Kematangan psikologis mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma ditinjau dari pemenuhan tugas-tugas perkembangan - USD Repository

  Kematangan Psikologis Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Ditinjau Dari Pemenuhan Tugas-Tugas Perkembangan SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program

  Studi Psikologi Oleh:

  Nama : Stephanus Rokhadi Ariawan NIM : 019114094 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

  SKRIPSI Kematangan Psikologis Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Ditinjau Dari Pemenuhan Tugas- Tugas Perkembangan Dipersiapkan dan ditulis oleh:

  Y ogyakarta, 31 Juli 2009 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,

  MOTTO ´ D u m Sp i r o Sp er oµ

  PERSEMBAHAN

  • Kepada merek a y ang mau membuang wak tu membaca tulisan

  ini

PERNYATAAN KEASLIAN DATA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai mana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 26 Juli 2009 Penulis,

  (Stephanus Rokhadi Ariawan)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBILKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Stephanus Rokhadi Ariawan Nomor Mahasiswa : 019114094

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  “Kematangan Psikologis Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Ditinjau Dari Pemenuhan Tugas-Tugas Perkembangan”

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan alam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penskalaan data, menditribusikan secara terbatas, dan mempubilkasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan ro yalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 26 Juli 2009 Yang menyatakan, (Stephanus Rokhadi Ariawan)

  ABSTRAK Stephanus Rokhadi Ariawan (2009). Kematangan Psikologis Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Ditinjau Dari Pemenuhan Tugas- Tugas Perkembangan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi ; Jurusan Psikologi ; Universitas Sanata Dharma.

  Mahasiswa adalah individu yang meneruskan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi setelah menyelesaikan sekolah tingkat atas. Secara psikologis mereka berada dalam rentang usia remaja akhir menuju dewasa dini. Sementara itu, kematangan psikologis adalah terpenuhinya tugas-tugas perkembangan yang akan membimbing individu ke tingkat usia psikologis berikutnya.

  Penelitian ini bertujuan mengukur dan mengkaji lebih lanjut kematangan psikologis mahasiswa psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penelitia dilakuka dengan menggunakan dua metode penelitian. Yang pertama adalah metode kuantitatif. Metode ini diterapkan dengan cara menyebarkan skala kematangan psikologis kepada 53 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Skala tersebut terdiri dari 80 item valid dengan r = 0.951.

  Data skala dianalisis menggunakan frequencies dengan bantuan SPSS versi 15.0 for windows. Hasil analisa menunjukkan hanya satu mahasiswa (1, 98%) memiliki tingkat kematangan yang rendah. Sisanya 52 mahasiswa (98, 11%) dikategorikan tinggi.

  Yang kedua adalah metode kualitatif. Metode ini digunakan untuk mengkaji lebih lanjut hasil analisa penelitian kuantitatif dengan mengambil sampel mahasiswa yang memiliki skor skala paling rendah dan yang paling tinggi, masing-masing satu orang. Hasil penelitian kualitatif mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan sosial berpengaruh terhadap proses pendewasaan individu. CBL tidak mengalami kesulitan yang berarti dibandingkan dengan ND dalam mencapai perkembangan kematangan psikologis. Ia amat terbantu dengan keharmonisan keluarga dan besarnya support yang ia terima dari kedua orang tuanya. Sedangkan ND sangat sulit mencapai kematangan psikologisnya karena tinggal dan hidup di tengah keluarga yang tidak harmonis.

  Kata kunci: Kematangan psikologis: terpenuhinya tugas-tugas perkembangan sesuai 1. dengan usia perkembangan individu. Tugas-tugas perkembangan: tugas-tugas yang harus dipenuhi yang termuat 2. dalam setiap usia perkembangan.

  ABSTRACT Stephanus Rokhadi Ariawan (2009). Psychological Maturity of Student of Psychology of Sanata Dharma University Observed From Fulfillment of Developmental Tasks. Yogyakarta: Psychology’s Faculty; Psychology’s Majors; Sanata Dharma University.

  University students are individuals who are continuing their education to university after they finished their senior high school. Psychologically, their ages are between late adolescent and early adulthood. This research tries to observe their psychological maturity. Psychological maturity means developmental tasks which are fulfilled so these can lead an individual to the next psychological age.

  This research aims to measure and to observe psychological maturity student of Faculty of Psychology of Sanata Dharma University. This research is done by two methods of research. First, it is quantitative method. It did by giving psychological maturity scale to 53 students of Faculty of Psychology of Sanata Dharma University. The psychological maturity scale is contained 80 validit y items with r=0.951. The data of psychological maturity scale is analyzed by SPSS

  15.0 version for windows. The result of analysis of psychological maturity shows only one students (1, 98%) are low, and the others, 52 student (98, 11%) are high.

  The second method is qualitative method. This method is to observe the result of analysis of quantitative method. It is done by sampling for the lowest and the highest psychological maturity.

  The result of qualitative method indicates that the condition of social environment affects to the individual’s process to be adult. For example, ND gets more difficulties than CBL to achieve psychological maturity. ND gets difficulties to achieve psychological maturity because he lives in the inharmonic family. It is different with CBL. Two elements that help CBL to achieve psychological maturity are harmonic family and supports which he receive from his parent. Key words:

  1. Psychological maturity: developmental tasks which are fulfilled so these can lead an individual to the next psychological age.

  2. Developmental taks: as one that arises at a certain period in our lives, the successful achievement of which leads to happiness and success with later tasks

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya penulisan Tugas Akhir Sarjana Strata Satu dengan judul “Kematangan Psikologis Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Ditinjau Dari Pemenuhan Tugas-Tugas Perkembangan”. Tugas akhir ini merupakan salah satu prasyarat dalam mencapai tingkat Sarjana Satu (S1), pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Banyak sekali bantuan dan dukungan yang diperoleh penulis selama mengerjakan tugas akhir ini, maka dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak-ibu dan kakak-kakak terkasih atas dukungan dan doanya.

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku dekan fakulatas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu Slyvia CMYM. M.Si., selaku pembimbing utama dan teman diskusi.

  4. Bapak V. Didik Suryo H. M.Si dan Bapak Y. Heri Widodo. M.Si selaku penguji yang telah memberikan saran maupun kritikan.

  5. Karyawan fakultas Psikologi di Sekertariat Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gik) dan di Lab Fakultas Psikologi (Mas Muji ‘n Mas Doni) serta karyawan perpustakaan. Terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.

  6. Kepada segenap mahasiswa Fakultas Psikologi yang menjadi sub yek penelitian kuantitatif dan kualitatif.

  7. Rekan-rekan Kleri 09 dan Laici atas doa dan dorongan morilnya.

  8. Bernada Southelia Gupita, Yohana Tri Wida, Vampera Budi Purwanti dan Redempta Tri Laksmini, atas doa, masukan dan kritiknya.

  9. Bernadine atas bantuan dan apresiasinya.

  10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat berguna dan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.......................vi ABSTRAK ................................................................................................... vii

  ABSTRACT .................................................................................................. viii

  KATA PENGANTAR .................................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................

  7 C. Tujuan Penelitian ............................................................................

  7 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

  9

  9 A . Kematangan Psikologis...............................................................

  1. Definisi Kematangan Psikologis ................................................

  9 B. Tugas-tugas Perkembangan ............................................................ 10

  1. Definisi Tugas-tugas Perkembangan .......................................... 10

  2. Indikator Kematangan Psikologis................................................. 14

  C. Mahasiswa ..................................................................................... 17

  1. Definisi Mahasiswa sebagai Remaja .......................................... 18 1.a. Definisi Remaja………………………………………… ...... 18 1.b. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja ................................... 20

  1.b.1. Aspek Perkembangan Fisik............................................. 20

  1.b.2. Aspek Perkembangan Kognitif........................................ 22 1.b.3. Aspek Perkembangan Sosio-emosional ........................... 24 1.b.3.a. Relasi dan Konflik dengan Orang tua…………………. 24 1.b.3.b. Relasi dengan Teman Sebaya ....................................... 25 1.b.3.c. Identitas Remaja........................................................... 27

  2. Definsi Mahasiswa sebagai Dewasa Awal ................................... 29 2.a. Definisi Dewasa Awal.......................................................... 29 2.b. Aspek-Aspek Perkembangan Dewasa Awal ......................... 30

  2.b.1. Aspek Perkembangan Fisik............................................. 30 2.b.2. Aspek Perkembangan Kognitif........................................31 2.b.3. Aspek Perkembangan Sosio-emosional ........................... 33

  2.b.3.a. Relasi dengan Orang tua dan Relasi Intim .................. 33 2.b.3.b. Relasi Pertemanan ................................................... 34

  D. Kematangan Psikologis Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ..................................................

  34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 37

  A. Jenis Penelitian .............................................................................. 37

  B. Subyek Penelitian........................................................................... 37

  C. Definisi Operasional ......................................................................38

  D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 40

  1. Skala Kematangan Psikologis Mahasiswa Fakultas Psikologi Ditinjau dari Pemenuhan Tugas-Tugas Perkembangan ............. 41 1.a. Definisi Skala .................................................................... 41

  2. Wawancara.................................................................................... 45

  E. Reliabilitas, Validitas dan Keabsahan Data .......................... 59

  1. Reliabilitas dan Validitas Skala ........................................ 59 1.a. Hasil Uji Coba Skala Penelitian ................................. 60

  2. Keabsahan Data Wawancara........................................................ 64

  F. Analisa Data......................................................................... 65

  1. Skala................................................................................ 65

  2. Wawancara ...................................................................... 65

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 67 I. HASIL PENELITIAN KUANTITATIF ................................................. 67 A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 67 B. Analisa Data Statistik ....................................................................... 68

  1. Uji Normalitas ............................................................................ 68

  2. Deskripsi Data Penelitian............................................................ 68

  3. Data Deskripsi Skala Kematangan Psikologis ............................. 70

  C. Pembahasan Hasil Penelitian Kuantitatif .......................................... 71

  II. HASIL PENELITIAN KUALITATIF .................................................... 76

  A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 76

  1. Persiapan Wawancara ................................................................. 76

  2. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 77

  3. Pelaksanaan Penelitian................................................................ 78

  4. Kancah Penelitian....................................................................... 78 5. Subyek Penelitian .......................................................................

  80 5.a. Data Demografi Subyek Penelitian....................................... 80 5.b. Latar Belakang..................................................................... 80

  5.b.1. Latar Belakang Subyek I................................................. 80 5.b.2. Latar Belakang Subyek II................................................ 83

  B. Analisa Data Penelitian .......................................................... 87

  1. Hasil Penelitian Subyek I ................................................... 87 1.a. Latar Belakang Menjadi Mahasiswa............................ 87 1.b. Definisi Diri ............................................................... 89 1.c. Relasi Sosial ............................................................... 91

  1.c.1. Relasi dengan Masyarakat...................................... 91 1.c.2. Relasi dengan Keluarga ......................................... 92

  1.d. Perilaku Sosial yang Bertanggung Jawab .................... 95

  1.e. Kemandirian Emosional .............................................. 96 1.f. Perangkat Nilai............................................................ 98

  2. Hasil Penelitian Subyek II .................................................. 100 2.a. Latar Belakang Menjadi Mahasiswa............................ 100 2.b. Definisi Diri ............................................................... 101 2.c. Hubungan Baru........................................................... 102 2.d. Relasi Sosial ............................................................... 103

  2.d.1. Relasi dengan Masyarakat ..................................... 103 2.d.2. Relasi dengan Keluarga ......................................... 103

  2.e. Keadaan Fisik ............................................................. 106 2.f. Perilaku Sosial yang Bertanggung Jawab..................... 106 2.g. Kemandirian Emosional.............................................. 107 2.h. Perangkat Nilai ........................................................... 108

  C. Dinamika Psikologis ..............................................................109

  1. Dinamika Psikologi CBL ................................................... 109

  2. Dinamika Psikologis ND .................................................... 114

  D. Koding................................................................................... 120

  1. Koding Subyek CBL .......................................................... 120

  2. Koding Subyek ND ............................................................ 124

  E. Pembahasan Hasil Penelitian Kualitatif .................................. 130

  III. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF ................................................................. 142

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 145 A. Kesimpulan .................................................................................... 145 B. Saran .............................................................................................. 146 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 147 LAMPIRAN ................................................................................................. 149

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Blue Print Penelitian .......................................................... 41 Tabel 2 : Item Penelitian ................................................................... 43 Tabel 3 : Interview Guide................................................................. 47 Tabel 4 : Nomor Item yang Sahih...................................................... 61 Tabel 5 : Blue Print Penelitian Baru .................................................. 62 Tabel 6 : Item Penelitian ................................................................... 63 Tabel 7 : Demografi Sampel Penelitian ............................................ 67 Tabel 8 : Deskripsi data penelitian ............................................... ... 69 Tabel 9 : Kategorisasi Kematangan Psikologis ................................. 70 Tabel 10: Demografi Subyek Penelitian ............................................ 80 Tabel 11: Koding Hasil Wawancara CBL ....................................... 120 Tabel 12: Koding Hasil Wawancara ND ........................................ 124

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Skala Kematangan Psikologis .....................................149 Lampiran 3 : Uji validitas dan reliabilitas ...................................... 163 Lampiran 4 : Kategorisasi Penelitian .............................................. 169 Lampiran 5: Uji anova ..................................................................... 171 Lampiran 6: Hasil Observasi…………………………………….....174

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Universitas Sanata Dharma (USD) sebagai universitas yang berciri khas

  pendidikan Yesuit ikut berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini dilaksanakan dengan menyelenggarakan pendidikan yang memungkinkan peserta didik memadukan pengembangan dimensi kemanusiaan atau nilai-nilai humanistik dengan penguasaan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Pemaduan tersebut akan membentuk peserta didik sebagai pribadi yang matang, memiliki integritas moral yang tinggi, kemampuan berpikir yang kritis dan wawasan kebangsaan yang luas (bdk. Statuta Universitas Sanata Dharma paragraf 3).

  Idealisme diatas dijabarkan secara lebih tegas dalam nilai inti dan keyakinan dasar visi Universitas Sanata Dharma no. 2 sub. 3 yang tertulis bahwa Universitas memiliki ciri khas pendidikan Serikat Yesus yang memuat unsur pengembangan bakat dan kepribadian manusia secara penuh dan utuh, sehingga tercapai taraf kedewasaan intelektual, psikologis, moral, artistik demi pelayanan kepada sesama manusia. Dengan demikian, pendidikan bagi Universitas Sanata Dharma tidak dipahami sebagai knowledge transfer. Sebaliknya melalui pendidikan individu diajak mengembangkan bakat dan kepribadiannya secara humanistik demi pelayanan kepada sesama.

  Aktualisasi visi dan misi USD di atas secara lebih konkret dirumuskan dalam bentuk profil lulusan USD yang disesuaikan dengan masing-masing fakultas yang ada, salah satunya adalah Fakultas Psikologi. Fakultas psikologi merumuskan profil sarjana psikologi sebagai individu yang memiliki kompentensi atau keunggulan dalam arti:

  a. memiliki kompetensi akademis dan kepribadian yang matang serta menjunjung tinggi kode etik.

  b. Menjunjung tinggi harkat martabat manusia dan humanis.

  c. Memiliki semangat dialogis dan terampil berkomunikasi (disarikan dari misi Fakultas Psikologi USD, dalam Buku Pedoman

  Pembinaan Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma)

  Dari rumusan di atas, muncul pertanyaan mendasar, pertama bagaimana kita mengaktualisasikan profil tersebut dalam kegiatan belajar mengajar dan kurikulum. Kurikulum yang telah disusun sedemikian rupa dan kegiatan belajar mengajar yang terjadi baik di dalam maupun di luar kelas diyakini mampu membantu mahasiswa tidak hanya mengembangkan kompetensi akademisnya namun juga harus dapat memadukannya dengan nilai-nilai humanistik. Kedua, bagaimana kita mengukur dan menentukan sejauh mana mahasiswa memenuhi profil kelulusan tersebut.

  Secara akademis, fakultas relatif lebih mudah mengukur tingkat kompetensi akademis mahasiswa. Indeks prestasi sementara dan kumulatif dapat dijadikan tolok ukur tingkat kompetensi akademis mahasiswa. Namun bagaimana kita mengukur tingkat kematangan psikologis seperti yang dirumuskan dalam statuta, visi USD dan misi Fakultas Psikologi? Dalam praktiknya, syarat kelulusan mahasiswa USD yang dipakai Fakultas Psikologi lebih cenderung ke keunggulan akademis. Syarat kelulusan adalah minimal lulus 144 SKS, termasuk menyelesaikan skripsi. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada alat ukur yang jelas untuk melihat apakah mahasiswa memiliki kematangan psikologis dan bagaimana memadukannya dengan keunggulan akademis.

  Alat ukur yang jelas belum ada karena terkait dengan rumusan kematangan psikologis. Menurut peneliti, rumusan kematangan psikologis masih bersifat abstraks dan secara eksak tidak dapat dilihat sehingga fakultas tidak mudah untuk melihat dan menentukan kematangan psikologis mahasiswa. Karena itu, peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana tingkat kematangan psikologis mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas Psikologi.

  Selain itu, tinjauan kematangan psikologis tersebut mutlak diperlukan karena adanya arus budaya pop yang beriringan dengan kapitalisme global telah melahirkan generasi muda yang hedonis dan konsumtif. Akibatnya, hal tersebut membuat semakin terkikisnya kehidupan religius dan memudarnya sense of crisis (Sindhunata, 1998). Idealnya, mahasiswa saat ini tidak hanya disiapkan menjadi manusia industri namun mereka harus menjadi pengawal perdamaian dan moralitas yang saat ini mulai kehilangan daya imperatifnya (Magnis Suseno, 1998).

  Salah satu tolok ukur kedewasaan atau kematangan psikologis adalah sejauh mana para mahasiswa menjadi pribadi yang matang dengan cara memenuhi tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usia psikologis mereka. Sebagai remaja yang berkembang ke masa dewasa awal, para mahasiswa memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Havighurst (1972) menyatakan bahwa pemenuhan tugas-tugas perkembangan menjadi indikator utama untuk melihat kematangan psikologis seseorang. Tugas-tugas perkembangan ini disesuaikan dengan rentang hidup atau usia individu. Hasil penelitian Agustiani (2002) menunjukkan bahwa tugas perkembangan dapat menghasilkan profil pencapaian tugas perkembangan yang dapat menjadi acuan untuk mengoptimalkan konsep diri dan penyesuaian diri individu. Havighurst (1972) juga mencatat ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemenuhan tugas perkembangan individu. Pertama, faktor internal, yakni: normal tidaknya tingkat perkembangan seseorang, besar kecilnya dorongan atau motivasi untuk matang, dan tingkat kecerdasan individu. Kedua, faktor eksternal, yakni: ada tidaknya kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan yang diberikan oleh lingkungan sosial. Susan Miller (1993) menambahkan ada tidaknya bimbingan ikut mempengaruhi penguasaan individu dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Penelitian Agustiani (2002) menunjukkan orang tua amat berperan dalam pemenuhan tugas-tugas perkembangan terutama berkaitan dengan faktor-faktor tugas perkembangan yang erat dengan tuntutan dan harapan individu. Sedangkan dosen berperan sebagai fasilitator pengajaran bagi mahasiswa.

  Dengan demikian, para mahasiswa perlu mengolah dinamika psikologisnya dan mematangkan diri terutama melalui pemenuhan tugas-tugas perkembangan. Namun dalam perkembangannya, pemenuhan tugas perkembangan menghadapi hambatan yang cukup besar terutama dengan pengembangan aspek psikologis para mahasiswa. Hal ini terindikasikan melalui tidak sedikit mahasiswa mengalami kesulitan dalam studi dan adaptasi sosial serta tidak sedikit yang terjebak pada perilaku anti sosial. Hal ini semakin nampak dalam penelitian Ekowarni (1993) yang menunjukkan bahwa kenakalan remaja erat kaitannya dengan gagalnya tugas-tugas perkembangan.

  Ada dua faktor penyebab tidak mudahnya mahasiswa menuntaskan tugas perkembangannya. Pertama, proses belajar mengajar cenderung dipahami dalam konteks akademis sehingga aspek kemanusiaannya atau aspek psikologisnya kurang tersentuh. Mangunwijaya (1998) mengkritik hal ini dengan mengatakan bahwa manusia harus pertama-tama menjadi manusia yang wajar, utuh, baik, seperti yang diharapkan dari manusia-manusia lain juga. Spiritualitas yang benar adalah kemanusiaan dan pemanusiaan yang semakin meningkat. Secara eksplisit, pendapat tersebut menekankan pada perlunya pematangan dan kedewasan individu dalam proses pendidikan mahasiswa yang tidak melulu dimaknai secara akademis namun juga perlu dimaknai secara psikologis. Artinya proses pendidikan harus mampu membawa para mahasiswa kepada kematangan psikologis, yakni suatu proses di mana individu mampu memenuhi tugas-tugas perkembangannya sesuai dengan masa perkembangannya.

  , sistem pendidikan masih bersifat klasikal. Pendidikan yang di

  Kedua

  selenggarakan, hanya sebatas pengajaran di kelas. Pendampingan secara personal kurang diperhatikan. Akibatnya perkembangan psikologis para mahasiswa tidak terpantau dan kita tidak akan mengetahui dengan pasti dan tepat apa yang sedang dialami dan yang mengganggu para mahasiswa dalam mencapai kematangan psikologisnya. Sebenarnya, Fakultas Psikologi memiliki keunggulan, yakni memiliki banyak dosen yang kompeten di bidang psikologi. Para dosen dapat membantu para mahasiswa berkembang secara bertahap dan bertingkat di mana perkembangan itu tidak dapat dilompati sehingga tidak bisa meneruskan perkembangannya ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika satu tahap perkembangannya tidak dapat dilalui, ia akan tetap berada di tingkat itu hingga masa remaja dan seluruh sisa hidupnya (Hurlock, 2000). Seseorang harus menolongnya kembali ke tahap itu dan menguasainya. Ketika bantuan itu berhasil, ia dapat melanjutkan tugas perkembangan ke tahap selanjutnya secara sehat.

  Namun karena sistem pendidikan di USD masih bersifat klasikal, keunggulan di atas kurang diberdayakan. Susan Miller (1993) mencatat bahwa lembaga pendidikan yang kurang melakukan pendekatan personal dan psikologis dipenuhi individu yang mempunyai harga diri rendah dan akan kesulitan untuk berkembang. Misalnya, individu dari golongan minoritas akan dilingkupi prasangka buruk; individu yang sering mendapatkan siksaan merasa merekalah penyebab siksaan itu; individu yang mengalami pelecehan akan merasa diri tidak berharga; indvidu yang terlalu dilindungi selalu tidak mempunyai peluang mengembangkan rasa percaya dirinya; individu yang diabaikan akan merasa diri bodoh, jelek dan tidak dicintai. Sekarang, seperti yang telah kita pahami, harga diri merupakan dasar pembelajaran. Jika seorang individu percaya bahwa ia merasa tidak mampu, ia menjadi tidak mampu dalam arti sebenarnya dan biasanya dia tidak akan mampu selamanya.

  Dari tulisan di atas, perlulah sebuah kajian tentang proses kematangan psikologis mahasiswa sebagai pondasi dasar pembentukan manusia yang utuh, baik, bertanggung jawab dan seimbang seperti yang tertuang dalam visi dan misi Universitas Sanata Dharma. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, kita dapat melihat sejauh mana para mahasiswa berkembang menjadi pribadi yang matang secara psikologis. Selain itu, penelitian ini juga dapat ikut membantu penyempurnaan pendidikan di Fakultas Psikologi sehingga kelak lahir figur-figur sarjana psikologi yang memiliki kematangan psikologis dan menjadi pelayan bagi sesama.

  B. Rumusan Masalah

  Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Apakah para mahasiswa Fakultas Psikologi telah matang aspek psikologisnya berdasarkan pemenuhan tugas-tugas perkembangannya?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana para mahasiswa Fakultas Psikologi mencapai kematangan psikologis berdasarkan pemenuhan tugas-tugas perkembangan.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis: Menambah pemahaman dan sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi terutama kajian mengenai kematangan psikologis sebagai salah satu basis pendidikan formal.

  2. Manfaat Praktis: Memberi bahan masukan para formator Fakultas Psikologi dalam usaha membantu para mahasiswa mencapai taraf kematangan psikologisnya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Mahasiswa Mahasiswa adalah anak muda yang meneruskan jenjang pendidikan ke

  perguruan tinggi setelah menyelesaikan jenjang sekolah menengah. Secara umum, mahasiswa yang masuk perguruan tinggi berada pada fase remaja akhir dan dewasa awal. Karena itu, pemahaman tentang mahasiswa menurut kacamata psikologi, menggunakan dua pendekatan, yakni mahasiswa ditinjau dari fase remaja dan dewasa awal.

1. Definisi Mahasiswa Sebagai Remaja 1.a. Definisi Remaja

  Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengatakan remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Remaja akan meninggalkan pola hidup anak-anak dan mulai membangun relasi dengan orang yang lebih tua darinya sebagai bagian dari identifikasi dan pencarian jati diri. Integrasi ini didorong oleh kesadaran bahwa dirinya sudah bukan lagi anak-anak dan perubahan-perubahan yang ia alami mendorongnya untuk membangun relasi dengan orang yang lebih tua.

  Segaris dengan Piaget, Monk (dalam Hurlock, 2000) mengatakan remaja adalah individu yang sedang dan atau telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Monk berpendapat bahwa interaksi dengan orang dewasa lebih dimotivasi oleh pengakuan kedudukan sosial seorang remaja.

  Hurlock (2000) berpendapat bahwa remaja merupakan individu yang dalam pencarian kemantapan dan masa reproduksi, yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Hurlock melihat bahwa realitas yang dihadapi remaja lebih kompleks dari pada sekedar membangun relasi dengan orang dewasa. Selain dalam kondisi pencarian kemantapan dan masa reproduksi, remaja juga dalam situasi perubahan nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup baru.

  Melanie Rapp (1998) membagi masa remaja menjadi tiga fase:

  1. Remaja awal (12-14 th): ciri-ciri remaja pada fase ini adalah membangun ikatan dengan teman sebaya, mengurangi ketergantungan emosional dengan orang tua, pertumbuhan fisik yang pesat terutama anak perempuan dan mulai tertarik dengan seks. Pada fase ini remaja begitu perhatian terhadap pertumbuhannya, membangun independensi terutama dalam hubungan dengan keluarga, cenderung berperilaku anti sosial, menilai penting relasi pertemanan dan fungsi ego begitu dominan dalam memandang sesuatu.

  2. Remaja madya (14-17 th): remaja pada fase ini mulai mencari jati dirinya, amat mengutamakan penampilan, dan menganggap hubungan atau relasi sebagai sesuatu yang penting sehingga tidak begitu memusatkan diri pada dirinya sendiri. Pada fase ini, remaja juga mulai mengambil keputusan sendiri, mengembangkan nilai-nilai moral dan membangun kesadaran akan seksualitas. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki juga semakin matang.

  Selain itu, mereka cenderung mencari tantangan dan membangun relasi yang lebih intim dengan orang lain.

  3. Remaja akhir (17-19 th): fase ini ditandai dengan mulai terfokusnya remaja akan masa depan mereka terutama karir, menghilangkan ketergantungan dengan orang tua, dan berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Mereka juga memiliki idealisme tertentu, mengembangkan diri diluar sekolah dan rumah, membangun relasi yang relatif stabil, menjadi pribadi yang independen dan sederajat dengan orang lain.

  1.b. Aspek-aspek perkembangan remaja

  Remaja memiliki tiga aspek perkembangan. Tiga aspek tersebut adalah:

  1.b.1 Aspek perkembangan fisik

  Aspek perkembangan ini didasari oleh pandangan biologis yang mengatakan bahwa biogenetik merupakan penyebab primer perubahan dan perkembangan psikologis dan perilaku remaja. Biogenetik inilah yang memicu kematangan fisio-seksual yang terjadi dalam tubuh remaja (Hall, dalam Fenwick, 1994).

  Perkembangan fisio-seksual remaja biasa disebut sebagai masa pubertas. Masa diawali dengan munculnya menarche atau haid pertama pada anak perempuan. Perkembangan anak laki-laki biasanya ditandai dengan mimpi basah dan tumbuhnya kumis. Walaupun demikian hal tersebut bukanlah satu-satunya ciri yang muncul.

  Pubertas adalah fase perkembangan yang ditandai dengan matangnya kerangka fisiologis dan seksual yang terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja dan terjadi secara gradual atau berangsur-angsur. Karena terjadi secara gradual, kita tidak dapat secara tepat menentukan kapan awal dan akhir pubertas (Santrock, 2002).

  Santrock (2002) mencatat bahwa faktor dibalik pesatnya perkembangan fisik dan seksual pada remaja adalah keluarnya hormon- hormon seksual dalam jumlah besar. Pada anak laki-laki, hormon seksual yang amat berperan adalah testosteron. Hormon ini ini memicu pertumbuhan dan perkembangan alat kelamin, pertambahan tinggi dan perubahan suara. Sedangkan pada anak perempuan, hormon yang berperan adalah hormon estrodiol . Hormon ini memicu berkembangnya buah dada, rahim dan kerangka pada anak-anak perempuan. Nottelmann (dalam Santrock, 2002) menyatakan pada masa pubertas, kedua hormon tersebut berkembang pada anak laki-laki dan perempuan, namun intensitas dan kuantitasnya berbeda. Hormon testosteron meningkat delapan kali lipat pada anak laki-laki dan hanya dua kali lipat pada anak perempuan. Demikian juga hormon estrodiol. Hormon ini berkembang delapan kali lipat pada anak perempuan sedangkan pada anak laki-laki perkembangannya hanya dua kali lipat.

  Hurlock (2000) juga berpendapat bahwa masa pubertas terjadi karena terjadi persenyawaan kimiawi pada diri remaja. Menurut Hurlock tubuh mengeluarkan kelenjar pituitary, yakni kelenjar yang mengeluarkan dua hormon: growth hormon yang memacu pertumbuhan individu dan hormon gonadotrofik yang merangsang gonad - bibit atau sperma pada laki-laki dan sel telur pada perempuan

  • – tumbuh berkembang. Dengan berkembangnya gonad, alat seks primer bertambah besar dan mencapai kematangannya. Demikian juga alat seks sekunder seperti, tumbuhnya rambut kemaluan, menonjolnya jakun pada laki-laki, membesarnya pinggul pada perempuan mulai berkembang. Hurlock juga mencatat, interaksi antara hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung terus dan mulai menurun ketika perempuan mendekati menopause dan laki-laki mengalami climateric.

  1.b.2. Aspek perkembangan kognitif

  Setelah memasuki usia remaja, anak memiliki kemampuan mengembangkan cakrawala kognitif yang baru dan lebih luas. Mereka secara berlahan-lahan mengembangkan pola berpikir abstrak, logis dan idealis. Mereka mulai memahami pemikiran orang lain dan menyadari bahwa tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama dengannya; mulai mengintepretasikan dan memantau lingkungan sosial.

  Ada beberapa beberapa teori tentang perkembangan kognitif remaja. Pertama, teori operasional formal Piaget. Piaget (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa remaja mulai mengembangkan penalaran-penalaran abstrak juga diikuti pola pikir remaja yang mulai logis. Remaja mulai berpikir tentang perencanaan, pemecahan masalah, mulai menguji perencanaan dan pemecahan masalah yang ia ambil secara sistematis dan mulai mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan suatu pertimbangan tertentu. Piaget (ibid.) menamakan pola pikir tersebut sebagai penalaran deduktif hipotesis, yakni suatu penalaran kognitif yang mengembangkan hipotesis untuk mencari cara pemecahan masalah.

  Pemikiran remaja juga memiliki pemikiran yang idealis. Mereka mulai mengembangkan gambaran ideal tentang dirinya dan orang lain. Juga mulai membandingkan dirinya dengan orang lain.

  Gambaran ideal itu sering berupa fantasi atau kayalan tentang masa depan (Santrock, 2002).

  Kedua, Vigotsky (Ratner, 1991) berpendapat bahwa remaja

  mulai berkembang dari proses psikobiologis menuju pemenuhan fungsi-fungsi psikologis. Proses psikobiologis mulai berkembang saat anak- anak dan ditandai gerakan refleks dan spontan, temperamental

  traits , dan proses kesadaran yang belum sempurna. Setelah

  menginjak masa remaja, individu mulai mengambangkan fungsi- fungsi psikologisnya, yakni membentuk kesadaran, mengembangkan fungsi mental dan mulai menemukan karakteristik personal dengan cara membangun interaksi sosial atau belajar sosial.

  Ketiga, Robert Selvan berpendapat bahwa perkembangan

  kognitif bertitik pada pengambilan peran sosial atau kognisi sosial, yakni kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain sebagai subjek, untuk bereaksi terhadap orang lain sebagamana terhadap diri sendiri dan untuk bereaksi terhadap perilaku diri sendiri dari sudut pandang orang lain. Dalam tahap perkembangan kognitifnya, Selvan mencatat bahwa remaja mulai memahami perspektif orang ketiga dan mampu memahami suatu pandangan secara lebih mendalam dan dalam ruang lingkup yang lebih luas, termasuk pandangan masyarakat.

  1.b.3. Aspek Perkembangan Sosio-emosional 1.b.3.a. Relasi dan konflik dengan orang tua

  Perkembangan sosio-emosional remaja diawali dengan adanya perubahan pola relasi remaja dengan orang tuanya. Pada masa remaja, individu mulai mencoba melepaskan keterikatan emosional dengan orang tua. Ia ingin menjadi pribadi yang otonom. Namun disisi lain, orang tua tidak akan begitu saja melepaskan remaja. Hal inilah yang sering kali menjadi sumber konflik antara orang tua dan remaja (Santrock, 2002).

  Walaupun ingin terlepas dengan orang tua, remaja tetap membangun kelekatan atau attachment dengan orang tua. Fromm (2001) beropini bahwa kebebasan menuntut banyak tanggung jawab dan resiko. Berdasarkan opini ini remaja tetap berusaha membangun kelekatan dengan orang tua. Papini dkk. (dalam Santrock, 2002) menemukan bahwa kelekatan yang kokoh dengan orang tua dapat membantu remaja dalam menghadapi perasaan cemas dan depresi akibat transisi masa anak-anak ke masa dewasa.

  Selain masalah otonomi, konflik dengan orang tua juga disebabkan karena perubahan fisiologis, perkembangan kognitif, perubahan peran dan harapan sosial (Santrock, 2002). Walaupun menimbulkan perasaan tidak nyaman bahkan dapat menimbulkan luka batin, konflik dengan orang tua sebenarnya dapat membantu remaja dalam menjalani masa transisi dari ketergantungan pada masa anak- anak menuju masa kedewasaan (ibid.). Secara konkret, konflik dengan orang tua membantu remaja dalam memikirkan problem

  solving , menyadari peran dan harapan sosial, memahami perubahan

  fisio-psikologisnya dan mulai mencari jati dirinya. Namun demikian, konflik dengan orang tua tetap memiliki potensi menimbulkan ketidaksehatan psikologis pada remaja apabila konflik tersebut berlangsung lama dan berulang-ulang. Konflik yang berkepanjangan ini sering memunculkan masalah pada remaja seperti lari dari rumah, putus sekolah, perilaku seks pra nikah dan kenakalan remaja.

  1.b.3.b. Relasi dengan teman sebaya

  Remaja juga mulai membangun relasi sosio-emosional dengan teman sebaya. Ada dua model besar relasi remaja. Pertama, remaja akan mengembangkan relasi yang bersifat komunal, yakni membangun kedekatan dengan beberapa teman sebayanya. Model ini mewujud dalam dua bentuk, yaitu kelompok (crowd) dan Klik (cliques). Kelompok adalah kumpulan remaja dengan teman-teman sebayanya dalam jumlah yang besar dan tidak memiliki kedekatan emosional antar anggotanya. Biasanya kelompok terbentuk karena ada kesamaan hobi, minat atau kepentingan yang sama. Klik adalah kelompok yang lebih kecil jumlahnya dibandingkan crowd namun memiliki kedekatan emosional yang mendalam. Klik terbentuk lebih disebabkan adanya kesamaan persepsi, pengalaman atau perasaan (Santrock, 2002). Secara umum, relasi bersifat komunal ini membantu remaja menumbuhkan harga dirinya dan mengembangkan kemampuan sosial

  Kedua , relasi yang bersifat individual dan personal. Relasi

  ini sering disebut sebagai pacaran atau kencan. Relasi ini tidak lepas dari pengaruh berkembangnya fungsi seksual remaja. Hormon seksual yang berkembang akan menimbulkan pengaruh psikologis berupa rasa cinta dan tertarik dengan lawan jenis. Santrock (ibid.) mencatat bahwa remaja meluangkan banyak waktu untuk berkencan dan mulai menggeser fungsi kencan atau pacaran sebagai fase awal pertunangan menjadi sebuah pola relasi yang bersifat rekreatif, sumber status dan prestasi, serta tempat untuk belajar tentang relasi yang akrab.

  Selain membantu remaja dalam membangun relasi yang bersifat personal dan intim, pacaran juga bermanfaat mengembangkan pengetahuan berkaitan dengan peran gender dan harapan masyarakat berkaitan dengan gender. Selain itu, Susana (2001) berpendapat bahwa masa pacaran membantu individu mengelola perasaan-perasaan suka, cinta, cemburu dan lain sebagainya. Masa remaja juga membantu remaja untuk tidak mudah hanyut dalam perasaan tersebut pada lawan jenisnya yang tak jarang sulit dibedakan dari dorongan seksual belaka.

  1.b.3.c. Identitas Remaja

  Erikson (dalam Hall, 1998) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa terjadinya kebingungan atau kekacauan identitas dan masa pencarian identitas. Kebingungan identitas disebabkan oleh perubahan persepsi lingkungan sosial terhadap remaja yang sudah tidak lagi anak-anak namun belum pantas disebut orang remaja. Hal ini menimbulkan rasa tidak aman dan menimbulkan krisis identitas.

  James Marcia (dalam Santrock, 2002) berpendapat terbentuknya identitas remaja ditentukan oleh dua hal yakni krisis dan komitmen. Krisis adalah masa dimana remaja memilih pilihan-pilihan yang bermakna, sedangkan komitmen adalah pengambilan tanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Interaksi kedua inilah yang nantinya membantu remaja dalam menemukan dan membentuk identitas dirinya. Ada empat status atau fase perkembangan indentitas remaja, yaitu:

  1. Penyebaran identitas (identity diffusion), yaitu fase dimana remaja belum mengalami krisis atau mengambil komitmen.

  

2. Pencabutan identitas (identity foreclosure) , yaitu fase

  dimana remaja sudah membuat komitmen namun belum mengalami krisis.

  

3. Penundaan identitas (identity moratorium) , yaitu fase

  dimana remaja sedang mengalami krisis namun belum membuat komitmen.

  

4. Pencapaian identitas (identity achievement) , yaitu fase

  dimana remaja sudah mengalami krisis dan sudah membuat komitmen.

  Marcia juga mengatakan ada tiga aspek yang penting dalam pembentukan identitas diri, yaitu perlunya membangun kepercayaan dan dukungan orang tua, mengembangkan ketekunan dan memiliki perspektif tentang masa depan. Secara khusus, kepercayaan dan dukungan orang tua memiliki peran yang amat vital. Hal ini nampak dalam adanya pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan identitas diri remaja. Pola asuh yang otokratik dimana remaja terlalu dikendalikan oleh orang tua dan tidak memiliki peluang untuk memilih justru akan menghambat pembentukan identitas diri. Begitu juga pola asuh yang permisif justru akan menimbulkan kebingungan identitas.