BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Guru dan Sertifikasi

2.1.1. Guru

  Menurut Atmaka (2004: 17) pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.

  Suparlan mengungkapkan hal yang berbeda tentang pengertian guru. Menurut Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspek yaitu spiritual, emosional, intelektual, dan fisikal. Suparlan (2008: 13) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru sudah memperoleh surat keputusan untuk mengajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru telah memperoleh Surat Keputusan (SK) baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik.Bisa dikatakan bahwa seorang guru atau pendidik harus memiliki dan menguasai keahliannya sebagai seorang pengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  Mulyasa (2003: 53) pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Menurut Permendikbud Nomor 16 Tahun

  2009 Guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

  Persamaan dari pendapat para ahli tersebut, guru adalah pendidik yang mempunyai tugas memberi pengetahuan baru pada peserta didik serta membimbing dan menilai serta mengevaluasi hasilnya dan dapat dipertanggung jawabkan secara didaktis dan metodis. Guru adalah jabatan profesi sehingga seorang guru diharapkan mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang disebut professional jika sanggup mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan selalu berpegang teguh pada prinsip- prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur- unsur ilmu atau teori secara sistematis, kewenangan profesional, pengakuan dari masyarakat, dan kode etik yang regulatif.

  Guru sebagai seorang pendidik profesional memiliki tugas utama seperti pada Nomor 14 Tahun 2005. Guru melaksanakan tugasnya dengan menerapkan norma tertentu yang diperolehnya melalui pendidikan profesi. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 38 tentang Standar Nasional Pendidikan, pendidik atau guru adalah agen pembelajaran yang harus memiliki Kualifikasi Akademik Guru Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 kualifikasi akademik yang harus dimiliki oleh guru SD/MI harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 (D4) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang ter akreditasi. Juga harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial, maka kompetensi guru diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi.

2.1.2. Sertifikasi Guru

  Certification merupakan kata asal dari sertifikasi

  yang artinya pengakuan atau diploma secara resmi kompetensi seseorang untuk pengakuan suatu jabatan yang sudah profesional. Untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru pemerintah menyusun kebijakan sertifikasi guru.

  Tujuan dan manfaat sertifikasi adalah upaya untuk mengangkat martabat bangsa melalui pendidikan dalam menjamin kualitas pendidikan nasional dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran secara berkelanjutan, sertifikasi ini khusus untuk membenahi kualitas tenaga pendidik. Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan nasional (2007) menyebutkan bahwa:

  

Program sertifikasi pendidik bertujuan untuk (1)

menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan

tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan

tujuan pendidik nasional;(2) meningkatkan proses

dan mutu hasil pendidikan;(3) meningkatkan

martabat guru; (4) meningkatkan profesionalisme

guru.

  Manfaat sertifikasi pendidik dan kependidikan menurut Mulyasa (2009) yaitu untuk pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan dalam rangka pengembangan kompetensi, pengembangan dan peningkatan program pelatihan yang lebih bermutu.

  Dari kutipan Muslich (2007) ada beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen berkaitan dengan sertifikasi guru sebagai berikut :

  a.

  

Pasal 1 butir 11 sertifikasi adalah proses

pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen.

  b.

  Pasal 8 guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

  c.

  

Pasal 16 Guru yang memiliki sertifikat pendidik

memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali dari gaji.

  Menurut Mulyasa (2007:33), pengertian sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai tenaga yang professional, sedangkan sertifikasi guru yaitu suatu proses pemberian pengakuan bahwa seorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu setelah lulus uji kompetensi. Jadi dapat dinyatakan bahwa sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian

  .

  sertifikat pendidik Undang-Undang Tahun 2005 Nomor 14 Guru dan

  Dosen menyatakan bahwa sertifikasi sebagai bagian dari peningkatan dari mutu guru dan peningkatan kesejahteraan. Melalui sertifikasi ini guru menjadi pendidik yang profesional, dan berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. Oleh karena itu, guru berhak mendapatkan imbalan (reward) berupa tunjangan profesi dari pemerintah sebesar satu kali gaji pokok.

  Dari uraian tersebut kebijakan sertifikasi memiliki target untuk mengoptimalkan kinerja guru sehingga mampu mendorong peningkatan kualitas lulusan yang akan berdampak baik dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Untuk mengendalikan keberhasilan sertifikasi guru, perlu dilakukan evaluasi kinerja guru secara berkala. Evaluasi ini berguna sebagai kontrol pencapaian tujuan program sertifikasi dengan adanya evaluasi kinerja dapat diketahui kelemahan-kelemahan masing-masing guru sehingga bisa direncanakan solusi yang terbaik untuk meningkatkan kinerjanya.

2.2. Kinerja

2.2.1. Pengertian Kinerja

  Kata kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata performance yang berarti menampilkan. Pendapat para ahli tentang kinerja cukup beragam. Menurut Sulistyorini dalam Mulyasa (2013) mengemukakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan.

  Kinerja sangat berkaitan dengan hasil kerja. Menurut Lan (dalam Mulyasa, 2013) kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi, pelaksanaan, pencapaian dan hasil kerja atau unjuk kerja. Sejalan dengan itu Smith (dalam Mulyasa, 2013) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Gomes mengatakan kinerja adalah catatan hasil produksi pada fungsi pekerjaan yang spesifik atau aktifitas selama periode tertentu. Pendapat dari Samsudin menyebutkan bahwa kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang dan unit, atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mancapai tujuan organisasi atau perusahaan.

  Pendapat Samsudin hampir sama dengan pendapat Fattah dan Mulyasa yaitu mendefinisikan kinerja sebagai ungkapan kemampuan dalam menghasilkan sesuatu atau bisa dikatakan sebagai hasil dari proses dalam melakukan suatu tindakan kerja. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam bahasan ini difokuskan pada kinerja guru mengajar di Sekolah Dasar (SD).

  Kemudian menurut Sulistiyani (2003: 223) “Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”. Hasibuan (2001: 34) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

  Kinerja dapat diartikan sebagai hasil prestasi kerja seseorang berdasarkan kecakapannya/kompetensinya.

  Dari definisi-definisi tersebut, kinerja seorang karyawan bisa dikatakan baik atau buruk dilihat dari seberapa banyak aspek kerja yang menjadi tanggung jawabnya telah dilaksanakan sesuai ketentuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap bidang pekerjaan memiliki standar kerja yang harus dipenuhi oleh masing-masing karyawan.

  Menurut Rivai ( 2004: 309) mengemukakan kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2001). Dari pengertian Mangkunegara ditambahkan bahwa kinerja bukan hanya dilihat sebagai kualitas baik atau buruknya namun juga dilihat dari kuantitas. Yaitu seberapa banyak aspek kerja yang bisa dicapai sesuai tujuan atau target kerja masing-masing karyawan.

2.2.2. Kinerja Guru

  Kinerja mengajar adalah suatu prestasi yang diperlihatkan guru dalam menyampaikan materi pem- belajaran karena guru tersebut mempunyai kemam- puan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi (Sudiyono, 2011). Kinerja guru merupakan penam- pakan kompetensi yang dimiliki oleh guru, yaitu kemampuan sebagai guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya secara layak dan bertanggungjawab (Usman, 2002). Dengan kata lain kinerja mengajar guru dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian dan kompetensi untuk mendidik anak sesuai ketentuan yang berlaku.

  Soedjiartie (dalam Tjandralila, 2004) mengatakan ada tiga gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru yaitu : 1.

  merencanakan program belajar mengajar 2. melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar

  3. penilaian kemampuan proses belajar mengajar, menafsirkan, dan memanfaatkan hasil kemajuan belajar mengajar dan informasi lainya untuk menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya.

  Tiga kecakapan tersebut akan mendukung guru dalam menjalankan proses pembelajaran yang merupakan peran guru sebagai seorang pendidik profesional. Menurut Miarso yang dikutip dalam Siregar (2011: 12) pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelum proses dilaksanakan serta pelaksanaanya terkendali. Pembelajaran adalah suatu proses sehingga terdapat komponen-komponen yang saling terkait di dalamnya yang mencakup pendidik, peserta didik, kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan lain-lain (Djamarah, 2010: 325). Hubungan antar komponen- komponen tersebut salah satunya akan membentuk proses pembelajaran.

  Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses yang berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Standar proses meliputi proses perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berikut penjelasan detail proses pembelajaran:

  1. Perencanaan Proses Pembelajaran

  Bintoro Tjokroaminoto mendefinisikan perencanaan sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. SP Siagian juga mendefinisikan perencanaan sebagai proses, yaitu keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang mengenai hal-hal yang akan dikerjakan di masa akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

  Dalam konteks pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran adalah proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajar- an, menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran serta penilaian dalam suatu alokasi waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

  Berdasarkan Permendiknas Nomor

  41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk, berikut prisnsip dasar dalam menyusun perenca- naan pembelajaran :

  a. Memperhatiakan perbedaan individu peserta didik, b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik, c. Mengembangkan budaya membeca dan menulis, d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut, e. keterkaitan dan keterpaduan, f. menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

  2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

  Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi komponen penting dalam mewujudkan kualitas output pendidikan. Oleh karena itu pelaksanaan proses pembelajaran harus dilaksanakan secara tepat, ideal, dan proporsional. Dengan demikian guru harus mampu mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran ke dalam realitas pembelajaran yang sebenarnya.

  Menurut Roy R Lefrancois yang dikutip oleh Djiwandon (1989) menyatakan bahwa pelaksana- an pembelajaran adalah pelaksanaan strategi- strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembe- lajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

3. Penilaian Hasil Pembelajaran

  Penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dalam proses pembelajaran, penilaian memegang peranan yang penting salah satunya untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Seperti yang diungkapkan oleh Gronlund (dalam Sudjana 2010), bahwa penilaian dilakukan untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.

  Menurut Purwanto (2002: 5) penilaian hasil pembelajaran mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

  (a)Alat untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu. (b) Alat untuk mengetahui keberhasilan program pembelajaran. (c) Alat untuk keperluan bimbingan konseling. (d) Alat untuk keperluan pengembangan dan perbaikan.

  Selain itu penilian hasil belajar didasarkan pada beberapa prinsip yaitu :

  (a)penilaian mencerminkan didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. (b) penilaian berdasarkan prosedur dan kriteria yang jelas. (c) penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik. (d) penilaian tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. (e) terbuka. (f) penilaian dilakukan secara berencana dan sistematis. (g) penilaian didasarkan pada pencapaian kompetensi yang ditetapkan. (h) akuntabel.

  Kinerja mengajar guru baik jika guru telah melakukan unsur-unsur tugas utama guru tersebut dengan kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugasnya dalam mengajar. Mengembangkan dan menguasai bahan pelajaran, disiplin, dan kreativitas dalam melaksanakan tugasnya. Teori dasar yang digunakan sebagai landasan tentang kinerja guru menurut T.R. Mithcell (dalam Mangkunegara, 2000) yaitu:

  

Human Performance = Ability + Motivation

Motivation = Attitude + Situation

Ability = Knowledge + Skill

  Motivasi dan abilitas dari formula tersebut adalah unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Berikut penjelasan Mangkunegara (2000) tentang faktor yang mempengaruhi kinerja guru : a.

  Faktor Kemampuan (Ability) Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Yang artinya seseorang dengan pendidikan yang memadai dan keterampilan dalam mengerjakan pekerjaanya akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

  b.

  Faktor Motivasi Motivasi diartikan sebagai suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Dari uraian tentang faktor yang mempengaruhi kinerja guru, motivasi kerja juga memiliki peran penting dalam optimalisasi kinerja selain kemampuan potensi diri. Seseorang dengan kemampuan (IQ) yang tinggi belum tentu memiliki kinerja yang baik apabila tidak didukung dengan adanya motivasi kerja yang positif. Maka dari itu lingkungan kerja dan hubungan kerja perlu diperhatikan utuk meningkatkan kinerja guru.

2.3. Evaluasi Kinerja

2.3.1. Evaluasi

  Evaluasi erat kaitanya dengan pengukuran, dan penilaian. Pengukuran didevinisikan sebagai proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan (Purwanti, 2008:7). Sridadi (2007:15) menyatakan bahwa pengukuran adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku. Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa esensi pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang suatu karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Dimana fakta/gejala/peristiwa yang diamati bisa dikuantitatifkan/diangkakan sesuai dengan standar ukuran suatu objek yang telah ditentukan. Dalam bidang pendidikan misalnya, pengawas sekolah menaksir prestasi kerja guru dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan guru, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan. Untuk kemudian semua yang diamati dikuantitatifkan dalam angka yang sesuai dengan standar.

  Sedangkan penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran (Merpadi,1999:8). Bisa dikatakan bahwa setelah dilakukan pengukuran, hasil pengukuran tersebut ditafsirkan dengan ukuran kualitatif sesuai kriteria atau aturan tertentu, misalnya dalam ukuran baik atau buruk.

  Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran, maupun tes. Evaluasi adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh simpulan (Yunanda, 2009). Menurut Stufflebeam dan Shinkfield (dalam Widoyoko, 2009) bahwa evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membentuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Peryataan Arikunto, Yunanda, dan Shinkfield tentang definisi evaluasi memiliki kesamaan. Mereka mendefinisikan evaluasi sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam mengungkapkan keadaan atau menentukan keputusan tertentu. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk mempuat kesimpulan atau menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

  Dari kajian tentang pengukuran, penilaian, dan evaluasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan atau bisa digambarkan sebagai berikut (Purwanti,2008) :

  Evaluasi Penilaian

  Pengukuran

Gambar 2.1. Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran

  Pada prinsipnya evaluasi pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam tiga cakupan penting, yaitu evaluasi kinerja, evaluasi program, dan evaluasi sistem (Sukardi, 2008: 5). Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang dikemukakan Mengginson (dalam Mangkunegara, 2001) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Selanjutnya Sikula yang dikutip (dalam Mangkunegara, 2001) mengemukakan bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dikembangkan. Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Pelatihan kerja secara tepat dan tanggung jawab kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan lebih baik dimasa yang akan datang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.

  Ada tiga elemen penting dalam evaluasi yaitu (1) kriteria/pembanding yaitu merupakan ciri ideal dari situasi yang diinginkan yang dapat dirumuskan melalui tujuan operasional, (2) bukti/kejadian adalah kenyataan yang ada yang diperoleh dari hasil penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang dibentuk dengan membandingkan kriteria dengan kejadian (Sutjipta, 2009). Dalam evaluasi kinerja elemen tersebut dinyatakan dalam bentuk instrumen penelitian yang akan membantu pemimpin untuk menyimpulkan dan membuat keputusan.

  Menurut Mangkunegara (2005: 13) evaluasi kinerja menyatakan bahwa secara singkat dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar evaluasi kinerja sebagai berikut:

  1. Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap persoalan yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja 2. Selalu didasarkan atas suatu pertemuan pendapat atau hasil diskusi.

  3. Suatu proses manajemen yang alami/natural, jangan merasa dan menimbulkan kesan yang terpaksa.

  Dari prinsip dan elemen penting tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan evalusi kinerja perlu dilakukan perencanaan evalusi secara baik dengan instrument penilaian yang jelas yang disetujui oleh kedua belah pihak, didasari oleh permasalahan yang nyata, dan pengambilan keputusan dilakukan dengan diskusi hasil evaluasi.

  Menurut Mangkunegara (2005: 11) kegunaan dari evaluasi kinerja kerja sebagai berikut:

  1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

  2. Untuk mengukur sejauh mana karyawan dapat menyelesaikan pekerjaanya.

  3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi evektifitas seluruh kegiatan dalam organisasi/perusahaan.

  4. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan shingga tercapai performance yang baik.

  5. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

  6. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapan karyawan.

2.3.2. Evaluasi Kinerja Mengajar Guru

  Dalam bahasan ini kinerja yang akan dievaluasi adalah kinerja mengajar guru. Pekerjaan utama seorang guru adalah mengajar siswa. Soedjiartie (dalam Tjandralila, 2004) mengatakan ada tiga gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru yaitu :

  1. merencanakan program belajar mengajar 2. melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar

  3. penilaian kemampuan proses belajar mengajar, menafsirkan, dan memanfaatkan hasil kemajuan belajar mengajar dan informasi lainya untuk menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya.

  Dari gugusan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja guru adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap kegiatan mengajar seorang guru di kelas, dalam proses merencanakan kegiatan belajar mengajar, mengelola kegiatan belajar mengajar, dan menilai kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.

  Kegiatan evaluasi kinerja mengajar guru penting dilakukan untuk mengetaui apakah seorang guru telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan standar yang berlaku yaitu standar proses dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Terutama bagi guru yang telah mendapatkan tunjangan sertifikasi. Dengan kegiatan evaluasi diharapkan bisa diketahui bagaimana kinerja guru yang telah bersertifikasi dan apakah tunjangan profesi yang diberikan kepadanya mampu memberikan dampak dalam peningkatkan kinerja seorang guru.

  Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja suatu organisasi melalui peningkatan kinerja dari sumberdaya manusia dalam organisasi tersebut. Selain itu ada peran dari evaluasi kinerja yang dikemukakan oleh Agus Sunyoto (1999) yaitu :

  

(a)Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang

karyawan. (b)mengukur sejauh mana seorang

karyawan dapat menyelesakan pekerjaanya (c)

sebagai alat untuk melihat kekurangan atau

kelemahan karyawan (d) sebagai indikator untuk

menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan

  Dari penjelasan tersebut dinyatakan bahwa dengan evaluasi kinerja seorang atasan bisa mengetahui kekurangan dan kelemahan dari seorang karyawan, dalam penelitian ini adalah guru. Setelah mengetahui kelemahan itu atasan bisa merumuskan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerja karyawannya. Jadi evaluasi kinerja mengajar guru bisa digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugasnya sesuai standar ketentuan.

  Penilaian erat kaitannya dengan evaluasi. Secara umum orang mengidentikkan kegiatan evaluasi dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan. Penilaian adalah penerapan beberapa cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana ketercapaian suatu tujuan. Sedangkan evaluasi bisa dikatakan sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang didapat dari proses penilaian yang sangat dibutuhkan untuk mebuat alternatif-alternatif keputusan. Jadi penilaian adalah satu kegiatan di dalam proses evaluasi.

  Ada beberapa program penilaian yang dilakukan untuk mengevaluasi kinerja guru. Salah satu program penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kompetensi guru adalah PKG (Penilaian Kinerja Guru). PKG ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kompetensi guru dan mengembangkan kinerja keprofesiannya. Dengan adanya PKG fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dapat dilaksanakan sesuai aturan yang berlaku sehingga terjamin proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan. Dari hasil PKG ini akan diketahui kelemahan dan kekurangan guru dalam melaksanakan tugas profesinya, kemudian dari hasil tersebut dapat dirumuskan kegiatan pelatihan dan bimbingan yang dibutuhkan oleh guru untuk mengoptimalkan kinerja.

  Selain itu di negara-negara lain juga menerapkan sistem penilaian kinerja guru salah satunya adalah TGTCFS (The General Theaching Council For Scotland) yang berisi standar-standar yang harus dimiliki oleh pengajar di Scotlandia. Di Amerika terdapat National

  

Board for Professional Teaching Standards yang berisi

  standar yang harus dimiliki guru sebagai tenaga profesional. Sistem ini berkonsep sama dengan PKG yang ada di Indonesia yaitu menyusun standar-standar kinerja seorang guru atau job description dari seorang guru untuk kemudian dijadikan acuan melakukan penilain kinerja. Penilaian kinerja dengan standar yang telah ditentukan dapat diketahui berapa banyak standar yang telah dipenuhi oleh guru dan dapat diketahui standar-standar yang menjadi kelemahan kinerja guru.

2.4. Penelitian yang Relevan

  Masturiyah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Kinerja Mengajar Guru-Guru Bersertifikasi di Daerah Binaan 3 Kecamatan Kranggan menggunakan metode deskriptif untuk memaparkan hasil penelitian- nya. Masturiyah dengan instrumen penelitian berupa kuesioner dan angket observasi menemukan bahwa kinerja mengajar guru-guru bersertifikasi di daerah binaan 3 Kecamatan Kranggan berada pada kategori cukup baik dilihat dari perencanaan pembelajaran, yaitu RPP yang dibuat oleh guru serta kelengkapan administrasi untuk evaluasi. Kinerja mengajar guru dari segi pelaksanaan, langkah pembelajaran, dan pengelolaan kelas berada pada kategori baik. Sedang- kan kinerja mengajar guru dilihat dari cara guru memberikan evaluasi hasil belajar siswa masuk pada kategori cukup.

  Yari (2011) dalam jurnal nasional yang berjudul Perbedaan Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Perolehan Sertifikat Pendidik dan Latar Belakang Pendidikan menemukan bahwa tidak ada perbedaan kinerja mengajar yang signifikan antara guru yang telah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi. Ini didukung dengan adanya penelitian Darmini (2012) dalam judul Persepsi Guru Non Sertifikasi terhadap Etos Kerja dan Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar Bersertifikasi Kecamatan Kandangan menemukan bahwa kinerja guru yang bersertifikasi belum memenuhi kriteria baik, dimana kinerjanya tidak jauh berbeda dengan kinerja mengajar guru non sertifikasi di Gugus Cengkeh Kecamatan Kandangan.

  Trisnawati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kinerja Guru Bersertifikasi pada Sekolah Dasar Negeri dalam Menyusun RPP se Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang menemukan bahwa 57% guru di Kecamatan Poncokusumo telah membuat RPP dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam jurnal pendidikan yang ditulis oleh Pasaribu (2012) ditemukan bahwa ada perbedaan kinerja guru mengajar antara guru yang bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi di Kecamatan Garoga, Tapanuli Utara. Namun dalam jurnal yang ditulis oleh Fitriani (2014) dengan judul Uji Beda Kinerja dan Kompetensi Antara Guru Bersertifikasi dan Guru Belum Bersertifikasi di SMPN

  02 Pacangan Jepara mengemukakan bahwa sertifikasi guru tidak memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan kinerja dan kompetensi guru.

  Dalam Education Policy Analysis Archives Journal

  

Vol. 12 Vandevoort (2004) menemukan bahwa murid

  yang diajar oleh guru yang telah tersertifikasi The

  

National Board for Professional Teaching Standards

  (NBPTS) mendapatkan nilai yang lebih tinggi dalam ujian akhir dibandingkan dengan siswa yang diajar oleh guru biasa. Namun ini berbeda dengan penelitian Sanders (2005) yang berjudul Comparison of the Effects

  

of NBPTS Certified Teachers with Other Teachers on the

Rate Of Student Academic Progress menemukan bahwa

  murid yang diajar oleh guru yang memiliki sertifikat

  

The National Board for Professional Teaching

  mendapatkan nilai ujian yang rata-rata sama dengan murid yang diajar oleh guru biasa.

  Dalam Analysis On The Difference Between The

  

Teaching Performance Of Certified Teachers And Non-

Certified Teachers yang ditulis oleh Hidayat (2014)

  ditemukan bahwa performa kerja guru SMP di Jakarta Timur menunjukkan prestasi kerja yang baik, dan ada perbedaan kinerja antara guru yang telah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi. Guru yang bersertifikasi menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding guru yang belum bersertifikasi dari hasil observasi mengajar.

  Dalam jurnal-jurnal penelitian tersebut evaluasi atau penilaian kinerja guru pasca sertifikasi dilihat dari capaian nilai peserta didik dalam ujian sekolah maupun ujian nasional. Penelitian-penelitian tersebut juga menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis data statistik. Dalam penelitian ini kinerja guru akan dievaluasi dari proses guru melakukan pembelajaran di kelas dengan metode kombinasi yaitu mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif.

  Menilai Hasil REKOMENDASI EVALUASI

2.5. Merencanakan Melaksanakan Kerangka Pikir

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

  Guru yang telah bersertifikasi dituntut untuk memiliki kinerja yang optimal dan memiliki etos kerja yang baik. Untuk mengetahui kinerja guru-guru yang telah bersertifikasi perlu dilakukan evaluasi kinerja.

  Secara konseptual, ada tiga kemampuan yang harus dikuasai seorang guru, yaitu: merencanakan, melaksanakan, dan memimpin proses belajar mengajar, menilai dan mengevaluasi kemajuan proses belajar mengajar. Maka dari itu akan dilakukan evaluasi kinerja guru mengajar pada tiga tahapan tersebut.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 30

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Tema

0 1 52

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Pendidikan dengan Model in House Training (IHT) bagi Guru SD Negeri I Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 118

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Home Visit untuk Meningkatkan Partisipasi Orang Tua Siswa di SDN Kedawung Kecamatan Kandangan Temanggung

0 0 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Home Visit untuk Meningkatkan Partisipasi Orang Tua Siswa di SDN Kedawung Kecamatan Kandangan Temanggung

0 0 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Home Visit untuk Meningkatkan Partisipasi Orang Tua Siswa di SDN Kedawung Kecamatan Kandangan Temanggung

0 0 9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Home Visit untuk Meningkatkan Partisipasi Orang Tua Siswa di SDN Kedawung Kecamatan Kandangan Temanggung

0 0 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Home Visit untuk Meningkatkan Partisipasi Orang Tua Siswa di SDN Kedawung Kecamatan Kandangan Temanggung

0 0 87