentukan nilai atau objek. 1 Sedangkan menurut istilah evaluasi merupakan suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan

informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung

tujuan evaluasi yang direncanakan. 2 Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1 dan 2 menyatakan

bahwa evaluasi merupakan kegiatan pemantauan dan penilaian tehadap proses serta hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh lembaga

1 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), hlm 3 1 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), hlm 3

Menurut William Wiersma dan Stephen G. Jurs bahwa “Evaluation is process that includes measurement and possibly testing, but it also contains the notion of a value judgment ” (evaluasi merupakan proses yang meliputi pengukuran dan mungkin pengujian, tetapi juga merupakan proses pendugaan untuk mempertimbangkan nilai). Sedangkan menurut Worthen dan Sanders yang yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu, dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program. 4

Dalam evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat terhadap tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku. Dikarenakan tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama, maka evaluasi menjadi salah satu hal yang sulit dan menantang, yang harus disadari oleh para guru. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.

3 Depdiknas RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm 51

Beberapa tingkah laku yang sering muncul serta menjadi perhatian para guru adalah tingkah laku yang dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu pengetahuan intelektual (cognitives), keterampilan (skill) yang menghasilkan tindakan, dan bentuk lain adalah values dan attitudes atau yang dikategorikan ke dalam affective domain.

Definisi lain yang berkaitan dengan proses pengukuran hasil belajar siswa yaitu evaluation is a process of making an assessment of a student’s growth . Evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian perkembangan siswa perlu diukur, baik posisi siswa sebagai individu maupun posisinya di dalam kegiatan kelompoknya. Hal yang demikian perlu disadari oleh seorang guru pada umumnya siswa masuk kelas dengan kemampuan yang bervariasi. Ada siswa yang cepat menangkap materi pelajaran, tetapi ada pula yang tergolong memiliki kecepatan biasa dan ada pula yang tergolong lambat. Guru dapat mengevaluasi pertumbuhan kemampuan siswa tersebut dengan mengetahui apa yang mereka kerjakan pada awal sampai akhir (measurement). Pencapaian belajar siswa dapat diukur dengan dua cara : (1) diukur dengan mengetahui tingkat ketercapaian standar yang ditentukan, dan (2) melalui tugas-tugas yang dapat diselesaikan siswa secara tuntas.

Mengukur pencapaian hasil belajar dapat melibatkan pengukuran secara kuantitatif yang menghasilkan data kuantitatif misalnya tes dan skor, dan dapat pula mengukur dengan data kualitatif yang menghasilkan Mengukur pencapaian hasil belajar dapat melibatkan pengukuran secara kuantitatif yang menghasilkan data kuantitatif misalnya tes dan skor, dan dapat pula mengukur dengan data kualitatif yang menghasilkan

Kegiatan evaluasi dapat mencakup deskripsi tingkah laku, baik secara kualitatif maupun kuantitaif. Data kuantitatif dilengkapi dengan pengukuran, yang digunakan untuk menentukan perkembangan dan pertumbuhan siswa. Disamping itu, evaluasi kuantitatif juga ditentukan untuk menempatkan posisi seorang siswa dalam kelompok atau kelasnya.

Ada kecenderungan sebagian guru melengkapi laporan evaluasinya dengan evaluasi kualitatif yang di dalamnya lebih banyak berisi informasi kualitatif. Evaluasi kualitatif tidak selalu tepat, karena adanya faktor judgment atau pertimbangan subjektivitas yang dibuat oleh guru. Judgment tersebut biasanya biar bervariasi dari waktu ke waktu karena dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari internal guru, empati, rasa iba, dan kedekatan hubungan dengan peserta didik; maupun faktor eksternal guru, seperti kebijakan sekolah, faktor kolegia sesama

guru, atau atas nama citra lembaga. 5 Teori evaluasi pembelajaran ini penulis jadikan sebagai data

sekunder dalam penelitian dan pendukung data yang penulis dapatkan dalam proses observasi. Dalam evaluasi pembelajaran, banyak teknik yang dapat dilakukan oleh evaluator, dan evaluasi ini sifatnya kontinu.

Jika evaluasi hanya dilakukan sekali, maka guru maupun siswa belum dapat mengukur tingkat keberhasilannya dalam proses pembelajaran. oleh karena itu, sebelum melakukan evaluasi guru harus membuat rancangan dalam pelaksanaan evaluasi yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang heterogen. Rancangan tersebut biasanya di tulis atau di cantumkan dalam perangkat pembelajaran. Namun, rancangan tersebut bisa berubah sesuai kondisi siswa saat itu.

2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Fungsi evaluasi dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri, yaitu untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektivan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi evaluasi itu dalam proses belajar-mengajar.

Secara lebih rinci, fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi, yaitu:

a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi

b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen dimaksud antara lain adalah tujuan, materi atau bahan pelajaran, dan prosedur serta alat evaluasi.

c. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK). Hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya seperti antara lain:

1) Untuk membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan kekuatan atau kemampuan siswa.

2) Untuk mengetahui dalam hal-hal apa seseorang atau sekelompok siswa memerlukan pelayanan remidial.

3) Sebagai asas dalam menangani kasus-kasus tertentu antar siswa.

4) Sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka bimbingan karier.

d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Hampir setiap guru melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa dan menilai

program pengajaran, yang berarti pula menilai isi atau materi pelajaran yang terdapat ke dalam kurikulum. Seorang guru yang dinamis tidak akan begitu saja mengikuti apa yang tertera di dalam kurikulum; ia akan selalu berusaha untuk menentukan dan memilih materi-materi mana yang sesuai dengan kondisi siswa dan situasi lingkungan serta perkembangan masyarakat pada saat itu. Materi kurikulum yang dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ditinggalkannya dan diganti dengan materi yang dianggap sesuai. Benar apa yang dikatakan oleh para pakar kurikulum bahwa pada hakikatnya kurikulum sekolah ditentukan oleh guru. Meskipun pada umumnya di Indonesia kurikulum sekolah disusun

secara nasional dan berlaku untuk semua sekolah yang sejenis dan setingkat, guru-guru dapat ikut serta menyusun kurikulum, atau duduk dalam panitia penyusun kurikulum, atau setidak-tidaknya memberikan saran dan pendapatnya. Sebaliknya, panitia penyusun kurikulum biasanya mencari masukan-masukan dari para pelaksana kurikulum di lapangan, termasuk para pengawas-penilik, kepala sekolah, dan guru-guru. Demikianlah betapa penting peranan dan fungsi evaluasi bagi

pengembangan dan perbaikan kurikulum. 6

Menurut Nana Sudjana bahwa fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran adalah sebagai berikut: Menurut Nana Sudjana bahwa fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran adalah sebagai berikut:

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar peserta didik, strategi belajar peserta didik, dll.

c. Dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. 7

Fungsi evaluasi tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa maupun tingkat keberhasilan metode yang digunakan guru dalam proses pembealajaran. Dalam evaluasi, evaluator akan memperoleh hasil berupa angka atau poin. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi formatif) dan atau untuk mengisi rapor atau Surat Tanda Tamat Belajar, yang berarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus-tidaknya seorang siswa dari suatu lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif).

3. Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran, perlu adanya prinsip yang harus diketahui oleh evaluator (guru), diantaranya:

a. Prinsip Berkesinambungan (continuity)

Berkesinambungan artinya evaluasi tidak hanya merupakan kegiatan ujian semester atau ujian kenaikan/ujian akhir saja, tetapi harus dilakukan terus menerus (kontinuitas). Dari hasil evaluasi yang dilakukan secara kontinu, teratur, terencana dan terjadwal, maka pendidik bisa memperoleh informasi untuk memberikan gambaran mengenai kemajuan maupun perkembangan siswa, mulai awal sampai akhir program pembelajaran.

b. Prinsip Menyeluruh (comprehensive) Menyeluruh artinya evaluasi yang dilakukan menggambarkan penguasaan siswa terhadap pencapaian keseluruhan tujuan yang diharapkan dan bahan pelajaran yang diberikan. Dalam prinsip ini yang dinilai bukan hanya aspek kecerdasan atau hasil belajar, melainkan seluruh aspek pribadi atau tingkah lakunya.

Evaluasi itu harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Hal ini mencakup keseluruhan aspek tingkah laku peserta didik. Baik aspek berfikir (cognitive domain), aspek nilai atau sikap (affective domain ), dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang ada

pada masing-masing peserta didik. 8

c. Berorientasi pada Indikator Pencapaian Maksudnya kegiatan penelitian harus mengacu pada indikator pencapaian yang ditetapkan berdasarkan SK, KD dan KKM. Dengan demikian, hasil penilaian akan memberikan gambaran mengenai c. Berorientasi pada Indikator Pencapaian Maksudnya kegiatan penelitian harus mengacu pada indikator pencapaian yang ditetapkan berdasarkan SK, KD dan KKM. Dengan demikian, hasil penilaian akan memberikan gambaran mengenai

d. Prinsip Validitas (validity) dan Reliabilitas (reability) Validitas atau keahlian menunjuk pada pengertian bahwa alat evaluasi yang digunakan benar-benar mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Reliabilitas atau ketepatan artinya dapat dipercaya. Evaluasi dapat dikatakan dapat dipercaya apabila dalam waktu yang berbeda memberikan hasil yang tetap. Suatu tes bisa dikatakan reliable jika instrumen tes mampu memberikan suatu ukuran yang konsisten tentang kemampuan siswa, sekalipun diujikan dalam waktu yang

berbeda. 10

e. Obyektivitas (objectivities) Objektif dalam arti bahwa evaluasi itu dilaksanakan dengan sebaik- baiknya, berdasarkan fakta dan data tanpa ada pengaruh dari unsur- unsur subjektifitas evaluator. Objektif dalam evaluasi itu dapat ditunjukkan dalam sikap, misalnya jujur, amanah, dan benar.

f. Praktikabilitas (Practicability) Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi jika tes tersebut bersifat praktis, serta mudah pengadministrasiannya. 11

9 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Prensindo, 2008), hlm 64

10 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm 215

Sementara istilah pembelajaran menunjuk pada “proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup” melakukan kegiatan

belajar. 12 Pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. 13 Pembelajaran merupakan suatu proses yang tersusun dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar sebagai kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dan mengajar berorientasi pada apa

yang harus dilakukan oleh guru dalam kegiatan. 14 Dalam pelaksanaan evaluasi, evaluator (guru) harus memegang

beberapa prinsip yang harus diaplikasikan selama proses evaluasi. Prinsip tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Seperti, evaluasi harus dilaksanakan secara kontinu. Evaluasi tidak cukup dilaksanakan hanya satu kali dalam satu Kompetensi Dasar. Dengan beberapa evaluasi yang dilaksanakan, evaluator (guru) akan dapat menganalisis hasil yang didapatkan oleh peserta evaluasi (siswa). Evaluator harus menjaga objektivitas dalam melakukan analisis hasil. Mereka harus melaksanakan dengan sebaik-baiknya tanpa ada perbedaan satu dengan yang lainnya.

4. Macam Evaluasi Pembelajaran

Dalam bukunya, Ngalim Purwanto menyebutkan ada dua macam evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Model evaluasi ini, berpijak pada prinsip evaluasi model Tyler. Aplikasi evaluasi formatif dan sumatif

12 Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm 17 13 Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, 12 Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm 17 13 Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

a. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan atau topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung. Dengan tujuan siswa dan guru memperoleh informasi mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan evaluation is a judgement of the strengths and weaknes of instruction in its devaloping stages, for puspose of revishing the instruction to improve its effectiveness and apperal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan Formative testing is done to monitor student progress over period of time . Artinya ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

Evaluasi formatif adalah kegiatan menilai yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), selanjutnya hasil penilaian tersebut Evaluasi formatif adalah kegiatan menilai yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), selanjutnya hasil penilaian tersebut

dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung serta untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar mengajar menjadi lebih baik. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil. Selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka guru dapat memberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya. Mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah diberikan.

Tes formatif ini bisa dilaksankan di akhir setiap pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau sub pokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “Ulangan Harian”.

Post-test (test awal)

Pre-test

Program

(test akhir)

Dalam evaluasi formatif, juga memiliki fungsi utama, yaitu untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat dipakai untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Fungsi tes formatif ini juga untuk mengetahui masalah dan hambatan kegiatan belajar mengajar termasuk metode belajar dan pembelajaran yang digunakan guru, kelemahan dan kelebihan.

Fungsi evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran maupun strategi pembelajaran yang telah diterapkan. Pelaksanaan evaluasi ini dapat dilakukan secara kontinu atau periodik tertentu dalam satu proses belajar mengajar. Periodik yaitu termasuk pada awal, tengah, atau akhir dari proses pembelajaran. Fokus evaluasi berkisar pada pencapaian hasil belajar mengajar pada setiap unit atau blok material yang telah direncanakan untuk dievaluasi. Informasi yang diperoleh dari evaluasi formatif ini secepatnya dianalisis guna memberikan gambaran kepada guru atau administator, tentang perlu tidaknya

program-program perbaikan bagi para siswa yang memerlukan. 16 Tujuan dari evaluasi formatif untuk memperoleh informasi yang

diperlukan oleh evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar. Tujuan utama evaluasi formatif ini adalah untuk memperbaiki proses diperlukan oleh evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar. Tujuan utama evaluasi formatif ini adalah untuk memperbaiki proses

b. Evaluasi Sumatif Istilah “sumatif” berasal dari kata “sum” yang berarti “total obtained by adding together item, numbers amount s”. Artinya penilaian sumatif berarti penilaian yang dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran dianggap telah

selesai. 17 Dengan demikian, ujian akhir semester dan Ujian Nasional termasuk penilaian sumatif. Evaluasi sumatif adalah suatu penilaian

yang pelaksanaannya itu dilakukan pada akhir semester dari akhir tahun. Jadi, tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Yaitu seberapa jauh tujuan kurikuler yang berhasil dikuasai oleh peserta didik. Penilaian ini pun dititik beratkan pada penilaian yang berorientasi kepada produk bukan kepada sebuah proses.

Dan bagaimanapun hasil yang diperoleh dari tes sumatif, tampaknya menjadi keputusan akhir, mengingat tidak adanya kesepakatan bagi guru memperbaiki kekurungan para siswa pada semester tersebut. Parubahan baru bisa dilakukan pada tahun berikutnya atau sekedar bahan untuk penyempurnan semester berikutnya.

Dalam evalusi sumatif memiliki fungsi utama, yaitu:

1) Untuk menentukan nilai akhir peserta didik dalam periode tertentu. Misalnya, nilai ujian akhir semester, akhir tahun atau akhir suatu sekolah. Nilai tersebut biasanya ditulis dalam buku laporan pendidikan atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). Dengan demikian, guru akan mengetahui kedudukan seorang peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain dalam hal prestasi belajarnya.

2) Untuk memberikan keterangan tentang kecakapan atau

keterampilan peserta didik dalam periode tetentu.

3) Untuk memperkirakan berhasil tidaknya peserta didik dalam pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Tujuan dari evaluasi sumatif ini adalah menentukan nilai (angka)

berdasarkan tingkat hasil belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Hasil penilaian sumatif juga dapat berdasarkan tingkat hasil belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Hasil penilaian sumatif juga dapat

Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran, guru dapat memilih jenis evlausi yang cocok digunakannya, yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Evaluasi dapat dilakukan sebelum pembelajaran atau setelah terselesainya satu Kompetensi Dasar. Guru juga dapat melakukukan evaluasi di akhir bab atau biasa disebut ulangan harian. Evaluasi ini disebut dengan evaluasi formatif. Sedangkan evaluasi atau penilaian yang dilakukan di tengah semester atau di akhir semester dinamakan evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa yang hasilnya dilaporkan kepada wali murid. Sedangkan evaluasi formatif, hasilnya digunakan untuk analisis dalam memperbaiki proses belajar- mengajar.

5. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran

Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Jenis evaluasi yang digunakan akan memengaruhi evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru dapat menentukan tes (tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan) maupun non tes (angket, observasi, Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Jenis evaluasi yang digunakan akan memengaruhi evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru dapat menentukan tes (tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan) maupun non tes (angket, observasi,

Dalam pelaksanaan tes lisan, misalnya guru harus memerhatikan tempat tes diadakan. Tempat ini harus terang, enak dipandang dan tidak menyeramkan sehingga peserta didik tidak takut dan gugup. Guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif, tetapi bukan berarti menciptakan suasana tes lisan menjadi suasana diskusi, debat atau ngobrol santai. Komunikatif dimaksudkan agar guru dapat mengarahkan peserta didik, terutama bila jawaban peserta didik itu tidak sesuai dengan apa yang kita maksudkan, sebaliknya bukan dengan membentak-bentak peserta didik. Mengarahkan berbeda dengan membantu. Mengarahkan berarti memberi pengarahan secara umum untuk mencapai tujuan, sedangkan membantu berarti ada kecenderungan untuk memberi bunyi jawaban kepada peserta didik karena ada rasa simpati, kasihan dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan tes tertulis, guru juga harus memerhatikan ruangan atau tempat tes itu dilaksanakan. Ruangan dan tempat duduk peserta didik harus diatur sedemikian rupa sehingga gangguan dari luar dapat dihindari dan suasana tes dapat berjalan dengan tertib. Guru atau panitia ujian harus menyusun tata tertib pelaksanaan tes, baik yang menyangkut masalah waktu, tempat duduk, pengawas, maupun jenis bidang studi yang akan diujikan.

Pelaksanaan nontes dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, pendapat peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran, kesulitan belajar, minat belajar, motivasi belajar dan mengajar, dan sebagainya. Instrumen yang digunakan antara lain: angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, skala sikap, skala minat, daftar cek, ratting scale, anecdotal record, sosiometri, home visit, dan sebaginya. Guru dituntut tidak hanya melaksanakan tes yang baik, tetapi juga harus mampu membuat instrumen nontes dan melaksanakannya dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip dan karakteristik instrumen evaluasi yang baik.

Dalam pelaksanaan evaluasi, ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh guru sebagai evaluator, diantaranya:

a. Monitoring Dalam Pelaksanaan Evaluasi

Dalam pelaksanaan evaluasi, tidak bisa terpisah dari monitoring yang dilakukan oleh evaluator. Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah diterapkan atau belum. Tujuannya adalah untuk mencegah hal-hal yang negatif dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring memiliki dua fungsi pokok. Pertama, untuk melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluasi. Kedua, untuk melihat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi. Jika dalam evaluasi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka evaluator harus mencatat, melaporkan, dan Dalam pelaksanaan evaluasi, tidak bisa terpisah dari monitoring yang dilakukan oleh evaluator. Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah diterapkan atau belum. Tujuannya adalah untuk mencegah hal-hal yang negatif dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring memiliki dua fungsi pokok. Pertama, untuk melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluasi. Kedua, untuk melihat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi. Jika dalam evaluasi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka evaluator harus mencatat, melaporkan, dan

Untuk melaksanakan monitoring, evaluator dapat menggunakan beberapa teknik, seperti observasi partisipatif, wawancara (bebas atau terstruktur), atau studi dokumentasi. Untuk itu, evaluator harus membuat perencanaan monitoring sehingga dapat dirumuskan tujuan, sasaran, data yang diperlukan, alat yang digunakan, dan pedoman analisis hasil monitoring. Data yang diperoleh dari hasil monitoring harus cepat dianalisis sehingga dapat memberikan makna bagi pelaksanaan evaluasi. Hasil analisis monitoring ini dapat dijadikan landasan dan acuan untuk memperbaiki pelaksanaan evaluasi selanjutnya dengan harapan akan lebih baik daripada sebelumnya.

b. Penskoran Dalam Pengolahan Data Evaluasi

Pengolahan data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil evauasi ada yang berbentuk kualitatif, ada juga yang berbentuk kuantitatif. Data kualitatif tentu diolah dan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data kuantitatif diolah dan dianalisis dengan Pengolahan data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil evauasi ada yang berbentuk kualitatif, ada juga yang berbentuk kuantitatif. Data kualitatif tentu diolah dan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data kuantitatif diolah dan dianalisis dengan

Dalam pengolahan data biasanya sering digunakan analisis statistik. Analisis statistik digunakan jika ada data kuantitatif, yaitu data-data yang berbentuk angka-angka, sedangkan untuk data-data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata-kata, tidak dapat diolah dengan statistik. Jika data kualitatif itu akan diolah dengan data statistik, maka data tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi data kuantitatif. Meskipun demikian, tidak semua data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif, sehingga tidak mungkin diolah

dengan statistik. 19 Penskoran yaitu suatu proses pengubahan jawaban instrumen

menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. 20 Angka-angka hasil

penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade). Skor adalah hasil pekerjaan penyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka dari setiap butir soal yang telah dijawab oleh taste dengan benar, sedangkan nilai adalah angka atau huruf yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor yang lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Sehingga nilai sering disebut juga dengan skor standar

(standar score) . Pemberikan skor dalam setiap instrumen berbeda- beda, diantaranya:

1) Pemberian skor penilaian kognitif menggunakan tes essay dan tes objektif

a) Tes essay Tinggi rendahnya skor essay ditentukan atas dasar banyak sedikitnya volume tugas yang diperlukan bagi peserta didik untuk menyelesaikan tes tersebut. Pada tes essay tidak ada jawaban yang pasti, jawaban yang diperoleh akan beraneka ragam, berada dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk memberi skor soal uraian, yaitu berdasarkan norma kelompok (norm referenced test) dan berdasarkan standar mutlak (criterian referenced test) . (1) Berdasarkan norma kelompok, langkah-langkah yang

dapat dilakukan adalah: (a) Membaca jawaban pertama sampai terakhir dari

seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. Manfaat membaca seluruh jawaban dapat diperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.

(b) Menetukan skor untuk setiap soal tersebut. Misalnya, jika jawabannya lengkap diberi skor 5,

kurang sedikit diberi skor 4, begitu juga seterusnya kepada jawaban yang paling minim jika jawabannya meleset sama sekali. Dalam menentukan skor jawaban minim perlu dipikir bahwa tidak ada unsur tebakan. Terdapat dua pendapat, satu pendapat pemberian skor, mendapat skor 1 atau 2 bagi jawaban yang salah, tetapi pendapat yang lain mendapat skor 0 untuk jawaban itu. Untuk jawaban yang kosong (tidak ada jawaban sama sekai), diberi skor 0.

(c) Memberikan skor bagi untuk jawaban-jawaban yang diberikan peserta didik untuk soal pertama sampai terakhir secara berurutan.

(2) Menggunakan norma acuan patokan

Dalam menggunakan norma acuan patokan untuk skor soal uraian langkah-langkah yang dilakukan adalah: (a) Membaca setiap jawaban yang ditulis peserta didik

kemudian dibandingkan dengan kunci jawaban yang telah disusun.

(b) Membubuhkan skor di sebelah kiri setiap jawaban

per nomor soal.

(c) Menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal yang akan menjadi skor jawaban soal berbentuk uraian keseluruhan.

b) Tes objektif (jawaban singkat, melengkapi, benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda) (1) Skor soal benar-salah

Untuk skor benar-salah dapat digunakan dengan dua cara, yaitu: 1) tanpa hukuman atau tanpa denda; 2) dengan hukuman atau denda.

Untuk menghitung soal benar-salah tanpa hukuman digunakan rumus S=R Keterangan: S = Skor R = Right (jawaban benar)

(2) Skor soal pilihan ganda Untuk skor pilihan ganda sama dengan skor soal benar- salah, akan tetapi berbeda cara penghitungannya dalam pemberian skor dengan hukuman menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: S = Skor R = Right W = Wrong (jumlah jawaban salah) N = Banyaknya jumlah pilihan jawaban

(3) Untuk soal tes menjodohkan dan melengkapi

(completion) rumusnya sama yaitu:

S=R Keterangan:

S = Skor R = Right (jawaban benar)

2) Pemberian Skor Penilaian Afektif Domain afektif yang sering diukur adalah sikap siswa terhadap kegiatan belajar dalam bentuk minat belajar, sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran guru, sikap terhadap guru dan sikap dalam bentuk kecerdasan emosional terhadap orang lain. Salah satu skala yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional adalah Skala Sematik Diferensial.

3) Pemberian Skor Penilaian Psikomotor Domain psikomotor yang sering diukur dan dinilai adalah penampilan dan sering disebut dengan kinerja. Untuk penilaian kinerja sering digunakan pedoman observasi dalam bentuk Skala Guttman, Skala Bertingkat, atau Skala Semantik Deferensial.

Untuk penilaian psikomotor didasarkan atas rubrik yang terdapat dalam pedoman penskoran dan penilaian. Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik. Penetapan kriteria dimaksudkan agar dalam melakukan penilaian guru terhindar dari subjektivitas atau ketidak-adilan.

Kriteria yang sering digunakan antara lain: sangat baik skor 5, baik skor 4, cukup baik skor 3, kurang baik skor 2 dan tidak baik skor 1.

c. Pelaporan Hasil Evaluasi

Semua hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, seperti orang tua/wali, kepala sekolah, pengawas, pemerintah, mitra sekolah, dan peserta didik itu sendiri sebagai bentuk akuntabilitas publik. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran termasuk proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik serta perkembangannya dapat diketahui oleh berbagai pihak, sehingga orang tua/wali (misalnya) dapat mentukan sikap yang objektif dan mengambil langkah-langkah yang pasti sebagai tindak lanjut dari laporan tersebut.

Laporan kemajuan peserta didik merupakan sarana komunikasi antara sekolah, peserta didik, dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan menjaga hubungan kerjasama yang harmonis diantara mereka. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Konsisten dengan pelaksanaan penilaian di sekolah.

2. Memuat perincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan peserta didik.

3. Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar.

4. Mengandung berbagai cara dan strategi komunikasi.

5. Memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif, dan akurat. 21

Laporan hasil belajar peserta didik harus dibuat oleh satuan pendidikan jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pada akhir semester atau akhir tahun. Laporan hasil belajar menggambarkan pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran yang

meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik. 22

B. Evaluasi Pembelajaran Pada Kurikulum 2013

1. Konsep dan Prinsip Penilaian Kurikulum 2013

Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, sesuai dengan konteks sosial

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip . . . . . .,hlm 110-111 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip . . . . . .,hlm 110-111

Menurut Permendikbud tersebut standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedural, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulanagn harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Salah satu penekanan pada Kurikulum 2013 adalah penilaian auntentik (authentic assessment) . Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal. Melalui Kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius dimana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memerhatikan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan Salah satu penekanan pada Kurikulum 2013 adalah penilaian auntentik (authentic assessment) . Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal. Melalui Kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius dimana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memerhatikan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan

Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Sebuah standar perlu ditetapkan sebagai patokan atau acuan pencapaian kompetensi yang akan digunakan dalam penilaian. Standar tersebut diperlukan sebagai patokan atau acuan pencapaian kompetensi yang akan digunakan dalam penilaian. Penetapan standar dalam bentuk Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) perlu dilakukan sebagai acuan dalam proses pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualitas kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Kompetensi Inti adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan/atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi utama dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran tertentu. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan bersikap, berfikir, dan bertindak secara konsisten Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Sebuah standar perlu ditetapkan sebagai patokan atau acuan pencapaian kompetensi yang akan digunakan dalam penilaian. Standar tersebut diperlukan sebagai patokan atau acuan pencapaian kompetensi yang akan digunakan dalam penilaian. Penetapan standar dalam bentuk Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) perlu dilakukan sebagai acuan dalam proses pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualitas kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Kompetensi Inti adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan/atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi utama dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran tertentu. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan bersikap, berfikir, dan bertindak secara konsisten

Pada Kurikulum 2013 aspek yang dinilai tergantung pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD). SKL mencakup aspek sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan ketrampilan (skills). Kompetensi Inti mencakup aspek kompetensi sebagai berikut:

a. KI-1 : Aspek sikap peserta didik terhadap Tuhan

b. KI-2 : aspek sikap peserta didik terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungannya.

c. KI-3 : aspek pengetahuan peserta didik.

d. KI-4 : aspek keterampilan peserta didik. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Kriteria (PAK) atau Penilaian Acuan Patokan (PAP), yang merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM merupakan ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. 24

Penilaian dalam Kurikulum 2013 berbeda dengan penilai KTSP. Namun sebenarnya, dalam Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari KTSP yang tujuannya untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia.

Dalam Kurikulum 2013, pembelajaran lebih didasarkan pada pembentukan karakter siswa, termasuk dalam penilaian yang ada di dalamnya. Kurikulum 2013 memiliki empat Kompetensi Inti yang keempatnya dijadikan acuan dalam melaksanakan penilaian. Sebab, penilaiannya harus memenuhi ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

Dalam penilaian ketiga ranah tersebut (afektif, kognitif maupun psikomotorik) memiliki cara yang berbeda-beda dalam pelaksanaan penilaiannya. Namun, pada prinsipnya penilaian dalam Kurikulum 2013 tidak diperbolehkan menilai kurang kemampuan siswa. Semua siswa adalah pribadi yang pandai. Apabila dalam pelaksanaan penilaian menemukan siswa yang kurang, guru harus segera memberikan tindak lanjut untuk kemajuan dalam tiga ranah yang dimiliki siswa tersebut.

2. Metode Penilaian dalam Kurikulum 2013

Upaya untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai metode dan teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi. Berbagai metode dan teknik penilaian dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi kamajuan belajar peserta didik, sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai dan ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kompetensi dilakukan melalui pengukuran indikator-indikator pada setiap kompetensi dasar, baik pada aspek sikap, penguasaan pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

Berbagai instrumen dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan indikator yang telah ditetapkan, baik secara formal maupun non formal atau informal. Informasi kualitatif dan kuantitatif yang dikumpulkan terkait dengan perubahan perilaku yang terjadi pada peserta didik sebagai akibat dari belajar.

Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan (penilaian produk). Penilaian informal pada umumnya dilakukan selama proses pembelajaran, misalnya: ketika peserta didik menjawab pertanyaan dari guru, ketika peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, dan ketika peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik yang lain. Sedangkan penilaian proses secara formal, dilakukan secara terencana untuk mengidentifikasikan kompetensi peserta didik. Berbeda dengan penilaian proses yang dilakukan secara informal, penilaian proses formal dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan belajar peserta didik.

Penilaian perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah peserta didik menguasai kompetensi sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam penilaian harus terkait secara langsung dengan indikator pencapaian kompetensi tersebut. Ruang lingkup penilaian disesuaikan dengan tahapan materi yang telah diajarkan serta pengalaman belajar peserta didik yang diberikan. Materi penugasan Penilaian perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah peserta didik menguasai kompetensi sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam penilaian harus terkait secara langsung dengan indikator pencapaian kompetensi tersebut. Ruang lingkup penilaian disesuaikan dengan tahapan materi yang telah diajarkan serta pengalaman belajar peserta didik yang diberikan. Materi penugasan