Perbedaan cinderella complex pada wanita yang bekerja dan yang tidak bekerja.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif mengenai perbedaan kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja. Peneliti tertarik akan adanya kecenderungan cinderella complex yang masih dialami oleh para wanita yang telah menikah di era emansipasi wanita dewasa ini, dimana pria dan wanita telah memiliki kesetaraan derajat dan kedudukan baik di lingkungan keluarga, sosial, dan pekerjaan. Cinderella complex merupakan ketakutan wanita akan kemandirian yang tampak dalam rasa rendah diri, takut akan kehilangan feminitas, locus of control eksternal yang tinggi, kepasifan dalam mengembangkan diri, dan kecenderungan mengandalkan orang lain. Cinderella complex ini dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan dan sikap gender antara pria dan wanita dalam masyarakat.

Subyek penelitian ini adalah 32 orang wanita yang telah menikah dan bekerja di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dan 32 orang wanita yang telah menikah dan tidak bekerja di Pedukuhan Denokan, Maguwoharjo, Sleman. Penelitian dilakukan dengan menggunakan skala kecenderungan cinderella complex model Likert yang memiliki koefisien reliabilitas 0,9001.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa t = 6,049 dengan p < 0,01, yang berarti bahwa terdapat perbedaan kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja. Kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang tidak bekerja lebih tinggi daripada wanita menikah yang bekerja.


(2)

ABSTRACT

This quantitative research discussed about differences of a cinderella complex tendency between marriage women which was work and does not work. Author’s interested was women’s cinderella complex tendency in women emancipation period nowadays, where men and women have an equal of degree and position at family, social and work environment. Cinderella complex is women’s fear of independent, which is appear on a submissiveness, a fear of lost femininity, a height of locus of control external, a. passivity, and a tendency of dependent on other people. Cinderella complex is influenced by a differences of gender’s treatment and attitude between men and women in society.

Subjects of this research was 32 marriage women which was worked at Sanata Dharma University, Yogyakarta, and 32 marriage women which didn’t work at Pedukuhan Denokan, Maguwoharjo, Sleman. This research was done by cinderella complex tendency’s scale with Likert model, which had a reliability coefficient 0,9001.

Research’s result showed that t = 6,049 with p < 0,01, which was mean that there’s a differences of a cinderella complex tendency between marriage women which was worked and didn’t work. Cinderella complex tendency on marriage women which didn’t work is more higher than cinderella complex tendency on marriage women which was worked.


(3)

PERBEDAAN CI N DERELLA COM PLEX PADA

WAN I T A M EN I K AH Y AN G BEK ERJ A DAN Y AN G

T I DAK BEK ERJ A

S k r i p s i

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Nama : Astrida Padma

NIM : 029114030

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

S K R I P S I

CTiDENEUA C('|,TI.D{ PAI'A WAMIA MXiiIXAE i^r{(; Njr'TUA DIN YAITG TIDAT' EEI@RJA

tatslt 5 Tebrua'i '?Dd+'


(5)

AAN CINDEREIIA COMPLEX PADA'WANITA MENIKA{ YANG BEKERIA DAN YANG TIDAX BIIKERJA

Dipai@kd de dnnis oleh: AsEidaradi!

NIM:029U4030

T€lah diparrh4lo! iii d.po! ?eitia Peerrii

I

v"r.df


(6)

Saya nenyfiald d€nem s€mssuh4a balNa ,laipsi ya€ saya ruris ili r!rr! ata! baeim kFrya oiane la'4 leu.I yee telat' diehnkar dalM

PERN\ATA,AX KEASLIAN KARYA

ihfts puslrk4 ebagdip@ laylrdlt larta ilfliah.

YoB/alitt4 F.b{Ei 2007

@

.tii


(7)

á

<<<

á

Dedicated to the most important

persons in my life:

George Sugiono (Alm)

Tjandra Tiana Dewi

Ade Suryanti

WX


(8)

MOTTO

He never leave me alone

He never let me sunk away in despair

He watches every step I took

My despairs and my efforts

And He gives me some miracles

At the right time, at the right moments

Mencoba adalah sebuah keberanian

Bila berhasil

maka keinginanmu akan terwujud

Bila gagal

bukanlah suatu ketidakmampuan atau kebodohan

Namun suatu ujian untuk mengasah hati dan kemampuanmu

Untuk menjadi lebih baik lagi

Kegagalan adalah suatu kesempatan untuk meraih

keberhasilan yang lebih besar


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif mengenai perbedaan kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja. Peneliti tertarik akan adanya kecenderungan cinderella complex yang masih dialami oleh para wanita yang telah menikah di era emansipasi wanita dewasa ini, dimana pria dan wanita telah memiliki kesetaraan derajat dan kedudukan baik di lingkungan keluarga, sosial, dan pekerjaan. Cinderella complex merupakan ketakutan wanita akan kemandirian yang tampak dalam rasa rendah diri, takut akan kehilangan feminitas, locus of control eksternal yang tinggi, kepasifan dalam mengembangkan diri, dan kecenderungan mengandalkan orang lain. Cinderella complex ini dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan dan sikap gender antara pria dan wanita dalam masyarakat.

Subyek penelitian ini adalah 32 orang wanita yang telah menikah dan bekerja di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dan 32 orang wanita yang telah menikah dan tidak bekerja di Pedukuhan Denokan, Maguwoharjo, Sleman. Penelitian dilakukan dengan menggunakan skala kecenderungan cinderella complex model Likert yang memiliki koefisien reliabilitas 0,9001.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa t = 6,049 dengan p < 0,01, yang berarti bahwa terdapat perbedaan kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja. Kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang tidak bekerja lebih tinggi daripada wanita menikah yang bekerja.


(10)

ABSTRACT

This quantitative research discussed about differences of a cinderella complex tendency between marriage women which was work and does not work. Author’s interested was women’s cinderella complex tendency in women emancipation period nowadays, where men and women have an equal of degree and position at family, social and work environment. Cinderella complex is women’s fear of independent, which is appear on a submissiveness, a fear of lost femininity, a height of locus of control external, a. passivity, and a tendency of dependent on other people. Cinderella complex is influenced by a differences of gender’s treatment and attitude between men and women in society.

Subjects of this research was 32 marriage women which was worked at Sanata Dharma University, Yogyakarta, and 32 marriage women which didn’t work at Pedukuhan Denokan, Maguwoharjo, Sleman. This research was done by cinderella complex tendency’s scale with Likert model, which had a reliability coefficient 0,9001.

Research’s result showed that t = 6,049 with p < 0,01, which was mean that there’s a differences of a cinderella complex tendency between marriage women which was worked and didn’t work. Cinderella complex tendency on marriage women which didn’t work is more higher than cinderella complex tendency on marriage women which was worked.


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah atas terwujudnya karya penelitian ini. Karya ini merupakan penelitian mengenai ketakutan akan kemandirian yang dialami oleh wanita. Semoga karya ini mampu memberikan sedikit sumbangan perkembangan psikologi wanita dan psikologi sosial dewasa ini.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Lusia Pratidarmastiti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi selama hampir satu tahun.

2. Kristiana Dewayani, M.Si dan Y.Agung Santoso, S.Psi selaku dosen penguji skripsi.

3. Para dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang telah menyumbangkan banyak ilmunya pada penulis.

4. Ibu-ibu yang bekerja sebagai staf di Universitas Sanata Dharma yang telah membantu selama penelitian.

5. Ibu-ibu Pedukuhan Denokan dan Pedukuhan Krodan, Maguwoharjo, Sleman yang telah membantu selama penelitian.

6. Mama dan kakak yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan doa. 7. Cyrillus, yang telah menjadi berbagi suka dan duka selama ini.

8. Sahabatku, Liesye, Nurina, Hani, Sius, Novie, Adit, Ulil, Sisca, Vembry, Ina, Pras, Nanut, Ntrie, Tina, Dewi, Nat, Winda, Tisa, Ellen yang telah banyak memberikan banyak perhatian dan dukungan semangat.


(12)

9. Teman-teman Vincent Disc, Rio, Ira, Tito, Ditha, yang telah memberikan banyak warna kehidupan, bantuan serta semangat selama ini.

10.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan yang tak dapat disebutkan satu persatu.

Karya ini tentunya tidaklah sempurna tanpa masukan dan saran dari para pembaca. Mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun penjelasan.

Yogyakarta, Januari 2007 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN………..iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………...iv

HALAMAN MOTTO……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...vi

ABSTRAK……..………vii

ABSTRACT………...viii

KATA PENGANTAR………..…ix

DAFTAR ISI……….x

DAFTAR TABEL………xi

BAB I. PENDAHULUAN………..….1

A. Latar Belakang Permasalahan………...………1

B. Rumusan Masalah……….5

C. Tujuan Penelitian………..5

D. Manfaat Penelitian………5

BAB II. LANDASAN TEORI……….…….6

A. Cinderella Complex………..6

1. Pengertian Cinderella Complex ………..……...………6

2. Faktor Penyebab Timbulnya Cinderella Complex……….7


(14)

3. Aspek-aspek Cinderella Complex………12

B. Wanita Yang Menikah………15

1. Wanita Menikah Yang Tidak Bekerja……..………17

2. Wanita Menikah Yang Bekerja………19

C. Cinderella Complex Pada Wanita Yang Menikah dan Tidak Bekerja Dengan Wanita Yang Menikah dan Bekerja………..21

Skema Cinderella Complex Pada Wanita Menikah Yang Bekerja Dan Yang Tidak Bekerja………26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………...27

A. Jenis Penelitian………...………27

B. Identifikasi Variabel Penelitian………..27

1. Variabel Tergantung……….27

2. Variabel Bebas……..………27

C. Definisi Operasional Penelitian………..28

1. Cinderella Complex ……….28

2. Wanita Menikah Yang Bekerja Dan Yang Tidak Bekerja..……….…29

D. Subyek Penelitian………...30

E. Metode Pengumpulan Data……….31

F. Pertanggungjawaban Alat Ukur………..34

1. Reliabilitas………...……….34

2. Validitas……..……..………34

G. Metode Analisis Data……….34


(15)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………36

A. Persiapan Penelitian……...……….36

1. Tempat dan Ijin Penelitian………..………..36

2. Uji Coba Alat Ukur………...36

3. Hasil Uji Coba………..37

B. Pelaksanaan Penelitian………39

C. Deskripsi Subyek Penelitian………...40

D. Analisa Data Penelitian……….………..41

E. Pembahasan………43

BAB V. PENUTUP………...………48

A. Kesimpulan………..………..48

B. Saran………...………48

DAFTAR PUSTAKA………..50


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel III.1. Kisi-kisi Skala Kecenderungan Cinderella Complex Sebelum Uji Coba….32 Tabel III.2. Distribusi Item Skala Kecenderungan Cinderella Complex Sebelum Uji Coba………33 Tabel IV.1. Kisi-kisi Skala Kecenderungan Cinderella Complex Setelah Uji Coba…..38 Tabel IV.2. Distribusi Item Skala Kecenderungan Cinderella Complex Setelah Uji Coba……….40 Tabel IV.3. Deskripsi Wanita Menikah Yang Bekerja dan Yang Tidak Bekerja………40 Tabel IV.4. Hasil Analisis Uji t………...42 Tabel IV.5. Deskripsi Statistik Antara Wanita Menikah Yang Bekerja Dan Yang Tidak Bekerja……….43


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Cinderella complex merupakan suatu bentuk fenomena psikologis yang tidak banyak dikenal oleh masyarakat pada umumnya.

Cinderella complex berbicara mengenai ketidakmandirian yang dialami wanita secara psikologis (Dowling, 1981). Zhao (www. cmn.hs.h.kyoto-u.ac.jp) mengungkapkan bahwa cinderella complex merupakan suatu bentuk ketergantungan psikologis yang dialami wanita dan sangat membahayakan perkembangan psikologis wanita. Dowling (1981) mengistilahkan fenomena ini sebagai cinderella complex, sebagaimana tokoh dongeng Cinderella yang menanti sesuatu di luar dirinya untuk mengubah dan memajukan kehidupannya.

Salah satu faktor yang menimbulkan adanya kecenderungan

cinderella complex adalah perbedaan perlakuan gender dalam masyarakat (Dowling, 1981). Murniati mengungkapkan bahwa dalam masyarakat wanita dipandang sebagai makhluk yang lemah dan rapuh sehingga perlu dilindungi (dalam Lembaga Studi Realino, 1992). Perbedaan perlakuan gender ini menimbulkan perbedaan pola asuh antara anak perempuan dan laki-laki, serta budaya dominasi pria terhadap wanita dalam keluarga dan masyarakat. Perbedaan pola asuh antara anak perempuan dan laki-laki tampak ketika keluarga dan lingkungan memberikan lebih banyak kenyamanan kepada anak


(18)

2

perempuan daripada anak laki-laki (Dowling, 1981). Pada umumnya keluarga dan lingkungan mendidik seorang pria untuk belajar mengatasi masalahnya sendiri dan tidak cengeng, sedangkan wanita diperbolehkan bersikap cengeng

dan cenderung mendapatkan pertolongan dari orang lain saat menghadapi suatu masalah.

Pertolongan yang diberikan secara terus-menerus terhadap wanita sejak kecil hingga dewasa menimbulkan suatu rasa aman dan nyaman pada diri wanita bila berada bersama sosok yang lebih kuat. Rasa nyaman ini kemudian menyebabkan wanita menjadi sangat tergantung pada orang lain dibandingkan dengan pria (Dowling, 1981). Wanita yang mengalami

cinderella complex, memiliki tingkat ketergantungan pada orang lain yang berada pada derajat yang tidak sehat (Anggriany, 2003). Ketergantungan pada orang lain membuat wanita cenderung menghindari masalah dan tantangan dalam hidupnya. Kondisi ini dapat menyebabkan wanita menjadi kurang asertif dan berinisiatif dalam mengembangkan hidupnya. Dapat dikatakan, wanita memiliki suatu ketakutan untuk mandiri dalam mengembangkan hidupnya dan lebih tergantung pada segala hal diluar dirinya untuk menjadi lebih baik (Dowling, 1981).

Secara sadar ataupun tidak disadari, fenomena cinderella complex

ini dialami oleh semua wanita, namun dalam taraf kecenderungan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti kecenderungan cinderella complex pada wanita yang menikah. Salah satu alasan untuk mengambil subjek penelitian wanita yang sudah menikah adalah


(19)

adanya pandangan bahwa wanita yang telah menikah akan memiliki kehidupan yang aman dan nyaman (Dowling, 1981). Kehidupan yang nyaman tersebut adalah ketika segala kebutuhan wanita akan dipenuhi oleh pria yang menjadi suaminya dan ia hanya mengurus rumah tangga dan anak-anak saja.

Seiring dengan perkembangan emansipasi wanita di Indonesia, wanita tidak lagi diharuskan tunduk pada pria di tempat kerja dan lingkungan sosial atau tergantung pada suami di rumah. Partini dalam (Lembaga Studi Realino, 1992) mengungkapkan bahwa wanita berhak memperoleh kedudukan yang setara dengan pria baik dalam lingkungan sosial, pekerjaan, dan keluarga. Demikian pula wanita yang menikah tidak lagi hanya berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus kebutuhan suami dan anak-anak saja, namun ada wanita yang berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan pekerja. Pencari nafkah dalam sebuah keluarga tidak lagi hanya dilakukan oleh pria, namun wanita juga dapat turut berperan serta dalam menafkahi keluarganya, bahkan ada beberapa istri yang bekerja keras sebagai pencari nafkah utama bagi keluarganya.

Seorang wanita yang menikah memutuskan untuk bekerja di luar rumah dengan berbagai alasan seperti kesulitan ekonomi atau mengejar kesuksesan karir. Wanita dengan peran ganda ini (ibu rumah tangga dan pekerja) memiliki tanggung jawab yang cukup berat yaitu tanggung jawab di rumah dan di tempat kerja. Fakih (1997) mengungkapkan bahwa 90% pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh wanita, terutama dalam keluarga pekerja ganda. Mosse (1996) menambahkan bahwa wanita yang telah menikah


(20)

4

dan bekerja tetap dituntut untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam rumah tangga. Wanita dengan peran ganda ini tentunya memiliki penghasilan sendiri dan pergaulan yang lebih luas daripada wanita dengan peran tunggal (Stefanie, 2000). Pergaulan yang luas akan mendukung perluasan wawasan yang dimiliki wanita tersebut, sehingga ia mampu bersikap lebih optimis dalam menghadapi masalah, dan tidak lagi terlalu tergantung pada pasangan dalam mengambil keputusan maupun dalam hal keuangan.

Sebaliknya, wanita yang menikah dan tidak bekerja memiliki peran tunggal sebagai ibu rumah tangga. Peran tunggal ini berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga, dan mengurus suami serta anak-anak (Santrock, 2002). Sebagian besar waktu yang dimiliki oleh wanita dengan peran tunggal ini dihabiskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang bersifat rutin (Baron, 2005) sehingga ia memiliki pergaulan yang terbatas. Pergaulan yang terbatas ini kurang mendukung perluasan wawasan yang dimiliki oleh wanita dengan peran tunggal tersebut. Wawasan yang terbatas dan kondisi ketergantungan sepenuhnya terhadap pasangan menyebabkan wanita yang menikah dan tidak bekerja menjadi kurang yakin akan kemampuan diri sendiri. Ketidakyakinan diri tersebut menimbulkan sikap pesimis dalam memandang segala sesuatu, tidak menyukai perubahan dalam hidup, dan cenderung menghindari tantangan serta masalah (Dowling, 1981).

Berdasarkan penjabaran di atas peneliti tertarik untuk melihat apakah wanita yang menikah dan tidak bekerja memiliki kecenderungan


(21)

cinderella complex yang lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan bekerja.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan kecenderungan cinderella complex antara wanita menikah yang bekerja dengan yang tidak bekerja?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya perbedaan kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang bekerja dengan yang tidak bekerja

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya pada psikologi wanita dan psikologi sosial.

2. Manfaat praktis

Membantu para wanita untuk semakin memahami dinamika psikologis diri sendiri, sehingga memiliki pengendalian diri yang baik dan mampu hidup secara mandiri baik dalam lingkungan keluarga maupun kerja.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Cinderella Complex

1. Pengertian Cinderella complex

Cinderella complex merupakan suatu teori psikologi populer yang diungkapkan oleh Dowling (1981) yang didasarkan atas teori Horney mengenai psikoanalisa, khususnya wanita. Cinderella complex berbicara mengenai ketakutan yang dialami wanita akan kemandirian. Dowling (1981) mengungkapkan bahwa wanita cenderung tidak yakin akan kemampuan dirinya sendiri dan tergantung pada orang lain, khususnya sosok yang lebih kuat darinya untuk merawat dan melindungi dirinya. Cinderella complex

didefinisikan sebagai suatu ketakutan yang membuat wanita tertekan sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi, bakat, dan kreativitasnya secara optimal (Dowling, 1981).

Ketakutan akan kemandirian tidak selalu nampak dan disadari oleh para wanita. Meskipun demikian ketakutan ini sering mempengaruhi cara wanita dalam berpikir, bertindak, dan berbicara, seperti muncul lewat berbagai macam ketakutan yang dialami oleh banyak wanita sukses dan tampak tangguh (Dowling, 1981). Akibat dari ketakutan tersebut adalah bahwa mereka tidak mampu mengeluarkan potensi mereka secara maksimal, namun justru berusaha untuk mendapatkan cinta, pertolongan, dan perlindungan dari orang lain untuk menghadapi sesuatu yang sulit dalam


(23)

kehidupannya, seperti dongeng anak-anak yang mengisahkan Cinderella, sang putri yang menunggu sang pangeran untuk menyelamatkannya dari bahaya dan penderitaan, begitu pula dengan wanita yang cenderung menunggu sesuatu dari luar dirinya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik (Dowling, 1981).

Cinderella complex menyebabkan wanita cenderung tergantung pada sosok lain yang lebih kuat darinya dan menjadi tidak mandiri. Dowling (1981) menambahkan bahwa sebagian besar wanita membenci ketergantungannya terhadap orang lain dan menginginkan kemandirian. Mereka ingin bebas dari dominasi keluarga dan pria yang berstatus sebagai suami atau atasan kerja, bebas mengambil keputusan sendiri, dan bebas menentukan karir atau profesi apa yang akan dijalani. Meskipun demikian, keinginan untuk mandiri tersebut terhambat dengan adanya rasa rendah diri atau ketidakyakinan akan kemampuan diri sendiri. Rasa rendah diri ini menyebabkan wanita menjadi takut untuk menanggung resiko hidup mandiri dan lebih memilih untuk tergantung pada orang-orang disekitarnya (www. cmn.hs.h.kyoto-u.ac.jp).

2. Faktor penyebab timbulnya cinderella complex

Setiap wanita memiliki kecenderungan cinderella complex. Kecenderungan untuk tergantung pada orang lain ini tidak datang begitu saja. Dowling mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya cinderella complex dalam diri wanita :


(24)

8

a. Perlakuan dalam lingkungan keluarga

1) Pola asuh anak selama enam tahun pertama

Menurut hasil penelitian Bayley pada tahun 1956, semenjak lahir, bayi perempuan memiliki kemampuan verbal, kognitif, dan perseptual yang maju daripada bayi laki-laki (Dowling, 1981). Maka perilaku bayi perempuan lebih menyenangkan orang dewasa daripada perilaku bayi laki-laki, dimana bayi perempuan tidak suka menggigit-gigit sesuatu atau berkelahi, dsb). Perilaku menyenangkan ini membuat orang dewasa cenderung memberikan pertolongan dan perlindungan terhadap anak perempuan dari segala kesulitan semenjak bayi, dan juga membuat anak perempuan terbiasa dengan adanya pertolongan bila ia ‘berperilaku baik’. Akibatnya, anak perempuan cenderung mengembangkan bakat dan kemampuannya lebih untuk menyenangkan orang lain, bukan untuk kemajuan dirinya sendiri. Sebaliknya, bayi laki-laki lebih banyak mengalami stress daripada bayi perempuan karena perilakunya yang kurang menyenangkan dan tidak disetujui oleh orang dewasa (Wilikinson, 1995). Hasil penelitian Bardwick dan Douvan (dalam Dowling, 1981) menunjukkan bahwa stress pada bayi laki-laki ini justru membantunya untuk mandiri semenjak kanak-kanak.

2) Pola asuh anak yang tidak berwawasan gender

Pola asuh yang tidak berwawasan gender merupakan suatu bentuk pola asuh dimana keluarga dan lingkungan sekitar memberikan lebih


(25)

banyak perhatian dan pertolongan terhadap anak perempuan daripada terhadap anak- laki-laki (Anggriany, 2003). Penelitian Anggriany dan Astuti (2003) menunjukkan bahwa pola asuh anak yang tidak berwawasan gender (perlakuan dan pengasuhan terhadap anak laki-laki dan perempuan yang dibedakan berdasarkan gender) mempengaruhi tingginya kecenderungan cinderella complex pada anak perempuan. Sebaliknya, pola asuh yang setara antara anak laki-laki dan anak perempuan seperti pemberian hukuman yang sama bila melakukan kesalahan, mendidik anak untuk tidak bersikap manja dalam menghadapi masalah namun berusaha mengatasi masalah tersebut, dll, dapat membuat anak perempuan menjadi lebih mandiri dan tidak terlalu tergantung pada orang lain (Anggriany, 2003). Horney (plaza.ufl.edu/bjparis/index.html) menambahkan bahwa anak perempuan membutuhkan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya.

3) Kebutuhan untuk dicintai yang tidak terpenuhi selama masa kecil. Dowling (1981) mengungkapkan bahwa kebutuhan untuk dicintai yang tidak terpenuhi selama masa kecil seperti kurang atau hilangnya kasih sayang orang tua dan keluarga, menimbulkan ketergantungan akan rasa aman dan kasih sayang dari orang lain. Hal ini mendorong wanita untuk merendahkan diri di hadapan orang lain demi memperoleh rasa aman dan dicintai.


(26)

10

4) Dominasi orangtua yang terkadang membatasi dan menentukan segala aktivitas anak sehingga anak tidak mampu mengambil keputusan sendiri (Dowling, 1981).

b. Perlakuan dalam lingkungan masyarakat

1) Pemberian pertolongan dan perlindungan yang berlebihan pada perempuan.

Wanita dianggap sebagai makhluk yang rapuh dan lemah. Maka lingkungan cenderung segera memberikan pertolongan setiap kali wanita mengalami kesulitan semenjak kecil hingga dewasa sehingga tidak terbiasa untuk mengatasi masalah-masalahnya dan tergantung pada lingkungan sekitar untuk menolongnya (Dowling, 1981). Hal ini menyebabkan wanita sulit untuk mengambil keputusan sendiri, tidak tegas, dan tidak percaya diri dalam menghadapi kesulitan. Wilkinson (1995) menambahkan bahwa banyak wanita yang memandang bahwa perkembangannya menuju dewasa merupakan suatu proses yang sulit dan berat.

2) Stereotipe wanita sebagai kaum kelas dua dalam masyarakat.

Meskipun emansipasi wanita telah berkembang, namun masyarakat tidak lepas dari budaya patriarki yang berlaku dari generasi ke generasi (Murniati, 2004). Budaya patriarki merupakan kondisi dimana wanita harus mengikuti keputusan pria, terutama suami, dan cenderung bekerja di belakang pria, membuat wanita tampak sebagai makhluk yang lemah dan dijadikan sebagai kaum kelas dua yang


(27)

status sosialnya selalu mengikuti status sosial suami dan ayah dalam keluarga (Barnhouse, 1988).

3) Kemandirian sebagai perilaku yang tidak feminin

Sehubungan dengan status wanita sebagai kaum kelas dua dalam masyarakat, maka ambisi wanita untuk bebas dan mencapai kemandirian seorang wanita dianggap tidak feminin dan tidak jarang mendapat kecaman lingkungan sosial (Barnhouse, 1988). Salah satu contohnya adalah wanita dianggap tidak feminin ketika ia memperbaiki atap rumahnya yang bocor, memasang lampu di rumahnya, atau memperbaiki motornya seorang diri.

4) Perbedaan perlakuan gender dalam hidup bermasyarakat.

Budaya bahwa wanita sebagai makhluk yang lemah dan cenderung menggunakan perasaan menyebabkan masyarakat memberi peluang lebih besar pada pria untuk meraih kesuksesan karir, kenaikan status sosial dan jabatan dalam pekerjaan (Dowling, 1981).

Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya

cinderella complex dibagi menjadi dua. Dalam lingkungan keluarga berupa pola asuh anak selama enam tahun pertama, pola asuh anak yang tidak berwawasan gender, kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi di masa kecil, dan dominasi orangtua. Sedangkan dalam lingkungan masyarakat berupa pertolongan yang berlebihan terhadap wanita, stereotipe wanita sebagai kaum kelas dua dalam masyarakat, anggapan akan


(28)

12

kemandirian sebagai perilaku yang tidak feminin, dan perbedaan perlakuan gender dalam masyarakat.

3. Aspek-aspek Cinderella Complex

Berdasarkan teori Cinderella complex yang diungkapkan oleh Dowling (1981), aspek-aspek dari cinderella complex dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Rasa rendah diri

Bardwick (dalam Dowling, 1981) mengungkapkan bahwa wanita memiliki rasa rendah diri, dimana wanita seringkali meragukan kemampuannya dalam menjalankan suatu tugas. Anggriany (2003) mengungkapkan bahwa rasa rendah diri berkaitan dengan emosi wanita. Wanita yang memiliki perasaan rendah diri nampak pada perasaan tidak mampu (pesimis), seperti perasaan cemas atau panik ketika menghadapi sesuatu yang baru, ketika berbicara di hadapan orang banyak, atau dalam suatu kesulitan. Perasaan tidak mampu tersebut kemudian dapat mempengaruhi segi kognitif sehingga wanita memiliki anggapan bahwa ia adalah orang yang tidak berguna dan memiliki banyak kekurangan. b. Ketakutan kehilangan feminitas

Proses pertumbuhan dan perkembangan wanita tentunya tidak lepas dari pengaruh budaya masyarakat disekitarnya. Dalam masyarakat, wanita diinternalisasikan secara kognitif untuk memiliki anggapan sebagai berikut:


(29)

1) Pria lebih kuat dari wanita dan dapat melakukan segalanya dengan lebih mudah.

2) Wanita yang baik adalah wanita yang dapat berperan sebaga istri dan ibu yang baik.

3) Hidup seorang wanita akan aman bila dirawat atau dipelihara oleh orang lain, seperti kebutuhan finansial dan fisik dipenuhi oleh suami. 4) Wanita tidak perlu bekerja bila kebutuhan finansialnya sudah

terpenuhi, kalaupun bekerja, ia tidak perlu mengejar prestasi dan bekerja seumur hidup.

5) Perilaku mandiri, seperti memperbaiki atap rumah yang bocor, memperbaiki motor sendiri, dsb, merupakan perilaku yang tidak feminin.

6) Kesuksesan terutama dalam karir dan lingkungan sosial merupakan hasil dari perilaku maskulin dan sulit diraih oleh wanita.

Wanita yang tidak mampu bertindak dan bersikap sesuai dengan budaya yang berlaku di masyarakat akan memperoleh penolakan dari lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan wanita kehilangan kapasitas untuk bekerja produktif dan orisinil, serta memiliki motivasi kerja yang lebih disebabkan oleh krisis ekonomi dan keterpaksaan (Anggriany, 2003).

c. Locus of control eksternal yang tinggi.

Masrun (dalam Anggriany, 2003) mengungkapkan bahwa perempuan cenderung melekatkan keberhasilan pada factor-faktor dari luar seperti


(30)

14

keberuntungan dan merasa tidak memiliki control dari dalam diri untuk mengatasi masalah. Locus of control eksternal ini berkaitan dengan kognisi wanita. Wanita dengan locus of control eksternal yang tinggi akan memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu yang diperolehnya, baik dalam bentuk keberhasilan atau kegagalan, disebabkan oleh faktor keberuntungan atau ketidakberuntungan semata. Keyakinan ini dapat mengurangi produktifitas wanita dalam bekerja dan dalam mengembangkan dirinya.

d. Pasif dalam mengambil keputusan dan mengembangkan diri

Rasa rendah diri membuat wanita cenderung meragukan kemampuannya. Akibatnya wanita cenderung bersikap dan berperilaku pasif seperti ketidakinginan untuk mengatasi suatu masalah atau mengambil keputusan sendiri (Dowling, 1981). Disamping itu, Dowling (1981) juga mengungkapkan bahwa wanita sulit untuk mengambil inisiatif yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan dirinya. Perilaku pasif ini tampak ketika wanita tidak ingin menghadapi suatu pekerjaan yang sulit dan beresiko besar, seperti persaingan antar rekan kerja, namun lebih menyukai pekerjaan yang mudah dan beresiko kecil, tidak menyukai perubahan hidup, cenderung tidak asertif dalam menghadapi tantangan untuk mengembangkan diri, dan lebih mengutamakan keterikatan emosional dengan keluarganya daripada karir dan pekerjaan (Dowling, 1981).


(31)

e. Kecenderungan mengandalkan orang lain

Berkaitan dengan kepasifan pada diri wanita, wanita cenderung memiliki perilaku untuk mengandalkan orang lain dalam menghadapi suatu kesulitan, seperti meminta suatu pendapat atau dukungan dalam mengambil keputusan atau dalam mengatasi suatu masalah (Anggriany, 2003). Kecenderungan mengandalkan orang lain juga berkaitan dengan perbedaan gender yang berlaku dalam masyarakat, dimana wanita cenderung dilihat sebagai makhluk lemah yang perlu diberi pertolongan saat menghadapi suatu kesulitan dan berada dalam dominasi pria.

Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari cinderella complex

adalah rasa rendah diri, ketakutan kehilangan feminitas, locus of control yang rendah, sikap pasif dalam mengambil keputusan dan mengembangkan diri, serta kecenderungan mengandalkan orang lain.

B. Wanita Yang Menikah

Pernikahan biasanya dialami oleh individu pada masa dewasa, terutama dewasa dini (Santrock, 2002). Melalui pernikahan, dua individu yang berasal dari dua keluarga yang berbeda bergabung untuk membangun sistem keluarga yang baru (Santrock, 2002). Disamping itu, individu yang menikah tentunya akan memiliki berbagai peran dan tanggung jawab yang baru yang berkaitan dengan kehidupan keluarga.

Kartono (1992) mengungkapkan beberapa peran wanita dalam kehidupan rumah tangga adalah sebagai berikut:


(32)

16

1. Sebagai istri dan partner hidup suami.

Dalam kehidupan pernikahan, seorang wanita berperan sebagai partner hidup pasangannya, dimana ia dapat saling berbagi dan berdiskusi dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul baik dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, maupun lingkungan sosial.

2. Sebagai partner seksual pasangannya.

Seorang wanita yang menikah memiliki peran sebagai partner seksual dari pasangannya dimana ia dan pasangannya dapat saling memenuhi kebutuhan seksualnya.

3. Sebagai pengatur kehidupan rumah tangga.

Berdasarkan penelitian, wanita biasanya melakukan pekerjaan rumah tangga lebih banyak daripada pria (Santrock 2002). 75 persen dari aktivitas seorang ibu rumah tangga berupa pekerjaan rumah tangga yang bersifat rutin seperti mencuci, menyetrika, memasak, dan membersihkan rumah (Baron, 2005). Sedangkan pria biasanya melakukan pekerjaan rumah tangga yang 71 persen berupa kegiatan perbaikan dan bersifat tidak rutin seperti memotong rumput di halaman, mengecat pagar, dan memperbaiki rumah (Baron, 2005). Dengan beban pekerjaan rumah tangga yang lebih banyak daripada pria, maka secara tidak langsung wanita berperan sebagai pengatur rumah tangga dalam kehidupan keluarga.

4. Sebagai ibu yang merawat dan mendidik anak-anaknya.

Pada dasarnya baik pria maupun wanita memiliki peran sebagai orangtua yang bertugas merawat dan membesarkan anak-anak yang dilahirkan.


(33)

Timbulnya perbedaan gender yang berlaku dalam lingkungan masyarakat membuat perempuan menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawat dan membesarkan anak-anak (Baron, 2005). Lewin menambahkan bahwa wanita lebih cenderung dipengaruhi oleh keluarga dan anak-anak daripada pria (Brannon, 1996), sehingga wanita lebih berfokus pada kehidupan keluarganya.

5. Sebagai makhluk sosial yang berpartisipasi aktif dalam lingkungan sosial, seperti menjalin relasi dengan tetangga sekitar, dll.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa wanita yang menikah biasanya telah memasuki masa dewasa dan memiliki berbagai peran baru yang berkaitan dengan keluarga yaitu sebagai istri dari pasangannya, sebagai ibu dari anak-anak yang dilahirkan, sebagai pengatur rumah tangga, sebagai makhluk sosial di lingkungan sekitarnya dan sebagai pencari nafkah tambahan.

1. Wanita Menikah Yang Tidak Bekerja

Kondisi wanita menikah yang tidak bekerja dapat dideskripsikan sebagai berikut :

a. Memiliki peran tunggal sebagai ibu rumah tangga dan pengurus anak-anak. Peran sebagai ibu rumah tangga menuntut seorang wanita mengurus kebutuhan anak-anak dan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga yang bersifat rutin dan berulang-ulang, seperti mencuci, menyetrika, memasak, dan membersihkan rumah. Kondisi ini menghasilkan dampak yang positif, dimana kebutuhan anak-anak


(34)

18

terpenuhi dan keadaan rumah tangga terkendali. Santrock (2002) mengungkapkan bahwa meskipun seorang wanita tidak akan mendapat kritik atau memiliki target yang ditentukan oleh atasan dalam pekerjaan rumah tangga, namun pekerjaan tersebut kerap kali membuat wanita merasa lelah, bosan, terisolasi dari lingkungan sosialnya dan merasa tak berharga.

b. Kondisi tidak bekerja membuat seorang wanita yang telah menikah tidak memiliki penghasilan sendiri dan sangat tergantung secara financial pada suaminya (Hastuti, 2004).

c. Adanya pekerjaan rumah tangga yang terus-menerus menyita waktu dan tidak adanya pekerjaan di luar rumah membuat seorang wanita memiliki lingkup social dan wawasan yang terbatas sehingga ia menjadi kurang percaya diri dan sulit dalam mengambil keputusan. Hal ini menyebabkan wanita yang menikah dan tidak bekerja tersebut sangat tergantung secara emosional dan dalam pengambilan keputusan (Hastuti, 2004).

d. Peran sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri dan kurang memiliki wawasan serta pergaulan yang luas membuat wanita yang menikah dan tidak bekerja biasanya kurang memiliki prestise dalam lingkungan masyarakat (Hastuti, 2004). Hal ini menyebabkan posisi wanita tersebut menjadi kurang dihargai dalam lingkungan masyarakat (Hastuti, 2004).


(35)

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa wanita menikah yang tidak bekerja memiliki peran tunggal sebagai ibu rumah tangga. Berkaitan dengan peran tunggalnya, seorang wanita yang menikah dan tidak bekerja mampu mengendalikan kondisi rumah tangga dengan baik, namun ia memiliki ketergantungan pada suami dalam hal financial, emosional, dan pengambilan keputusan, serta biasanya kurang memiliki prestise dalam lingkungan masyarakat.

2. Wanita Menikah Yang Bekerja

Brown (dalam Stefani, 2000) mengungkapkan beberapa factor yang menjadi motivasi seorang wanita yang telah menikah untuk bekerja yaitu:

a. untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi b. mengatasi kesepian dan kebosanan di rumah c. memperluas pergaulan

d. menyukai pekerjaan yang dijalaninya e. mengejar status sosial.

Kondisi wanita yang menikah dan bekerja dapat dideskripsikan sebagai berikut :

a. Memiliki peran ganda, yaitu dalam lingkungan pekerjaan dan dalam keluarga Wanita yang telah menikah dan bekerja ini dituntut untuk mampu menjaga keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan (Stefani, 2000). Wanita yang menikah dan bekerja dituntut untuk memiliki


(36)

20

kepercayaan diri yang tinggi, optimis, asertif, dan aktif (Stefani, 2000)..

b. Santrock (2002) mengungkapkan bahwa wanita yang cenderung berfokus pada pekerjaannya biasanya memiliki resiko ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangganya. Ketidakharmonisan tersebut tampak dalam perkembangan anak secara kognisi maupun mental yang kurang diperhatikan, kurangnya komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga, dan kemungkinan timbulnya persaingan karir antara suami dan istri yang akan menyebabkan kesulitan dalam menciptakan suasana yang hangat dalam keluarga.

c. Seorang wanita yang telah menikah memperoleh kepuasan secara fisik dan psikis melalui pekerjaannya (Rinto, 2004). Secara fisik, wanita tersebut memiliki penghasilan sendiri secara teratur dalam jangka waktu tertentu (Rinto, 2004). Secara psikis, wanita yang telah menikah ini mampu untuk mengaktualisasikan diri melalui pekerjaan, memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kedudukan dan status sosial (Rinto, 2004), serta meningkatkan harga diri (Santrock, 2002). Dengan demikian, wanita yang telah menikah dan bekerja tidak terlalu tergantung secara finansial, emosional, dan sosial pada suami.

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa wanita yang menikah dan bekerja memiliki peran ganda yaitu dalam lingkungan pekerjaan dan keluarga. Berkaitan dengan peran gandanya, seorang wanita


(37)

yang menikah dan bekerja dituntut untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, dan tidak terlalu tergantung pada suami secara finansial, emosional, dan social karena ia telah mampu memenuhinya melalui pekerjaan yang digelutinya.

C. Cinderella Complex Pada Wanita Yang Sudah Menikah dan Tidak Bekerja dengan Wanita Yang Sudah Menikah dan Bekerja

Cinderella complex merupakan suatu bentuk ketergantungan psikologis yang dialami wanita terhadap orang lain (www. cmn.hs.h.kyoto-u.ac.jp). Faktor-faktor penyebab timbulnya cinderella complex dibagi menjadi dua yaitu perlakuan dalam lingkungan keluarga dan dalam lingkungan masyarakat (Dowling, 1981). Dalam lingkungan keluarga berupa pola asuh anak selama enam tahun pertama, pola asuh anak yang tidak berwawasan gender, kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi di masa kecil, dan dominasi orangtua. Sedangkan dalam lingkungan masyarakat berupa pertolongan yang berlebihan terhadap wanita, stereotipe wanita sebagai kaum kelas dua dalam masyarakat, anggapan akan kemandirian sebagai perilaku yang tidak feminin, dan perbedaan perlakuan gender dalam masyarakat.

Wanita yang telah menikah dan tidak bekerja memiliki peran tunggal sebagai ibu rumah tangga. Peran seorang ibu rumah tangga adalah mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang bersifat rutin dan memenuhi kebutuhan suami dan anak-anak (Santrock, 2002). Dengan demikian seorang


(38)

22

wanita yang menikah dan tidak bekerja mampu mengendalikan kondisi rumah tangga dengan baik, namun ia memiliki ketergantungan pada suami dalam hal finansial, emosional, dan pengambilan keputusan. Pekerjaan rumah tangga yang bersifat rutin menyebabkan wanita yang menikah dan tidak bekerja menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan aktivitas di lingkungan sekitar rumah sehingga memiliki pergaulan dan wawasan yang terbatas. Keterbatasan wawasan yang dimiliki wanita yang menikah dan tidak bekerja menyebabkan pola pikir dan pandangan terhadap dunia luar terbatas pula, sehingga wanita tersebut lebih bersikap konvensional terhadap budaya masyarakat. Sikap konvensional ini tampak pada sikap feminin dan stereotipe wanita dalam masyarakat sebagai makhluk yang perlu dilindungi. Sikap konvensional tersebut kemudian akan mengarah pada ketakutan akan kehilangan feminitas dalam diri wanita tersebut. Ketakutan akan kehilangan feminitas ini nampak ketika wanita menginternalisasikan budaya masyarakat mengenai peran dan perilaku feminin wanita yang lemah lembut, pasif, hangat, dan penuh kasih sayang, dan melakukan beragam pekerjaan yang halus seperti menjahit, mengurus rumah tangga, dll. Keterbatasan pergaulan dan wawasan tersebut juga menimbulkan rasa rendah diri (Rinto, 2004). Ketidakyakinan akan kemampuan diri sendiri menyebabkan wanita yang menikah dan tidak bekerja cenderung bersikap pesimis dalam menghadapi sesuatu yang baru dan sulit, cenderung melekatkan keberhasilan dan kegagalannya pada faktor keberuntungan semata, serta mengambil tindakan yang memiliki resiko kecil


(39)

walaupun tindakan tersebut tidak terlalu memberi pengaruh untuk pengembangan dirinya (Dowling, 1981), seperti kecenderungan memilih jenis pekerjaan rumah tangga yang ringan dan tidak menjamin kesuksesan karir di masa depan. Rendahnya harga diri dan ketakutan akan kehilangan feminitas membuat wanita yang menikah dan tidak bekerja ini cenderung bersikap pasif dalam mengambil keputusan dan mengembangkan dirinya. Kondisi ini tampak pada kecenderungan ibu rumah tangga yang tergantung pada suami dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Sikap pasif dan kondisi tidak bekerja membuat wanita yang menikah dan tidak bekerja ini memiliki ketergantungan pada orang lain, terutama suami, khususnya secara finansial, emosional dan social.

Wanita yang menikah dan bekerja memiliki peran ganda yaitu dalam lingkungan pekerjaan dan keluarga. Berkaitan dengan peran gandanya, seorang wanita yang menikah dan bekerja memiliki tanggung jawab ganda yaitu sebagai pekerja dan ibu rumah tangga. Mosse (1996) menambahkan bahwa wanita yang menikah dan bekerja tetap dituntut untuk menjalankan tanggung jawab secara penuh sebagai ibu rumah tangga. Disamping itu, lingkungan pekerjaan menuntut seorang wanita yang menikah dan bekerja untuk memiliki kepercayaan diri, optimis dan asertif. Secara finansial, wanita yang menikah dan bekerja tidak terlalu tergantung pada suami karena ia telah mampu memenuhinya melalui pekerjaan yang digelutinya. Penghasilan pribadi tersebut juga dapat meningkatkan harga diri (Goble, 1987), sehingga wanita menikah yang bekerja tersebut tidak lagi


(40)

24

merasa rendah diri. Kondisi bekerja menunjukkan bahwa wanita yang menikah tersebut lebih yakin akan kemampuannya dan tidak terlalu takut untuk kehilangan feminitasnya. Disamping itu, dengan bekerja tentunya wawasan yang dimiliki wanita tersebut akan meluas dan memiliki pandangan yang lebih optimis (Stefani, 2000). Luasnya wawasan dan pergaulan menyebabkan wanita yang menikah dan bekerja ini cenderung memiliki locus of control external yang rendah, lebih mampu bersikap aktif dalam mengambil keputusan dan menghadapi tantangan yang sulit. Sikap aktif dan kondisi bekerja menyebabkan wanita dengan peran ganda ini tidak terlalu menggantungkan kondisi hidupnya pada suami atau orang lain karena ia telah memiliki penghasilan sendiri, mampu mengaktualisasikan dirinya melalui pekerjaan, dan mampu memenuhi kebutuhan emosionalnya melalui pergaulan yang luas.

Kondisi-kondisi yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang bekerja dengan yang tidak bekerja. Dapat disimpulkan bahwa kecenderungan cinderella complex pada wanita yang menikah dan tidak bekerja cenderung tinggi. Kondisi ini tampak pada sikap pasif, memiliki rasa rendah diri yang tinggi, pesimis, memiliki locus of control external yang tinggi, mengandalkan orang lain dalam menghadapi berbagai permasalahan. Sedangkan kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang bekerja cenderung rendah, dimana wanita tersebut cenderung aktif, memiliki


(41)

harga diri yang cukup tinggi, optimis, memiliki locus of control external

yang rendah, dan lebih mampu mengatasi berbagai permasalahan sendiri.

D. Hipotesis

Kecenderungan cinderella complex pada wanita yang sudah menikah dan tidak bekerja lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan bekerja.


(42)

1

Skema Cinderella Complex Pada Wanita Menikah Yang Bekerja Dan Yang Tidak Bekerja

Wanita Yang Menikah

BEKERJA TIDAK BEKERJA

Kondisi:

•Memiliki penghasilan tetap

•wawasan luas

•pergaulan sosial luas

Kondisi :

•Kondisi finansial tergantung pada suami

•wawasan terbatas

•pergaulan sosial terbatas

Cinderella Complex lebih rendah :

• Memiliki kepercayaan diri

• Tidak takut kehilangan feminitas

• Locus of control eksternal rendah

• Aktif dalam mengambil keputusan

• Mengandalkan orang lain dalam hal-hal

tertentu

Cinderella Complex lebih tinggi :

• Memiliki rasa rendah diri

•Takut kehilangan feminitas

•Locus of control eksternal tinggi

•Pasif dalam mengambil keputusan

•Mengandalkan orang lain dalam

mengambil keputusan dan permasalahan lain


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong jenis penelitian komparatif yang membandingkan dua atau lebih fenomena dalam lingkungan sosial (Arikunto, 2002). Adapun tujuan dari penelitian komparatif ini adalah menemukan dua atau lebih benda, orang, kelompok, ide, maupun prosedur kerja (Arikunto, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kecenderungan

cinderella complex antara wanita menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kecenderungan cinderella complex, yaitu suatu ketakutan yang membuat wanita merasa tertekan sehingga tidak mampu menggunakan potensi dan kreativitasnya secara optimal dan menjadi tergantung pada orang lain yang dianggap lebih kuat darinya.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status kerja pada wanita yang menikah, dimana subjek penelitian terdiri dari wanita menikah yang bekerja dan wanita menikah yang tidak bekerja.


(44)

28

A. Definisi Operasional Penelitian

1. Cinderella Complex

Cinderella Complex merupakan suatu ketakutan akan kemandirian yang dialami wanita sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi, bakat, dan kreativitasnya secara optimal. Adapun aspek-aspek dari cinderella complex adalah sebagai berikut:

a. Rasa rendah diri

Wanita memiliki rasa rendah diri, dimana wanita seringkali meragukan kemampuannya dalam menjalankan suatu tugas. Rasa rendah diri ini berkaitan dengan emosi wanita.

b. Ketakutan kehilangan feminitas

Wanita memiliki ketakutan akan kehilangan feminitasnya yang berkaitan dengan budaya masyarakat. Ketakutan ini membuat wanita kehilangan kapasitas untuk bekerja produktif dan orisinil, serta memiliki motivasi kerja yang lebih disebabkan oleh krisis ekonomi dan keterpaksaan. Ketakutan akan kehilangan feminitas berkaitan dengan aspek kognitif wanita.

c. Locus of control eksternal yang tinggi.

Locus of control eksternal yang tinggi pada wanita tampak pada kecenderungan untuk melekatkan keberhasilan pada factor-faktor dari luar seperti keberuntungan. Kecenderungan untuk melekatkan pada faktor-faktor di luar diri ini berkaitan dengan emosi wanita.


(45)

d. Pasif dalam mengambil keputusan dan mengembangkan diri

Kecederungan cinderella complex tampak pula pada sikap dan perilaku pasif wanita dalam mengambil keputusan dan memajukan dirinya sendiri.

e. Kecenderungan mengandalkan orang lain

Wanita cenderung memiliki perilaku untuk mengandalkan orang lain dalam menghadapi suatu permasalahan atau kesulitan.

Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari cinderella complex

adalah rasa rendah diri, ketakutan kehilangan feminitas, locus of control yang rendah, sikap pasif dalam mengambil keputusan dan mengembangkan diri, serta kecenderungan mengandalkan orang lain.

Tingginya rendahnya kecenderungan cinderella complex dapat dilihat melalui jumlah skor total subyek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subyek, maka semakin tinggi pula kecenderungan cinderella complex yang dimiliki subyek.

2. Wanita Menikah Yang Bekerja Dan Yang Tidak Bekerja

Wanita menikah yang tidak bekerja adalah wanita yang telah menikah dan memiliki peran tunggal sebagai ibu rumah tangga, serta memiliki ketergantungan secara penuh pada suami terutama dalam hal finansial.

Wanita menikah yang bekerja adalah wanita yang telah menikah dan memiliki peran ganda yaitu dalam lingkungan keluarga dan pekerjaan,


(46)

30

serta tidak memiliki ketergantungan secara penuh pada suami terutama dalam hal finansial.

Status bekerja pada subyek akan diketahui melalui identitas subyek yang disajikan pada skala penelitian.

D. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah wanita yang telah menikah. Rencana pengambilan sample untuk penelitian ini adalah 32 orang wanita menikah yang tidak bekerja dan 32 orang wanita menikah yang bekerja. Adapun kriteria dari subjek penelitian adalah:

1. Wanita menikah yang tidak bekerja

a. Memiliki suami sebagai pendamping hidup dan pencari nafkah tunggal dalam keluarga.

b. Berada pada masa usia produktif kerja yaitu 25 tahun hingga 55 tahun. c. Memiliki aktivitas sehari-hari yang sebagian besar ( 60%) berada di

rumah.

d. Tidak memiliki tanggung jawab pekerjaan diluar rumah atau ikatan terhadap suatu instansi perusahaan.

e. Tidak memiliki penghasilan pribadi yang tetap dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap bulan.

2. Wanita menikah yang bekerja

a. Memiliki suami sebagai pendamping hidup dan pencari nafkah. b. Berada pada masa usia produktif yaitu 25 tahun hingga 55 tahun.


(47)

c. Memiliki aktivitas sehari-hari yang sebagian besar ( 60%) berada di luar rumah.

d. Memiliki tanggung jawab pekerjaan diluar rumah atau ikatan terhadap suatu instansi perusahaan.

e. Memiliki penghasilan pribadi yang tetap dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap bulan.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian akan dilakukan dengan membagikan kuesioner berskala pada para subjek. Kuesioner berskala tersebut disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan teori cinderella complex dengan menggunakan model Likert.

Peneliti menyusun skala yang terdiri dari 70 butir item. Setiap butir item memuat empat kategori alternatif jawaban yaitu “SS” (sangat sesuai), “S” (sesuai), “TS” (tidak sesuai) dan “STS” (sangat tidak sesuai).


(48)

32

Tabel III.1

Kisi-Kisi Skala Kecenderungan Cinderella Complex Sebelum Uji Coba

NO ASPEK SIFAT

KUESIONER

JUMLAH ITEM

PERSEN

Favorable 7 1 Rasa rendah diri

Unfavorable 7

20% Favorable 7 2 Ketakutan kehilangan

feminitas Unfavorable 7

20% Favorable 7 3 Locus of control external

yang tinggi Unfavorable 7

20% Favorable 7 4 Pasif dalam mengambil

keputusan dan

mengem-bangkan diri Unfavorable 7

20%

Favorable 7 5 Mengandalkan orang lain

Unfavorable 7

20%

TOTAL 70 100%

Keterangan : - Pernyataan favorable merupakan pernyataan yang mendukung objek yang diukur.

- Pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang tidak mendukung objek yang diukur.


(49)

Tabel III.2

Distribusi Item Skala Kecenderungan Cinderella Complex Sebelum Uji Coba

NO ASPEK SIFAT

KUESIONER

NOMOR JUMLAH

Favorable 1, 2, 21, 39, 40, 48, 55

7 1 Rasa rendah diri

Unfavorable 10, 11, 20, 29, 30, 47, 65

7 Favorable 3, 4, 22, 23, 41, 56,

57

7 2 Ketakutan

kehilangan

feminitas Unfavorable 12, 13, 31, 32, 49, 64, 66

7 Favorable 15, 24, 25, 42, 43,

58, 59

7 3 Locus of control

external yang

tinggi Unfavorable 5, 14, 33, 34, 50, 67, 68

7 Favorable 6, 7, 26, 27, 44, 60,

61

7 4 Pasif dalam

mengambil

keputusan dan mengembangkan diri

Unfavorable 16, 17, 35, 36, 51, 52, 69

7

Favorable 8, 9, 28, 45, 46, 62, 63

7 5 Mengandalkan

orang lain

Unfavorable 18, 19, 37, 38, 53, 54, 70

7

TOTAL 70

Penskoran dalam kuesioner ini menggunakan metode summated rating dengan rincian sebagai berikut:

1. Pada pernyataan favorable, jawaban “STS” memperoleh skor 1, “TS” memperoleh skor 2, “S” memperoleh skor 3, dan “SS” memperoleh skor 4. 2. Pada pernyataan favorable, jawaban “STS” memperoleh skor 4, “TS”

memperoleh skor 3, “S” memperoleh skor 2, dan “SS” memperoleh skor 1. Skor pada setiap item kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor total. Semakin tinggi skor total, maka menunjukkan bahwa semakin tinggi kecenderungan cinderella complex pada subjek.


(50)

34

F. Pertanggungjawaban Alat Ukur

1. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kestabilan hasil pengukuran (Azwar, 2003). Pengukuran yang reliable akan menghasilkan skor yang dapat dipercaya, karena perbedaan skor yang ada disebabkan oleh factor perbedaan yang sesungguhnya (Azwar, 2003). Alat ukur yang reliable adalah skala yang memiliki reliabilitas mendekati angka 1 (Azwar, 2003). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi alpha.

2. Validitas

Tujuan dari analisis validitas adalah untuk mengetahui sejauh mana alat ukur mampu menghasilkan data yang relevan dengan tujuan pengukurannya (Supratiknya, 1998). Analisis validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis validitas isi.

G. Metode Analisis Data

Kebenaran hipotesis akan diuji dengan uji t (independent sample t test). Uji t atau independent sample t test dilakukan untuk menguji pembuktian hipotesis dengan membandingkan dua kelompok subyek dan mencari perbedaan mean antar dua kelompok subyek tersebut.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Tempat dan Ijin Penelitian

Penelitian pada wanita yang menikah dan bekerja dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan penelitian pada wanita yang menikah dan tidak bekerja dilakukan di Pedukuhan Denokan, Maguwoharjo, Sleman.

Peneliti mengajukan permohonan melakukan penelitian dengan surat Nomor : 105a/D/KP/Psi/USD/X/2006 yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Kemudian peneliti meminta ijin pada Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma dan Kepala Kelurahan Maguwoharjo dengan membawa surat permohonan tersebut dan proposal penelitian. Pada tanggal 10 Oktober 2006, peneliti memperoleh ijin melakukan penelitian di Universitas Sanata Dharma dengan surat ijin nomor : 130/WR I/F/X/2006. Pada tanggal 18 Oktober 2006, peneliti memperoleh ijin melakukan uji coba alat ukur di Pedukuhan Krodan, Maguwoharjo dan melakukan penelitian di Pedukuhan Denokan, Maguwoharjo, Sleman dengan surat ijin nomor : 070/LD/MH/X/2006. 2. Uji Coba Alat Ukur

Salah satu bentuk persiapan penelitian adalah menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang telah disusun


(52)

36

tersebut kemudian diujicobakan pada 48 subjek di Pedukuhan Krodan, Maguwoharjo, Sleman. Subjek yang dijadikan sample uji coba ini memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik subjek penelitian.

Tujuan dari uji coba alat ukur ini adalah untuk menguji reliabilitas alat ukur tersebut dan menyeleksi item-item yang baik serta layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan data uji coba dilakukan pada tanggal 1 November 2006 sampai dengan tanggal 18 November 2006. Peneliti membagikan 30 skala secara door to door dan 25 skala dalam acara arisan ibu-ibu lingkungan. Dari 55 skala yang disebarkan terdapat 7 skala yang gugur.

1. Hasil Uji Coba a. Reliabilitas

Berdasarkan hasil uji coba skala dan setelah item-item yang tidak sah digugurkan, diperoleh reliabilitas skala secara keseluruhan 0,9001. Reliabilitas skala yang mendekati angka 1 ini menunjukkan bahwa skala ini tergolong baik untuk digunakan dalam penelitian.

b. Validitas

Validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan professional judgement atau penilaian seorang ahli. Dalam penelitian ini,

professional judgement dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi yang menyatakan bahwa skala kecenderungan cinderella complex yang disusun oleh peneliti telah layak untuk dijadikan sebagai alat ukur penelitian.


(53)

c. Seleksi Item

Item-item yang baik dalam skala ini dilihat dari korelasi item totalnya. Item yang baik adalah item yang memiliki indeks daya diskriminasi > 0,3 (Azwar, 2003). Berdasarkan hasil seleksi item, diperoleh 35 item yang tergolong baik dan layak untuk digunakan dalam penelitian.

Tabel IV.1

Kisi-Kisi Skala Kecenderungan Cinderella Complex Setelah Uji Coba

NO ASPEK SIFAT

KUESIONER

JUMLAH ITEM PERSEN

Favorable 3 1 Rasa rendah

diri Unfavorable 5

23% Favorable 4 2 Ketakutan kehilangan feminitas Unfavorable 3 20% Favorable 2

3 Locus of

control

external yang tinggi

Unfavorable 5 20%

Favorable 4 4 Pasif dalam

mengambil keputusan dan mengem-bangkan diri Unfavorable 4 23% Favorable 2 5 Mengandalkan

orang lain Unfavorable 3

14%


(54)

38

Tabel IV.2

Distribusi Item Skala Kecenderungan Cinderella Complex Setelah Uji Coba

NO ASPEK SIFAT

KUESIONER

NOMOR JUM LAH

Favorable 6, 9, 35 3 1 Rasa rendah diri

Unfavorable 1, 10, 15, 20, 25 5 Favorable 2, 7, 11, 30 4 2 Ketakutan

kehilangan feminitas

Unfavorable 16, 21, 26 3

Favorable 3, 8 2

3 Locus of control external yang tinggi

Unfavorable 12, 17, 22, 27, 34 5 Favorable 4, 13, 32, 33 4 4 Pasif dalam

mengambil keputusan dan mengembangkan diri

Unfavorable 18, 23, 28, 31 4

Favorable 5, 29 2

5 Mengandalkan

orang lain Unfavorable 14, 19, 24 3

TOTAL 35

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan setelah skala penelitian dianggap sebagai alat ukur yang valid dan reliable. Penelitian dilakukan pada tanggal 27 November 2006 hingga 11 Desember 2006.

Penelitian pada wanita yang menikah dan bekerja dilaksanakan pada tanggal 27 November 2006 hingga 30 November 2006 di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti membagikan skala yang berupa kuesioner pada 35 orang karyawati yang telah menikah dan bekerja sebagai staf di Universitas Sanata Dharma, Kampus II, Mrican dan Kampus III, Paingan. Karyawati yang dipilih untuk dijadikan subyek adalah para staf administrasi. Dari 35 buah skala yang disebarkan di Universitas Sanata Dharma terdapat 3 buah skala yang gugur.


(55)

Penelitian pada wanita yang menikah dan tidak bekerja dilakukan pada tanggal 10 Desember 2006 di Pedukuhan Denokan, Maguwoharjo, Sleman. Peneliti membagikan 18 buah skala yang berupa kuesioner pada wanita yang menikah dan tidak bekerja di acara arisan ibu-ibu RT 02 dan RT 06. Penelitian dilanjutkan pada tanggal 11 Desember 2006 dengan membagikan kuesioner pada 15 orang wanita yang menikah dan tidak bekerja secara door to door. Dari 33 buah skala yang disebarkan terdapat 1 buah skala yang gugur.

C. Deskripsi Subyek Penelitian Tabel IV.3

Deskripsi Wanita Menikah Yang Bekerja dan Yang Tidak Bekerja Usia Menikah dan Tidak

Bekerja

Menikah dan Bekerja

25-35 14 15

36-45 12 13

46-55 6 4

Subyek wanita yang menikah dan tidak bekerja diambil dari Pedukuhan Denokan, Maguwoharjo, Sleman. 14 orang subyek memiliki usia yang berkisar antara 25 hingga 35 tahun, 12 orang berusia antara 36 hingga 45 tahun, dan 6 orang berusia antara 46 hingga 55 tahun.

Subyek wanita yang menikah dan bekerja diambil dari karyawati yang bekerja sebagai staf administrasi di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 15 orang subyek memiliki usia yang berkisar antara 25 hingga 35 tahun, 13 orang subyek berusia antara 36 hingga 45 tahun, dan 4 orang subyek berusia antara 46 hingga 55 tahun.


(56)

40

Kondisi kedua kelompok subyek tersebut memiliki kondisi sosial ekonomi dan budaya yang hampir sama.

D. Analisa Data Penelitian

Sebelum data penelitian dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dan uji hipotesis.

1. Uji asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran atau distribusi skor mengikuti distribusi normal atau tidak. Apabila probabilitas skor lebih besar dari 0,05, maka dinyatakan normal. Sebaliknya bila probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka dinyatakan tidak normal.

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa probabilitas data sebesar 0,670. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor data penelitian ini normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sapel-sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama (Azwar, 2003). Data dinyatakan homogen bila p>0,05, sebaliknya apabila p<0,05 maka data dinyatakan tidak homogen.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa p = 0,576. Dapat diartikan bahwa data yang diperoleh homogen.


(57)

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji hipotesis yang menggunakan uji t dengan sample independen.

Tabel IV.4

Hasil Analisis Data Uji t

F Sig t df Sig Mean

Difference

Std.Error Difference

*F 0,315 0,576 T

test

6,049 62 0,00 11,94 1,974

Berdasarkan hasil uji perbedaan diperoleh harga t sebesar 6,049 (p<0,01), yang menunjukkan bahwa ada perbedaan kecenderungan

cinderella complex yang signifikan antara wanita yang menikah dan bekerja dengan wanita yang menikah dan tidak bekerja. Dapat disimpulkan bahwa hipotesa peneitian yang berbunyi “Kecenderungan

cinderella complex pada wanita yang sudah menikah dan tidak bekerja lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan bekerja” diterima.

Tabel IV.5

Deskripsi Statistik Antara Wanita Menikah Yang Bekerja dan Yang Tidak Bekerja

Status Mean Teoritis Mean Empiris

Wanita Menikah dan Tidak Bekerja

87,5 84,28 Wanita Menikah dan

Bekerja

87,5 72,34

Berdasarkan tabel IV.3, terdapat perbedaan mean empiris antara wanita menikah yang tidak bekerja dan wanita menikah yang bekerja (84,28 <


(58)

42

72,34). Kondisi ini menunjukkan bahwa kecenderungan cinderella complex

pada wanita menikah yang tidak bekerja lebih tinggi daripada wanita menikah yang bekerja.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan cinderella complex

yang signifikan antara wanita yang menikah dan bekerja dengan wanita yang menikah dan tidak bekerja (t = 6,049, p < 0,01). Perbedaan yang signifikan tersebut tampak pada kecenderungan cinderella complex pada wanita yang menikah dan tidak bekerja lebih tinggi daripada kecenderungan cinderella complex pada wanita yang menikah dan bekerja. Hal ini tampak pada perbedaan mean data wanita yang menikah dan tidak bekerja lebih tinggi daripada mean data wanita yang menikah dan bekerja (84,28 > 72,34).

Perbedaan kecenderungan cinderella complex tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi kehidupan yang dihadapi oleh wanita yang menikah dan tidak bekerja dengan wanita yang menikah dan bekerja. Kondisi kehidupan yang berbeda tersebut perbedaan luasnya pergaulan dan wawasan yang dimiliki subyek. Pergaulan individu yang luas dapat mendukung wawasan yang luas pula. Wawasan yang luas akan mempermudah individu untuk memahami berbagai hal dengan lebih baik. Andayani (2003) menambahkan bahwa semakin luas wawasan yang dimiliki individu maka ia


(59)

akan semakin optimis dalam menghadapi suatu masalah. Dapat dikatakan bahwa luasnya wawasan dapat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang.

Deskripsi statistik data penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menikah dan tidak bekerja memiliki kecenderungan cinderella complex yang lebih tinggi dilihat dari perbandingan mean antara wanita yang menikah dan tidak bekerja dengan wanita yang menikah dan bekerja : 84,28 < 72,34. Kecenderungan cinderella complex yang tinggi pada wanita yang menikah dan tidak bekerja dapat disebabkan oleh kondisi kehidupan yang dihadapi oleh subyek. Wanita yang menikah dan memiliki peran tunggal sebagai ibu rumah tangga tentunya akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan aktivitas di rumah dan lingkungan sekitarnya, seperti memenuhi kebutuhan anak-anak dan suami, dan mengerjakan tugas-tugas tangga yang rutin (Baron, 2005). Segala sesuatu yang dibutuhkan oleh wanita yang menikah dan tidak bekerja akan dipenuhi oleh suami sebagai pencari nafkah dalam keluarga. Dengan demikian seorang wanita yang menikah dan tidak bekerja menjadi tergantung secara finansial dan emosional pada pasangannya (Santrock, 2002).

Kecenderungan cinderella complex yang tinggi pada wanita yang menikah dan tidak bekerja dapat dipahami berdasarkan teori Dowling (1981) yang mengungkapkan bahwa kecenderungan cinderella complex timbul dari perlakuan keluarga dan lingkungan di sekitar wanita. Murniati (dalam Lembaga Studi Realino, 1992) mengungkapkan bahwa seorang suami akan memenuhi segala kebutuhan wanita yang menikah dan tidak bekerja.


(60)

44

Akibatnya, wanita tersebut hanya akan bergelut dalam kehidupan rumah tangganya dan tidak memiliki usaha untuk mengembangkan kehidupannya secara mandiri. Keterbatasan wawasan menjadikan seorang wanita yang menikah dan tidak bekerja merasa rendah diri. Keterbatasan wawasan tersebut menyebabkan wanita yang menikah dan tidak bekerja menjadi pasif, pesimis dan cenderung mengandalkan orang lain. Dapat dikatakan bahwa pergaulan dan wawasan yang terbatas menyebabkan kecenderungan cinderella complex

pada wanita yang menikah dan tidak bekerja cenderung tinggi. Kondisi kehidupan demikian menyebabkan wanita yang menikah dan tidak bekerja memiliki kecenderungan cinderella complex yang lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan bekerja. Meskipun demikian, sebagian besar wanita yang menikah dan tidak bekerja memiliki keinginan untuk mandiri, seperti mengerjakan sesuatu yang berguna yang dapat menambah pendapatan keluarga, namun mereka merasa bingung untuk memulai kemandiriannya (pernyataan beberapa subjek penelitian yang menikah dan tidak bekerja).

Kecenderungan cinderella complex yang tinggi pada wanita yang menikah dan tidak bekerja dapat mengakibatkan ketergantungan yang tidak sehat terhadap orang lain dan terhambatnya perkembangan wanita tersebut secara psikologis (plaza.ufl.edu/bjparis/index.html). Ketergantungan pada orang lain menyebabkan wanita yang menikah dan tidak bekerja menjadi kurang mampu untuk mengolah dan memanfaatkan kelebihan serta kreativitas yang dimilikinya (Dowling, 1981).


(61)

Sebaliknya, wanita yang menikah dan bekerja memiliki kecenderungan cinderella complex yang rendah. Kondisi kehidupan yang dihadapi oleh wanita yang menikah dan bekerja menuntut seorang wanita untuk mandiri memiliki kepercayaan diri yang tinggi, optimis, memiliki pergaulan yang luas, serta sikap asertif (Stefanie, 2000). Pergaulan yang luas tentunya akan mendukung wawasan yang luas pula. Dengan pergaulan dan wawasan yang luas, seorang wanita yang menikah dan bekerja menjadi percaya diri. Tuntutan lingkungan pekerjaan dan rasa percaya diri tersebut menyebabkan wanita yang menikah dan bekerja menjadi asertif, mau berinisiatif dan optimis (Stefanie, 2000). Dapat dikatakan bahwa wawasan yang terbatas menyebabkan kecenderungan cinderella complex pada wanita yang menikah dan bekerja cenderung rendah.

Penghasilan pribadi yang diperoleh melalui pekerjaan yang dijalani oleh wanita yang menikah dan bekerja juga menjadi salah satu faktor yang dapat meminimalisir rasa rendah diri. Maslow (dalam Goble, 1987) mengungkapkan bahwa penghasilan pribadi (gaji) merupakan penghargaan orang lain atas kemampuan individu sendiri. Penghargaan dari orang lain tersebut akan meningkatkan harga diri wanita yang menikah dan bekerja. Harga diri yang tinggi kemudian akan meningkatkan kepercayaan diri wanita yang menikah dan bekerja. Kepercayaan diri yang tinggi tersebut akan mendukung rendahnya kecenderungan cinderella complex pada wanita yang menikah dan bekerja.


(62)

46

Kecenderungan cinderella complex yang rendah pada wanita yang menikah dan bekerja menyebabkan wanita tersebut lebih mandiri dan mampu mengembangkan dirinya secara psikologis. Kemandirian menyebabkan wanita yang menikah dan tidak bekerja menjadi lebih mampu untuk mengolah dan memanfaatkan kelebihan serta kreativitas yang dimilikinya.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diasumsikan bahwa wanita yang menikah dan bekerja memperoleh perlakuan dari lingkungan dan keluarga yang menuntutnya untuk lebih mandiri daripada wanita yang menikah dan tidak bekerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa kecenderungan

cinderella complex pada wanita yang menikah dan tidak bekerja lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan bekerja.


(63)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data diperoleh harga t = 6,049 dengan p < 0,01. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan

cinderella complex yang signifikan antara wanita yang menikah dan tidak bekerja dengan wanita yang menikah dan bekerja. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa kecenderungan cinderella complex pada wanita yang menikah dan tidak bekerja lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan bekerja.

B. Saran

Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa kecenderungan cinderella complex pada wanita yang menikah dan tidak bekerja lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan bekerja. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyarankan:

1. Wanita Yang Menikah

Kemandirian merupakan suatu langkah awal untuk mengembangkan diri. Wanita yang telah menikah dan tidak bekerja disarankan untuk memperluas wawasan dan pergaulan agar mampu meminimalisir kecenderungan cinderella complex yang dimilikinya sehingga mampu mengaktualisasikan diri melalui pengolahan potensi dan


(64)

48

bakat dalam diri. Sedangkan wanita yang telah menikah dan bekerja diharapkan untuk mempertahankan kemandiriannya agar mampu mengembangkan hidup secara fisik dan psikologis dengan seimbang.

1. Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Salah satunya adalah kurangnya kontrol terhadap subyek penelitian. Subyek pada penelitian ini diambil dari berbagai tingkat pendidikan yang berbeda-beda, berkisar antara lulus sekolah dasar hingga lulus S1. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperhatikan faktor pendidikan terakhir subyek penelitian.


(65)

Daftar Pustaka

Andayani, Elviena Sri. (2003). Perbedaan Sikap Terhadap Menopause Antara Ibu Rumah Tangga Yang Bekerja dan Tidak Bekerja Yang Menjelang Menopause. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Tidak Diterbitkan.

Anggriany, Neneng dan Yulianti Dwi Astuti. (2003). “Hubungan Antara Pola Asuh Berwawasan Gender Dengan Cinderella Complex”. Psikologika, No. 16, Juli 2003, hlm 41-51.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Syaifuddin. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barnhouse, Ruth Tiffany. (1988). Identitas Wanita, Bagaimana Mengenal dan Membentuk Citra Diri. Yogyakarta: Kanisius.

Baron, Robert A, Donn Byrne. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2. eds. 10. Jakarta : Erlangga.

Brannon, Linda. (1996). Gender: Psychological Perspectives. USA: Allyn And Bacon.

Dowling, Colette. (1981). Cinderella Complex: Ketakutan Wanita Akan Kemandirian. Jakarta: Erlangga.

Fakih, M. (1997). Analisis Gender Dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Goble, Frank G. (1987). Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius.

Hastuti, Therecia Sri. (2004). Studi Kasus Tentang Faktor Penyebab Suami Berselingkuh Pada Pasangan Dengan Status Istri Tidak Bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Tidak Diterbitkan.

Kartono, Kartini. (1992). Psikologi Wanita: Gadis Remaja Dan Wanita Dewasa.

Jakarta: Mandar Maju.

Kartono, Kartini. (1992). Psikologi Wanita: Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Jakarta: Mandar Maju.


(66)

50

Lembaga Studi Realino. (1992). Citra Wanita dan Kekuasaan (Jawa). Yogyakarta: Kanisius.

Mosse, J.C. (1996). Gender Dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Murniati, A Nunuk P. (2004). Getar Gender (Perempuan Indonesia dalam

Perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga) Buku Kedua. Magelang: IndonesiaTera.

Pedoman Penulisan Skripsi. (2004). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Rinto, Theopila Niken Natalia. (2004). Perbedaan Tingkat Somatisasi Pada Ibu

Rumah Tangga Yang Berstatus Bekerja Dengan Yang Berstatus Tidak Bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Tidak Diterbitkan.

Santrock, John.W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid 2. Eds. 5. Jakarta: Erlangga.

Stefani, Jatie K, dkk. (2000). Hubungan Antara Peran Gender dan Persepsi Terhadap Dukungan Suami Dengan Fear Of Success Pada Wanita Karier.

Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol 16, hlm 51 – 73.

Supratiknya, A. (1998). Statistik Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Wilkinson. Sue, Celia Kitzinger. (1995). Feminism And Discourse, Psychological Perspective. California: Sage Publication Inc.

plaza.ufl.edu/bjparis/index.html. Feminine Psychology.

www.cmn.hs.h.kyoto-u.ac.jp/NO1/SUBJECT2/CIN.HTM. Cinderella In Eighties’ Hollywood.


(67)

(68)

52


(69)

NO PERNYATAAN STS TS S SS

1 Saya bukan orang yang menyenangkan 2 Saya bukan orang yang dapat diandalkan

3 Segala sesuatu tampak lebih mudah dikerjakan pria daripada wanita

4 Saya bekerja karena kondisi ekonomi keluarga yang mendesak

5 Keinginan saya biasanya terwujud jika saya berusaha 6 Saya biasa meminta persetujuan suami terlebih dahulu

sebelum memutuskan sesuatu

7 Saya sering merasa ragu-ragu dalam mengambil suatu keputusan

8 Saya sering memperoleh pertolongan dari orang lain bila menghadapi kesulitan

9 Saya akan meminta pertolongan suami saya terlebih dahulu bila menghadapi masalah

10 Saya mampu mencapai keberhasilan seperti yang teman-teman saya raih

11 Saya selalu tahu apa yang harus saya lakukan

12 Jika terjadi kerusakan barang elektronik di rumah, saya akan berusaha memperbaikinya sendiri semampu saya 13 Saya lebih suka memiliki penghasilan sendiri,

walaupun harus bekerja keras untuk itu

14 Masa depan saya ditentukan oleh tindakan-tindakan saya saat ini


(70)

54

beruntung

16 Saya mampu mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai situasi

17 Saya tidak selalu meminta persetujuan suami dalam mengambil suatu keputusan

18 Bila ban kendaraan saya bocor di tengah jalan, saya akan berusaha mencari bengkel terdekat

19 Saya mampu menolong diri saya sendiri untuk keluar dari kesulitan yang saya alami

20 Saya disukai oleh banyak orang

21 Saya merasa kehidupan orang lain lebih baik daripada kehidupan saya

22 Saya lebih menyukai peran sebagai ibu rumah tangga daripada wanita karir

23 Kesuksesan tampak lebih mudah diraih oleh pria daripada wanita

24 Kehidupan saya sebagian besar ditentukan oleh orang-orang disekitar saya

25 Kebahagiaan yang saya alami merupakan bagian dari nasib baik saya

26 Saya sering mengambil keputusan berdasarkan saran dari sahabat dan keluarga saya

27 Saya tidak ingin mencoba hal-hal yang memiliki resiko besar meskipun hal tersebut dapat membuat kehidupan saya menjadi lebih baik

28 Saya selalu membutuhkan orang lain 29 Saya adalah wanita yang menarik

30 Saya menyukai dan menikmati pekerjaan saya saat ini 31 Di jaman sekarang ini, pria dan wanita memiliki


(71)

untuk meniti karir dan mengaktualisasikan diri

33 Saya berhasil karena saya berusaha dengan sungguh-sungguh

34 Saya merasa mampu untuk melakukan segala sesuatu yang telah saya rencanakan

35 Saya ingin mengembangkan diri saya dengan mencoba berbagai hal yang baru

36 Saya selalu tahu apa yang harus saya lakukan

37 Dalam menghadapi masalah, saya akan berusaha mengatasinya sendiri terlebih dahulu

38 Saya mampu melaksanakan berbagai pekerjaan dengan tenaga dan usaha saya sendiri

39 Saya tidak nyaman dengan penampilan saya

40 Saya menjadi salah tingkah bila orang-orang memperhatikan saya

41 Istri yang ideal adalah istri yang menghabiskan sebagian besar waktunya berada di rumah dan melakukan tugas-tugas rumah tangga dengan baik

42 Kesulitan yang ada bukan disebabkan kecerobohan saya

43 Berbagai kesulitan dalam hidup saya sebagian besar disebabkan oleh kecerobohan orang lain

44 Seringkali saya melepaskan kesempatan baik yang dapat menjadikan saya sukses

45 Bila motor saya mogok di tengah jalan, saya akan meminta pertolongan orang lain atau suami


(72)

orang-56

orang disekitar saya

47 Kehidupan saya menyenangkan

48 Saya merasa sulit untuk bergaul dengan orang yang baru dikenal

49 Saya tidak takut bila saya harus bekerja sekaligus mengurus rumah tangga dan anak-anak

50 Banyaknya teman yang saya miliki tergantung pada keramahan dan kebaikan saya

51 Bila saya memperoleh kesempatan untuk meniti karir, maka saya akan mencobanya

52 Saya adalah wanita yang menyukai tantangan

53 Saya dapat mengatasi sendiri berbagai permasalahan yang muncul dalam hidup saya

54 Saya tidak suka tergantung pada orang lain 55 Saya sering menjadi orang yang tidak berguna 56 Saya adalah wanita yang feminin

57 Saya adalah wanita yang lemah lembut dan penuh kasih sayang

58 Keberhasilan dan kegagalan saya di masa depan berada di tangan nasib

59 Saya percaya akan kebenaran ramalan bintang, primbon, atau feng shui dalam hidup saya

60 Saya menyukai pekerjaan-pekerjaan yang ringan dan tidak beresiko

61 Saya lebih suka mengurus suami dan anak-anak daripada bergelut di dunia kerja yang penuh persaingan dan tantangan

62 Saya banyak memperoleh bantuan dari keluarga dan teman-teman dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan saya


(73)

65 Saya adalah orang yang memiliki banyak bakat dan kelebihan

66 Saya menyukai dunia pekerjaan yang penuh tantangan dan karir

67 Kehidupan saya banyak ditentukan oleh diri saya sendiri

68 Saya mengendalikan kehidupan saya sendiri

69 Saya tidak merasa terganggu dengan adanya berbagai perubahan yang tidak sesuai dengan yang saya rencanakan


(74)

58


(1)

T-Test

Group Statistics

32 72.34 8.812 1.558

32 84.28 6.854 1.212

Status Bekerja Wanita Menikah dan Bekerja Wanita Menikah dan Tidak Bekerja SKOR

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Independent Samples Test

.315 .576 -6.049 62 .000 -11.94 1.974 -15.883 -7.992

-6.049 58.460 .000 -11.94 1.974 -15.887 -7.988

Equal variances assumed Equal variances not assumed SKOR F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(2)

(3)

FJIKUI,TAS

PSIfiOLOGI

UNIVEFSITAS AANAIA DIARMA

Pa n! an, Ma0Mb4o, Dopor s smai 0 Fur. {! 14 ) 0u05?e yoEeird. !r

KETORANGAN

PENEL(TIAN

- -N*.tr,,

n\'F N$] l r,eF

Kami t€ranglandengar sesunggLrhnya bahwa pehroawasu€ti( ; al mahasislla Fakultas Psilolog univercitar sanata oharnB, Y.qyakarta.

Unhrk memenuhL sELah salu tugas cialari rangka studlnya, yan! b,:rsanqkub'

I partLsiPan atau responden luu / Bapak/ Saudara sendni

Lembaoa/baOian aar ernbaga/kantcr/perusahaan yan! ibu/BapaVSaLrdara pimpn Srar alaLr k!ryawar di lembaga/kantotpetusahon I yanq lbdBapak/Saudaa cimpin. SGwa/mahaslswa dilembaoa / sekola| yanq tbu / gLpak/ Saudara ptmph

tvarga masyarakevkomunltas di linlkulan yan! lbu/Bapalvsaudara pimpin

$ery'langganan/pasLun di lembaga/kantotperu iha.)n yeno lbLr/sapak/5aLda6 pim.if

u

tl

u

NIM I

-G!d melakukan pen€litlan berupa :

1=. sp€sinkasi ata! nocian sebaOaiberju:

- ? - 1 6 . a G d & d l ! - 1 l ! t L _ ! ! [ ] ! , s ! \ , N , ! _ a t r ! ! i _ _ ' _ r , l

intuk itu sudllah menrbeitcn itas peftauan dar kelja ema


(4)

SrrNfqTN DHTqFEMFI

SUITAT IZIN PLA]ELITIAN

No,ror : 130/WR l/F/x/2006

Pirpnran Unilrsilas Srnata Dhanr Y.gyrla n, ll.qgan melakrkan penelitian kepada:

N a n n : A s t i a P a d m a

0291\11]34

Univ€rsitas Sanata Dhairna Uni!qsitisSinrLr Dhanr

Jl N4ri.ril (nr( t'os 29

liul.rr Olitober NovcNtjer ?(106

I'orb.ddan Cnllerclla Co'npld pana Wanih rvl.nikah r"r,1d

nokorj. da,r Tnlik RoLcii

Nlohon uf it terknltdapat nrdrnbaniu yanS trcrr.ngk!tansepolun!n.

Yogy.kata, 10 Okiober 2006


(5)

:. FAKULTAS

psittoito{it

IJHIVERSFAA SANATA DHARMA

riiqm, Ma@mh,io r,€po{ sbr L u {czolsos?e yogFkii lru

KTTORANGAN

PONELI'I]AN

No.

I lat aJDl<Plrsiluso/t

tz.bti

.:rL terdnqkan denlan sesunocuhnya bahwa peinbawa slEt i.ii

!-l-U1L -' :

!2!!l!!iq---;tslswa Fa\ulils t5iloLoqi !nveGitds

D

tl

u

i-:rsalbaq an dari remlraga/k ntoy'perusahaan yaro rbL/BapavsaudJd

i:' rau karyawan di lembaga/kanto/!erusnhaan ya;9 tb|,sapaV:6!da:a

s€^:rmahasi5wa dlLembaoa/ sekorah yai! rbu / 33'rak/Saldara ptmpin

ra,a masyamkavkomunitas d ungku rJan yang lLu/Bapatvs.ruara pimp n

6e- 3agganan/pasien di Lehbaqa/kantor/Derlsahaan yanq Ibu/Bapak/Saudala pimOi,,.

sa fii\as atau rnc'dn sebaoar ber klt:

le8€lrP.ts a..Ll4 rRr i,L.t ,\ r f! 1[] ir.$ \vl,L. (fi,i

,E^ l sLdich n er-ber rdl .. balu, d d. fri_sdroa sc)e.tu1'a,

c:edatan dan k€rla sima lt u/3apa'</S.udara, kami!6pkan ter ma kasih,

/

: me at!kan penelitian berupa:

,-:ut nlemenlhl $lah sat! tuqas

Sdnat Dhar.a, Yogyakarta.

dalam fanoka studinya, yang be6a Ekutan

=:!sipan atau responden

r, €apal / Saudara sendrl


(6)

PEMERINTAH DISA MAGUWOHARJO NC.72 KECAMATAN DEPOK, (AB. SLEMAN

DAERAH ISTIME\TA I OGY KARTA No. ..!..4...r-D ,4,4r r, :00.f.-..

Yangborindd hqerndibNval iri l-!.ah Dcs! Iyh8tr\yolujo, nlcncr.ngk b wr

SURAT

I(NTI'RANGAN

...1t:.:!rl.tl1l..l.r..f.trr}l!!q

. Lrtt.:-r-tH!68r:r1..l.gtfl

lr:.h'1.$

Misuw,,L,d.€t...:!1....?ktrlrF 200.a..

llcrhl0srD|ri,lcnfrr lgl:... ..,..€rll.tnrrrn

Kcnludirtr hMp Drnjadilun pc.ikstr bcNrrgkuldn

Pcncgang sutut ketcraneitr