PAYUNG HUKUM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
RP09-1304

Kebijakan Penyediaan Perumahan
di Indonesia

Oleh:
Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc.

©RPS 2014

PAYUNG HUKUM PENYEDIAAN PERUMAHAN

GLOBAL

Uraian tentang deklarasi internasional terkait
Penyediaan hunian yang layak bagi semua
• Agenda 21 - Habitat Agenda
• Millenium Development Goals – Goal 7, Target 7D

Payung Hukum terkait Perumahan dan Permukiman

di Indonesia
LOKAL

• UUD NKRI Tahun 1945
• UU No.39 Tahun 1999
• UU No.11 Tahun 2005
• UU No.17 Tahun 2007
• UU No.1 Tahun 2011
2

PAYUNG HUKUM BIDANG PERUMAHAN DI INDONESIA

Hak untuk
bertempat tinggal

HAM ‐ Hak untuk
bertempat tinggal

Pengesahan
International

Covenant on Ecosoc

1. Adequate shelter for all
2. Sustainable human settlements development  in an urbanizing world

Arah Pembangunan 
Perkim Jangka Panjang

Hak untuk menempati
atau memiliki rumah
yang layak

Meningkatkan kehidupan
masyarakat di daerah kumuh

ROAD MAP KEBIJAKAN
PENYELENGGARAAN
PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN
3


PAYUNG HUKUM BIDANG PERUMAHAN DI INDONESIA

UUD NKRI Tahun 1945
Pasal 28H
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 40
Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.

4

PAYUNG HUKUM BIDANG PERUMAHAN DI INDONESIA

UU No.11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya)
Pasal 11

1. The States Parties to the present Covenant recognize the right of everyone
to an adequate standard of living for himself and his family, including
adequate

food,

clothing

and

housing,

and

to

the

continuous


improvement of living conditions. The States Parties will take appropriate
steps to ensure the realization of this right, recognizing to this effect the
essential importance of international co-operation based on free consent.

5

PAYUNG HUKUM BIDANG PERUMAHAN DI INDONESIA

UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Pasal 129
Dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, setiap orang
berhak:
a. menempati, menikmati, dan/atau memiliki/memperoleh rumah yang
layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;
b. melakukan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman

6

PAYUNG HUKUM BIDANG PERUMAHAN DI INDONESIA


UU No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025
ARAH PEMBANGUNAN PERKIM JANGKA PANJANG
1. Penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak,
dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana dan
sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara
profesional, kredibel, mandiri, dan efisien;
2. Penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana
pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi pembiayaan yang
berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan kerja, serta
meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan
3. Pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang
memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup.
7

PAYUNG HUKUM BIDANG PERUMAHAN DI INDONESIA

UU No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025
‰ BAB II. 2 Huruf D 5:

“Memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat untuk mewujudkan kota

tanpa permukiman kumuh”.
‰ BAB IV.1.5 BUTIR 19:

“Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya
diarahkan pada (1) penyelenggaraan pembangunan perumahan yang …..
terjangkau oleh daya beli masyarakat …

8

KESEPAKATAN GLOBAL

Deklarasi Vancouver tahun 1976 (Konferensi Habitat I):
‰ Pertanda adanya gerakan global yang berupaya meningkatkan kualitas
kehidupan melalui perbaikan pemukiman
‰ Menegaskan bahwa pemukiman dapat menjadi instrumen dan sekaligus
objek pembangunan
‰ Menjelaskan bahwa pembangunan perumahan dan pengembangan
pemukiman harus didasarkan pada asas-asas kemanusiaan yang hakiki

Deklarasi Rio de Janeiro tahun 1992:

Deklarasi asas-asas pembangunan berkelanjutan yang dalam pelaksanaannya
kemudian disepakati adanya AGENDA 21
9

KESEPAKATAN GLOBAL

AGENDA 21
‰ Merupakan program dunia tentang pembangunan berkelanjutan
memasuki abad ke-21
‰ Pemukiman menjadi salah satu program yang eksplisit dan digolongkan
sebagai program berdimensi sosial-ekonomi
‰ Memprogramkan penguatan kelompok utama dalam masyarakat sebagai
pelaku pembangunan berkelanjutan dan pengembangan sarana untuk
mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan

10

KESEPAKATAN GLOBAL

Program-program dalam AGENDA 21

‰ Penyediaan rumah yang layak bagi semua
‰ Memperbaiki pengelolaan permukiman
‰ Meningkatkan perencanaan dan pengelolaan penggunaan tanah secara
berkelanjutan
‰ Meningkatkan prasarana lingkungan
‰ Meningkatkan penggunaan energi yang berkelanjutan dan sistem
transportasi untuk permukiman
‰ Meningkatkan perencanaan dan pengelolaan permukiman di kawasan
bencana
‰ Meningkatkan industri konstruksi yang berkelanjutan
‰ Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
‰ Membangun kapasitas untuk pengembangan permukiman
11

KESEPAKATAN GLOBAL

Konferensi Habitat II di Istanbul tahun 1996
• Mengembangkan permasalahan pemukiman yang dicantumkan
dalam Agenda 21
• Menyepakati agenda khusus tentang pemukiman yang dinamakan

HABITAT AGENDA

12

KESEPAKATAN GLOBAL

HABITAT AGENDA:
• Merupakan rangkuman dari program-program AGENDA 21
• 3 Program Utama yaitu:
• Rumah yang layak bagi semua
• Pengembangan permukiman dalam dunia yang mengkota
• Pembangunan kapasitas serta pengembangan kelembagaan
• Sistematika Habitat Agenda menjadi acuan bagi Pemerintah
Indonesia dalam menyusun Kebijakan dan Strategi Nasional
Perumahan dan Permukiman.
13

KESEPAKATAN GLOBAL

Deklarasi Milenium tahun 2000:

‰ Deklarasi yang berkaitan dengan pengembangan kehidupan di dunia
‰ Dijabarkan dalam suatu sasaran yang disebut Millenium Development
Goals (MDG)
‰ Program permukiman difokuskan pada penanganan permukiman
kumuh, air bersih dan sanitasi yang digolongkan sebagai program
lingkungan berkelanjutan.

14

KESEPAKATAN GLOBAL

Millenium Development Goals (MDG’s) :
‰ Target 11: Achieve significant improvement in lives of at least 100 million
slum dwellers, by 2020.

15

KESEPAKATAN GLOBAL

KTT di Johannesburg bulan September 2002:
‰ Konferensi tentang pembangunan berkelanjutan
‰ Memberi arahan yang lebih terfokus dan lebih nyata atas Agenda 21
‰ Dituangkan dalam “Rencana Implementasi” (Johannesburg Plan of
Implementation)
‰ Permukiman menjadi program yang implisit dalam program
penanggulangan kemiskinan.

16

KELEMBAGAAN PERUMAHAN

‰ 1961:
ƒ Dibentuk Yayasan Kas Pembangunan (YKP)
‰ 1972:
ƒ Pendirian asosiasi perusahaan pengembang yang dikenal dengan nama
REI (Real Estate Indonesia).
‰ 1974:
ƒ Dibentuk Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional, yang berperan
untuk memberikan arahan kebijaksanaan pembangunan perumahan
dan permukiman.
ƒ Dibentuk Perumnas (Perusahaan Umum Perumahan Nasional) dengan
tugas sebagai pelaksana kebijakan pembangunan perumahan.
17

KELEMBAGAAN PERUMAHAN

….. lanjutan
ƒ Penugasan BTN (Bank Tabungan Negara) untuk memobilisasi dana dan
mengelola fasilitas pembiayaan yang dialokasikan pemerintah bagi
pembangunan perumahan.
‰ 1994:
ƒ Dibentuk Badan Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N).

18

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

‰ 1991:
KSNP (Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan)
‰ 1992:
Revisi KSNP (Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan)
‰ 2002:
KSNPP (Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Pemukiman)

19

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
ƒ Memberikan acuan bagi semua instansi, lembaga atau pihak-pihak terkait
dalam menangani perumahan dan permukiman.
ƒ Mengatasi kondisi perumahan saat ini dengan segala tantangan, kendala
dan peluang, sampai dengan pengembangan tugas yang meliputi lingkup
permukiman.
ƒ Dituangkan dalam Keputusan Menteri Negara Perumahan dan
Permukiman Nomor: 04/KPTS/M/1999 tentang KEBIJAKAN DAN
STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN.
ƒ Diperbarui dalam Kepmenkimpraswil No. 217/KPTS/M/2002.
20

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

KEBIJAKAN (1)
Pembangunan perumahan dan permukiman yang layak dan terjangkau bagi
seluruh lapisan masyarakat dengan mengutamakan masyarakat
berpenghasilan rendah.
STRATEGI
a. Meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat banyak untuk dapat
menghuni rumah yang layak dalam lingkungan permukiman yang sehat
dan lestari.
b. Mendorong dan mempercepat ketersediaan perumahan dan permukiman
yang terencana, terpadu, dan produktif melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi pembangunan dengan mengakomodasikan harapan dan
kemampuan masyarakat serta menerapkan teknologi tepat guna.
21

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

….. lanjutan
c. Mengembangkan dan mempercepat terwujudnya lingkungan hunian
yang berimbang dan serasi di perkotaan dan perdesaan dengan
memperhatikan aspek sosial, budaya dan ekonomi setempat, melalui
penerapan rencana penataan bangunan yang terintegrasi dalam rencana
tata ruang dan pengelolaan lingkungan yang partisipatif
d. Mendorong pembangunan perumahan dan permukiman ke arah vertikal
untuk daerah yang berkepadatan tinggi, terutama di kota-kota besar dan
metropolitan.
Kebijakan selanjutnya dapat dilihat pada Kepmen. Negara Perumahan dan
Permukiman Nomor 04/KPTS/M/1999.
22

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKIM 2010 - 2014

23

ROADMAP KEMENPERA 2010 - 2014

24

KEBIJAKAN PERUMAHAN UNTUK MBR

Revisi Undang-Undang Perumahan dan Permukiman

UU No.4
Tahun 1992

• UU tentang Perumahan dan
Permukiman

UU No.1
Tahun 2011

• UU tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman

25

KEBIJAKAN PERUMAHAN UNTUK MBR

UU No.1 Tahun 2011
‰ Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini adalah
keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah.
‰ Dalam kaitan ini, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah
dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah
melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara
bertahap dan berkelanjutan.
‰ Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah itu, dengan memberikan kemudahan, berupa
pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum,
keringanan biaya perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal.
26

REFERENSI

1. Kuswartojo, Tjuk dkk. (2005). Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Bandung: Penerbit ITB.
2. Sastra M., Suparno dan Endy Marlina (2006). Perencanaan dan
Pengembangan Perumahan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
3. Sinulingga, Budi D. (1999). Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan
Lokal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
4. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
5. Kepmen. Perumahan dan Permukiman Nomor: 04/Kpts/M/1999 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman.
6. Peraturan dan Perundang-undangan lain yang terkait.

27

Terima Kasih

28