PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN PADA KONSEP HEWAN INVERTEBRATA ipi32375
ABSTRAK
PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 8 BANJARMASIN PADA KONSEP
HEWAN INVERTEBRATA
Oleh : Amalia Rezeki, St.Wahidah Arsyad, Aminiddin P.P
Pembelajaran konsep hewan Invertebrata biasa diajarkan di sekolah SMA Negeri 8 Banjarmasin dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga rata-rata kelas masih berada pada standar yang telah ditentukan. Disamping itu, keaktifan siswa sangat kurang dan respon siswa terhadap pembelajaran menunjukkan kurang ketertarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) peningkatan pemahaman siswa, 2) aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar, dan 3) respon siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin pada konsep hewan Invertebrata dengan menggunakan peta konsep. Metode penelitian adalah deskriptif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) melibatkan 33 orang siswa dan 1 orang guru sebagai subjek penelitian dengan dibantu 8 orang observer. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep dalam pembelajaran konsep hewan Invertebrata dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin yaitu sebesar (81,82% - 93,94%), proses pembelajaran melalui LKS sebesar (90,91%-1085,18%), aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang konsisten mengalami peningkatan yaitu membuat peta konsep (32,4%) dan berdiskusi antar siswa/kelompok/guru (33,27%); respon siswa mengenai peta konsep menyatakan 84,85% menyenangkan dan 15,15% menyatakan tidak menyenangkan. Pembelajaran menggunakan peta konsep disimpulkan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin pada konsep hewan Invertebrata.
Kata kunci: Peta konsep, pemahaman, Invertebrata, Aktivitas siswa dan guru.
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran memiliki beberapa komponen unsur pendidikan, tiga diantaranya adalah guru sebagai pendidik, siswa sebagai peserta didik dan metode pembelajaran yang akan dipergunakan selama kegiatan belajar
(2)
mengajar. Proses pembelajaran di kelas diharapkan berhasil, tentunya dikarenakan oleh guru yang harus aktif dalam mendorong siswa untuk turut aktif dalam kegiatan belajar-mengajar dan memberikan pengalaman belajar yang memadai kepada siswa (Tirtarahardja & La Sula, 1995).
Berdasarkan informasi dari guru biologi di SMA Negeri 8 Banjarmasin, terungkap bahwa pembelajaran biologi pada materi hewan Invertebrata merupakan salah satu materi pelajaran biologi yang cukup sulit untuk diingat siswa karena materinya yang banyak. Mata pelajaran biologi dengan konsep hewan Invertebrata biasa diajarkan di sekolah dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dua metode yang telah pernah diterapkan itu juga menggunakan media gambar dalam pembelajarannya. Namun masih saja membuat siswa sulit untuk memahami pelajaran. Pada pembelajaran dengan metode ceramah lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, akhirnya hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru ke siswa sehingga membuat pelajaran menjadi kurang bermakna.
Kemudian ditambahkan lagi oleh guru yang bersangkutan berdasarkan tahun ajaran 2008/2009 walaupun nilai ulangan harian yang diperoleh siswa memang sudah memenuhi ketuntasan individual, namun rata-rata masih berada pada standar yang telah ditentukan. Selain itu, keaktifan siswa masih sangat kurang, banyak siswa yang pasif ketika proses pembelajaran berlangsung. Respon yang ditunjukkan siswa terhadap pembelajaran pun sepertinya kurang tertarik dan tentunya ini berkaitan juga dengan metode pembelajaran yang diterapkan.
Melihat permasalahan dalam proses pembelajaran yang dialami tentunya perlu strategi yang tepat untuk pemecahannya. Salah satu strategi yang dapat direkomendasikan untuk solusi masalah ini adalah dengan penggunaan peta konsep karena peta konsep membantu siswa belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang
(3)
baik. Hal yang diinginkan dengan adanya penggunaan peta konsep pada materi ini yaitu terjadinya peningkatan persentasi nilai dari nilai pada tahun ajaran sebelumnya, kemudian aktivitas siswa mengalami peningkatan jauh lebih besar dan respon yang diperlihatkan siswa pun menganggap pelajaran menyenangkan.
Penelitian pembelajaran dengan menggunakan peta konsep memang sudah banyak dilakukan, dan ini menjadi bukti bahwa penerapan peta konsep dalam pembelajaran biologi memang dapat meningkatkan pemahaman siswa. Salah satu hasil penelitian yang pernah menggunakan peta konsep yaitu Vidya (2007) yang menyatakan bahwa dengan penggunaan strategi peta konsep dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIIIC SMPN 24 Banjarmasin tentang sub konsep Sistem Saraf dan Indera. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pemahaman siswa yaitu dari 32,5% untuk pretes meningkat menjadi 90% pada postes untuk siklus I, sedangkan pada siklus II juga terjadi peningkatan dari 10% menjadi 92,5% pada postes. Hasil selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari kategori kurang pada siklus 1 menjadi kategori cukup baik pada siklus 2. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian pembelajaran yang berjudul ”Penggunaan Peta Konsep untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin pada Konsep Hewan Invertebrata”.
Permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan yaitu apakah penggunaan peta konsep dalam pembelajaran konsep hewan Invertebrata dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin, bagaimana aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dengan adanya penggunaan peta konsep, bagaimana respon siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin terhadap kegiatan belajar mengajar dengan adanya penggunaan peta konsep.
(4)
Kemudian masalah ini dibatasi pada pemahaman siswa yang diperoleh berdasarkan nilai pretes, postes, tes formatif dan nilai peta konsep, nilai peta konsep dilihat berdasarkan peta konsep yang dibuat oleh siswa dalam kelompok; peta konsep yang dibuat oleh siswa berdasarkan kompetensi dasar dalam KTSP dengan jenis peta konsep pohon jaringan; aktivitas siswa dan guru diperoleh berdasarkan hasil observasi aktivitas selama kegiatan belajar mengajar; respon siswa diperoleh berdasarkan hasil kuisioner yang diisi oleh siswa setelah semua kegiatan belajar mengajar berakhir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: peningkatan pemahaman siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin dalam pembelajaran konsep hewan Invertebrata dengan menggunakan peta konsep, aktivitas siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin dan guru selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan peta konsep, respon siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin dalam pembelajaran konsep hewan Invertebrata dengan menggunakan peta konsep. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi Peneliti, guru, siswa, sekolah, dan mahasiswa
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan kegiatan yang diawali dengan pengembangan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi dan proses dalam pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Pada siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, siklus II juga dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Hal ini diketahui dari hasil belajar siswa yang meliputi pretes, postes, dan tes formatif setiap pertemuan, nilai peta konsep dari tugas kelompok, dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Pada setiap siklus
(5)
terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis data, serta refleksi.
Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 33 orang. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dimulai pada bulan Januari 2010 dan berakhir pada bulan Juni 2010. Tempat pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 8 Banjarmasin yang beralamat di Jalan Alalak Tengah RT 05 Banjarmasin.
Teknik Analisis Data
Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara deskriptif (Arikunto dkk., 2006). Analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan individual = 100% maksimal
skor Jumlah
skor Jumlah
Ketuntasan klasikal = 100%
siswal seluruh Jumlah
belajar tuntas
yang siswa
Jumlah
Keterangan:
Ketuntasan individual : Jika siswa mencapai ketuntasan > 65
Ketuntasan klasikal : Jika > 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan > 65%
Data kuantitatif diperoleh dari hasil ketuntasan belajar berupa nilai pretes, postes dan tes formatif serta hasil selama proses pembelajaran berupa nilai menjawab isian dalam bentuk peta konsep dan nilai peta konsep yang dibuat oleh tiap kelompok dengan menggunakan kategori yakni baik, sedang, kurang, dan buruk.
Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif dilakukan secara deskriptif tentang observasi aktivitas siswa dan guru, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru serta respon siswa dalam pembelajaran yang diperoleh berdasarkan kuisioner.
(6)
Indikator Keberhasilan Penelitian
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi semua komponen indikator kualitatif dan kuantitatif yang dilihat dari pergeseran hasil siklus 1 ke siklus 2. Indikator kuantitatif, seperti:
a. Siswa mencapai ketuntasan individual (skor ≥ 65) dan ketuntasan klasikal jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual (skor ≥ 65) (Trianto, 2008).
b. Hasil selama proses pembelajaran tergolong baik. Hasil ini berupa nilai peta konsep dalam kelompok yang menggunakan kategori yakni baik (76%-100%), sedang (56%-75%), kurang (40%-55%), dan buruk (<40%) (Arikunto, 1998).
Kemudian untuk indikator kualitatif, yaitu:
a. Aktivitas siswa meningkat dan aktivitas guru berkurang dominansinya dalam kegiatan belajar mengajar. Aktivitas siswa dan guru diukur berdasarkan parameter aktivitas siswa dan guru pada lembar observasi Borich yang telah dimodifikasi (Supramono, 2005).
b. Respon siswa terhadap pembelajaran adalah menyenangkan apabila persentasi yang menyatakan menyenangkan yaitu ≥ 80%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
1. Pengukuran Data Kuantitatif
Ketuntasan belajar siswa diperoleh berdasarkan hasil pretes, postes, dan tes formatif pada pembelajaran siklus I dan II. Adapun ringkasan data ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 1, untuk ringkasan hasil belajar tes formatif tiap siklus dapat dilihat pada Tabel 2, dan ringkasan data hasil selama proses pembelajaran dari pertemuan ke-1 sampai ke-6 pada siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 3 & Tabel 4.
(7)
Tabel 1 Ringkasan data ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal untuk Pretest dan postest
Siklus Pertemuan Jumlah Tes
Hasil Belajar % Tuntas (klasikal) Tuntas (orang) Tidak Tuntas (orang) I
1 33 Pretest Postest 4 27 29 6 12,12 81,82 2 33 Pretest
Postest 6 28 27 5 18,18 84,85 3 33 Pretest
Postest 7 29 26 4 21,21 87,88 II
4 33 Pretest Postest 6 30 27 3 18,18 90,91 5 33 Pretest
Postest 12 31 21 2 36,36 93,94 6 33 Pretest
Postest 16 31 17 2 48,48 93,94 Tabel 2 Ringkasan hasil belajar tes formatif tiap siklus
Siklus Jumlah
Hasil Belajar % Tuntas (klasikal) Tuntas (org) Tidak Tuntas (org)
I 33 30 3 90,91
II 33 32 1 96,97
Tabel 3 Ringkasan data hasil selama proses pembelajaran dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-3 pada siklus I
Kelompok
Siklus I
Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 80 80 90 100 100 80 90 100 100 90 90 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 90 90 100 100 100 90 100 100 100 100 100 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 255 233 213 178 265 247 233 222 260 190 222 Baik Baik Baik Sedang Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Baik Rata-rata 90,91 Baik 97,28 Baik 228,91 Baik Nilai peta konsep
peneliti 100 100 258
Selisih nilai peta konsep peneliti dengan kelompok tertinggi
(8)
Keterangan:
Untuk perhitungan kategori nilai peta konsep dimodifikasi berdasarkan Arikunto, 1998, dapat dilihat pada Lampiran 11
Tabel 4 Ringkasan data hasil selama proses pembelajaran dari pertemuan ke-4 sampai pertemuan ke-6 pada siklus II
Kelompok
Siklus II
Pertemuan ke-4 Pertemuan ke-5 Pertemuan ke-6 Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 339 317 337 342 337 339 336 340 211 322 336 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Baik Baik 457 406 274 409 292 405 409 346 453 402 403 Baik Baik sedang Baik sedang Baik Baik Sedang Baik Baik Baik 1106 1167 1205 1172 1118 924 1100 1165 855 969 1156 Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Baik Baik Sedang Sedang Baik Rata-rata 323,27 Baik 386,91 Sedang 1085,18 Baik Nilai peta konsep
peneliti 389 519 1445
Selisih nilai peta konsep peneliti dengan kelompok
tertinggi
49 62 240
Keterangan:
Untuk perhitungan kategori nilai peta konsep dimodifikasi berdasarkan Arikunto, 1998, dapat dilihat pada Lampiran 12
2. Pengukuran Data Kualitatif a. Aktivitas siswa
Data kualitatif mengenai aktivitas siswa selama pembelajaran dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-6 pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Ringkasan rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I dan siklus II
Siklus Pertemuan Parameter yang teramati
1 2 3 4 5 6 7 8
I 1
2 3 15,51 14,60 12,19 14,17 13,52 11,67 19,57 17,12 17,99 17,58 17,38 22,35 11,59 10,98 10,06 3,95 8,10 10,30 6,28 7,92 7,38 11,05 10,38 9,09
(9)
Rata-rata (%) 14,1 13,12 18,22 19,1 10,87 7,45 7,19 10,17
II 4
5 6 9,20 6,88 5,53 10,25 7,58 6,55 27,99 34,07 35,14 28,79 35,15 35,87 6,81 4,90 6,27 4,03 2,31 2,43 6,42 6,16 3,51 6,36 3,57 4,60 Rata-rata (%) 7,2 8,13 32,4 33,27 5,99 2,92 5,36 4,84 Keterangan :
1. Memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. 2. Membaca buku-buku yang relevan.
3. Membuat peta konsep.
4. Berdiskusi antar siswa/kelompok/guru. 5. Membaca peta konsep yang mereka buat. 6. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 7. Mempresentasikan peta konsep yang mereka buat. 8. Membuat/menulis rangkuman pelajaran.
b. Aktivitas guru
Data kualitatif mengenai aktivitas guru selama pembelajaran dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-6 pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Ringkasan rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I dan siklus II
Siklus Pertemuan Parameter yang teramati
1 2 3 4 5 6 7
I 1
2 3 21,65 20,22 18,75 16,49 15,73 15 13,40 14,61 15 14,43 15,73 16,25 12,37 12,36 13,75 11,34 11,24 11,25 10,31 10,11 10 Rata-rata (%) 20,21 15,74 14,34 15,47 12,83 11,28 10,14
II 4
5 6 20,83 19,23 11,11 14,58 15,38 11,11 12,5 11,54 11,11 16,67 15,38 22,22 14,58 11,54 11,11 10,42 15,38 22,22 10,42 11,54 11,11 Rata-rata (%) 17,05 13,69 11,72 18,09 12,41 16 11,02 Keterangan :
1. Membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep 2. Membimbing siswa membuat peta konsep
3. Membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru
4. Membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta konsep yang mereka buat.
5. Mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru.
6. Membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat
7. Membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran c. Pengelolaan Pembelajaran yang Dilakukan oleh Guru
Selain aktivitas siswa dan guru, dalam kegiatan belajar mengajar juga harus diperhatikan aspek lain yang menunjang seperti pengelolaan
(10)
pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I dan siklus II, adapun ringkasan data observasi pengelolaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Ringkasan Data Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I dan II
Tahapan
Siklus I Siklus II
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-4
Pertemuan ke-5
Pertemuan ke-6 A. Tahap 1.
Kegiatan awal 2,2 2,4 2,6 3,2 3,6 3,8
B. Tahap 2.
Kegiatan inti 2,2 2,6 2,8 3,4 3,8 3,8
C. Tahap 3.
Kegiatan akhir 2,5 2,5 2,75 3,25 3,5 3,75
Rata-rata 2,3 2,5 2,72 3,28 3,63 3,78
Kategori Cukup baik
Cukup baik
Cukup
baik Baik Baik Baik
Keterangan :
1 = kurang baik; 2 = cukup baik ; 3 = baik; 4 = sangat baik (Sumber kategori : Boriech, 1994 ; telah dimodifikasi)
Pembahasan
1. Peningkatan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran Konsep Hewan Invertebrata dengan menggunakan Peta Konsep
Peningkatan pemahaman siswa didasarkan pada data kuantitatif, meliputi data hasil ketuntasan belajar (meliputi ringkasan hasil pretes, postes, dan tes formatif) dan hasil selama proses pembelajaran (hasil menjawab isian dalam bentuk peta konsep dan hasil nilai membuat peta konsep tiap kelompok). Berdasarkan data yang diperoleh, ketuntasan belajar siswa semakin meningkat pada tiap pertemuan. Hal ini menunjukkan bahawa tujuan penelitian telah tercapai dengan terpenuhinya indikator keberhasilan untuk ketuntasan belajar karena ketuntasan belajar dianggap berhasil jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 65.
Terjadinya peningkatan ketuntasan hasil belajar tentu saja dapat dijadikan indikator bahwa proses pembelajaran tersebut sudah berjalan cukup efektif, karena menurut Trianto (2009) untuk mengetahui kefektifan
(11)
mengajar adalah dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran, dan hasilnya adalah ketuntasan belajar yang diperoleh siswa tinggi.
Meningkatnya ketuntasan belajar siswa tentu turut dipengaruhi oleh adanya pemberian tugas membuat peta konsep yang diberikan oleh guru, karena proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep dapat membuat pelajaran menjadi bermakna, hal ini disebabkan peta konsep membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut (Holil, 2008).
Selain itu, peta konsep memberikan manfaat bagi siswa dalam hal mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang baik. Kemudian membantu siswa membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik sehingga mudah untuk keperluan ujian (Nisa, 2004).
Selanjutnya, data kuantitatif yang diperoleh selain ketuntasan belajar yaitu hasil selama proses pembelajaran. Hasil selama proses pembelajaran didasarkan pada hasil menjawab isian dalam bentuk peta konsep dan hasil nilai membuat peta konsep tiap kelompok. Pada pertemuan ke-1 dan ke-2 dilihat dari segi nilai terjadi peningkatan dilanjutkan sampai pertemuan ke-3 yang mengalami peningkatan. Kemudian dilihat dari segi kategori, setiap pertemuan memiliki kategori yang baik, walaupun bentuk diskusi yang disajikan pada siswa berbeda jenis. Hal ini berarti menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I sudah berjalan dengan baik.
Menurut Munthe (2009), proses pembelajaran dengan peta konsep dapat digunakan untuk strategi belajar bermakna, salah satunya yaitu sebagai sarana belajar. Peta konsep yang telah dihasilkan dapat menunjukkan tingkat penguasaan siswa, sehingga pendapat ini tentunya mendukung dengan hasil proses pembelajaran siklus I mengenai
(12)
keterampilan proses yang menunjukkan hasil yang baik, artinya dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya cukup bagus dan nantinya ini akan menunjang untuk pembelajaran selanjutnya di siklus II.
Nilai kelompok membuat peta konsep secara umum meningkat dibandingkan siklus I baik dari segi nilai maupun segi kategori. Namun hanya saja pada pertemuan ke-5 terjadi sedikit penurunan menjadi kategori sedang, tapi tidak penurunan nilai tidak terlalu jauh. Hal ini bisa terjadi diduga karena siswa mengalami kejenuhan sebab setiap pertemuan terus-menerus diberi tugas untuk membuat peta konsep, sehingga dapat diusahakan nantinya agar siswa tidak jenuh, perlu ditambah lagi variasi media dalam pembelajaran agar menarik. Walaupun begitu secara keseluruhan hasil selama proses pembelajaran dapat dikatakan terjadi peningkatan. Hal ini karena meningkatnya aktivitas siswa membuat dan mendiskusikan peta konsep sehingga nilai peta konsep siswa menjadi meningkat. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Aktivitas Siswa dan Guru dalam Pembelajaran Konsep Hewan Invertebrata dengan menggunakan Peta Konsep
2.1 Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Aktivitas siswa dan guru tergolong sebagai data kualitatif. Berdasarkan Tabel 7, ada aktivitas yang cenderung mengalami peningkatan dan penurunan. Aktivitas siswa yang dominan meningkat ada 2 yaitu membuat peta konsep (32,4%) dan berdiskusi antar siswa/kelompok/guru (33,27%). Sementara aktivitas yang cenderung menurun yaitu memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain (7,2%) dan membaca buku-buku yang relevan (8,13%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah berpusat pada siswa.
(13)
Pembelajaran yang sudah berpusat pada siswa dapat dikatakan bahwa pembelajaran tersebut sudah efektif karena persyaratan utama kefektifan pengajaran yaitu: persentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM dan rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa (Trianto, 2009). Tentunya pernyataan ini sejalan dengan hasil observasi aktivitas siswa yang telah didapatkan.
Di samping itu, parameter-parameter aktivitas siswa yang meningkat dianggap sudah cukup sesuai karena aktivitas seperti membuat peta konsep dan berdiskusi antar siswa/kelompok/guru seiring dengan tujuan peta konsep yaitu untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan dengan cara meminta siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antar konsep satu dengan konsep yang lain dalam satu peta konsep (Trianto, 2009).
2.2 Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan data yang diperoleh pada Lampiran 19 menunjukkan bahwa respon siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep adalah senang dan termotivasi dengan pembelajaran menggunakan peta konsep. Hal ini sejalan dengan penelitian Masrah (2008) bahwa senangnya siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan motivasi. Mereka lebih mudah memahami materi yang diajarkan dan juga membuat suasana belajar menjadi tidak bosan. Hal ini dilihat dari kuisioner respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Adapun respon siswa setelah pembelajaran menggunakan peta konsep adalah sebagai berikut :
1. Ada 28 siswa (84,85%) menyatakan senang dengan peta konsep. Ada 5 siswa (15,15%) menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan peta konsep tidak menyenangkan.
2. Semua siswa (100%) berpendapat bahwa cara guru mengajar menyenangkan dan bagaimana mereka belajar itu menyenangkan.
(14)
3. Ada 30 siswa (90,91%) menyatakan proses pembelajaran menyenangkan dan 3 siswa (9,09%) menyatakan proses pembelajaran tidak menyenangkan.
4. Ada 29 siswa (87,88%) berpendapat bahwa dengan menggunakan peta konsep sebagai media dalam bentuk power point dalam pembelajaran, menyatakan bahwa itu merupakan hal baru dan sangat membantu mereka dalam belajar. Sedangkan 1 siswa (3,03%) menyebut bahwa itu merupakan hal baru namun tidak membantunya dalam belajar. Kemudian ada 3 siswa (9,09%) yang menyatakan bahwa itu bukan merupakan hal baru dan membantu mereka dalam belajar.
5. Ada 15 siswa (45,45%) berpendapat mengenai tentang cara guru mengajar, menyatakan bahwa itu merupakan hal baru dan membantu mereka dalam belajar, kemudian 4 siswa (12,12%) menyatakan bahwa itu merupakan hal baru tapi tidak membantu mereka dalam belajar. Selebihnya 14 siswa (42,42%) menyatakan bahwa itu merupakan hal tidak baru tapi membantu mereka dalam belajar.
6. Ada 16 siswa (48,48%) menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal baru dan membantu mereka dalam belajar, ada 1 siswa (3,03%) menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal baru tapi tidak membantu mereka dalam belajar. Kemudian ada 15 siswa (45,45%) menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal yang tidak baru tapi membantu mereka dalam belajar, selanjutnya 1 siswa (3,03%) menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal yang tidak baru dan tidak membantu saya dalam belajar.
7. Ada 20 siswa (60,61%) menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan hal baru dan membantu mereka dalam belajar, ada 1 siswa (3,03%) menyatakan bahwa caranya belajar merupakan hal baru tapi tidak membantu mereka dalam belajar, ada 12 siswa (36,36%)
(15)
menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal tidak baru tapi membantu mereka dalam belajar.
8. Ada 26 siswa (78,79%) mengungkapkan bahwa mereka dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan, dan 7 siswa (21,21%) mengungkapkan tidak dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan.
9. Semua siswa menyatakan bahwa mereka berminat untuk mengikuti kegiatan belajar.
10. Ada 28 siswa (84,85%) menyatakan dapat memahami media pembelajaran dengan menggunakan peta konsep, dan selebihnya 5 siswa (15,15%) menyatakan susah memahami. Media pembelajaran di sini yaitu media berupa power point yang dikemas dalam bentuk peta konsep. 11. Ada 21 (63,64%) siswa menyatakan bahwa mereka susah memahami
buku-buku/ bahan ajar yang digunakan, selanjutnya 12 siswa (36,36%) menyatakan bahwa mereka dapat memahaminya.
Berdasarkan respon siswa mengenai pengalaman mereka pada pembelajaran peta konsep, ada sebagian siswa yang menyatakan hal baru dan tidak baru. Sebagian dari siswa tersebut ada yang sudah mengenal peta konsep, hal ini bisa terjadi diduga karena pemerolehan pengalaman belajar yang berbeda-beda yang dimiliki oleh siswa seperti ada sebagian siswa yang mengikuti bimbingan belajar pada lembaga tertentu di luar sekolah ataupun les privat dirumah. Sehingga pembelajaran dengan strategi peta konsep sudah mereka kenal terlebih dahulu jadi peta konsep merupakan hal yang tidak baru lagi menurut mereka.
2.3 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Di samping aktivitas siswa, aktivitas guru juga turut dilakukan observasi sebagai data kualitatif. Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar aktivitas guru sudah cenderung menurun, meskipun ada aktivitas yang meningkat yaitu parameter membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta
(16)
konsep yang mereka buat (18,09%), membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat (16%), dan membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran (11,02%).
Meningkatnya tiga aktivitas guru tersebut disebabkan guru ingin mengatasi kelemahan peta konsep itu dengan mengembangkan kemampuan maupun motivasi siswa secara optimal dan mandiri dalam menyerap konsep pelajaran melalui penggunaan peta konsep, karena seperti yang dijelaskan oleh Nisa (2004), bahwa kelemahan yang dimiliki oleh peta konsep yaitu pembelajaran dengan menggunakan peta konsep terletak pada kemampuan guru dalam menerapkannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang diharapkan dari penggunaan peta konsep dan juga mampu tidaknya guru dalam membimbing para siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan maupun motivasinya secara optimal dalam menyerap konsep pelajaran melalui penggunaan peta konsep.
Walaupun masih ada aktivitas guru yang cenderung meningkat namun hal ini menjadi pertanda bahwa guru tidak harus selalu mengurangi semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, hanya saja dapat dianggap aktivitas guru tidak dominan lagi atau telah mengurangi dominansinya dalam pembelajaran.
Kemudian pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru dilihat dari siklus I sampai siklus II yaitu pada kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir selalu mengalami peningkatan setiap pertemuan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa guru sudah berusaha mengoptimalkan pengelolaan pembelajaran di kelas. Optimalnya proses pembelajaran di kelas menandakan bahwa guru sudah bertindak efektif, karena guru yang efektif yaitu guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam satu mata pelajaran dengan persentase waktu
(17)
belajar akadmis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif dan hukuman (Trianto, 2009).
Proses mengajar guru yang efektif ini merupakan salah satu keunggulan yang didapatkan dari adanya penggunaan peta konsep dalam KBM. Menurut Munthe (2009) beberapa keunggulan yang didapatkan oleh guru dengan penggunaan peta konsep dalam KBM yaitu: membantu guru untuk memperkenalkan keseluruhan materi dari mata pelajarannya secara utuh dalam satu lembar kertas, dalam bentuk gambar dan dalam waktu yang sama, memudahkan guru untuk merencanakan pemilihan secara berurutan atas konsep-konsep yang akan disampaikan di dalam proses pembelajaran, dapat digunakan sebagai panduan proses pembelajaran materi agar terhindar dari kesesatan penyampaian bahan ajar, dapat menjaga konsistensi pengontrolan penyampaian materi dan menjaga batas-batas informasi luar yang akan masuk ke dalam materi bahan ajar, dan melokasi kesalahpahaman mengenai materi dalam pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
(1) Pembelajaran menggunakan peta konsep pada konsep Hewan Invertebrata dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X.I SMA Negeri 8 Banjarmasin pada siklus I dan siklus II mulai pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-6 yaitu berupa hasil ketuntasan belajar sebesar (81,82% - 93,94%) dan hasil selama proses pembelajaran (90,91%-1085,18%).
(2) Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dari siklus I yang konsisten mengalami peningkatan pada siklus II yaitu membuat peta konsep (32,4%); berdiskusi antar siswa/kelompok/guru (33,27%).
(18)
Kemudian aktivitas guru yang menurun dari siklus I sampai siklus II yaitu membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep (17,05%), membimbing siswa membuat peta konsep (13,69%), membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru (11,72%), mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru (12,41%). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran telah berpusat pada siswa.
(3) Respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan peta konsep menyatakan (84,85%) menyenangkan dan (15,15%) menyatakan tidak menyenangkan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka beberapa saran dapat dikemukakan di sini, yaitu :
(1) Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan materi pelajaran dan frekuensi tugas. Hal ini dapat diatasi dengan variasi penggunaan media dalam pembelajaran.
(2) Pada saat pembelajaran yang menggunakan peta konsep alokasi waktu harus benar-benar diperhatikan, sesuai dengan RPP dan jam pelajaran yang disediakan, agar kegiatan pembelajaran terorganisasi dengan baik. Perlu adanya penugasan terlebih dahulu pada siswa dirumah sehingga kegiatan belajar siswa di kelas dapat berjalan dengan lancar.
(19)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, & Supardi 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Holil, Anwar. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit
dalam Pembelajaran.http://pkab.wordpress.com/2008/04/23/memper
mudah-konsep-sulit-dalam-pembelajaran/. diakses tanggal 12 Januari 2009.
Masrah. 2008. Meningkatkan Kemampuan Mengingat Konsep Sistem Gerak
Melalui Peta Konsep Dalam Bentuk Laeflet Pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 17 Banjarmasin, Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin (Tidak dipublikasikan).
Munthe, Bermawi. 2009. Desain pembelajaran. Insan Madani, Yogyakarta.
Nisa, H., 2004. Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Makhluk Hidup pada
Siswa Kelas 1 SLTPN 6 Tanjung Tabalong dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan. Skripsi Sarjana. Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Supramono. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan
Penerapannya dalam KBM dengan Mode Pembelajaran
Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa SD. Disertasi. Universitas Negeri
Malang, Maalang. Tidak dipublikasikan.
Tirtarahardja, Umar & La Sula. 1995. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Cerdas Pustaka, Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana, Jakarta.
(20)
Vidya, Mahrita. 2007. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VIIIC SMPN
24. Banjarmasin Tentang Subkonsep Sistem Saraf dan Indera dengan Menggunakan Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran
Kooperatif, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi,
JurusanPendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin (Tidak dipublikasikan).
(1)
menyatakan bahwa cara mereka belajar merupakan hal tidak baru tapi membantu mereka dalam belajar.
8. Ada 26 siswa (78,79%) mengungkapkan bahwa mereka dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan, dan 7 siswa (21,21%) mengungkapkan tidak dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan.
9. Semua siswa menyatakan bahwa mereka berminat untuk mengikuti kegiatan belajar.
10. Ada 28 siswa (84,85%) menyatakan dapat memahami media pembelajaran dengan menggunakan peta konsep, dan selebihnya 5 siswa (15,15%) menyatakan susah memahami. Media pembelajaran di sini yaitu media berupa power point yang dikemas dalam bentuk peta konsep. 11. Ada 21 (63,64%) siswa menyatakan bahwa mereka susah memahami
buku-buku/ bahan ajar yang digunakan, selanjutnya 12 siswa (36,36%) menyatakan bahwa mereka dapat memahaminya.
Berdasarkan respon siswa mengenai pengalaman mereka pada pembelajaran peta konsep, ada sebagian siswa yang menyatakan hal baru dan tidak baru. Sebagian dari siswa tersebut ada yang sudah mengenal peta konsep, hal ini bisa terjadi diduga karena pemerolehan pengalaman belajar yang berbeda-beda yang dimiliki oleh siswa seperti ada sebagian siswa yang mengikuti bimbingan belajar pada lembaga tertentu di luar sekolah ataupun les privat dirumah. Sehingga pembelajaran dengan strategi peta konsep sudah mereka kenal terlebih dahulu jadi peta konsep merupakan hal yang tidak baru lagi menurut mereka.
2.3 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Di samping aktivitas siswa, aktivitas guru juga turut dilakukan observasi sebagai data kualitatif. Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar aktivitas guru sudah cenderung menurun, meskipun ada aktivitas yang meningkat yaitu parameter membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi peta
(2)
konsep yang mereka buat (18,09%), membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan peta konsep yang mereka buat (16%), dan membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran (11,02%).
Meningkatnya tiga aktivitas guru tersebut disebabkan guru ingin mengatasi kelemahan peta konsep itu dengan mengembangkan kemampuan maupun motivasi siswa secara optimal dan mandiri dalam menyerap konsep pelajaran melalui penggunaan peta konsep, karena seperti yang dijelaskan oleh Nisa (2004), bahwa kelemahan yang dimiliki oleh peta konsep yaitu pembelajaran dengan menggunakan peta konsep terletak pada kemampuan guru dalam menerapkannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang diharapkan dari penggunaan peta konsep dan juga mampu tidaknya guru dalam membimbing para siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan maupun motivasinya secara optimal dalam menyerap konsep pelajaran melalui penggunaan peta konsep.
Walaupun masih ada aktivitas guru yang cenderung meningkat namun hal ini menjadi pertanda bahwa guru tidak harus selalu mengurangi semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, hanya saja dapat dianggap aktivitas guru tidak dominan lagi atau telah mengurangi dominansinya dalam pembelajaran.
Kemudian pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru dilihat dari siklus I sampai siklus II yaitu pada kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir selalu mengalami peningkatan setiap pertemuan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa guru sudah berusaha mengoptimalkan pengelolaan pembelajaran di kelas. Optimalnya proses pembelajaran di kelas menandakan bahwa guru sudah bertindak efektif, karena guru yang efektif yaitu guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam satu mata pelajaran dengan persentase waktu
(3)
belajar akadmis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif dan hukuman (Trianto, 2009).
Proses mengajar guru yang efektif ini merupakan salah satu keunggulan yang didapatkan dari adanya penggunaan peta konsep dalam KBM. Menurut Munthe (2009) beberapa keunggulan yang didapatkan oleh guru dengan penggunaan peta konsep dalam KBM yaitu: membantu guru untuk memperkenalkan keseluruhan materi dari mata pelajarannya secara utuh dalam satu lembar kertas, dalam bentuk gambar dan dalam waktu yang sama, memudahkan guru untuk merencanakan pemilihan secara berurutan atas konsep-konsep yang akan disampaikan di dalam proses pembelajaran, dapat digunakan sebagai panduan proses pembelajaran materi agar terhindar dari kesesatan penyampaian bahan ajar, dapat menjaga konsistensi pengontrolan penyampaian materi dan menjaga batas-batas informasi luar yang akan masuk ke dalam materi bahan ajar, dan melokasi kesalahpahaman mengenai materi dalam pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
(1) Pembelajaran menggunakan peta konsep pada konsep Hewan Invertebrata dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X.I SMA Negeri 8 Banjarmasin pada siklus I dan siklus II mulai pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-6 yaitu berupa hasil ketuntasan belajar sebesar (81,82% - 93,94%) dan hasil selama proses pembelajaran (90,91%-1085,18%).
(2) Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dari siklus I yang konsisten mengalami peningkatan pada siklus II yaitu membuat peta konsep (32,4%); berdiskusi antar siswa/kelompok/guru (33,27%).
(4)
Kemudian aktivitas guru yang menurun dari siklus I sampai siklus II yaitu membimbing siswa memahami cara membuat peta konsep (17,05%), membimbing siswa membuat peta konsep (13,69%), membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru (11,72%), mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru (12,41%). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran telah berpusat pada siswa.
(3) Respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan peta konsep menyatakan (84,85%) menyenangkan dan (15,15%) menyatakan tidak menyenangkan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka beberapa saran dapat dikemukakan di sini, yaitu :
(1) Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan materi pelajaran dan frekuensi tugas. Hal ini dapat diatasi dengan variasi penggunaan media dalam pembelajaran.
(2) Pada saat pembelajaran yang menggunakan peta konsep alokasi waktu harus benar-benar diperhatikan, sesuai dengan RPP dan jam pelajaran yang disediakan, agar kegiatan pembelajaran terorganisasi dengan baik. Perlu adanya penugasan terlebih dahulu pada siswa dirumah sehingga kegiatan belajar siswa di kelas dapat berjalan dengan lancar.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, & Supardi 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Holil, Anwar. 2008. Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit
dalam Pembelajaran.http://pkab.wordpress.com/2008/04/23/memper
mudah-konsep-sulit-dalam-pembelajaran/. diakses tanggal 12 Januari 2009.
Masrah. 2008. Meningkatkan Kemampuan Mengingat Konsep Sistem Gerak
Melalui Peta Konsep Dalam Bentuk Laeflet Pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 17 Banjarmasin, Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin (Tidak dipublikasikan).
Munthe, Bermawi. 2009. Desain pembelajaran. Insan Madani, Yogyakarta. Nisa, H., 2004. Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Makhluk Hidup pada
Siswa Kelas 1 SLTPN 6 Tanjung Tabalong dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan. Skripsi Sarjana. Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Supramono. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan
Penerapannya dalam KBM dengan Mode Pembelajaran
Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa SD. Disertasi. Universitas Negeri
Malang, Maalang. Tidak dipublikasikan.
Tirtarahardja, Umar & La Sula. 1995. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Cerdas Pustaka, Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana, Jakarta.
(6)
Vidya, Mahrita. 2007. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VIIIC SMPN
24. Banjarmasin Tentang Subkonsep Sistem Saraf dan Indera dengan Menggunakan Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran Kooperatif, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, JurusanPendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin (Tidak dipublikasikan).