MAKALAH URBANISASI DW PRESENTASI

(1)

MAKALAH

“URBANISASI DI INDONESIA”

MATA KULIAH

:

PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN

DAN LINGKUNGAN HIDUP

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Ir.MAMIK SUENDARI, M.P

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA

KEPENDIDIKAN MIPA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

DISUSUN OLEH:

RR PADMA DEWI S (20137279072)

M ARDIANSYAH (20137279091)


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhânahû wa Ta`âlâ yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada penulis, hingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Kami menyadari, bahwa makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen pengampu yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangatlah kami harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini menjadi tambahan khazanah pengetahuan bagi siapa pun yang membacanya.

Jakarta, 19 Oktober 2014


(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan Penulisan...5

BAB II PEMBAHASAN ……. 6

2.1 Hakikat Urbanisasi di Indonesia...6

1) Pengertian Pengertian Urbanisasi...6

2) Latar Belakang timbulnya Urbanisasi……… 6

3) Urbanisasi Industri...6

4) Dampak yang ditimbulkan Urbanisasi...9

5). Pemecahan masalah urbanisasi……… 10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……… ……..23

3.1 Kesimpulan...23

3.2 Saran...23


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua kota di dunia dan disetiap peradaban tak pernah luput dari fenomena urbanisasi, seiring berkembangnya kota sebagai pusat aktivitas maka daya tariknya semakin meluas terhadap perpindahan orang, barang dan jasa yang masuk dan keluar wilayah kota atau sekadar berputar dan berkembang di sekitar wilayah kota.

Wilayah kota ini jika tidak sedini mungkin diantisipasi oleh pemerintah kota maka dapat dipastikan di masa mendatang wilayah dan lingkungan kota tersebut akan menghadapi permasalahan-permasalahan sosial-ekonomi yang pelik. Terjadinya urbanisasi disebabkan tersedianya segala macam fasilitas hidup yang tidak bisa didapatkan di wilayah perdesaan, akan tetapi proses pada akhirnya menimbulkan banyak permasalahan, misalnya untuk wilayah kota dengan timbulnya proses urbanisasi tersebut maka pemerintah yang ada perlu untuk memikirkan dan merencanakan penyediaan pusat-pusat permukiman dan perumahan baru serta infrastruktur pendukungnya utamanya bagi para pencari kerja di kota yang berprofesi sebagai tenaga kerja kelas bawah. Akibat terbatasnya daya tampung lapangan kerja yang disediakan di kota maka banyak dari pencari kerja yang akhirnya tidak memiliki pekerjaan tetap, dapat disimpulkan bahwa urbanisasi yaitu Kesalahan pola pikir warga desa yang beranggapan bahwa kota besar dan ibukota adalah kota impian yang menjanjikan kehidupan layak bagi mereka. Padahal, untuk menjalankan impian mereka dibutuhkan pengalaman tinggi, kemampuan, ilmu, pengalaman kerja, dan gaya hidup yang sesuai untuk hidup di kota.


(5)

1Di Indonesia, Jakarta merupakan salah satu kota terbesar di pulau jawa, karena Jakarta merupakan daerah industri besar seperti : AHM, YAMAHA, DAIHATSU, dll. Mereka berpikir peluang untuk membuka usaha itu sangat besar. Berdasarkan data dari Dukcapil DKI Jakarta, jumlah pendatang baru pasca Lebaran ke DKI Jakarta dalam kerangka urbanisasi pada dasarnya menunjukkan trend menurun. Pada 2003 (204.830), 2004(190.356), 2005 (180.767), 2006 (124.427), 2007 (109.617), 2008 (88.473), 2009 (69.554), 2010 (59.215).Prediksi pada 2011 akan berkurang sekitar 15 persen, sehingga pendatang baru diprediksi sekitar 50.000orang (Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi )

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Hakikat Urbanisasi ?

2. Apakah Latar belakang urbanisasi di Indonesia? 3. Apakah Urbanisassi Industri?

4. Bagaimana akibat dari urbanisasi di Indonesia? 5. Bagaimana Pemecahan masalah urbanisasi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memperkenalkan hakikat Urbanisasi di Indonesia 2. Menggali Penyebab Urbanisasi di Indonesia, 3. Menggali akibat urbanisasi di Indonesia


(6)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Urbanisasi

1) Pengertian Urbanisasi

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. Perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni migrasi penduduk dan mobilitas penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota, sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap.

Pengertian Urbanisasi Menurut Para Ahli

1. Menurut J.H. De Goede Urbanisasi diartikan sebagai proses pertambahan penduduk pada suatu wilayahperkotaan (urban) ataupun proses transformasi suatuwilayah berkarakter perdesaan (rural) menjadi urban.

2. Menurut Kantsebovskaya (1976) Urbanisasi merupakangejala, atau proses yang sifatnya multi-sektoral, baikditinjau dari sebab maupun akibat yang ditimbulkan.

3. Urbanisasi dapat diartikan sebagai pertambahanpenduduk perkotaan (Shryyock dan Siegel, 1976)


(7)

1. Perspektif ilmu pengetahuan social melihaturbanisasi sebagai tambahan proses-prosesyang bersifat kekotaan.

2. Perspektif ilmu kependudukan, definisiurbanisasi berarti persentase penduduk yangtinggal di daerah perkotaan.

Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.

Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.

2) Latar Belakang timbulnya Urbanisasi

Latar belakang terjadinya urbanisasi pada negara indusrti maju dengan negara yang berkembang mempunyai beberapa perbedaan yang terdiri dari:

 Negara Industri Maju

1. pada negara industri maju, urbanisasi dimulai sejak industrialisasi, jadi industri merupakan titik tolak terjadinya urbanisasi

2. penduduk kota meningkat lebih lambat dibandungkan di negara berkembang

3. pertumbuhan kota relatif lebih imbang (perbedaan tidak besar) “proses urbanisasi merupakan proses ekonomi”


(8)

1. urbanisasi pada negara berkembang dimulai sejak PD II, urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industri (kebalikan dari negara industri maju)

2. penduduk kota meningkat cepat

3. urbanisasi tidak terbagi rata, semakin besar kotanya, semakin cepat proses urbanisasinya, adanya konsep “Primate City”

“proses urbanisasi bersifat demografi”

Dari uraian di atas, jelas bahwa sejak PD II, proses urbanisasi di negara berkembang terjadi terlebih dulu dan kemudian menjadi titik tolak terjadinya industrialisasi. Pada kenyataannnya, saat ini seperti yang terjadi di Cibinong, urbanisasi terjadi setelah adanya industri (dibangunnya daerah-daerah industri baru). Selain itu pada daerah pinggiran Jakarta dibangun beberapa daerah industri yang berfungsi untuk mendukung kegiatan kota Jakarta, selain itu juga terjadi peningkatan ekonomi wilayah pinggiran tersebut sehingga wilayah tersebut berangsur-angsur menjadi kota. Oleh karena itu konsep bahwa urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industri menjadi kurang tepat karena sesungguhnya keduanya saling mempengaruhi.

3). Urbanisasi Industri

Selain itu telah disebutkan bahwa urbanisasi adalah proses kenaikan proporsi jumlah penduduk kota, dalam buku Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek, oleh BN Marbun, disebutkan bahwa kenaikan jumlah penduduk ini diantaranya disebabkan oleh:

1. gejala alami, yaitu kelahiran

2. masuknya orang-orang yang pindah dari daerah pedesaan ke perkotaan, ataupun dari daerah perkotaan ke daerah perkotaan yang lebih besar atau yang disebut migrasi (rural-urban, urban-urban)

Kedua hal ini biasanya disebut sebagai komponen urbanisasi. Dari kedua komponen tersebut biasanya, pengaruh perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan ataupun perpindahan daeri perkotaan ke kota yang lebih besar akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh jumlah kelahiran.


(9)

Banyak orang berpendapat bahwa alasan utama kepindahan seseorang atau sekelompok orang dari daerahnya ke tempat lain adalah karena terdorong oleh faktor-faktor penarik daerah kota atau daerah tersebut serta anggapan dari masyarakat desa bahwa kota dapat memberikan lapangan/ kesempatan kerja dengan memberikan upah yang besar. Namun dalam kenyataannya sebagian besar penyebab terjadinya migrasi ini adalah karena tidak adanya pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki, sehingga timbul kecenderungan untuk keluar dari desa atau daerah mereka untuk pindah ke kota.

Selain itu banyak juga para ahli ekonomi yang berpendapat bahwa urbanisasi merupakan suatu syarat utama bagi perkembangan ekonomi. Hal ini karena biasanya yang melakukan migrasi adalah orang-orang muda yang mempunyai kemauan yang keras demi kemajuan hidupnya, pada akhirnya timbul suatu proses industrialisasi yang akan memberikan kesempatan kerja yang banyak bagi para pendatang baru. Hal ini berbeda situasinya dengan Indonesia, karena arus urbanisasi di Indoensia tidak seimbang dengan adalanya perluasan kesempatan kerja di kota-kota baik di sektor industri maupun di sektor jasa atau kesempatan membuka usaha sendiri.

Secara terperinci faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena adanya faktor utama yang klasik yaitu kemiskinan di daerah pedesaan. Faktor utama ini melahirkan dua faktor penyebab adanya urbanisasi yaitu:

(diambil dari buku Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek oleh BN Marbun)

Faktor-faktor urbanisasi • Faktor ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor utama yang meyumbang kepada berlakunya proses migrasi ini. Kedudukan ekonomi yang mantap dan kukuh menyebabkan wujudnya banyak sektor-sektor pertanian, pembinaan dan perkilangan, sekaligus membuka peluang kepada rakyat sesebuah negara termasuk juga golongan pendatang yang datang khususnya untuk mencari rezeki di negara orang.


(10)

• Faktor Sosio-Budaya

Sebenarnya faktor sosio-budaya juga memainkan peranan utama menyebabkan pendatang Indonesia semakin bertambah dari hari ke hari ke negara kita. Bahkan boleh dikatakan faktor sosiobudaya ini memainkan peranan yang sama

pentingnya dengan faktor ekonomi, mennjadi daya tarikan kepada pendatang Indonesia ini.

• Faktor Kestabilan Politik

Kestabilan politik sesebuah negara memainkan peranan yang penting dan

berkait rapat dengan ekonomi negara dan proses migrasi antarabangsa. Sebuah negara yang aman dan makmur secara tidak langsung dapat mengelakkan berlakunya migrasi penduduk negara tersebut ke negara lain, sebaliknya menyebabkan penduduk negara lain berhijrah ke negara tersebut.

faktor penarik (pull factors)

orang desa tertarik ke kota adalah suatu yang lumrah yang sebab-sebabnya bagi individu atau kelompok mungkin berbeda satu sama lain dilihat dari kepentingan individu tadi. Beberapa alasan yang menarik mereka pindah ke kota diantaranya adalah:

1. melanjutkan sekolah, karena di desa tidak ada fasilitasnya atau mutu kurang

2. pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau mudahnya membuka usaha kecil-kecilan

3. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah 4. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap 5. Banyaknya lapangan pekerjaan di kota

6. tingkat upah di kota yang lebih tinggi 7. keamanan di kota lebih terjamin 8. hiburan lebih banyak


(11)

9. kebebasan pribadi lebih luas 10. adat atau agama lebih longgar

Faktor pendorong (Push factors)

Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat hidup di desa umumnya mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal ini menjadi faktor pendorong tumbulnya urbanisasi. Faktor pendorong yang dimaksud diantaranya adalah:

1. keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis 2. keadaan kemiskinan desa yang seakan-akan abadi

3. lapangan kerja yang hampir tidak ada 4. pendapatan yang rendah

5. keamanan yang kurang 6. adat istiadat yang ketat 7. kurang fasilitas pendidikan

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya urbanisasi yang paling kuat adalah faktor ekonomi (menjadi motif utama para migran), selain itu disusul dengan faktor tingkat pendidikan. Penyebab lain dari terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya “overruralisasi” yaitu tingkat dan cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang. Berbeda dengan jaman sebelum terjadinya industrialisasi, pada jaman tersebut proses timbulnya kota-kota di negara-negara wilayah Asia dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1. ekologi: adanya lingkungan alamiah yang menguntungkan dapat memperngaruhi tumbuhnya suatu kota

2. teknologi: adanya perkembangan teknologi sesuai kemajuan jaman 3. organisasi sosial: ditandai dengan adanya pembagian kerja

Sedangkan faktor penggerak terjadinya urbanisasi sebelum industrialisasi adalah:


(12)

3. politik

4. DAMPAK YANG DITIMBULKAN URBANISASI

Pertambahan penduduk kota yang berlebihan dan tak terduga akan menjadi beban kota. Dan perpindahan ini akan menjadi masalah ketika perpindahan tersebut menimbulkan masalah sosial baik bagi penduduk kota yang didatangi maupun bagi si pendatang atau secara luas bagi negara. Tetapi kota yang statis dan jumlah pertambahan penduduk kota yang tidak mampu mengisi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang deras arusnya, juga akan kurang menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan kota itu sendiri.

Kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di kota mengakibatkan timbulnya pengaruh baik yang positif maupun yang negatif bagi kota maupun bagi desa. Dalam buku BN Marbun, disebutkan dampak tersebut adalah sebagai berikut:

dampak positif

Pandangan yang positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai usaha pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar administrasi kota. Selain itu kota dianggap sebagai “agen modernisasi dan perubahan”. Mereka melihat kota sebagai suatu tempat pemusatan modal, keahlian, daya kreasi dan segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan bagi pembangunan.

Tanggapan lain adalah bahwa kita tidak mungkin membayangkan bagaimana pertumbuhan dan keadaan Jakarta sekarang ini dan juga pusat-pusat industri di dunia lainnya bias tercapai bila seandainya tidak ada urbanisasi

Di samping itu, ada suatu kelompok yang tergolong dalam Group Optimistik (disadur dari bahan kuliah Teori Perencanaan permukiman 2) yang berpendapat bahwa proses urbanisasi hanyalah suatu fenomena temporer yang tidak menghambat pembangunan. Dan menekankan bahwa kota merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan politik. Urbansiasi merupakan variable independen yang memajukan pembangunan ekonomi.


(13)

Dampak negatif

Tanggapan negatif terhadap urbanisasi adalah karena adanya akibat buruk yang timbul karena adanya urbansiasi. Beberapa akibat dari urbansiasi yang tidak terkendali adalah:

a. masalah rumah dan tempat tinggal

pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah

pemerintah.

b. masalah pedagang kaki lima c. masalah gelandangan

d. masalah pengangguran yang meningkat e. masalah transportasi

f. masalah ekologi

Dampak Urbanisasi dalam Aspek Sosial Ekonomi

Sekalipun para urbanisan umumnya bekerja di sektor informal, tetapi dari segi penghasilan, dapat dikatakan cukup lumayan.Paling tidak, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan peng-hasilan yang bisa diperoleh di desa asalnya. Menurut I nforman, seorang penjual jamu dalam sehari memperoleh penghasilan Rp 20.000,- atau lebih, demikian juga pedagang yang lain pendapatan yang diperoleh tidak kurang dari Rp 10.000,- per hari. Upah sebagai buruh tani di desa paling tinggi Rp 5000,-. Peng-hasilan yang diperoleh para migran asal Desa Jetis nampaknya sesuai dengan temuan Papanek (1986:230) yang menunjukkan bahwa para migran ke kota umumnya bernasib lebih baik daripada ketika masih di pedesaan. Pendapatan mereka rata-rata meningkat dua pertiga kali lipat.

Tingginya kesenjangan pendapatan antara yang diperoleh di desa dengan di kota inilah barangkali yang menjadi penyebab utama banyaknya penduduk Desa Jetis melakukan urbanisasi. Temuan di atas nampaknya sejalan dengan pemikiran (Todaro, 1970:126) yang menyatakan bahwa


(14)

penghasil-an yang akan diperoleh di kota dibanding dengan yang diterima di desa, dan kemung-kinan memperoleh pekerjaan di kota.

Dijelaskan oleh beberapa informan bahwa tidak semua yang berurbanisasi dapat atau berhasil meningkatkan kehidupannya, ada di antaranya yang gagal sehingga memilih kembali tinggal di desa, namun tidak sedikit yang masih tetap bertahan tinggal di kota, meski dengan kondisinya sangat memprihatinkan, sehingga hampir tidak mampu untuk menyisihkan sebagian peng-hasilannya untuk ditabung. Secara lebih detail dapat dikemukakan tentang dampak urbanisasi dalam aspek sosial ekonomi.

Pertama, keberhasilan para migran yang melakukan urbanisasi dalam meningkatkan pendapatannya sebagian digunakan untuk membangun rumah di desa.Kenyataan itu dapat dilihat di desa Jetis, seperti misalnya banyak pembangunan rumah-rumah baru yang lebih permanen dan memenuhi syarat kesehatan. Rumah-rumah baru yang mereka bangun tersebut telah dilengkapi dengan perabotan rumah tangga modern, misalnya TV, Radio tape, kulkas, sepeda motor, dsb. Kemampuan untuk membangun rumah baru dan membeli perlengkapan rumah tangga ini tentu saja sesuai dengan kemampuan masing-masing migran.Berdasarkan pengamatan ada rumah yang dibangun bertingkat, pada hal menurut informasi pemilik rumah tidak lulus SD, dan bekerja sebagai pedagang di Jakarta. Kondisi tempat tinggal yang mereka miliki di desa ini seringkali bertolak belakang dengan kondisi tempat tinggal mereka selama hidup di kota, sebagaimana telah disinggung terdahulu.

Rumah-rumah baru umumnya dibangun dengan arsitektur model, akibatnya berdampak pada pembongkaran rumah tradisional yang kemudian dirubah menjadi model baru. Hal ini amat disayangkan karena rumah-rumah dengan arsitektur tradisional yang sebagian besar bahannya terbuat dari kayu semakin berkurang jumlahnya, dan dikhawatirkan nantinya akan semakin langka.


(15)

Kelebihan penghasilan yang diwujudkan dalam bentuk bangunan rumah ini juga menunjukkan keterbatasan imajinasi budaya mereka.Barangkali dilihat dari kacamata pemikiran rasional ekonomis, kelebihan penghasilan itu dapat digunakan oleh mereka untuk memperkuat modal usaha, tetapi hal ini nampaknya tidak banyak dilakukan oleh penduduk desa Jetis. Kelebihan penghasilan justru mereka guna-kan untuk membangun rumah baru di desa sementara mereka sendiri bekerja di kota, sehingga rumah-rumah yang telah terbangun megah tersebut ada yang tidak berpenghuni, atau hanya dihuni di saat mereka pulang kampung saja; tetapi ada juga yang ditem-pati oleh anak-anaknya saja sementara orang tuanya berada di kota; dan ada juga meminta kerabatnya, biasanya yang sudah tua, atau orangtuanya untuk menunggui rumah. Beberapa rumah bahkan ditempati orang dari luar daerah yang bekerja di sekitar desa, sementara mereka belum memiliki rumah sendiri.Dalam kasus demikian, biasanya mereka tidak diminta untuk membayar sewa rumah, melainkan hanya diminta merawat selama menempati rumah tersebut.

Kedua, ada yang memiliki kemampuan untuk menginvestasikan kelebihan penghasilannya dalam bentuk sawah dan pekarangan di desa. Hal ini dipandang sebagai dampak positif, artinya mereka telah mempunyai orientasi ke masa depan. Keinginaan menginvestasikan uang dalam bentuk tanah dan pekarangan di desa asal ini berkait dengan keinginan sebagian besar migran yang nantinya setelah tua mereka kembali ke desa.

Ketiga, keberhasilan migran di kota memberikan dampak pada kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan. Dengan kelebihan penghasilan selama mereka bekerja di kota, akan berimbas pada keluarganya yang ditinggal di desa, sehingga dari segi pemenuhan kebutuhan hidup menjadi lebih baik. Sebagai orang desa yang hidup dalam keadaan subsistensi, ukuran kesejahteraan bagi mereka adalah terpenuhinya kebutuhan hidup mereka secara ekonomi, apalagi bila ada kelebihan penghasilan yang dapat diinvestasikan dalam bentuk lain. Bagi mereka, nampaknya tidak terlalu mempersoalkan apakah mereka berkumpul terus dengan keluarganya atau tidak, yang dipentingkan adalah terpenuhinya kebutuhan ekonomi.Hal ini


(16)

dewasa ini mereka merasa lebih sejahtera dan lebih tenteran hidupnya, sekalipun harus berpisah sementara dengan keluarganya.

Keempat, keberhasilan meningkatkan penghasilan ini juga berdampak pada perbaikan fasilitas umum yang pembiaya-annya dilakukan secara swadaya.Dana untuk membangun fasilitas umum tersebut sebagian besar diperoleh dari penduduk yang melakukan urbanisasi.Berbagai fasilitas umum yang mengalami perbaikan di antaranya jalan-jalan desa yang sebagaian besar sudah diaspal, jembatan, dan tempat peribadatan. Dengan perbaikan prasarana jalan ini akan sedikit banyak mempengaruhi perekonomian desa.

Kelima, dalam bidang pertanian, keberhasilan dalam urbanisasi ini membawa dampak yang kurang mengun-tungkan.Kegiatan pertanian yang kurang diperhatikan sejak keber-hasilan penduduk Desa Jetis dalam bidang industri tenun pada beberapa dekade sebelumnya terus berlanjut hingga sekarang, apalagi sebagian penduduk berurbanisasi.Pada saat industri tenun masih jaya, banyak di antara pemilik sawah yang juga sebagai pengusaha tenun tidak mengerjakan sendiri sawah miliknya, karena penghasilan yang diperoleh waktu itu lebih kecil dibanding penghasilan dalam bidang industri tenun.Demikian juga penghasilan sebagai buruh tani lebih kecil dibanding sebagai buruh industri.Akibatnya pekerjaan di bidang pertanian lebih banyak dilakukan dengan mendatangkan buruh dari luar daerah.Saat ini, keberhasilan urbanisasi menyebabkan mere-ka semakin enggan pergi ke sawah, apalagi untuk generasi mudanya yang umumnya hampir tidak pernah bekerja di bidang pertanian.Karena itu, dewasa ini kesulitan yang dihadapi pemilik sawah adalah men-cari buruh tani, karena desa-desa lain di sekitarnya banyak warganya yang sekarang juga melakukan urbanisasi.Akibatnya, para pemilik sawah seringkali harus menda-tangkan buruh tani dari wilayah Kabupaten Purwodadi untuk menggarap sawahnya.Bahkan kadang-kadang ada sawah milik warga Desa Jetis yang terpaksa terbengkelai tidak tergarap karena kesulitan mencari buruh tani untuk menggarapnya.


(17)

Perbincangan mengenai akibat urbanisasi bagi masyarakat desa, selama ini lebih banyak mengungkapkan pada aspek sosial ekonomi, sementara sorotan terhadap aspek sosial budaya dirasakan masih kurang. Pada hal sebagaimana dinyatakan beberapa ahli seperti Zelinsky (1971:222) dan Lewis (1982:168) bahwa mobilitas penduduk me-megang peranan penting dalam perubahan sosial-budaya dengan cara membawa ma-syarakat dari kehidupan tradisional ke sua-sana dan cara hidup modern yang dibawa dari luar. Perubahan tersebut termasuk per-geseran nilai dan norma serta jaringan dan pola hubungan kekerabatan di pedesaan.

Sebenarnya tidaklah mudah menge-mukakan perubahan yang terjadi pada aspek sosial budaya ini, karena tidak begitu nampak secara nyata seperti halnya pada perubahan sosial ekonomi.Sehingga untuk mengetahuinya diperlukan pengamatan yang agak intensif dan wawancara mendalam dengan beberapa tokoh masyarakat yang benar-benar menguasai pemasalahan. Bebe-rapa perubahan dalam aspek sosial budaya antara lain tersebut di bawah ini.

Pertama, perubahan yang paling nampak dalam aspek sosial budaya adalah dalam bidang pendidikan.Beberapa infor-man mengemukakan bahwa sejak sekitar dua puluh tahun terakhir ini, yaitu sejak berangsurnya penduduk Desa Jetis melaku-kan urbanisasi, maka kesadaran penduduk untuk menyekolahkan semakin meningkat. Bila pada tahun 1970-an kebanyakan orang tua hanya menyekolahkan hingga tamat SD, dan sangat sedikit yang menyekolahkan hingga sekolah lanjutan, kini sebagian besar telah menyekolahkan anak-anak mereka hingga ke jenjang sekolah lanjutan atas, bahkan hingga perguruan tinggi. Di desa Jetis, tidaklah aneh bila orang tuanya bekerja di kota sebagai pedagang bakso, sementara anaknya kuliah di perguruan tinggi. Tanpa mengabaikan pengaruh varia-bel lain, misalnya fasilitas pendidikan yang semakin banyak hingga ke pelosok desa, urbanisasi berdampak pada peningkatan kesadaran menyekolahkan anak, wawasan dan pemikiran semakin terbuka setelah ba-nyak berhubungan dengan masyarakat luar, dan melihat perkembangan pembangunan yang terjadi di tempat lain.


(18)

Apalagi ke-sadaran ini semakin ditunjang peningkatan pendapatan sehingga mereka mampu membiayai pendidikan anaknya.

Kedua, urbanisasi juga berdampak pada perubahan peranan dan tanggung jawab wanita. Kenyataan ini terutama nampak pada wanita yang ditinggal suaminya bekerja di kota, mereka harus bertindak sebagai kepala rumah tangga selama suaminya tidak ada di rumah. Wanita tidak hanya bertanggung jawab atas kegiatan di dalam rumah tangga, tetapi juga harus melakukan kegiatan kemasyarakatan atas nama suami. Secara tidak langsung mengubah kebiasaan menempat-kan kaum wanita hanya sebagai ibu rumah tangga serta berurusan dengan kegiatan wanita saja.Sebagaimana program pemerintah yang menuntut kaum wanita untuk turut serta dalam kegiatan di luar rumah tangga.

Ketiga, dampak urbanisasi juga ter-lihat pada kelembagaan keluarga, khususnya dalam sistem perkawinan, di mana sekarang ini orang tua tidak lagi dominan dalam menentukan pilihan jodoh bagi anaknya. Dalam kasus di Desa Jetis ini, banyak di antara pemuda-pemudinya yang memperoleh pasangan hidup dari luar daerah atas dasar pilihannya sendiri, dan kebanyakan jodohnya tersebut diperoleh di kota tempat mereka bekerja. Dampak lain adalah semakin meningkatnya usia perka-winan. Kalau pada tahun 1970-an anak gadis yang belum berumur 18 tahun sudah di-nikahkan, kini umur kawin telah meningkat dan cenderung “diprogram” oleh mereka sendiri.

Keempat, urbanisasi memberikan pengaruh pada meluasnya kerangka pemi-kiran penduduk desa serta mengubah perilaku masyarakat dari orientasi sosial ke orientasi komersial. Dalam hal ini telah terjadi perubahan apresiasi nilai uang pada seluruh warga desa, atau dengan kata lain meminjam istilah beberapa ahli, di desa tersebut telah terjadi monetisasi dan komersialisasi aktivitas yang semula bersifat sosial. Kegiatan gotong-royong yang selama ini dipandang merupakan aktivitas luhur yang kita banggakan kini semakin luntur. Contoh nyata dalam hal ini adalah bahwa dewasa ini kegiatan memperbaiki rumah, membangun pagar, membuat sumur, dan


(19)

kegiatan-kegiatan lain di sekitar rumah tangga sekarang tidak lagi dilakukan dengan cara sambatan atau tolong-menolong antar tetangga, melainkan dilakukan dengan membayar tenaga tukang.

Kelima, dari segi hubungan kekera-batan, urbanisasi sering diasosiasikan dengan melemahnya atau longgar-nya hubungan kekerabatan. Dengan kata lain, makin meningkat kegiatan mobilitas penduduk akan semakin melonggarkan ke-terikatan mereka dengan kehidupan pen-duduk setempat. Lemahnya hubungan keke-rabatan sebenarnya tergantung dari persepsi yang diberikan.Secara fisik, memang kepergian mereka ke luar desa mengaki-batkan semakin berkurangnya kesempatan mereka untuk mengikuti acara atau peris-tiwa sosial di desa.Tetapi secara batiniah hubungan dan ikatan dengan daerah asal itu ada beragam perilaku.Ada yang memang merasa masih memiliki ikatan kuat dengan kerabatnya di desa.Hal ini ditunjukkan dengan perilaku kepulangan mereka setiap saat ke desa asal.Tetapi ada pula yang sudah mulai “ogah-ogahan” pulang ke desa, dan dengan demikian ikatan kekerabatan juga sudah melonggar.

Keenam, secara sosial, urbanisasi akan berpengaruh pada kesejahteraan ke-luarga migran yang bersangkutan. Hal ini berkait dengan kehidupan keluarga mereka yang terpaksa harus hidup terpisah sampai jangka waktu yang tidak diketahui batasnya. Sekalipun mereka pada waktu-waktu ter-tentu pulang ke desa, namun kese-jahteraan keluarga akan lebih terjamin bila mereka selalu berkumpul dalam satu rumah. Namun demikian, hal ini nampaknya tidak terlalu dirisaukan oleh orang desa, sebagai masyarakat desa yang biasa hidup sub-sistensi, nampaknya pemenuhan kebutuhan ekonomi lebih mendominasi pemikiran mereka dalam soal kesejahteraan hidupnya.

Ketujuh, orang-orang “sukses” di kota ini dapat menumbuhkan kemampuan dan keinginan untuk berkompetisi atau bersaing. Dari sisi positif kompetisi dan persaingan ini akan sehat dan baik apabila mendorong mereka terpacu dan semakin giat bekerja, sehingga keberhasilan ini akan semakin dapat dirasakan penduduk desa. Di sisi lain kompetisi dan persaingan ini


(20)

disebut dengan budaya “pamer” dengan menggunakan ke-kuatan ekonomi. Karena budaya “pamer” ini tidak sesuai dengan budaya Jawa yang berusaha untuk konform dengan lingkungan sekitar.Dalam hal ini, orang mencari penga-kuan dan kehormatan melalui kekayaannya. Data di atas sesuai dengan sinyalemen Saefullah (1994:40) yang menyatakan penggunaan uang untuk membeli tanah, mendirikan rumah, membeli sepeda motor, dan alat-alat rumah tangga modern tam-paknya terdorong oleh apirasi mobilitas sosial.

Kedelapan, pengaruh urbanisasi juga nampak pada kebiasaan berpakaian dan makan.Perubahan dalam hal berpakaian tidak semata-mata karena evolusi alamiah, melainkan juga karena ada kontak dengan dunia luar atau ada pihak yang memper-kenalkan. Media massa dan iklan dapat mempengaruhi kebiasaan masyarakat dalam berpakaian dan makan, tetapi dampaknya tidak akan efektif apabila tidak ada orang yang memberikan contoh nyata dalam kesehariannya. Setelah melihat cara-cara baru berpakaian dan mengenal macam-macam makanan modern sekembalinya ke desa diperlihatkan kepada orang-orang desa.

Kesembilan, perubahan juga nampak pada pergaulan remaja, serta interaksi antara generasi muda dengan orang tua.Dari sisi positif, urbanisasi mendorong penduduk untuk memperluas pergaulan dan penga-laman, dengan akibat lebih lanjut pada keinginan mereka untuk meningkatkan ke-mampuan diri. Sedangkan di pihak lain sebagian remaja yang pergi ke kota mem-bawa kebiasaan baru yang bersifat negatif yang diperolehnya di kota seperti minum-minuman yang mengandung alkohol, ber-judi. Dampak negatif yang lain adalah mulai berkurangnya penghormatan terhadap orang tua. Memang hanya sedikit warga Desa Jetis yang melakukan kegiatan negatif semacam itu, meskipun demikian perilakunya dapat mengganggu kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal interaksi antara generasi muda dengn orang tua seringkali ditemui adanya kesenjangan, baik dalam hal nilai, norma dan berakibat pada perilaku kesehariannya.


(21)

Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan sekitarnya.

rus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah kota. Beebrapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan.

Dampak negatif lainnnya adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada. (diambil dari buku Kota di Dunia Ketiga, PJM Nas)

Pada dampak negatif ini, diuraikan oleh pendapat Group Pesimistik. Kelompok ini berpendapat bahwa kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan underemployment. Kota dipandang sebagai inefisien dan artificial proses “pseudo-urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan ekonomi. (disadur dari Kuliah Teori Perencanaan Permukiman 2).

5. PEMECAHAN MASALAH URBANISASI

Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa, adapun program-program yang dikembangkan diantaranya:

 intensifikasi pertanian

 mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran, yaitu program Keluarga Berencana

 memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan


(22)

 memperluas dan mengembangkan lapangan pekerjaan di kota  penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah  pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa

 perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi tanah


(23)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan

Konsep urbanisasi mencakup diantaranya:

1. Urbanisasi merupakan pertumbuhan dari desa menjadi kota 2. Perpindahan penduduk dari desa ke kota

3. Kenaikan prosentase penduduk kota

Angkatan kerja kota-kota di Dunia terus meningkat, tak hanya disebabkan pertambahan penduduk secara ilmiah, tapi terutama karena urbanisasi dari desa atau kota-kota kecil ke kota-kota besar. Pertambahan penduduk perkotaan karena migrasi di negara-negara dunia di perkirakan mencapai lebih setengah dari tingkat pertambahan penduduk perkotaan. Urbanisai akan menjadi persoalan bila melebihi tingkat industrialisasi di perkotaan, karena kemampuan industry menyediakan kesempatan kerja akan kalah dari tingkat migrasi.

3.2 Saran

1. Kita sebagai generasi bangsa Indonesia diharapkan bisa membuka lapangan kerja sehingga dapat mengurangi urbanisasi di Indonesia 2. Kita kembangkan pendidikan kita yang sesuai dengan kebudayaan

bangsa untuk meraih kesuksesan di masa mendatang DAFTAR PUSTAKA

wikipedia.org/wiki/Urbanisasi

http://www.artikata.com/arti-355989-urbanisasi.html

http://galihwe.blogspot.com . 2010 . “Urbanisasi dan Dampak Negatifnya,” dalam Blogspot.com. Diunduh Sabtu, 18 Oktober 2014

Rustiadi, Ernan dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta : Soetomo, Sugiono. 2009. Urbanisasi dan Morfologi. Yogyakarta : Graha Ilmu diakses pada 18 Oktober 2014


(24)

(1)

kegiatan lain di sekitar rumah tangga sekarang tidak lagi dilakukan dengan cara sambatan atau tolong-menolong antar tetangga, melainkan dilakukan dengan membayar tenaga tukang.

Kelima, dari segi hubungan kekera-batan, urbanisasi sering diasosiasikan dengan melemahnya atau longgar-nya hubungan kekerabatan. Dengan kata lain, makin meningkat kegiatan mobilitas penduduk akan semakin melonggarkan ke-terikatan mereka dengan kehidupan pen-duduk setempat. Lemahnya hubungan keke-rabatan sebenarnya tergantung dari persepsi yang diberikan.Secara fisik, memang kepergian mereka ke luar desa mengaki-batkan semakin berkurangnya kesempatan mereka untuk mengikuti acara atau peris-tiwa sosial di desa.Tetapi secara batiniah hubungan dan ikatan dengan daerah asal itu ada beragam perilaku.Ada yang memang merasa masih memiliki ikatan kuat dengan kerabatnya di desa.Hal ini ditunjukkan dengan perilaku kepulangan mereka setiap saat ke desa asal.Tetapi ada pula yang sudah mulai “ogah-ogahan” pulang ke desa, dan dengan demikian ikatan kekerabatan juga sudah melonggar.

Keenam, secara sosial, urbanisasi akan berpengaruh pada kesejahteraan ke-luarga migran yang bersangkutan. Hal ini berkait dengan kehidupan keluarga mereka yang terpaksa harus hidup terpisah sampai jangka waktu yang tidak diketahui batasnya. Sekalipun mereka pada waktu-waktu ter-tentu pulang ke desa, namun kese-jahteraan keluarga akan lebih terjamin bila mereka selalu berkumpul dalam satu rumah. Namun demikian, hal ini nampaknya tidak terlalu dirisaukan oleh orang desa, sebagai masyarakat desa yang biasa hidup sub-sistensi, nampaknya pemenuhan kebutuhan ekonomi lebih mendominasi pemikiran mereka dalam soal kesejahteraan hidupnya.

Ketujuh, orang-orang “sukses” di kota ini dapat menumbuhkan kemampuan dan keinginan untuk berkompetisi atau bersaing. Dari sisi positif kompetisi dan persaingan ini akan sehat dan baik apabila mendorong mereka terpacu dan semakin giat bekerja, sehingga keberhasilan ini akan semakin


(2)

disebut dengan budaya “pamer” dengan menggunakan ke-kuatan ekonomi. Karena budaya “pamer” ini tidak sesuai dengan budaya Jawa yang berusaha untuk konform dengan lingkungan sekitar.Dalam hal ini, orang mencari penga-kuan dan kehormatan melalui kekayaannya. Data di atas sesuai dengan sinyalemen Saefullah (1994:40) yang menyatakan penggunaan uang untuk membeli tanah, mendirikan rumah, membeli sepeda motor, dan alat-alat rumah tangga modern tam-paknya terdorong oleh apirasi mobilitas sosial.

Kedelapan, pengaruh urbanisasi juga nampak pada kebiasaan berpakaian dan makan.Perubahan dalam hal berpakaian tidak semata-mata karena evolusi alamiah, melainkan juga karena ada kontak dengan dunia luar atau ada pihak yang memper-kenalkan. Media massa dan iklan dapat mempengaruhi kebiasaan masyarakat dalam berpakaian dan makan, tetapi dampaknya tidak akan efektif apabila tidak ada orang yang memberikan contoh nyata dalam kesehariannya. Setelah melihat cara-cara baru berpakaian dan mengenal macam-macam makanan modern sekembalinya ke desa diperlihatkan kepada orang-orang desa.

Kesembilan, perubahan juga nampak pada pergaulan remaja, serta interaksi antara generasi muda dengan orang tua.Dari sisi positif, urbanisasi mendorong penduduk untuk memperluas pergaulan dan penga-laman, dengan akibat lebih lanjut pada keinginan mereka untuk meningkatkan ke-mampuan diri. Sedangkan di pihak lain sebagian remaja yang pergi ke kota mem-bawa kebiasaan baru yang bersifat negatif yang diperolehnya di kota seperti minum-minuman yang mengandung alkohol, ber-judi. Dampak negatif yang lain adalah mulai berkurangnya penghormatan terhadap orang tua. Memang hanya sedikit warga Desa Jetis yang melakukan kegiatan negatif semacam itu, meskipun demikian perilakunya dapat mengganggu kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal interaksi antara generasi muda dengn orang tua seringkali ditemui adanya kesenjangan, baik dalam hal nilai, norma dan berakibat pada perilaku kesehariannya.


(3)

Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan sekitarnya.

rus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah kota. Beebrapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan. Dampak negatif lainnnya adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada. (diambil dari buku Kota di Dunia Ketiga, PJM Nas)

Pada dampak negatif ini, diuraikan oleh pendapat Group Pesimistik. Kelompok ini berpendapat bahwa kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan underemployment. Kota dipandang sebagai inefisien dan artificial proses “pseudo-urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan ekonomi. (disadur dari Kuliah Teori Perencanaan Permukiman 2).

5. PEMECAHAN MASALAH URBANISASI

Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa, adapun program-program yang dikembangkan diantaranya:

 intensifikasi pertanian

 mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran, yaitu program Keluarga Berencana


(4)

 memperluas dan mengembangkan lapangan pekerjaan di kota  penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah  pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa

 perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi tanah


(5)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan

Konsep urbanisasi mencakup diantaranya:

1. Urbanisasi merupakan pertumbuhan dari desa menjadi kota 2. Perpindahan penduduk dari desa ke kota

3. Kenaikan prosentase penduduk kota

Angkatan kerja kota-kota di Dunia terus meningkat, tak hanya disebabkan pertambahan penduduk secara ilmiah, tapi terutama karena urbanisasi dari desa atau kota-kota kecil ke kota-kota besar. Pertambahan penduduk perkotaan karena migrasi di negara-negara dunia di perkirakan mencapai lebih setengah dari tingkat pertambahan penduduk perkotaan. Urbanisai akan menjadi persoalan bila melebihi tingkat industrialisasi di perkotaan, karena kemampuan industry menyediakan kesempatan kerja akan kalah dari tingkat migrasi.

3.2 Saran

1. Kita sebagai generasi bangsa Indonesia diharapkan bisa membuka lapangan kerja sehingga dapat mengurangi urbanisasi di Indonesia 2. Kita kembangkan pendidikan kita yang sesuai dengan kebudayaan

bangsa untuk meraih kesuksesan di masa mendatang DAFTAR PUSTAKA

wikipedia.org/wiki/Urbanisasi

http://www.artikata.com/arti-355989-urbanisasi.html

http://galihwe.blogspot.com . 2010 . “Urbanisasi dan Dampak Negatifnya,” dalam Blogspot.com. Diunduh Sabtu, 18 Oktober 2014

Rustiadi, Ernan dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta : Soetomo, Sugiono. 2009. Urbanisasi dan Morfologi. Yogyakarta : Graha Ilmu


(6)