ANALISIS PROFIL PELAPORAN KEUANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) (STUDI KASUS PADA LEMBAGA PAUD di KOTA KUPANG)
ANALISIS PROFIL PELAPORAN KEUANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) (STUDI KASUS PADA LEMBAGA PAUD di KOTA KUPANG) HALAMAN JUDUL
Oleh: MEYRLIN MULYA H. PANIE NIM : 232011263
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan-Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI
: AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS
KATA PENGANTAR
Dengan adanya peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah diharapakan setiap lembaga pendidikan dalam mengelola keuangannya dapat mengikuti aturan tersebut. Standar keuangan lembaga PAUD diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 Tahun 2014 dan petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD oleh Direktorat Pembinaan PAUD Kementrian Pendidikan Nasional (kemdiknas, 2013) serta aturan-aturan pendukung lainnya yang dapat membantu atau menjadi acuan bagi lembaga PAUD untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang baik. Tugas akhir ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil pelaporan keuangan lembaga PAUD dan kesesuaiannya dengan aturan yang berlaku.
Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar sarjana ekonomi. Besar harapan agar penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya. Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kelemahan dalam tugas akhir ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat dihargai dan diterima untuk penyempurnaan tugas akhir ini.
Salatiga, Februari 2018
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan (Yeremia 17:7). Ucapan syukur dan terima kasih penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat meyelesaikan tugas akhir ini. Dengan rasa hormat, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian tugas akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Kedua Orang Tua dan Keluarga Besar. Terima kasih atas doa, kasih sayang, pengorbanan, motivasi serta dukunganyang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Priyo Hari Adi, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,Ph.D selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan serta arahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE.,MBA. selaku wali studi yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis dalam perkuliahan sejak semester 1 hingga sekarang.
4. Ibu Rooskities Andadari, SE.,MBA.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
5. Ibu DR. Theresia Woro Damayanti, SE.,M.Si.,Akt.,CA. selaku Kepala Program Studi Akuntansi
6. Seluruh dosen & pegawai Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana serta Civitas Akademika Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberikan ilmu kepada penulis serta membantu penulis dari awal perkuliahan sampai penulis menyelesaikan studi.
7. Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Kupang serta para Kepala Sekolah lembaga PAUD yang telah bersedia membantu penulis dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis guna menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Keluarga & sahabat di Salatiga: Om Antho, Risal, Ka Ella, Ka Dhyan, Novi Ibo, Ega, Michi, Marce, Ida, Indah, Debry, Fanny dan Charly terima kasih untuk selalu memberikan dukungan dan doa serta bantuan selama menuntut ilmu bersama di Kota Salatiga. Tuhan berkati selalu.
9. Ka Ronald yang selalu meluangkan waktu, pikiran, motivasi dan semangat selama proses penelitian sampai tugas akhir ini diselesaikan.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 Piter, Engrith, Bonang, Rini, Susan, Ria, Inry, Ratrih dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Dan untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu hingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.Semoga Tuhan selalu dan senantiasa melimpahkan Anugerah dan Rahmat-Nya.
Salatiga, 9 Februari 2018
Penulis
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan profil pelaporan keuangan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan kesesuaiannya dengan aturan yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian (pendekatan) kualitatif. Hasil studi menunjukkan bahwa: Pertama, pendirian 10 lembaga PAUD di Kota Kupang jika dilihat dari profil pelaporan keuangan belum sepenuhnya mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah; Kedua, banyak lembaga yang masih mengalami keterbatasan dana; Ketiga, partisipasi pemerintah dalam bentuk bantuan dana belum dirasakan oleh lembaga PAUD karena sebagian besar lembaga PAUD mendapatkan sumber pembiayaan utama dari orang tua dalam bentuk SPP.
Kata kunci: PAUD, Profil Pelaporan Keuangan
ABSTRACT
The purpose of this study is to describe the financial reporting profile of institutions of early childhood education (PAUD) and it is suitability with applicable rules. This research uses the qualitative research method (approach). The result show that: First, the establishment of 10 PAUD institutions in Kupang city when viewed from the financial reporting profile has not fully followed the rules already determined by the government; Second, many institutions are still experiencing limited funds; Third, government participation in the form of aid funds has not been felt by PAUD institutions because most institutions/ PAUD obtain the main source of funding from parents in the form SPP.
Keywords: Early Childhood of Education (PAUD), Financial Reporting Profile
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Hasil Wawancara .................................................................................................... 12
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini diselenggarakan dalam beberapa bentuk jalur pendidikan, seperti disebutkan dalam Permendiknas nomor 58 Tahun 2009. Dewasa ini banyak anggota masyarakat yang mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan atau pengasuhan anak-anak usia dini. Hal ini terjadi bukan saja di negara-negara yang sudah maju, melainkan juga di beberapa negara adidaya termasuk Indonesia. Fokus perhatian pemerintah lebih tertuju pada jenjang pendidikan dasar, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini. Gencarnya program pemerintah dalam mensosialisasikan penyelenggaraan PAUD yang juga berkualitas bagi anak usia dini.
Kementrian pendidikan Republik Indonesia menyatakan bahwa kuantitas pendidik PAUD jauh lebih sedikit dari jumlah tenaga pendidik pada jenjang lainnya yaitu terdapat kurang lebih 250.000 pendidik PAUD yang tersebar di Indonesia dengan presentasi 15,7% yang memiliki kualifikasi jurusan tidak relevan dengan PAUD (Novan dan Barnawi 2012). Layanan PAUD sebagian besar ditangani oleh tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang seharusnya, sehingga proses pembelajaran yang ditargetkan tidak sesuai dengan harapan. Masyarakat menjadi kurang berminat dengan profesi sebagai pendidik PAUD karena identik dengan pendapatan yang minim.
Setiap unit kerja selalu berhubungan dengan masalah pengelolaan keuangan, demikian pula lembaga PAUD. Persoalan menyangkut pengelolaan keuangan PAUD pada garis besarnya berkisar pada uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), transport pendidik, kegiatan peningkatan mutu pendidik serta keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan PAUD seperti perbaikan sarana prasarana dan lain sebagainya. Hal- hal tersebut sangat mempengaruhi kinerja pelayan PAUD. Sehingga, banyak lagi lembaga PAUD tidak berfungsi sesuai dengan tujuan pendiriannya. Salah satu faktor yang menyebabkan masalah di atas dapat terjadi karena penempatan sumber daya manusia (SDM) yang tidak sesuai kualifikasi yang sudah ditetapkan dalam aturan yang ada serta kurang pemahaman dalam mengelola keuangan lembaga itu sendiri.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya kesesuaian antara pengelolaan keuangan lembaga pendidikan dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dzulfikar (2015) menyebutkan bahwa perencanaan dan Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya kesesuaian antara pengelolaan keuangan lembaga pendidikan dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dzulfikar (2015) menyebutkan bahwa perencanaan dan
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2013) menyebutkan bahwa tidak lancarnya operasional pada lembaga PAUD disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena masalah keuangan dan keterbatasan dana yang dimiliki lembaga. Dana pendidikan yang dimiliki lembaga pendidikan haruslah dapat dikelola sesuai dengan kebutuhannya. Seringkali dana yang dimiliki lembaga pendidikan terbatas atau kurang, sehingga lembaga pendidikan harus membuat daftar anggaran pengeluaran sesuai dengan prioritas kebutuhannya. Undang-Undang (UU) nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 49 menyatakan bahwa alokasi dana pendidikan selain gaji dan biaya pendidikan kedinasan minimal 20 persen dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dan 20 persen dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).
Kota Kupang memiliki jumlah lembaga PAUD yang cukup signifikan yakni 209 lembaga PAUD (sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang tahun 2017). Dalam wawancara awal terkait pengelolaan keuangan lembaga PAUD di Kota Kupang terdapat banyak lembaga PAUD yang belum mengikuti ketentuan yang ada, serta adapula lembaga PAUD diantaranya sudah ditutup setelah beroperasi 3 tahun. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan salah seorang pengelola lembaga PAUD menyatakan bahwa masalah atau hambatan yang paling sering dihadapi oleh lembaga PAUD ialah masalah dalam pengelolaan keuangan.
Melihat kondisi lembaga PAUD yang ada maka dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan pada permasalahan pengelolaan keuangan dengan melakukan analisis terhadap profil pelaporan keuangan. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini ialah faktor-faktor apa sajakah yang menentukan baik atau buruknya pelaporan keuangan jika dilihat dari profil pelaporan keuangannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil pelaporan keuangan lembaga PAUD di Kota Kupang dan kesesuaiannya dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 137 pasal 37, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009, UU nomor 20 tahun 2003, dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Direktorat Pembinaan PAUD kemdiknas (2013). Adapun manfaat dari penelitian ini yang pertama secara teoritis untuk melengkapi literatur-literatur yang berkaitan dengan profil pengelolaan keuangan khususnya lembaga PAUD. Kedua, secara praktis diharapkan dapat membantu pemerintah dalam pengelolaan PAUD dan bagi PAUD yang diteliti dapat menjadi masukkan terkait pengelolaan data-data keuangannya.
KAJIAN PUSTAKA Pengelolaan Keuangan Pendidikan
Pengelolaan keuangan dapat diartikan sebagai tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan (Depdiknas Ditjen Dikdasmen 2007). Dengan adanya pengelolaan keuangan yang baik, maka diharapkan setiap informasi keuangan dapat diperoleh. Beberapa kegiatan pengelolaan keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana pelaporan, pemeriksaan, dan pertanggungjawaban (Lipham 1985; Keith 1991).
Menurut Nurteti (2008), pengelolaan dana pendidikan di lembaga pendidikan mencakup 2 (dua) aspek, yakni: 1) dimensi penerimaan atau sumber dana; dan 2) dimensi pengeluaran atau alokasi dana. Dimensi penerimaan, antara lain bersumber dari: penerimaan umum pemerintah, penerimaan khusus pemerintah yang diperuntukkan bagi pendidikan, iuran sekolah, dan sumbangan-sumbangan masyarakat, sedangkan dimensi pengeluaran mencakup pengeluaran modal atau anggaran pembangunan. Melalui kegiatan pengelolaan keuangan, kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
Tujuan pengelolaan keuangan adalah: 1) meningkatkan keefektifan dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah. 2) meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah. 3) meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan, serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum). Laporan keuangan merupakan salah satu medium dalam penyampaian informasi. Setiap kegiatan perlu diatur agar berjalan tertib, lancar, efektif, dan efisien. Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks membutuhkan pengaturan yang baik, termasuk dalam hal keuangan. Penyajian informasi keuangan dalam kaitannya dengan pengelolaan keuangan perlu memperhatikan sejumlah prinsip.
UU nomor 20 tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, efektif, transparansi, dan akuntabilitas publik. Keadilan dalam pengelolaan keuangan sekolah dilakukan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada calon dan atau peserta didik dalam mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah.
Transparan berarti ada keterbukaan. Transparan di bidang pengelolaan berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang pengelolaan keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam pengelolaan keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya yang jelas sehingga memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggungjawabnya. Akuntabilitas di dalam pengelolaan keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yangtelah ditetapkan dan peraturan yang berlaku serta pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah.
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatukegiatan. Efficiency”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara
masukan (input) dan keluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, dan biaya.
Garner (2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi karena sebenarnya efektivitas tidak hanya sampai pencapaian tujuan, tetapi juga pada kesesuaian kualitas hasil dengan visi lembaga. Pengelolaan keuangan dikatakan memenuhi prinsip keefektifan kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitas outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Standar Pengelolaan Keuangan Pendidikan Anak Usia Dini
Standar keuangan lembaga PAUD diatur dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014 Pasal 37 yang terdiri dari: (1) Komponen pembiayaan meliputi biaya operasional dan biaya personal. (2) Biaya operasional digunakan untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat, penyelenggaraan program pembelajaran, pengadaan dan pemeliharaan sarana-prasarana, serta pengembangan SDM. (3) Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk anak dalam mengikuti proses pembelajaran. (4) Biaya operasional dan personal dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, yayasan, partisipasi masyarakat, dan atau pihak lain yang tidak mengikat. (5) Pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan lembaga PAUD disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan adanya standar yang dikeluarkan oleh pemerintah maka sangat diharapkan semua pihak yang terkait dapat mengelola keuangan pendidikan mengikuti standar yang ada. Dengan demikian, pengelolaan keuangan sekolah merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah. Dalam pengelolaan keuangan sekolah terdapat rangkaian aktivitas yang terdiri dari perencanaan program sekolah, perkiraan pemasukan dan pengeluaran dalam pelaksanaan program, pengesahan, dan penggunaan anggaran sekolah.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses pengelolaan keuangan yang baik dibutuhkan sumber daya yang baik pula. Standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 137 tahun 2014 Pasal 24 menyebutkan bahwa: (1) Pendidik anak usia dini merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan. (2) Pendidik anak usia dini terdiri atas guru PAUD, guru pendamping, dan guru pendamping muda. (3) Tenaga kependidikan anak usia dini merupakan tenaga yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, Oleh karena itu, untuk mendukung proses pengelolaan keuangan yang baik dibutuhkan sumber daya yang baik pula. Standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 137 tahun 2014 Pasal 24 menyebutkan bahwa: (1) Pendidik anak usia dini merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan. (2) Pendidik anak usia dini terdiri atas guru PAUD, guru pendamping, dan guru pendamping muda. (3) Tenaga kependidikan anak usia dini merupakan tenaga yang bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
Ada beragam sumber dana yang dimiliki oleh suatu lembaga, baik dari pemerintah maupun pihak lain. Dana yang disediakan oleh pemerintah untuk setiap lembaga, baik pusat maupun daerah sebagaimana diamanatkan dalam UU tersebut guna penyelenggaraan PAUD diusahakan agar dipenuhi sesuai dengan salah satu isi standar PAUD dalam peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009, yaitu perihal standar pembiayaan. Jenis pembiayaan yang dikemukakan dalam standar tersebut meliputi: 1) biaya investasi, dipergunakan untuk pengadaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap; 2) biaya operasional yang dipergunakan untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai dan biaya operasional pendidikan tak langsung; dan 3) biaya personal, meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaraan.
Lebih lanjut untuk mengetahui setiap informasi keuangan yang pada lembaga PAUD terutama untuk mengetahui jenis pelaporan keuangan yang masuk kategori paling baik dan paling buruk/ekstrem maka dibutuhkan standar untuk mengkaji informasi keuangan yang ada. Berdasarkan petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD oleh Direktorat Pembinaan PAUD kemdiknas (2013) dengan berdasarkan pada prinsip pengelolaan sekolah dalam UU nomor 20
tahun 2003 pasal 48 menyebutkan bahwa suatu lembaga PAUD memiliki administrasi/informasi keuangan PAUD sebagai berikut:
1. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) Setiap sekolah wajib menyusun RAPBS sebagaimana diamanatkan didalam pasal 53 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan yaitu Rencana kerja tahunan hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun. RAPBS adalah rencana biaya dan pendanaan rinci untuk tahun pertama dan merupakan dokumen anggaran sekolah resmi yang harus ditandatangani oleh komite sekolah dan kepala sekolah serta rumusan pertanggung jawaban perumusan RAPBS, untuk menjadi anggaran pendapatan dan belanja sekolah. RAPBS dibuat hanya untuk satu tahun anggaran dan terdiri dari 2 bagian 1. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) Setiap sekolah wajib menyusun RAPBS sebagaimana diamanatkan didalam pasal 53 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan yaitu Rencana kerja tahunan hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun. RAPBS adalah rencana biaya dan pendanaan rinci untuk tahun pertama dan merupakan dokumen anggaran sekolah resmi yang harus ditandatangani oleh komite sekolah dan kepala sekolah serta rumusan pertanggung jawaban perumusan RAPBS, untuk menjadi anggaran pendapatan dan belanja sekolah. RAPBS dibuat hanya untuk satu tahun anggaran dan terdiri dari 2 bagian
Pendidikan Anak Usia Dini sebagai institusi penyelenggara pendidikan dan pembelajaran yang mendapatkan dukungan masyarakat, maka salah satu aspek penting dalam RAPBS adalah keterbukaan. Setiap poin kegiatan merupakan program bersama civitas di sekolah dan stakeholder sekolah maka mereka harus memahami dan mengertiapa yang terjadi saat perencanaan dan penerapan RAPBS di sekolah. Pemasukan dan pengeluaran keuangan PAUD di atur dalam RAPBS. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan penyusunan RAPBS yaitu penerimaan, penggunaan dan pertanggungjawaban yang merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran. Dengan demikian, RAPBS berisi tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya, baik rutin maupun pembangunan, ragam pembelanjaan, dan jumlah nominalnya dalam satu tahun anggaran.
Dengan tersedianya dokumen tertulis mengenai RAPBS maka pengelola dapat mengkonsumsinya secara terbuka kepada semua pihak yang memerlukan. Sumber dana yang tersedia didalam RAPBS dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kegiatan pengelolaan operasional sekolah pada tahun yang berjalan. Dana yang tersedia di dalam RAPBS sekaligus mencakup kegiatan untuk pengembangan sekolah dapat disediakan secara khusus sebagai tambahan dari RAPBS yang telah di susun. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah diprogramkan sekolah dalam satu pelajaran maka diperlukan tersedianya sejumlah dana tertentu pula. Berapa besarnya dana yang diperlukan oleh sekolah agar tujuan itu dapatdicapai telah dihitung secara cermat oleh setiap sekolah melalui penyusunan RAPBS.
2. Buku Kas Umum Kas berarti uang tunai (Anggawirya 2000). Istilah kas dalam akuntansi meliputi uang tunai (uang kertas atau uang logam), simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan, serta cek dan bilyet giro yang diterima dari pihak lain. Berbagai macam transaksi yang terjadi merupakan penerimaan dan pengeluaran kas dicatat dalam buku yang disebut buku kas yang disertai dengan bukti-bukti lengkap. Buku kas umum digunakan untuk mencatat 2. Buku Kas Umum Kas berarti uang tunai (Anggawirya 2000). Istilah kas dalam akuntansi meliputi uang tunai (uang kertas atau uang logam), simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan, serta cek dan bilyet giro yang diterima dari pihak lain. Berbagai macam transaksi yang terjadi merupakan penerimaan dan pengeluaran kas dicatat dalam buku yang disebut buku kas yang disertai dengan bukti-bukti lengkap. Buku kas umum digunakan untuk mencatat
Format Buku Kas Umum dibuat sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan
Laporan
Pertanggungjawaban
Bendahara Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa bendaharawan selaku pemegang kas menyimpan uang selain dikas juga di bank pemerintah. Selanjutnya, penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan melalui kas secara tunai maupun bank harus dibukukan dalam buku kas umum. Sehingga saldo pada buku kas umum merupakan saldo uang yang terdiri dari saldo yang ada di kas (saldo kas) dan saldo yang ada di bank.
3. Buku Kas Harian Buku kas harian berisi semua transaksi penerimaan dan pengeluaran secara tunai atau transaksi penjualan dan pembelian secara tunai. Semua transaksi kas ekternal maupun internal dibukukan dalam buku ini. Bukti transaksi eksternal sama dengan bukti transaksi yang dipergunakan dalam buku kas umum.
4. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu organisasi, dimana selanjutnya itu akan menajdi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja organisasi tersebut (Fahmi 2011). Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan tersebut (Jumingan 2006). Laporan keuangan sendiri memiliki banyak sekali pengertiannya, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir 2010).
Tujuan laporan keuangan untuk lembaga pemerintah atau lembaga non profit adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk memonitor keefektifan manajemen dalam mengelola sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi (Jones 1992).Oleh karena itu, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi kepada seluruh kelompok penguna (Kasijan 2009).
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Suharti (2013) melihat secara umum mengenai manajemen lembaga PAUD dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa manajemen keuangan lembaga PAUD sudah mengikuti ketentuan yang ada, namun dalam penelitian ini tidak menunjukkan seperti apa dan bagaimana pelaporan keuangan dari kedua lembaga PAUD tersebut.
Penelitian lainnya oleh hasil studi kasus di Kabupaten Kulon Progo yang dilakukan Tedjawati (2012) menunjukkan bahwa perkembangan jumlah lembaga PAUD di Kabupaten Kulon Progo mengalami kemajuan yang pesat karena adanya dukungan Pemda (dinas pendidikan) yang menangani dan menjamin keberlangsungan program PAUD dan Pemda Kabupaten Kulon Progo telah berkontribusi dalam perencanaan dan pelaksancanaan PAUD terutama penyediaan dana yang bersumber dari APBD serta adanya dukungan dari mitra PAUD (Forum PAUD dan HIMPAUD) dan instansi lain. Hasil studi tersebut mengindikasikan bahwa keberadaan lembaga PAUD memerlukan partisipasi dan kontribusi (dana) dari seluruh komponen dan para pemangku kepentingan pendidikan (stake holders).
Selaras dengan itu, dalam penelitian Tedjawati (2013) menunjukkan bahwa pendanaan pendidikan anak usia dini umumnya masih bersumber dari pemerintah pusat dan daerah. Namun, hal itu dirasakan masih belum mencukupi untuk biaya operasional pendidikan anak usia dini. Selama ini, pemerintah daerah masih mengutamakan program wajib belajar pendidikan dasar. Berkaitan dengan peran pemerintah, penelitian UNICEF (2009) menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia secara umum menghabiskan sekitar satu persen anggaran pendidikan untuk PAUD antara tahun 2005-2009. Hal ini disebabkan pembiayaan penyelenggaraan PAUD di Indonesia pada dasarnya dibiayai oleh pemerintah, pemda, dan masyarakat. Dana yang bersumber dari masyarakat dan masih terbatas dan tergantung pada kemampuan ekonomi masyarakat dan kesediaan masyarakat. Dana yang bersumber dari lembaga penyelenggara masih belum memadai, hal ini sangat tergantung kemampuan ekonomi orangtua peserta didik. Selain itu bantuan dari pemerintah dan sumbangan masyarakat/instansi terkait berupa uang, insentif pendidik, dan alat permainan edukatif, buku, obat-obatan, dan pemeriksaan kesehatan bagi peserta didik.
METODA PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun pengertian dari metode deskriptif menurut Nazir (2005) adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Alasan memilih metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena penelitian ini berusaha mengungkap kesesuaian profil pelaporan keuangan di PAUD dengan Peraturan Pemerintah Nomor 137 pasal 37, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009, dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Direktorat Pembinaan PAUD kemdiknas (2013) dan UU nomor 20 tahun 2003.
Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian iniadalah lembaga PAUD di Kota Kupang.Lembaga PAUD yang diteliti adalah 10 lembaga PAUD yang direkomendasikan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang yang disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini.
Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber yang berkepentingan dengan obyek penelitian yaitu melalui wawancara terkait pelaporan keuangan yang ada pada setiap lembaga PAUD dan kesesuaiannya dengan peraturan yang ada. Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden (Subagyo 2011). Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interview dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan.
Wawancara dilakukan secara mendalam dengan pihak terkait yakni kepala sekolah, tenaga administrasi keuangan (bendahara) dan pihak terkait lainnya dengan mempersiapkan garis besar pertanyaan tentang yang akan diajukan kepada informan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas dan mendalam tentang berbagai aspek yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam pengumpulan data dari wawancara ini, data diperoleh dari keterangan lisan, berkomunikasi langsung atau dengan tatap muka dan Wawancara dilakukan secara mendalam dengan pihak terkait yakni kepala sekolah, tenaga administrasi keuangan (bendahara) dan pihak terkait lainnya dengan mempersiapkan garis besar pertanyaan tentang yang akan diajukan kepada informan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas dan mendalam tentang berbagai aspek yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam pengumpulan data dari wawancara ini, data diperoleh dari keterangan lisan, berkomunikasi langsung atau dengan tatap muka dan
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui data-data keuangan atau. Teknik pengumpulan data yang berasal dari catatan-catatan maupun arsip-arsip yang berkaitan dengan pelaporan keuangan pada lembaga PAUD yang akan diteliti. Hal ini dilakukan guna mendukung informasi yang akan diolah dalam penelitian.
Kriteria baik/tidaknya lembaga PAUD
Memenuhi indikator pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh pemerintah:
Kriteria: Tidak baik, jika rata-rata ≤4 Menengah, jika rata-rata diantara 4-8 Baik, jika rata-rata ≥8
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Perkembangan lembaga PAUD di Kota Kupang tidak terlepas dari kerjasama berbagai pihak antara lain pengelola lembaga, kepala sekolah, guru, orang tua murid, pemerintah dan pihak lainnya. Secara umum jumlah lembaga PAUD mengalami peningkatan yang baik namun hal tersebut tidak diikuti dengan peningkatan pelaporan keuangannya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini dimana berdasarkan hasil wawancara dan observasi terkait dokumen keuangan ditemukan adanya lembaga PAUD yang belum mengikuti standar atau acuan yang ada dalam mengelola keuangan lembaga.
Tabel 1 Hasil Wawancara
No 1 Indikator Responden Wawancara
1. Dokumentasi: a. Laporan Keuangan
b. Buku Kas Umum
c. Buku Kas Harian
d. Bukti Pembayaran Pajak
e. Bukti Pertanggungjawaban
f. Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS)
2. Pemanfaatan Biaya:
a. Pengalokasian Biaya Investasi
b. Biaya Operasional Lembaga
c. Biaya Pembelajaran
3. Laporan Pembiayaan: a. Laporan Keuangan
b. Penyusunan Laporan Keuangan
c. Pendistribusian Laporan
Berdasarkan hasil wawancara pada ke-10 lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Kupang dapat diketahui bahwa hanya 4 (empat) lembaga PAUD yang sudah baik dalam pengelolaan keuangan.
1 Nama lembaga PAUD terdapat dalam lampiran
Dokumentasi
Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terkait pelaporan keuangan yang terdapat pada 10 (sepuluh) lembaga PAUD, ditemukan bahwa sebagian besar lembaga PAUD memiliki dokumen keuangan yang bervariasi. Hanya 4 (empat) lembaga PAUD dari 10 (sepuluh) lembaga PAUD yang digunakan dalam penelitian yang bisa dikategorikan baik jika dilihat dari segi kelengkapan dokumen keuangan. Digolongkan dalam kategori baik karenadalam membuat dokumen keuangan lembaga PAUD tersebut telah mengikuti aturan yang sudah ditetapkan yakni Peraturan Pemerintah Nomor 137 pasal 37, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009, dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Direktorat Pembinaan PAUD Kemdiknas (2013) dan telah memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dalam UU nomor 20 tahun 2003 pasal 48, sedangkan 6 (delapan) lembaga PAUD lainnya dikategorikan kurang baik karena belum mampu menyajikan informasi-informasi keuangan dalam bentuk dokumen keuangan dengan baik sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan salah seorang kepala sekolah bahwa,
“Kami hanya membuat dokumen keuangan yang kami sesuaikan dengan kebutuhan di sekolahini.Sejauh ini kami hanya membuat pembukuan sederhana yang berisi jumlah uang yang masuk dan uang yang keluar atau yang kami sebut dengan Buku Kas
Umum.” Hal ini terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor misalnya adanya ketidakpahaman
dalam membuat dokumen keuangan serta dokumen keuangan yang harus dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan lembaga PAUD. Seperti pada lembaga PAUD 3 yaitu Tk St. Maria Ratu Karmel yang memiliki dokumen keuangan berupa: Laporan Keuangan Pogram, Buku Kas Umum, Buku Kas Harian, Bukti Pembayaran Pajak, Bukti pertanggungjawaban serta Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Lembaga, sedangkan lembaga PAUD 9 & 10 hanya memiliki dokumen keuangan berupa Buku Kas Umum. Perbedaan ini terjadi karena pihak yang diberi wewenang untuk membuat dokumen keuangan memiliki pemahaman yang berbeda dalam membuat dokumen keuangan. Ada yang sudah sangat paham membuat dokumen keuangan dan adapula yang dalam membuat dokumen keuangan serta dokumen keuangan yang harus dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan lembaga PAUD. Seperti pada lembaga PAUD 3 yaitu Tk St. Maria Ratu Karmel yang memiliki dokumen keuangan berupa: Laporan Keuangan Pogram, Buku Kas Umum, Buku Kas Harian, Bukti Pembayaran Pajak, Bukti pertanggungjawaban serta Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Lembaga, sedangkan lembaga PAUD 9 & 10 hanya memiliki dokumen keuangan berupa Buku Kas Umum. Perbedaan ini terjadi karena pihak yang diberi wewenang untuk membuat dokumen keuangan memiliki pemahaman yang berbeda dalam membuat dokumen keuangan. Ada yang sudah sangat paham membuat dokumen keuangan dan adapula yang
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2013) bahwa kualfikasi tenaga pendidik yang tidak sesuai berdampak padakualitas pelayanan lembaga PAUD. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 137 Tahun 2014 pasal 24 ayat 5 sudah ditegaskan bahwa tenaga pendidik dan kependidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang disyaratkan yaitu harus bisa mengaplikasikan teknologi informasi dalam administrasi pendidikan dan mendokumentasikan data kelembagaan (keuangan) menggunakan berbagai media.
Pemanfaatan Biaya
a. Biaya Investasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, yaitu perihal standar pembiayaan. Jenis pembiayaan yang dikemukakan dalam standar tersebut meliputi biaya investasi yang dipergunakan untuk pengadaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap. Hasil wawancara diketahui bahwa terdapat 6 (enam) lembaga PAUD yang tidak secara khusus memiliki biaya investasi.
Tidak tersedianya biaya investasi dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya karena keterbatasan dana yang dimiliki sehingga sekolah lebih memprioritaskan hal lain yang dirasa lebih penting sehingga kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung dan faktor terbatasnya jumlah murid sehingga sekolah menganggap tidak perlu banyak membuat biaya-biaya lain yang tidak perlu. Hal ini sesuai pernyataan seorang kepala sekolah,
“Untuk sementara sekolah kami belum secara khusus membuat biaya investasi. Kalau mau dilihat dari kegunaan itu biaya investasi, yang pertama jumlah murid kami tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu adanya penambahan guru atau pengembangan SDM, yang kedua gereja telah memberikan fasilitas gedung untuk
belajar dan untuk modal kerja tetap sejauh ini masih bersumber dari iuran murid dan bantuan jemaat.”
Adanya keterbatasan dana atau kekurangan dana secara terus menerus yang menyebabkan banyak pos-pos dana yang tidak terpenuhi.Terkait dengan pendanaan, UU nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 46 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah pusat, Adanya keterbatasan dana atau kekurangan dana secara terus menerus yang menyebabkan banyak pos-pos dana yang tidak terpenuhi.Terkait dengan pendanaan, UU nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 46 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah pusat,
Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa ada lembaga PAUD yang belum memiliki gedung sekolah sendiri serta ruang belajar yang layak.Pemerintah harus lebih memperhatikan hal-hal seperti ini, gedung sekolah dan ruang belajar adalah sarana untuk menunjang proses belajar dan mengajar yang menjadi kegiatan utama dari sebuah lembaga pendidikan. Dalam Nurteti (2008) dinyatakan bahwa keberhasilan pengelolaan atas dana pendidikan itu akan menimbulkan berbagai manfaat diantaranya memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efisien artinya dengan dana tertentu diperoleh hasil yang maksimal atau dengan dana minimal tercapai sebuah tujuan tertentu. Pada lembaga PAUD lainnya yang secara pelaporan keuangannya dikategorikan baik, biaya investasi yang ada dialokasikan untuk beberapa bagian penting guna menunjang keberlangsungan lembaga seperti membangun gedung sekolah dan penambahan sarana prasarana belajar.
b. Biaya Operasional Lembaga Sumber biaya operasional untuk setiap lembaga PAUD yang diteliti telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 137 pasal 37 ayat 4 yaitu biaya operasional dan personal lembaga dapat bersumber dari pemerintah, yayasan, partisipasi masyarakat dan pihak lain yang tidak mengikat. Besarnya jumlah biaya operasional untuk masing- masing lembaga PAUD berbeda antara satu dengan lainnya. Jika dana tersebut bersumber dari pemerintah yaitu dalam bentuk bantuan operasional pemerintah (BOP) biasanya disesuaikan dengan jumlah murid. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa besarnya BOP adalah Rp. 600.000/murid. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang kepala sekolah,
“sonde setiap tahun katong bisa terima dana bantuan operasional pemerintah (BOP), karena untuk bisa dapat bantuan katong musti ajukan proposal. Besarnya jumlah yang bisa diperoleh tergantung dari berapa jumlah murid, kalo ada 60 murid
berarti katong terima sekitar 36 juta (Rp 600.000 x 60).”[tidak setiap tahun kita dapat memperoleh dana BOP, karena untuk dapat memperoleh dana tersebut kita perlu membuat proposal dan megajukannya kepada pemerintah. Besarnya dana bantuan berarti katong terima sekitar 36 juta (Rp 600.000 x 60).”[tidak setiap tahun kita dapat memperoleh dana BOP, karena untuk dapat memperoleh dana tersebut kita perlu membuat proposal dan megajukannya kepada pemerintah. Besarnya dana bantuan
Beberapa sekolah tidak mendapatkan dana BOP karena ada faktor-faktor teknis yang tidak dipatuhi. Biaya operasional PAUD, khsusunya bagi kalangan masyarakat yang kurang mampu (prasejahtera) secara proporsional seyogyanya ditanggung bersama (subsidi silang) oleh pemerintah kabupaten/kota, masyarakat, dan keluarga sesuai tingkat kemamapuan masing-masing. Artinya, semakin status sosial masyarakat mampu (segi ekonomi), maka peran pemerintah kabupaten/kota semakin sedikit. Ada 3 (tiga) lembaga PAUD yang dikelola bersama gereja sehingga pengurusan terkait keuangan sedikit berbeda dengan lembaga PAUD yang dikelola sendiri.Semua biaya yang masuk dan keluar harus melalui prosedur karena keuangan sekolah dan gereja menjadi 1 (satu) bagian. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang kepala sekolah,
“katong disini kalo butuh uang sonde bisa langsung ambil sa kk, karena yang pegang uang semua bendahara gereja, jadi untuk beli keperluan sekolah biasanya ibu pake
uang pribadi dulu baru nanti dia punya kwintansi atau bukti pembayaran kasi di bendahara gereja tapi itu tidak langsung diganti, tunggu rapat gereja dulu.”[di
sekolah ini semua uang termasuk biaya operasional dipegang oleh bendahara gereja, sehingga untuk membeli keperluan sekolah sering menggunakan dana pribadi yang akan diganti oleh bendahara gereja setelah melakukan rapat bersama semua pengurus gereja dengan menunjukkan bukti-bukti pembayaran.]
Masalah keterbatasan biaya operasional lembaga PAUD, hasil penelitian Tejawati (2013) mengindikasikan bahwa walaupun pendanaan pendidikan PAUD bersumber dari para pemangku kepentingan pendidikan (pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha/dunia industri serta lembaga penyelenggara PAUD sendiri), namun biaya operasional dirasakan belum mencukupi. Namun sebagian besar lembaga PAUD yang diteliti memperoleh dana untuk biaya operasional yaitu dari orang tua murid dalam bentuk sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang kepala sekolah,
“sebagian besar sumber pembiayaan operasional kami peroleh dari SPP tiap bulan dari orang tua, karena tidak setiap tahun kami dapat memperoleh
bantuan dana dari pemerintah.”
Semua sumbangan itu tergantung dari kemampuan masing-masing pemberi dana (termasuk pemerintah) dan juga dana dari masyarakat sangat tergantung dari kemampuan ekonomi masyarakat dan kesediaan itu sendiri bervariasi. Adapun danadari penyelenggara PAUD itu sendiri masih belum memadai dan sangat tergantung dari kemampuan ekonomi orangtua peserta didik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa biaya operasional yang ada bersumber dari dana BOP dialokasikan untuk membayar honor pendidik, transport pendidik, konsumsi anak didik pada hari tertentu dan pembayaran daya. Untuk sekolah yang sudah sangat baik dalam pengelolaan keuangannya maka semua rincian biaya dapat dilihat dengan jelas pada RAPBS/RAPBL sehingga semua biaya dapat dipertanggungjawabkan. Walaupun sebagian besar biaya operasional sudah biayai oleh dana BOP maupun SPP, pengembangan mutu pendidikan lembaga PAUD masih kurang maksimal.
c. Biaya Pembelajaran Biaya pembelajaran pada lembaga PAUD ada yang bersumber dari dana BOP
dan ada yang bersumber dari peserta didik. Rata-rata biaya pembelajaran dialokasikan untuk pengembangan internal lembaga PAUD seperti pengembangan kurikulum, pengembangan bahan ajar, pengembangan media belajar, bahan praktek, alat peraga dan alat tulis peserta didik. Sumber pendanaan yang diperoleh dari pemerintah dan pihak lainnya diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi kekurangan biaya pembelajaran.Untuk itu dibutuhkan partisipasi dan kontribusi dari seluruh pihak agar semua perencanaan terkait biaya pembelajaran dapat terpenuhi. Hal ini didukung oleh penelitian Suharti (2013) yang menyebutkan perencanaan dan pelaksaanaan lembaga PAUD dapat berlangsung dengan adanya kontribusi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal pendanaan.
Laporan Pembiayaan
a. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi
suatu organisasi, dimana selanjutnya itu akan menajdi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja organisasi tersebut (Fahmi 2011). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada beberapa dokumen keuangan, isi dari laporan suatu organisasi, dimana selanjutnya itu akan menajdi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja organisasi tersebut (Fahmi 2011). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada beberapa dokumen keuangan, isi dari laporan
Administrasi umum yang harus dimiliki oleh lembaga PAUD diatur dalam petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD oleh Direktorat Pembinaan PAUD kemdiknas (2015) dan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014 Pasal 37 tentang standar keuangan lembaga PAUD. Untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang baik dibutuhkan tenaga yang kompeten dalam membuat laporan keuangan sehingga benar-benar memahami isi dalam laporan tersebut.Masalah utama bagi lembaga PAUD yang belum secara maksimal dalam membuat laporan keuangan ialah lembaga PAUD tidak menempatkan tenaga yang kompeten untuk mengelola keuangan lembaga. Hal ini berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 pasal 48. Ketika lembaga menempatkan tenaga yang kompeten maka diharapkan tujuan yang sudah ditetapkan oleh lembaga itu sendiri dapat tercapai. Salah satunya adalah menghasilkan pelaporan keuangan yang baik.