Siklus Batuan statis DAN PENJELASANNYA
1. SIKLUS BATUAN
Pada awalnya, magma terbentuk secara alamiah dalam waktu berjuta-juta tahun
dan menjadi unsur pembentuk lapisan inti bumi. Magma tidak terbentuk di semua
wilayah di bumi. Melainkan magma hanya terdapat di beberapa tempat di bawah
permukaan yang disebut kamar magma.
Karena sifatnya yang dinamis, magma terus bergerak. Gerakan ini membuat
magma mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah dari kamar magma.
Akibatnya
magma
mengalami
kristalisasi
dan
sebagiannya
membeku
menjadi batuan beku. Jika proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan
bumi disebut batuan beku intrusif (misalnya batuan granit dan diorit), sedangkan
jika proses pembekuannya berlangsung di permukaan disebut batuan beku
ekstrusif (misalnya basal dan andesit) (Baca juga 5 Proses pembentukan Batuan
Beku Intrusif dan Ekstrusif)
Batuan beku yang terbentuk dari proses kristalisasi magma ini lama kelamaan
akan mengalami pelapukan. Pelapukan pertama kali terjadi pada batuan beku
ekstrusif yang ada di atas permukaan bumi. Hasil pelapukan batuan beku ini akan
mengendap melalui proses yang disebut erosi (Silahkan baca : Macam- macam
Erosi Berdasarkan Penyebabnya). Endapan dari hasil pelapukan batuan beku itu
akan mengeras membentuk batuan sedimen. Sementara itu batuan beku intrusif
yang ada di bawah permukaan bumi akn terus bergerak sampai di permukaan bumi
melalui serangkaian peristiwa tektonik dan vulkanik. Sesampainya di permukaan
bumi, ia juga akan menmgalami pelapukan dan pengendapan.
Sementara itu batuan beku intrusif yang tidak berhasil sampai di permukaan akan
terus terkubur lebih dalam akibat tekanan di atas. Semakin dalam posisinya,
semakin besar tekanan dan suhu yang ia terima. Akibatnya batuan beku ini akan
mengalami perubahan baik dari bentuk maupun susunan kimianya menjadi batuan
metamorf (malihan)
Batuan sedimen yang berasal dari pengendapan sisa-sisa pelapukan batuan beku
juga umumnya berada dibawah permukaan bumi. Batuan sedimen ini juga akan
terus bergerak semakin dalam karena di permukaan bumi terus terbentuk lapisan
sedimen baru. Lapisan batuan sedimen baru ini akan menghimpit lapisan sedimen
sebelumnya sehingga bergerak makin turun mendekati kamar magma. Akibatnya
batuan sedimen ini juga menerima tekanan dan suhu yang tinggi sehingga
bermetamorfosis menajadi batuan malihan.
Perubahan suhu dan tekanan juga mempengaruhi batuan sedimen. Batuan
sedimen juga mengalami perubahan secara perlahan-lahan dan berlangsung lama
menjadi batuan metamorf. Sementara itu sebagian dari batuan sedimen juga bisa
melapuk karena waktu. Hasil pelapukannya mengendap dan mengeras. Yang
menghasilkan batuan sedimen jenis baru. Bisa sama dengan asalnya atau bisa
berbeda sama sekali.
Dalam perjalannnya, batuan metamorf juga mengalami pelapukan serupa dan
berubah kembali menjadi batuan sedimen. Selain itu batuan metamorf yang
memiliki struktur kimia sangat berbeda dengan batuan sedimen dan batuan beku
akan meleleh dan kembali menjadi magma.
Proses yang sama berlangsung kembali.
Siklus ini telah terjadi sejak jutaan atau bahkan miliaran tahun yang lalu. Dan siklus ini
akan terus berlangsung. Setiap jenis batuan akan tetap tersingkap dan terangkat. Batuan
itu akan melapuk dan mengalami erosi. Batuan itu akan terus mengendap dan
bermetamorfosis. Begitulah rancangan alam yang luar biasa. Dengan begitu jumlah
magma/batu di bumi akan tetap sama.
2.
BENTUKAN INTRUSI MAGMA
1. Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai
akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
2. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang
menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa
cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
3. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara
lapisan batuan.
4. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisanlapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
5. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
6. Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari
dapur magma sampai ke permukaan bumi.
3. SINKLINAL DAN ANTIKLINAL
Antiklinal
Antiklinal adalah bagian dari lipatan yang memiliki posisi lebih tinggi dari bagian
lipatan
lainnya.
Lipatan
antiklinal
akan
membentuk
bumi
menjadi
cembung,Contohnya pada pegunungan atau perbukitan.
Sinklinal
Sinklinal adalah bagian lipatan yang memiliki bagian yang lebih rendah dari bagian
lipatan lainnya. Lipatan sinklinal akan membentuk suatu permukaan bumi menjadi
cekung, Contohnya : pada lembah.
Sebuah formasi lipatan yang kompleks dapat terjadi bila ada gabungan lipatan
sinklinal dan antiklinal. Puncak lipatan ini biasanya disebut dengan antiklinorium,
sedangkan pada cekungan lipatan biasa disebut dengan sinklinorium. Bentuk-bentuk
lipatan ada beberapa macam dan di antaranya yakni lipatan tegak, miring,
menggantung, isoklinal, dan rebah.
4. HORST DAN GRABEN
Horst adalah hasil dari terjadinya patahan pada kulit bumi yang mengalami
pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
sekitarnya. Pegunungan Vosges di Perancis adalah salah satu contoh dari terjadinya
horst.
Graben atau slenk adalah hasil dari patahan pada kulit bumi yang mengalami
depresi dan terletak di antara dua bagian yang lebih tinggi. Bagian yang lebih tinggi
disebut dengan horst.
Beberapa nama graben yang terkenal:
Danau Baikal, Siberia, Rusia
Graben Lambert, Antartika
Lembah Sungai Saguenay, Quebec, Kanada
5. Lapisan Atmosfer merupakan lapisan gas yang
berada di luar bumi sejak jarak 0 sampai dengan
lebih dari 800 kilo meter diatasnya. Lapisan ini juga
banyak mengalami transisi di antara pembatas
lapisan satu dengan lapisan lainnya. Bukan berupa
batas yang kaku dan saklek, namun pembatas itu
mulai pelan pelan, tipis dan lambat laun dengan
ketinggian yang lebih terjadi proses kimia yang
lain. Sudah banyak sekali study yang meneliti
adanya lapisan atmosfer ini.
1. Lapisan Troposfer
Lapisan Troposfer adalah lapisan yang paling dekat
dengan permukaan bumi. Ketebalan Lapisan
Troposfer ini adalah sekitar 11km, ketebalannya
berbeda-beda disetiap tempat tergantung pada
faktor kondisi musim, letak lintang tempat dan waktu
yang berlaku di bumi. Campuran gas pada lapisan ini
sangat cocok untuk kehidupan di bumi ini. Lapisan
yang paling bawah ini merupakan penyeimbang
panas pada permukaan bumi. Perubahan iklim dan
cuaca seperti kelembaban, suhu, hujan, petir dan
tekanan udara terjadi di lapisan.
2. Lapisan Stratosfer
Lapisan Stratosfer adalah lapisan kedua dari atmosfer yang berada di ketinggian
hingga 11km – 48km dari permukaan bumi. Lapisan ini mengandung Ozon sehingga
disebut juga disebut juga Ozonosfer. Lapisan Stratosfer yang mengandung Ozon ini
merupakan lapisan yang penting untuk menyerap dan menyaring radiasi sinar
matahari yang berbahaya. Lapisan ini merupakan tempat terbangnya pesawat.
3. Lapisan Mesosfer
Lapisan ketiga Atmosfer disebut dengan Lapisan Mesosfer. Lapisan ini berada di
ketinggian sekitar 48km hingga 80km dari permukaan bumi. Umumnya, Meteor atau
benda asing dari luas angkasa akan terbakar ataupun terkikis di lapisan Mesosfer ini.
Terjadi penurun Suhu di lapisan ini sehingga terjadi pembentukan kristal es yang
berasal dari uap air. Lapisan yang membatasi lapisan Stratosfer dengan lapisan
Mesosfer ini disebut dengan stratopause.
4. Lapisan Termosfer
Lapisan Termosfer ini berada di atas lapisan Mesosfer dan merupakan lapisan
keempat dari Atmosfer. Lapisan Termosfer ini terletak di ketinggian sekitar 80km
hingga 482km. Sesuai dengan namanya yaitu Termosfer (Termo artinya panas),
Temperatur atau Suhu di lapisan ini bisa mencapai 1.232°C. Lapisan ini mengandung
Partikel Ion yang dapat membantu memantulkan gelombang radio. Lapisan Mesosfer
dan Lapisan Termosfer dibatasi oleh lapisan yang disebut dengan Mesopause.
5. Lapisan Eksosfer
Lapisan Eksosfer adalah lapisan yang paling luar dari lapisan Atmosfer dan
didominasi oleh butir-butir gas hidrogen (H 2) yang sangat tipis. Lapisan Eksosfer
berada di ketinggian sekitar 482km hingga 1.000km dari permukaan bumi. Lapisan
ini juga dijadikan sebagai tempat orbit Satelit-satelit buatan manusia. Pengaruh
Gravitasi Bumi pada lapisan Eksosfer ini hampir terasa sehingga butir-butir gas yang
terdapat pada lapisan ini dapat dengan mudah bergerak menuju ke angkasa luar.
Lapisan Eksosfer disebut juga dengan lapisan Disipasisfer.
6. JENIS AWAN BERDASARKAN KETINGGIAN
1.Kelompok Awan Tinggi
Pada kawasan tropis, awan ini terletak di ketinggian 6-18 km, pada kawasan iklim sedang
awan ini terletak pada ketinggian 5-13 km, sedangkan di kawasan kutub terletak pada 38 km.
Awan yang tergolong ke dalam awan tinggi adalah :
a.Awan Sirrus (Ci)
Awan ini halus, dan berstruktur seperti
serat
dan
bentuknya
mirip
bulu
burung.Awan ini juga sering tersusun
seperti pita yang melengkung di langit,
sehingga seakan-akan tampak bertemu
pada satu atau dua titik horizon
Awan ini tidak menimbulkan hujan.
Awan ini terdiri daripada halbor air yang
terjadi disebabkan suhu terlalu dingin
pada atmosfer.
Awan Sirus ini ditiupkan angin timuran yang bergelora. Awan ini berwarna putih
dengan pinggiran tidak jelas.
b.Awan Sirostratus (Ci-St)
Bentuknya seperti kelembu putih yang
halus dan rata menutup seluruh langit
sehingga tampak cerah, bisa juga terlihat
seperti anyaman yang bentuknya tidak
teratur.
Awan
ini
juga
menimbulkan
hallo(lingkaran
yang
bulat)
yang
mengelilingi matahari dan bulan yang
biasanya terjadi di musim kemarau.
c.Awan Sirokumulus(Ci-Cu)
Awan ini bentuknya seperti terputus-putus dan
penuh dengan kristal-kristal es sehingga
bentuknya seperti sekelompok domba dan sering
menimbulkan bayangan.
2.Kelompok Awan Sedang
Pada kawasan tropis awan ini terletak di ketinggian 2-8 km, pada kawasan iklim sedang
terletak di ketinggian 2-7 km, sedangkan pada kawasan kutub terletak di ketinggian 2-4
km.
Yang termasuk dalam awan sedang antara lain :
a.Awan Altokumulus(A-Cu)
Awan ini kecil-kecil, tapi jumlahnya
banyak
Awan Altokumulus berwarna kelabu atau
putih dilihat pada waktu senja.
Biasanya berbentuk seperti bola yang
agak tebal. Awan ini bergerombol dan
sering berdekatan sehingga tampak saling
bergandengan.
Tiap-Tiap elemen nampak jelas tersisih
aantara satu sama lain dengan warna
membedakannya dengan Sirokumulus.
b.Awan Altostratus(A-St)
Awan Altostratus berwarna kekelabuan
dan meliputi hampir keseluruhan langit.
Awan ini menghasilkan hujan apabila
cukup tebal.
Awan-awan di atas terbentuk pada waktu
senja dan malam hari dan menghilang
apabila matahari terbit di awal pagi.
keputihan
dan
kelabu
yang
3.Kelompok Awan Rendah
Awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km, yang tergolong ke dalam awan
rendah antara lain :
a.Awan Stratokumulus(St-Cu)
Awan ini berbentuk seperti bola-bola yang
seringg menutupi daerah seluruh langit,
sehingga tampak seperti gelombang.
Lapisan awan ini tipis dan tidak
menghasilkan hujan.
Awan ini berwarna kelabu/putih yang
terjadi pada petang dan senja apabila
atmosfer stabil.
b.Awan Stratus(St)
Awan ini cukup rendah dan sangat luaas.
Tingginya di bawah 2000 m.
Lapisannya melebar seperti kabut dan
berlapis.
c.Awan Nimbostratus(Ni-St)
Bentuknya tidak menentu ddengan
pinggir compang-camping.
Di Indonesia awan ini hanya menimbulkan
gerimis.
Awan
ini
berwarna
putih
gelap
yang
penyebarannyaa di langit cukup luas.
4.Kelompok
Awan
Dengan
Perkembangan
Vertikal
Awan ini terletak antara 500-1500 m, yang tergolong dalam awan dengan perkembangan
vertikal antara lain :
a.Awan Kumulus(Cu)
Merupakan awan tebal dengan puncak yang
agak tinggi. Terlihat gumpalan putih atau
cahaya kelabu yang terlihat seperti bola
kapas mengambang, awan ini berbentuk
garis besar yang tajam dan dasar yang datar.
Dasar ketinggian awan ini umumnya 1000 m
dan lebaar 1 km.
b.Awan Kumulonimbus(Cu-Ni)
Berwarna putih/gelap.
Terletak pada ketinggian kira-kira 1000 kaki
dan puncaknya punya ketinggian lebih dari
3500 kaki. Awan ini menimbulkan hujan
dengan kilat dan guntur.
Awan ini berhubungan erat dengan hujan
deras, petir, tornado, dan badai.
7. SIKLUS HIDROLOGI
adalah salah satu dari 6 siklus biogeokimia yang berlangsung di bumi. Siklus hidrologi
adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi
yang berlangsung secara terus menerus. Siklus hidrologi memegang peran penting
bagi kelangsungan hidup organisme bumi.
1. Evaporasi
Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga
memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari
(misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer
bumi juga akan semakin besar.
2. Transpirasi
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah.
Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan
tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.
Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam
jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer.
Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.
3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh permukaan
bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan mahluk hidup.
Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus
hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut
ke atas permukaan atmosfer.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air
tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi
terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi
panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan
berjalan sangat lambat.
5. Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi,
dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu, uap air
tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui proses
kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu
udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut.
Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain
sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan yang
terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.
6. Adveksi
Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi.
Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal
akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan awan akan
menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui
bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.
7. Presipitasi
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi. Proses
prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada
proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius,
presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air
akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di
daerah beriklim sub tropis.
8. Run Of
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run of
pun terjadi. Run of atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya
terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga
samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju
lapisan
hidrosfer.
9. Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di
permukaan bumi melalui proses run of. Sebagian kecil di antaranya akan bergerak ke
dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Proses
pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan
secara
lambat
membawa
air
tanah
kembali
ke
laut.
8. POLA ALIRAN SUNGAI
Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah
dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak
terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan
horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara
alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini
berkembang pada daerah rekahan dan patahan.
Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada
sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut.
Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal,
sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungaisungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat
atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan
resisten.
Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek
yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah
glacial bagian bawah.
Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.
Berkembang pada vulkan atau dome.
Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah.
Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut
hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara
lunak dan keras.
Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada
bukit yang lerengnya terjal.
Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama,
melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst. Tabel
1. merupakan pola pengaliran dengan karaktersitiknya.
9. ZONAFIKASI KEDALAMAN AIR LAUT
Berdasarkan kedalamannya wilayah perairan laut terdiri dari empat zona, yaitu:
1. Zona Litoral
Zona Litoral adalah Wilayah antara garis pasang dan garis surut air laut. Wilayah
ini kadang-kadang kering pada saat air laut surut dan tergenang pada saat air laut
mengalami pasang. Zona litoral biasanya terdapat di daerah yang pantainya
landai.
2. Zona Neritik
Zona Neritik adalah Daerah dasar laut yang mempunyai kedalaman rata-rata
kurang dari 200 meter. Contohnya wilayah perairan laut dangkal di Paparan Sunda
dan Paparan Sahul di wilayah perairan Indonesia. Seperti Laut Jawa, Selat Sunda
dan Laut Arafuru.
3. Zona Batial
Zona Batial adalah Wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman antara 200
meter – 1.800 meter, karena sinar matahari sudah tidak dapat menembus zona ini
maka tumbuhan mulai berkurang namun binatang masih banyak terdapat di
wilayah laut ini.
4. Zona Abisal
Zona Abisal adalah Wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman lebih dari
1.800 meter. Contohnya Palung Laut Banda (7.440meter) dan Palung Laut
Mindanao (10.830 meter).
10.BENTUK MORFOLOGI / RELIEF TANAH LAUT
1.
Continental
Shelf
(Paparan
Benua)
Paparan benua (continental shelf) merupakan
kelanjutan wilayah benua (kontinen). Kedalamannya
±200 m. Paparan benua ini terdiri dari lereng curam
suatu dataran yang diikuti oleh kenaikan secara
mendatar dari dataran itu. Lebar Paparan Benua
sangat bervariasi. Lebar rata-rata Paparan Benua
adalah sekitar 80 km (50 mil). Kedalaman Paparan
Benua juga bervariasi, tetapi umumnya terbatas pada
air dangkal dari 150 m (490 kaki). Kemiringannya biasanya cukup rendah, pada urutan
0,5 °; bantuan vertikal juga minim, kurang dari 20 m (66 kaki).
Paparan benua merupakan suatu sistem dinamik yang dikontrol oleh tiga faktor:
(1) laju sedimentasi bahan-bahan yang dari daratan ke laut
(2) laju energi yang cukup untuk menggerakkan sedimen ke, di sekitar dan keluar
paparan
(3) erosi dan naik-turunnya muka laut
Contoh paparan benua adalah Paparan Siberia di Samudera Arktik dan Dangkalan Sunda
2. Continental Slope (Lereng Benua)
Merupakan kelanjutan dari continental shelf. Daerah
continental slope bisa mencapai kedalaman lebih dari
200 meter menukik hingga sekitar kedalaman 1000
m. Lebar dari lereng ini mencapai 100 km. Dengan
sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
Karakteristik
dasarnya
merupakan
akumulasi
sedimen
hasil
erosi
dari
benua.
3. Continental Rise
Continental Rise adalah dasar laut dengan sudut
kemiringan landai sekitar 0.1% dan merupakan
bagian batas benua yang sesungguhnya yang langsung berbatasan dengan dasar
samudera. Continental rise memiliki lebar hingga ratusan kilometer dari dasar slope
hingga ke dataran abisal. Relief continental rise umumnya kurang dari 20 m kecuali di
sekitar
gunung
laut.
Continental rise tersusun dari sedimen yang diturunkan dari benua dan batas yang
bersebelahan. Arus membawa sedimenmenuruni slope dan menumpuk di dasarnya.
Lebar continental rise dapat hanya beberapa kilometer hingga ratusan kilometer.
4. Abyssal Plains (Dataran Abisal)
Dataran abisal (bassin floor) adalah dasar laut yang luas
setelah tebing benua, dan mengarah ke laut lepas.
Dataran abisal merupakan bagian dari paparan benua.
Dataran abisal merupakan kenampakan topografi yang
sangat datar, dan kemungkinan kawasan ini merupakan
tempat yang paling datar pada permukaan bumi.
Topografi yang datar ini kadang-kadang di selingi
dengan puncak-puncak gunung bawah laut yang
tertimbun.
Dataran abisal adalah dasar laut dengan gradien kurang dari 0,1 %. Dataran abisal
merupakan kerak batuan dasar (bedrock crust) yang tertutup oleh sedimen yang
disebarkan dari darat oleh arus dan juga tersusun dari sedimen pelagis dan oozes. Di sini
juga terdapat bukit-bukit abisal dengan tinggi dari beberapa meter hingga beberapa
ratus
meter
dengan
diameter
antara
8
–
10
km.
5. Submarine Canyon (Ngarai Bawah Laut)
Relief terbesar pada pinggiran benua (continental margin) berada pada ngarai bawah
laut (submarine canyon). Submarine canyon
berbentuk seperti lembah yang memotong lereng
benua (continental slope) dan membentang pada
bagian landasan benua (continental shelf) dan
continental rise. Lembah dari submarine canyon
biasanya berbentuk V, dengan sisi lembah curam.
Jalur dari lembah submarine canyon mungkin bisa
lurus atau mungkin juga berliku-liku.
Submarine canyon adalah jalur utama dari sedimen untuk dibawa atau mengalami
transportasi dari benua ke lingkungan laut dalam. Gradien dari lantai ngarai ini cukup
terjal, pada lembah pendek berkisar 60 m/km dan pada lembah yang panjang berkisar
10-15 m/km. Meskipun terlihat tidak terlalu curam, namun kemiringan yang dimiliki
lembah ini adalah 5 sampai 30 kali gradien lereng benua (continental slope).
Submarine canyon biasanya terdapat 2 km dibawah permukaan laut. Ekstensi lembah
relatif lurus, menebang sekitar 200 meter ke landas kontinen, dan melebar dari sekitar
tiga kilometer di garis pantai sekitar 15 mil ke arah laut yang akhir.
Pada awalnya, magma terbentuk secara alamiah dalam waktu berjuta-juta tahun
dan menjadi unsur pembentuk lapisan inti bumi. Magma tidak terbentuk di semua
wilayah di bumi. Melainkan magma hanya terdapat di beberapa tempat di bawah
permukaan yang disebut kamar magma.
Karena sifatnya yang dinamis, magma terus bergerak. Gerakan ini membuat
magma mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah dari kamar magma.
Akibatnya
magma
mengalami
kristalisasi
dan
sebagiannya
membeku
menjadi batuan beku. Jika proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan
bumi disebut batuan beku intrusif (misalnya batuan granit dan diorit), sedangkan
jika proses pembekuannya berlangsung di permukaan disebut batuan beku
ekstrusif (misalnya basal dan andesit) (Baca juga 5 Proses pembentukan Batuan
Beku Intrusif dan Ekstrusif)
Batuan beku yang terbentuk dari proses kristalisasi magma ini lama kelamaan
akan mengalami pelapukan. Pelapukan pertama kali terjadi pada batuan beku
ekstrusif yang ada di atas permukaan bumi. Hasil pelapukan batuan beku ini akan
mengendap melalui proses yang disebut erosi (Silahkan baca : Macam- macam
Erosi Berdasarkan Penyebabnya). Endapan dari hasil pelapukan batuan beku itu
akan mengeras membentuk batuan sedimen. Sementara itu batuan beku intrusif
yang ada di bawah permukaan bumi akn terus bergerak sampai di permukaan bumi
melalui serangkaian peristiwa tektonik dan vulkanik. Sesampainya di permukaan
bumi, ia juga akan menmgalami pelapukan dan pengendapan.
Sementara itu batuan beku intrusif yang tidak berhasil sampai di permukaan akan
terus terkubur lebih dalam akibat tekanan di atas. Semakin dalam posisinya,
semakin besar tekanan dan suhu yang ia terima. Akibatnya batuan beku ini akan
mengalami perubahan baik dari bentuk maupun susunan kimianya menjadi batuan
metamorf (malihan)
Batuan sedimen yang berasal dari pengendapan sisa-sisa pelapukan batuan beku
juga umumnya berada dibawah permukaan bumi. Batuan sedimen ini juga akan
terus bergerak semakin dalam karena di permukaan bumi terus terbentuk lapisan
sedimen baru. Lapisan batuan sedimen baru ini akan menghimpit lapisan sedimen
sebelumnya sehingga bergerak makin turun mendekati kamar magma. Akibatnya
batuan sedimen ini juga menerima tekanan dan suhu yang tinggi sehingga
bermetamorfosis menajadi batuan malihan.
Perubahan suhu dan tekanan juga mempengaruhi batuan sedimen. Batuan
sedimen juga mengalami perubahan secara perlahan-lahan dan berlangsung lama
menjadi batuan metamorf. Sementara itu sebagian dari batuan sedimen juga bisa
melapuk karena waktu. Hasil pelapukannya mengendap dan mengeras. Yang
menghasilkan batuan sedimen jenis baru. Bisa sama dengan asalnya atau bisa
berbeda sama sekali.
Dalam perjalannnya, batuan metamorf juga mengalami pelapukan serupa dan
berubah kembali menjadi batuan sedimen. Selain itu batuan metamorf yang
memiliki struktur kimia sangat berbeda dengan batuan sedimen dan batuan beku
akan meleleh dan kembali menjadi magma.
Proses yang sama berlangsung kembali.
Siklus ini telah terjadi sejak jutaan atau bahkan miliaran tahun yang lalu. Dan siklus ini
akan terus berlangsung. Setiap jenis batuan akan tetap tersingkap dan terangkat. Batuan
itu akan melapuk dan mengalami erosi. Batuan itu akan terus mengendap dan
bermetamorfosis. Begitulah rancangan alam yang luar biasa. Dengan begitu jumlah
magma/batu di bumi akan tetap sama.
2.
BENTUKAN INTRUSI MAGMA
1. Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai
akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
2. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang
menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa
cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
3. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara
lapisan batuan.
4. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisanlapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
5. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
6. Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari
dapur magma sampai ke permukaan bumi.
3. SINKLINAL DAN ANTIKLINAL
Antiklinal
Antiklinal adalah bagian dari lipatan yang memiliki posisi lebih tinggi dari bagian
lipatan
lainnya.
Lipatan
antiklinal
akan
membentuk
bumi
menjadi
cembung,Contohnya pada pegunungan atau perbukitan.
Sinklinal
Sinklinal adalah bagian lipatan yang memiliki bagian yang lebih rendah dari bagian
lipatan lainnya. Lipatan sinklinal akan membentuk suatu permukaan bumi menjadi
cekung, Contohnya : pada lembah.
Sebuah formasi lipatan yang kompleks dapat terjadi bila ada gabungan lipatan
sinklinal dan antiklinal. Puncak lipatan ini biasanya disebut dengan antiklinorium,
sedangkan pada cekungan lipatan biasa disebut dengan sinklinorium. Bentuk-bentuk
lipatan ada beberapa macam dan di antaranya yakni lipatan tegak, miring,
menggantung, isoklinal, dan rebah.
4. HORST DAN GRABEN
Horst adalah hasil dari terjadinya patahan pada kulit bumi yang mengalami
pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
sekitarnya. Pegunungan Vosges di Perancis adalah salah satu contoh dari terjadinya
horst.
Graben atau slenk adalah hasil dari patahan pada kulit bumi yang mengalami
depresi dan terletak di antara dua bagian yang lebih tinggi. Bagian yang lebih tinggi
disebut dengan horst.
Beberapa nama graben yang terkenal:
Danau Baikal, Siberia, Rusia
Graben Lambert, Antartika
Lembah Sungai Saguenay, Quebec, Kanada
5. Lapisan Atmosfer merupakan lapisan gas yang
berada di luar bumi sejak jarak 0 sampai dengan
lebih dari 800 kilo meter diatasnya. Lapisan ini juga
banyak mengalami transisi di antara pembatas
lapisan satu dengan lapisan lainnya. Bukan berupa
batas yang kaku dan saklek, namun pembatas itu
mulai pelan pelan, tipis dan lambat laun dengan
ketinggian yang lebih terjadi proses kimia yang
lain. Sudah banyak sekali study yang meneliti
adanya lapisan atmosfer ini.
1. Lapisan Troposfer
Lapisan Troposfer adalah lapisan yang paling dekat
dengan permukaan bumi. Ketebalan Lapisan
Troposfer ini adalah sekitar 11km, ketebalannya
berbeda-beda disetiap tempat tergantung pada
faktor kondisi musim, letak lintang tempat dan waktu
yang berlaku di bumi. Campuran gas pada lapisan ini
sangat cocok untuk kehidupan di bumi ini. Lapisan
yang paling bawah ini merupakan penyeimbang
panas pada permukaan bumi. Perubahan iklim dan
cuaca seperti kelembaban, suhu, hujan, petir dan
tekanan udara terjadi di lapisan.
2. Lapisan Stratosfer
Lapisan Stratosfer adalah lapisan kedua dari atmosfer yang berada di ketinggian
hingga 11km – 48km dari permukaan bumi. Lapisan ini mengandung Ozon sehingga
disebut juga disebut juga Ozonosfer. Lapisan Stratosfer yang mengandung Ozon ini
merupakan lapisan yang penting untuk menyerap dan menyaring radiasi sinar
matahari yang berbahaya. Lapisan ini merupakan tempat terbangnya pesawat.
3. Lapisan Mesosfer
Lapisan ketiga Atmosfer disebut dengan Lapisan Mesosfer. Lapisan ini berada di
ketinggian sekitar 48km hingga 80km dari permukaan bumi. Umumnya, Meteor atau
benda asing dari luas angkasa akan terbakar ataupun terkikis di lapisan Mesosfer ini.
Terjadi penurun Suhu di lapisan ini sehingga terjadi pembentukan kristal es yang
berasal dari uap air. Lapisan yang membatasi lapisan Stratosfer dengan lapisan
Mesosfer ini disebut dengan stratopause.
4. Lapisan Termosfer
Lapisan Termosfer ini berada di atas lapisan Mesosfer dan merupakan lapisan
keempat dari Atmosfer. Lapisan Termosfer ini terletak di ketinggian sekitar 80km
hingga 482km. Sesuai dengan namanya yaitu Termosfer (Termo artinya panas),
Temperatur atau Suhu di lapisan ini bisa mencapai 1.232°C. Lapisan ini mengandung
Partikel Ion yang dapat membantu memantulkan gelombang radio. Lapisan Mesosfer
dan Lapisan Termosfer dibatasi oleh lapisan yang disebut dengan Mesopause.
5. Lapisan Eksosfer
Lapisan Eksosfer adalah lapisan yang paling luar dari lapisan Atmosfer dan
didominasi oleh butir-butir gas hidrogen (H 2) yang sangat tipis. Lapisan Eksosfer
berada di ketinggian sekitar 482km hingga 1.000km dari permukaan bumi. Lapisan
ini juga dijadikan sebagai tempat orbit Satelit-satelit buatan manusia. Pengaruh
Gravitasi Bumi pada lapisan Eksosfer ini hampir terasa sehingga butir-butir gas yang
terdapat pada lapisan ini dapat dengan mudah bergerak menuju ke angkasa luar.
Lapisan Eksosfer disebut juga dengan lapisan Disipasisfer.
6. JENIS AWAN BERDASARKAN KETINGGIAN
1.Kelompok Awan Tinggi
Pada kawasan tropis, awan ini terletak di ketinggian 6-18 km, pada kawasan iklim sedang
awan ini terletak pada ketinggian 5-13 km, sedangkan di kawasan kutub terletak pada 38 km.
Awan yang tergolong ke dalam awan tinggi adalah :
a.Awan Sirrus (Ci)
Awan ini halus, dan berstruktur seperti
serat
dan
bentuknya
mirip
bulu
burung.Awan ini juga sering tersusun
seperti pita yang melengkung di langit,
sehingga seakan-akan tampak bertemu
pada satu atau dua titik horizon
Awan ini tidak menimbulkan hujan.
Awan ini terdiri daripada halbor air yang
terjadi disebabkan suhu terlalu dingin
pada atmosfer.
Awan Sirus ini ditiupkan angin timuran yang bergelora. Awan ini berwarna putih
dengan pinggiran tidak jelas.
b.Awan Sirostratus (Ci-St)
Bentuknya seperti kelembu putih yang
halus dan rata menutup seluruh langit
sehingga tampak cerah, bisa juga terlihat
seperti anyaman yang bentuknya tidak
teratur.
Awan
ini
juga
menimbulkan
hallo(lingkaran
yang
bulat)
yang
mengelilingi matahari dan bulan yang
biasanya terjadi di musim kemarau.
c.Awan Sirokumulus(Ci-Cu)
Awan ini bentuknya seperti terputus-putus dan
penuh dengan kristal-kristal es sehingga
bentuknya seperti sekelompok domba dan sering
menimbulkan bayangan.
2.Kelompok Awan Sedang
Pada kawasan tropis awan ini terletak di ketinggian 2-8 km, pada kawasan iklim sedang
terletak di ketinggian 2-7 km, sedangkan pada kawasan kutub terletak di ketinggian 2-4
km.
Yang termasuk dalam awan sedang antara lain :
a.Awan Altokumulus(A-Cu)
Awan ini kecil-kecil, tapi jumlahnya
banyak
Awan Altokumulus berwarna kelabu atau
putih dilihat pada waktu senja.
Biasanya berbentuk seperti bola yang
agak tebal. Awan ini bergerombol dan
sering berdekatan sehingga tampak saling
bergandengan.
Tiap-Tiap elemen nampak jelas tersisih
aantara satu sama lain dengan warna
membedakannya dengan Sirokumulus.
b.Awan Altostratus(A-St)
Awan Altostratus berwarna kekelabuan
dan meliputi hampir keseluruhan langit.
Awan ini menghasilkan hujan apabila
cukup tebal.
Awan-awan di atas terbentuk pada waktu
senja dan malam hari dan menghilang
apabila matahari terbit di awal pagi.
keputihan
dan
kelabu
yang
3.Kelompok Awan Rendah
Awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km, yang tergolong ke dalam awan
rendah antara lain :
a.Awan Stratokumulus(St-Cu)
Awan ini berbentuk seperti bola-bola yang
seringg menutupi daerah seluruh langit,
sehingga tampak seperti gelombang.
Lapisan awan ini tipis dan tidak
menghasilkan hujan.
Awan ini berwarna kelabu/putih yang
terjadi pada petang dan senja apabila
atmosfer stabil.
b.Awan Stratus(St)
Awan ini cukup rendah dan sangat luaas.
Tingginya di bawah 2000 m.
Lapisannya melebar seperti kabut dan
berlapis.
c.Awan Nimbostratus(Ni-St)
Bentuknya tidak menentu ddengan
pinggir compang-camping.
Di Indonesia awan ini hanya menimbulkan
gerimis.
Awan
ini
berwarna
putih
gelap
yang
penyebarannyaa di langit cukup luas.
4.Kelompok
Awan
Dengan
Perkembangan
Vertikal
Awan ini terletak antara 500-1500 m, yang tergolong dalam awan dengan perkembangan
vertikal antara lain :
a.Awan Kumulus(Cu)
Merupakan awan tebal dengan puncak yang
agak tinggi. Terlihat gumpalan putih atau
cahaya kelabu yang terlihat seperti bola
kapas mengambang, awan ini berbentuk
garis besar yang tajam dan dasar yang datar.
Dasar ketinggian awan ini umumnya 1000 m
dan lebaar 1 km.
b.Awan Kumulonimbus(Cu-Ni)
Berwarna putih/gelap.
Terletak pada ketinggian kira-kira 1000 kaki
dan puncaknya punya ketinggian lebih dari
3500 kaki. Awan ini menimbulkan hujan
dengan kilat dan guntur.
Awan ini berhubungan erat dengan hujan
deras, petir, tornado, dan badai.
7. SIKLUS HIDROLOGI
adalah salah satu dari 6 siklus biogeokimia yang berlangsung di bumi. Siklus hidrologi
adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi
yang berlangsung secara terus menerus. Siklus hidrologi memegang peran penting
bagi kelangsungan hidup organisme bumi.
1. Evaporasi
Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga
memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari
(misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer
bumi juga akan semakin besar.
2. Transpirasi
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah.
Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan
tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.
Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam
jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer.
Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.
3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh permukaan
bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan mahluk hidup.
Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus
hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut
ke atas permukaan atmosfer.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air
tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi
terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi
panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan
berjalan sangat lambat.
5. Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi,
dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu, uap air
tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui proses
kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu
udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut.
Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain
sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan yang
terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.
6. Adveksi
Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi.
Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal
akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan awan akan
menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui
bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.
7. Presipitasi
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi. Proses
prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada
proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius,
presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air
akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di
daerah beriklim sub tropis.
8. Run Of
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run of
pun terjadi. Run of atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya
terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga
samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju
lapisan
hidrosfer.
9. Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di
permukaan bumi melalui proses run of. Sebagian kecil di antaranya akan bergerak ke
dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Proses
pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan
secara
lambat
membawa
air
tanah
kembali
ke
laut.
8. POLA ALIRAN SUNGAI
Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah
dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak
terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan
horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara
alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini
berkembang pada daerah rekahan dan patahan.
Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada
sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut.
Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal,
sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungaisungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat
atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan
resisten.
Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek
yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah
glacial bagian bawah.
Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.
Berkembang pada vulkan atau dome.
Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah.
Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut
hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara
lunak dan keras.
Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada
bukit yang lerengnya terjal.
Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama,
melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst. Tabel
1. merupakan pola pengaliran dengan karaktersitiknya.
9. ZONAFIKASI KEDALAMAN AIR LAUT
Berdasarkan kedalamannya wilayah perairan laut terdiri dari empat zona, yaitu:
1. Zona Litoral
Zona Litoral adalah Wilayah antara garis pasang dan garis surut air laut. Wilayah
ini kadang-kadang kering pada saat air laut surut dan tergenang pada saat air laut
mengalami pasang. Zona litoral biasanya terdapat di daerah yang pantainya
landai.
2. Zona Neritik
Zona Neritik adalah Daerah dasar laut yang mempunyai kedalaman rata-rata
kurang dari 200 meter. Contohnya wilayah perairan laut dangkal di Paparan Sunda
dan Paparan Sahul di wilayah perairan Indonesia. Seperti Laut Jawa, Selat Sunda
dan Laut Arafuru.
3. Zona Batial
Zona Batial adalah Wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman antara 200
meter – 1.800 meter, karena sinar matahari sudah tidak dapat menembus zona ini
maka tumbuhan mulai berkurang namun binatang masih banyak terdapat di
wilayah laut ini.
4. Zona Abisal
Zona Abisal adalah Wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman lebih dari
1.800 meter. Contohnya Palung Laut Banda (7.440meter) dan Palung Laut
Mindanao (10.830 meter).
10.BENTUK MORFOLOGI / RELIEF TANAH LAUT
1.
Continental
Shelf
(Paparan
Benua)
Paparan benua (continental shelf) merupakan
kelanjutan wilayah benua (kontinen). Kedalamannya
±200 m. Paparan benua ini terdiri dari lereng curam
suatu dataran yang diikuti oleh kenaikan secara
mendatar dari dataran itu. Lebar Paparan Benua
sangat bervariasi. Lebar rata-rata Paparan Benua
adalah sekitar 80 km (50 mil). Kedalaman Paparan
Benua juga bervariasi, tetapi umumnya terbatas pada
air dangkal dari 150 m (490 kaki). Kemiringannya biasanya cukup rendah, pada urutan
0,5 °; bantuan vertikal juga minim, kurang dari 20 m (66 kaki).
Paparan benua merupakan suatu sistem dinamik yang dikontrol oleh tiga faktor:
(1) laju sedimentasi bahan-bahan yang dari daratan ke laut
(2) laju energi yang cukup untuk menggerakkan sedimen ke, di sekitar dan keluar
paparan
(3) erosi dan naik-turunnya muka laut
Contoh paparan benua adalah Paparan Siberia di Samudera Arktik dan Dangkalan Sunda
2. Continental Slope (Lereng Benua)
Merupakan kelanjutan dari continental shelf. Daerah
continental slope bisa mencapai kedalaman lebih dari
200 meter menukik hingga sekitar kedalaman 1000
m. Lebar dari lereng ini mencapai 100 km. Dengan
sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
Karakteristik
dasarnya
merupakan
akumulasi
sedimen
hasil
erosi
dari
benua.
3. Continental Rise
Continental Rise adalah dasar laut dengan sudut
kemiringan landai sekitar 0.1% dan merupakan
bagian batas benua yang sesungguhnya yang langsung berbatasan dengan dasar
samudera. Continental rise memiliki lebar hingga ratusan kilometer dari dasar slope
hingga ke dataran abisal. Relief continental rise umumnya kurang dari 20 m kecuali di
sekitar
gunung
laut.
Continental rise tersusun dari sedimen yang diturunkan dari benua dan batas yang
bersebelahan. Arus membawa sedimenmenuruni slope dan menumpuk di dasarnya.
Lebar continental rise dapat hanya beberapa kilometer hingga ratusan kilometer.
4. Abyssal Plains (Dataran Abisal)
Dataran abisal (bassin floor) adalah dasar laut yang luas
setelah tebing benua, dan mengarah ke laut lepas.
Dataran abisal merupakan bagian dari paparan benua.
Dataran abisal merupakan kenampakan topografi yang
sangat datar, dan kemungkinan kawasan ini merupakan
tempat yang paling datar pada permukaan bumi.
Topografi yang datar ini kadang-kadang di selingi
dengan puncak-puncak gunung bawah laut yang
tertimbun.
Dataran abisal adalah dasar laut dengan gradien kurang dari 0,1 %. Dataran abisal
merupakan kerak batuan dasar (bedrock crust) yang tertutup oleh sedimen yang
disebarkan dari darat oleh arus dan juga tersusun dari sedimen pelagis dan oozes. Di sini
juga terdapat bukit-bukit abisal dengan tinggi dari beberapa meter hingga beberapa
ratus
meter
dengan
diameter
antara
8
–
10
km.
5. Submarine Canyon (Ngarai Bawah Laut)
Relief terbesar pada pinggiran benua (continental margin) berada pada ngarai bawah
laut (submarine canyon). Submarine canyon
berbentuk seperti lembah yang memotong lereng
benua (continental slope) dan membentang pada
bagian landasan benua (continental shelf) dan
continental rise. Lembah dari submarine canyon
biasanya berbentuk V, dengan sisi lembah curam.
Jalur dari lembah submarine canyon mungkin bisa
lurus atau mungkin juga berliku-liku.
Submarine canyon adalah jalur utama dari sedimen untuk dibawa atau mengalami
transportasi dari benua ke lingkungan laut dalam. Gradien dari lantai ngarai ini cukup
terjal, pada lembah pendek berkisar 60 m/km dan pada lembah yang panjang berkisar
10-15 m/km. Meskipun terlihat tidak terlalu curam, namun kemiringan yang dimiliki
lembah ini adalah 5 sampai 30 kali gradien lereng benua (continental slope).
Submarine canyon biasanya terdapat 2 km dibawah permukaan laut. Ekstensi lembah
relatif lurus, menebang sekitar 200 meter ke landas kontinen, dan melebar dari sekitar
tiga kilometer di garis pantai sekitar 15 mil ke arah laut yang akhir.