AUDITING LANJUTAN ETIKA DAN PROFESIONAL

AUDITING LANJUTAN
ETIKA PROFESIONAL

Disusun oleh :
NURYANTI 16919003

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017

KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang mendalam kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini ditulis untuk
pengambilan tugas mata kuliah Auditing Lanjutan.
Makalah ini berjudul “ ETIKA PROFESIONAL ”. Dalam penulisan makalah ini,
penulis banyak mengalami hambatan mulai dari perencanaan hingga penyelesaiannya.
Penulis juga menyadari masih adanya kekurangan ataupun kelemahan baik ditinjau dari ilmu
pengetahuan maupun tata bahasa, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dari rekan-rekan
sekalian yang sifatnya memberikan ide-ide sehingga dapat menghasilkan suatu makalah yang
bermanfaat bagi kita semua.

Dengan terwujudnya makalah ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc selaku Rektor Universitas Islam Indonesia.
2. Bapak Dr. Dwipraptono Agus Harjito, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia.
3. Bapak M.Kuncara Budi Santosa, SE.,AK.,CA.,CPA. BKP

selaku Dosen dan

pembimbing yang telah banyak membantu memberikan petunjuk dan bimbingan,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Kedua orang tua kami yang selalu mendukung.
5. Rekan-rekan dan sahabat-sahabat kami yang banyak memberikan dorongan dan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhirnya harapan penulis semoga makalah ini akan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat.

Yogyakarta, Juni 2017

Penulis


2

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................4
BAB 2 LANDASAN TEORI............................................................................5
2.1 Pengertian Etika dan Kode Etik.......................................................5
2.2 Teori-Teori Etika ..............................................................................5
2.2.1 Teori Egoisme ..............................................................................5
2.2.2 Teori utilitariatisme.....................................................................6
2.2.3 Teori Deontologi ..........................................................................6
2.2.4 Teori Hak......................................................................................6
2.2.5 Teori Keutamaan ........................................................................6
BAB 3 PEMBAHASAN....................................................................................7
3.1 Kode Etik Profesi Akuntansi ..........................................................7

3.2 Rerangka Kode Etik .........................................................................7
3.2.1 Prinsip-Prinsip Etika Profesi ....................................................7
3.2.2 Aturan Etika ..............................................................................8
3.2.3 Interprestasi Aturan Etika ........................................................11
3.2.4 Etika Dalam Auditor .................................................................12
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................13
4.1 KESIMPULAN..................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis bisnis tidak lagi mengenal batas negara,
perusahaan membutuhkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Auditor eksternal yang
independen menjadi salah satu profesi yang dicari. Profesi auditor diharapkan oleh banyak
orang untuk dapat menambah kepercayaan pada pemeriksaan dan pendapat yang diberikan.
Oleh karena itu, profesionalisme menjadi tuntutan utama seseorang yang bekerja sebagai

auditor eksternal. Dengan perkembangan hingga saat ini untuk menyempurnakan kepercayan
terhadap oponi yang diberikan opini auditor selalu ada perubahan tujuannya untuk
meyakinkan bahwa opini yang dibeikan auditor kepada klien dapat dipercaya dan diyakinkan
oleh pembacanya.
Audit mempunyai yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi.
Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitas
yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi
auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para
auditor dalam melaksanakan audit Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor
memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan
kepentingan. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para
auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil
keputusan-keputusan sulit. Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka
telah terjadi pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh
profesi.

4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Etika dan Kode Etik
Etika dalam bahasa latin adalah "ethica", berarti falsafah moral. Menurut bahasa Yunani
Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika adalah cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawabIa merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut
pandang budaya, susila serta agama. Istilah etika jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1998), memiliki tiga arti, yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa etika merupakan seperangkat aturan/ norma/ pedoman yang mengatur perilaku manusia,
baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok/
segolongan manusia/ masyarakat/ profesi.
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaikbaiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional..


2.2 Teori – Teori Etika
2.2.1 Teori Egoisme
Teori egoism ini menjelaskan bahwa tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan
diri sendiri (self –interest). Hal ini bertentangan dengan teori altruism, yaitu tindakan yang
peduli pada orang lain atau lebih mengutamakan kepentingan orang lain dengan
mengorbankan kepentingan diri sendiri. Maka seseorang yang egois akan lebih
mengutamakan atau prioritaskan kepentingannya pribadi dahulu barulah kepentingan bersama

2.2.2 Teori Utilitariatisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika
membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat
terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”. Perbedaan paham utilitarianisme dengan
5

paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut
pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang
banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).

Contohnya saja bila seorang presiden


mengeluarkan kebijakan baru bagi prekonomian negaranya, dan apabila kebijakan tersebut
memberikan manfaat yang baik bagi sebagian besar masyarakatnya maka, tindakan tersebut
merupakan Utilitariatisme.
2.2.3 Teori Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham
deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali
dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan
tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan. Suatu
perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik. Hasil baik tidak pernah menjadi
alasan untuk membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang
merampok kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.
2.2.4 Teori Hak
Teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam yang sama.
Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan
sebaliknya, karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya
berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena itu
pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu

sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak sekarang
begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat
tersendiri. Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya
suatu tujuan yang lain
2.2.5 Teori Keutamaan

Maksud dari teori keutamaan ini adalah setiap manusia harus tahu dan dapat memposisikan
perilakunya atau wataknya sehingga individu tersebut dapat berperilaku atau bertingkah laku dengan
baik secara moral. Seseorang hakikatnya adalah merupakan makhluk social dan oleh sebab itu maka
haruslah berperilaku baik secara moral agar dapat bersosialisasi dengan lingkungannya, dan tidak
menimbulkan masalah akibat watak serta perilakunya.
6

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kode Etik Profesi Akuntansi
Akuntan sebagai suatu profesi untuk memenuhi fungsi auditing harus tunduk pada kode etik
profesi dan melaksanakan audit terhadap suatu laporan keuangan dengan cara tertentu. Etik sebagai
suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa yang

dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat
dan kehormatan seseorang. Etik yang telah disepakati bersama oleh anggota suatu profesi disebut
dengan Kode Etik Profesi. Akuntan sebagai suatu profesi mempunyai kode etik profesi yang
dinamakan Kode Etik Akuntan Indonesia. Khusus untuk akuntan public terdapat Kode Etik Profesi
Akuntan Publik yang sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik. Kode Etik
Profesi Akuntan Publik adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) yang sebelumnya dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen
Akuntan Publik (IAI KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota
IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik/ (KAP).

3.2 Rerangka Kode Etik
3.2.1 Prinsip Etika Profesi
IFAC atau International Federation of Accountants mempunyai tugas untuk membuat standar
internasional pada etika, auditing dan assurance, pendidikan akunting, dan akuntansi sector
public.Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang auditor dalam menjalankan tugasnya
adalah dengan memahami IFAC’s International Ethics Standards Board for Accountants
(IESBA). Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC:

1)


Integritas
Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan bisnis
dan profesionalnya.Dalam kasus Waste Management Inc, akuntan yang ada di perusahaan
tidak secara jujur dan tegas dalam mengungkapkan keadaan keuangan WMI yang
sebenarnya.Serta ikut berpartisipasi dalam melakukan penipuan atau manipulasi laporan
keuangan.

2)

Objektivitas
Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya
7

bias, konflik kepentingan,

atau dibawah pengaruh orang lain

sehingga

mengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional. Auditor eksternal di Waste

Management berada di bawah pengaruh para eksekutif WMI, yang banyak
melakukan manupulasi terhadap laporan keuangan perusahaan.
3)

Kompetensi profesional dan kehati-hatian
Seorang akuntan profesional mempunyai kewajiban untuk memelihara
pengetahuan dan keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang
dipelukan untuk menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa profesional
yang kompeten yang didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik
terkini.Seorang akuntan profesional harus bekerja secara tekun serta mengikuti
standar-standar profesional dan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa
profesional. Akuntan WMI secara sengaja memberikan opini wajar tanpa
pengecualian terhadap laporan keuangan yang salah saji secara demi kepentingan
kliennya.

4)

Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh
mengungkapkan informasi apapun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan
spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak profesional untuk
mengungkapkannya.

5)

Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan
yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.Akuntan WMI jelas telah melanggar hukum yang berlaku dengan melakukan
penipuan laporan keuangan yang menyebabkan banyak kerugian terjadi dan hanya
menguntungkan diri sendiri dan kliennya saja

3.2.2 Aturan Etika

Dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik ini digunakan singkatan KAP
dengan dua makna: (1) Kompartemen Akuntan Publik, dan (2) Kantor Akuntan Publik. KAP
yang bermakna Kompartemen Akuntan Publik selalu ditulis IAI- KAP, yang berarti Ikatan
Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. KAP yang bermakna Kantor Akuntan
Publik ditulis tanpa didahului dengan IAI.

8



Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik

Keterterapan (Appicability)
Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia- Kompartemen
Akuntan Publik (IAI- KAP) dan staf professional (baik yang anggota IAI-KAP maupun bukan
anggota IAI-KAP (yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Rekan pimpinan KAP
bertanggung jawab atas ditaatinya aturan etika oleh anggota KAP . Dalam Aturan Etika

Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari:
100. Independensi, Integritas, dan Objektivitas
101. Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam standar professional
akuntan public yang ditetapkan oleh IAI.
102. Integritas dan Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas , harus
bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh membiarkan factor salah saji material.
200. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
201. Standar Umum
a. Kompetensi Profesional
b. Kecermatan dan keseksamaan professional
c. Perencanaan dan supervise
d. Data relevan yang memadai.

202. Kepatuhan terhadap Standar
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi,
konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa professional lainnya wajib mematuhi standar
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.
203. Prinsip- prinsip Akuntansi

9

Anggota KAP tidak diperkenankan :
1. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau dan
keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau
2. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku.
300. Tanggung Jawab Kepada Klien
301. Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan
dari klien.

302. Fee Profesional
1. Besaran fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko, penugasan,
komplektisitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan
professional lainnya. Setiap anggota tidak diperkenankan untuk menawarkan fee yang
dapat merusak citra profesi.
2. Fee Kontijen
Merupakan fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa professional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu di mana
jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
400. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
401. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
402. Komunikasi AntarAkuntan Publik
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan public pendahulu bila akan
mengadakan perikatan audit menggantikan akuntan public pendahulu atau untuk tahun buku
10

yang sama ditunjuk akuntan public dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.
403. Perikatan Atestasi
Akuntan Publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis atestasi dan
periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk oleh
klien.
500. Tanggung Jawab dan Praktik Lain
501. Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/ atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi.
502. Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak
merendahkan citra profesi.
503. Komisi, dan Fee Referal

1) Komisi
Merupakan imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang
kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari
klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima
komisi apabila dapat mengurangi independensi.
2) Fee Referal (Rujukan)
Merupakan imbalan yang dibayarkan/ diterima kepada/dari sesama penyedia jasa
profesional akuntan publik. Hanya diperkenankan bagi sesama profesi.
504. Bentuk Organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisai yang diizinkan oleh
peraturan perundang- undangan yang berlaku dan/atau tidak menyesatkan dan merendahkan
citra profesi..
3.2.3

Interprestasi Aturan Etika

Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang
dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak – pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan
11

untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini
dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interpretasi baru untuk menggantikannya.
A. Kepatuhan
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat
terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di
samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota
dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran
Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika
perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan
pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi
kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Fungsi Etika
Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang
membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap
yang wajar dalam suasana pluralisme. [ CITATION key15 \l 1057 ]
3.2.4

Etika dalam auditor
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode

etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang merupakan tatanan etika
dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan
klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain itu dengan kode etik
akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau
masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui
serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi.

12

Bab IV
Kesimpulan
4.1 Kesimpulan
Standar etika diperlukan bagi profesi akuntan maupun audit karena auditor memiliki
posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan
kepentingan. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para
auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil
keputusan-keputusan sulit. Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka
telah terjadi pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh
profesi.
Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga kewaspadaannya
agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang membawanya ke dalam pelanggaran
prinsip-prinsip etika secara umum dan etika profesi. etis yang tinggi; mampu mengenali
situasi-situasi yang mengandung isu-isu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambil
keputusan atau tindakan yang tepat. Penulis juga menyimpulkan bahwa rerangka yang
disusun dapat membantu para auditor maupun akuntan untuk bersikap dan menjalankn
profesinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

13

Daftar Pustaka
keyturn. (2015, November 14). Perilaku Etika dalam Profesi Akuntansi, Kode Etik Profesi
Akuntansi

&

Etika

dalam

Auditing.

Dipetik

April

11,

2017,

dari

https://keyturns.wordpress.com/2015/11/14/perilaku-etika-dalam-profesi-akuntansikode-etik-profesi-akuntansi-etika-dalam-auditing/

Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta.

14