Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan model kooperatif teknik JIGSAW II dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013.
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II
DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS MINGGIR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Maria Ristianawanti
NIM: 091134061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(2)
i
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II
DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS MINGGIR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Maria Ristianawanti
NIM: 091134061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(3)
(4)
(5)
iv
MOTTO
“Sebab itu, hai saudara-saudara yang kukasihi, hendaklah kamu tetap dengan tiada bergerak, dan senantiasalah berusaha didalam pekerjaan
Tuhan, karena kamu mengetahui, bahwa usaha-usahamu tiada sia-sia di
dalam Tuhan.”
(1 Korintus 15:58)
“Janganlah takut, karena Akulah sertamu! janganlah engkau bimbang, karena Akulah Allahmu; Aku menguatkan dikau, lagi Aku menolong engkau
lagi Aku memapah engkau dengan tangan kanan kebenaranKu.”
(6)
v
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa, Universitas Sanata Dharma, Bapak Supriyono, S.Pd. dan Ibu Deonesia Dyah Pramuwati serta teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas dorongan dan dukungan, baik materi maupun spiritual.
(7)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Juli 2013 Penulis
(8)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Ristianawanti
NIM : 091134061
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul: PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS MINGGIR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 17 Juli 2013 Yang menyatakan
(9)
viii
ABSTRAK
Ristianawanti, Maria. (2013). Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Kooperatif Teknik Jigsaw II dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Minggir Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui bagaimanakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013, (2) Mengetahui apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan minat siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013, (3) Mengetahui apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin yang setiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes, observasi, dan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 dengan model kooperatif teknik Jigsaw II dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengadakan pre-test, (b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (c) siswa membaca materi yang akan dipelajari secara keseluruhan, (d) pembentukan kelompok asal terdiri dari 6 ahli dengan bidang yang berbeda, (e) diskusi kelompok ahli dengan bidang yang sama, (f) tim ahli kembali dalam kelompok asal untuk mengajarkan topik yang dibahas kepada teman satu tim, (g) mengadakan post-test, dan (h) pemberian penghargaan, (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan minat siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut nampak pada skor rata-rata minat siswa pada kondisi awal sebesar 41,08. Rata-rata minat siswa pada siklus I yaitu 50,56 sedangkan rata-rata minat belajar pada siklus II yaitu 67,23, (3) Penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013. Skor rata-rata prestasi belajar pada kondisi awal 62,58 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (65) sebesar 37,93%. Rata-rata prestasi belajar siklus I yaitu 76,67 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (65) sebesar 90%. Sedangkan rata-rata prestasi belajar pada siklus II yaitu 90,60 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (65) sebesar 100%.
Kata kunci: minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II.
(10)
ix
ABSTRACT
Ristianawanti, Maria. (2013). The Increasing of Students Interest and Achievement Using Cooperative Model Jigsaw II Technique In Social Science Learning at Kanisius Minggir Primary School Grade V Academic Year 2012/2013. Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education Study Program. Sanata Dharma University.
This study aims (1) to determine how the increase of the students interest and achievement in social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in academic year 2012/2013 using a cooperative learning Jigsaw II technique in social sience learning, (2) to determine whether the application of cooperative learning Jigsaw II technique can improve students interest at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013, (3) to determine whether the application of cooperative learning Jigsaw II technique can improve students achievement in social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013.
This study was a classroom action research of Kurt Lewin which its cycles consist of four steps: planning, action, observation, and reflection. This study was conducted in March 2013. The subject in this study was 30 students of Year V of SD Kanisius Minggir in the academic year 2012/2013. The instruments for collecting the data were a test, observation, and questioner. The data were analyzed by using descriptive qualitative and quantitative.
The results showed that: (1) Efforts to increase interest and achievement of social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013 with a model of cooperative Jigsaw II technique is done through the following steps: (a) hold a pre-test, (b) teachers communicate learning goals, (c) students read the material to be studied as a whole, (d) the establishment of the original group consisted of 6 experts in different fields, (e) discussions with the expert group the same field, (f) team of experts back in the home group to teach the topics covered to teammates, (g) hold a post-test, and (h) rewards, (2) implementation a cooperative technique Jigsaw II can improve students interest at SD Kanisius Minggir grade V in the academic year 2012/2013. It can be showed from the students average score in the beginning (41,08). The average score of the students interest in cycle I is 50,56, in cycle II 67,23, (3) implementation a cooperative technique Jigsaw II can improve students achievement social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013. The average score of the students achievement in the beginning is 62,58 in the percentage of the students who reach the Minimum Passing Score (65) 37,93%. The average score of the students achievement in cycle I is 76,67 in the percentage of the students who reach the Minimum Passing Score 90%. The average score of the students achievement in cycle I is 90,60 in the percentage of the students who reach the Minimum Passing Score 100%.
Keywords: students learning interest, academic achievement, cooperative learning, Jigsaw II technique.
(11)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Kooperatif Teknik Jigsaw II dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Minggir Tahun Pelajaran
2012/2013” dapat selesai dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk
melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan FKIP yang telah mengesahkan skripsi ini. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi
PGSD.
3. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam mendidik penulis dalam penyusunan sejak awal hingga skripsi ini selesai.
4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing II yang penuh kebijakan dan kesabaran mendidik penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., dosen penguji yang dengan teliti memberikan
masukan untuk perbaikan skripsi.
6. Christina Kusumastuti, S.Pd. SD., Kepala Sekolah SD Kanisius Minggir yang telah memberikan izin penelitian dan mendukung terlaksananya penelitian. 7. Christiana Sugirah, S.Pd. SD., wali kelas V SD Kanisius Minggir yang telah
mendukung terlaksananya penelitian.
8. Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 yang telah berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.
(12)
xi
9. Bapak Supriyono, S.Pd. dan Ibu Deonesia Dyah Pramuwati, orang tua yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, materi, dan menjadi tempat berkeluh kesah.
10. Teman dekat penulis Dwi Nugraha Putra Susila, kakak Yuliana Dewi Sari Ningrum yang telah memberikan dukungan dan memberikan inspirasi dalam proses penulisan skripsi.
11. Teman satu kelompok bimbingan skripsi dan semua teman PGSD angkatan 2009, terimakasih atas kebersamaan kita selama ini.
12. Semua pihak yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, semangat, fasilitas, baik spiritual maupun materi.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Akhirnya penulis berharap, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.
Yogyakarta, 17 Juli 2013 Penulis
(13)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR BAGAN ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Pemecahan Masalah ... 6
1.5 Batasan Pengertian ... 6
1.6 Tujuan Penelitian ... 7
1.7 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 9
2.1.1 Minat ... 9
2.1.1.1 Pengertian Minat ... 9
2.1.1.2 Ciri-ciri Minat ... 11
(14)
xiii
2.1.1.4 Cara Mengetahui Minat ... 18
2.1.2 Prestasi Belajar ... 20
2.1.2.1 Pengertian Belajar ... 20
2.1.2.2 Prinsip Belajar ... 21
2.1.2.3 Pengertian Prestasi ... 23
2.1.2.4 Pengertian Prestasi Belajar ... 23
2.1.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 26
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif ... 28
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 28
2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 30
2.1.3.3 Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ... 30
2.1.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 36
2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw II ... 38
2.1.4.1 Pengertian Jigsaw II ... 38
2.1.4.2 Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II ... 39
2.1.4.3 Langkah Pembelajaran Teknik Jigsaw II ... 40
2.1.4.4 Evaluasi dalam Jigsaw II ... 42
2.1.5 Ilmu Pengetahuan Sosial ... 44
2.1.5.1 Hakikat IPS ... 44
2.1.5.2 Tujuan Pembelajaran IPS Sekolah Dasar ... 47
2.1.5.3 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 49
2.1.5.4 Kompetensi Dasar IPS di Sekolah Dasar ... 49
2.2 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw II pada Mata Pelajaran IPS ... 50
2.3 Hasil Penelitian yang Relevan ... 52
2.4 Kerangka Berpikir ... 56
2.5 Hipotesis Tindakan ... 57
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 59
3.2 Setting Penelitian ... 61
(15)
xiv
3.3.1 Persiapan ... 63
3.3.2 Rencana Tindakan ... 64
3.3.2.1 Siklus I ... 64
3.3.2.2 Siklus II ... 67
3.4 Pengumpulan Data dan Instrumen ... 71
3.4.1 Peubah (variabel) ... 71
3.4.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 72
3.4.3 Instrumen Penelitian ... 74
3.4.3.1 Instrumen Minat ... 74
3.4.2.2 Instrumen Prestasi ... 77
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 79
3.4.4.1 Validitas ... 79
a. Validasi Soal Siklus ... 80
b. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 83
c. Validasi Pedoman Observasi ... 84
3.4.4.2 Reliabilitas ... 84
3.4.5 Teknik Analisis Data ... 86
3.4.5.1 Kriteria Keberhasilan Minat ... 87
3.4.5.2 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar ... 88
3.4.5.3 Cara Menghitung Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar ... 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 92
4.1.1 Kondisi Awal Sebelum Penelitian ... 92
4.1.1.1 Kondisi Awal Minat Siswa ... 93
4.1.1.2 Kondisi Awal Prestasi Belajar ... 94
4.1.2 Siklus I ... 96
4.1.2.1 Perencanaan ... 96
4.1.2.2 Pelaksanaan ... 97
4.1.2.3 Observasi ... 101
4.1.2.4 Refleksi ... 106
(16)
xv
4.1.3.1 Perencanaan ... 108
4.1.3.2 Pelaksanaan ... 108
4.1.3.3 Observasi ... 112
4.1.3.4 Refleksi ... 116
4.2 Pembahasan ... 117
4.2.1 Minat Siswa ... 117
4.2.2 Prestasi Belajar ... 122
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 126
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 127
5.3 Saran ... 128
(17)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II ... 39
Tabel 2.2 Skala Poin Peningkatan/Kemajuan ... 43
Tabel 2.3 Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis ... 44
Tabel 2.4 Kualifikasi Skor Tim ... 44
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 62
Tabel 3.2 Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 71
Tabel 3.3 Rubrik Observasi Minat ... 75
Tabel 3.4 Kisi-kisi Minat Belajar Siswa ... 76
Tabel 3.5 Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 76
Tabel 3.6 Pengukuran Skala Likert ... 77
Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Sebelum Uji Coba Siklus I ... 77
Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Sebelum Uji Coba Siklus II ... 78
Tabel 3.9 Rincian Pemberian Skor Siklus I dan Siklus II ... 78
Tabel 3.10 Indikator Afektif ... 78
Tabel 3.11 Indikator Psikomotorik ... 78
Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Soal Siklus I ... 81
Tabel 3.13 Hasil Uji Coba Soal Siklus II ... 82
Tabel 3.14 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 83
Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 83
Tabel 3.16 Kriteria Koefisiensi Reliabilitas ... 85
Tabel 3.17 Tingkat Penguasaan Kompetensi PAP II ... 87
Tabel 3.18 Kriteria Penilaian Minat ... 87
Tabel 3.19 Kriteria Keberhasilan Minat Siswa ... 88
Tabel 3.20 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 88
Tabel 4.1 Kondisi Awal Minat Siswa ... 93
Tabel 4.2 Data Kondisi Awal Minat Siswa ... 94
Tabel 4.3 Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 95
Tabel 4.4 Minat Siswa Siklus I ... 102
(18)
xvii
Tabel 4.6 Prestasi Belajar Siklus I ... 104
Tabel 4.7 Minat Siswa Siklus II ... 113
Tabel 4.8 Data Minat Siswa Siklus II ... 113
Tabel 4.9 Prestasi Belajar Siklus II ... 114
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar ... 117
Tabel 4.11 Minat Siswa ... 119
Tabel 4.12 Data Perbandingan Minat Siswa ... 120
Tabel 4.13 Data Kenaikan Skor Minat Siswa ... 121
Tabel 4.14 Data Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas V ... 123
(19)
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Alur Model Penelitian Tindakan Kelas ... 60
Gambar 4.1 Diagram Data Kondisi Awal Minat Siswa ... 94
Gambar 4.2 Diagram Data Minat Siklus I ... 104
(20)
xix
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 2.1 Literature Map Penelitian-penelitian Terdahulu ... 55
(21)
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ... 133
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 137
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SIklus II ... 147
Lampiran 4 Ringkasan Materi Siklus I ... 157
Lampiran 5 Ringkasan Materi Siklus II ... 163
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ... 168
Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ... 177
Lampiran 8 Kunci Jawaban LKS ... 185
Lampiran 9 Soal Evaluasi Siklus I ... 195
Lampiran 10 Soal Evaluasi Siklus II ... 198
Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Evaluasi ... 201
Lampiran 12 Tabel Uji Validitas Siklus I ... 203
Lampiran 13 Tabel Uji Validitas Siklus II ... 205
Lampiran 14 Data Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 207
Lampiran 15 Hasil Uji Reliabilitas Siklus I ... 208
Lampiran 16 Data Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 210
Lampiran 17 Hasil Uji Reliabilitas Siklus II ... 211
Lampiran 18 Indeks Kesukaran Soal ... 213
Lampiran 19 Observasi Minat Siswa Kondisi Awal ... 214
Lampiran 20 Kuesioner Minat Siswa Kondisi Awal ... 215
Lampiran 21 Observasi Minat Siklus I ... 216
Lampiran 22 Observasi Minat Siklus II ... 218
Lampiran 23 Kuesioner Minat Siklus I ... 220
Lampiran 24 Kuesioner Minat SiklusII... 221
Lampiran 25 Hasil Penilaian Prestasi Belajar Siklus I ... 222
Lampiran 26 Hasil Penilaian Prestasi Belajar Siklus II ... 223
Lampiran 27 Lembar Skor Jigsaw II Siklus I ... 224
Lampiran 28 Lembar Skor Jigsaw II Siklus II ... 227
(22)
xxi
Lampiran 30 Hasil Kerja Siswa ... 235 Lampiran 31 Dokumentasi ... 245 Lampiran 32 Surat Izin Penelitian ... 247 Lampiran 33 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 248
(23)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di sekolah dasar menjadi
salah satu peranan penting dalam usaha untuk mengembangkan potensi peserta
didik sejak dini. Hal tersebut dikarenakan agar siswa mulai belajar untuk lebih
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi di masyarakat, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya
sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Melalui mata pelajaran IPS, peserta
didik diarahkan untuk dapat menjadi warga masyarakat yang menghargai
nilai-nilai sosial, bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam, dan menjadi warga
dunia yang cinta damai (Rosdijati & Aqib & Trimo, 2010:58).
Walaupun IPS memiliki suatu tujuan yang sangat mulia, namun kualitas
pembelajaran IPS seringkali jauh dari harapan. Hal tersebut terjadi karena para
siswa umumnya menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang susah karena
banyak materi yang harus dihafalkan. Dengan adanya beberapa masalah tersebut,
(24)
dicapai dapat maksimal dan berpengaruh pada minat siswa terhadap mata
pelajaran IPS.
Berdasarkan hasil observasi minat siswa ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran IPS di kelas V SD Kanisius Mingir pada hari Senin, 4 Februari 2013
diketahui bahwa rata-rata minat sebesar 41,08 yang memiliki kategori rendah. Hal
itu dikarenakan ketika proses pembelajaran berlangsung perhatian siswa dalam
mengikuti pembelajaran sangat kurang, siswa kurang antusias dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, dan siswa tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu, ketika pembelajaran IPS berlangsung siswa asyik dengan aktivitasnya
sendiri-sendiri seperti mengerjakan PR Bahasa Indonesia, membaca buku cerita
dan ada siswa yang jalan-jalan di pinggir kelas.
Dari kegiatan pengamatan tersebut peneliti dikonfirmasi melalui
wawancara yang dilakukan dengan guru kelas (Christina Sugirah, komunikasi
pribadi, 4 Februari 2013). Guru mengungkapkan bahwa ketika kegiatan
pembelajaran IPS, guru merasa mengalami kesulitan dalam mengajar dan
nilai-nilai siswa yang banyak dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru juga
merasa kesulitan dalam memilih model dan teknik pembelajaran apa yang efektif
serta efisien untuk membantu dan menjadi solusi untuk siswa dalam mencapai
prestasi belajar diatas KKM. Serta mengubah situasi kegiatan belajar yang anak
cenderung untuk sulit diatur. Guru juga mengeluh karena kesulitan untuk
menertibkan siswa yang suka mengobrol dengan teman sebelahnya ketika sedang
dijelaskan. Terlebih ketika guru memberikan PR (Pekerjaan Rumah) jarang ada
(25)
Kurangnya prestasi belajar siswa juga terlihat dari hasil observasi
dokumen nilai siswa. Hal tersebut nampak pada Kompetensi Dasar 2.3 pelajaran
IPS kelas V semester 2 yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan tahun pelajaran 2011/2012 rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 62,58 dari 29 siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
mata pelajaran IPS di SD Kanisius Minggir adalah 65. Sehingga, persentase siswa
yang tidak tuntas KKM adalah 62,07% atau sebanyak 18 siswa. Sedangkan
persentase siswa tuntas KKM adalah 37,93% atau 11 siswa.
Melihat masalah yang terjadi di kelas V SD Kanisius Minggir tahun
pelajaran 2012/2013, maka dibutuhkan suatu model pembelajaran aktif dan
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa
sehingga berpengaruh pada kualitas proses dan prestasi belajar. Dalam strategi
pembelajaran aktif memiliki ciri mengaktifkan siswa melalui beragam aktivitas
sesuai dengan mata pelajaran yang digelutinya (Rosdijati,dkk, 2010:4). Dalam
merancang suatu pembelajaran IPS yang aktif dan menyenangkan guru sebaiknya
melakukan proses pembelajaran melalui kegiatan yang menarik.
Suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat dan prestasi
siswa dan berlandaskan student active learning adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk
membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill (Riyanto, 2008: 271). Model pembelajaran kooperatif menekankan siswa belajar dalam kelompok heterogen,
(26)
menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik
kelompok maupun individual (Suyono, 2009:51). Hal senada juga dikemukakan
oleh Slavin dalam Huda (2012:15) bahwa pembelajaran kooperatif bisa menjadi
cara efektif untuk meningkatkan prestasi siswa.
Dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif, siswa akan
diberi kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan untuk
melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki dari anggota belajar
lainnya serta guru (Solihatin & Raharjo, 2008:6). Siswa yang kurang bergairah
atau kurang berminat dalam belajar akan dibantu oleh siswa lain yang mempunyai
gairah dan minat lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa
yang dipelajarinya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
Jigsaw II ini dirasa mampu menumbuhkan kerjasama antarsiswa, ketertarikan belajar, dan minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Apabila bahan pembelajaran mampu menarik minat siswa, maka akan lebih
mudah untuk mempelajari dan mengingat suatu materi pembelajaran.
Bertolak dari beberapa hal diatas, maka peneliti akan mangambil judul
“Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Kooperatif Teknik
Jigsaw II dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Minggir Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dengan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II diharapkan mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V
SD Kanisius Minggir semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Penulis hanya
membahas minat serta prestasi belajar IPS yang mengacu pada Standar
(27)
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan
Kompetensi Dasar menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan.
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini berfokus pada peningkatan minat
dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dalam pembelajaran IPS pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis memaparkan
rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS pada materi
perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
siswa kelas V SD Kanisius Minggir pada semester genap tahun pelajaran
2012/2013?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada materi perjuangan para tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Kanisius
Minggir pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013?
3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada materi perjuangan para tokoh dalam
(28)
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Kanisius
Minggir pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013?
1.4 Pemecahan Masalah
Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius
Minggir pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif teknik Jigsaw II melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengadakan pre-test, (b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (c) siswa
membaca materi yang akan dipelajari secara keseluruhan, (d) pembentukan
kelompok asal terdiri dari 6 ahli dengan bidang yang berbeda, (e) diskusi
kelompok ahli dengan bidang yang sama, (f) tim ahli kembali dalam kelompok
asal untuk mengajarkan topik yang dibahas kepada teman satu tim, (g)
mengadakan post-test, dan (h) pemberian penghargaan.
1.5 Batasan Pengertian
Batasan istilah pada penelitian ini adalah minat, prestasi belajar,
pembelajaran kooperatif, pembelajaran teknik Jigsaw II, dan Ilmu Pengetahuan Sosial:
1. Minat
Minat adalah rasa suka dan tertarik pada suatu hal atau aktivitas yang
muncul tanpa ada yang menyuruh.
2. Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan untuk memperoleh sebuah pengetahuan atau
(29)
3. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh siswa dalam hal
kegiatan pembelajaran bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
menggambarkan kemampuan siswa.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
terdiri dari beberapa siswa dari berbagai tingkat kemampuan yang melakukan
berbagai kegiatan belajar secara berkelompok untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari.
5. Pembelajaran teknik Jigsaw II
Pembelajaran teknik Jigsaw II adalah suatu pembelajaran yang di setiap kelompoknya terdiri dari kelompok asal dan ada kelompok ahli serta pada
akhir kegiatan siswa akan mendapatkan penghargaan.
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu kajian ilmu sosial yang
mempelajari tentang beberapa disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi,
ekonomi, dan sosiologi.
1.6 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif
(30)
kelas V SD Kanisius Minggir pada materi perjuangan para tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tahun pelajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tahun pelajaran 2012/2013.
3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir pada materi perjuangan para tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tahun pelajaran 2012/2013.
1.7 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
Dapat menjadi contoh atau inspirasi dalam penerapan model kooperatif
teknik Jigsaw II dalam pembelajaran IPS. 2. Bagi Sekolah
Dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan serta memberikan
masukan bagi guru yang tertarik untuk menerapkan model kooperatif teknik
Jigsaw II dalam melakukan proses pembelajaran IPS. 4. Bagi Peneliti Lain
Menjadi sumber referensi penelitian yang serupa sehingga menambah
(31)
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab II ini akan dibahas mengenai kajian teori, penelitian terdahulu,
dan kerangka berpikir. Pada landasan teori ini juga dijelaskan mengenai
variabel-variabel yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu penjelasan mengenai minat,
belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran
kooperatif teknik Jigsaw II, dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Minat
2.1.1.1 Pengertian Minat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2010) minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati oleh seseorang akan diperhatikan terus-menerus dan disertai dengan rasa
senang. Minat yang selalu diikuti dengan perasaan senang akan diperoleh sebuah
kepuasan. Sedangkan Slameto (2010:57) mendefinisikan bahwa minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Hal tersebut senada dengan Nuryadin (2004:67) bahwa minat
diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minat. Serta menurut Winkel (2004:212) minat juga berarti kecenderungan
(32)
bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi tersebut. Untuk itu, minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila anak melihat bahwa sesuatu
akan menguntungkan, maka mereka berminat dan kemudian akan mendatangkan
sebuah kepuasan. Disamping itu, minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai
dari kesadaran sampai pada pilihan nilai.
Drever dalam Herliani, Indrawati, Setiawan, & Noeraida (2009:41)
meninjau minat berdasarkan fungsi dan strukturnya. Secara fungsional minat
merupakan suatu jenis pengalaman perasaan yang dianggap bermanfaat dan
diasosiasikan dengan perhatian pada suatu obyek tertentu. Sedangkan secara
struktural minat merupakan elemen dalam diri individu baik bawaan maupun yang
diperoleh lewat proses belajar, yang menyebabkan seseorang merasa mendapatkan
manfaat terhadap suatu obyek atau merasa berhubungan dengan obyek atau
pengetahuan.
Minat dapat mempengaruhi kualitas dalam ketercapaian hasil belajar siswa
dalam bidang studi tertentu. Siswa yang memiliki minat pada suatu pelajaran akan
memusatkan perhatiannya secara intensif pada suatu materi dan memungkinkan
siswa untuk belajar dengan giat dan pada akhirnya akan mencapai prestasi yang
diinginkan. Perasaan senang juga akan menimbulkan minat, yang diperkuat lagi
dengan sikap yang positif. Maka, menurut Singer (1973:93) minat bukanlah
sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitu saja, melainkan merupakan sesuatu
(33)
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat adalah
perasaan mau menerima dan tertarik terhadap suatu hal dengan suatu keterlibatan
yang diikuti perasaan senang untuk melakukan perubahan tingkah laku dengan
tujuan memperoleh pengetahuan baru. Semakin kuat kebutuhan akan sesuatu hal,
maka semakin kuat dan bertahan pada minat tersebut. Selanjutnya, semakin sering
minat diekspresikan dalam suatu kegiatan, maka semakin kuat pula sebuah minat.
Untuk itu, minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan
memiliki dampak yang besar pada perilaku dan sikap.
2.1.1.2 Ciri-ciri Minat
Hurlock (1978:115) mengemukakan bawa ada tujuh ciri-ciri minat pada
anak yaitu minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental,
minat bergantung pada kesiapan belajar, minat bergantung pada kesempatan
belajar, perkembangan minat mungkin terbatas, minat dipengaruhi budaya, minat
berbobot emosional, dan minat itu egosentris. Beberapa ciri tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembanga fisik dan mental. Misalnya,
anak yang memiliki perkembangan fisik yang lebih cepat akan memiliki minat
diatas temannya yang memiliki keterlambatan dalam mencapai kematangan.
b. Minat yang bergantung pada kesiapan belajar, yaitu anak-anak tidak akan
mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Contohnya,
seorang anak tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk
bermain bola sebelum anak tersebut memiliki kekuatan dan koordinasi otot
(34)
c. Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik
anak-anak maupun dewasa yang menjadi bagian dari lingkungan anak-anak. Karena
lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah dan “tumbuh dari
rumah”. Dengan bertambahnya lingkungan sosial, mereka akan menjadi
tertarik pada minat di luar rumah yang mulai mereka kenal.
d. Perkembangan minat mungkin terbatas pada ketidakmampuan fisik dan mental
serta pengalaman sosial yang membatasi minat anak. Misalnya, anak yang
cacat fisik tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olahraga seperti
teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.
e. Minat dipengaruhi oleh budaya. Anak-anak mendapat kesempatan dari orang
tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh
kelompok budaya mereka yang dianggap sesuai, Dan anak tidak akan diberi
kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi budaya
mereka.
f. Bobot emosional, aspek afektif, dari minat menentukan kekuatannya. Bobot
emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional
yang menyenangkan akan memperkuat minat.
g. Sepanjang masa kanak-kanak minat itu egosentris. Misalnya, minat anak
laki-laki pada matematik sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di
bidang matematika di sekolah merupakan langkah menuju kedudukan dan
gengsi.
Hal lain dikemukakan oleh Mardapi (2008:112) yang menyebutkan
(35)
membaca buku yang berkaitan bidang studi, bertanya di kelas, bertanya kepada
teman, bertanya kepada orang lain, dan mengerjakan soal dengan
sungguh-sungguh. Hal senada juga dikemukakan oleh Isnandar (2012:14-15) bahwa
indikator minat siswa antara lain:
1) Ekspresi perasaan senang, meliputi: siswa mengikuti pelajaran dengan antusias,
siswa tidak mengeluh ketika diberi tugas oleh guru, siswa datang tepat waktu
sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum
pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang siap untuk belajar.
2) Perhatian dalam mengikuti pembelajaran, meliputi: siswa aktif bertanya di
dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan
guru dengan seksama, siswa tidak melamun di dalam kelas, dan siswa tidak
mengobrol atau tidak mengganggu teman lain ketika belajar.
3) Ketertarikan siswa pada materi, meliputi: siswa giat membaca buku pelajaran,
siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum diajarkan oleh guru, siswa
membuat catatan, siswa serius dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru.
4) Ketertarikan siswa pada metode guru, meliputi: siswa menanyakan kesulitan
yang dialami kepada guru, siswa antusias dengan metode pembelajaran yang
diajarkan guru, siswa memperhatikan saat guru mejelaskan di depan kelas,
siswa memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran, meliputi: siswa aktif menyampaikan
(36)
kesulitan dalam belajar, siswa bekerjasama dengan kelompok, siswa maju ke
depan mengerjakan tugas, dan siswa mengajukan diri untuk menjawab
pertanyaan spontan dari guru.
Dari beberapa uraian di atas mengenai indikator-indikator siswa yang
berminat, peneliti hanya menyimpulkan empat indikator saja karena pada setiap
indikator tersebut peneliti juga menyusun deskriptor yang telah mewakili
indikator-indikator dari para ahli. Indikator tersebut antara lain:
1) Menunjukkan ekspresi rasa senang, meliputi: siswa mengikuti pelajaran
dengan antusias, siswa tidak mengeluh ketika diberi tugas oleh guru, siswa
datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku
pelajaran sebelum pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang siap
untuk belajar.
2) Menunjukkan perhatian terhadap pelajaran, meliputi: siswa aktif bertanya di
dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan
guru dengan seksama, siswa tidak melamun di dalam kelas, dan siswa tidak
mengobrol atau tidak mengganggu teman lain ketika belajar.
3) Merespon pertanyaan atau materi, meliputi: siswa giat membaca buku
pelajaran, siswa membuat catatan, siswa serius dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru, siswa menanyakan kesulitan, dan siswa memberikan
tanggapan.
4) Keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok, meliputi: siswa terlibat dalam
(37)
siswa berdiskusi dengan serius, bekerjasama dalam kelompok, dan membantu
memecahkan persoalan dalam kelompok.
2.1.1.3 Faktor Pendorong Minat
Singer (1973:92-93) memberikan beberapa persyaratan yang menjadi
dasar-dasar dari timbulnya suatu minat yaitu, (1) menghubungkan pelajaran
dengan kehidupan nyata agar menarik bagi siswa, (2) guru mampu memanfaatkan
kemungkinan yang ada untuk menonjolkan adanya pertalian yang penting antara
pelajaran dengan kehidupan siswa, (3) mengaitkan langsung pelajaran dengan
kehidupan siswa, (4) memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat giat sendiri
dalam pelajaran yang berupa memiliki kesempatan mengambil sendiri dan giat
secara mandiri, (5) minat akan bertambah jika siswa dapat melihat dan mengalami
bahwa dengan apa yang dipelajari dapat mencapai tujuan tertentu yang berarti
siswa segera menerapkan apa yang telah ia pelajari, (6) mengadakan pembelajaran
yang mampu memberikan kesempatan dan rasa keterlibatan bagi siswa, dan (7)
terjalin hubungan yang baik antara siswa, guru, dan orangtua.
Senada dengan Singer, Winkel (2004:212) juga berpendapat bahwa siswa
yang memiliki perasaan senang akan timbul suatu minat. Maka wujud usaha untuk
menciptakan suatu minat adalah membina hubungan akrab dengan siswa,
menyajikan bahan pelajaran yang tidak melebihi daya tangkap siswa dan tidak
terlalu jauh dibawahnya, menggunakan media pengajaran yang sesuai, memiliki
variasi dalam prosedur mengajar yang sudah dikenal siswa, dan tidak
membodohkan siswa kalau mereka belum memahami materi. Dari beberapa hal
(38)
mengajar memiliki perasaan atau suasana hati yang kurang menunjang proses
belajar mengajar mampu mengubahnya untuk memiliki pesasaan atau suasana hati
yang lebih baik agar timbul suatu minat belajar.
Suatu minat yang dikembangkan akan membantu siswa melihat hubungan
materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu.
Proses tersebut dilakukan dengan menunjukkan pada siswa bagaimana
pengetahuan atau kecakapan mempengaruhi dirinya, melayani tujuannya. dan
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Slameto (1988:182-183) mengemukakan
bahwa, apabila siswa menyadari belajar merupakan suatu alat untuk mencapai
tujuan yang dianggapnya penting serta apabila siswa melihat bahwa hasil dari
pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan, maka kemungkinan besar siswa
akan memiliki minat untuk mempelajarinya. Ada beberapa faktor yang dapat
menimbulkan suatu minat menurut Herliani, Indrawati, Setiawan, & Noeraida
(2009:42) yaitu faktor dorongan dalam, faktor motivasi sosial, dan faktor
emosional.
a. Faktor dorongan dalam
Dorongan dari individu itu sendiri dapat menimbulkan minat untuk
melakukan tindakan tertentu untuk memenuhinya. Misalnya dorongan makan
menimbulkan minat untuk mencari makan.
b. Faktor motivasi sosial
Faktor ini merupakan faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat
(39)
kompromi pihak individu dengan lingkungan sosialnya. Misalnya, minat
belajar timbul karena ingin mendapatkan penghargaan dari orang tua.
c. Faktor emosional
Emosi selalu menyertai seseorang saat berhubungan dengan obyek minat.
Kesuksesan seseorang akan suatu aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut
menimbulkan perasaan senang, sedangkan kegagalan akan menimbulkan
perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan
tersebut.
Dengan faktor-faktor minat yang ada dapat digunakan guru sebagai acuan
dalam menilai kemampuan peserta didik dalam memilih model atau metode yang
tepat dalam penyampaian materi, salah satunya model kooperatif teknik Jigsaw II. Sedangkan Frymeir dalam Rahim (2007:28) mengidentifikasi enam faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan minat anak. Pertama, pengalaman
sebelumnya yaitu siswa tidak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu
jika mereka belum pernah mengalaminya. Kedua, konsepsi tentang diri yaitu
siswa akan menolak informasi yang dirasa mengancamnya dan sebaliknya akan
menerima informasi apabila dipandang berguna dan membantu meningkatkan
dirinya. Ketiga, nilai-nilai yaitu minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran
disajikan oleh orang yang berwibawa. Keempat, mata pelajaran yang bermakna,
yaitu informasi yang mudah dipahami oleh anak akan menarik minat mereka.
Kelima, tingkat keterlibatan tekanan yaitu jika siswa merasa dirinya mempunyai
beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat belajar mungkin akan lebih
(40)
mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis akan merasa lebih
tertarik kepada hal yang lebih kompleks.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi minat menurut beberapa ahli
tersebut tentunya tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah, tetapi terpadu sebagai
penyebab timbulnya minat pada diri seseorang karena kepribadian orang yang
kompleks. Beberapa pendapat diatas juga dapat menunjukkan bahwa minat
merupakan suatu hal yang penting karena merupakan suatu kondisi awal sebelum
subyek mempertimbangkan atau membuat keputusan untuk melakukan tindakan.
Untuk itu, aktivitas yang dilakukan oleh seseorang akan mempengaruhi tingkah
laku seseorang dan menjadi landasan penting untuk melakukan atau memperoleh
sesuatu.
2.1.1.4 Cara Mengetahui Minat
Karena pentingnya peranan minat dalam kehidupan anak, minat yang akan
membantu penyesuaian pribadi dan sosial anak perlu sekali untuk ditemukan dan
dipupuk (Hurlock, 1978:116). Terdapat cara-cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui minat siswa. Menurut Djiwandono (2006:365), ada sejumlah cara
yang dapat dilakukan untuk mengetahui minat siswa. Cara langsung yang dapat
digunakan yaitu dengan menanyakan kepada siswa sendiri, angket, atau berbicara
dengan para siswa. Contohnya, siswa dapat ditanya “dari sekian banyak kegiatan
siswa, mana yang paling sedikit dipilih oleh siswa?” dan ketika jam istirahat berlangsung guru dapat mengobservasi kegiatan-kegiatan siswa. Seberapa banyak
siswa menghabiskan waktu mereka dalam melakukan suatu kegiatan, menjadi
(41)
paling memperhatikan selama pelajaran berlangsung karena hal tersebut adalah
salah satu metode untuk mengukur minat siswa.
Hal senada dengan Djiwandono juga dikemukakan oleh Hurlock. Menurut
Hurlock (1978:117) terdapat beberapa cara untuk menemukan minat pada anak
yaitu sebagai berikut:
a. Pengamatan kegiatan dapat dilakukan dengan mengamati mainan anak dan
benda-benda yang mereka beli, kumpulkan, atau gunakan dalam aktivitas yang
ada unsur spontanitas. Melalui aktivitas anak tersebut kita dapat memperoleh
petunjuk mengenai minat mereka.
b. Guru juga dapat menemukan minat anak melalui pertanyaan yang diajukan
oleh anak. Bila anak terus menerus bertanya mengenai sesuatu, minatnya pada
hal yang sering ditanyakan tersebut lebih besar dibandingkan minatnya pada
hal yang hanya sekali-sekali ditanyakan.
c. Pokok pembicaraan seorang anak dengan orang dewasa atau teman sebaya juga
memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat
tersebut akan sesuatu hal.
d. Aktivitas membaca dapat menjadi cara menemukan minat anak, yaitu dengan
cara anak bebas memilih buku untuk dibaca sesuai topik yang menarik
minatnya.
e. Menggambar atau melukis secara spontan dan seberapa sering anak
(42)
f. Keinginan yaitu bila ditanya apa yang diinginkan bila mereka dapat
memperoleh sesuatu yang mereka inginkan, kebanyakan anak dengan jujur
akan menyebut hal-hal yang paling diminati.
g. Laporan mengenai apa saja yang diminati dapat menjadi petunjuk tentang
hal-hal yang memberikan mereka kepuasan melalui pertanyaan untuk menyebutkan
atau menulis tiga benda yang paling diminati.
Dengan menggunakan beberapa metode dalam menemukan minat anak
tersebut dapat memperkuat dalam menentukan apakah anak benar-benar berminat
pada suatu kegiatan atau bidang tertentu. Lebih aman lagi guru sebaiknya
menggunakan beberapa metode sehingga yang satu dapat mengkoreksi yan lain.
2.1.2 Prestasi Belajar
2.1.2.1 Pengertian Belajar
Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2010:2). Sedangkan menurut Gagne dalam Dahar
(2011:9), belajar didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Suatu aktivitas atau proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian juga dapat dikatakan belajar (Suyono &
(43)
“Belajar secara umum juga dapat diartikan sebagai perubahan para individu yang terjadi melalui pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir.”
Dari penjelasan tersebut belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan
perilaku serta sikap, dimana ada usaha serta aktivitas untuk melakukan perubahan
pada diri sendiri demi memperoleh pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan.
Dengan belajar siswa akan berusaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan dan akan ada hasil pengalaman dari interaksi pada
lingkungannya. Serta belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan
dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan berreaksi
yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan
lingkungannya. Jadi, belajar adalah berubahnya tingkah laku seseorang menjadi
lebih baik, karena dari tidak tahu menjadi tahu.
2.1.2.2 Prinsip Belajar
Suprijono (2009:4) memaparkan beberapa prisip-prinsip belajar yaitu
Pertama, belajar sebagai suatu perubahan perilaku; Kedua, belajar merupakan proses yang terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai;
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman yang pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Slameto
dalam Riyanto (2009:63) prinsip belajar ada dua, yaitu berdasarkan prasyarat yang
diperlukan untuk belajar dan sesuai dengan materi atau bahan yang harus
dipelajari. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, setiap siswa
(44)
membimbing untuk mencapai tujuan intruksional. Dalam belajar harus dapat
menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai
tujuan intruksional. Syarat lain, belajar membutuhkan lingkungan yang
menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi
dan efektif. Dan belajar memerlukan sebuah interaksi siswa dengan lingkungan.
Terdapat empat prinsip belajar berdasarkan materi atau bahan yang harus
dipelajarai dalam belajar yaitu pertama, belajar bersifat keseluruhan dan materi
harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga mudah untuk
menangkap pengertiannya. Kedua, belajar harus dapat mengembangkan
kemapuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai. Ketiga,
belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa belajar dengan tenang.
Dan keempat, repetisi dalam proses belajar perlu latihan berkali-kali agar tumbuh
pengertian/ ketrampilan/ sikap yang mendalam pada siswa.
Prinsip belajar menurut Riyanto (2009:62) adalah konsep atau kaidah
dasar yang harus diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang dimaksudkan
agar pendidik akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila mampu
menerapkan cara mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip belajar. Disamping
prinsip dalam belajar, tujuan belajar juga sangat banyak dan bervariasi. Tujuan
belajar dalam arti sempit diusahakan untuk mencapai tindakan intruksional yang
berupa pengetahuan dan ketrampilan, sedangkan hasil belajar yang menyertai
tujuan belajar instruksional bentuknya berupa kemampuan kritis dan kreatif, sikap
terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya (Suprijono,
(45)
Jadi, prinsip-prinsip dalam belajar adalah suatu landasan dan pedoman
yang diperlukan untuk meningkatkan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan
motivasi bagi siswa. Apabila suatu prinsip belajar tersebut terpenuhi maka tujuan
pembelajaran tercapai secara maksimal. Serta proses belajar antara guru dengan
siswa lebih terarah dan dinamis yang menjadi salah satu tujuan belajar yaitu
kemampuan kritis dan kreatif.
2.1.2.3 Pengertian Prestasi
Menurut Supardi (2011:167) prestasi merupakan suatu pencapaian atau
hasil yang telah dicapai dan memerlukan suatu keahlian dalam bidang akademis
maupun non akademis. Hal senada juga dikemukakan oleh Chaplin dalam Supardi
(2011:476) bahwa prestasi merupakan pencapaian atau hasil yang telah dicapai
memerlukan suatu kecakapan atau keahlian dalam tugas-tugas akademis maupun
non-akademis. Jadi, prestasi adalah hasil yang dicapai dari apa yang telah
dilakukan dan dikerjakan guna memperoleh suatu kebanggan bagi diri sendiri atas
pencapaian yang diperoleh.
2.1.2.4 Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2009:12)kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dan kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar
pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap
(afektif), dan aspek keterampilan (psikomotorik). Sedangkan hasil belajar hanya
meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Hasil interaksi berbagai faktor
(46)
yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu, bahan atau materi yang
dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi peserta didik. Dengan
adanya faktor tersebut mempu memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar
siswa (Mulyana, 2006:190). Hal lain juga dikemukakan oleh Linawati dalam
Hawadi (2006:168) bahwa “prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil pelajar siswa sesuai dengan tujuan intruksional
yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa.”
Makmun dalam Mulyasa (2006:190) mengemukakan bahwa terdapat
beberapa komponen dalam pembelajaran yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar yaitu:
“(1) masukan mentah (raw-input), menunjuk pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran, (2) masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program, dan (3) masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.”
Prestasi belajar sangat penting untuk dibahas karena memiliki beberapa
fungsi utama (Arifin, 2009:12) yaitu:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
dikuasai oleh siswa.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu yang biasa disebut
sebagai “tendensi keingintahuan danmerupakan kebutuhan manusia” oleh para
ahli psikologi.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan karena
(47)
pengetahuan dan teknologi. Serta berperan sebagai umpan balik untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern berarti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan
indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Dengan asumsi
bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Indikator ekstern berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik dalam masyarakat. Asumsi
indikator ekstern adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan
masyarakat.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator kecerdasan peserta didik. Dalam
proses pembelajaran siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan agar
siswa dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Dengan adanya beberapa fungsi prestasi belajar tersebut, maka sangat
penting bagi peneliti untuk mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa baik
secara individu maupun kelompok. Disamping itu, prestasi belajar juga berguna
untuk mengukur kualitas suatu pendidikan, prestasi belajar juga bermanfaat
sebagai umpan balik dan keterlibatan bagi guru dengan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Karena guru juga memberi pengaruh dalam
proses dan prestasi belajar siswa. Serta dengan prestasi belajar dapat digunakan
(48)
2.1.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa.
Menurut Miranda & Winkel & Santrock dalam Hawadi (2006:168) menyatakan
bahwa prestasi belajar dipenggaruhi oleh lima faktor yaitu pertama, faktor yang
ada pada siswa berupa taraf intelegensi, bakat khusus, taraf pengetahuan yang
dimiliki, kemampuan berbahasa, taraf organisasi kognitif, motivasi, kepribadian,
perasaan, sikap, minat, konsep diri, dan kondisi fisik psikis. Kedua, faktor yang
ada pada lingkungan sekolah berupa hubungan antar orang tua, hubungan orang
tua-anak, jenis pola asuh, dan keadaan sosial ekonomi keluarga. Ketiga, faktor
yang ada di lingkungan sekolah berupa kepribadian guru, sikap guru terhadap
siswa, ketrampilan didaktik, gaya mengajar, kurikulum, organisasi sekolah, sistem
sosial di sekolah, keadaan fisik sekolah dan fasilitas pendidikan, hubungan
sekolah dengan orang tua, dan lokasi sekolah. Dan keempat, yaitu faktor
lingkungan sosial yang lebih luas berupa keadaan sosial, politik, dan ekonomi
serta keadaan fisik cuaca dan iklim. Matindas dalam Hawadi (2009:169)
menyebutkan bahwa faktor-faktor tersebut sebagai kenyataan internal yang ada
pada diri siswa dan kenyataan eksternal yang ada di luar diri siswa. Hal lain juga
dikemukakan oleh Mulyasa (2006:191) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar peserta yaitu:
a. Faktor eksternal
Dalam faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta
didik didik digolongkan dalam faktor sosial dan faktor non-sosial. Faktor sosial
(49)
yaitu lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar
peserta didik, lingkungan sekolah, teman dan masyarakat umumnya. Sedangkan
faktor non-sosial adalah faktor yang berasal dari lingkungan alam dan fisik,
misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan
sebagainya.
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah
peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam hal tersebut peranan guru dan
keterlibatannya masih menjadi posisi penting dalam pencapaian prestasi belajar
siswa. Guru memiliki peranan dalam efektivitas pengelolaan faktor bahan,
lingkungan, dan instrument sebagai faktor utama yang dapat mempengaruhi
proses dan prestasi belajar. Proses belajar tidak berlangsung satu arah tetapi dua
arah. Siswa dan guru memiliki peran secara aktif dalam kerangka kerja dan
penggunaan cara dan kerangka berfikir. Guru selayaknya menjadi demonstrator,
pengelola kelas, fasilitator, mediator dan evaluator.
Peran guru dalam pencapaian prestasi belajar peserta didik sebagai
mediator dan fasilitator dalam pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II ini adalah sebagai berikut:
1. Guru mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial yang dibutuhkan
siswa untuk dapat bekerjasama secara efektif (Huda, 2012:80).
2. Guru akan memonitor perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran
(Huda, 2012:80).
3. Guru akan mengobservasi kualitas teamwork siswa ketika proses pembelajaran berlangsung (Huda,2012:83).
(50)
4. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang dalam
kelompok-kelompok belajar (Kusnandar, 2009:273).
b. Pengaruh Faktor Internal
Keberhasilan belajar juga ditentukan oleh faktor diri (internal) serta usaha
yang dilakukannya seperti, 1) Intelegensi menjadi salah satu faktor tinggi
rendahnya prestasi belajar serta menjadi dasar potensial bagi pencapaian hasil
pelajar, 2) Minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata
pelajaran tertentu serta pemusatan perhatian juga memungkinkan siswa untuk
belajar lebih giat, dan 3) Sikap menjadi gejala berupa reaksi atau respon dengan
cara yang relatif tetap (Mulyasa, 2006:193-194).
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam Suyatno (2009:51), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inquiri. Dengan adanya
pembelajaran kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Melalui model cooperative learning siswa juga belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara kolaboratif (Slavin dalam Solihatin &
Raharjo, 2008:4).
Hal senada juga dikemukakan oleh Sanjaya dalam Rusman (2010:203),
bahwa cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian
(51)
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Model pembelajaraan
kooperatif menjadi model pembalajaran yang banyak digunakan serta dianjurkan
oleh para ahli pendidikan. Menurut Slavin dalam Rusman (2010:205) hal tersebut
karena:
“(1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.”
Menurut Taniredja, dkk (2011:55) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana dalam system belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok dan timbul adanya kerjasama antar siswa. Dengan penggunaan
pembelajaran kooperatif tujuan materi dapat tercapai karena dalam pembelajaran
terdapat kegiatan-kegiatan berfikir kritis, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan. Untuk itu
pembelajaran kooperatif juga sebagai suatu alternatif menarik dalam memecahkan
(52)
2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif tidak menerapkan sistem kompetisi
seperti pada pembelajaran tradisional dimana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain (Taniredja dkk, 2011:60). Sedangkan tujuan
pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam Taniredja, dkk (2011:60) “adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya.”
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan guna mencapai tiga tujuan
penting yaitu, 1) meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu dalam hal
akademik akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu. 2)
pembelajaran kooperatif memiliki peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang memiliki perbedaan latar belajar. Misalnya suku, agama,
kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3) mengembangkan keterampilan sosial
siswa misalnya berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan
bekerja salam kelompoknya. Hal senada juga dikemukakan oleh Huda (2012:13)
bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pencapaian produktivitas yang
lebih tinggi (seperti, semangat belajar) daripada pembelajaran individualistik.
2.1.3.3 Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie (2010:29) model pembelajaran kooperatif tidak hanya
sekedar belajar dalam kelompok. Terdapat unsur-unsur dasar yang membedakan
(53)
asal-asalan. Dengan adanya pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif yang
benar maka akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif (Lie,
2010:29). Menurut Roger & David Jhonson dalam Lie (2010:31) ada lima unsur
model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan
evaluasi proses kelompok. Hal senada juga dikemukakan oleh Johnson & Jhonson
(1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto (2009:60) yang menyebutkan ada lima
unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Adanya saling ketergantungan antara siswa yang bersifat positif
Siswa merasa terikat satu sama lain dan saling bekerja sama untuk
mencapai satu tujuan. Siswa juga merasa menjadi bagian dari kelompok yang
memiliki andil untuk mencapai kesuksesan kelompok. Keberhasilan suatu
karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Menurut Lie (2010:32)
beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap siswa
yang lebih pandai karena teman yang lebih pandai akan memberikan
sumbangan. Siswa yang kurang akan merasa terpacu untuk meningkatkan
usaha mereka dan akan menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih
pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena teman yang kurang mampu
juga telah memberikan bagian sumbangan.
b. Semakin meningkatnya interaksi antar siswa
Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif akan menciptakan suatu interaksi
antar siswa yang kuat. Dan kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa
(54)
2010:33). Menurut Lie (2010:34) inti dari sinergi ini adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan pada
masing-masing anggota. Tentunya setiap anggota kelompok memiliki latar belakang
yang berbeda satu sama lain yang berupa pengalaman, keluarga, dan sosial
ekonomi. Sinergi didapatkan melalui proses yang panjang sehingga siswa
mampu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama
lain. Interaksi juga dapat terjadi ketika seorang siswa akan membantu siswa
lain dan saling memberikan bantuan untuk sukses sebagai anggota kalompok.
Interaksi juga akan tercipta dalam hal tukar-menukar ide tantang masalah yang
dipelajari bersama.
c. Tanggung jawab individual
Tanggung jawab tersebut terlihat ketika membantu siswa yang
membutuhkan bantuan dan siswa tidak hanya sekedar “membonceng” hasil
kerja teman sekelompoknya. Menurut Lie (2010:33) unsur tanggung jawab
individual ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama saling
ketergantungan antarsiswa yang positif. Apabila setiap siswa merasa
bertanggung jawab maka akan melalukan hal yang terbaik untuk kelompoknya.
Agar siswa mampu memiliki tanggung jawab individual, guru yang efektif
dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif akan membuat persiapan
dan menyusun tugas sedemikian rupa (Lie, 2010:33). Sehingga masing-masing
anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
(55)
d. Komunikasi antar anggota
Dalam unsur ini juga menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai
ketrampilan berkomunikasi (Lie, 2010:34). Sebaiknya guru sebelum
menugaskan siswa dalam kelompok perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana menyanggah pendapat orang
lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Tidak setiap siswa
memiliki keahlian dalam mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu
kelompok juga bergantung pada ketersediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapat (Lie,
2010:33). Adanya keterampilan interpersonal dan kelompok kecil yang
diperlukan ketika mendapatkan tugas mempelajari materi secara mandiri serta
ketika berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya dan bagaimana sikap
siswa sebagai anggota kelompok dalam menyampaikan ide dalam kelompok.
e. Belajar kelompok tidak akan berlangsung tanpa adanya proses kelompok
Proses kelompok ini terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan cara
mereka mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Menurut Lie (2010:35) guru juga perlu membuat jadwal khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar
selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.
Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh
Riyanto (2009:269-270) yaitu pertama, dalam pembelajaran kooperatif
mengambangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama
(56)
individu (tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan). Ketiga, dalam
pembelajaran kooperatif terdapat tanggung jawab secara individu. Keempat, temu
muka dalam proses pembelajaran. Kelima, komunikasi antar anggota kelompok.
Dan keenam, evaluasi proses pembelajaran dilakukan secara kelompok.
Hal senada juga diutarakan oleh Rusman (2010:207) bahwa terdapat
karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus membuat
seluruh anggota berkemauan untuk belajar. Setiap anggota tim harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu: (a) Sebagai
perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pelajaran kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran
yang sudah ditentukan, (b) Sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan efektif, (c) Sebagai kontrol, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui
(57)
c. Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu
ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik,
pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
d. Ketrampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Selain beberapa ciri pembelajaran kooperatif tersebut, terdapat beberapa
ciri lain, yaitu dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok
secara koopertif untuk menuntaskan materi belajarnya; kelompok dibentuk dari
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; apabila mungkin
anggota kelompok dapat berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda-beda; dan penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada
individu (Rusman, 2010:208-209). Hal senada juga diungkapkan oleh Riyanto
(2009:270) bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu, kelompok dibentuk
dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, rendah; siswa dalam kelompok sehidup
semati; siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama; evaluasi
untuk semua; berbagi kepemimpinan dan ketrampilan untuk bekerja sama; dan
(58)
Dari beberapa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri sebuah
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan anggota yang
heterogen. Dimana didalam kelompok tersebut terdapat suatu sikap bekerja sama
dan ada keterlibatan antar anggota kelompok dengan tujuan mencapai hasil belajar
yang optimal. Setiap anggota kelompok saling tergantung satu sama lain untuk
mencapai satu penghargaan bersama.
2.1.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat empat langkah kegiatan
pembelajaran, yaitu sebagai berikut (Taniredja, dkk, 2011:61-62):
a. Orientasi
Kegiatan diawali dengan orientasi untuk memhamai dan menyepakati
bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana pembelajarannya.
Guru dapat mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta
hasil akhir yang diharapkan untuk dikuasai oleh siswa.
b. Kerja kelompok
Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan
pembelajaran. Kerja kelompok dapat berbentuk kegiatan memecahkan
masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Waktu
untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi yang
harus dikerjakan. Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan
(1)
245
DOKUMENTASI SIKLUS I
Lampiran 31(2)
246
(3)
247
SURAT IZIN PENELITIAN
Lampiran 32(4)
248
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
Lampiran 33(5)
viii
ABSTRAK
Ristianawanti, Maria. (2013). Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Kooperatif Teknik Jigsaw II dalam Pembelajaran
IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Minggir Tahun Pelajaran 2012/2013.
Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui bagaimanakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013, (2) Mengetahui apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan minat siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013, (3) Mengetahui apakah penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin yang setiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes, observasi, dan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 dengan model kooperatif teknik Jigsaw II dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengadakan pre-test, (b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (c) siswa membaca materi yang akan dipelajari secara keseluruhan, (d) pembentukan kelompok asal terdiri dari 6 ahli dengan bidang yang berbeda, (e) diskusi kelompok ahli dengan bidang yang sama, (f) tim ahli kembali dalam kelompok asal untuk mengajarkan topik yang dibahas kepada teman satu tim, (g) mengadakan post-test, dan (h) pemberian penghargaan, (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan minat siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut nampak pada skor rata-rata minat siswa pada kondisi awal sebesar 41,08. Rata-rata minat siswa pada siklus I yaitu 50,56 sedangkan rata-rata minat belajar pada siklus II yaitu 67,23, (3) Penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013. Skor rata-rata prestasi belajar pada kondisi awal 62,58 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (65) sebesar 37,93%. Rata-rata prestasi belajar siklus I yaitu 76,67 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (65) sebesar 90%. Sedangkan rata-rata prestasi belajar pada siklus II yaitu 90,60 dengan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM (65) sebesar 100%.
Kata kunci: minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif teknik
(6)
ix ABSTRACT
Ristianawanti, Maria. (2013). The Increasing of Students Interest and Achievement Using Cooperative Model Jigsaw II Technique In Social Science Learning at Kanisius Minggir Primary School Grade V Academic
Year 2012/2013. Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education
Study Program. Sanata Dharma University.
This study aims (1) to determine how the increase of the students interest and achievement in social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in academic year 2012/2013 using a cooperative learning Jigsaw II technique in social sience learning, (2) to determine whether the application of cooperative learning Jigsaw II technique can improve students interest at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013, (3) to determine whether the application of cooperative learning Jigsaw II technique can improve students achievement in social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013.
This study was a classroom action research of Kurt Lewin which its cycles consist of four steps: planning, action, observation, and reflection. This study was conducted in March 2013. The subject in this study was 30 students of Year V of SD Kanisius Minggir in the academic year 2012/2013. The instruments for collecting the data were a test, observation, and questioner. The data were analyzed by using descriptive qualitative and quantitative.
The results showed that: (1) Efforts to increase interest and achievement of social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013 with a model of cooperative Jigsaw II technique is done through the following steps: (a) hold a pre-test, (b) teachers communicate learning goals, (c) students read the material to be studied as a whole, (d) the establishment of the original group consisted of 6 experts in different fields, (e) discussions with the expert group the same field, (f) team of experts back in the home group to teach the topics covered to teammates, (g) hold a post-test, and (h) rewards, (2) implementation a cooperative technique Jigsaw II can improve students interest at SD Kanisius Minggir grade V in the academic year 2012/2013. It can be showed from the students average score in the beginning (41,08). The average score of the students interest in cycle I is 50,56, in cycle II 67,23, (3) implementation a cooperative technique Jigsaw II can improve students achievement social science at Kanisius Minggir Primary School grade V in the academic year 2012/2013. The average score of the students achievement in the beginning is 62,58 in the percentage of the students who reach the Minimum Passing Score (65) 37,93%. The average score of the students achievement in cycle I is 76,67 in the percentage of the students who reach the Minimum Passing Score 90%. The average score of the students achievement in cycle I is 90,60 in the percentage of the students who reach the Minimum Passing Score 100%.
Keywords: students learning interest, academic achievement, cooperative learning, Jigsaw II technique.