PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 10 BANDA ACEH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE GIVING QUESTION
AND GETTING ANSWER DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA SISWA
KELAS VIII-A SMP NEGERI 10 BANDA ACEH
(Implementation Cooperative Learning Method of Giving Model Question and Getting Answer in
Learning Physics students of class VIII-A of SMP Negeri 10 Banda Aceh)
Oleh:
Khali Jannah 1)
1

SMP Negeri 10 Banda Aceh

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap efektivitas pelaksanaan pembelajaran fisika mengunakan
model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer pokok bahasan alat optik pada
siswa kelas VIII A SMP Negeri 10 Banda Aceh, peningkatan atau perubahan proses pembelajaran fisika,
hasil belajar fisika dan respon siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII-A SMP Negeri 10
Banda Aceh berjumlah 22 orang pada semester genap tahun pembelajaran 2013/2014. Objek penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran kooperatif mengunakan metode giving question and getting answer.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang bersifat kolaboratif yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Tiap
siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi, dan refleksi. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: bentuk tes dan bentuk non-tes. Hasil

Penelitian diperoleh sebagai berikut: (1) pelaksanaan pembelajaran fisika pada siswa kelas VIII-A pokok
bahasan alat optik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting
answer lebih efektif dari segi waktu maupun pencapaian hasil belajar siswa, dan disenangi siswa, (2)
peningkatan atau perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berkaitan dengan cara belajar ke arah
yang lebih baik setelah diterapkan metode giving question and getting answer. (3) respon siswa terhadap
pembelajaran fisika yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode giving
question and getting menunjukkan sangat positif.
Kata kunci : model kooperatif dan giving question and getting answer

ABSTRACT
This research is to reveal the effectiveness of the implementation of learning physics using cooperative
learning methods giving the question and getting the answer the subject of optical devices on a eighth grade
students of SMP Negeri 10 Banda Aceh, an increase or change in learning physics, physics learning
outcomes and student response. The subjects were students of class VIII-A of SMP Negeri 10 Banda Aceh
was 22 people in the second semester of 2013/2014 study year. Object of this research is the application of
cooperative learning method, giving the question and getting the answer. This study is a collaborative action
research conducted in 3 cycles. Each cycle consists of phases of planning, implementation, monitoring and
evaluation, and reflection. Data collection instruments used in this study include: test and non-test forms.
Results obtained as follows: (1) the implementation of learning physics in Class VIII-A subject of optical
devices by implementing cooperative learning methods giving the question and getting the answer is more

effective in terms of time as well as the achievement of student learning outcomes, and favored students, (2)
improvement or changes that occur during the learning process associated with learning how to better
direction after the applied method of giving the question and getting the answer. (3) the response of students
towards learning physics is taught by implementing cooperative learning methods giving the question and
getting very positive show.
Keywords: cooperative model, giving the question, getting the answer

2 | Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.1 April 2015
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu usaha
untuk membangun manusia seutuhnya yang
berkualitas sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam
konteks
persekolahan,
maka
pendidikan dapat ditempuh antara lain melalui
proses pembelajaran di sekolah. Fisika adalah
salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang diajarkan di SMP. Berbagai cara

dapat digunakan untuk mempelajari pelajaran
fisika, setiap siswa mempunyai gaya dan cara
belajar yang berbeda-beda.
Guru sebagai fasilitator dan motivator
dalam proses pembelajaran diharapkan mampu
membelajarkan siswa sehingga terjadi suatu
pembelajaran yang bermakna yaitu suatu
pembelajaran yang mampu mengembangkan
kreatifitas, ide, dan gagasan siswa menjadi
lebih baik dan mendapatkan hasil yang
optimal. Dalam mengembangkan potensi
peserta didik (siswa), guru perlu melakukan
pendekatan yang baik, penggunaan model
pembelajaran yang tepat, dan media
pembelajaran yang menarik sehingga dapat
menimbulkan minat belajar siswa.
Berdasarkan
pengalaman
peneliti
dalam proses pembelajaran fisika di kelas VIII

yang peneliti ajarkan mulai dari kelas VIII A,
VIII B, VIII C hingga VIII D, peneliti
mendapatkan pengalaman yang kurang sesuai
dengan harapan peneliti sebagai guru dalam
proses pembelajaran fisika, khususnya di kelas
VIII A, dimana selama proses pembelajaran
berlangsung siswa cenderung kurang aktif
merespon aktivitas yang sedang berlangsung
dalam pembelajaran sehingga praktis proses
pembelajaran cenderung berpusat pada guru,
akibatnya hasil belajar yang diperoleh siswa
lebih banyak yang belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan untuk kelas VIII SMP Negeri 10
Banda Aceh sebesar 70 pada tahun ajaran
2013/2014.

Menurut Sanjaya (2007) “Salah satu
masalah yang dihadapi dunia pendidikan
Indonesia adalah masalah lemahnya proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
selama ini, ada kecenderungan bahwa peserta
didik kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di
dalam kelas diarahkan kepada kemampuan
peserta didik untuk menghafal dan pada mata
pelajaran apapun guru lebih banyak
mendorong agar siswa dapat menguasai
sejumlah materi pembelajaran. Dengan kata
lain, otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya
itu untuk menghubung kan dengan kehidupan
sehari- hari”.
Kondisi seperti ini tentunya tidak
diharapkan dalam proses belajar mengajar.
Jika kondisi seperti ini dibiarkan terus menerus
tanpa mencoba mencari alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi selama ini, dimana
guru masih tetap sebagai satu-satunya sumber

informasi di kelas, maka penguasaan konsep
dan hasil belajar fisika siswa akan tetap
rendah, belum lagi dilihat dari sisi keaktifan
siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran
bahkan belajar fisika akan menjadi kegiatan
yang membosankan bagi kebanyakan siswa.
Di antara faktor penentu keberhasilan
siswa dalam belajar, khususnya fisika adalah
metode atau cara guru mengajar. Menurut
Ahmadi dan Prasetya (2005), “Metode
mengajar adalah teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
baik
secara
individual
atau
secara
kelompok/klasikal, agar pelajaran itu dapat
diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh

siswa dengan baik.” Di samping penguasaan
materi, guru dituntut pula untuk memiliki
keterampilan dalam menyampaikan materi
yang diajarkan dan cara menciptakan suasana
agar siswa termotivasi dan aktif belajar

Khali Jannah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif.....

sehingga tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien.
Salah upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar
pada mata pelajaran IPA (fisika) di SMP
Negeri 10 Banda Aceh, khususnya di kelas
VIII-A adalah dengan menggunakan model
pembelajaran
kooperatif.
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu model dimana
aktivitas pembelajaran dilakukan guru dengan

menciptakan
kondisi
belajar
yang
memungkinkan terjadinya proses belajar
sesama siswa. Dalam konsep yang lebih luas
pembelajaran kooperatif meliputi semua jenis
kerja kelompok yang dipimpin atau diarahkan
oleh guru yang mengandung unsur-unsur dasar
untuk menumbuhkan pembelajaran efektif,
Johar
(2006).
Menurut
Taniredja
(2011) pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan sistem pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur. Sementara
itu, Menurut Slavin (dalam Isjoni,2011)

mengemukakan
bahwa
pembelajaran
kooperatif adalah suatu Metode pembelajaran
dimana dalam sistem belajar dan bekerja
dalam
kelompok-kelompok kecil
yang
berjumlah 4-6 orang secara kooperatif
sehingga dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar.
Untuk lebih mengaktifkan proses
pembelajaran dan sekaligus siswa maka
peneliti menawarkan penerapan metode giving
question
and
getting
answer
yang
dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif. Metode pembelajaran giving
questions and getting answer merupakan
implementasi dari strategi pembelajaran
kontrukstivistik yang menempatkan siswa
sebagai subjek dalam pembelajaran. Artinya,
siswa mampu merenkontruksi pengetahuannya
sendiri sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator saja. Metode giving question and
getting answer dikembangkan untuk melatih

|3

peserta didik memiliki kemampuan dan
keterampilan bertanya dan menjawab.
Suprijono (2010) Dengan menerapkan metode
giving question and getting answer dan
dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif
maka
diharapkan

dapat
meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran,
meningkatkan pemahaman konsep dan hasil
belajar fisika serta dapat mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran fisika, khususnya
pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 10
Banda Aceh.
Pertanyaan yang muncul pada penelitian
ini, bagaimana pelaksanaan pembelajaran
fisika menggunakan model pembelajaran
kooperatif metode giving question and getting
answer di SMP Negeri 10 Banda Aceh dapat
mengungkap
efektivitas,
terjadinya
peningkatan
atau
perubahan
proses
pembelajaran fisika, hasil belajar fisika dan
respon siswa.
Berdasarkan
uraian di atas, maka
penulis meneliti lebih jauh tentang “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Metode
Giving Question And Getting Answer Dalam
Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas VIII-A
SMP Negeri 10 Banda Aceh”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengungkap
efektivitas
pelaksanaan
pembelajaran fisika mengunakan model
pembelajaran kooperatif metode giving
question and getting answer pokok bahasan
alat-alat optik pada siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 10 Banda Aceh, peningkatan atau
perubahan proses pembelajaran fisika, hasil
belajar fisika dan respon siswa.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas
VIII-A SMP Negeri 10 beralamat Jln.
Poteumeurehom – Lamteh, Ulee Kareng
Banda Aceh, mulai tanggal 5 sampai dengan
26 Mei 2014. Waktu penelitian ini disesuaikan
dengan jam pelaksanaan pembelajaran kelas

4 | Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.1 April 2015
VIII-A yaitu hari Senin setiap jam pelajaran
2,3, dan 4 atau 8.30-10.30 WIB.
Subjek penelitian ini adalah siswasiswi kelas VIII-A SMP Negeri 10 Banda
Aceh berjumlah 22 orang pada semester
genap tahun pembelajaran 2013/2014. Objek
penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif mengunakan metode
giving question and getting answer.
Penelitian ini adalah penelitian
tindakan yang bersifat kolaboratif yang
dilaksanakan dalam 3 siklus. Tiap siklus terdiri
dari tahapan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan evaluasi, dan
refleksi dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
(1)
perencanaan,
meliputi:
penyusunan berbagai perangkat pembelajaran
seperti RPP, soal-soal tes, kartu-kartu yang
berisikan pertanyaan dan jawaban, pedoman
pengamatan aktivitas guru dan siswa, dan
respon siswa; (2) pelaksanaan tindakan,
dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
perencanaan tindakan yang telah dipersiapkan
sebelumnya; (3) Pengamatan, dilakukan
dengan cara mengisi lembar pengamatan
aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang telah direncanakan
dilanjutkan dengan evaluasi dilakukan
berdasarkan temuan untuk menetapkan bagian
mana dari proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan masih perlu direvisi dan bagian
mana yang tidak perlu direvisi, (4) Refleksi,
dilakukan oleh peneliti dan pengamat segera
setelah pembelajaran selesai. Refleksi ini
dilakukan pengkajian terhadap data temuan
pengamat selama pengamatan. Hasil evaluasi
dan refleksi yang telah dilakukan menjadi
masukan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.
Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1)
bentuk tes yaitu bentuk instrumen yang berupa
tes tertulis hasil belajar dalam bentuk tes
objektif dengan empat pilihan yaitu a, b, c, dan
d. Tes ini diberikan pada saat awal (pretest)
dan akhir (post test) dari proses pembelajaran

pada setiap siklus untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dilaksanakan. (2) bentuk non tes
yakni bentuk instrumen yang berupa lembar
pengamatan. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan lembaran pengamatan aktivitas
guru dan lembaran pengamatan interaksi siswa
dalam pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif metode giving
question and getting answer.
Teknik pengolahan dan analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statistik deskriptif dengan langkah-langkah
sebagai berikut: (1) analisis tes hasil belajar
siswa digunakan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap penerapan model
pembelajaran kooperatif metode giving
question and getting answer dianalisis dengan
menggunakan persentase. Data ini diperoleh
dan hasil pre test dan post test. (2) data
aktivitas guru atau siswa selama pembelajaran
dianalisis menggunakan analisis kualitatif. (3)
data tentang respon siswa dianalisis secara
deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus I
a. perencanaan pembelajaran;
Sebelum melaksanakan pembelajaran, maka
guru sebagai peneliti telah mempersiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
soal-soal tes (pre-test dan pos-test), dan
instrumen penelitian lainnya.
b. pelaksanaan tindakan;
Berdasarkan rencana pembelajaran yang
telah
dipersiapkan,
maka
guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran dan alokasi waktu
yang telah ditetapkan, antara lain dengan:
(1) memberikan pretes kepada siswa (2)
mengarahkan siswa dalam pembentukan
kelompok. (3) membagi-bagikan kartu
(potongan kertas) soal atau jawaban kepada
siswa.(4) meminta siswa bergabung dengan
kelompok lainya untuk mencari pasangan
dari kartu soal atau kartu jawaban yang
mereka peroleh. (5) meminta siswa yang

Khali Jannah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif.....

sudah menemukan pasangan dari kartu soal
atau jawaban untuk membacanya di depan
kelas, sedangkan kelompok lain sebagai tim
penilai. (6) guru bersama siswa membuat
kesimpulan. (7) Diakhir pembelajaran guru
akan mengadakan penilaian dengan
melakukan postes guna untuk mengukur
pengetahuan siswa dengan menggunakan
soal yang telah disusun oleh guru dan
sesuai dengan rencana pembelajaran.
c. Hasil pengamatan (observasi);
Pelaksanaan pengamatan aktivitas guru dan
siswa dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan
tindakan.Pengamatan
dilakukan oleh dua orang pengamat untuk
melihat apakah pelaksanaan pembelajaran
sudah mencerminkan pembelajaran dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif metode giving question and
getting answer. Langkah-langkah pokok
yang diamati oleh pengamat dalam proses
pembelajaran ini antara lain adalah
penjelasan
materi
pembelajaran,
penggunaan model pembelajaran kooperatif
metode giving question and getting answer,
memotivasi siswa agar lebih aktif bertanya
dan menjawab pertanyaan selama proses
belajar mengajar berlangsung. Dari
sejumlah langkah aktivitas guru dan siswa
yang diamati oleh pengamat pada siklus 1
ini, hasilnya berada pada kategori baik,
namun menyisakan beberapa persoalan
antara lain masih terjadinya kebingungan
siswa pada saat mencari pasangan dari kartu
soal atau jawaban yang dipegang.
d. Hasil refleksi;
Kegiatan refleksi dilakukan oleh guru
(peneliti) dan pengamat segera setelah
kegiatan
pembelajaran
dilaksanakan.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada
siklus I diperoleh bahwa siswa merasa lebih
senang dengan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan karena tidak membosankan,
siswa aktif bertanya jawab dari kartu soal

|5

dan jawaban yang mereka peroleh dan
siswa merasa makin memahami materi
dengan baik. Namun demikian, karena
proses pembelajaran ini masih baru pertama
kali diterapkan sehingga sebagian besar
siswa masih merasa belum memahami
dengan baik langkah-langkah pembelajaran
yang harus mereka lakukan. Adapun hasil
refleksi
terhadap
guru,
kegiatan
pembelajaran yang dilakukan cukup
membuat peran guru sebagai fasilitator
berjalan dengan baik karena suasana kelas
menjadi lebih aktif, kondusif. Namun
demikian kegiatan pembelajaran ini belum
berlangsung secara efektif mengingat pada
siklus
I
ini
pembelajaran
belum
berlangsung seperti yang direncanakan
mengingat belum adanya pemahaman yang
baik dari siswa dalam melaksanakan model
pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan
hasil refleksi selama siklus I, terdapat
beberapa masukan yang perlu diperhatikan
dan dipertimbangkan untuk lebih baiknya
kegiatan pembelajaran pada siklus II.
e. Hasil belajar siklus I;
Hasil belajar dan kriteria ketuntasan yang
diperoleh siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif metode
giving question and getting answer pada
siklus I ini diperoleh nilai rata-rata 85,89,
tuntas secara individu 19 siswa atau 86,36
% dan tuntas secara klasikal rata-rata 86,98
%.
2. Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus II
a. Perencanaan pembelajaran;
Kegiatan pembelajaran pada siklus II
dilaksanakan dengan mengacu pada
perencanaan pembelajaran yang telah
disusun sebelum kegiatan pembelajarn
dimulai. Namun, terdapat beberapa
perubahan pada kegiatan pembelajaran ini
berdasarkan saran dan pertimbangan yang
diperoleh dari hasil refleksi siklus I.
Perubahan yang paling dominan dilakukan

6 | Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.1 April 2015
pada langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa dalam penerapan
model sehingga dalam pelaksanaannya
diharapkan akan lebih efektif dan efisien
dengan terus berupaya meningkatkan hasil
belajar yang diperoleh siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan;
Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini
dilakukan pada materi lain dengan
menerapkan model pembelajaran yang
telah ditetapkan. Kegiatan ini dilakukan
dengan
menjalankan
perubahanperubahan mendasar yang diperlukan
sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I.
c. Hasil Pengamatan (Observasi);
Sebagaimana pada siklus I, maka kegiatan
pengamatan tetap dilakukan dengan
mengunakan instrumen pengamatan yang
telah dipersiapkan. Adapun pengamatan
yang dilakukan tetap berkaitan dengan
aktivitas guru dan siswa dalam penerapan
model yang telah direncanakan. Seperti
halnya pada siklus sebelumnya, maka
pada siklus ini masih juga ditemukan
siswa yang bingung mencari pasangan
dari kartu soal atau jawaban yang
dipegangnya, bahkan ada siswa secara
spontan langsung mencari pasangan soal
atau jawaban yang dipegangnya tanpa
menunggu instruksi dari gurunya. Secara
umum pembelajaran sudah mulai lebih
baik dari siklus II.
d. Hasil Refleksi;
Seperti halnya dengan siklus I, maka
kegiatan refleksi pada siklus II dilakukan
oleh guru (peneliti) dan pengamat segera
setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan pada siklus II diperoleh bahwa
siswa sudah mulai merasa senang dan
nyaman dengan kegiatan pembelajaran
yang
dilakukan
karena
tidak
membosankan dan siswa merasa makin

memahami materi dan model yang
diterapkan. Namun, pada kegiatan
pembelajaran masih ditemukan siswa
secara spontan langsung mencocokkan
kartu soal dan jawaban yang mereka
pegang sebelum guru memberikan
instruksi untuk saling mencocokkan antara
kartu soal dan jawaban yang dipegang
oleh masing-masing siswa dalam upaya
mencari jawaban yang benar.
Adapun bagi guru, kegiatan pembelajaran
yang dilakukan sudah lebih efektif dan
efisien. Guru sebagai fasilitator telah
menjalankan peran dan fungsinya dengan
baik karena proses pembelajaran sudah
mulai terpusat pada siswa. Namun, dalam
pelaksanaannya
pembelajaran
yang
memerlukan panduan guru dalam
pelaksanaannya hendaknya dikomunikasikan terlebih dahulu dengan siswa
sehingga kejadian dimana siswa secara
cepat ingin mendapatkan jawaban dari
kartu soal yang dipegang dan dicocokkan
dengan kartu jawaban pada siswa lainnya
tidak terjadi secara spontan. Masalah yang
masih terjadi pada siklus II ini menjadi
perhatian guru pada tindakan siklus
berikutnya agar proses dan hasil belajar
diharapkan akan lebih baik lagi.
e. Hasil Belajar Siklus II
Hasil belajar dan kriteria ketuntasan yang
diperoleh siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif metode
giving question and getting answer pada
siklus II diperoleh nilai rata-rata 84,32,
tuntas secara individu 18 siswa atau 81,81
% dan tuntas secara klasikal rata-rata
85,12 %.
3. Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus III
a. Perencanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada siklus III ini
dilaksanakan sama seperti halnya dengan
siklus II yaitu mengacu pada perencanaan

Khali Jannah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif.....

pembelajaran yang telah disusun sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai. Perubahan
dan penyesuaian masih diperlukan pada
siklus III ini mengingat ada beberapa saran
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pada silkus II. Perubahan
yang dilakukan terutama pada aktivitas
siswa
yang
harus
sesuai
dengan
perencanaan yang telah dibuat oleh peneliti.
Hasil belajar siswa terus diupayakan
peningkatannya.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran pada siklus III ini
dilakukan pada materi lain dengan terus
menerapkan model pembelajaran yang telah
ditetapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan
beberapa perubahan dan penyesuaian yang
bersesuaian dengan model pembelajaran
yang diterapkan.
c. Hasil Pengamatan (Observasi)
Sebagaimana pada siklus II, maka kegiatan
pengamatan tetap dilakukan dengan
mengunakan instrumen pengamatan yang
telah dipersiapkan. Adapun pengamatan
yang dilakukan tetap berkaitan dengan
aktivitas guru dan siswa dalam penerapan
model yang telah direncanakan. Hasil
pengamatan terhadap aktivitas guru dan
siswa pada siklus III ini cenderung lebih
baik dari siklus-siklus sebelumnya karena
para siswa sudah mulai memahami dengan
baik langkah-langkah yang dijalankan
dalam proses pembelajaran ini.
d. Hasil Refleksi
Sebagaimana siklus II, maka kegiatan
refleksi pada siklus III dilakukan oleh guru
(peneliti) dan pengamat segera setelah
kegiatan
pembelajaran
dilakukan.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan pada
siklus III diperoleh bahwa siswa sudah
merasa senang dan nyaman dengan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan
karena tidak membosankan dan siswa
merasa makin memahami materi dengan

|7

lebih baik. Selain itu, siswa juga sudah
dapat menyesuaikan diri dengan model
pembelajaran yang diterapkan. Para siswa
juga mengharapkan agar suasana belajar
dan model atau metode yang telah
diterapkan dalam pembelajaran ini dapat
dilanjutkan untuk pembelajaran selanjutnya.
Adapun bagi guru, kegiatan pembelajaran
yang dilakukan terasa cukup efektif dan
efisien baik dari sisi waktu maupun
ketercapaian kompetensi. Selain itu, peran
guru sebagai fasilitator dapat dilaksanakan
dengan lebih baik karena hampir seluruh
proses pembelajaran sudah terpusat pada
siswa. Masih terus dibutuhkan kreativitas
guru yang lebih baik lagi dalam mengelola
kelas mengingat respon siswa yang sangat
baik.
e. Hasil Belajar Siklus III
Hasil belajar atau pencapaian kompetensi
siswa dan kriteria ketuntasan yang
diperoleh nilai rata-rata 90,55, tuntas secara
individu 22 siswa atau 100 % dan tuntas
secara klasikal 91,32 %.
Pembahasan
Berdasarkan pengolahan data hasil
belajar yang mereka peroleh dari siklus ke
siklus menunjukkan kecenderungan positif
yang
ditunjukkan
dengan
terjadinya
peningkatan hasil belajar fisika siswa dari
siklus I (85,89) berada pada kategori baik
sekali, siklus II (84,32) berada pada kategori
baik dan siklus III ( 90,55) berada pada
kategori baik sekali. Tingkat ketuntasan hasil
belajar individu dan klasikal dikaitkan dengan
KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah
cenderung bervariasi dari siklus ke siklus
namun terjadi peningkatan mengarah pada
pencapaian yang sangat baik.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
penilaian terhadap kegiatan pembelajaran baik
pada siklus I, siklus II dan siklus III
menunjukkan bahwa siswa makin antusias
mengikuti
pembelajaran,
suasana

8 | Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.1 April 2015
pembelajaran
menyenang-kan,
kegiatan
pembelajaran terpusat pada siswa dan
berlangsung secara efisien dan efektif.
Kelemahan masih terjadi pada saat penerapan
model pembelajaran kooperatif metode giving
question and getting ini yaitu dari faktor
kesiapan siswa untuk belajar, artinya masih
ditemukan ada siswa yang belum mempelajari
materi ajar fisika di rumah sebelum diajarkan
dalam kelas, hal ini tampak pada saat mereka
bekerja secara kooperatif dalam kelompok
kecil yang telah dibentuk yaitu masih ada
siswa yang pasif dalam kelompok tersebut
sedangkan metode ini diterapkan dengan
tujuan agar para siswa aktif bertanya jawab
sesamanya.
Hasil analisis data tentang respon siswa
terhadap pembelajaran fisika yang diajarkan
dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif metode giving question and getting
menunjukkan skor rata-rata diperoleh adalah
86. Temuan ini menunjukkan respon siswa
terhadap proses pembelajaran fisika berada
pada kategori sangat baik. Dari hasil
wawancara dengan beberapa siswa, diperoleh
informasi bahwa siswa mulai menyenangi
fisika karena mereka baru menyadari pelajaran
fisika selalu berkaitan erat dengan kehidupan
sehari-hari, selain itu
pada pelaksanaan
pembelajaran fisika pokok bahasan alat optik
dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif metode giving question and getting
ternyata sangat membantu siswa untuk lebih
aktif dalam pembelajaran dan peran guru
sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik.
Selanjutnya, terciptanya suasana kelas sangat
kondusif, menyenangkan, tidak membosankan,
dan dinamis.
Model pembelajaran ini memberikan
kebebasan pada siswa untuk bertanya jawab
dalam kelompok kecil. Kemudahan dalam
berkomunikasi dengan adanya diskusi baik
dalam kelompok maupun dengan kelompok
lain memudahkan para siswa mengerti
terhadap materi yang dipelajari. Biasanya

mereka hanya bertanya tentang materi yang
kurang jelas, namun dengan metode ini
mereka dapat saling bertanya jawab sesama
siswa bahkan dapat bertanya lebih jauh pada
guru tentang kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) pelaksanaan pembelajaran fisika
pada siswa kelas VIII-A pokok bahasan alat
optik dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif metode giving question and getting
answer lebih efektif dari sisi waktu maupun
pencapaian hasil belajar siswa, dan disenangi
siswa, (2) peningkatan atau perubahan yang
terjadi selama proses pembelajaran berkaitan
dengan cara belajar ke arah yang lebih baik
setelah diterapkan metode giving question and
getting, (3) respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan sangat
positif dan para siswa mengharapkan
digunakan model pembelajaran kooperatif
metode giving question and getting answer
untuk kegiatan pembelajaran pada materimateri selanjutnya; (4) kendala yang dihadapi
dalam proses pembelajaran ini antara lain
kemampuan siswa yang beragam, belum
semua siswa mempersiapkan diri untuk
melakukan proses pembelajaran ini karena
masih banyak siswa yang belum mempelajari
materi yang akan diajarkan di rumah sehingga
masih memerlukan waktu yang lama dalam
pelaksanaannya.
Berdasarkan simpulan yang telah
dirumuskan
sebelumnya,
maka
dapat
disarankan sebagai berikut: (1) siswa
hendaknya sudah
mempelajari di rumah
materi atau pokok bahasan yang akan
diajarkan agar dapat menghemat waktu proses
pembelajaran di kelas, (2) Guru harus benarbenar kreatif mengelola kelas dan model

Khali Jannah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif.....

pembelajaran giving question and getting
answer agar proses dan hasil belajar akan lebih
optimal, (3) Kartu soal dan jawaban yang
dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran ini
hendaknya berkualitas, baik ukuran kertas
maupun pewarnaan gambar yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dkk. 2005. Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Isjoni. 2011.Coopertive Learning: Efektifitas
Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta

|9

Johar, Rahmah dkk. 2006. Strategi Belajar
Mengajar. Banda Aceh: FKIP unsyiah.
Sudjiono, Anas. 2005. Pengantar Statistik
Pendidikan. Bandung: Tarsito.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran
Berorientasi
standar
proses
pendidikan. Jakarta: Kencana
Suprijono, Agus.2010. Cooperative Learning
Teori
dan
Aplikasi
PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Taniredja,Tukiran dkk. 2011. Model-model
Pembelajaran Inovatif . Bandung:
Alfabeta.