KARAKTERISTIK PEMANFAATAN DAN NILAI MANF

1

KARAKTERISTIK PEMANFAATAN DAN NILAI MANFAAT
TWAL (TAMAN WISATA ALAM LAUT) GILI MATRA
LOMBOK UTARA, NTB1
Oleh
Cornelia Mirwantini Witomo, Rizki Aprilian Wijaya, Irwan Muliawan,
Fatryandi Nur Priyantna2
Abstract
The purpose of this research is to identify and assess the utilization
characteristics and to calculate the direct use value of Tourism Sea Park Gili Matra.
The data collected using questioner and interview. The analyzed using in this
research are Residual Rent (RR) and Travel Cost Methods (TCM). The result of this
research are characteristic patterns of resource use in the waters of Gili Matra region
consists of several aspects of capture fisheries and marine tourism. Total value of
direct benefits Aquatic area TWAL Gili Matra is Rp. 149.003.620.349.
Keywords : Utilization, Direct Use Value, Gili Matra

I.

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan pertemuan dua
ekosistem yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut. Keberadaan wilayah pesisir
tersebut menunjukkan besarnya potensi sumber daya alam dan pembentukan
karakteristik wilayah yang dinamis dan khas. Karakteristik wilayah yang dinamis dan
khas membawa dampak pembentukan karakteristik sumber daya manusia dan
kelembagaan sosial yang ada di sekitarnya (Wahyudin, 2004 1). Sumber daya wilayah
pesisir dibagi menjadi tiga, yaitu sumber daya hayati, sumber daya non hayati, sumber
daya buatan dan jasa-jasa lingkungan (Undang-undang No. 27 Tahun 2007). Sumber
daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut
lainnya. Sumber daya non hayati meliputi pasir, air laut dan mineral air laut. Sumber
daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan
1

Paper disampaikan pada Simposium Nasional Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan Kawasan
Timur Indonesia, Ambon, 2010 dan telah terbit di Prosiding Simposium Nasional Pembangunan Sektor
Kelautan dan Perikanan Kawasan Timur Indonesia, Ambon, 2010, ISBN. 978-979-3893-16-7
2
Researcher of BBRSEKP Jl. K.S Tubun Petamburan VI Jakarta 10260

Email : tone_poenya@yahoo.com

2

dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat
instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi
gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir. Luas wilayah pesisir Indonesia
berdasarkan ekosistem yaitu luas ekosistem terumbu karang 75.000 ha, luas ekosistem
mangrove 3.806.119 ha (Supriharyono, 2000 dalam Luncang, 20052).

Pada pembangunan dewasa ini seharusnya memasukan tiga isu utama yaitu
lingkungan, sosial dan ekonomi. Hingga saat ini baru hanya terkait dengan identifikasi
fisik dari sumber daya seperti pemanfaatan dan luas lahan saja, tetapi peranan dan
karakteristik sosial belum dimasukan sebagai bahan masukan dalam pembangunan.
Implikasinya nilai ekonomi dari sumber daya tersebut dapat diketahui (Muliawan, R
et al., 20093).

Nilai manfaat merupakan suatu cara penilaian atau upaya kuantifikasi barang
dan jasa sumber daya alam dan lingkungan ke nilai uang, terlepas ada tidaknya nilai
pasar terhadap barang dan jasa tersebut. Nilai manfaat diestimasikan dari seberapa

besar manfaat sumber daya baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai
manfaat langsung di estimasi dengan menghitung jumlah ekstraksi langsung dari
sumber daya alam dan nilai yang terkait dengan menggunakan harga pasar (NRMPUSAIDa, 1996 dalam Kusuma, 20054).
Secara geografis TWAL (Taman Wisata Alam Laut) Gili Matra terletak pada
8º 20º - 8º 23º LS dan 116º00º - 116º 08º BT. Sedangkan secara administratif
pemerintahan, TWAL ini terletak di Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang
Kabupaten Lombok Utara propinsi Nusa Tenggara Barat, sedangkan berdasarkan
pada wewenang pengelolaannya TWAL ini berada di bawah pengelolaan Balai KSDA
NTB sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 99/Kpts-II/2001
tanggal 15 Maret 2001. Namun sekarang pengelolaan Gili Matra sejak tanggal 4
Maret 2009 berdasarkan keputusan bersama antara Menteri Kehutanan dan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor BA.01/Menhut-IV/2009 dan Nomor BA.108/MenKP/III/2009 telah beralih dari Departemen Kehutanan ke Departemen Kelautan dan
Perikanan. Kini TWAL Gili Matra menjadi salah satu kawasan strategis
pengembangan pariwisata yang termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah 2010 – 2014.

3

Rumusan Masalah
Kenyataan-kenyataan


di

atas

menunjukkan

bahwa

kajian

mengenai

karakteristik pemanfaatan dan nilai manfaat langsung kawasan perairan TWAL Gili
Matra menjadi sangat penting untuk dilakukan. Oleh sebab itu diperlukan suatu kajian
guna untuk mengetahui lebih jauh tentang permasalahan yang ada yaitu
bagaimanakah karakteristik pola pemanfaatan berdasarkan potensi sumber daya di
TWAL Gili Matra dan serta berapakah nilai manfaat langsung dari kawasan tersebut.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemasalahan yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi serta mengkaji karakteristik pemanfaatan berdasarkan potensi
sumber daya di TWAL Gili Matra dan menghitung nilai manfaat langsung dari
TWAL Gili Matra.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menurut Constanza and Folke (1997)
dalam Adrianto (2006)5 menyebutkan dalam pandangan ekonomi ekologi, tujuan

valuasi sumber daya alam tidak semata terkait dengan maksimisasi kesejahteraan
individu, melainkan juga terkait tujuan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi
manfaat. Proses kajian terkait dengan pola-pola pemanfaatan sumber daya bertujuan
mengidentifikasi nilai manfaat langsung dari pemanfaatan sumber daya perikanan
pesisir tersebut. Sementara kajian terkait karakteristik sumber daya bertujuan
mengidentifikasi nilai manfaat tidak langsung serta nilai bukan manfaat dari sumber
daya kawasan perairan. Karakterisasi terhadap jenis sumber daya serta pola-pola
pemanfaatannya dilakukan untuk mengetahui distribusi manfaat serta kelompok
masyarakat yang menerima manfaat tersebut. Selain itu, juga bertujuan mengetahui
distibusi biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh kelompok-kelompok masyarakat
pemanfaat sesuai dengan beban yang diberikan masing-masing terhadap sumber daya
tersebut. Dengan diperolehnya hasil identifikasi serta karakterisasi sosial ekonomi
dari sumber daya kawasan perairan, maka dapat diketahui potensi sumber daya

kawasan perairan tersebut.

4

II.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Gambar 1. Peta Wilayah TWAL Gili Matra
Sumber : PT. Lombok Tropic Holidays Indonesia, 20076
Penelitian ini dilakukan pada Juni – Oktober 2009 di TWAL Gili Matra,
Lombok Utara NTB. Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam kegiatan
penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan
meliputi karakteristik sumber daya berdasarkan tipe ekosistem tertentu yang terkait
dengan aspek sosial maupun ekonomi. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi
statistik, dokumentasi serta laporan-laporan yang dikeluarkan oleh instansi

yang


terkait dengan potensi sosial ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan (Tabel 1).
Pemilihan responden (penguna sumber daya) berdasarkan aktivitas-aktivitas yang
secara langsung mengekstraksi sumber daya (purposive sampling) masing-masing
sebanyak 30 orang (accidental random sampling).
Tabel 1. Rekapitulasi Kategori Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data
No

Jenis

Kategori Data

Cakupan Data

Data
1.

2.

Data

Primer

Data
Sekunder

Teknik

Sumber Data

Pengumpulan Data
Identifikasi dan
Karakterisasi
Nilai Manfaat
Langsung
Nilai Manfaat
Langsung

Pola Pemanfaatan
Nilai Pemanfaatan
Statistik Perikanan

Jumlah Kunjungan
ke Kawasan TWAL

Observasi dan
Wawancara dengan
kuesioner
berstruktur

Responden
yang
memanfaatkan
SDA
Dinas KP
Pengelola
TWAL

5

Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan untuk memperoleh nilai manfaat langsung adalah

menggunakan teknik valuasi Residual Rent (RR) dan Travel Cost Methods (TCM).
Residual Rent (RR) didefinisikan sebagai perbedaan antar biaya faktor produksi dan

nilai panen dari sumber daya alam. Residual rent dapat dilihat sebagai kontribusi
sistem alam atau faktor pendapatan (Factor Income) terhadap nilai ekonomi total
(Dewi E.R, 2006)7
PV residual rent Model 

 (1  r )
T

PV

ha

t 1

Bt  C t
t


………………(1)

L

Keterangan:
PV = Present Value
Bt = Manfaat bersih dari sumber daya kawasan
Ct = Biaya produksi
T
= Jumlah tahun regresi nilai
r
= Tingkat diskon riil
L
= Luasan kawasan sumber daya
Tujuan TCM adalah untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata
melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata di lokasi tersebut.
Pendekatan biaya perjalanan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan biaya
transportasi atau biaya perjalanan terutama untuk menilai lingkungan pada objekobjek wisata. Pendekatan ini menganggap bahwa biaya perjalanan serta waktu yang
dikorbankan para wisatawan untuk menuju objek wisata tertentu dianggap sebagai
nilai lingkungan yang wisatawan bersedia untuk membayar.
Untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata menggunakan

pendekatan individual travel cost model (PKSPL-IPB, 20078) dengan menurunkan
fungsi permintaan sebagai berikut:

ln Vi   0  1 ln TCi  5 ln Yi   4 ln…………..(2)
Si

Keterangan:
Vi = trip kunjungan individu ke-i
TCi = biaya perjalanan individu ke-i
Yi = pendapatan individu ke-i
Si = biaya perjalanan ke lokasi wisata subtitusi yang dikeluarkan oleh individu ke-i


Disampaikan pada Pelatihan Valuasi Ekonomi 5 – 9 Februari 2007 oleh Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan, IPB

6

Untuk memperoleh konsumen surplus wisatawan secara individu diperoleh dengan
menggunakan formula sebagai berikut:

CSi  Vi / 1

…………………..(3)

Keterangan:
CS = consumer surplus/konsumen surplus
V = total kunjungan

Β = Intersept
Untuk menghitung nilai manfaat langsung (total benefit) dengan pendekatan secara
individu

TB  CSi xTV

……………………..(4)

Keterangan:
TB = Total benefit
CS = consumer surplus/konsumen surplus
TV = Total kunjungan/tahun

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pemanfaatan Sumber daya
Karakteristik pola-pola pemanfaatan sumber daya di TWAL Gili Matra terdiri
dari dua aspek yaitu perikanan tangkap dan pariwisata bahari. Pemanfaatan sumber
daya perikanan tangkap di Desa Gili Indah terpusat pada Pulau Gili Air dan Gili
Meno. Karakteristik alat tangkap yang digunakan diantaranya alat tangkap muroami,
jaring seret, jaring tasik, dan pancing. Muroami (bahasa Jepang) berasal dari kata
“muro” dan “ami” yang berarti alat dan ikan sebangsa Carrangidae. Bagian-bagian
muroami terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian jaring, pelampung, pemberat dan

penggiring (Subani W et al.. 1989). Banyaknya set jaring yang digunakan nelayan di
Desa Gili Indah berkisar antara 10-15 pieces, dimana dapat menampung ikan hingga 3
ton. Pada bagian ris atas jaring, diikatkan pelampung-pelampung kecil. Pada bagian
ris bawah diberikan pemberat dari batu maupun dari

besi. Alat penggiring

menggunakan rantai-rantai besi yang telah diikatkan ke bambu agar mudah
digunakan.
Jaring seret merupakan nama lokal dari pukat cincin yang berada di Desa Gili
Indah. Disebut pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin atau tali

7

kerut. Fungsi tali kerut ini agar jaring yang semula tidak berkantong akan menjadi ada
kantongnya pada saat di akhir penangkapan (Subani W et al., 19899). Jaring seret
dioperasikan di permukaan air dengan komoditas hasil tangkapan berupa ikan-ikan
pelagis kecil. Harga alat tangkap jaring seret yaitu berkisar antara Rp 16.000.000 – Rp
30.000.000 dengan jumlah jaring sebanyak 20 – 76 pieces, tergantung dari modal
yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Pola pengoperasian jaring seret
menggunakan satu hingga dua perahu bermotor berkekuatan 25 - 40 PK bermesin luar
(out-board-motor). Tenaga kerja yang diperlukan sekitar 5-8 orang nelayan.

Penangkapan dilakukan pada siang hari, namun terkadang bisa juga dilakukan pada
malam hari. Daerah penangkapan jaring seret berada diantara Pulau Bali dengan
Pulau Lombok dimana rata-rata pemakaian bahan bakar sekali trip sekitar 35 liter
dengan harga bensin rata-rata Rp 7.000 per kilo. Jenis ikan yang ditangkap yaitu
berupa ikan pasok, horas, balang-balang, teri, tongkol dan sulir. Nelayan jaring seret
banyak terdapat di Pulau Gili Air.
Jaring tasik merupakan sejenis jaring gillnet yang dioperasikan di sekitar
pantai. Disebut jaring gillnet karena ikan yang tertangkap terjerat pada bagian
belakang lubang penutup insang (operculum ) (Subani et al., 19899). Jaring tasik
berbeda dengan jaring-jaring gillnet pada umumnya karena dioperasikan tanpa
menggunakan perahu. Hal tersebut dapat dilakukan karena jaring hanya dipasang di
sekitar wilayah bibir pantai pada malam hari dan hanya dilakukan oleh 3-5 orang.
Harga alat tangkap jaring tasik berkisar antara Rp 400.000 – 12.000.000 dengan
jumlah jaring sebanyak 1-20 pieces, tergantung dari modal yang dimiliki oleh
nelayan. Pendapatan nelayan jaring tasik dalam satu tahun berkisar antara Rp 308.000
– 17.616.000. Variasi pendapatan nelayan tersebut karena ada nelayan yang
beroperasi sendirian maupun secara berkelompok. Selain itu pendapatan juga
dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan. Komoditas hasil tangkapan nelayan jaring
tasik adalah ikan layang, sulir, kembung, baronang, katambak, dan teri. Nelayan
jaring tasik banyak terdapat di Pulau Gili Air.
Alat tangkap pancing banyak digunakan oleh nelayan di Pulau Gili Air dan
Gili Meno. Pola pengoperasiannya dilakukan secara sendirian dengan menggunakan
perahu, baik perahu bermotor maupun dengan sampan. Namun ditemukan juga dalam
satu perahu terdapat dua orang

yang melakukan pemancingan. Waktu melaut

8

biasanya pada saat dini hari hingga pagi hari. Nelayan menggunakan lampu petromak
untuk penerangan. Dalam sekali beroperasi, nelayan biasanya membawa 2-5 unit
pancing yang terdiri dari kail, senar, pelampung dan tongkat pancing. Biaya alat
tangkap bervariasi yaitu sekitar Rp. 40.000 – 400.000 per nelayan, tergantung dari
banyaknya alat yang diperlukan.
Pariwisata bahari merupakan andalan utama bagi Desa Gili Indah (Gili Air,
Gili Meno dan Gili Trawangan). Jenis kegiatan yang dilakukan oleh para wisatawan
baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara adalah berjemur ( sun
buthing), snorkling dan scuba diving yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan didukung

oleh sarana dan prasarana pariwisata yang ada (Tabel 3).
Tabel 2. Jenis-Jenis Aktivitas Pariwisata yang Dilakukan di TWAL Gili Matra
No

Nama Lokasi
Ekowisata

1.

Gili Air dan
perairan sekitarnya /

2.

Gili Meno dan
perairan sekitarnya

3.

Gili Trawangan dan
perairan sekitarnya

Aktivitas Yang
Dapat
Dilakukan/
Snorkeling,
diving,
berjemur,
perahu kaca,
memancing,
kano
Snorkeling,
diving,
berjemur,
perahu kaca,
memancing,
kano, selancar,
bird watching,
Taman Burung
Gili Meno
Snorkeling,
diving,
berjemur,
perahu kaca,
memancing,
kano, wisata
sejarah

Keterangan Potensi
Pantai pasir putih (sepanjang pantai), keaneragaman dan
penutupan terumbu karang yang baik (sebelah barat),
keanekaragaman dan penutupan lamun yang baik (Selatan
dan timur), Keanekaragaman dan kelimpahan terumbu
karang (Sebelah barat), Kejernihan air, penyu dan biota laut
Dinding vertikal terumbu karang (meno wall, sebelah barat),
Pantai pasir putih (sepanjang pantai), keaneragaman dan
penutupan terumbu karang yang baik (utara dan barat),
keanekaragaman dan penutupan lamun yang baik (timur),
Keanekaragaman dan kelimpahan terumbu karang (utara dan
barat), Kejernihan air, penyu dan biota lainnya, danau air
asin, mangrove (barat), deburan ombak dan gelombang yang
tinggi (sebelah selatan), Berbagai jenis burung air dan burung
migran (danau)
Pantai pasir putih (pantai timur dan selatan), keaneragaman
dan penutupan terumbu karang yang baik (sebelah barat dan
utara), keanekaragaman dan penutupan lamun yang baik
(sebelah timur), Keanekaragaman dan kelimpahan terumbu
karang (Sebelah utara), Kejernihan air, penyu dan biota laut,
karang biru (timur dan selatan gili Trawangan), gua dan
benteng Jepang (di bukit Gili Trawangan bagian selatan)

Sumber : BKSDA, 200610

Kondisi pantai berpasir putih dan kelandaiannya, keanekaragaman biota laut
dan ikan karang serta kejernihan air lautnya menjadikan kawasan ini banyak diminati
oleh wisatawan. Disamping itu keberadaan sarana penginapan dengan gaya arsitektur
tradisional serta kedekatannya dengan penduduk lokal juga menjadikan salah satu
daya tarik tersendiri bagi para wisatawan tersebut.

9

Tabel 3. Kisaran Harga Sarana dan Prasarana Pariwisata Gili Matra (Low
Season)
No

Jenis Sarana dan Prasana Pariwisata
Perahu Penumpang (Gili Matra – Bangsal)
Hotel
Cottages/Bungalow
Restaurant
Rumah Makan /
Cidomo
Penyewaan Sepeda
Penyewaan Alat Selam
Glass Bottom Boat

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kisaran Harga

Keterangan

8.000 – 10.000
400.000 – 750.000
150.000 – 300.000
10.000 – 50.000
5.000 – 20.000
10.000 – 30.000
40.000 – 50.000
350.000 – 400.000
200.000 – 250.000

Umum

Sumber : Data Primer (2009)

Pada Tabel 4 dapat terlihat bahwa setiap bulannya mulai dari Januari 2004
hingga Mei 2005, jumlah wisatawan asing maupun lokal cenderung meningkat.
Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada Bulan Januari ke Bulan Februari
tahun 2005.
Tabel 4. Total Pengunjung Pariwisata Bahari di TWAL Gili Matra (2004-2005)
Tahun

Rekreasi

Bulan

Tahun
2004

Rekreasi

2004

Januari

2004

Februari

465

673

2004

November

913

199

2004

Maret

473

682

2004

Desember

846

214

2004

April

586

273

2005

Januari

748

186

2004

Mei

596

284

2005

Februari

725

1.269

2004

Juni

832

197

2005

Maret

725

1.451

2004

Juli

823

174

2005

April

812

1.469

2004

Agustus

846

183

2005

Mei

827

1.426

2004

September

848

196

Total Pengunjung

LN
698

Bulan

DN
427

Dalam Negeri

12.324

Oktober

DN
832

LN
197

Luar Negeri

9.771

11

Sumber : Sarbini (2005)
Keterangan: DN = Dalam negeri

LN =

Luar negeri

Nilai Manfaat Langsung Kawasan Perairan Gili Matra
Berdasarkan karakteristik pemanfaatan sumber daya kawasan perairan Gili
Matra maka nilai manfaat langsung dari kawasan perairan Gili Matra diperoleh dari
kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan pariwisata. Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh nilai manfaat langsung perikanan tangkap per kelompok usaha sebesar Rp
405.053.018 per tahun. Nilai manfaat langsung dari kelompok usaha dengan alat

10

tangkap jaring seret memberikan nilai manfaat langsung yang terbesar. Sementara
nilai manfaat langsung dari kelompok usaha pancing memberikan nilai manfaat yang
terkecil. Nilai manfaat langsung dari kelompok usaha muroami lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok usaha seret disebabkan hanya dua titik penangkapan
ikan

yang

diperbolehkan

untuk

dimanfaatkan.

Hal

ini

terjadi

semenjak

diberlakukannya kesepakatan antara kelompok nelayan muroami dengan kelompok
pengusaha pariwisata tahun 2005. Total nilai manfaat langsung perikanan tangkap
sebesar Rp 148.654.457.621 per tahun dengan jumlah populasi nelayan sejumlah 367
nelayan (Desa Gili Indah, 200812).
Tabel 5. Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap di TWAL Gili Matra

141.600.000

Biaya Total
Per Tahun
(Rp/Kel/
tahun)
57.020.000

Total
Keuntungan
(Rp/Kel/
tahun)
84.580.000

972.436.000

163.857.500

42.303.000

121.554.500

52.238.000

169.030.000

24.585.333

5.804.222

18.781.111

28.082.000

82.118.000

13.775.000

3.510.250

10.264.750

Unit Usaha/

Nilai Produksi/
(Rp/tahun)

Biaya
Operasional
(Rp/ Tahun)

Total
Keuntungan
(Rp/tahun)

Nilai Produksi
(Rp/kel/
Tahun)

Muroami

424.800.000

171.060.000

253.740.000

Jaring
Seret
Jaring
Tasik
Pancing

1.310.860.000

338.424.000

221.268.000
110.200.000

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Sementara itu karakteristik responden berdasarkan sebaran umur menunjukkan
bahwa penduduk di Desa Gili Indah di lokasi penelitian berkisar antara 25 hingga >
55 tahun dengan persentase tertinggi pada usia > 55 tahun sebesar 29 % dan
persentase terendah pada usia 45-49 tahun sebesar 4 %. Hal tersebut bahwa penduduk
aktif dalam perikanan lebih banyak pada usia tidak produktif (Gambar 1).
8%

12%

29%
13%
17%

17%
4%

25 - 29

30 - 34

35 - 39

40 - 44

45 - 49

50 - 54

> 55

Gambar 2. Sebaran Usia Responden di Desa Gili Indah
Tingkat pendidikan responden sebagian besar tidak selesai mengenyam
pendidikan formal SD. Hal ini dikarenakan tuntutan ekonomi dan paradigma orang

11

tua yang setiap anak harus membantu orang tua untuk mencari nafkah. Jika dilihat
dari faktor pendidikan responden maka diketahui bahwa umumnya responden
memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu tidak sampai tamat sekolah dasar
sebesar 75 %. Pendidikan tertinggi hanya setingkat Sekolah Menengah Umum, namun
memiliki persentase terendah pada responden sebesar 4 % (Gambar 2).
0%
4%
21%
75%

Tdk Tamat SD

Tamat SD

Tdk Tamat SLTP

Tamat SLTP

Gambar 3. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Gili Indah
Sementara itu, pengalaman usaha responden berkisar antara 1 hingga > 40
tahun. Untuk responden nelayan, pengalaman usaha dengan persentase terbanyak
berkisar 31-40 tahun sebesar 42 %, sedangkan untuk pengalaman usaha berkisar 1-10
tahun merupakan persentase terendah 4 %, demikian juga untuk pengalaman usaha >4
tahun (4%). (Gambar 3).
4%

4%
33%

42%
17%

1 - 10 tahun

11 - 20 tahun

21 - 30 tahun

31 - 40 tahun

> 40

Gambar 4. Pengalaman Usaha Responden di Desa Gili Indah
Dari hasil analisa data diperoleh fungsi permintaan untuk kegiatan pariwisata
di TWAL Gili Matra sebagai berikut :

LnV  1,0312  0,0433 ln TC  1,4460 ln D  0,0328 ln I  0,5029 ln A

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa fungsi permintaan terhadap
pemanfaatan pariwisata di TWAL Gili Matra berbanding terbalik dengan total biaya
perjalanan (TC) berbanding lurus dengan jarak (D), tingkat pendapatan (I) dan umur
(A). Asumsi yang digunakan dalam membangun fungsi tersebut adalah terjadinya

12

keseimbangan pasar dimana penawaran (supply) sama dengan permintaan (demand)
sehingga jelas mengapa hubungan antara permintaan dan harga berbanding terbalik.
Dari fungsi di atas kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi
pariwisata TWAL Gili Matra dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi
konsumen (CS) secara individu. Untuk mendapatkan konsumen surplus secara
individu terlebih dahulu didapatkan jumlah kunjungan seluruh responden (V)
kemudian dibagi dengan nilai koefisien total biaya perjalanan (TC) yaitu Rp 1.870 per
wisatawan. Nilai manfaat langsung pariwisata (tourism benefit) sebesar Rp
349.162.728 per tahun dengan total kunjungan wisatawan ke Lombok pada tahun
2008 sebesar 186.626 orang (Khafid. S, 200913).
Menurut responden, wisatawan yang datang umumnya adalah wisatawan
mancanegara, wisatawan nusantara sendiri hanya 10.5%. Daya tarik wisata di TWAL
Gili Matra cukup menarik bagi wisatawan, hal ini diindikasikan oleh jumlah
pengunjung dengan tingkat kunjungan lebih dari sekali sebanyak 31.6% dari
responden.
Gambaran model tersebut mencerminkan bahwa tingkat kunjungan wisatawan
yang datang ke TWAL Gili Matra tidak terpengaruh oleh besaran biaya yang harus
dikeluarkan oleh wisatawan untuk datang berlibur dan menikmati jasa lingkungan.
Kecenderungan ini memang dimaklumi, sebab diketahui bahwa kategori wisata yang
ditawarkan oleh TWAL Gili Matra merupakan keindahan alam panoraman bawah laut
dan berbagai macam aktivitas wisata bahari lainnya. Dari persamaan diatas juga
menggambarkan bahwa umumnya responden yang berkunjung tergolong dalam
kategori wisatawan dengan ketertarikan tertentu ( special interest).
Ketertarikan terhadap wisata selam (diving) untuk menikmati keindahan
panorama bawah laut TWAL Gili Matra merupakan hal yang sangat mengesankan
(excited) bagi wisatawan. Setidaknya sebagai lokasi wisata bahari kondisi alam
TWAL Gili Matra telah memiliki faktor daya tarik yang kurang lebih (relatif) mirip
seperti di Bali, yaitu meliputi; (1) Harga-harga (prices) produk wisata yang wajar, (2)
Budaya (culture) dengan segala bentuk daya tariknya, (3) Pantai ( beach) dengan
atraksi-atraksi yang ditawarkan, (4) Kenyamanan (convenience) selama melakukan
kegiatan berwisata, (5) Kesempatan untuk relaksasi (relaxation), (6) Citra (image)

13

atau reputasi atau nama besar yang dimiliki, (7) Keindahan alam (natural beauty), dan
(8) Keramahan penduduk setempat (people). (Suradnya, 200414).
Kunjungan wisatawan ke TWAL Gili Matra pun umumnya telah
direncanakan (planned visit) sehingga bukan serta merta ketika mendengar dan
mendapat tawaran untuk berkunjung ke Desa Gili Indah (accidental visit). Indikasi ini
terlihat pada variabel jarak. Jarak yang jauh dapat terlihat dari asal negara,
kebanyakan wisatawan berasal dari negara-negara di Eropa, dan umumnya telah
mengetahui keberadaan dan obyek wisata di TWAL Gili Matra Pulau Lombok.
Adapun data kunjungan responden berdasarkan negara asalnya dapat dilihat pada
Tabel 6. berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, sebagian besar wisatawan
berkunjung bersama dengan teman maupun keluarga. Namun ditemukan juga
wisatawan yang berkunjung ke TWAL Gili Matra secara individu.
Tabel 6. Negara Asal Wisatawan di TWAL Gili Matra
No
1.
2.
3.
4.

Negara Asal

Persentase (%)

Eropa
Australia
Amerika
Negara Lain

65,8
10,5
7,9
15,8

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Berdasarkan usia wisatawan, kelompok umur 20 hingga 30 tahun merupakan
kelompok umur yang dominan ditemukan di Desa Gili Indah. Terkait dengan tujuan
dan atraksi wisata yang ditawarkan, keinginan dari kelompok umur tersebut untuk
berkunjung ke Desa Gili Indah lebih besar. Ketika survei, umumnya wisatawan ini
membawa tas punggung (backpack) yang identik dengan sifat dinamis yang dimiliki
golongan usia kelompok tersebut.

Persentase (%)

30
25

20
15
10
5
0
>19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-50

>50

Kelompok Umur (tahun)

Gambar 5. Persentase Wisatawan Berdasarkan Kelompok Umur

14

Fenomena faktor jarak yang mengindikasikan ketertarikan yang lebih besar
bagi responden (wisatawan) yang berasal dari negara yang jauh (Eropa) untuk datang
berkunjung, dibanding wisatawan yang lebih dekat juga terlihat. Namun indikasi ini
sebenarnya semu, karena secara relatif faktor harga (biaya berkunjung) dari obyek
wisata yang ditawarkan lebih mahal. Setidaknya hampir semua responden wisatawan
nusantara (wisnus) mengatakan hal tersebut. Faktor harga bagi tiap obyek wisata yang
ditawarkan tersebut juga menjadi faktor utama yang jadi pertimbangan wisatawan
untuk berkunjung ke lokasi wisata. Perhatian yang semakin besar dari para wisatawan
terhadap faktor harga sebagai penentu keputusan mereka untuk mengunjungi suatu
daerah tujuan wisata merupakan gejala yang berlaku umum (Suradnya, 2004).
Implikasinya dalam kasus ini, diindikasikan bahwa kecenderungan berwisata bagi
masyarakat Eropa (jauh dari Desa Gili Indah) lebih besar dibandingkan negara yang
lebih dekat, dikarenakan harga-harga (prices) produk wisata yang wajar, pantai
(beach) dengan atraksi-atraksi yang ditawarkan, dan keindahan alam (natural beauty)

khususnya panorama bawah laut dirasakan memuaskan bagi wisatawan (responden) .
Total Nilai Manfaat Langsung
Nilai manfaat langsung memberikan pengaruh terhadap ekonomi masyarakat
Gili Matra, hal ini terkait dengan pemanfaatan langsung yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Namun hal ini tidak menjamin bahwa
sektor perikanan tangkap yang ada menjadi penghasil utama bagi masyarakat yang
mengantungkan kehidupan ekonominya dari sumber daya di Gili Matra. Pariwisata di
Gili Matra walaupun tidak memberikan nilai yang paling besar namun sangat
berperan dalam memberikan sumber pendapatan yang signifikan bagi masyarakat
setempat.
Tabel 7. Nilai Manfaat Langsung TWAL Gili Matra
Jenis Nilai

Nilai (Rp. per tahun)

Nilai Manfaat Langsung

Total

-

Perikanan Tangkap

-

Pariwisata

148.654.457.621
349.162.728
149.003.620.349

15

IV.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Simpulan
1. Sumber daya perairan di Gili Matra terdiri dari terumbu karang ( coral reef)
dengan luas  448,76 Ha. Berdasarkan keberadaan sumber daya tersebut maka

pola-pola pemanfaatan yang ada di TWAL Gili Matra adalah perikanan
tangkap dan pariwisata bahari.
2. Nilai manfaat langsung TWAL Gili Matra berasal dari perikanan tangkap dan
pariwisata yaitu sebesar Rp 149.003.620.349
Implikasi kebijakan
Pada pemanfaatan TWAL (Taman Wisata Alam Laut) Gili Matra yang dapat
diungkapkan adalah berupa kegiatan usaha penangkapan ikan dan pariwisata sangat
dimungkinkan bahwa aktivitas pola pemanfaatan yang lain belum teridentifikasi, oleh
karena itu, masih diperlukan studi lanjutan untuk menangkap gambaran pola
pemanfaatan yang lebih lengkap.
Dengan mengetahui nilai manfaat langsung tersebut sudah selayaknya otoritas
pengelolaan TWAL Gili Matra agar lebih fokus memperhatikan pelaku usaha
perikanan tangkap dan pengendalian aktivitas mereka sehingga keberlanjutan usaha
terjamin.
DAFTAR PUSTAKA
1

Wahyudin, Y. 2004. Karakteristik Sumber daya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk
Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
(Online) Available at: http://komitmenku.files.wordpress.com/2008/06/
20040123-karakteristik-sumberdaya-pesisir-dan-laut-kawasan-telukpalabuhanratu-kabupaten-sukabumi.pdf. (Verified: 2 Februari 2009)

2

Luncang. 2005. Ekosistem Wilayah Pesisir. (Online).
http://mapalateksapala.tripod.com/divisi_konservasi.htm.
Februari 2009).

3

Muliawan, R. Elly, R. Sri, L M. 2009. Neraca Sumber daya Kelautan dan Perikanan
Sebagai Landasan Kebijakan Dalam Pengelolaan Sumber daya Kelautan dan
Perikanan. Globe Volume 11 (1): 18 – 30.

4

Kusuma, D I. 2005. Economic Valuation Of Natural Resource Management: A Case
Study Of The Benuaq Dayak Tribe In Kalimantan, Indonesia (Dissertation).
Bogor Institut of Agriculture, Bogor

Available
(Verified:

at:
2

16

5

Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi
Sumber daya Pesisir dan Laut. PKSPL-IPB, Bogor

6

PT. Lombok Tropic Holidays Indonesia. 2007. East Lombok Property List. PT.
Lombok Tropic Holidays Indonesia. (Online). Available at:
www.lombokbroker.com/east-lombok-property.htm. (Verified at: 1 Juni
2010).

7

Dewi, E.R. 2006. Analisis Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau
Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis. Pasca Sarjana. Institut Pertanian
Bogor, Bogor

8

PKSPL-IPB. 2007. Valuasi Ekonomi Total : Travel Cost Method. Pelatihan Valuasi
Ekonomi 5 – 9 Februari 2007. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan LautanIPB, Bogor

9

Subani, W dan Barus H.R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta

10

BKSDA. 2006. Laporan Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Desa Gili Indah. Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat, Mataram

11

Sarbini, A. L. 2005. Petunjuk Teknis Inventarisasi dan Monitoring Terumbu Karang.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat, Mataram.

12

Desa Gili Indah. 2008. Data Potensi Gili Indah. Desa Gili Indah, Lombok Barat.

13

Khafid, S. 2009. Pasca Bom Carlton-Marriot, Kunjungan Wisata di Lombok
Meningkat. (Online). Available at: http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa
/2009/08/04/brk,20090804-190611,id.html. (Verified : 28 Oktober 2009)

14

Suradnya, I Made. 2004. Rencana Pemasaran Strategis Untuk Bali Sebagai Daerah
Tujuan Wisata Dunia, Makalah Seminar “Mengelola Bali Sebagai Daerah
Tujuan Wisata Dunia”, STP Bali, 25 Maret 2004