Meningkatkan aktivitas siswa SD kelas IV A dalam pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kooperatif teknik numbered head`s together di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository
MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER DI SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
E. Teguh Saputro NIM : 071134092
PROGRAM STUDI S1-PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER DI SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
E. Teguh Saputro NIM : 071134092
PROGRAM STUDI S1-PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Kupersembahkan karya ini untuk :
Yesus Kristus
penolongku.Diriku sendiri Kedua orang tuaku tercinta : Alm. Natan Soewandi & Maria Suprihatin
Kekasihku tercinta : Cicilia Yuli Utami
Kakakku dan Adik tersayang : Emilia Rini. CH & Angelina Niken A.L
Keluarga besarku Serta rekan-rekan seperjuangan Yang telah memberikan cinta, doa, dukungan dengan tulus dapat kugapai segenggam harapan.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 3 Maret 2010 Penulis,
E. Teguh Saputro NIM : 071134092
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : E. Teguh Saputro Nomor Mahasiswa : 071134092
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER DI SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian maka saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kapada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 3 Maret 2010 Yang menyatakan
E. Teguh Saputro
ABSTRAK
E. Teguh Saputro : Meningkatkan Aktivitas Siswa SD Kelas IVA dalam Pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
Kata Kunci : Aktivitas, Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together .
Dalam pembelajaran di sekolah siswa hendaknya dilibatkan dalam mengolah setiap bahan pelajaran. Siswa secara aktif menyusun pengetahuan agar pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna. Pembelajaran yang berlandaskan aktivitas siswa perlu dilakukan, karena anak pada dasarnya punya rasa ingin tahu yang kuat, ditandai oleh kecenderungan heran dan kagum pada hal-hal yang baru dan menantang. Selain itu belajar haruslah merupakan proses penemuan dan membangun pengertian melalui persepsi, pikiran, dan perasaan oleh pembelajar sendiri. Dengan cara demikian anak dilatih untuk menggunakan pemikirannya secara kritis, mandiri dan bertanggung jawab. (Purnomo. 2006: 2). Demikian juga dengan pembelajaran IPA, karena IPA adalah ilmu yang mempelajari alam, kejadian-kejadian alam dan makhluk hidup. Diharapkan dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pemahaman siswa tentang alam, kejadian-kejadian alam dan makhluk hidup akan lebih mendalam dan tahan lama. Untuk itu guru harus pandai-pandai menerapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa beraktivitas dalam mengolah bahan ajar sehingga siswa tidak hanya diam mendengarkan. Dengan siswa aktif mengolah bahan ajar maka pengetahuan yang didapat akan lebih bermakna dan tahan lama.
Namun aktivitas siswa dalam pembelajaran di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta masih rendah termasuk pembelajaran IPA di kelas IVA. Guru masih mendengarkan penjelasan dari guru. Untuk mengatasi rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA maka dalam penelitian ini siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik numbered heads together. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif teknik numbered heads together dapat meningkatkan aktivitas siswa SD kelas IVA dalam pembelajaran IPA di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010?
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik
numbered heads together dapat meningkatkan aktivitas siswa SD kelas IVA
dalam pembelajaran IPA di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan subyek penelitian sebanyak 29 siswa Kelas IVA di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Aspek yang menjadi indikator dari penelitian ini adalah mengemukakan ide dengan konsep yang benar, menyanggah konsep yang salah, menyetujui konsep yang benar, dan bertanya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Bentuk instrumen dalam penelitian ini tes kinerja. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa hasil observasi langsung terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA.
Setelah peneliti menggunakan pendekatan kooperatif teknik numbered
heads together maka keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA di SD Kanisius
Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada data masing-masing siklus menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa sebesar 70,7%, apabila dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 34,5% terjadi peningkatan sebesar 36,2%.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik numbered heads
together terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV di SD Kanisius
Sengkan Tahun Ajaran 2009/2010.
ABSTRACT
E. Teguh Saputro : Improving the Activeness of the Fourth Grade Students of Class A in the Science Subject Learning Process Using the Cooperative Technique Numbered Heads Together Learning Model in Kanisius Sengkan Elementary School, Academic Year 2009/2010
Key Word : Activity, the Cooperative Technique Numbered Heads Together Learning Model
During the learning process at school students should be engaged in elaborating every material given. Thus, the students will enable to construct a meaningful knowledge actively. Learning process based on the students’ activity is maintained because studensts, basically, are eager to know something new. They tend to be amazed and curious towards something new and challenging. Learning should be a process of finding and building understanding through perception, mind, and feeling by the learning process itself. In this way, students are trained to use their mind critically, independently, and resposibly (Purnomo. 2006: 2). We have the same way when we we learn Science. Science is a subject that studies the environment, environment phenomenon, and all living creature. By implementing the activities provided, the students will get deeper understanding towards the lesson they got. Therefore, the teacher should be able to manage the subject material in order that the students are active during the learning activities. This kind of learning activity makes a meaningful and long lasting knowledge for the students.
That learning technique had not been implemented in SD Kanisius Sengkan Yogyakarta in class IV A. The teachers tend to use top down method that makes the students only listen passively. In order to overcome this problem, the students are maintained to use the numbered heads together cooperative learning model. Hence, the problem formulation of this research is “Is the use of the activeness of the fourth grade students of class A in the science subject learning in Kanisius Sengkan Elementary School, Academic Year 2009/2010?
” Based on the problem formulation, this research aims to know whether the use of the numbered heads together cooperative learning model can improve the activeness of the fourth grade students of class A in the science subject learning in Kanisius Sengkan Elementary School, Academic Year 2009/2010 or not.
The subject of this research is 29 students of class IVA in Kanisius Sengkan Elementary School Yogyakarta, academic year 2009/2010. The aspect as the indicators of this research is that the students are able to elaborating ideas using the correct concept, judging the wrong concept, standing for the right concept, and asking.
This research implemented descriptive qualitative method. The instruments implemented was (kinerja = working?) test. The data gathered is the result of observation headed for the students’ activity during the science lesson process.
The result of this research shows that the activeness of the students was increased from 34.5 % to 70.7%. The result proves that the use of the numbered
heads together cooperative learning model can improve the activeness of the
grade IV students of Kanisius Sengkan Elementary School, Academic Year 2009/2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, rahmat dan penyertaannya, sehingga skripsi yang berjudul ” Meningkatkan
Aktivitas Siswa SD Kelas IVA dalam Pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan
Program Studi S1-PGSD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, di Universitas Sanata Dharma.
Penyusunan skripsi ini diakui banyak hambatan karena keterbatasan waktu, pengetahuan, dan pengalaman. Namun berkat semangat dan dorongan berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Puji Purnomo, M. Si selaku Ketua Program Studi PGSD di Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Maslichah A.M. Pd. selaku dosen Pembimbing I
4. M. Melani Ika S. S. Pd selaku dosen Pembimbing II
5. Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Seluruh Dosen yang telah memberikan semangat dan ilmu.
7. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan referensi.
8. Alm Ayah dan Ibuku yang telah memberikan kasih dan mendampingi serta mencukupi semua kebutuhan dalam penulisan skripsi ini.
9. Kakak dan adikku yang telah memberi semangat dan bantuan.
10. Cicilia Yuli Utami kekasihku atas doa, dorongan semangat dan bantuannya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
11. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.
Yogyakarta, 3 Maret 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. v LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... xi DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................
1 B. Batasan Masalah ...................................................................
3 C. Rumusan Masalah ................................................................
3 D. Batasan Pengertian ...............................................................
3 E. Tujuan Penelitian ..................................................................
4 F. Hipotesis Tindakan ...............................................................
5 G. Manfaat Penelitian ................................................................
5 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat IPA .........................................................................
7 1. Pengertian .......................................................................
7 2. Pembelajaran IPA ...........................................................
9
B. Aktivitas Siswa .....................................................................
15 C. Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together
17 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ....................
17 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .....................................
18 3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif .....................................
19 4. Lima Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ..................
21 5.
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together ........................................................................
22 D. Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together .
24 E. Materi dalam Penelitian ........................................................
25 1. Mata (Indera Penglihatan) ...............................................
26 2. Telinga (Indera Pendengaran) .........................................
31 3. Lidah (Indera Pengecap) .................................................
34 4. Hidung (Indera Penciuman) ............................................
35 5. Kulit (Indera Peraba) .......................................................
36 F. Penelitian yang Relevan ........................................................
39 BAB III.METODOLOGI PENELITIAN A. Seting Penelitian ...................................................................
41 B. Prosedur Penelitian ...............................................................
41 1. Perencanaan Tindakan ....................................................
42 2. Pelaksanaan Tindakan .....................................................
43 a. Siklus 1 .....................................................................
41 1) Tindakan .............................................................
43 2) Observasi ............................................................
45 3) Refleksi ...............................................................
46 b. Siklus 2 .....................................................................
46 1) Tindakan .............................................................
46 2) Observasi ............................................................
48 3) Refleksi ...............................................................
48
4. Analisis Data ..................................................................
50 C. Jadwal Penelitian ..................................................................
54 BAB IV.PELAKSANAAN PENELITIAN A. Siklus I .................................................................................
56 1. Perencanaan ....................................................................
56 2. Pelaksanaan ....................................................................
56 3. Pengamatan/Observasi ....................................................
57 4. Hasil Siklus I ..................................................................
62 5. Refleksi ..........................................................................
63 B. Siklus II ................................................................................
64 1. Perencanaan ....................................................................
64 2. Pelaksanaan ....................................................................
64 3. Pengamatan/Observasi ....................................................
65 4. Hasil Siklus II .................................................................
70 5. Refleksi ..........................................................................
71 BAB V.RANGKUMAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian .................................................
73 B. Rangkuman Hasil Refleksi ....................................................
77 C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................
79 BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
81 B. Saran ....................................................................................
82 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
83 LAMPIRAN A. Lampiran 1 (Silabus) ............................................................
85 B. Lampiran 2 (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) .................
88 C. Lampiran 3 (Lembar Kerja Siswa) ......................................... 100
D. Lampiran 4 (Frekuensi Aktivitas Siswa) ................................ 111
E. Lampiran 5 (Foto) ................................................................. 115
F. Lampiran 6 (Hasil Pekerjaan Siswa) ..................................... 123
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Peubah, indikator, data, pengumpulan data dan instruman ..
49 Tabel 3.2. Kriteri Frekuensi Aktivitas Siswa .......................................
50 Tabel 3.3. Kriteria Aktivitas Kelas .....................................................
51 Tabel 3.4. Kriteria Keberhasilan Penelitian ........................................
49 Tabel 3.5. Jadwal Penelitian ...............................................................
51 Tabel 4.1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ........................
59 Tabel 4.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ......................
67 Tabel 5.1. Rangkuman Hasil Penelitian ..............................................
74 Tabel 5.2. Ketercapaian Sampai Kondisi Akhir ..................................
76
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Mata ...........................................................................27 Gambar 2.2. Telinga ........................................................................
31 Gambar 2.3. Lidah ..........................................................................
34 Gambar 2.4. Hidung ........................................................................
35 Gambar 2.5. Kulit ...........................................................................
37 Gambar 4.1. Aktivitas Kelas Pada Siklus I ......................................
62 Gambar 4.2. Aktivitas Kelas Pada Siklus II .....................................
70 Gambar
5.1. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together .....................................................................
76
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ...............................................................................85 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................
88 Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa .......................................................... 100 Lampiran 4. Frekuensi Aktivitas Siswa .................................................. 111 Lampiran 5. Foto ................................................................................... 115 Lampiran 6. Hasil Pekerjaan Siswa ........................................................ 123
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran di sekolah termasuk jenjang pendidikan SD,
siswa hendaknya dilibatkan dalam mengolah setiap bahan pelajaran. Siswa secara aktif menyusun pengetahuan agar pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna. Guru bertindak sebagai fasilitator menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa mengolah bahan pelajaran. Guru juga menyediakan fasilitas dan sarana yang dapat membantu siswa menyusun pengetahuan.
Pembelajaran yang berlandaskan aktivitas siswa perlu dilakukan, karena anak pada dasarnya punya rasa ingin tahu yang kuat, ditandai oleh kecenderungan heran dan kagum pada hal-hal yang baru dan menantang. Selain itu belajar haruslah merupakan proses penemuan dan membangun pengertian melalui persepsi, pikiran, dan perasaan oleh pembelajar sendiri.
Dengan cara demikian anak dilatih untuk mengunakan pemikirannya secara kritis, mandiri dan bertanggung jawab. (Purnomo. 2006: 2) Kenyataannya dalam proses pembelajaran di SD guru masih memandang siswa sebagai individu yang belum mempunyai pengetahuan apa- apa. Siswa dianggap sebagai botol kosong yang siap diisi pengetahuan dari ceramah. Dengan metode ceramah guru menuntut siswa untuk duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Proses pembelajaran terkesan seperti memindahkan informasi atau pengetahuan dan menuntut siswa untuk menghafalkan. Dengan metode ceramah juga tidak terjadi interaksi dua arah antara guru-siswa dan siswa-siswa. Interaksi dua arah sangat penting untuk mengembangkan aspek sosial anak.
Hal seperti di atas juga di kelas IVA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta, dimana aktivitas siswa dalam mengolah bahan ajar masih sangat minim. Siswa kelas IV sudah dibekali keterampilan-keterampilan dasar di kelas rendah (I, II, III) yang dapat digunakan untuk mengolah bahan ajar. Aktivitas siswa kelas IV yang masih minim harus lebih dioptimalkan oleh guru dengan menerapkan metode yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Demikian juga dengan pembelajaran IPA, karena IPA adalah ilmu yang mempelajari alam, kejadian-kejadian alam dan mahluk hidup. Diharapkan dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pemahaman siswa tentang alam, kejadian-kejadian alam dan mahluk hidup akan lebih mendalam dan tahan lama.
Atas da sar tersebut penulis meneliti tentang “MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
NUMBERED HEADS TOGETHER DI SD KANISIUS SENGKAN
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 ”
B. Batasan Masalah
Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta kalas IVA. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran IPA kelas IV semester I. Standar kompetensinya yaitu memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. Kompetensi dasarnya yaitu mendiskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tesebut, maka rumusan masalah dalam peelitian ini adalah: Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik numbered heads together dapat meningkatkan aktivitas siswa SD kelas
IVA dalam pembelajaran IPA di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010?
D. Batasan Pengertian
1. Hakekat IPA adalah pengetahuan rasional dan objektif tentang alam dengan segala isinya. (Darmodjo, Hendro dan Kaligis, Jenny RE. 1991:3)
2. Aktivitas dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah kegiatan, kesibukan (Poerwadarminta. 1976:26). Aktivitas siswa merupakan merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah mengemukakan ide dengan konsep yang benar, menyanggah konsep yang salah, menyetujui konsep yang benar, dan bertanya.
3. Pembelajaran kooperatif. Menurut Cooper dan Heinich menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. (Asma, Nur. 2006: 12)
4. Pembelajaran kooperatif teknik numbered heads together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat kelompok lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa. (http://
learning-with-me.blogspot.com)
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan aktivitas siswa SD kelas IVA khususnya dalam pembelajaran IPA.
2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik numbered heads together dapat meningkatkan aktivitas siswa SD kelas IVA dalam pembelajaran IPA di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.
F. Hipotesis Tindakan
Penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik numbered heads
together dapat meningkatkan aktivitas siswa SD kelas IVA dalam
pembelajaran IPA di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penulisan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menambah koleksi kepustakaan dan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan topik yang sama.
2. Bagi Peneliti
a. Guna mendapat pengalaman melakukan penelitian, sehingga dapat mengembangkan dan mendorong pengembangan PTK selanjutnya.
b. Untuk menambah wawasan tentang cara meningkatkan aktivitas siswa.
3. Bagi Guru Dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan aktivitas siswa khususnya dalam pembelajaran IPA.
4. Bagi Sekolah Agar dapat menambah sumber bacaan di perpustakaan.
5. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa agar selalu berperan aktif dalam setiap pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPA, agar pengetahuan yang didapat lebih bermakna.
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat IPA
1. Pengertian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menawarkan cara-cara untuk kita agar dapat memahami kejadian-kejadian di alam dan agar kita dapat hidup di dalam alam ini. IPA secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Pada hakekatnya IPA dapat dipandang sebagai produk dan proses.
a. IPA sebagai produk
IPA sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA.
1) Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda- benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul- betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif. Contohnya:
o
air membeku pada suhu 0 C. 2) Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA.
Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang saling
8 berhubungan. Contohnya: semua zat tersusun atas partikel- partikel. 3) Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan antara kedua konsep-konsep IPA. Contohnya: udara yang dipanaskan memuai adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas dan pemuaian. Prinsip dapat berubah jika observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentatif. 4) Teori IPA merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan.
Suatu teori merupakan model atau gambaran yang dibuat oleh ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam. Teori dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Contohnya: model atom yang seperti susunan tata surya dengan elektron berputar pada orbitnya disekitar intinya tumbang dan diganti oleh teori kuantum yang mengambarkan elektron seperti awan bermuatan negatif melingkupi inti atom.
Teori ilmiah membantu kita memahami, memprediksi dan kadang-kadang mengendalikan berbagai gejala alam. Contohnya: teori meteorologi membantu para ilmuwan untuk memahami mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk. Teori meteorologi ini membantu kita untuk menentukan data yang bagaimana yang harus dikumpulkan untuk memprediksi kapan dan
9 dimana badai yang kuat akan terjadi. Teori meteorologi juga sudah membantu para ilmuwan untuk membuat hujan buatan.
b. IPA sebagai proses
IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk-makhluk, tetapi IPA merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah. Memahami IPA lebih dari hanya mengetahui fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA juga berarti memahami proses IPA, yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuwan mempergunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut prosedur ilmiah.
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, diantaranya adalah : mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik atau tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. (Iskandar, Srini M.1-5) 2.
Pembelajaran IPA
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran IPA di SD guru harus
10 mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran yang berlangsung haruslah mengacu pada apa yang dilakukan oleh siswa bukan apa yang dilakukan terhadap siswa. Dengan kata lain pembelajaran harus benar- benar berorientasi pada siswa.
Proses membangun pengetahuan sendiri sangat penting karena dengan membangun pengetahuan sendiri siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang diperolehnya benar-benar hasil dari proses konstruksi yang dilakukannya. Dengan demikian pengetahuan akan lebih bermakna dan siswa akan menganggap bahwa itu berharga baginya dengan demikian pengetahuan itu akan lebih tahan lama. Siswa juga akan terlatih dalam berpikir dan memecahkan masalah.
Dalam merencanakan suatu pembelajaran, guru juga harus mempertimbangkan tingkat perkembangan intelektual anak. Tingkat perkembangan intelektual anak sangat menentukan sejauh mana nanti anak menangkap suatu informasi dalam pembelajaran yang dilakukan.
Dengan memahami tingkat perkembangan intelektual anak, seorang guru dapat menentukan standar pengetahuan yang mungkin dapat dipahami anak. Hal tersebut juga dapat membantu guru menentukan metode ataupun media yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Piaget membedakan tingkat perkembangan anak menjadi empat yaitu:
11
a. Tahap sensorimotor (0
- – 2 tahun) Pada tahap ini alam pikiran anak sangat terbatas. Melalui pengalamannya ia menyadari bahwa benda-benda di sekitarnya itu ternyata tetap ada walaupun ia tidak menyentuhnya. Anak sensorimotor sangat tergantung dari rangsangan dari luar, ia belum dapat mengambil inisiatif untuk berpikir.
b. Tahap praoperasional (2
- – 7 tahun) Perilaku anak praoperasional masih masih berlandaskan pengalamannya yang konkrit seperti pada tahap sensorimotori, akan tetapi telah mengalami peningkatan berupa kemampuan-kemampuan untuk memahami tentang penggabungan, memahami tentang urutan, memahami tentang penggolongan. Anak praoperasional juga masih bersifat menghayal.
c. Tahap operasional konkrit (7
- – 11 tahun) Kemampuannya untuk melakukan penambahan, pengurangan, pengurutan, serta klasifikasi telah berkembang dengan perkalian sederhana dan pembagian. Pemahaman tentang ruang telah berkembang sehingga dapat mengerti tentang peristiwa yang terjadi masa lalu (sejarah), memahami peta kota, langit dan bintang- bintangnya. Pada akhir tahap operasional konkrit ini mereka telah dapat memahami tentang perkalian, pembagian, substitusi, analistik (memisah-misahkan), dan sintesis (penggabungan). Mereka juga telah
12 dapat menulis dan berkorespondensi dan akhirnya mulai dapat berpikir abstrak yang sederhana. Yang perlu diingat oleh para pengajar IPA adalah bahwa anak operasional konkrit masih sangat mambutuhkan benda-benda konkrit untuk menolong pengembangan kemampuan intelektualnya.
d. Tahap operasionan formal (11-14 tahun) Pada tahap operasional formal ini anak sudah mulai dapat berfikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak adalah meliputi semua kemampuan berpikir pada tahap operasional sebalumnya, ditambah kemampuan untuk mengintegrasikan dalam struktur pikiran yang baru.
Dapat berpikir deduktif dan membuat hipotesis. Dapat berpikir reflektif (memikirkan kembali apa yang telah dipikirkan) yang disebut berpikir evaluatif. Dapat mengontrol variabel dari berbagai variabel yang berpengaruh.
(Darmojo, Hendro dan Kaligis, Jenny RE 1991: 18-20) Walaupun ada perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi Piaget mengasumsi bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan intelektual sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Peran guru dalam perkembangan intelektual anak dengan menjembatani agar anak dapat memanipulasi dan
13 bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa dan membantu siswa menghubungkan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang sedang dipelajari.
Penelitian ini juga mempertimbangkan pendapat John S. Richardson (seorang ahli pengajaran IPA) yang menyarankan tujuh prinsip pembelajaran IPA dapat berhasil, yaitu: a. Prinsip keterlibatan siswa secara aktif
Yang dimaksud dengan keterlibatan siswa secara aktif adalah
”learning by doing”. Siswa harus ikut berbuat sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari.
b. Prinsip belajar berkesinambungan Yang dimaksud dengan prinsip belajar berkesinambungan adalah proses belajar yang selalu dimulai dari apa-apa yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam hal ini pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa itu seolah-olah merupakan jembatan yang sangat esensial bagi siswa untuk dapat meraih pengetahuannya yang baru.
c. Prinsip motivasi Dalam proses belajar IPA motivasi diartikan sebagai dorongan untuk mau belajar IPA. Dorongan ini dapat bersumber dari dalam diri maupun dari luar.
d. Prinsip multi saluran
14 Adalah suatu kenyataan bahwa daya penerimaan masing-masing siswa tidak sama. Oleh karena itu penggunaan multi saluran dalam proses belajar IPA sangat diperlukan agar semua siswa dengan berbagai kemampuan daya tangkap dapat menerima pelajaran dengan baik.
e. Prinsip penemuan Yang dimaksud dengan prinsip penemuan disini adalah bahwa untuk memahami suatu konsep atau simbol-simbol, siswa tidak diberi tahu oleh guru, tetapi guru memberikan peluang agar siswa dapat memperoleh sendiri pengertian-pengertian itu, melalui pengalamannya.
f. Prinsip totalitas Prinsip totalitas bertolak dari suatu paham bahwa siswa belajar dengan segenap kemampuan yang ia miliki sebagai mahkluk hidup, yaitu pancainderanya, perasaan serta pikirannya.
g. Prinsip perbedaan individu Prinsip ini tidak dimaksudkan untuk membeda-bedakan siswa, tetapi bertolak pada suatu kenyataan bahwa setiap siswa berbeda yang satu dengan yang lain. Prinsip pembedaan individu dimaksudkan agar siswa mendapatkan kesempatan belajar sesuai dengan kapasitas dan minatnya.
3. Tujuan Pembelajaran IPA
Adapun tujuan dari pembelajaran IPA antara lain:
15
a. Agar siswa dapat memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya.
b. Agar siswa dapat memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA, berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana.
c. Agar siswa dapat memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran penciptanya.
d. Agar siswa dapat memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (Darmojo, Hendro dan Kaligis, Jenny RE 1991: 6)
B. Aktivitas Siswa
Aktivitas dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah kegiatan, kesibukan (Poerwadarminta. 1976: 26). Aktivitas siswa merupakan indikator adanya motivasi dalam diri siswa untuk belajar. Aktivitas siswa tercermin dalam kegiatan-kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti mengemukakan ide, menyanggah ide, bertanya, menyetujui ide, bekerja sama dalam kelompok, dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru.
Trinandita (1984) menyata kan bahwa ”hal yang paling mendasar yang
16 dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing- masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. (Yasa, Doantara. 2008. http://ipotes.wordpress.com)
Aktivitas siswa pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas yakni aktif dalam berpikir (minds-on) dan berbuat (hands-on). Kedua bentuk aktif ini tidak saling asing sifatnya, perbuatan nyata siswa dalam pembelajaran merupakan buah hasil keterlibatan berpikir terhadap objek belajarnya.
(Rohandi, R. 2004:49) Siswa aktif dalam pembelajaran apabila siswa terlibat dalam proses membangun dan membentuk pengetahuan sendiri dengan lingkungan belajar.
Kegiatan pembelajaran adalah apa yang dilakukan oleh siswa bukan apa yang dilakukan terhadap siswa. Siswa belajar bersama teman sebaya memahami materi pelajaran dalam upaya mereka membangun pengetahuan. Guru bertindak sebagai fasilitator, dengan berusaha agar semua siswa berpartisipasi sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan tercapai secara optimal. Guru menciptakan kondisi sedemikian rupa agar proses membangun pengetahuan dapat berjalan baik. Sebagai fasilitator guru juga menyediakan fasilitas dan sarana yang membantu siswa dalam proses belajarnya. Jadi pembelajaran
17 berpusat pada siswa, aktivitas pembelajaran lebih dominan dilakukan oleh siswa. Beberapa prinsip utama pembelajaran aktif antara lain adalah: 1. Subyek pembelajaran adalah siswa.
2. Belajar aktif dilakukan dengan cara melakukan sesuatu yang dijadikan suatu objek persoalan yang ditelusuri.
3. Belajar aktif lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok agar tercipta interaksi yang multiarah.
4. Aktivitas siswa harus menyenangkan, menarik perhatian, menantang untuk ditelusuri dan penuh dengan peluang untuk mengembangkan kreatifitas (baik dalam pikiran maupun berkreasi). (Rohandi, R. 2004:51)
C. Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Cooper dan Heinich menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok- kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. (Asma, Nur. 2006: 12)
Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antar siswa dalam
18 menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Kegiatan siswa dalam belajar kooperatif antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberi penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman sekelompok untuk berprestasi secara aktif dan berdiskusi.
2. Tujuan pembelajaran kooperatif.
a. Pencapaian hasil belajar Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan berubah normal yang berhubungan dengan hasil belajar.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan ketiga dalam pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaboratif. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, banyak kerja
19 orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dalam masyarakat meskipun beragam budaya.
3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif setidaknya ada lima prinsip yang dianut yaitu: a. Belajar siswa aktif
Proses pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan oleh siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhirinya dengan membuat laporan kelompok dan individual.