PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE INQUIRY PADA

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016

ISSN : 2337 - 8085

PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI
PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
MAHASISWA
Juli Firmansyah1), Syamsul Rizal2), Birrul Walidain3)
1,2,3)

Pendidikan Fisika Universitas Serambi Mekkah

email: juli.firmansyah@serambimekkah.ac.id
ABSTRAK

Penelitian ini didesain untuk mengukur peningkatan keterampilan proses sains
mahasiswa setelah menerapkan pembelajaran guide inquiry pada konsep
Osilasi Pegas. Rendahnya keterampilan proses sains mahasiswa dalam
memahami suatu konsep fisika atau sains menjadi masalah utama dalam
penelitian ini. Hal ini dapat disebabkan oleh suatu pembelajaran sains yang
hanya menekankan pada produk sains dan mengesampingkan proses

menemukan konsep itu sendiri. Guide Inquiry adalah suatu pembelajaran yang
didesain untuk memudahkan mahasiswa untuk menemukan sendiri konsep
sains dengan pengalaman-pengalaman belajar secara langsung menggunakan
alat dan media pembelajaran dalam eksperimen. Aspek keterampilan proses
sains yang diukur dalam penelitian ini menyesuaikan dengan percobaan
Osilasi Pegas yaitu keterampilan Observasi, Interpretasi, Mengajukan
hipotesis dan menerapkan konsep. Metode yang digunakan dalam peneltian
ini adalah metode Quasi Eksperimen desain one group Pretest and postest.
Data dikumpulkan dengan menghitung harga gain ternormalisasi atau selisih
antara nilaib awal(pretes) dengan nilai akhir (postes) dari pembelajaran yang
berlangsung. Hasil yang dtemukan adalah untuk setiap indikator mengalami
peningkatan KPS secara signifikan, dimana indikator observasi adalah
indikator yang peningkatannya paling besar dengan skor sebesar 0.875, diikuti
dengan indikator Mengajukan Hipotesis dengan skor 0.78, indikator
Intepretasi dengan skor 0.75 dan terakhir adalah indikator Menerapkan
Konsep sebesar 0.68. Skor rata-rata N_Gain untuk setiap indikator adalah
sebesar 0.74 dengan demikian dapat dikategorikan peningkatan KPS dalam
kategori Tinggi. Sehingga penilitian ini mendapatkan suatu kesimpulan bahwa
eksperimen giude inquiry sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan
proses sains mahasiswa pada percobaan osilasi pegas.

Kata Kunci: Guide-Inquiry, Keterampilan Proses Sains, Osilasi Pegas,
PENDAHULUAN

Sains pada hakikatnya mencakup produk dan metode atau proses sains yang
didalamnya juga terdapat sikap ilmiah. James B. Conant (2009) mendeskripsikan sains
sebagai rangkaian konsep dan pola konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan
dari eksperimen dan observasi.
Produk sains dapat dipahami berdasarkan fakta, prinsip, hukum, teori sebagai
kesimpulan dari serangkaian proses ilmiah, sedangkan proses atau metode didapatkan
dari kemampuan pemecahan masalah, merancang dan melakukan eksperimen,
37

Juli Firmansyah, Syamsul Rizal, dan Birrul Walidain

mengevaluasi data, megukur, membuat laporan dan memberikan informasi. Aspek
sikap terdapat dalam individu yang melakukan proses sains ini, terlihat jelas keyakinan,
nilai, pendapat, berfikir, bersikap dan bertindak.(Ogborn, 1999).
Hasil survei terhadap mahasiswa program studi fisika yang telah mengikuti
matakuliah laboratorium Fisika I dan II, menunjukkan bahwa sebagian besar
mahasiswa memiliki kemampuan ketrampilan proses sains yang rendah. Hal ini

terindikasi dari kempuan memecahkan masalah dan memamahi proses sains dalam
pembelajaran sains. Sehingga masalah utamanya adalah proses eksperimen/praktikum
yang sama sekali tidak bertahan lama.
Berkaitan dengan lemahnya kemampuan dasar mahasiswa terhadap suatu materi
fisika (keterampilan proses),Sabella, dkk. (2007) mengatakan bahwa salahsatu
penyebabnya adalah karena siswa hanya belajar pada pola perrmukaan pola dasar.
Lebih lanjut Kristianingsih dkk (2010) juga mengatakan bahwa pembelajaran sains
lebih menekankan pada penyampaian produk, maka mahasiswa kurang terlatih untuk
mengembangkan daya berfikirnya dalam mengembangkan aplikasi konsep yang telah
dipelajari dalam kehidupan nyata. Pembelajaran masih didominasi oleh dosen atau
pengajar dan hanya memberi sedikit ruang bagi mahasiswa untuk merumuskan dan
menemukan sendiri konsep dengan bahasa yang mudah dipahami oleh mereka sendiri.
Tujuan pembelajaran sains pada dasarnya adalah membantu peserta didik untuk
memahami sains secara alamiah dan bagaimana menemukan ilmu sains tersebut.
Namun, dalam prakteknya peserta didik tidak banyak menemukan konsep dari
pengalaman belajarnya. Beberapa penyebabnya adalah modul pembelajaran tidak
mengarahkan peserta didik untuk dapat menemukan konsep selain mendapatkan ilmu
sains secara alamiah. Modul pembelajaran yang telah dikembangkan untuk mencapai
ini adalah modul berbasis inkuiri terbimbing atau dikenal dengan guide inquiry.
Modul pembelajaran guide inquiry sangat membantu peserta didik dalam

memahami konsep fisika dan menemukan konsep secara nyata berdasarkan
pengalaman belajar. Hal ini dikenal dengan istilah keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu keterampilan
dasar dan terintegrasi. Keterampilan dasar termasuk mengamati, menyimpulkan,
mengukur, berkomunikasi, mengklasifikasi, memprediksi, menggunakan hubungan
ruang waktu dan menggunakan angka. Keterampilan proses yang terintegrasi meliputi
mengendalikan variabel, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis,
merumuskan model, menafsirkan data dan bereksperimen (Vivien, 2011).
Keterampilan dalam melakukan menemukan konsep fisika merupakan
ketrampilan proses sains yang akan bertahan lama dalam ingatan peserta didik dan hal
ini sangat penting untuk mengukur indikator pencapaian konsep terhadap penyelesaian
masalah dan kecakapan hidup (Akinyemi, 2010). Oleh karena itu, penelitian ini
mencoba memberikan gambaran tentang keterampilan proses sains mahasiswa
Universitas Serambi Mekkah melalui eksperimen osilasi pegas guide-inquiry.
Guide inquiry adalah salah satu metode dalam membimbing mahasiswa agar
menemukan konsep secara mandiri dan bertahan lama dengan pengalaman belajar. Jika
dibandingkan dengan metode praktikum konvensional/verifikasi, maka metode guide
inquiry ini akan sangat mudah bagi peserta didik untuk menemukan konsep dan
hubungan antara variabel dan besaran-besaran.
Rendahnya keterampilan proses mahasiswa calon guru fisika dalam memahami

konsep menjadi permsalahan utama. Akibtanya adalah mahasiswa akan menerima
38

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016

ISSN : 2337 - 8085

konsep secara tidak utuh dan cenderung menghafal rumus tanpa mengetahui keterkaitan
antara besaran-besaran dan variabel yang muncul dalam mendapatkan konsep tersebut,
dalam hal ini konsep Osilasi Pegas.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika FKIP Universitas Serambi
Mekkah (USM) mulai tanggal 12 – 14 Mei 2016.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Quasi
Eksperimen dengan desain One Group Pretest Posttest Design. Dalam desain ini,
sebelum diberikan perlakuan (treatment) dengan eksperimen osilasi pegas berbasis
inquiry dalam pembelajaran, sampel terlebih dahulu diberi tes awal (pre-test) dan di
akhir pembelajaran diberi tes akhir (post-test). Dengan demikian, hasil perlakuan dapat
diketahui dengan membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dan keadaan

setelah diberi perlakuan.
Data ketrampilan proses sains dapat diketuhui perbedaannya setelah melakukan
eksperimen dengan Inkuiri terbimbing, menggunakan rumus g faktor (N-Gain) dengan
rumus Hake (Chengetal., 2004):
Keterangan:
Spost = Skor posttest
Spre = Skor pretest
Smaks = Skor maksimum ideal
Gain yang dinormalisasi (N_Gain) ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan
penguasaan konsep pembiasan cahaya dan keterampilan proses sains dengan kriteria
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Batasan
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
(Chenget al., 2004)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pretes, Postes dan Gain yang dinormalisasi Indikator KPS untuk setiap
indikator dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Gain yang dinormalisasi tiap Indikator
Indikator /Aspek KPS
Pretes
Postes
N_Gain
Observasi (O)
1.34
2.75
0.88
Interpretasi (I)
1.03
2.56
0.75
Hipotesis (H)
0.91
2.50
0.78
Menerapkan Konsep (M) 0.91
2.38
0.68

Rata-rata
1.05
2.55
0.77

Diagram persentase perbandingan skor rata-rata pretes, postes, dan gain yang
dinormalisasi KPS pada setiap indikator dapat dilihat dalam diagram pada Gambar 1
39

Juli Firmansyah, Syamsul Rizal, dan Birrul Walidain

Gambar 1. N_Gain KPS untuk setiap Indikator
Berdasarkan gambar dan tabel diatas terlihat persentase gain yang dinormalisasi
ada indikator observasi sebesar 87.5 % (0.87), sedangkan persentase rata-rata gain yang
dinormalisasi pada indikator Interpretasi yaitu sebesar 75% (0.75). Untuk indikator
Hipotesis dan Menereapkan Konsep masing-masing sebesar 78.13 % (0.83) dan 68.23
% (0.68)
Berdasarkan hasil penelitian, untuk setiap indikator mengalami peningkatan
KPS secara signifikan, dimana indikator observasi adalah indikator yang
peningkatannya paling besar dengan skor sebesar 0.875, diikuti dengan indikator

Mengajukan Hipotesis dengan skor 0.78, indikator Intepretasi dengan skor 0.75 dan
terakhir adalah indikator Menerapkan Konsep sebesar 0.68. Skor rata-rata N_Gain
untuk setiap indikator adalah sebesar 0.77 dengan demikian dapat dikategorikan
peningkatan KPS dalam kategori Tinggi.
Persentase kategori tinggi, sedang dan rendah untuk masing-masing indikator
KPS telah disajikan dalam Tabel 2 berikut :
Indikator/
O
I
H
M Rata2 %
Kategori
Tinggi
24 19 16 13
18
56
Sedang
8 10 16 17
13
40

Rendah
0
3
0
2
1
4
Sesuai dengan sajian data diatas, bahwa secara signifikan telah terjadi
peningkatan ketrampilan proses sains sebesar 56 % kategori Tinggi, 40 % kategori
Sedang dan 4 % kategori Rendah. Akan tetapi, indikator observasi merupakan indikator
yang paling besar peningkatannya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan guide inquiry ,
kemampuan melakukan pengamatan mahasiswa dapat ditingkatkan sehingga
mahasiswa lebih teliti dalam melakukan penyelidikan atau eksperimen.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunakan modul eksperimen
berbasis guide inquiry dalam pembelajaran osilasi pegas sangat efektif untuk
meningkatkan Ketrampilan Proses Sains mahasiswa.
Hal ini sejalan dengan Suatu penelitian yang dilakukan oleh Wulan Susanti
(2013) menunjukkan bahwa keterampilan proses sains dapat ditingkatkan dengan
menggunakan metode inkuiri terbimbing. Lebih lanjut Nur Fauzia (2013) melakukan
penelitian terhadap terhadap siswa SMA Negeri 2 Malang, dalam penelitian ini

40

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016

ISSN : 2337 - 8085

disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing sangat efektif untuk melatih melatihkan
tujuh aspek keterampilan berpikir ilmiah,antara lain merumuskan masalah;
mengidentifikasi fenomena yang diselidiki, mendesain percobaan untuk menyelidiki
fenomena, menggunakan alat untuk melakukan pengukuran, mendeskripsikan hasil
pengamatan dengan kalimat ataupun gambar, membuat kesimpulan, dan
mengkomunikasikan hasil percobaan.
Wiyanto (2014) menyimpulkan bahwa ”mahasiswa memiliki keterampilan
untuk mengajukan jawaban/hipotesis, hanya saja mereka belum terampil atau
setidaknya belum terbiasa untuk mengajukan hipotesis alterantif”. Walaupun
mahasiswa mengajukan penjelasan atau jawaban, namun tidak semua mampu
mengajukan rancangan percobaan untuk menguji setiap hipotesis atau penjelasan yang
mereka ajukan, karenanya mereka pun tidak dapat memprediksikan gejala yang akan
terjadi bila rancangan percobaannya direalisasikan. Ketidakmampuan mahasiswa dalam
merancang percobaan dan memprediksikan hasilnya tersebut diperkirakan karena
mereka belum terbiasa melakukan kegiatan laboratorium inkuiri. Dalam kegiatan
laboratorium inkuiri, peserta didik diberi kesempatan untuk melatih keterampilan
proses sains, yaitu mengungkap pertanyaan, mengajukan hipotesis, merancang
percobaan dan memprediksikan hasilnya, melakukan pengamatan untuk
mengumpulkan data, mengolah data, dan menarik kesimpulan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dikemukakan beberapa kesimpulan
berikut.
1. Dari hasil penelitian yang telah didapatkan, menunjukkan bahwa guide inquiry
sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa.
2. Keterampilan proses sains mahasiswa pada materi Osilasi Pegas mengalami
peningkatan pada kategori tinggi setelah diterapkannya metode eksperimen
berbasis inkuiri terbimbing (guide inquiry) yang ditunjukkan dengan nilai ratarata gain ternormalisasi (g) keterampilan proses sains sebesar 77%.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Akinyemi.dkk. 2010.Analysis of Science Process Skills in West African Senior
Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in
Nigeria.American-Eurasian Journal of Scientific Research 5 (4): 234-240,
2010
Cheng, K.K., et al. 2004. “Using an Online Homework System Enhances Students’
Learning Of Physics Consepts in an Introdutory Physics Course”.Journal
American Association of Physic Teacher. 72, (11),1447–1453
Conant. B. James. 1951. Science and Common Sense .New Haven, Conn.: Yale
University Press,
Fauzia, Nur. 2013. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri. Malang : UN Malang
Kristianingsih, D.D., Sukiswo. & Khanafiah, S. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Inkuiri dengan Metode Pictorial Riddle pada
41

Juli Firmansyah, Syamsul Rizal, dan Birrul Walidain

Pokok Bahasan alatalat Optik di SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 :
10-13
Obgorn.John. 1990.Science and common sense.Washington D.C.: National Science
Teachers Association.
Sabella M,& Redish E. 2007. Knowladge Activation and Organization in Physics
Problem-solving
Semiawan, C. 1989. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Gramedia
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Susanti, Wulan. 2014. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
keterampilan proses sains. Jarkarta : UIN Jakarta
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka
Vivien, Mwene. 2011. How Pre-service Teachers Understand and Perform Science
Process Skills. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education, 2012, 8(3), 167-176
Wellington J. 1998 Practical work in science: time for a re-appraisal. In: Wellington J
(ed) Practical work in school science: which way now? Routledge, New York,
pp 3–15
Wiyanto. 2014. Kegiatan Lab. Mendukung Kemampuan Berfikir Ilmiah. Surabaya:
UNES

42

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25