KARAKTERISTIK PERTUM BUHAN DAN PERKEMBANG

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FISIK
PADA MASA REMAJA
Masa remaja
Masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak ke masa
dewasa. Tubuh seseorang yang mengalami pertumbuhan fisik akan berubah
menjadi lebih berkembang. Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap
perbuatan-perbuatan yang kurang baik karena sikap remaja yang suka mencobacoba dengan hal-hal baru yang ia temui. Seseorang akan mengalami pubertas
sebagai tanda ia memasuki masa remaja. Seseorang yang baru mengalami hal
tersebut tidak perlu takut karena itu merupakan hal yang wajar dan sehat yang
terjadi jika sudah memasuki usia remaja. Dalam ajaran agama Islam, hal tersebut
justru sebagai tanda bahwa seorang Muslim itu telah memasuki masa baligh.
Masa baligh ialah masa dimana seseorang sudah berkewajiban menjalankan ajaran
agama seperti sholat, puasa, dan menunaikan zakat.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja yang dialami oleh setiap
individu berbeda-beda. Saat itu pula terjadi perubahan organ-organ seksualnya
secara fisik, termasuk perubahan hormon. Perubahan hormon pula dapat
mempengaruhi perilaku yang dilakukan oleh remaja. Jika seorang remaja
hormonnya baik, maka perilakunya baik pula. Begitu pula jika hormon yang
muncul adalah hormon yang buruk maka akan mempengaruhi perilaku remaja ke
arah penyimpangan sosial.Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam
membimbing anaknya menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi.

Masa remaja datangnya hanya satu kali seumur hidup. Seseorang yang
memasuki fase remaja harus berhati-hati dalam memilih teman, berhati-hati
bergaul dengan lingkungan dan harus dibekali ilmu pengetahuan tentang seks
yang sehat agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang berbau seksualitas dan
pornografi. Pendidikan yang pertama ia peroleh adalah dari rumah, maka jangan
canggunglah untuk bertanya kepada orang tua misalnya yang remaja perempuan
bertanya kepada ibunya tentang bagaimana sikap yang harus dilakukan saat
pertama kali menstruasi datang. Orang tua pun akan menjelaskan secara rinci
tentang bagaimana sikap yang harus kita lakukan ketika menstruasi pertama
terjadi. Begitu pula kepada remaja laki-laki, memang secara umum banyak lakilaki yang jarangmenceritakan awal pubertasnya kepada orang tua khususnya ibu.
Tapi ketahuilah bahwa menceritakan hal demikian itu akan membuat orang tua
tahu bahwa anaknya telah memasuki masa remaja dan menganggap bahwa anak
tersebut sehat karena tidak mengalami keterlambatan perkembangan fisik.
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja
Setiap manusia yang tumbuh menjadi dewasa akan melewati masa remaja.
Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik yang signifikan. Pada
masa remaja, organ-organ tubuhnya akan berfungsi menjadi lebih baik ketika
terjadi pertumbuhan. Semua remaja akan mengalami pubertas yaitu kematangan
fisik yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan perubahan fisik.


Perubahan fisik pada remaja laki-laki terjadi pada usia antara 11 sampai 15
tahun, meliputi membesarnya ukuran kelamin, tumbuhnya bulu di sekitar
kemaluan dan di ketiak, tumbuhnya kumis dan jambang, munculnya jakun,
perubahan suara menjadi agak membesar, dan yang paling penting terjadinya
ejakulasi pertama yaitu melalui masturbasi/onani atau biasa dikenal dengan mimpi
basah (wetdream). Selain itu juga terjadi penambahan berat badan dan tinggi
badan yang signifikan. Pada remaja laki-laki tubuhnya akan terlihat atletis jika
mereka rutin berolahraga. Karena pada masa remaja ini, pembentukan otot dan
pembesaran tulang biasanya terjadi. Namun sebenarnya usia tidak menentukan
kapan terjadinya perubahan fisik pada remaja, tergantung pada pribadi masingmasing remaja tersebut.
Sementara perubahan fisik pada remaja perempuan terjadi pada usia 10
sampai 14 tahun, ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), mulai
membesarnya payudara, tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan dan di ketiak, dan
membesarnya atau melebarnya ukuran pinggul. Selain itu, remaja perempuan juga
mengalami perubahan tinggi badan dan berat badan. Jika ia rajin berolahraga
maka ia akan tumbuh tinggi. Namun apabila ia dalam masa pubertas banyak
mengonsumsi makanan maka ia akan mengalami kegemukan. Rentan usia pada
remaja perempuan yang mengalami perubahan fisik tidak pasti terjadi pada usia di
atas, tergantung dari pribadi masing-masing individu tersebut.
Aspek hormonal yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja adalah

kelenjar endoktrin (endroctrineglands), yang melibatkan interaksi antara kelenjar
hypothalamus (struktur dalam otak yang paling tinggi untuk memonitor makan,
minum, dan seks), kelenjar pituitary (kelenjar endoktrin yang penting untuk
mengontrol pertumbuhan dan kelenjar lainnya), dan gonads (kelenjar seks, yaitu
testis pada laki-laki dan ovaries pada perempuan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja. Antara lain
yaitu faktor genetik dari keluarga, faktor jenis kelamin, faktor nutrisi dan
kebutuhan gizi, faktor gangguan emosional, faktor dari status sosial ekonomi,
faktor kesehatan, dan faktor lingkungan.
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh dan kembang fisik
remaja adalah dari faktor gen. Kondisi ini meliputi dari faktor keturunan yaitu
keluarga. Apabila seorang perempuan yang masih berumur 9 tahun telah
mengalami menstruasi maka bisa dikatakan mungkin gen dari keluarganya
terutama ibunya juga mengalami menstruasi pada umur 9 tahun juga. Gen pada
ibunya akan turun kepada anaknya apalagi jika ia adalah anak perempuan. Jika
pada usia yang masih muda sudah mengalami menstruasi pada terjadi pula
perubahan fisik yang mengikutinya. Contohnya tumbuhnya payudara yang
semakin membesar, tumbuh rambut di sekitar kemaluan, dan tumbuh bulu di
ketiak. Tidak hanya itu, faktor gen juga mempengaruhi terhadap tinggi atau berat

badan. Jika ibunya pendek, maka tinggi badan anak remaja perempuannya akan
pendek pula, begitu pula sebaliknya.

Faktor gen juga terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan fisik pada
remaja laki-laki. Laki-laki yang bapaknya mengalami mimpi basah (wetdream)
misalnya dulu pada usia 11 tahun maka anak remaja laki-lakinya juga akan
mengalami mimpi basah (wetdream) pada sekitar usia 11 tahun juga. Pada remaja
laki-laki juga terjadi perubahan fisik yang terlihat misalnya tumbuhnya kumis,
tumbuhnya jakun, volume suara mulai membesar, tumbuhnya bulu di sekitar
kemaluan dan di sekitar ketiak, kemudian perubahan tinggi dan berat badan.
Jenis kelamin antara individu satu dengan yang lain berbeda yaitu hanya
ada laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan fisik seorang remaja. Remaja laki-laki pada usia 12-15 tahun
biasanya lebih pendek daripada remaja perempuan. Hal itu wajar terjadi karena
memang hukum alam berkehendak seperti itu. Namun, setelah remaja laki-laki
berusia 17-20 maka tinggi badan mereka menjadi lebih tinggi daripada remaja
perempuan yang sama usianya.
Kebutuhan gizi dan nutrisi pada setiap anak pasti berbeda-beda. Hal inilah
yang menjadi pendorong seorang anak untuk lebih cepat mengalami pertumbuhan
dan perkembangan fisik pada usia remaja. Kebutuhan gizi meliputi makanan yang

sehat, mengonsumsi sayuran, mengonsumsi nutrisi dan vitamin. Apabila
kebutuhan gizi dan nutrisi yang diberikan oleh orang tuanya cukup dan memenuhi
empat sehat lima sempurna maka seorang anak tersebut akan lebih cepat
mengalami pertumbuhan fisik menjadi remaja terutama mengalami menstruasi
bagi perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki.
Gangguan emosional terkadang juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan fisik seorang yang beranjak remaja. Jika seorang anak yang
mengalami gangguan emosional seperti stres dalam menghadapi berbagai tugas
pelajaran maka akan cepat terjadi menstruasi jika remaja itu perempuan. Jika
siklus menstruasi biasanya terjadi 30 hari sekali maka jika ia mengalami stres
karena tugas yang begitu banyaknya maka siklus menstruasi bisa terjadi 2 kali
dalam satu bulan.
Faktor status sosial ekonomi juga berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan fisik seorang remaja. Jika seorang anak berstatus sosial dari
keluarga yang berada atau keluarga yang mampu, maka pertumbuhan dan
perkembangan fisiknya juga lebih cepat terjadi karena terpenuhinya segala
kebutuhan yang diinginkan, contohnya terpenuhi dalam kecukupan nutrisi dan
makanan yang sehat. Apabila anak tersebut dari keluarga yang kurang mampu,
maka belum tentu anak tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik
yang lebih cepat. Anak dari keluarga yang kurang mampu bahkan cenderung

kurang terawat karena ekonominya yang pas-pasan.
Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Tanpa kondisi
yang sehat, seseorang tidak akan nyaman menikmati hidup. Kesehatan pula yang
mempengaruhi cepat atau lambatnya pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
terjadi pada masa remaja. Jika seorang anak selalu menjaga kondisi tubuhnya
dengan olahraga, makan teratur, dan istirahat yang cukup maka kemungkinan
anak tersebut menjadi remaja yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan
fisik dengan cepat. Contohnya jika seorang remaja yang banyak makan maka
nantinya ia akan tumbuh gemuk. Begitu pula sebaliknya, jika kondisi tubuh

seorang anak tidak sehat, kemungkinan ia juga akan mengalami keterlambatan
perubahan pertumbuhan dan perkembangan fisik menjadi remaja.
Faktor terakhir yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik
seorang remaja ialah faktor lingkungan. Jika lingkungan di sekitar rumah individu
tersebut berpikiran positif maka kemungkinan anak tersebut menjadi remaja yang
berperilaku baik dan positif dalam menghadapi perubahan fisik yang terjadi.
Namun apabila lingkungan tersebut mengajarkan perilaku yang negatif contohnya
selalu menonton film-film yang berbau pornografi maka anak tersebut akan cepat
tumbuh menjadi remaja dengan dibarengi perilaku yang negatif pula. Maka dari
itu, peran orang tua sangat penting untuk mengawasi anak-anaknya yang sedang

tumbuh menjadi remaja. Mereka harus bisa menyaring perilaku yang dibawa dari
lingkungan menjadi perilaku yang positif dan bisa menjadi perilaku yang bisa
dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, O. 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Soemanto, W. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Yusuf, S. & Nani, S. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali Pers.