METODE PENALARAN HUKUM ISLAM DALAM BAHTSUL MASAIL DAN MAJLIS SYAWIR DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUT THALIBIN JETIS GENTAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG, SERTA RELEVANSINYA DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

  

METODE PENALARAN HUKUM ISLAM DALAM BAHTSUL

MASAIL DAN MAJLIS SYAWIR DI PONDOK PESANTREN

RAUDLATUT THALIBIN JETIS GENTAN KECAMATAN

SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG, SERTA

RELEVANSINYA DI INDONESIA

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Muhammad Najmuddin

NIM : 21111024

  

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa : Nama : Muhammad Najmuddin NIM : 211 11 024 Judul :

  Metode Penalaran Hukum Islam Dalam Bahtsul Masail Dan Majlis Syawir di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Jetis Desa Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang,Serta Relevansinya Di Indonesia

  dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

  Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Najmuddin NIM : 21111024 Jurusan : Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas :Syariah Judul Skripsi : METODE PENALARAN HUKUM ISLAM DALAM

  BAHTSUL MASAIL DAN MAJLIS SYAWIR DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUT THALIBIN JETIS DESA GENTAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG, SERTA

RELEVANSINYA DI INDONESIA

  menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karyasaya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuanorang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kodeetik ilmiah.

  Salatiga, 09 September 2015 Yang menyatakan, Muhammad Najmuddin NIM: 21111024

  

MOTTO

حلصلأا ديدجلاب داجيلإاو حلاصلا ميدقلا ىلع ةظفاحملا

  

“Melestarikan Tradisi Lama Yang Baik,

Dan Membentuk Tradisi Baru Yang Lebih Baik ”

“Aktualisasi Dan Kontekstualisasi Fiqih Dalam Kitab Kuning

Dapat Menjadi Solusi Terhadap Problematika Perilaku

  

Manusia Yang Tidak Hanya Terbatas Pada Wilayah

Ibadah Mahdhah , Namun Juga Mencakup Aspek Ekonomi,

Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan Hidup,

Kependudukan, Politik Dan Kebudayaan”

  

(KH. Sahal Mahfudz)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:  Almarhum ayah tercinta, ayahanda Muhammad Huda Tohaserta Ibu terkasih, ibunda Isdatul Isnaini yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi peneliti baik moral, materiil, maupunspiritual semenjak kecil sampai saat ini. Serta dipersembahakan kepada adhek-adhek peneliti, M. Ali Munawar Huda & Siti Uswatun hasanah yang telah dengan senang hati membantu kakaknya menyelesaikan skripsi ini.

   Guru peneliti, Al-Marhum KH. Mubarok Toha dan KH. Anis Toha (Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Jetis), Al-Marhum Murobbi Ruhina Romo KH. Baidlowi Syamsuri, Lc., dan KH. Anshor Syamsuri (Pengasuh Pondok Pesantren Sirojuth Thalibin Brabo), Al-Allamah Prof. Dr. Abdullah Baharun (Rektor Universitas Al-Ahgaff) beserta para dosennya, Al-

  „Alim Habib Salim As-Syatiri dan Ad-

  Da‟i Ilaallah Habib Umar Bin Khafidz selaku guru peneliti di Tareem Hadhramaut Republik Yaman, yang telah banyak membimbing dan melindungi peneliti dengan do‟a-do‟anya.  Dosen-dosen di IAIN Salatiga khususnya dosen-dosen di lingkungan Fakultas

  Syariah  Rekan-rekanita PC IPNU IPPNU Kabupaten Semarang, Sahabat-sahabati

  PMII Kota Salatiga, Kawan-kawan LPM Dinamika, Kanda Yunda JQH IAIN Salatiga, serta sahabat-sahabati di organisasi lainnya yang saya ikuti.

   Seluruh santri pondok pesantren se-Indonesia yang sedang berjuang untuk

KATA PENGANTAR

  Bismillaahirrahmaanirrahiim Alhamdulillahi robbil‟aalamiin, segala puji dan syukur kami panjatkan

  atas kehadiran Allah swt yang telah memberikan taufiq sertahidayah-Nya yang tiada terhingga, sehingga peneliti dapat menyelesaikanskripsi ini dengan judul “Metode Penalaran Hukum Islam Dalam Bahtsul Masail Dan Majlis Syawir Di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Jetis Desa Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, Serta Relevansinya Di Indonesia ”.

  Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta parapengikutnya yang setia. Beliaulah sebagai rasul utusan Allahuntuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zamanyang modern ini. Beliau juga lah yang selalu menjadi inspirasi dalam langkah-langkah kita.

  Alhamdulillah berkat kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, skripsi yang peneliti susun ini dapat terselesaikan tanpa ada suatu halangan apapun. Tentunya dalam skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan dengan sempurna tanpabantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu peneliti. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sedalam- dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si. selaku Ketua Jurusa Ahwal Al-

  Syakhsiyyah sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan kepada peneliti dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  4. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekalipeneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsiini.

  5. Almarhum ayah tercinta, ayahanda Muhammad Huda Tohaserta Ibu terkasih, ibunda Isdatul Isnaini yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi peneliti baik moral, materiil, maupunspiritual.

  6. Pengasuh, asatidz, alumni, kepala Pondok Pesantren, Ketua Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Raudlatut Thalibinbeserta jajaran kepengurusannya yang telahmemberikan ijin serta memberikan fasilitas dalam pelaksanaan penelitianskripsi yang peneliti lakukan

  Skripsi yang telah peneliti susun ini pastinya masih jauh dari kata sempurna.Maka dari itu peneliti mengharapkankritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun dan dapat memperbaiki skripsi di masa mendatang. Akhirul kalam, semoga skripsi inidapat berguna bagi peneliti khususnya serta para pembaca pada umumnya. Amin ya Robbal Alamin.

  Salatiga, 09 September 2015

  ABSRTAK

  Najmuddin, Muhammad. Metode Penalaran Hukum Islam Dalam Bahtsul Masail

  Dan Majlis Syawir DI Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Jetis Desa Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, Serta Relevansinya Di Indonesia . Skripsi. Jurusan Syariah. Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah.

  Fak ultas Syari‟ah.Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si.

  Kata Kunci: Ijtihad Kolektif, Bahtsul Masail, Majlis Syawir Ilhaq, Taqrir Jama‟i.

  Skripsi yang penelititulis ini berusaha mengungkap problematika minimnya orang-orang yang kompeten untuk berijtihad pada saat ini. Banyak cendikiawan yang mencetuskan ide tentang ijtihad kolektif melalui forum ilmiah sebagai sebuah solusi untuk menjawab problematika diatas. Salah satu metode ijtihad kolektif yang sudah ada di Indonesia adalah metode bahtsul masail dan majlis syawir. Pondok pesantren yang sudah melaksanakan metode bahtsul masail adalah Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Jetis. Berangkat dari hal-hal tersebut, peneliti membahas pada empat fokus masalah dalam skripsi ini, yaitu Bagaimana metode penalaran hukum Islam dalam bahtsul masail? Bagaimana metode penalaran hukum Islam dalam majlis syawir? Bagaimana metode bahtsul masail di Pondok Pesantren tersebut? Dan bagaimana relevansi kedua metode tersebut di Indonesia?

  Melalui penelitian kualitatif, peneliti mengungkap fokus permasalahan diatas. Dengan metode tersebut peneliti langsung melakukan observasi lapangan untuk melihat secara langsung pelaksanaan bahtsul masail dan majlis syawir di pondok pesantren tersebut. Selain itu, untuk menambah data peneliti juga melakukan wawancara kepada berbagai narasumber sesuai dengan data yang kami butuhkan. Peneliti juga menggunakan data serta dokumentasi yang ada pada pengurus LBM untuk melengkapi data yang peneliti butuhkan. Dan untuk menguji hasil temuan data tersebut maka peneliti mengadakan analisis data dengan menggunakan kerangka teoritik yang peneliti buat.

  Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa metode bahtsul masail dan majlis syawir mempunyai kesinambungan dan keterhubungan dengan metode ijtihad kolektif. Peneliti menemukan jawaban bahwa dalam pelaksanaan bahtsul masail dan majlis syawir mempunyai rangkaian dan tahapan untuk dapat menelurkan sebuah produk hukum. Selain itu, metode penetapan produk hukumnya dibuat dalam kerangka bermadzhab sehingga hasilnya teruji dan layak untuk disebut sebagai sebuah hasil ijtihad. Bahtsul masail dan majlis syawir sendiri ternyata mempunyai relevansi serta kebermanfaatan yang sangat besar di Indonesia terutama perannyadalam menjawab problematika kontemporer umat

  DAFTAR ISI

  HALAMAN i JUDUL……………………………………………………….

  LEMBAR BERLOGO ii ……..……………………………………………....

  NOTA PEMBIMBING iii …………..…..…………………………………….

  LEMBAR iv PENGESAHAN KELULUSAN………………………………..

  PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN . v …………………………………

  MOTTO vi …………………………………………………………………….

  PERSEMBAHAN vii

  ……..………………………………………………… KATA PENGANTAR viii

  ...…………………………………………………… x ABSTRAK ………………………………………………………………… xi DAFTAR ISI……………………………………………………………… xv DAFTAR TABEL…………………………………………………………

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang ………...………………………………………...

  B.

  4 Rumusan masalah………………………………………………..

  C. Tujuan Penelitian 5 …………………………………………….......

  D. Manfaat Penelitian .

  5 ……………………………………………… E.

  6 Penegasan Istilah ….…………………………………………......

  F.

  7 Tinjauan Pustaka………………………………………………...

  G.

  10 Metodologi Penelitian …….…………………………………......

  2. Kehadiran Peneliti dan Tempat Penelitian ...............................

  12 3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................

  12 4. Analisis Data .............................................................................

  15 5. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................

  16 6. Tahap-Tahap Penelitian ............................................................

  17 H. Sistematika

  18 Penulisan .…………………………………………...

  BAB II BAHTSUL MASAIL DAN MAJLIS SYAWIR SEBAGAI SEBUAH METODE PENALARAN HUKUM ISLAM A.

  20 Definisi Ijtihad ………………………………………………… B.

  23 Landasan Yuridis Normatif Ijtihad …………………………….

  C. Syarat-

  24 Syarat Melakukan Ijtihad .………………………………

  D. Tingkatan-

  26 Tingkatan Mujtahid .……………………………….

  E.

  26 Ijtihad Kolektif .………………………………………………...

  F.

  31 Ijtihad Dalam Perspektif Ulama‟ Nahdliyyin .………………….

  G.

  32 Bahtsul Masail Sebagai Salah Satu Metode Ijtihad Kolektif .….

  H. Majlis Syawir

  43 Sebagai Salah Satu Metode Ijtihad Kolektif .…….

  BAB III METODE PENALARAN HUKUM ISLAM DALAM BAHTSUL MASAIL DAN MAJLIS SYAWIR DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUT THALIBIN JETIS A. Sejarah Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin

  47 …………………

  54 Raudlatut Thalibin ………………..……………………………...

  C. Tujuan Diadakannya Bahtsul Masail Dan Majlis Syawir Di Pondok

  64 Pesantren Raudlatut Thalibin ..………………………….

  D. Metode Penalaran Hukum Islam Dalam Bahtsul Masail 1.

  68 Pelaksanaan Bahtsul Masail ………………………………… 2.

  74 Tarjih Ibarat (I‟tibar) Dalam Bahtsul Masail ……..................

  E. Metode Penalaran Hukum Islam Dalam Majlis Syawir 1.

  78 Pelaksanaan Majlis Syawir …………………………………..

  2.

  81 Ilhaqul Masail Dalam Majlis Syawir ………………………...

  F. Persamaan Dan Perbedaan Metode Penalaran Hukum Islam Dalam Bahtsul Masail Dan Majlis Syawir 1. Persamaan Antara Bahtsul Masail Dan Majlis Syawir ..

  86 …….

  2. Perbedaan Antara Bahtsul Masa

  87 il Dan Majlis Syawir ……… G. Contoh Produk Hukum LBM Pondok Pesantren Raudlatut

  Thalibin 1.

  89 Produk Hukum Bahtsul Masail …………………………….

  2.

  94 Produk Hukum Majlis Syawir ……………………………...

  BAB IV RELEVANSI BAHTSUL MASAIL DAN MAJLIS SYAWIR DI INDONESIA A. Khazanah Keilmuan Islam Nusantara .. 102 …………………………. B. Pembangunan Fiqih Indonesia Yang Aktual dan Kontekstual .... 105

D. Legislasi Dan Formalisasi Syariat Islam . 113 ………………………..

  E.

  119 Peningkatan Intelektualitas dan Grafik Ilmiah Bagi Santri ….......

  F.

  122 Forum Penyaluran Ilmu Dari Ulama‟ dan Cebdikiawan Muslim

  BAB II PENUTUP A.

  125 Kesimpulan …….………………………………………………...

  B.

  127 Saran ……………………………….…………………………….

  DAFTAR PUSTAKA ..

  129 ………………………………………………………. 133

  GLOSARY …………………………………………………………………… LAMPIRAN

  135 …………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang sempurna memiliki hukum yang datang dari Yang Maha Sempurna, yang disampaikan melalui rasul-Nya Nabi Muhammad SAW, yakni Al Qur‟an Al Karim. Sebagai sebuah sumber hukum tertinggi dalam

  syariat Islam, al- Qur‟an merupakan satu-satunya kitab suci yang tidak pernah mengalami perubahan satu huruf pun semenjak diturunkan kepada manusia.

  Kemudian sumber hukum agama Islam selanjutnya adalah Sunnah atau yang kita kenal dengan Hadits. Sebagai sebuah sumber hukum, hadis sendiri yang pada awalnya tidak pernah terbukukan, dan kemudian baru dikodifikasi oleh para ulama‟ hadis setelah mengalami penyaringan yang sangat ketat.

  Al- Qur‟an dan hadits merupakan dua hal yang menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan hidup demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu, Al-

  Qur‟an dan hadits juga merupakan sumber utama hukum dan aturan yang wajib dipegang teguh oleh umat Islam. Semua hukum yang berhubungan dengan syariat Islam tidak boleh bertentangan dengan teks-teks al- Qur‟an dan hadist. Dalam berbagai ayat-Nya, Allah menerangkan bahwa seluruh hukum harus meruju‟ dari al-Qur‟an dan al-Hadits.

  Namun, seiring dengan berkembangnya zaman banyak problematika umat Islam yang tidak dapat dijawab secara implisit dan tidak terdapat solusinya dalam banyak dan berkembang. Umat Islam harus segera mendapatkan solusi dan jawaban atas semua problematika tersebut. Dalam hal ini baik al- Qur‟an dan al-

  Hadist memberikan sebuah solusi yang bernama Ijtihad. Ijtihad merupakan metode penalaran terhadap hukum yang tidak terdapat secara implisit dalam al- Qur‟an dan al-Hadits tetapi dapat dipahami secara eksplisit dari keduanya.

  Walaupun ijtihad merupakan sebuah metode dalam pencarian hukum Islam, bukan berarti tidak menemukan hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satu kendala yang timbul adalah minimnya para ulama‟ dan cendikiawan yang berkompeten untuk melakukan ijtihad. Syarat dan ketentuan yang diharuskan ada pada seorang mujtahid sangatlah sulit untuk ditemukan pada sosok cendikiawan pada masa ini. Tentunya hal ini merupakan sebuah problem besar yang harus segera dituntaskan, karena waktu terus berjalan dan problematika umat semakin berkembang dan harus segera mendapatkan jawaban dan solusi.

  Untuk menjawab problematika minimnya mujtahid tersebut, Dr. Yusuf Al- Qardhawi memberikan sebuah solusi melalui sebauh metode ijtihad yang dia namakan dengan ijtihad kolektif. Ijtihad kolektif adalah

  “metode ijtihad dimana

  

para ilmuwan memusyawarahkan semua persoalan yang terjadi, terutama hal-hal

yang bercorak umum dan sangat penting bagi mayoritas manusia

  ” (Al-Qardhawi, 2000:138). Manurut al-Qardhawi, ijtihad kolektif bahkan dipandang sebagai metode yang lebih baik karena lebih mendekati kebenaran dari pada pendapat perseorangan, walaupun seseorang itu memiliki kapasitas keilmuan yang sangat tinggi. Ijtihad kolektif tersebut dapat dilangsungkan melalui forum atau diskusi ilmiah yang selama ini banyak diselenggarakan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia. Menurut Dr. Muhammad Yusri (2008:369), umat Islam pada zaman modern banyak sekali dihadapkan dengan berbagai problematika baik itu dalam masalah ibadah, mu'amalat, maupun dalam siyas

  ah syar‟iyyah (politik

  Islam). Problematika-problematika tersebut menurutnya harus mendapatkan perhatian dari mujtahid dengan cara mencarikan hukum dan solusinya. Termasuk dalam cara pencarian hukum dan solusi adalah melalui al-majalis al-ilmiyyah (lembaga-lembaga kelimuan yang ilmiah) dan al-

  majami‟ al-ilmiah (forum-forum ilmiah).

  Majlis dan forum-forum ilmiah sebagai sebuah metode ijtihad kolektif seperti yang diungkapkan oleh Dr. Muhammad Yusri di atas sudah banyak diselenggarakan di Indonesia. Diantara majlis dan forum ilmiah tersebut adalah bahtsul masail di komunitas nahdliyyin, dan masjlis tarjih di komunitas Muhammadiyyah. Bahkan pelaksanaan forum dan majlis ilmiah yang bernama bahtsul masail tidak hanya dilakukan oleh komunitas nahdliyyin di tingkatan struktural, namun juga dilakukan oleh kalangan nahdliyyin di tingkatan kultural. Pelaksanaan bahtsul masail oleh kalangan kultural dari nahdliyyin tersebut selama ini banyak dilakukan oleh pesantren-pesantren, terutama pondok pesantren salaf di Indonesia.

  Salah satu pesantren yang melaksanakan penalaran hukum Islam melalui ijtihad kolektif dalam forum atau majlis ilmiah adalah Pondok Pesantren Semarang.Pesantren ini mengaplikasikan Ijtihad kolektif tersebut ke dalam 2 buah metode. Metode yang pertama adalah Bahtsul Masail. Dalam metode ini para santri diberikan sebuah permasalahan kontemporer yang dihadapi oleh umat Islam. Kemudian para santri dituntut untuk memberikan sebuah dalil yang bersumber dari kitab-kitab fiqh yang mempunyai illatul hukmi yang sama dengan kasus masalah tersebut. Dalil-dalil tersebut kemudian didiskusikan oleh para santri untuk disepakati dalil manakah yang lebih tepat atau medekati kasus hukum diatas.

  Metode yang kedua adalah Majlis Syawir. Dalam metode ini para santri mencari sebuah illatul hukmi yang terdapat dalam sebuah teks kitab fathul qarib.

  Kemudian setelah mendapatkan illatul hukmi tersebut maka mereka berdiskusi untuk mencari masalah-masalah hukum kontemporer apa saja yang bisa menggunakan dalil pada teks kitab tersebut.

  Dalam penerapannya, kedua metode diatas mempunyai keunggulan masing-masing, yang mana keunggulan yang satu mengisi kelemahan metode yang lain. Metode tersebut telah banyak menelurkan solusi hukum untuk menjawab problematika kontemporer yang menjadi dinamika umat Islam. Kedua metode tersebut sangatlah tepat dan relevan apabila diaplikasikan oleh para cendikiawan baik dari kalangan santri maupun akademisi di negara Indonesia.

  Metode ini juga berfungsi sebagai solusi untuk menjawab minimnya mujtahid yang muncul pada era modern ini.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik permasalahan sebagai berikut

  1. Bagaimana metode penalaran hukum Islam yang digunakan dalam Bahtsul Masail?

  2. Bagaimana metode penalaran hukum Islam yang digunakan dalam Majlis Syawir?

  3. Bagaimana relevansi Bahtsul Masail dan Majlis Syawir di Indonesia ? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui penalaran hukum Islam dengan metode Bahtsul Masail.

  2. Mengetahui penalaran hukum Islam dengan metode Majlis Syawir.

  3. Mengetahui relevansi metode-metode tersebut dalam menjawab problematika kontemporer umat Islam di Indonesia.

  D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis a.

  Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa konsep dan metode penalaran hukum Islam dalam mememecahkan sebuah kasus hukum.

  b. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi parapeneliti di kajian hukum Islam, khususnya kajian yuridis hukum Islam dengan tinjauan ushul fiqih. c. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmu bagi peneliti,seluruh pembaca pada umumnya, dan bagi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada khususnya.

  2. Manfaat Praktis Memberikan informasi mengenai bahtsul masail dan majlis syawir sebagai salah satu metode ijtihad kolektif dalam menjawab dan memecahkan problematika kontemporer umat Islam. Hal ini diharapkan mampu membantu para mahasiswa dan para akademisi dalam mengatasi berbagaipermasalahan umat Islam yang terjadi dengan efektif dan bermakna.

E. Penegasan Istilah

  1. Definisi Bahtsul Masail Bahtsu dari segi bahasa berarti membahas. Sedangkan masail adalah jama‟ dari kata mas‟alah yang berarti masalah atau problematika. Definisi bahtsul masail secara istilah adalah

  “salah satu forum diskusi keagamaan untuk merespon dan memberikan solusi atas problematika aktual yang muncul dalam kehidupan masyarakat”. Melalui forum bahtsul masail, para

  ulama‟, cendikiawan dan santri selalu aktif mengagendakan pembahasan tentang problematika aktual dengan berusaha secara optimal untuk memecahkan kebuntuan hukum Islam akibat perkembangan sosial masyarakat yang terus menerus tanpa mengenal batas, sementara secara tekstual tidak terdapat landasannya dalam al-

  Qur‟an dan al-Hadis, atau ada

  2007:XVII). Yang dimaksud bahtsul masail disini adalah forum diskusi yang diselenggarakan oleh Lajnah Bahtsul Masail (LBM) Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin dalam membahas serta menganalisa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, baik itu yang menjadi isu lokal, nasional, maupun internasional.

  2. Majlis Syawir Majlis merupakan bahasa arab yang artinya tempat duduk.Sedangkan syawir sendiri artinya adalah bermusyawarah. Majlis Syawir dalam terminologi yang dibuat oleh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin adalah salah satu forum diamana para santri mencari sebuah illatul hukmi yang terdapat dalam sebuah teks kitab fathul qaribkemudian mencocokkan dengan problematika kontemporer yang ada.

F. Tinjauan Pustaka

  Berdasarkan penelusuran peneliti, kajian dan hasil penelitian mengenai bahtsul masail baik itu berupa penelitian, buku maupun yang lainnya belum lah terlalu banyak. Diantara hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti adalah jurnal yang ditulis oleh Sukron Ma‟mun. Dalam jurnalnya yang berjudul “Ilhaq

  Dalam Bahtsul Masail NU: Antara Ijtihad Dan Ikhtiyath” tersebut, Sukron

  Ma‟mun (2011: 67) menyatakan pada penelitian yang diangkat olehnya lebih kepada mengkaji terhadap penggunaan metode lhaq yang digunakan dalam bahtsul masail ormas Nahdlatul Ulama‟. Ilhaq merupakan salah satu metode ushul pengkaji ushul fiqih, dan ternyata ini merupakan metode yang sering digunakan dalam bahtsul masail yang diselenggarakan oleh organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

  Sedangkan dalam bentuk skripsi, penelitian tentang bahtsul masail pernah dilakukan Izul Anwar, mahasiswa Fakultas Syariah Jurusan Perbandingan Madzhab Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam skripsinya yang berjudul “Studi Perbandingan Penetapan Hukum Dalam Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Dan Bahtsul Masail Rifa‟iyyah”, Izzul Anwar (2010:19) meneliti tentang metode bahtsul masail yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama dan bahtsul masail yang dilakukan oleh aliran Rifa‟iyyah. Dalam skripsinya, peneliti mengungkap tentang persamaan dan perbedaan antara metode bahtsul masail di dalam organisasi NU dan aliran Rifa‟iyyah.

  Persamaan antara metode bahtsul masail di kalangan NU dan aliran Rifa‟iyyah adalah sama-sama menganut faham ahlussunnah wal jama‟ah. Baik NU maupun aliran Rifa‟iyyah sama-sama mengakui dan menggunakan pendapat para mujtahid dan para fuqaha yang tercantum dalam kitab kuning. Metode dan prosedur yang mereka gunakan dalam penetapan hukum pun juga sama, karena keduanya condong kepada madzhab Syafi‟yyah. Sedangkan perbedaan bahtsul masail antara NU dan aliran Rifa‟iyyah adalah adanya dominasi dalam penggunaan kitab- kitab aliran Rifa‟iyyah dalam penetapan hukum yang dilakukan oleh aliran Rifa‟iyyah. Sedangkan dalam bahtsul masail NU tidak ada dominasi dalam penggunaan kitab-kitab yang digunakan sebagai sebuah referensi kecuali

  Salah satu peneliti yang pernah meneliti bahtsul masail adalah Jaih Mubarok. Jaih Mubarok (2002:179) dalam bukunya Metodologi Ijtihad Hukum Islam mengungkapkan bahwa bahtsul masail merupakan salah satu metode pengambilan keputusan hukum yang ditetapkan dalam NU. Dengan metode ini keputusan bahtsul masail dibuat dalam bermadzhab kepada salah satu dari empat madzhab yang disepakati dan mengutamakan bermadzhab secara qauli. Oleh karena itu prosedur pengambilan hukum tersebut secara garis besar banyak merujuk kepada pendapat individu para tokoh madzhab dalam kitab-kitab mereka.

  Di kalangan bahtsul masail NU, istinbath hukum dalam bahtsul masail merupakan alternatif terakhir, yaitu ia dapat dilakukan apabila suatu masalah atau pertanyaan tidak terdapat jawabannya dalam kitab-kitab standard. Dengan demikian tidak ada peluang untuk melakukan pemilihan pendapat dan tidak memungkinkan para ulama‟ untuk melakukan ilhaq karena tidak ada mulhaq bih dan wajh ilhaq. Dalam hal ini pun kemudian istinbath dilakukan secara kolektif dengan mengaplikasikan kaidah ushul dan kaidah fiqih (Mubarok, 2002:179).

  Peneliti sendiri pernah melakukan penelitian secara kolektif dalam penelitian kompetitif kolektif yang pernah diadakan STAIN Salatiga tahun 2013.

  Dalam penelitian terdahulu bersama 2 peneliti lain, peneliti mengambil judul “Bahtsul Masail Sebagai Metode Ijtihad Kolektif Dalam Menjawab Problematika Kontemporer Umat Islam (Studi Kasus di Pondok Pesantren Sirajuth Thalibin Brabo Tanggungharjo Grobogan)”. Dalam penelitian tersebut peneliti mengungkap tentang metode ijtihad kolektif dalam bahtsul masail. Ijtihad kolektif yang terjadi, terutama hal-hal yang bercorak umum dan sangat penting bagi mayoritas manusia. Ijtihad kolektif bahkan dipandang sebagai metode yang lebih baik karena lebih mendekati kebenaran daripada pendapat perseorangan, walaupun seseorang itu memiliki kapasitas keilmuan yang sangat tinggi.

  Di Indonesia sendiri pelaksanaan ijtihad kolektif telah sejak lama diterapkan dalam dunia pesantren dan ormas-ormas Islam. Salah satu ormas Islam yang melaksanakan ijtihad kolektif tersebut adalah Nahdlatul Ulama (NU). Ijtihad kolektif tersebut kemudian terkenal di Indonesia dengan istilah Bahtsul Masail.

  Bahtsul Masail sebagai sebuah metode ijtihad kolektif berupaya untuk menjawab problematika kontemporer yang berkembang di masyarakat Islam. Dengan mengadopsi metode- metode istinbat para ulama‟ salaf, para peserta bahtsul masail berupaya menganalisis masalah dan mencarikan solusi hukumnya.

  Praktek pengambilan keputusan hukum dalam NU itu kemudian diadopsi oleh banyak pesantren yang berlatar belakang NU. Salah satu pesantren NU yang mengadakan forum bahtsul masail adalah Pondok Pesantren Sirojut Thalibin Brabo Tanggungharjo Grobogan. Pesantren ini telah melaksanakan bahtsul masail dalam waktu yang sangat lama. Bahkan kemudian telah menjadi tradisi sampai sekarang. Forum ini telah banyak menelurkan solusi hukum untuk menjawab problematika kontemporer yang menjadi dinamika masyarakat umat Islam.

  Sedangkan penelitian yang sekarang ini peneliti mempunyai titik fokus pada kajian metode bahtsul masail yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin serta relevansi metode tersebut dalam menjawab problematika bahtsul masail di pesantren tersebut ikut memberikan sebuah peran dan solusi dalam menjawab problematika kontemporer umat Islam. Dan kemudian juga diungkap bagaimana peran bahtsul masail dalam bidang pendidikan bagi para santri, ulama‟ dan masyarakat.

  Dalam perkembangannya Pesantren tersebut juga menerapkan metode penalaran hukum Islam atau ijtihad kolektif yang lain. Metode tersebut adalah Majlis Syawir. Dalam metode ini para santri mencari sebuah illatul hukmi yang terdapat dalam sebuah teks kitab fathul qarib. Kemudian setelah mendapatkan

  illatul hukmi tersebut maka mereka berdiskusi untuk mencari masalah-masalah

  hukum kontemporer apa saja yang bisa menggunakan dalil pada teks kitab tersebut.

G. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Untuk membantu memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, peneliti akan menggunakan jenis penelitian secara kualitatif dan menggunakan beberapa pendekatan sebagai acuan dalam penulisan karya ilmiah ini. Secara jelasnya peneliti paparkan sebagai berikut: a. Penelitian Kualitatif Seperti halnya yang telah dijelaskan oleh Prof. DR. Lex J.

  Moleong, M.A. dari kutipan Bogdan dan Taylor (2011:4) bahwa, “metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dapat diamati”. Dari pengertian tersebut, sudah barang tentu sesuai dengan judul penelitian yang telah ada ini, peneliti akan berada pada latar yang alamiah sehingga metode yang akan digunakan adalah dengan melakukan wawancara, observasi, catatan lapangan dan pemanfaatan dokumen pelakasanaan bahtsul masail dan majlis syawir di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Jetis.

  b. Pendekatan Pendekatan yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

  1) Pendekatan Ushul Fiqih Ushul fiqh menurut Abdul Wahhab Khallaf adalah “ilmu tentang

  kaedah, aturan dan pembahasan yang dijadikan sarana untuk memperoleh hukum syara‟ mengenai suatu perbuatan dan dalil- dalilnya secara terperinci

  ” (Mustofa & Wahid, 2009:68). Dengan pendekatan secara ushul fiqih tersebut maka peneliti akan menggunakan ushul fiqih untuk menganalisis sumber data yang berkenaan dengan metode pengambilan hukum, sumber hukum dan produk hukum bahtsul masail dan majlis syawir. 2) Pendekatan Hermeneutika

  Menurut Imam Suprayogo (2003:73), hermeneutika merupakan metode bahkan aliran dalam penelitian kualitatif, khususnya dalam memahami makna teks (kitab suci, buku, undang-undang, dan lain- hermeneutika adalah agar tidak terjadi distorsi pesan atau informasi antara teks, penulis teks, dan pembaca teks. Tujuan spesifikasinya adalah mengembangkan pengetahuan yang memberikan pemahaman dan penjelasan yang menyeluruh dan mendalam.

  2. Kehadiran Peneliti dan Tempat Penelitian Peneliti telah melaksanakan observasi dan wawancara langsung pada obyek kajian sehingga sudah barang tentu peneliti barada pada lapangan bersama nara sumber yang ada. Penelitian dilaksanakan di adalah Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin Jetis Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Alasan peneliti memilih pondok pesantren tersebut untuk dijadikan obyek penelitian adalah karena pelaksanaan bahtsul masail di pesantren tersebut telah berjalan secara dinamis dalam jangka waktu yang lama. Peran yang diberikan pesantren tersebut melalui program pendidikannya di bahtsul masail telah memberikan manfaat terhadap berbagai pihak. Selain itu juga, pesantren tersebut mengagendakan majlis syawir yang sangat jarang ada di pesantren lain.

  3. Teknik Pengumpulan Data Teknik penumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam sebuah penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Dalam pelaksanaan penelitian ini, data akan diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: a. Observasi Terlibat Observasi terlibat adalah“teknik pengumpulan data dimana

  penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subyek yang sedang diteliti, baik pengematan itu dilakukan di dalam situasi yang sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi yang khusus diadakan

  ” (Surachmad, 1972:155). Disini peneliti langsung terjun mengikuti dan berinteraksi langsung di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Jetis Desa Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Peneliti juga secara langsung mengikuti kegiatan bahtsul masail dan majlis syawir yang dilaksanakan di pesantren tersebut.

  Peneliti sendiri juga merupakan orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut dalam beberapa tahun. Dengan observasi terlibat ini peneliti dapat mengetahu secara langsung proses pelaksanaan bahtsul masail dan majlis syawir serta metode yang digunakan dalam forum tersebut.

  b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moelong, 2011:186 ). Peneliti telah melakukan wawancara dengan pengasuh pesantren dengan tujuan untuk mengetahui sejarah pesantren tersebut serta peran bahtsul masail dan majlis syawir bagi santri dan masyarakat. untuk mengetahu sejauh mana pelaksanaan dan peran mereka terhadapa kegiatan bahtsul masail dan majlis syawir. Kelompok ketiga yang diwawancarai peneliti adalah pengurus pesantren. Wawancara tersebut dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai profil dan program kerja Lajnah Bahtsul Masail (LBM) di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Jetis, serta pelaksanaan bahtsul masail dan majlis syawir di pesantren tersebut. Wawancara juga dilakukan dengan alumni pesantren untuk mengetahui manfaat metode tersebut bagi para alumni.

  c. Catatan Lapangan Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat di lapangan pada saat melaksanakan penelitian yang berisikan informasi penting apa saja yang didapatkanpeneliti berdasarkan apa yang telah dilihat, didengar, dan dirasakan saat melaksanakan observasi lapangan tersebut. Catatan lapangan yang peneliti tulis adalah seputar pelaksanaan kegiatan bahtsul masail dan majlis syawir.

  d. Penggunaan Dokumen Dokumen dalam artian ini adalah setiap bahan tertulis ataupun film

  (foto) saat pelaksanaan penelitian sabagai bukti autentik dalam membantu penyusunan laporan penelitian setelah purna. Dokumen yang peneliti gunakan adalah dokumentasi hasil kegaiatan kegiatan bahtsul masail dan bahtsul masail yang pernah dilakukan oleh pesantren tersebut. Dokumen tersebut antara lain hasil produk hukum bahtsul masail dan majlis syawir, foto-foto kegiatan, tata tertib kegiatan, hasil musyawarah LBM, dan yang lain sebagainya.

  4. Analisis Data Data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analisa dengan menggunakan teknik analisa data dengan cara: a. Reduksi Data

  Reduksi adalah ”proses identifikasi satuan unit” (Moleong, 2011:288). Peneliti melakukan reduksi data dengan cara mengidentifikasi setiap data-data yang didapatkan, baik data melalui dokumen, wawancara maupun observasi. Identifikasi ini dilakkan peneliti untuk lebih dapat memahami dari setiap data yang didapatkan.

  b. Kategorisasi Kategorisasi adalah

  “upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam

  bagian-bagian yang memiliki kesamaan

  ” (Moleong, 2011:288). Peneliti melakukan kategorisasi dengan cara memilah setiap data-data yang didapatkan, baik data melalui dokumen, wawancara maupun observasi. Kategorisasi tersebut dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menyatukan data-data tersebut nantinya.

  c. Sintesisasi Sintetsisasi adalah“mencari kaitan antara satu kategori dengan

  kategori yang lainnya agar bertemu titik permasalahannya

  ” (Moleong, 2011:289). Data yang telah dikategorikanoleh peneliti kemudian dicari ke dalam satu pembahasan yang sama sehingga dapat memberikan sebuah penjelasan yang utuh

  5. Pengecekan Keabsahan Data Dalam rangka mendapatkan informasi yang faktual dan terperinci, maka penelitu menggunakan beberapa teknik pengecekan data yang diuraikan sebagai berikut:

  a. Triangulasi Triangulasi adalah“sebuah teknik pemeriksaan keabsahan data

  yang memanfaatkan sesuatu yang lain

  ” (Moleong, 2011:330). Artinya, melalui teknik ini data pokok yang ada akan dibandingkan dengan data pendukung lainnya, baik berdasarkan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam hal ini peneliti membandingkan antara data-data yang didapatkan peneliti melalui wawancara dengan dokumentasi serta hasil observasi lapangan. Selain itu peneliti juga membandingkan antara metode yang dilaksanakan dengan apa yang menjadi dasarnya dalam kitab kuning atau buku panduan pelaksanaan program tersebut.

  b. Uraian Rinci Dalam teknik ini penelititelah melaporkan hasil penelitiannya sehingga urainnya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin.

  c. Auditing Auditing adalah

  “proses pemeriksaan kebergantungan dan

  kepastian data dalam penelitian

  “ (Moleong, 2011:338). Segala bentuk informasi yang didapatkan peneliti baik berbentuk catatan ataupun data lainnya dimanfaatkan dalam proses auditing.

  6. Tahap-tahap Penelitian Pada tahapan ini peneliti membaginya dalam tiga tahap yaitu:

  a. Tahap Pra-lapangan Dalam tahap pertama ini ada lima hal yang telah dilengkapi oleh peneliti, yaitu:

  1. Menyusun rancangan penelitian.

  2. Mengurus perizinan.

  3. Menjajaki dan menilai lapangan.

  4. Memilih dan memanfaatkan informan.

  5. Menyiapkan perlengkapan penelitian.

  b. Tahap Pekerjaan Lapangan Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:

  1. Memahami latar penelitian.

  2. Adaptasi peneliti dilapangan.

  3. Berperan serta sambil mengumpulkan data.

  c. Tahap Pasca Lapangan Pada bagian ini akan dibahas prinsip pokok, tetapi tidak akan dirinci bagaimana cara analisis data itu dilakukan. Dalam penelitian kali ini peneliti secara langsung melakukan analisisnya dalam setiap bab tanpa dilakukan karena peneliti ingin menyajikan dua pokok pembahasan dalam babnya sendiri-sendiri.

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penelitian yang peneliti susun mencakup subtansi sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TEBASAN DI DESA SUROJOYO KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 89

SISTEM PENGELOLAAN DANA TANGGUNG RENTENG KELOMPOK SEJAHTERA BUMI JAYA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KARANGSALAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Eko

0 0 102

POLA PEMBINAAN PRA PERNIKAHAN DALAM PENURUNAN ANGKA PERCERAIAN DI KUA KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG) 2014-2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

0 0 102

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 88

PEMAHAMAN NADZIR TENTANG PERWAKAFAN DAN EFEKTIFITASNYA TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF DI YAYASAN AL-MUFLIHUN JETIS KELURAHAN SIDOREJO LOR KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hu

0 0 103

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL SAWAH TAHUNAN (STUDI KASUS DI DESA PURWOREJO KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 90