MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF MAK

MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF
MAKALAH
Dipo Anugrah Salam, Nurwahyuni Latifah, Pandu Rangga Yudha, Resta Ayu Chairunisa
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
dipodipyo@gmail.com
Dr. H. Toto Ruhimat, M.Pd., Ence Surahman S.Pd, M.Pd
A. PENDAHULUAN
Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia, kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak
lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru
dan siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang profesional dalam membelajarkan siswa-siswanya.
Perkembangan sains saat ini telah melaju dengan pesat dan erat hubungannya
dengan perkembangan tekhnologi. Maka seharusnya seorang guru harus mampu
menyesuaikan kondisi perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih
mengembangkan sesuatu pembelajaran atau model yang harus dilakukan ketika
melakukan pembelajaran kepada siswanya. Agar sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman saat ini.
Latar belakang model pembelajaran berpikir induktif adalah memperoleh
pengetahuan yang di dasarkan pada konsep proses mental siswa dengan
memperhatikan proses berpikir untuk menangani informasi dan menyelesaikannya.

Proses berpikir yang dimaksud adalah proses kognitif siswa yang tidak terlihat dan
tidak terukur namun hasil dari proses berpikir tersebut dilihat terjadi dari interksi
antara siswa dan lingkungan belajar juga terukur dari hasil belajar yang diperoleh oleh
siswa. Menurut Suriasumantri (2001 : 48) “Induktif merupakan cara berpikir dimana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual.”
Dalam model pembelajaran berpikir induktif kemampuan siswa menangani
informasi dan menyelesaikan masalah bermula pada upaya induksi sebagai landasan
utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif. Dengan kata lain, untuk
memahami suatu gejala perlu yang namanya teori dan konsep selanjutnya lakukan

penelitian dilapangan. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah,
cara berpikir induktif dapat digunakan secara bersama untuk mendapatkan hasil yang
sesuai.
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang dikaji adalah definisi,
karakteristik, sintaks, tugas dan peran guru, serta kelebihan dan kekurangan dari
model pembelajaran berpikir induktif itu sendiri. Kemudian tujuan dari penulisan dari
makalah ini agar penulis dan pembaca memahami model pembelajaran induktif
supaya bisa diterapkan sesuai kebutuhan siswa dan nantinya akan menjadi referensi
bagi calon guru untuk menerapkan model pembelajaran induktif ini kepada siswa.

Selain itu manfaat yang dapat di ambil bagi siswa adalah dapat meningkatkan hasil
belajar, bagi guru dapat meberikan masukan atau referensi, serta menambah
pengetahuan secara mendasar dan menyeluruh mengenai model pembelajaran berpikir
induktif.
B. PEMBAHASAN
Definisi berpikir induktif adalah “suatu proses dalam berpikir yang
berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang lebih umum” (Ibid, dalam
Fikri, 2014, hlm. 12). Dalam berbagai model pembelajaran sendiri terdapat berbagai
macam pendekatan, salah satunya adalah pendekatan induktif yang pertama kali
dikemukakan oleh Prancis Bacon pada tahun 1561. Beliau menghendaki agar
penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkret sebanyak mungkin
(Syaiful Sagala, dalam Fikri, 2014, hlm. 12). Sedangkan menurut Hilda Taba, model
pembelajaran berpikir induktif dikembangkan atas dasar “konsep proses mental siswa
dengan memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan
menyelesaikannya” (Joyce, B. & M. Weil. dalam Fikri, 2014, hlm. 12).
Dalam model ini, atmosfer kelas bersifat kooperatif. Saat guru mulai dianggap
sebagai

inisiator


tahap-tahap

pengajaran

dan

penentu

rangkaian

aktivitas

pembelajaran maka dia harus bertanggung jawab melakukan kontrol pada siswa
dengan cara kooperatif. Namun demikian, karena siswa belajar strategi-strategi
tersebut, mereka tentu akan berasumsi bahwa dirinyalah pengontrol pengontrol yang
lebih hebat.
Karekteristik setiap model pembelajaran juga memiliki karakternya masingmasing, berikut karakteristik model pembelajaran induktif (Warimun dalam Fikri,

2014, hlm. 12) : 1) Digunakan untuk mengajarkan konsep dengan menggeneralisasi,
2) Efektif untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran, 3) Menumbuhkan minat

siswa karena partisipasi siswa dalam melakukan observasi sangat mendapat
penekanan dan siswa secara maksimal diberi kesempatan untuk aktif (proses utama
dalam model pembelajaran induktif adalah aktivitas siswa).
Taba’s Inductive Thinking Model, Strategi mengajar dalam model
pembelajaran induktif ini memerlukan beberapa asumsi dalam berpikir. Ada 5 asumsi,
yang pertama adalah Thinking can be taught yang artinya guru mengajari murid
dengan membantu mereka berpikir lewat latihan menggunakan cara mengajukan
pertanyaan yang tepat. Yang kedua Thinking is an active transaction between the
individual and data, artinya aktivitas di dalam kelas harus didesain agar siswa dapat
dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Yang
ketiga Processes of thought evolved by a sequence that makes sense, artinya dalam
menguasai materi subjek tertentu perlu dibuat dalam tahapan yang teratur dan logis
agar siswa dapat menangkap informasi lewat pengalaman yang lebih bermakna. Yang
keempat Higher-order thinking is achieved through structured question sequences
aritnya, pertanyaan yang open-ended dan terfokus dapat mengubah siswa dari lowerorder thinking ke higher-order thinking. Dan yang terakhir adalah Meaningful
generalizations are formed by working with information in depth artinnya, Higherorder thinking merupakan akibat dari dynamic interaction antara siswa dan konten
belajar, yang dimana terjadi interaksi secara terus menerus, sehingga dapat
memastikan siswa memahami hubungan langsung antara fakta-fakta dan generalisasi
nya.
Sintaks Model Pembelajaran Berpikir Induktif (Joyce, B. & M. Weil., dalam

Fikri, 2014, hlm. 14). Tahap I: Pembentukan Konsep (Concept Formation) : 1)
Menyebutkan dan membuat data yang relevan dengan masalah. 2) Mengelompokkan.
3) Memberi nama. Tahap II: Interpretasi Data (Interpretasi Data) : 1) Mengidentifikasi
hubungan antarvariabel. 2) Menjelaskan hubungan antarvariabel. 3) Menyimpulkan.
Tahap III: Aplikasi Prinsip (Application of Prinsiples) : 1) Membuat prediksi atau
hipotesis. 2) Menjelaskan prediksi atau hipotesis. 3) Menguji prediksi atau hipotesis.
Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental (Joyce & Weil,
dalam Fikri, 2014, hlm. 16)

a. Pada Tahap Pembentukan Konsep
No

Kegiatan

1

teramati
tidak teramati
Menyebutkan dan Membedakan


2

membuat daftar
Mengelompokkan

3

Membuat

yang Operasi

mental

yang Pertanyaan

yang

dapat

dikeukakan oleh guru

Apa
yang

kamu

lihat/dengar/catat ?
Mengidentifikasi sifat- Apa
yang
ama?

sifat yang sama
nama Menentukan

dan

secara

mengkategorikan

butir-informasi


Apa

kriterianya?
urutan Bagaimana kita menyebutkan

hierarki

dari kelompok itu?

b. Pada Tahap Interpretasi Data
No

Kegiatan

yang Operasi

1

teramati

Mengidentifikasi

mental

yang Pertanyaan

tidak teramati
Membedakan

butir-butir
2

dapat

dikeukakan oleh guru
Apa
yang

kamu


amati/perhatikan/temukan ?

informasi
Menerangkan

Menghubungkan

butir-butir

kategori

informasi

yang

yang dengan

telah diidentifikasi

Mengapa hal itu terjadi?


yang

satu

yang

lain,

menentukan sebab dan
akibat dari hubungan

3

Membuat

tersebut
Menentukan

kesimpulan

dan meramalkan

implikasi Apa artinya?
Apa gambaran yang tercipta
dalam pikiran kamu?
Apa kesimpulannya?

c. Pada Tahap Aplikasi Prinsip
No

Kegiatan

yang Operasi

mental

yang Pertanyaan

1

teramati
Menganalisis

tidak teramati
Menganalisis

dikeukakan oleh guru
masalah Apa yang akan terjadi jika…?

masalah,

atau

keadaan,

menjelaskan

mendapatkan

kembali

yang

dapat

fenomena,

2

uan

yang

menyusun

relevan

hipotesis
Menjelaskan

Menentukan hubungan Mengapa kamu berpikir atau

dan/atau

sebab-akibat

mendukung

membuat prediksi atau terjadi?

prediksi
3

dan pengetah

hal

itu

akan

atau hipotesis

hipotesis
Menguji prediksi/ Menggunakan
hipotesis

untuk berpendapat

prinsip Apa

yang

dapat

kamu

yang logis atau fakta generalisasikan atau dianggap
ilmu pengetahuan untuk benar?
menentukan
yang

sesuai

kondisi
dan

dibutuhkan
Taba memberikan pedoman pada guru dalam memberikan tanggapan dan respons
di setiap tahap pengajaran. Ketika menggunakan tugas-tugas kognitif dalam setiap
strategi pengajaran, guru harus yakin bahwa tugas-tugas kognitif tersebut muncul dengan
instruksi yang optimal dan juga pada saat yang tepat. Mengatur tugas-tugas
mengharuskan guru mengkaji seperangkat data secara utuh sebelum melakukan
kategorisasi, lalu dilanjutkan dengan mencari hubungan-hubungan.
Tugas atau peran utama guru dalam cara kerja strategi-strategi ini adalah
memonitor bagaimana siswa memproses informasi dan kemudian mengajukan
pertanyaan-perntanyaan yang relevan. Tugas penting bagi guru adalah merasakan
kesiapan siswa untuk menjalani pengalaman-pengalaman dan kativitas-aktivitas kognitif
yang baru dengan cara mengasimilasikan dan menggunakan pengalaman-pengalaman
ini.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Induktif (Warimun, dalam Fikri,
2014, hlm. 18) : Kelebihan model pembelajaran berpikir induktif adalah 1) dapat
mengembangkan ketrampilan berpikir siswa karena siswa selalu dipancing dengan
pertanyaan, 2) dapat menguasai secara tuntas topik-topik yang dibicarakan karena
adanya tukar pendapat antara siswa sehingga didapatkan kesimpulan akhir, 3)
mengajarkan siswa berpikir kritis karena selalu dipancing untuk mengeluarkan ide-ide,

4) melatih siswa belajar bekerja sistematis 5) memotivasi siswa dalam kegiatan belajar
karena melalui model pembelajaran berpikir induktif siswa diberikan tantangan untuk
menafsirkan data eksperimen.
Kekurangan 1) membutuhkan banyak waktu, 2) sukar menentukan pendapat yang
sama karena setiap siswa mempunyai gagasan yang berbeda-beda. Menurut penelitian
yang dilakukan Dr. Harneet Billing, rata nilai hasil belajar dari siswa yang menggunakan
metode induktif dan konvensional tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Tetapi
dalam motivasi pencapaian, kelompok siswa yang menggunakan metode induktif,
memiliki motivasi pencapaian yang lebih tinggi. (Billing, 2013, hlm. 58)
C. PENUTUP
Kesimpulan pada makalah ini dalam model pembelajaran induktif relative
memiliki sintak/struktur yang jelas, yaitu peran-peran guru sesuai dengan tahap-tahap
yang telah ada. Sistem sosial yang berpusat pada guru secara kooperatif, dan sistem
dukungan yang mengharuskan sumber-sumber data mentah yang belum digolongkan.
Relevansi ini sebenarnya cukup erat dan guru seharusnya sudah berancang-ancang untuk
membuat suatu strategi-strategi induktif dasar sebagai perangkat pengajarannya.
Esensi proses induktif adalah pengumpulan dan penyaringan informasi tanpa
henti, pengembangan gagasan, khususnya katagori-katagori yang menyediakan kontrol
konseptual atas daerah-daerah informasi, penciptaan hipotesis untuk dieksplorasikan
dalam upaya memahami hubungan-hubungan yang lebih baik atau menyediakan solusi
untuk berbagai masalah, dan perubahan pengetahuan menjadi keterampilan yang
memiliki aplikasi praktis.
Model pembelajaran induktif begitu mudah disusun. Model ini bersifat
kooperatif, tetapi guru tetap menjadi inisiator dan pengawas semua kegiatan. Peran guru
menyesuaikan tugas-tugas dengan tingkat aktivitas kognitif siswa, menentukan kesiapan
siswa. Siswa memerlukan data mentah untuk dioalah dan dianalisis. Model berpikir
induktif dirancang untuk melatih siswa dalam membentuk konsep, dan sekaligus
mengajarkan konsep-konsep. Model ini juga membentuk perhatian siswa untuk fokus
pada logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan.

Daftar Pustaka

Billing, H. (2013). Effect of Inductive Thinking Model on Achievement Motivation of
Students in Relation to their Learning Approach. International Journal of
Education and Psychological Research (IJEPR), 4(2), hlm.49-59.
Fikri, P. M. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Berpikir Induktif Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran Dan Gelombang. (Skripsi). UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Imaduddin, R. M. (2015). Taba’s Inductive-Thinking Model (TITM) and it’s
Implementation in Secondary Mathematics Classroom. (Tesis). Kulliyah of
Education International Islamic University Malaysia, Malaysia.
Suriasumantri, J. S. (2001). Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta