Perbedaan perilaku konsumtif wanita yang bekerja di kantor dengan wanita yang berwirausaha - USD Repository
PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF WANITA YANG BEKERJA DI
KANTOR DENGAN WANITA YANG BERWIRAUSAHA
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
THERESIA EKA IRAWATI
NIM : 079114015
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
Father, I abandon myself into your hands; do with me what you will.
Whatever you may do, I thank you: I am ready for all, I accept all.
Let only your will be done in me, and in all Your creatures – I wish no more than this, O Lord. Into Your hands I commend my soul; I offer it to You with all the love of my heart,
For I love You Lord, and so need to give myself, to surrender myself into Your hands, without reserve, and with boundless confidence, For You are my Father.
Prayer Of Abandonment – Charles De Foucauld Hasil karyaku ini kupersembahkan kepada: TuhanKu Yesus Kristus, yang selalu menyertai, melindungiku dan mengabulkan semua doa-doaku Orang Tuaku,
Papa Kurnianto dan Ibu Agustina Isbandinah, yang selalu mendoakanku Calon Pendamping Hidupku,
Yohanes Cahyono, yang selalu memberikan semangat dan doa
nya untukku Saudara-saudara , teman dan sahabatkuTerimakasih atas dukungan kalian semua, semangat dan doanya, suk ses untuk kalian semua…!!! <<<<< GOD BLESS U ALL >>>>>
PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF WANITA YANG BEKERJA DI
KANTOR DENGAN WANITA YANG BERWIRAUSAHA
Theresia Eka Irawati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku konsumtif wanita yangbekerja di kantor dengan wanita yang berwirausaha. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
perbedaan signifikan perilaku konsumtif pada wanita yang bekerja di kantor dengan wanita yang
berwirausaha. Subyek dalam penelitian ini adalah 40 wanita yang bekerja di kantor dan 40 wanita
yang berwirausaha, dengan kriteria wanita dewasa muda. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan skala perilaku konsumtif yang disusun sendiri oleh peneliti. Uji reliabilitas
menggunakan Alpha-Cronbach yang menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,905. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik differensial uji-t (T-test). Dari hasil analisis data,
diperoleh nilai t sebesar -2,722. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,008 (p < 0,05). Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan perilaku konsumtif pada wanita yang bekerja di
kator dengan wanita yang berwirausaha. Kata kunci: perilaku konsumtif, wanita pekerja kantor, wanita wirausaha
THE DIFFERENCES IN CONSUMTIVE BEHAVIOR BETWEEN
FEMALE OFFICE EMPLOYEES AND FEMALE ENTREPRENEURS
Theresia Eka Irawati
ABSTRACT
This research is aimed at understanding the difference in consumptive behavior betweenfemale office employees and female entrepreneurs. The hyphothesis in this research is the existing
significant difference of consumptive behavior between female office employees and female
entrepreneurs. The subject in the research are 40 female office workers and 40 female
entrepreneurs, with the criteria of young-adult female. The data is collected using consumptive
behavior scale composed by researcher. The reliability test used is Alpha-Cronbach, with
reliability coefficient resulted of 0,905. The data obtained is analyzed using T-test differential
technique. Based on the result of the data analysis t is -2,722 with significance value of 0,008
(p<0,05). It show that there are significant differences in consumptive behavior between female
office employees and female entrepreneurs.Keywords: consumptive behavior, female office employee, female entrepreneur
KATA PENGANTAR
Kemuliaan kepada Allah Bapa di surga, karena atas Roh KudusNya, sehingga pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini menyajikan “Perbedaan Perilaku Konsumtif Wanita Yang Bekerja di Kantor Dengan Wanita Yang Berwirausaha ”. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sedikit sumbangan pada perkembangan psikologi konsumen dan psikologi wanita dewasa ini.
Semua yang tertuang dalam skripsi ini diperoleh dengan kerja keras dan tidak lain karena peran, bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan, dan doa dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkatnya yang sungguh luar biasa untuk hidupku ini.
2. Orangtuaku atas limpahan kasih sayangnya yang selalu ada untukku,
dukungan, semangat, doa-doa yang selalu dipanjatkan tiap harinya.
3. Ibu Dr.Ch.Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas semester dan memberikan masukan yang berharga untuk kelancaran kuliah ini.
5. P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi.,M.A. Selaku Dosen Pembimbing.
Terima kasih untuk bimbingan, arahan, kesabaran, kritik, saran, dan waktu sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dan semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi penulis.
6. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. dan Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi.
Selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan pengetahuan untuk kesempurnaan penelitian ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma atas ilmu, masukan, dan pengalaman-pengalaman yang tak terlupakan selama perkuliahan.
8. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: Mas Gandung, Mbak nanik, dan Pak Gi’, Mas Muji dan Mas Doni, dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas semua pelayanan yang telah diberikan, sukses selalu untuk semua.
9. Untuk calon suamiku tersayang Yohanes Cahyono, terimakasih atas semua dukungan, d oa, dan bantuan yang telah diberikan. GBU….
11. Untuk sahabatku Rentri dan Chintya terimakasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Sukses selalu untuk karier dan cintanya ya jenk.
12. Untuk mbak nina, mbak nonik, putri, arum, kristi, dan semua teman- teman mudika terimakasih atas bantuan dan dukungannya.
13. Untuk mbak goseta, ussy, ayuk, odil, ayuk ndut dan teman-teman fakultas Psikologi angkatan 2007, terimakasih buat canda tawa, curhat, ngrumpi, jalan-jalan bareng dan sharingnya selama ini. Sukses selalu teman-
temanku, Good Luck & Good Bless U Guys….
14. Untuk kakak-kakak angkatan yang telah memberikan masukan dan referensi buatku. Terimakasih ya mbak-mbak dan mas-mas. Sukses untuk kalian semua.
15. Untuk mbak ria dan mbak ani terimakasih atas bantuan dan doanya.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................... vi
ABSTRAK.............................................................................................. vii
ABSTRACT........................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............ ix
KATA PENGANTAR............................................................................. xDAFTAR ISI............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………….... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................
7 C. Tujuan Penelitian......................................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ………………………………………….. 9
A. Perilaku Konsumtif………………………………………….... 9 1. Pengertian Perilaku Konsumtif.............................................
9
2. Indikator Perilaku Konsumtif................................................ 10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku Konsumtif...............................................................................
13 B. Wanita ……………………………………………………….... 16
1. Pengertian Wanita Dewasa.................................................... 16
2. Wanita Bekerja Kantoran………………………………….... 17
3. Wanita Wirausaha………………………………………….... 19
a. Pengertian…………………………..…………………...... 19 b.
Motivasi wanita memilih bekerja sebagai wirausaha…… 21
C. Perbedaan Wanita Yang Bekerja Di Kantor Dengan Wanita W irausaha……………………………………... 22 D.Perbedaan Perilaku Konsumtif Wanita Yang Bekerja Di Kantor
Dengan Wanita Yang Berwirausaha…………………………… 25
E. Hipotesis………………………………………………………... 29
BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………........... 30
F. Validitas dan Reliabilitas............................................................ 34
1. Uji Validitas………………………………………………….. 34
2. Seleksi Item…………………………………………………... 35
3. Reliabilitas…………………………………………………..... 40
G. Persiapan Penelitian…………………………………………….. 41
1. Pel aksanaan Uji Coba………………………………………….... 41 H. Metode Analisis Data.................................................................. 42
BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………….... 43
A. Pelaksanaan Penelitian................................................................ 43
B. Deskripsi Subyek Penelitian........................................................ 43
1. Data Subyek Penelitian……………………………………..... 44
C. Deskriptif Data Penelitian........................................................... 45
D. H asil Penelitian………………………………………………..... 46
1.Uji Asumsi................................................................................ 46
a. Uji Normalitas……............................................................... 46
b. Uji Homogenitas.................................................................... 47
2. Uji Hipotesis………………………………………………...... 48
E. Pembahasan……………………………………………………... 50
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Wirausaha dan Karyawan Menurut Sunarya, Sudaryono, Saefullah, 2010............................................................................... 24
Tabel 2. Blue Print dan Persebaran Butir Aitem Skala Perilaku konsumtif (Sebelum Uji coba)......................................................................... 34
Tabel 3. Blue Print dan Persebaran Butir Aitem Skala Perilaku konsumtif (Setelah Uji coba)........................................................................... 37
Tabel 4. Blue Print dan Persebaran Butir Aitem Skala Perilaku konsumtif (Penelitian)..................................................................................... 39
Tabel 5. Uji Reliabilitas............................................................................... 41 Tabel 6. Data Usia........................................................................................ 43 Tabel 7. Data Status Perkawinan.................................................................. 44 Tabel 8. Data Pendidikan Terakhir............................................................... 44 Tabel 9. Data Pendapatan Per Bulan............................................................ 44 Tabel 10. Data Pengeluaran Per Bulan......................................................... 45 Tabel 11. Tingkat Perilaku Konsumtif Secara Keseluruhan......................... 45 Tabel 12. Hasil Perhitungan Kolmogorov-Smirnov Test............................ 47 Tabel 13. Hasil Perhitungan Homogenitas Varian ..................................... 48 Tabel 14. Hasil Perhitungan T-Test............................................................. 49
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Skala Tryout Perilaku Konsumtif........................................
56 Lampiran 2. Skala Penelitian Perilaku Konsumtif...................................
63 Lampiran 3. Skor Total Perilaku Konsumtif............................................
69 Lampiran 4. Reliabilitas Perilaku Konsumtif Sebelum Item Gugur.........
78 Lampiran 5. Reliabilitas Perilaku Konsumtif Setelah Item Gugur............ 79 Lampiran 6. Uji Normalitas.....................................................................
81 Lampiran 7. Uji Homogenitas..................................................................
89 Lampiran 8. Uji T-test..............................................................................
90
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman telah membawa pengaruh pada perilaku
membeli seseorang. Banyaknya barang-barang di pasaran dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap pembelian dan pemakaian barang. Pembelian suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan (need), melainkan karena keinginan (want). Kebiasaan dan gaya hidup juga berubah dalam waktu yang relatif singkat menuju ke arah kehidupan yang semakin mewah dan cenderung berlebihan (Lina & Rosyid, 1997).
Informasi mengenai produk, baik melalui iklan, promosi langsung maupun penjualan secara langsung, berkembang semakin bervariasi dan cepat dengan menggunakan teknologi yang canggih. Seringkali pusat- pusat perbelanjaan juga memberikan potongan harga yang mendorong para konsumen untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Seseorang yang senang berbelanja kadangkala tidak menyadari bahwa dirinya telah membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. keinginan daripada kebutuhan (dalam Sumartono, 2002). Pernyataan tersebut senada dengan Anggarasari (1997) yang mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Perilaku konsumtif juga membuat seseorang selalu merasa tidak puas terhadap barang yang dimilikinya.
Perilaku konsumtif biasanya didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial tersebut dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan, berhutang sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif memiliki dampak negatif seperti dampak ekonomi, dampak psikologis, dampak sosial bahkan dampak etika. Dampak ekonomi yang sering terjadi ketika seseorang berperilaku konsumtif adalah pemborosan dan inefisiensi biaya sedangkan dampak psikologis yang ditimbulkan akibat perilaku konsumtif
adalah kecemasan dan rasa tidak aman (Zebua & Nurdjayadi, 2001).
Pemborosan terjadi bila perilaku membeli tidak lagi menempati fungsi yang sebenarnya yaitu memenuhi kebutuhan tetapi lebih memenuhi kecemasan. Hal tersebut dikarenakan seseorang selalu merasa bahwa ada tuntutan untuk membeli barang yang diinginkannya. Akan tetapi kegiatan pembelian tidak ditunjang dengan finansial yang memadai sehingga menimbulkan rasa cemas karena keinginannya tidak terpenuhi. Rasa tidak aman yang disebakan karena perilaku konsumtif yaitu ketika seseorang melakukan pembelian barang secara berlebihan. Perilaku tersebut akan menyebabkan rasa tidak aman pada diri seseorang terhadap kondisi keuangannya. Rasa tidak aman timbul karena menipisnya keadaan keuangan sedangkan masih ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi (Zebua & Nurdjayadi, 2001).
Menurut Tambunan (2001), wanita lebih tertarik pada warna dan bentuk serta lebih cenderung subyektif dalam berbelanja. Munandar (2001) juga menyatakan bahwa wanita senang berbelanja karena lebih tertarik pada gejala mode, mementingkan status sosial, dan kurang tertarik pada hal-hal teknis dari barang yang akan dibelinya.
Wanita dapat menghabiskan waktunya menelusuri hampir semua pusat perbelanjaan yang ada (Clendinning, 2001). Wanita merasa nyaman barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan berlebihan dapat membuat seseorang menjadi konsumtif (Fromm, 1995).
Wanita yang bekerja dan tidak bekerja memiliki perbedaan dalam hal pengeluaran (Sudarto, 2003). Hal tersebut disebabkan wanita yang bekerja ingin menikmati uang hasil kerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. Sebaliknya pada wanita yang tidak bekerja, pemenuhan kebutuhan mereka masih berasal dari orang lain sehingga mereka tidak leluasa dalam menggunakan uang.
Wanita bekerja untuk mendapatkan dana atau penghasilan. Wanita yang telah mandiri dalam bidang keuangan dapat dengan leluasa menggunakan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kebutuhan untuk berpenampilan lebih baik membuat wanita memiliki pengeluaran yang lebih banyak (Sudarto, 2003). Sebagai contoh, seorang wanita yang memiliki penghasilan 800 ribu rupiah membelanjakan 400 ribu rupiah dalam waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Tersisa 400 ribu lalu membelanjakan sepasang sepatu seharga 300 ribu hanya untuk menuruti keinginannya saja, maka wanita tersebut dapat disebut berperilaku konsumtif. yang berwirausaha adalah seorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha baru. Penghasilan yang diterima oleh wirausaha juga bervariasi dan tidak teratur setiap bulannya (Sunarya, Sudaryono, & Saefullah, 2010).
Menurut Sumartono (2002) terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan potensi munculnya perilaku konsumtif pada diri seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi, harga diri, pengamatan, pengalaman, dan proses belajar. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kebudayaan, kelompok sosial, serta keluarga. Faktor-faktor perilaku konsumtif tersebut juga dapat mempengaruhi wanita yang sudah bekerja.
Wanita yang bekerja di kantor dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk perilaku konsumtif. Beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif pada wanita yang bekerja di kantor adalah motivasi dan harga diri. Wanita yang bekerja di kantor memiliki gaji yang tetap setiap bulannya sehingga mereka tidak takut dan tidak merasa cemas untuk membelanjakan uangnya. Hal tersebut dapat memotivasi wanita yang bekerja di kantor untuk berbelanja. Sedangkan pekerjaan tetap yang dapat dibanggakan apalagi bila mendapatkan gaji yang tinggi dan posisi yang diperhitungkan di kantornya. Selain itu seiring dengan berubahnya trend yang terjadi di masyarakat pada akhirnya wanita yang bekerja di kantor membawa kebiasaan mempercantik diri ke dalam dunia kerja, sehingga penampilan dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria dalam penilaian karyawan dan diperhitungkan dalam promosi karir. Hal tersebut membuat wanita yang bekerja di kantor lebih banyak mengeluarkan uang untuk berbelanja demi menjaga harga dirinya di depan teman-teman kantor atau koleganya. Sedangkan wanita wirausaha tidak mempunyai tuntutan untuk berpenampilan menarik dan modis di depan teman-teman sesama wirausaha customer ataupun pelanggannya. Sehingga lebih memilih untuk menabung daripada membelanjakan uangnya (Sunarya, Sudaryono, & Saefullah, 2010).
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif wanita yang telah bekerja di kantor adalah kelompok referensi atau acuan.
Menurut Sumartono (2002) perilaku konsumen yang terbentuk dalam kelompok referensi akan mempengaruhi perilaku membeli yang menjadi bagian dari kelompok referensi tersebut. Kelompok referensi dapat
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perbedaan perilaku konsumtif wanita yang bekerja di kantor dengan wanita yang berwirausaha.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara wanita yang bekerja di kantor dengan wanita yang berwirausaha? C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku konsumtif antara wanita yang bekerja di kantor dengan wanita yang berwirausaha.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan pada bidang psikologi konsumen terutama penelitian mengenai perbedaan perilaku konsumtif wanita yang bekerja di kantor dengan wanita yang berwirausaha.
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan refleksi dan evaluasi berkaitan dengan perilaku belanja pada wanita yang sudah bekerja.
BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono,
2002) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah kencenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan.
Sedangkan Anggasari (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan.
Lebih lanjut, Dahlan (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah kencenderungan manusia untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas dan lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan sehingga sifatnya menjadi berlebihan serta ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik tanpa ada pertimbangan yang matang dan tidak memperhitungkan uang yang
dimiliki dan hanya untuk mencapai kepuasan yang maksimal.
2. Indikator Perilaku Konsumtif
Definisi konsep perilaku konsumtif amatlah variatif, tetapi pada intinya pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan pokok. Berikut ini adalah indikator perilaku konsumtif menurut Sumartono (2002) : a. Membeli produk karena iming-iming hadiah: individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut.
b. Membeli produk karena kemasannya menarik: individu
c. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi: individu mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya individu tersebut mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya dengan tujuan agar seseorang selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain.
Seseorang membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri.
d. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya): individu juga cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.
e. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status: individu yang sudah bekerja mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan idolanya. Seseorang juga cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan public figure produk tersebut.
g. Membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi: individu sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
h. Membeli lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda): individu akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya. Menurut peneliti karena ada persamaan pengertian maka aspek c dan e dijadikan satu aspek dan aspek d dan g juga dijadikan satu aspek.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif ada 6 yaitu: membeli unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan, membeli lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono (2002) ada dua faktor penting dalam perilaku konsumtif yakni : Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif adalah :
a. Motivasi: merupakan pendorong perilaku seseorang, tidak terkecuali dalam melakukan pembelian atau penggunaan jasa yang tersedia dipasar.
b. Harga diri: berpengaruh pada perilaku membeli, karena orang yang harga dirinya rendah akan cenderung mudah dipengaruhi daripada harga dirinya tinggi.
c. Pengamatan: sebelum seseorang mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, seseorang akan mendasarkan keputusannya pada pengamatan yang dilakukan atas produk tersebut. konsumen untuk tidak membeli produk yang sama disaat yang berbeda.
e. Proses belajar: proses ini terjadi karena adanya interaksi antara manusia (Organisme) yang dasarnya bersifat individual dengan lingkungan khusus tertentu. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa: Pembelajaran konsumen adalah suatu proses, jadi pembelajaran ini secara terus menerus berlangsung dan berubah sebagai akibat dari pengetahuan yang diperoleh (dengan membaca, diskusi, observasi, atau berfikir). Pengetahuan baru dan pengalaman pribadi berfungsi sebagai timbal balik bagi individu dan memberikan patokan pada perilakunya dimasa yang akan datang dalam situasi yang serupa. Faktor Eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumtif dalam membeli barang terdiri dari,kebudayaan, kelompok sosial, referensi serta keluarga.
a. Kebudayaan: adalah keyakinan, nilai-nilai perilaku dan
perilaku, konsep diri dan sosial, prioritas hidup dan sebagai konsumen berperan dalam pemilihan produk.
b. Kelompok sosial: merupakan pengelompokan suatu komunitas tertentu yang pada akhirnya menentukan tinggi rendahnya seseorang apakah kelas sosial atas, menengah dan bawah. Ciri dan kebiasaan (Life Style) seseorang
menjadi tanda dimana letak kelasnya.
c. Referensi atau kelompok acuan: merupakan individu atau kelompok orang yang dianggap memiliki referensi yang signifikan pada seseorang dalam mengevaluasi, memberikan aspirasi atau dalam berperilaku. Keluarga sebagai lingkungan pertama tempat individu dikenalkan dan biasanya terhadap nilai, kebiasaan dan pola kehidupan.
Apabila keluarga membiasakan pola hidup mewah dan berlebihan maka akan terbentuk individu-individu yang
hidup mewah, hedonis dan konsumtif.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif ada dua faktor yaituB. Wanita 1. Pengertian Wanita Dewasa
Menurut Kartini Kartono (2006) dengan berakhirnya masa adolesensi, tibalah anak gadis pada masa kedewasaan. Ciri utama dari usia adolesensi ialah: mampu mengaitkan realitas dunia luar yang obyektif dengan Aku-nya sendiri dan mampu mengendalikan dorongan- dorongan dari dalam, untuk diarahkan pada tujuan yang berarti. Batas mengenai masa adolesensi sebenarnya tidak jelas dan relatif tergantung pada masing-masing individu.
Kedewasaan sendiri bisa diartikan sebagai satu pertanggungjawaban penuh terhadap diri sendiri, bertanggung jawab atas nasib sendiri dan atas pembentukan diri sendiri. Dalam usia kedewasaan tadi wanita muda mulai memahami konstitusi diri sendiri.
Ciri kedewasaan lainnya adalah teratur. Dapat dinyatakan bahawa gambaran pribadi seorang wanita dewasa secara karakterologis dan normatif adalah pribadi yang sudah punya bentuk dan relative stabil sifatnya. Dengan adanya kestabilan ini dimungkinkan usaha untuk memilih relasi sosial, bidang studi, dan profesi atau pekerjaan, yang karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu
keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.
Dari berbagai pandangan umum, kerja merupakan bagian dari kehidupan manusia yang paling mendasar dan essensial. Kalau menanyakan pada seseorang tentang mengapa ia bekerja, maka jawaban yang umum diperoleh adalah untuk mendapatkan uang. Melalui kerja seseorang memperoleh uang dan uang tersebut dapat dipakai untuk memuaskan semua tipe kebutuhan (Anoraga, 1992).
Bagi semua orang, bekerja merupakan sarana untuk menuju ke arah terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh kekuasaan itu pada orang lain (Anoraga, 1992). Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ia mampu berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak (Anoraga, 1992).
Menurut Alwi (2000) bekerja adalah kegiatan melakukan dihasilkan sesuai dengan pendidikan, minat dan kemampuan sehingga hidup ini menjadi terasa menyenangkan.
Van Vuuren (dalam Dwijanti, 1999) mengatakan bahwa seorang wanita disebut bekerja bila ia mendapat gaji dari seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yaitu menjadi pekerja atau karyawati, mempunyai jadwal tertentu, jarang di rumah sehingga waktunya terbatas untuk bertemu dengan keluarga di rumah. Lebih lanjut, ia mendefinisikan wanita bekerja sebagai wanita yang melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara teratur, di luar rumah dengan jadwal atau jangka waktu tertentu.
Haditono (1989), mengatakan bahwa wanita yang bekerja (wanita karya) adalah para wanita yang bekerja di luar rumah, misalnya bekerja di kantor, sebagai guru, apoteker, dokter, pegawai bank atau bekerja di pabrik sebagai buruh dan sebagainya. Wanita bekerja di kantor mempunyai kegiatan atau pekerjaan yang formal karena
pekerjaan tersebut mempunyai jadwal dan jangka waktu tertentu.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa wanita yang bekerja di kantor adalah wanita yang mempunyai
3. Wanita Wirausaha a. Pengertian
Kao (dalam Sunarya, Sudaryono, Saefullah, 2010) mendefinisikan kewirausahaan (entrepreneurship) sebagai usaha untuk menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan risiko yang tepat, dan melalui ketrampilan komunikasi dan manajemen untuk mobilisasi manusia, uang, dan bahan-bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya terlaksana dengan baik.
Hisrich et al. (dalam Sunarya, Sudaryono, Saefullah, 2010) lebih lengkap mendefinisikan entrepreneurship berdasarkan tiga
pendekatan, yaitu pendekatan ekonom, psikolog, dan pebisnis.
a. Pandangan ahli Ekonomi: kewirausahaan adalah orang yang membawa sumber-sumber daya, tenaga, material, dan aset-aset lain ke dalam kombinasi yang membuat nilainya lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, dan juga seseorang yang memperkenalkan perubahan inovasi/ pembauran, dan suatu order/ tatanan atau tata dunia baru. c. Pandangan Pelaku Bisnis: kewirausahaan adalah seorang pebisnis yang muncul sebagai ancaman, pesaing yang agresif, sebaliknya pada pebisnis lain sesama wirausaha mungkin sebagai sekutu/mitra, sebuah sumber penawaran, seorang pelanggan, atau seseorang yang menciptakan kekayaan bagi orang lain, juga menemukan jalan yang lebih baik untuk memanfaatkan sumber-sumber daya, mengurangi pemborosan, dan menghasilkan lapangan pekerjaan baru bagi orang lain yang dengan senang hati menjalankannya.
Menurut Sunarya, Sudaryono, Saefullah (2010) Wirausaha adalah seseorang yang memutuskan untuk memulai suatu bisnis sebagai pewaralaba (franchisor) menjadi terwaralaba (franchisee), memperluas sebuah perusahaan, membeli perusahaan yang sudah ada, atau barangkali meminjam uang untuk memproduksi suatu produk baru atau menawarkan suatu jasa baru, serta merupakan manajer dan penyandang resiko. Menurut David (dalam Sunarya, Sudaryono, Saefullah, 2010), wirausaha adalah seorang yang mengorganisasikan bisnis seseorang yang berdasar atas kemauan dan kemampuan sendiri sedangkan wirausaha adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat kewirausahaan yang memiliki keberanian dalam mengambil risiko dalam menangani usaha yang berdasar atas kemampuan dan kemauannya sendiri.
b. Motivasi wanita memilih bekerja sebagai wirausaha
Menurut Sunarya, Sudaryono, Saefullah (2010) Secara umum motivasi seseorang untuk menjadi wirausaha antara lain: a. Laba: dapat menentukan berapa laba yang dikehendaki, keuntungan yang diterima, dan berapa yang akan dibayarkan kepada pihak lain atau pegawainya.
b. Kebebasan: bebas mengatur waktu, bebas dari supervise, bebas aturan main yang menekan atau intervensi orang lain, bebas dari aturan budaya organisasi atau perusahaan.
c. Impian personal: bebas mencapai standar hidup yang diharapkan, lepas dari rutinitas kerja yang membosankan karena harus mengikuti visi, misi, dan impian orang lain.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemilik bisnis mikro, kecil, dan atau menengah percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak uang, dan lebih membanggakan daripada bekerja di suatu perusahaan besar.
C. Perbedaan Wanita Yang Bekerja Di Kantor Dengan Wanita
Wirausaha Menurut Bernadib (1982), wanita atau ibu-ibu yang bekerja di kantor adalah ibu-ibu rumah tangga di luar rumah yang meninggalkan kesibukan rumah tangganya minimal empat jam setiap hari. Mereka bekerja di luar rumah untuk mencari tambahan penghasilan atau untuk mengabdi pada masyarakat, Negara, dan bangsa paling sedikit selama lima tahun berturut-turut secara terus menerus dan berkelanjutan.Wanita wirausaha termasuk dalam ibu-ibu yang tidak mempunyai pekerjaan yang rutin atau formal dan penghasilan yang didapat juga bervariasi. Mereka selalu berada di rumah untuk mengurus segala urusan dan keperluan rumah tangga. Ibu rumah tangga atau ibu yang tidak bekerja mempunyai pekerjaan yang tidak formal, di mana mereka melakukan formal dan teratur sehingga pendapatan yang diterima setiap bulannya tetap sedangkan wanita wirausaha tidak mempunyai pekerjaan formal dan pekerjaannya lebih berkisar pada kegiatan rumah tangga, pendapatan yang diterima juga tidak tetap.
Tabel 1
Perbedaan Wirausaha dan Karyawan
Menurut Sunarya, Sudaryono, Saefullah, 2010
Wirausaha Karyawan1. Penghasilan bervariasi, tidak
1. Memiliki penghasilan yang pasti teratur, sehingga pada tahap awal dan teratur sehingga merasa sulit untuk mengaturnya. aman, meskipun gajinya kecil.
2. Memiliki peluang yang lebih
2. Peluang kaya relative (sangat besar untuk menjadi orang kaya. tergantung kemajuan karier) Penghasilan sebulan mungkin dapat menutup biaya hidup satu tahun.
3. Pekerjaan bersifat tidak rutin
3. Pekerjaan bersifat rutin
4. Kebebasan waktu yang tinggi
4. Waktu tidak bebas (terikat) pada (tidak terikat oleh jam kerja) jadwal/jam kerja perusahaan
5. Tidak ada kepastian
5. Ada kepastian (dapat diprediksi) (ketidakpastian tinggi) dalam dalam banyak hal. Kekayaan
banyak hal, termasuk dapat diramalkan/ dihitung
meramalkan kekayaan6. Kreativitas dan inovasi dituntut
6. Bersifat menunggu instruksi atau setiap saat perintah dari atasan
7. Ketergantungan rendah
7. Ketergantungan tinggi
8. Berbagai resiko tinggi (aset dapat
8. Risiko relative rendah, bahkan hilang bila dijadikan agunan dan dapat diramalkan usahanya bangkrut)
D. Perbedaan Perilaku Konsumtif Wanita Yang Bekerja Di Kantor
Dengan Wanita Yang Berwirausaha Pada saat wanita memasuki tahap dewasa muda, mereka mulai memasuki dunia kerja. Banyak pilihan pekerjaan yang dapat dipilih, bisa menjadi pegawai kantor atau berwirausaha. Karakteristik pegawai kantor berbeda dengan yang berwirausaha. Pegawai kantor memiliki penghasilan yang pasti dan teratur setiap bulannya sedangkan wirausaha penghasilan yang diterima setiap bulannya bervariasi. Pegawai kantor mempunyai peluang yang kecil untuk menjadi orang kaya sedangkan orang yang berwirausaha memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi orang kaya. Pegawai kantor pekerjaannya bersifat rutin sedangkan wirausaha pekerjaannya bersifat tidak rutin.Waktu yang dimiliki pegawai kantor tidak bebas dan terikat pada jadwal atau jam kerja perusahaan, sedangkan wirausaha tidak terikat oleh jam kerja sehingga mempunyai kebebasan waktu yang tinggi. Pegawai kantor dapat memprediksi kekayaannya, bersifat menunggu instruksi dari atasan dan mempunyai ketergantungan yang tinggi, sedangkan wirausaha tidak dapat memprediksi kekayaan yangWanita yang bekerja di kantor adalah wanita aktif yang cenderung mengikuti mode dan memperhatikan penampilan secara fisik (Clow & Baack, 2002). Penampilan fisik yang dimaksud mulai dari perawatan rambut, pakaian yang dikenakan hingga perawatan tubuh. Hal tersebut juga didukung oleh faktor pembentuk perilaku konsumtif seperti motivasi, harga diri dan kelompok referensi. Kebutuhan untuk berpenampilan lebih baik membuat wanita yang bekerja memiliki pengeluaran yang lebih banyak dibandingkan wanita yang tidak bekerja (Sudarto, 2003). Bahkan lebih banyak wanita yang sudah bekerja di kantor merasa memiliki kebutuhan tertentu sebagai bentuk penghargaan kepada dirinya seperti pergi ke spa dan salon kecantikan (Clow & Baack, 2002). Sedangkan Chaney (2004) menyatakan bahwa pengeluaran utama wanita dewasa muda yang sudah bekerja adalah untuk pembelanjaan pakaian. Wanita yang bekerja di kantor tidak takut untuk membelanjakan penghasilannya karena setiap bulan telah mendapatkan gaji atau pendapatan yang tetap.
Maka hal yang terjadi adalah wanita yang bekerja di kantor akan melakukan berbagai cara supaya semua keinginannya dapat terpuaskan.
Pekerjaan bisa menjadi terbengkalai guna memenuhi keinginan untuk bukanlah barang yang ia benar-benar butuhkan atau ia membutuhkan barang tersebut namun bukan dalam waktu dekat. Ketika ia tidak mampu lagi memenuhi keinginannya, ia mencoba bermacam cara di luar kemampuannya. Ia berhutang kepada teman-teman, beberapa bank, serta lembaga perkreditan. Akhirnya ia terjerat hukum karena tidak mampu melunasi berbagai hutang tersebut (Fenomena, 2009).
Berbeda dengan wanita yang bekerja sebagai wirausaha. Wanita yang bekerja menjadi wirausaha tetap memperhatikan pengeluaran karena memiliki penghasilan bervariasi dan tidak teratur setiap bulannya dibandingkan dengan wanita yang bekerja di kantor. Walaupun tidak terikat jam kerja dan mempunyai waktu luang yang lebih banyak ,wanita yang berwirausaha lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah atau menjalankan usahanya karena wanita yang berwirausaha dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif. Selain itu wanita yang berwirausaha lebih mempunyai tanggung jawab yang besar dalam usahanya karena tidak tergantung oleh orang lain.
Munandar (2001) menyatakan ciri konsumsi wanita adalah wanita serta kenyamanan yang didapatkan ketika berbelanja, dapat menyebabkan timbulnya kecenderungan membeli sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan (Lamd, Hair, & McDaniel, 2001). Jika pembelian barang tidak sesuai dengan kebutuhan dan berlebihan maka dapat membuat seseorang menjadi konsumtif (Fromm, 1995).