Jurnal Visi Vol.1 No.1 Maret 2012
Jurusan Manajemen
Fakultas EkonoMi
universitas Malikussaleh
Pengaruh Cash Position Terhadap Dividen Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Azhari
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur Untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
Literature Review
Meutia
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Fikriah & Priyatna
Wirausaha: Sebuah Peluang Kerja
Saifuddin M. Yunus & Kamaruddin M. Said
Factors Affecting Consumer Decision in Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe Hilmi
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama) Terhadap Produktivitas Kerja Aparatur Pemerintah di
Kabupaten Aceh Utara Jamaluddin
Pengaruh Budaya Organisasi Dan Semangat Kerja Pegawai Terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe Mansur
Perbandingan Kinerja Cash Flow Perusahaan Textile dan Garment Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Marzuki
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inlasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
Nurlela dan Dede Suryani
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen Yanita
k
JURNAL
(2)
ADVISORY BOARD Rektor Universitas Malikussaleh
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh EDITORS
Marzuki (Chief) Husaini (Managing Editor)
Ghazali Syamni, Nazir, Yusniar Anwar Puteh, Nurmala, Naufal Bachri
REVIEWERS
A. Hadi Ariin Universitas Malikussaleh
Jullimursyida Universitas Malikussaleh
Nasir Azis Universitas Syiah Kuala
Sabri Abd Madjid Universitas Syiah Kuala
Mutia Universitas Tirtayasa
Kamaluddin Universitas Bengkulu
Adi Zakaria Afif Universitas Indonesia
Zaafri Husodo Universitas Indonesia EDITORIAL SECRETARY
Rasyidin, Chairil Akhyar,
Yuli Yasman, Rahmawati, Cut Fauziah
EDITORIAL OFFICE
Kantor Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe
Telp/Fax: 0645-41373/44450 Email: visi@fe-unimal.org http://www.fe-unimal.org/jurnal/visi/
JURNAL VISIONER DAN STRATEGIS
Diterbitkan sejak Maret 2012, oleh Jurusan Manajemen FE-Unimal
Bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Lhokseumawe
(3)
Pengaruh Cash Position Terhadap Dividen Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Azhari 1
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur Untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
Literature Review
Meutia 9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Fikriah & Priyatna 19
Wirausaha: Sebuah Peluang Kerja
Saifuddin M. Yunus & Kamaruddin M. Said 29
Factors Affecting Consumer Decision in Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe
Hilmi 37
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama) Terhadap Produktivitas Kerja Aparatur Pemerintah di
Kabupaten Aceh Utara
Jamaluddin 51
Pengaruh Budaya Organisasi Dan Semangat Kerja Pegawai Terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe
Mansur 63
Perbandingan Kinerja Cash Flow Perusahaan Textile dan Garment Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Marzuki 77
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inlasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
Nurlela dan Dede Suryani 87
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
(4)
(5)
Pengaruh Cash Position terhadap Dividen
Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang
Listing di Bursa Efek Indonesia
Azhari
Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi Bumi Persada, Lhokseumawe
This research is to analyze the inluence of Cash Position on Divident Pay Out Ratio at Insurance Corperate that listed at Bursa Efek Indonesia. The secondary data used in this research and collected by using Porposive sampling since 2006 to 2009. Data was analyze used single regression. The result of the research conclude that Cash Position has relationship with Devident Payout Ratio where adjusted R2 is 30,8% remain is inleunced by other varibles.
(6)
PENDAHULUAN
Setiap investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan akan mengharapkan pembagian dividen yang tinggi. Sementara perusahaan akan menentukan bagimana pembagian dividen yang
ideal. Besar kecilnya dividend payout ratio
akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan di sisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.
Perkembangan mengenai dividend payout
ratio ini diduga sangat berkaitan dengan
kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka keuangan perusahaan tersebut akan mampu menetapkan
besarnya dividend payout ratio sesuai dengan
harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh.
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham.
Oleh karena deviden merupakan cash outlow,
maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar deviden (Riyanto, 2001:202).
Di samping itu, pernyataan dari pemerintah bahwa kepemilikan saham pihak asing terbatas hanya sebesar 80% ketika pendirian perusahaan asuransi. Namun, kepemilikan asing dapat ditingkatkan tanpa batasan langsung sesuai dengan operasi perusahaan. Oleh karena itu, menurutnya perusahaan asuransi lokal harus lebih kreatif dan pemerintah juga perlu mempersiapkan
strategi khusus untuk mengembangkan
perusahaan-perusahaan lokal agar dapat mempertahankan posisi kasnya untuk menutupi kewajiban-kewajiban perusahaan, meningkatkan laba perusahaan, dan meningkatkan jumlah pembagian deviden yang menjadi faktor utama seorang investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Tujuan dari kajian ini untuk menganalisis
pengaruh Cash Position (CP), terhadap Dividen
Payout Ratio pada perusahaan asuransi di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
KAJIAN PUSTAKA Pengertian Cash Position
Posisi kas mempunyai kedudukan sentral dalam usaha menjaga kelancaran operasi perusahaan. Jumlah kas yang memadai sangat penting bagi kelancaran usaha sehari-hari maupun bagi keperluan menunjang pelaksanaan-pelaksanaan keputusan-keputusan strategi jangka panjang.
Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh
karena deviden merupakan “Cash Outlow”,
maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahan untuk membayar deviden (Riyanto 2001:267). Ada pula suatu perusahaan yang posisi kasnya sangat baik tetapi membayar dividen yang rendah karena laba yang diperoleh perusahaan diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Posisi kas merupakan rasio
kas akhir tahun dengan Earning After Tax. Bagi
perusahan yang memiliki posisi kas semakin kuat akan semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan deviden (Sudarsi 2002:79).
Hal serupa juga diungkapkan oleh (Stanley dan Geoffrey, 1987 dalam Prihantoro, 2003: 10). “Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen . Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak”.
Rumus cash position dapat dinyatakan
(7)
Kas akhir tahun EAT
Dimana :
CP : Cash Position (posisi kas)
EAT : Earning After Tax (laba setelah pajak)
Dari beberapa pengertian diatas dapat
diketahui bahwa cash position mempunyai
hubungan terhadap deviden payout ratio. Dimana
jika semakin kuat cash position yang dimiliki oleh perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk membayarkan deviden juaga akan semakin tinggi.
Deviden Payout Ratio
Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan (Alexander, et.al, 1993 dalam Prihantoro,2003:8).
Keputusan mengenai dividen payout ratio
adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan
kepada pemegang saham. Deviden Payout Ratio
merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam
bentuk kas (Gitman, 2003). Deviden Payout
Ratio (DPR) ini ditentukan perusahaan untuk
membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak.
Deviden per share
Earnings per share
Kebijakan deviden dengan penetapan
deviden payout ratio yang konstan. Perusahaan
yang menjalankan kebijakan ini menetapkan
deviden payout ratio yang konstan misalnya
50%. Ini berarti bahwa jumlah deviden per lembar saham setiap tahunnya yang dibayarkan akan berluktuatif sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh tiap tahunnya.
KERANGKA BERPIKIR
Kebijakan deviden tersebut dapat dilihat dari rasio pembayaran deviden dengan laba yang dihasilkan perusahaan. Adapun faktor yang diduga mempengaruhi rasio pembayaran
deviden salah satunya adalah Cash Pasisition
dimana Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh
karena deviden merupakan “Cash Outlow”, maka
makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar Deviden.
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disusun kerangka berpikir penelitian sebagai berikut :
Cash Position Dividend Pay out Ratio
HIPOTESIS
Untuk dapat mengarahkan hasil penelitian, disampaikan suatu hipotesis penelitian. Hipotesis ini akan diuji kebenarannya dan hasil ujian ini akan dapat dipakai sebagai masukan dalam menentukan kebijakan perbankan pemerintah. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang dikemukakan dan masih lemah kebenarannya. Hipotesis juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sementara. Sesuai dengan masalah di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
Ho : Cash Position (CP) tidak berpengaruh
sig-niikan terhadap Deviden ayout Ratio (DPR)
Ha : Cash Position terdapat pengaruh
signii-kan terhadap Deviden Payout Ratio (DPR)
CP=
(8)
METODE PENELITIAN
Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan Asuransi yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia periode
2006-2009 yaitu sebanyak 11 perusahaan. Dari populasi tersebut, maka metode penarikan
sampel menggunakan Non-Probability Random
Sampling atau pemilihan sampel secara tidak acak
dengan metode Purposive Sampling yaitu sampel
dipilih berdasarkan kriteria tertentu (Sugiyono, 2003:61). Dengan tujuan untuk mendapatkan
sampel yang representative sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan Asuransi yang yang telah go
pub-lic di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan Asuransi yang telah listing sebe-lum periode penelitian.
3. Perusahaan Asuransi yang menerbitkan lapo-ran keuangannya secara berkala selama tahun 2006-2009.
Berdasarkan kriteria di atas maka yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah:
Tabel 1
Nama-Nama Perusahan Asuransi
No Nama-Nama Perusahaan Asuransi 1 Asuransi Bina Dana Arta Tbk
2 Asuransi Bintang Tbk 3 Asuransi Dayin Mitra Tbk
4 Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 5 Asuransi Jasa Tania Tbk
6 Asuransi Multi Artha Guna Tbk 7 Lippo General Insurance Tbk 8 Maskapai Reasuransi Ind. Tbk 9 Panin Insurance Tbk
10 Panin Life Tbk
Sumber : www.idx.co.id
Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder
yang diperoleh melalui directory pasar modal
yang dikeluarkan oleh Indonesia Stock Excange
(Bursa Efek Indonesia) yang dimuat pada webside
www.idx.co.id. Data yang diambil dari laporan
keuangan adalah laba bersih setelah pajak, total
aktiva, modal sendiri, Jumlah arus kas dan setara kas tahunan, arus kas operasional, arus kas investasi, arus kas pendanaan, jumlah pelunasan hutang, dan pembayaran deviden . Pengumpulan
data dilakukan dengan cara Cross Section Pooling
dan Time Series data dari perusahaan asuransi. Cross Section Pooling data dilakukan dengan
cara menjumlahkan perusahaan asuransi yang
mampu memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan selama periode penelitian yaitu pada tahun 2006-2009. Data keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan dari perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode dokumentasi dengan mengambil data laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009 dalam tahunan. Data diperoleh melalui penggunaan fasilitas internet dengan situs resmi Bursa Efek Indonesia,
www.idx.co.id.
Deinisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen). Variabel terikat (Y) adalah
Devidend Payout Ratio (DPR), sedangkan
variabel bebas X terdiri atas Cash Position (CP),
Dept to Equiti Ratio (DER) dan Return on Assets
(ROA).
1. Cash Posisition (X). Cash Posisition
dihi-tung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak (skala pengukuran dengan skala rasio).
2. Deviden Payout Ratio (Y). Deviden Payout Ratio diukur dengan membandingkan dividen
kas perlembar saham terhadap laba yang di-peroleh perlembar saham (skala pengukuran dengan skala rasio)
Uji Normalitas
Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat tidak bias linier terbaik suatu penaksir. Disamping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari
(9)
serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya.
Uji asumsi klasik digunakan uji normalitas yaitu
untuk melihat bahwa suatu data terdistribsi dengan normal atau tidak. Penulis melakukan uji normalitas dengan melihat nilai KS (Kolmogorov Smirnnov), (Ghozali,2011:84).
Metode Analisis Data
Penelitian ini akan mengggunakan analisis regresi linier sederhana untuk analisis pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel bebas yang mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Persamaan yang digunakan :
Y = a + bX + e
Dimana :
Y = Deviden Payout Ratio (DPR)
a = Konstanta
X = Cash Position (CP)
e = error term
Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas mempunyai pengaruh yang signiikan terhadap variabel terikat. Pada penelitian akan dibandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel pada tingkat signiikan (α) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji t ini adalah :
Ho : diterima jika : t hitung ≤ t tabel Ha : diterima jika : t hitung > t tabel
HASIL PENELITIAN
Cash Position merupakan rasio kas akhir
tahun dengan Earning After Tax. Deskriptif data
dari cash position yang meliputi nilai mean,
maximum, dan minimum dapat dilihat pada Tabel
IV-1 berikut ini :
Dari Tabel 2 dapat dilihat gambaran bahwa
angka Cash Position tahun 2006 nilai maximum
sebesar adalah 4,31 dengan perusahaan Asuransi Bina Dana Arta, nilai minimum adalah 0,12 dengan perusahaan Panin Life Tbk. Tahun 2007 nilai maximum sebesar 5,16 dengan perusahaan Asuransi Harta Aman Pratama, nilai minimum sebesar -0,79 pada Perusahaan Asuransi Jasa Tania Tbk. Tahun 2008 nilai maximum sebesar 0,11 pada Perusahaan Asuransi Harta Aman Pratama Tbk, nilai minimum sebesar 0,000 pada perusahaan Panin Insurance Tbk dan Panin Life Tbk. Dan pada tahun 2009 nilai maximum sebesar 0,12 pada perusahaan Maskapai Reasuransi Ind. Tbk, nilai minimum sebesar 0,000 pada perusahaan Lippo General Insurance Tbk, Panin Insurance Tbk dan Panin Life Tbk.
Rata-rata Cash Position perusahaan asuransi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sebesar 1,52, tahun 2007 dengan nilai
Tabel 2
Cash Position Tahun 2006-2009
NO Nama Perusahaan Cash Position
2006 2007 2008 2009 1 Asuransi Bina Dana Arta Tbk 4,31 1,50 0,03 0,04 2 Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 1,32 5,16 0,11 0,06
3 Asuransi Bintang Tbk 2,81 -0,47 0,03 0,02
4 Asuransi Dayin Mitra Tbk 3,57 1,57 0,02 0,07
5 Asuransi Jasa Tania Tbk 0,81 -0,79 0,02 0,03
6 Asuransi Multi Artha Guna Tbk 0,92 0,98 0,03 0,02 7 Lippo General Insurance Tbk 1,02 0,06 0,01 0,00 8 Maskapai Reasuransi Ind. Tbk 0,13 0,04 0,02 0,12
9 Panin Insurance Tbk 0,17 0,17 0,00 0,00
10 Panin Life Tbk 0,12 0,11 0,00 0,00
Mean 1,52 0,83 0,03 0,04
Maximum 4,31 5,16 0,11 0,12
Minimum 0,12 -0,79 0,00 0,00
(10)
sebesar 0,83 (turun 0,69), tahun 2008 dengan nilai sebesar 0,03 (turun 0,80), dan pada tahun
2009 dengan nilai sebesar 0,04 (naik 0,01). Cash
Position perusahaan asuransi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009
bernilai positif dan nilai rata-rata Cash Position
tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 1,52 artinya kemampuan kas perusahaan asuransi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada tahun 2006 sebesar 1,52.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian dengan hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk sampel yang kecil jumlahnya. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Pengujian normalitas data juga dilakukan menggunakan uji Kolmgorov-Smirnov Test. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.
PEMBAHASAN Analisis Regresi Linier Sederhana
Dalam uji ini model regresi yang digunakan adalah model regresi linear sederhana, di
mana cash position (X) sebagai variabel bebas
(independen) dan dividen payout ratio (Y) sebagai
variabel terikat (dependen). Pengaruh variabel bebas dan variabel terikat seperti yang terlihat pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa persamaan regresi linear sederhana pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = 0,178 + 00,192 X + e
Dari persamaan regresi linear sederhana di atas, dapat dijelaskan bahwa a = intersept sebesar
0,178 artinya apabila variabel independen (cash
position dianggap konstan (bernilai 0), maka dividen payout ratio sebesar 0,178. Koeisien (b) nilai cash position (X1) sebesar 0,192, artinya
apabila nilai cash position mengalami kenaikan
sebesar 1 %, maka dividen payout ratio akan
Tabel 3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000
Std. Deviation ,31863849
Most Extreme Differences Absolute ,113
Positive ,113
Negative -,066
Kolmogorov-Smirnov Z ,713
Asymp. Sig. (2-tailed) ,690
Tabel 4
Hasil Regresi Liner Sederhana
Nama Variabel B thitung ttabel sig (t)
Konstanta 0,178 1,385 0,175
Cash Position (x) 0,192 4,504 2,021 0,000
Koeisien Korelasi (R) = 60,1%
Koeisien Determinasi (R2) = 36,1%
Adjusted (R2) = 30,8%
(11)
mengalami kenaikan sebesar 0,192 atau 19,2%. Sementara nilai koeisien determinasi (adjusted R2)
sebesar 0,308 atau 30,8%. Hasil ini menunjukkan
Cash Position, dapat mempengaruhi Dividen Payout Ratio sebesar 30,8%. Sedangkan sisanya
69,2% (100% - 30,8%) dipengaruhi oleh variabel lainnya .
Pengujian Hipotesis (Uji t)
Uji – t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara satu per satu. Berdasarkan tabel di
atas dapat diketahui bahwa cash position (X)
diperoleh nilai thitung > ttabel sebesar 4,504 > 2,021
dengan nilai signiikansi sebesar 0,000. jika nilai
thitung > ttabel dengan tingkat signiikansi > α = 0,05,
maka hipotesis menyatakan menerima Ha dalam artian Cash Position mempunyai pengaruh yang
signiikan terhadap dividen payout ratio (Y) pada
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan bahwa Cash Position
berpengaruh secara signiikan terhadap Dividen
Payout Ratio pada perusahaan asuransi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan nilai
thitung > ttabel sebesar 4,504 > 2,021 nilai signiikansi
sebesar 0,000. Sementara koeisien korelasi (R) sebesar 60,1% yang menunjukkan bahwa derajat
hubungan (korelasi) antara variabel bebas (Cash
Position) dengan variabel terikat yaitu Dividen Payout Ratio sebesar 60,1%. Sedangkan nilai
koeisien determinasi (adjusted R2) sebesar
0,308 atau 30,8%. Hasil ini menunjukkan Cash
Position dapat mempengaruhi dividen payout ratio sebesar 30,8%. Sedangkan sisanya 69,2%
(100% - 30,8%) dipengaruhi oleh variabel lain.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah agar manajemen perusahaan
asuransi, perlu memperhatikan faktor cash
position (posisi kas) dalam menentukan
kebijakan deviden. Sehingga dapat membantu
manajemen untuk menentukan kebijakandeviden
yang optimal. Bagi penelitian selanjutnya, perlu menambahkan variabel-variabel lain yang secara teoritis dapat mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan.
(12)
REFERENSI
Arikunto, S. (2002), Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
Ghozali, Imam. (2011), Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP.
Semarang.
Halim, Abdul. (2005), Analisis investasi, Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Syafri. (2006), “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”. PT Raja Graindo Persada,
Jakarta.
Hartadi, Happy S. (2006). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deviden Payout Ratio Pada
Perusahaan Go Public yang Listed di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2001-2003. Skripsi
Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada.
Riyanto, Bambang. (2001), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Sartono, R. Agus. (2001), Manajemen Keuangan, Edisi 3. BPFE. Yogyakarta.
Sudarsi, Sri. (2002), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Devident Payout Ratio pada
Industri Perbankan yang Listed Di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Sugiyono, (2003). Metode Penelitian Bisnis, Edisi 1, Cetakan Satu. CV Alfabeta. Bandung.
Wild, John, K.R. Subramanyan, and Robert F. Halsey. (2004), Financial Statement Analysis. Alih
Bahasa Yanivi Bachtiar, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Delapan, Buku I. PT Salemba Empat.
Jakarta.
www.commlife.co.id, diakses 22 Januari 2011 www.idx.co.id, diakses 05 Februari 2011
(13)
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan
Orientasi Entrepreneur untuk
Meningkatkan Kinerja Bisnis
Literature Review
Meutia
Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tirtayasa, Banten
The entrepreneur mean that doing a job. The entrepreneurship is the process in beginning a new bussiness, to organize the resorcess that consider risk dan return. The role of entrepreneur very important to grow up the UKM especially the their soft skill. The skill of human capital like training and learning increase the UKM success. Kilkeny (1999) discribe that research model like human capital to get success. He explain the level of training, the experience of business and total revenue have a positive relationship with the business success. (Dakhli & De Clercg, 2004). Forthemore, Bates (1995), identify that the the higher of level education has a positive relationship wiht bussiness succes. Beside the quality of human capital, many research said entreprenuer orientation also impact to business performance as like as Covin and Slevin (1991); Smart and Conant (1994); Wiklund (1999) discribe that the higher entreprenuer orientation would be increase the ability of irm to promote the produk to get the good performance.
(14)
PENDAHULUAN
Menurut Drucker istilah entrepreneur telah digunakan lebih dari 200 tahun. Entrepreneur berasal dari kata perancis “Entreprendre” yang
artinya melaksanakan, mengerjakan sesuatu pekerjaan. Kewirausahaan adalah suatu proses memulai bisnis baru, mengorganisasi sumber daya yang diperlukan dengan mempertimbangkan risiko yang terkait dan balas jasa yang akan diterima. Banyak deinisi kewirausahaan yang telah dibahas oleh peneliti diantaranya adalah kewirausahaan merupakan mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil karyanya untuk meningkatkan penghasilan. Jiwa entrepreneurship merupakan sikap dan watak yang dimiliki seseorang dalam melihat dan menilai kesempatan bisnis dan mengumpulan sumber daya guna mengambil keuntungan. Peranan entrepreneur sangat mempengaruhi perkembangan UKM terutama keterampilan dan keahlian yang dimiliki. Modal sumber daya manusia yang merupakan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki baik melalui pengalaman, pembelajaran maupun pelatihan akan meningkatkan keberhasilan UKM
Teori modal sumberdaya manusia yang ditelaah oleh para peneliti berkembang kearah pengembangan kewirausahaaan (Chandler dan hanks, 1998: Davisson dan Honig, 2003; Rauch, 2005a). Hasil penelitian modal sumber daya manusia dalam sebuah model diprediksi mengarah kepada keberhasilan usaha. Sejumlah peneliti sudah menetapkan dan menggunakan sejumlah variabel yang memberikan indikasi terhadap modal sumber daya manusia seperti pendidikan formal, pelatihan, pengalaman pegawai dan pengalaman awal saat mendirikan bisnis, pengalaman pemilik bisnis, latar belakang orang tua, keterampilan dan ilmu pengetahuan dan lainnya.
Keberhasilan atau kegagalan usaha mikro sering tergantung pada sejumlah faktor seperti kurangnya sumber daya, keterampilan teknis dan bisnis yang tidak memadai, informasi yang tidak memadai tentang pasar dan pesaing, dan kurang pengetahuan tentang kebijakan peraturan pemerintah dan factor lainnya. Salah satu faktor
potensi yang mempengaruhi kinerja usaha mikro adalah modal sosial dari pengusaha mikro yang meliputi kemampuan sosial entrepreneur dalam menjalankan bisnisnya, modal sumber daya entrepreneur yang meliputi pelatihan, ketrampilan dan pengalaman akan menciptakan peluang. Faktor-faktor ini diduga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha.
Selain modal sumber daya manusia, orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam keberhasilan bisnis. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh antara orientasi entrepreneur dengan keberhasilan bisnis UKM. Hal ini dikemukakan oleh banyak peneliti diantaranya Lee dan Tsang (2001) yang meneliti tentang dampak dari orientasi kewirausahaan
terhadap ”venture growth” (Growth of Sales
and Proit) dimana orientasi kewirausahaan terdiri atas unsur (1) need for achievement (2) internal locus of control (3) self reliance dan
(4) extroversion. Steward et al (2003) juga
meneliti aspek kewirausahaan dengan unsur (1)
achievement (2) innovation dan (3) risk terhadap goal orientation dengan membandingkan antara
sikap wirausaha di USA dibandingkan dengan sikap wirausaha di Rusia. Demikian pula Vitale, Giglierano dan Miles (2003) menguji pengaruh orientasi kewirausahaan yang terdiri atas unsur (1) innovating (2) acting proactively dan (3) managing risk terhadap performance atau growth.
Zahra dan Covin ( 1995) mengemukakan bahwa dimensi orientasi kewirausahaan merupakan dimensi yang independen dan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Dalam kajian literature review ini akan melihat hubungan antara modal sumberdaya entrepreneur, orientasi entrepreneur dan keberhasilan UKM
LITERATURE REVIEW
Modal Sumber Daya Entrepreneur dan Kinerja Bisnis
Becker (1964) mendeinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di sekolah, pelatihan kerja, dan jenis pengalaman lainnya. Modal sumber daya entrepreneur adalah
(15)
ketrampilan dan ilmu pengertahuan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur yang didapat dari lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Deinisi menurut Becker (1964) menjelaskan adanya perbedaan modal sumber daya manusia yang ada dengan dua konseptualisasi yang berbeda dalam hal atribut modal sumber daya manusia, investasi terhadap modal sumber daya manusia versus hasil akhir dan investasi terhadap modal sumber daya manusia dan hubungan antara tugas wirausaha dan modal sumber daya manusia versus modal sumber daya manusia yang tidak berhubungan dengan penyelesaian sebuah tugas kewirausahaan. Hasil akhir yang diperoleh dari investasi terhadap modal sumber daya manusia akan berimbas pada ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh individu tersebut. Hubungan antara modal sumber daya manusia dengan penyelesaian tugas kewirausahaan membahas apakah investasi terhadap modal sumber daya manusia dapat menjelaskan hasil akhir yang berhubungan dengan penyelesaian tugas tertentu atau tidak, seperti melaksanakan suatu usaha bisnis.
Konsep mengenai modal sumber daya manusia berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu tertentu dan kemampuannya yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam tindakan dan pertumbuhan perekonomian (Coleman, 1988). Modal berupa sumber daya manusia akan dikembangkan melalui pelatihan formal dan pendidikan yang bertujuan untuk terus melakukan pembaharuan terhadap kemampuan seseorang dengan tujuan agar orang tersebut dapat bertindak dengan baik dalam lingkungan masyarakat.
Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesiik bagi suatu industri akan berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan yang berasal dari pengalaman spesiik dalam sebuah lingkungan industri, dan beberapa peneliti sudah menelaah peranan dari pengalaman industri terhadap pertumbuhan dan kinerja ekonomis dari sebuah perusahaan yang bersifat kewirausahaan (Siegel, 1993) dan juga peranannya terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya (Kenney dan von Burg, 1999). Hasil penelitian menjelaskan
bahwa modal sumber daya manusia yang bersifat spesiik bagi suatu industri memainkan peranan penting dalam menghasilkan aktivitas yang bersifat inovatif dalam suatu industri jika hal ini dikarakterisasikan sebagai bentuk transaksi atau pertukaran ilmu pengetahuan yang berkualitas tinggi antara para pemain utama dalam satu lingkungan industri (Bianchi, 2001).
Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesiik secara individual mengacu pada bentuk ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan atau diterapkan pada beragam cakupan perusahaan dan lingkungan industri yang sangat luas, hal ini juga meliputi sistem manajerial secara umum dan pelatihan keterampilan (Pennings, 1998). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tingkatan modal sumber daya manusia secara keseluruhan akan memberikan dampak atau pengaruh pada keberhasilan perekonomian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro. Sebagai contoh Kilkeny (1999) yang membahas tentang model penelitian berupa modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan, ia menjelaskan bahwa tingkatan pelatihan seseorang, pengalaman bisnis secara keseluruhan dan total pendapatan berhubungan positif dengan keberhasilan bisnis.(Dakhli & De Clercq, 2004). Selanjutnya Bates (1995) mengidentiikasi adanya hubungan positif yang terjadi antara tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan kecenderungan sebuah perusahaan untuk mencapai keberhasilan.
Brewster et al. (2000) mengemukakan
bahwa agar dapat diperoleh suatu keunggulan kompetitif yang kuat dan bertahan dalam jangka
panjang, perusahaan harus memiliki suatu
kelebihan dalam skill dan kapabilitas yang
dimiliki oleh para karyawannya. Wright et al.
(1998) mengemukakan pentingnya kapabilitas sumber daya manusia dalam mencapai keunggulan kompetitif. Kapabilitas sumber daya
manusia berperan sebagai suatu pengetahuan
kolektif dari anggota perusahaan (sulit ditiru),
yang dikembangkan dalam suatu periode
waktu tertentu (langka), dan sangat berharga
karena rutinitas perusahaan dalam memanage
karyawannya akan mengarahkan segala sikap
(16)
dan meraih suatu tujuan sehingga keunggulan kompetitif akan tercapai.
Orientasi Entrepreneur dan Kinerja Bisnis
Venkataraman (1997) mendeinisikan
kewirausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan, diciptakan sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa literatur manajemen memberikan tiga landasan dimensi-dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, yakni kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif (Matsuno, Mentzer dan Ozsomer, 2002).
Sikap percaya diri sangat dibutuhkan oleh entrepreneur dimana keyakinan bahwa bisnisnya akan berhasil merupakan motivasi yang sangat kuat untuk keberhasilan usaha. Keyakinan dan sikap dalam memulai melihat peluang, memulai usaha, menjalankan dan mengambil resiko atas kegagalan usaha adalah harus dipersiapkan sedini mungkin. Seorang entrepreneur merupakan orang yang terlatih untuk selalu menjalankan usahanya dengan tekun, gigih, percaya diri, ulet, tekun, inisiatif, tekad yang kuat, orientasi pada proses dan hasil, selalu kreatif, mempetimbangkan resiko. Kreativitas yang dimiliki akan menjadikan bisnisnya akan bertahan untuk jangka panjang
dibandingkan dengan competitornya.
Dalam penelitian entrepreneurship sudah banyak dibahas dalam istilah yang berbeda seperti manajemen entrepreneur (Stevenson dan Jarillo, 1990) dan sekarang hasil penelitian yang sangat populer yaitu orientasi kewirausahaan yang diteliti oleh (Lumpkin dan Dess, 1996). Di dalam literatur penelitian yang ada, konsep orientasi
wirausaha juga dikenal sebagai Entrepreneurial
Posture (Miller, 1983), Entrepreneurial Behavior
(Miller dan Friesen 1982, Covin dan Slevin 1986),
Strategic Posture (Covin dan Slevin, 1989) dan Entrepreneurial Posture (Covin dan Slevin 1990,
1991). Lumpkin dan Dess (1996) dalam usahanya untuk mengklariikasi kebingungan dalam istilah, memberikan perbedaan yang jelas antara
orientasi wirausaha Entrepreneurial Orientation
dan kewirausahaan (entrepreneurship).
Deinisi orientasi kewirausahaan dimulai dari penelitian Minzberg (1973) kemudian Khandwalla (1977) dan Miller dan Friesen (1982). Perkembangan dimensi orientasi kewirausahaan juga terus bertambah seiring dengan banyaknya penelitian tentang orientasi entrepreneur. Pada awalnya dimensi orientasi entrepreneur sudah dikemukakan oleh Schumpeter (1934) dengan
dimensi invention dan inovator, selanjutnya
Mintzberg (1973) menambahkan dengan mencari peluang. Miller dan Friesen (1982) mengemukakan dimensi dari orientasi kewirausahaan adalah
agressiveness, inovative new product, novel solutions, logistic inovation dan emphasis on research and development. Selanjutnya menurut
Venkataraman (1989) dan Lumpkin and Dess (1996) mengemukakan dimensi yang hampir
sama begitu juga Knight (2000). Krauss et al
(2005) menambahkan dimensi baru orientasi kewirausahaan yaitu orientasi belajar, orientasi pestasi, orientasi otonom, agresif berkompetisi, orientasi inovasi, mengambil resiko, proaktif dalam mencari peluang dan inisiatif personal. Dari perkembangan orientasi kewirausahaan maka dimensi terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penelitian yang akan datang pun masih banyak dimensi –dimensi lain yang bisa diteliti.
Sementara itu, menurut Gosselin (2005), bahwa terdapat hubungan yang signiikan antara orientasi kewirausahaan yang ditetapkan dengan kinerja perusahaan. Orientasi kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha (Wiklund, 1999).
Miller dan friesen (1982) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat akan lebih banyak melakukan inovasi produk, berani menjalankan perusahaan yang beresiko dan memulai
(17)
tindakan-tindakan yang proaktif untuk meningkatkan kinerja bisnis. Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu berani mengambil risiko, bertindak secara proaktif dan selalu inovatif (Lumpkin dan Dess, 1996). Namun dari kesekian banyaknya dimensi orientasi kewirausahaan keberanian
mengambil resiko (risk taking), kecendrungan
mencari peluang (proactiveness), dan dukungan
menemukan inovasi (innovativeness) paling
sering digunakan oleh para peneliti.
Keberanian mengambil Resiko
Konsep risk taking telah lama dihubungkan
dengan kewirausahaan (Kreiset, 2001). Dimensi ini mencerminkan kemauan aktif perusahaan untuk mengejar peluang meskipun peluang tersebut mengandung risiko dan hasilnya tidak pasti. Dimensi ini menangkap tingkat pengambilan risiko dalam berbagai keputusan alokasi sumber daya seperti halnya pilihan produk dan pasar (Venkatraman, 1989).
Menurut Lumpkin dan Dess (1996) berani mengambil resiko mencerminkan kecenderungan untuk mengerahkan sumberdaya dalam kegiatan atau proyek yang memiliki prospek kegagalan yang besar namun jika berhasil maka keuntungan juga besar. Semakin besar resiko yang dihadapi maka kecenderunga hasil yang diperoleh juga semakin besar. Keberanian mengambil resiko termasuk resiko memilih usaha, kegiatan usaha, tempat usaha dan resiko kegagalan yang akan dihadapi. Sesuai dengan pengertiannya bahwa seorang entrepreneur adalah seseorang yang suka dengan usaha yang lebih menantang. Semakin menantang maka semakin semangat untuk menghadapi tantangan tersebut. Biasanya entrepreneur akan sangat berani mengambil resiko jika sudah mengetahui jenis kegiatan usaha yang dilakukan.
Tetapi pada umumnya pengusaha memiliki sikap yang sangat tidak berani mengambil resiko jika tidak memiliki keahlian atau belum dikuasai sebelumnya. Begley dan Boyd (1987) dalam Kreser, Marino dan Weaver (2002) menemukan
bahwa kecenderungan perusahaan untuk berani
mengambil risiko (risk talking) memiliki
pengaruh positif pada kinerja perusahaan.
Kecenderungan sikap risk taking berhubungan
secara positif dengan sukses perusahaan karena manajer ataupun pemilik perusahaan dapat membuat perjanjian yang menguntungkan bagi perusahaannya (Fresee, Brantjes dan Horn, 2002).
Kecenderungan Mencari Peluang
Sifat lain yang dimiliki oleh entrepreneur adalah kecendrungan mencari peluang untuk perluasan maupun proses deversiikasi bisnisnya. Kecenderungan mencari peluang bisa dilihat dari berbagai keadaan misalnya dari kebutuhan konsumen dan kebutuhan pasar secara keseluruhan. Sikap proaktif dalam mencari peluang pasar merupakan sikap untuk melihat kebutuhan jauh kedepan dan selalu berusaha untuk mengejar peluang tersebut.
Miller (1983) menyatakan sikap mencari peluang adalah perusahaan agresif dalam mengejar priorits dan tujuan dibandingkan dengan pesaingnya. Yeoh dan Joeng (1995 dalam Kreser, 2002) yang mendeinisikan proaktif untuk bersaingan dengan pesaingnya. Perusahaan proaktif cenderung menjadi pemimpin daripada pengikut, karena memiliki keinginan dan pandangan ke depan untuk menangkap peluang baru sekalipun tidak selalu menjadi yang pertama melakukan hal tersebut. Lumpkin dan Dess (1996) menyatakan sikap mencari peluang dilakukan sebagai antisipasi keinginan dan kebutuhan masa mendatang di pasar serta menciptakan keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mencari peluang merupakan factor penting yang menentukan kinerja perusahaan. Kecenderungan mencari peluang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan kecil dan menengah seperti penelitian
Krauss et al (2006). Semakin tinggi kemampuan
peengusaha untuk mencari peluang usaha maka semakin tinggi tingkat keberhasilan bisnis yang akan dicapai dan semakin tinggi tingkat keunggulan bersaing dibandingkan dengan pesaingnya.
(18)
Innovativeness
Para peneliti menganggap inovasi sebagai jantung dari kewirausahaan (Covin dan Miles, 1999 Jennings dan Young, 1990, Schollhammer, 1982, Shcumpeter, 1934, 1942 dalam Kreiser,
2001). Dimensi innovatiness mencerminkan
kecenderungan perusahaan untuk menggunakan dan mendukung ide-ide baru, eksperimen dan proses kreatif yang mungkin berhasil dalam memperkenalkan produk atau jasa baru dalam proses teknologi (Lumpkin dan Dess, 1996).
Sikap inovasi akan mencerminkan
kecenderungan untuk mendukung dan terlibat dalam ide-ide baru, proses-proses kreatif yang menyimpang dari praktek dan teknologi yang ada. Seorang entrepreneur cenderung selalu kreatif dalam usaha menemukan sesuatu yang baru baik dari pengalaman maupun dari eksperimen. Hasil pengalaman dan eksperimen akan ditemukan inovasi baru seperti inovasi proses, inovasi produk, inovasi pemasaran, inovasi pelayanan dan lain sebagainya.
Hodgson (1998) melihat inovasi sebagai proses pembelajaran yang diperlukan dalam sebuah konteks sosioekonomis yang bersifat dinamis. Proses ini memastikan dihasilkannya dan tercapainya transmisi ilmu pengetahuan dan inovasi dengan dua komponen pembentuk yaitu inovasi yang bersifat adaptif dan inovasi yang bersifat kreatif. Inovasi dilihat sebagai sebuah perubahan material dalam tehnologi produksi dan sebagai perubahan kapasitas seseorang untuk mengeksploitasi peluang dalam pasar terbaru.
Banyak hasil penelitian yang menjelaskan bahwa inovasi akan berdampak positif terhadap kinerja bisnis baik perusahaan yang baru
(Lumpkin et al, 2006) maupun perusahaan yang
sudah lama berdiri. Hasil penelitian Frese, Brantjes dan Hoorn (2002) kecenderungan perusahaan
untuk bermotivasi (innovativeness) secara positif
berhubungan dengan sukses perusahaan karena dengan ide baru, perusahaan dapat menangkap segmen penting dalam pasar. Akan tetapi yang harus diperhatikan inovasi membutuhkan biaya yang tinggi sehingga untuk perusahaan yang sudah lama berdiri sering mengabaikan inovasi karena merasa sudah punya pasar dan sudah dikenal oleh konsumen.
KESIMPULAN
1. Becker (1964) mendeinisikan modal sumber
daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di sekolah, pelatihan kerja, dan jenis pengala-man lainnya. Modal sumber daya entrepre-neur adalah ketrampilan dan ilmu pengerta-huan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur yang didapat dari lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Penelitian terdahulu sudah menunjukkan bah-wa tingkatan modal sumber daya manusia se-cara keseluruhan akan memberikan dampak atau pengaruh pada keberhasilan perekono-mian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro. Sebagai contoh Kilkeny (1999) yang membahas tentang model penelitian berupa modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan
2. Venkataraman (1997) mendeinisikan
kewi-rausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan, diciptakan sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk. Kewi-rausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sum-ber daya untuk mencari peluang menuju ke-suksesan. Di dalam literatur penelitian yang ada, konsep orientasi wirausaha juga
dike-nal sebagai Entrepreneurial Posture (Miller,
1983), Entrepreneurial Behavior (Miller dan
Friesen 1982; Covin dan Slevin 1986),
Stra-tegic Posture (Covin dan Slevin 1989) dan Entrepreneurial Posture (Covin dan Slevin
1990, 1991). Lumpkin dan Dess (1996) dalam usahanya untuk mengklariikasi kebin-gungan dalam istilah, memberikan perbedaan
yang jelas antara orientasi wirausaha
Entre-preneurial Orientation dan kewirausahaan
(19)
REFERENSI
Bates. T.,1995,”Analysis of survival rates among franchise and independent small business star-up.
Journal of business management 33 (2). 26-36.
Becker, G.S., 1964,” Human Capital”, Columbia University Press, New York.
Begley, T.M.& Boyd,D.B. 1987,” Psycological characteristics associated with performance in
entrepreneurial irm and small business,” Journal of Business venturing 2(1), 79-93
Bianchi, T. 2001,” With and without co-operation: two alternative strategies in the food-processing
industry in the Italian South”, Entrepreneurship & Regional Development, 13: 117–145.
Brewster, C; Dowling, P; Grobler, P; Holland, P dan Warnich, S. 2000,”Contemporary Issues in HRM:
Gaining a Competitive Advantage. Oxford Uniersity Press: Southern Africa.
Chandler, G.N., Hanks, S., 1998,” An examination of the substitutability of founders’ human and
inancial capital in emerging business venture”. Journal of BusinessVenturing 13, 353–369.
Coleman, J. S. 1988,” Social capital in the creation of human capital.” American Journal of Sociology,
94, 95-120.
Covin J.G and D. Slevin, 1989.” Strategic management of small irm in hostile and begin environment”,
Strategic Management Journal, 10 (1) pp 75-87.
Covin, J.& Slevin,D.1991,” A Conceptual Model Of Entrepreneurship as Firm Behaviour
Entrepreneurship,” Theory and Practice,16(1),7-25.
Covin, J. G dan T. Covin., 1990. “Competitive Aggresiveness, environmental context, and small irm
performance”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, Vol. 14 (4), 35-50
Dakhli, Mourad and Clercq., Dirk De, 2004,” Human Capital, Social Capital and Innovation: A Multicountry Study p. 107–128
Davidsson, P., Honig, B., 2003.” The role of social and human capital among nascent entrepreneurs.”
Journal of Business Venturing 18, 301–331.
Freese,M., Brantjes,A.& Hoorn,R. 2002,” Psycological success factor of small scale businesses in
Namimbia: The Roles Of Strategy process, Entrepreneurial Orientation and The Environment,”
Journal Of Development Entrepreneurship 7(3)
Gosselin Maurice, 2005,”An Empirical Study of Performance Measurement in Manufacturing Firm,
International Journal of Productivity and Performance Management, Vol. 54 No.5/6.pp.419- 437
Hodgson, G. ,1998,” Competence and contract in the theory of the irm. Journal of Economic Behavior,
35, 179–201.
Kenney, M. and von Burg, U. 1999,” Technology, entrepreneurship and path dependence: industrial clustering in Silicon Valley and Route 128, Industrial and Corporate Change, 8: 67–103.
Khandawalla, P.N.1977.”The Design of Organization” New York:Harcout brace Jovanovich
Kilkenny, M., Nalbarte, L. and Besser, T. 1999,” Reciprocated community support and small
town-small business success”, Entrepreneurship & Regional Development, 11: 231–246.
Knight, Gary.2000.” Entrepreneurship and marketing strategy: The SME under globalization.” Journal
(20)
Krauss, Stetanie I,& Michale Frese et.al,2005.” Entrepreneurial orientation: A phycological Model
of success among southern African Small Business Owners”, Europian journal of work and
organizational psychology, Vol 14, No. 3, pp.315-344
Kreiser, P. M. 2001. “Entrepreneurial Organization or Family Firm? A strategic Analysis of Gulf States
Paper Corporation”, EBHA Conference : Business dan Knowledge, July, The University of Alabama,
USA.
Kreiser, P. M., Marino L. D., dan Weaver, K. M. 2002.“Assessing the Psychometric Properties of the Entrepreneurial Orientation Scale: A Multicountry Analysis”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, 71-93.
Lee, D.Y.& Tsang, E.W.K.2001.” The Effect Of Entrepreneurial Personality, Background and Network
Activities on Ventures Growth,” Journal Of Management Studies 38(4) 583-602.
Lumpkin, G.T., & Dess, G.G.1996.” Clarifying the entrepreneurial orientation construct and linking it
to performance. “Academy of management Review,21(1), 135-172.
Lumpkin et al.2006.” Entrepreneurial Orientation Effects and New Venture Performance : The
Moderating Role of Venture Age.” Academy of Management Best Conference Paper, 2006.
Matsuno at al. 2002.” The Effect of Entrepreneurial Proclivity and Market Orientation on Markides C and P.J. Williamson,1994: Related diversiikasi, core competence and corporate performance.
Strategi Manajemen Journal Vol.15
Miller, D. dan Friesen, Peter H.1982.”Innovation in conservative and entrepreneurial irm: Two Model
of Strategic Momentum”, Strategic Management Journal, 3 (1) pp.1-25
Miller D.1983.” The Correlates of Entrepreneurship in three type of irms,”Management Science,29,pp.
770-791
Mintzberg, H. 1973.” Strategy Making in Three Models”, California Management Review. 16:44-53
Pennings, J. M., Lee, K. & van Witteloostuijn, A.1998,” Human capital, social capital, and irm
dissolution. Academy of Management Journal, 41, 425-440.
Rauch, A., Unger, J., Skalicky, B., Frese, M., 2005b.” The effect of business owners’ cognitive
ability, human capital, knowledge and experience on business success: acomparison of three
different perspectives. “Poster Presented at the 2005 Babson Kaufman Entrepreneurship Research
Conference, June 9 11, Babson.
Schumpeter, Joseph. 1934,” The Theory of Economic Development. Cambridge, Mass.: Harvard
University Press.
Siegel, R., Siegel., E. and MacMillan, I. C. 1993,” Characteristics distinguishing high-growth ventures”,
Journal of Business Venturing, 8: 169–180.
Smart, D. T. and Conant, J. S. (1994) ‘Entrepreneurial Orientation, Distinctive Marketing Competencies
and Organizational Performance’, Journal of Applied Business Research 10(3): 28–38.
Stewart Jr W H, Carland J C, Carland J.W, Watson W E and Sweo R, 2003, Entrepreneurial Dispositions and Goal Orientations: A Compative Exploration of United States and Russian Entrepreneurs,
Journal of Small Business Management 41-1 pp. 27-46
Stevenson, H. H. and J. C. Jarillo (1990). ‘A paradigm of entrepreneurship: Entrepreneurial management’,
Strategic Management Journal, 11, pp. 17-27.
Venkatraman, N. (1989). “Strategic Orientation of Business Enterprises: The Construct, Dimensionality
(21)
Venkatraman, S., 1997. “The distinctiveness domain of entrepreneurship research: an editor’s
perspective.” In: Katz, J., Brockhaus, R. (Eds.), Advances in Entrepreneurship, Firm Emergence,
and Growth. JAI Press, Greenwich, CT, pp. 119 138.
Vitale R, Giglierano J, and Miles M, 2003,” Entrepreneurial Orientation, Market Orientation, and
Performance in Estableshed and Startup Firms, http://www.uic.edu/cba/ies/2003papers
Wiklund, J. 1999.“The sustainability of the entrepreneurial orientation- performance relationship.”
Entrepreneurship: Theory & Practice, 24 (1), 37-49.
Wright, P; McMahan, G; McCormick, B dan Sherman, S. 1998. “Strategy, core competence, and Human
Resource involvement as determinants of HR effectiveness and reinery performance”. Human
(22)
(23)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Prestasi Belajar Mahasiswa S-1,
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
This study aims to assess and analyze the inluence of internal and external factors on student learning achievement S1 Syiah Kuala University Faculty of Economics. Number of samples in this study amounted to 300. The research was conducted using primary data. Data were analyzed through the presentation and preparation of data into the table. Internal factors (health, motivation, interest in learning) affect learning achievement. However, the health variables obtained results were not signiicant, it is because there is a good health condition of students it will be better the student’s learning achievement, but there are some students who are in poor health condition continued to lecture activities. Showed that external factors (family, community, campus environment) affect learning achievement. For all students, in order to still consider the health condition. This can be done by keeping the diet, adequate rest, sleep on time, regular exercise. Thus, the health will be maintained so that learning achievement will be better.
Keywords: internal factors, external factors, student learning achievement
Fikriah
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Priyatna
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
(24)
PENDAHULUAN
Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu hal yang harus dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan agar dapat mengantisipsi dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada masa sekarang ini. Salah satu usaha pengembangan sumber daya manusia tersebut adalah dengan peningkatan mutu pendidikan, baik melalui pendidikan formal maupun non formal.
Optimalisasi pengelolaan sumber daya serta keberhasilan pembangunan dapat diwujudkan dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, tangguh dan ulet. Pendidikan yang rendah membatasi seseorang untuk terserap dalam akses sumber-sumber ekonomi yang lebih baik sehingga seseorang dengan tingkat pendidikan rendah cenderung mengalami kemiskinan dan ketertinggalan.
Berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas selain dapat ditingkatkan melalui pendidikan yang bersifat formal juga dapat digali melalui pendidikan dalam keluarga sebagai wadah sosial terkecil (pendidikan in formal), kualitas sumber daya manusia tidak lepas dari bagaimana keluarga mendidik anak-anaknya dalam beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, sekarang maupun di masa yang akan datang. Hal itu dapat menunjukkan bahwa untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas, keluarga harus memaksimalkan fungsinya sebagai motivator seorang mahasiswa untuk mencapai prestasi yang maksimal. Peran keluarga terutama orang tua sangat penting dalam proses pendidikan terutama sebagai motivator utama bagi seorang mahasiswa untuk meraih prestasi setinggi-tingginya.
Menurut Murtiyani (2000), Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan suatu bangsa, terutama pada bangsa yang sedang berkembang seperti negara Indonesia. Pembangunan yang dilakukan itu sangat membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas
dan terampil dalam melaksanakannya.
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu menerapkan ilmu yang sudah dipelajarinya untuk menerapkannya dalam kehidupan dan pada pekerjaannya untuk dapat meningkatkan taraf hidup kedepan yang lebih baik. Dan disebutkan dalam hasil penelitiannya: “kualitas pengajaran berpengaruh terhadap orientasi profesional. Semakin baik penguasaan dosen dalam menggunakan metode, pendekatan, media, dan prinsip-prinsip pengajaran maka semakin tinggi orientasi profesionalisme dosen yang berpengaruh positif terhadap hasil belajar mahasiswa”. Prestasi seorang mahasiswa pada perguruan tinggi dapat dilihat dari indeks prestasi yang diperoleh. Indeks prestasi dijadikan sebagai tolak ukur penguasaan akademik mahasiswa. Semakin baik penguasaan akademik mahasiswa maka prestasi yang diperoleh pun akan baik.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kemajuan belajar mahasiswa di perguruan tinggi dengan melihat angka indeks prestasi semester maupun indeks prestasi mahasiswa secara keseluruhan. Pada dasarnya seorang mahasiswa ingin berusaha untuk mencapai nilai indeks kumulatif semaksimal mungkin. Namun dalam kenyataannya tidak semua mahasiswa dapat mencapai prestasi yang sebagaimana diinginkannya. Untuk mencapai tujuan prestasi yang baik tidaklah cukup hanya mengandalkan staf pengajar yang baik, dan penyedian sarana dan prasarana yang memadai. Namun keseriusan, ketekunan, motivasi belajar, serta kondisi lingkungan, keluarga dan faktor-faktor lain yang dapat mendukung prestasi belajar mahasiswa itulah merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan prestasi yang baik di perguruan tinggi.
Prestasi dapat diartikan sebagai suatu hal yang menunjukkan tingkat kemampuanatau keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Prestasi artinya hasil akhir dari suatu kegiatan. Prestasi belajar adalah istilah yang telah dicapai individu sebagai usaha yang dialami secara langsung serta merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, ketrampilan, kecerdasan, kecakapan, dalam kondisi serta situasi tertentu (Depdikbud, 1994:298). Sedangkan menurut Muhammad Ali (1992:323) mengemukakan
(25)
prestasi adalah melakukan suatu kegiatan dengan keseluruhan dari kemampuan yang dimiliki hingga memperoleh suatu keberhasilan. Menurut slameto (2003:2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan prilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.
Belajar menurut James O. Whittaker adalah proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman (Darsono, 2000:4). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2003:59).
Indeks prestasi adalah indeks prestasi yang dihitung pada setiap akhir semester yang digunakan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan belajar dari semua mata kuliah yang diikuti pada semester yang bersangkutan. Indeks prestasi kumulatif (IPK) yaitu indeks prestasi yang dihitung pada akhir suatu program pendidikan lengkap atau pada akhir semester kedua dan seterusnya untuk sluruh mata kuliah yang diambil, yang dinyatakan rentangan angka 0,00 – 4,00.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa indeks prestasi kumulatif adalah tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari studi mata kuliah dari semester awal hingga semester akhir yang dinyatakan dalam nilai angka yang diperoleh dari jumlah nilai kumulatif dibagi dengan jumlah kredit SKS yang dicapai.
Masalah pendidikan merupakan masalah substansial yang umum dialami berbagai negara di dunia. Kemampuan akademik setiap mahasiswa yang berbeda memunculkan berbagai teori berdasarkan banyak riset yang telah dilakukan. Salah satu teori yang menarik adalah adanya
hubungan antara status ekonomi dengan prestasi akademik yang telah diraih. Santrock (2008) mengungkapkan bahwa beberapa faktor yang memengaruhi antara lain ketidakstabilan dalam rumah tangga berlatarbelakang status sosial ekonomi rendah, kurangnya dukungan sosial dari orang tua, kurangnya akses buku dan komputer, serta lingkungan tempat tinggal. Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap indeks prestasi mahasiswa di universitas, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan dengan pendidikan ditentukan oleh keadaan social ekonomi keluarga.
Bila mahasiwa memiliki minat yang tinggi untuk belajar tetapi tidak didukung dengan kondisi ekonomi keluarga, maka mahasiswa tersebut sulit untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal dikarenakan kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mampu, sebaliknya bila seorang mahasiswa kondisi keluarganya sangat mampu untuk membiayai tapi mahasiswa itu sendiri tidak memiliki minat untuk belajar maka tidak berarti apa-apa keluarga membiayai pendidikannya.
Untuk mengetahui sejauh mana proses pendidikan yang dilaksanakan di perguruan tinggi dan hal-hal apa saja yang menjadi kendala bagi mahasiswa untuk memperoleh nilai yang maksimal, maka perlu diperhatikan adalah mengenai indeks prestasi kumulatif seorang mahasiswa dalam mengikuti pendidikan di perguruan tinggi tersebut. Indeks prestasi kumulatif seorang mahasiswa di perguruan tinggi sangat bervariasi baik itu dari faktor internal (yaitu faktor yang melekat pada diri Mahasiswa) ataupun faktor eksternal (yaitu faktor dari luar diri mahasiswa) itu sendiri (Slameto, 2003: 56). Ditentukan faktor tersebut dalam penelitian ini karena dinilai sangat dominan pengaruhnya terhadap prestasi belajar mahasiswa, dalam belajar satu faktor tidak dapat berpengaruh secara mutlak terhadap prestasi belajar. Hal ini juga sangat perlu diperhatikan karena bila seorang mahasiswa tidak dapat meningkatkan indeks prestasi kumulatif selama mahasiswa mengikuti perkuliahan serta batas waktu yang telah ditentukan maka maka seorang mahasiswa itu akan mendapat resiko yang sangat besar yaitu
(26)
yang pertama evaluasi dan yang sangat parah yaitu Drop Out (DO).
Data IPK rata-rata mahasiswa perjurusan sebagai data pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari survei pendahuluan yang penulis lakukan, diperoleh indeks prestasi rata-rata mahasiswa jurusan EKP,EKM dan EKA angkatan 2007 sampai 2010. Sebagian mahasiswa itu memperoleh indeks prestasi yang tinggi, tetapi masih ada rata-rata indeks prestasi dibawah 3,00. Pada jurusan EKP dapat dilihat indeks prestasi kumulatif yang dicapai rata-rata di bawah 3,00, itu dapat dilihat pada angkatan 2007, 2008, 2009 kecuali angkatan 2010 indeks prestasi kumulatifnya diatas 3,00. Ada penurunan prestasi belajar yang dialami mahasiswa jurusan EKP dari mahasiswa jurusan EKM dan EKA. Penurunan prestasi belajar yang ditunjukkan dengan indeks prestasi itu diperoleh karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi, baik faktor dari dalam diri mahasiswa (faktor internal) maupun faktor dari luar mahasiswa (faktor eksternal).
Dari data yang didapatkan terlihat bahwa jurusan EKP memiliki Indeks Prestasi yang lebih rendah dari pada jurusan EKM dan EKA. Hal itu dikarenakan ketika ujian masuk fakultas ekonomi, banyak mahasiswa yang berprestasi lebih memilih jurusan EKA sehingga indeks prestasi yang dicapai jurusan EKA lebih tinggi dibandingkan jurusan EKM dan EKP, dan juga cakupan mata kuliah pada jurusan EKP lebih luas dibandingkan dengan jurusan EKM dan EKA.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa S1 yang aktif Fakultas Ekonomi
Unsyiah angkatan 2007 sampai dengan angkatan 2010.
Metode pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode purposive
random sampling dan stratiied random sampling. purposive random sampling (pengambilan sampel
dengan tujuan tertentu) yaitu setiap unit sampel mempunyai peluang yang sama untuk dipilih
yaitu mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas
Syiah Kuala yang tercatat sebagai mahasiswa
aktif. Stratiied random sampling adalah sampel
yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen dalam kelompok populasi, dalam kelompok-kelompok yang disebut strata atau menempatkan populasi pada tingkat masing-masing, dan kemudian memilih sampel secara acak yaitu pengambilan sampel berdasarkan tingkat tahun masuk secara proporsional. Pemilihan sampel
terakir di lakukan secara convenience.
Peneliti mengambil sampel sejumlah 300 sampel atau 300 responden, pengambilan sampel tersebut mencakup tiga jurusan yaitu EKP, EKA, EKM dari angkatan 2007, 2008, 2009, 2010.
Data yang diperoleh akan diolah menggunakan statistic dengan bantuan komputer
melalui bantuan program Statistical Producted
and Service Solution (SPSS). Peralatan statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dari permasalahan penelitian adalah menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple linear regression). Bentuk formulasi regresi linier
berganda dengan bentuk umum persamaan sebagai berikut, menurut Supranto, 2001:236:
Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + … + biXi + ei
Diformulasikan kembali ke dalam: 1. Regresi Faktor Internal
PB = b0 + b1K + b2M + b3MB + ei
Dimana:
PB = Prestasi Belajar K = Kesehatan
Tabel 1
Data Rata-Rata Prestasi Belajar (IPK) Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Tahun
Angkatan EKP EKM EKA
IPK Rata-Rata 2007
2008 2009 2010
2.95 2.55 2.52 3.04
3.11 3.17 3.09 3.19
3.15 3.13 3.22 3.24
3.07 2.95 2.94 3.16
(27)
M = Motivasi MB = Minat Belajar b0 = Konstanta
b1, b2, b3 = Koeisien Regresi ei = errorterm
2. Regresi Faktor Eksternal
PB= b0 + b1Kel + b2Mas + b3LK + ei
Dimana:
PB = Prestasi Belajar Kel = Keluarga Mas = Masyarakat
LK = Lingkungan Kampus b0 = Konstanta
b1, b2, b3 = Koeisien Regresi ei = errorterm
Setelah diperoleh perhitungan hasil regresi variabel-variabel yang signiikan mempengaruhi pretasi belajar dijumlahkan.
Variabel internal = X1
Variabel eksternal = X2
Kemudian dilakukan regresi yang ketiga dengan persamaan:
PB = β0 + β1X1 + β2X2 + ei
Dimana:
PB = Prestasi Belajar X1 = Faktor Internal
X2 = Faktor Eksternal
b1, b2 = Koeisien Regresi ei = errorterm
Variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah prestasi mahasiswa (Y) sebagai variabel dependen dan faktor internal (X1) dan faktor eksternal (X2) sebagai variabel
independen.
HASIL PENELITIAN
Untuk menilai kehandalan kuesioner yang digunakan, maka dalam penelitian ini digunakan
uji reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha yang
lazim digunakan untuk pengujian kuesioner dalam penelitian ilmu sosial. Hasilnya dinyatakan valid jika cronbach alpha dalam masing-masing variabel lebih dari 0,60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen dalam penelitian ini reliabel (handal) karena nilai alphanya lebih besar dari 0,60.
Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan
menggunakan uji Person product-moment
coeficient of correlation. Data dinyatakan valid karena memiliki tingkat signiikansi dibawah 5%. Sedangkan jika dilakukan secara manual maka nilai korelasi yang diperoleh masing-masing pertanyaan harus dibandingkan dengan
nilai kritis korelasi product moment dimana
hasilnya menunjukkan bahwa semua pertanyaan mempunyai nilai korelasi diatas nilai kritis 5% yaitu diatas 0.113. dari hasil pengujian yang dilakukan data dinyatakan valid karena lebih besar dari 0.113.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat sebaran standarrized residual pada gambar normal P-Plot. Apabila sebaran
standarrized residual berada dalam kisaran
garis normal, maka data mempunyai distribusi normal (Gozali, 2005:45). Dari gambar tersebut terlihat data penelitian terdistribusi normal karena residual mengikuti garis. Hasil perhitungan nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah lebih
kecil dari 10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1.
Hal ini membuktikan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas. Uji heteroskedastisitas untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat graik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan nilai residualnya. Dari gambar terlihat data penelitian titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengandung autokorelasi. Autokorelasi adalah keadaan
(1)
yaitu besarnya upah yang mereka terima, se-hingga minimal mereka dapat hidup secara layak.
c. Ketegasan : Jangan sampai kita membiarkan suatu pelanggaran yang kita ketahui tanpa tin-dakan atau membiarkan pelanggaran tersebut berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas. d. Partisipasi : Dengan jalan memasukkan unsur
partisipasi maka para karyawan akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil persetujuan bersama.
e. Tujuan dan kemampuan : Agar kedisiplinan dapat dilaksanakan dalam praktek, maka ke-disiplinan hendaknya dapat menunjang tujuan perusahaan serta sesuai dengan kemampuan dari karyawan.
f. Keteladanan Pimpinan : Pemimpin atau manajer mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan se-hingga keteladanan pimpinan harus diperha-tikan.
Dalam hal pengembangan sumber daya manusia dituntut tersedianya tenaga yang profesional, untuk itu diperlukan adanya aparatur yang mempunyai komitmen dan dedikasi tinggi sehingga pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Amidjoyo (1982) mengatakan bahwa pada dasarnya tujuan pembangunan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan yang merupakan suatu proses tiada akhir yang dilakukan secara terus menerus tidak saja dalam bentuk isik tapi juga non isik termasuk pengembangan sumber daya manusia, kepemimpinan, motivasi kerja, disiplin kerja dalam mewujudkan kinerja optimal yang berlangsung sepanjang waktu.
KESIMPULAN
Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun
swasta. Salah satu cara yang tepat adalah didukung oleh kepemimpinan visioner, motivasi dan disiplinuntuk
Dengan adanya peraturan-peraturan yang tegas dan adil yang dilakukan pemerintah, dapat memacu kesadaran pegawai untuk lebih meningkatkan disiplin kerja sehingga prestasi atau kinerjanya dapat meningkat dan tujuan pemerintahan dapat tercapai. Kedisiplinan merupakan tindakan manajemen untuk mendorong anggota organisasi merealisasikan tujuan organisasi. Jadi kedisiplinan merupakan bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk sikap perilaku pegawai untuk meningkatkan prestasi kerja.
Menurut Setiyawan dan Waridin (2006) disiplin sebagai keadaan ideal dalam mendukung pelaksanaan tugas sesuai aturan dalam rangka mendukung optimalisasi kerja. Salah satu syarat agar disiplin dapat ditumbuhkan dalam lingkungan kerja ialah adanya pembagian kerja yang tuntas sampai kepada pegawai atau petugas yang paling bawah, sehingga setiap orang tahu dan sadar apa tugasnya, bagaimana melakukannya, kapan pekerjaan dimulai dan selesai, seperti apa hasil kerja yang disyaratkan, dan kepada siapa mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan itu (Setiyawan dan Waridin, 2006). Untuk itu disiplin harus ditumbuh kembangkan agar tumbuh pula ketertiban dan eisiensi. Disiplin tidak akan terwujud jika tidak disertai adanya kepemimpinan yang baik, sebab kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang agar bekerja mencapai tujuan. Pemimpinan juga mengharapkan perilaku bawahannya untuk mencapai kinerja optimal sebagaimana yang diharapkan organisasi
Tanpa disiplin yang baik dari pimpinan dan bawahan di semua tingkat dalam suatu organisasi, maka pencapaian tujuan dan keberhasilan organisasi menjadi sesuatu yang sulit bahkan mustahil dicapai. Karena sukses tidaknya birokrasi pemerintahan sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan dan bawahan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam organisasi.
(2)
118 Jurnal Visioner & Strategis Y a n i t a
REFERENSI
Agustian, Ari Ginanjar, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ Emotional Spiritual Quotient. Cet. Ketigapuluh Tiga, Arga, Jakarta.
As-Suwaidan, Thariq M dan Basyarahil, Faishal. U, 2006, Mencetak Pemimpin : Tips Melahirkan Orang Sukses dan Mulia, Cetakan Pertama, Khalifa, Jakarta.
Davis, Keith, 2002, Fundamental Organization Behavior, Diterjemahkan Agus Dharma, Erlangga,
Jakarta.
Desler, Gary, 2009, Human Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia) (edisi bahasa
Indonesia), Edisi Kesepuluh Jilid 2, PT Indeks, Jakarta
Gibson, James L, John M. Ivencevich, James H. Donelly, Jr, 1997, Organisasi. (Perilaku, Struktur, Proses) jilid II. Terjemahan Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Handoko, Tani T 1992, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BPFE. Yogyakarta
______, 2003 Manajemen. Edisi II. BPFE Yogyakarta.
Hasibuan, Melayu SP, 1996, Organisasi dan Motivasi Bumi Aksara Bandung.
Helmi, Avin Fadilla, 1996, Disiplin Kerja, Buletein psikologis, Tahun IV No.2 ISSN : 0854-7108
Hersey, Paul and Kenneth Blanchard, 1982, Management of Oganization Behavior. Utilizing Human Reource, 4 th Edition, Prentice - Hall Inc Singapore..
Hesselbein, Frances dan Jhonston, 2005, A Leader to Leader Guide, On Creative, Innovation and Renewal (Tentang Kreativitas, Inovasi dan Pembaharuan), Alek Media Komputindo, Kelompok
Gramedia, Jakarta.
Heidjrachman dan Husnan, Suad, 2002, Manajemen Personalia, BPFE, Yogyakarta
Kouzes dan Posner, 2004, Leadership The Challeng, Tantangan Kepemimpinan, Erlangga, Jakarta.
Kurniawan, Boy Hadi 2010, The Art of Leadership : Menjadi Pemimpin efektif dan Berpengaruh, Just
Another Wordpress.com.weblog.
Lembaran Negara, 1974, Undang-undang Pokok Kepegawaian No.8 Tahun 1974, Jakarta.
______,1999, Undang-undang Pokok Kepegawaian No. 43 Tahun 1999 Jakarta.
______,2010, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT.Remaja Rosda
Karya, Bandung.
Nanus, Burt, 2001, Kepemimpinan Visioner: Menciptakan Kesadaran Akan Arah Dan Tujuan di Dalam Organisasi, Cetakan Pertama, PT.Prenhallindo, Jakarta.
______, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, PT. Remaja Rosda
Karya,Bandung.
_______, 2003, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawali Pers. Jakarta.
_______ dan Ariin, Arviyan, 2009, Islamic Leadership Membangun Superleadership Melalui Kecerdasan Spiritual, Cet. Pertama, PT.Bumi Aksara, Jakarta.
(3)
Robbins, Stephen.P dan Judge, Timopthy. 2008, Perilaku Organisasi (organizational behavior) Edisi
12 buku dua (edisi bahasa Indonesia) Salemba Empat, Jakarta.
_______, 2002, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.
Siagian, SP, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Bumi Aksara Bandung.
_______, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cet. Kesembilan belas, PT.Bumi Aksara, Jakarta
_______, 1989, Teori Motivasi dan Aplikasinya Bina Aksara, Jakarta.
_______, 1983, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, PT. Gunung Agung, Jakarta.
Sutja, Akmal, 2010, Kepemimpinan Visioner, http://akmalsutja.blogspot.com.
Tasmara, Toto, 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam, Cet. Pertama,Gema Insani, Jakarta.
Wahidin. Dadan, 2008, leadership Menurut Ajaran Islam, htm
(4)
120 Jurnal Visioner & Strategis Y a n i t a
(5)
1. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dan harus merupakan tulisan asli dari hasil penelitian, telaah pustaka, laboratorium, pengalaman lapangan atau gagasan yang belum dan tidak akan dipublikasikan dalam media cetak lain. 2. Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Visi berasal dari
bidang Ilmu-ilmu Ekonomi, Manajemen dan Bisnis. 3. Naskah diketik dengan perangkat lunak pengolahan
kata Microsolft Word yang dicetak pada satu permukaan (tidak dibolak-balik) kertas berukuran A-4 putih 80 gram /m2, dengan jarak 1,5 spasi (kecuali abstrak), dengan tata letak porfraif, serta jarak margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm. Panjang naskah 20-25 halaman, termasuk halaman dan tabel. 4. Naskah yang termasuk katagori penelitian, disusun
dengan urutan sebagai berikut:
a. Judul: diusahakan singkat dan mencerminkan isi penelitian/karya ilmiah, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
b. Nama Penulis: ditulis dibawah judul, tanpa gelar kesarjanaan. Jika penulis lebih dari satu orang hendaknya diurutkan dan diberi angka Arab di akhir nama masing-masing penulis. Angka-angka Arab tersebut diberi keterangan sebagai catatan kaki pada halaman pertama, lengkap dengan alamat lembaga penulis
c. Abstrak: ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris, diketik satu spasi dan maksimum 150 kata. Dibawah abstrak dicantumkan kata kunci (key-words) antara 3-5 frasa (phrase)
d. Pendahuluan: (tanpa subjudul, berisi : Latara Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Tinjauan Pustaka)
e. Metode Penelitian (alat/bahan, cara penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis) f. Hasil dan Pembahasan: menguraikan hasil yang
diperoleh, disertai pembahsan baik dalam bentuk tabel, graik dan gambar
g. Kesimpulan dan Saran h. Referensi (daftar pustaka)
i. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae)
5. Naskah yang termasuk katagori non penelitian/ konseptual, disusun dengan urutan sebagai berikut
a. Judul (sama dengan poin 4.a)
b. Nama Penulis (sama dengan poin 4.b) c. Abstrak (sama dengan poin 4.c)
d. Pendahuluan (berisi: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Sedikit Tinjauan Pustaka. Tidak dipecah menjadi anak sub judul, tetapi dalam bentuk alinea saja)
e. Pembahasan (Isi Informasi/pemikiran ilmiah penulis)
keharusan)
g. Referensi (daftar pustaka)
h. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae)
6. Naskah tidak diperkenankan memakai lampiran 7. Daftar pustaka yang ditampilkan hanya yang
benar-benar diacu/dikutip saja: penulisan daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang secara kronologis:
a. Untuk buku: nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit. Judul Buku jilid, edisi. tempat/kota penerbit : nama penerbit
b. Untuk karangan/artikel dalam pertemuan ilmiah atau seminar nama pokok dan inisial pengarang,
tahun “Judul Karangan”. Singkatan nama
pertemuan (penyelenggara). Waktu;tempat/kota pertemuan.
c. Untuk karangan/artikel dalam majalah atau jurnal: nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul karangang : nama majalah atau jurnal. Jilid (nomor) halaman permulaan dan akhir.
d. Untuk tulisan dari internet : nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul tulisan. Nama jurnal atau majalah/sumberlainnya. (online), vol.,no., (alamat sumber rujukan dan tanggal diakses)
8. Naskah yang dikirim ke redaksi rangkap 2 (asli dan foto copynya) dan disertakan disketnya selambat-lambatnya 3(tiga) minggu sebelum penertbitan
9. Dewan redaksi dapat mengubah dan mengoreksi bahasa dan istilah, tanpa merubah isi dan maknanya dengan atau tanpa memberitahukan penulis.
10.Dewan redaksi dapat menolak naskah yang dianggap tidak memenuhi persyarat.
Alamat Redaksi :
Fakultas Ekonomi Univesitas Malikussaleh. Kampus Bukit Indah
P.O.Box 141 Lhokseumawe.
Tlp. (0645), 40210 Fax. (0645) 44450. Email: visi@fe-unimal.org
(6)
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
9
7
7
2
3
3
8
2
8
6
0
0