PENGARUH PENERAPAN METODE PETA KONSEP MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA : Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMAN 1 Kandanghaur.
PENGARUH PENERAPAN METODE PETA KONSEP
MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMAN 1 Kandanghaur)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ekonomi
Oleh : Arie Setia Budi
0707953
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
========================================================== PENERAPAN METODE PETA KONSEP MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMAN 1 Kandanghaur)
Oleh
ARIE SETIA BUDI
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Arie Setia Budi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis. ==========================================================
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN METODE PETA KONSEP MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP SISWA
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMAN 1 Kandanghaur)
Bandung, April 2013 Skripsi ini disetujui oleh :
Pembimbing I
Dr. Hj. Sumartini, M.P NIP. 195908301986012001
Pembimbing II
Leni Permana, S.Pd. NIP.197603182001122001
Mengetahui, Ketua Program Studi
Dr. Ikaputera Waspada, MM NIP.196104201987031002
(4)
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE PETA KONSEP MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA (Studi Kasus pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMAN 1 Kandanghaur) ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, April 2013
Arie Setia Budi NIM. 0707953
(5)
Arie Setia Budi,2014
ABSTRAK
Arie Setia Budi (0707953) ”Pengaruh Penerapan Metode Peta Konsep Melalui Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMAN 1 Kandanghaur)” di bawah bimbingan Dr. Sumartini, MP dan Leni Permana, S.Pd.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan Pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan metode peta konsep melalui multimedia interaktif pada kelas eksperimen dan metode ceramah pada kelas kontrol. Dalam penelitian ini subjek terdiri dari dua kelas yaitu kelas X.9 ( kelas eksperimen) dan kelas X.7 ( kelas kontrol).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Weak Experimental Design. Pengumpulan data dilakukan dengan tes pilihan ganda. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap soal untuk mendapatkan soal penelitian yang baik, kemudian soal tersebut diberikan kepada siswa dan menghasilkan skor pretest dan postest. Dari skor pretest dan postest akan menghasilkan N-gain. Kemudian sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu data tersebut dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan metode peta konsep melalui multimedia intraktif, terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada kelas kontrol sebelum dan sesudah menggunakan metode ceramah, Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah diberikan perlakuan.
Kata Kunci:
(6)
Arie Setia Budi,2014
ABSTRAK
Arie Setia Budi (0707953) "Effect of Application Method of Interactive Multimedia through Concept Maps to Enhance Student Understanding of Concepts (Experimental Study on Economic Subjects Class X SMAN 1 Kandanghaur)" under the guidance of Dr. Sumartini, MP and Leni Permana, S.Pd.
The purpose of this study was to determine the difference in increasing students' understanding of concepts before and after the treatment on economic subjects using concept maps in the classroom through interactive multimedia lecture on the experimental and control classes. In this study subjects consisted of two classes, namely class X.9 (experimental class) and class X.7 (control class).
The method used in this research that Weak Experimental Design method. Data collected by multiple choice tests. Before you do your research first conducted testing of the questions to get a good research question, then the question is given to students and generate pretest and posttest scores. Of pretest and posttest scores will produce N-gain. Then before the first test of the hypothesis that the data tested for normality and homogeneity.
Based on the research conducted showed that there are differences in the students 'understanding of the concept of economic subjects in the experimental class before and after using the multimedia concept maps through intraktif, there is a difference in the students' understanding of the concept of economic subjects in the control classes before and after using the lecture method, there are differences in the students' understanding of the concept of economic subjects in the experimental class and the control class after given treatment.
Keywords:
Methods of Concept Map, Interactive Multimedia, Understanding Student Concept.
(7)
BABBI PENDAHULUANB
B 1.1 LatarBBelakangBMasalahB
Menurut UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Sejalan dengan itu mata pelajaran ekonomi di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2006) :
1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara.
2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi.
3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara 4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial
ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Bloom (Susilana, 2006:102), mengemukakan tiga aspek hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom, menyebutkan ada 7 tingkatan, yaitu 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) pengertian, 4) aplikasi, 5) analisis, 6) sintesis, 7) evaluasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
(8)
bahwa keberhasilan proses belajar salah satunya dapat ditandai dengan adanya perubahan yang menyangkut aspek kognitif yang didalamnya terdapat kemampuan pemahaman konsep siswa yang dapat diukur sebagai salah satu acuan keberhasilan proses belajar.
Depdiknas menjabarkan, dalam mata pelajaran ekonomi, aspek yang dinilai dapat dilihat dalam tabel penilaian kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
TabelB1.1B
PenilaianBKelompokBMataBPelajaranB
NoB KelompokBMataB
PelajaranB ContohBMataBPelajaranB AspekByangBdinilaiB
1 Agama dan akhlak mulia Pendidikan Agama Pengetahuan dan sikap
2 Kewarganegaraan dan
kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan Pengetahuan dan sikap 3 Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Matematika Pengetahuan dan sikap
Fisika, Kimia, Biologi Pengetahuan, praktek, dan sikap Ekonomi, Sejarah,
Geografi, Sosiologi, Antropologi
Pengetahuan dan sikap
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Asing lain
Pengetahuan, praktek, dan sikap Teknologi Informasi
dan Komunikasi Pengetahuan, praktek, dan sikap
4 Estetika Seni Budaya praktek dan sikap
5 Jasmani, olahraga, dan
kesehatan Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan Pengetahuan, praktek, dan sikap Sumber : Depdeknas, 2006
Dalam tabel diatas, dapat diketahui pada mata pelajaran ekonomi aspek yang dinilai adalah aspek pengetahuan dan sikap. Bloom dkk (Dimyati dan Mudjiono, 2006:28), mengungkapkan bahwa ”pengetahuan adalah kemampuan mengetahui atau mengingat istilah, fakta, aturan, urutan, metode, dan sebagainya”.
(9)
Sedangkan “sikap yaitu kondisi internal yang mempengaruhi pilihan individu dalam melakukan suatu tindakan” (Gagne dalam Pribadi, 2011:62). Sikap menunjukkan adanya kecenderungan atau pilihan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tindakan. “Sikap adalah kecenderungan yang relatif menatap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu” (Bruno, dalam Muhibbin, 2010:118).
Lebih lanjut, Bloom menjelaskan “salah satu aspek dari pengetahuan adalah adanya pemahaman konsep. Pemahaman konsep merupakan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, memahami isi pokok, mengartikan tabel, dan sebagainya”.
Sudjana ( Dedeh, 2010:18), mengungkapkan ‘dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom’. Yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni :
1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
2. Ranah Afektif, yang berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas aspek penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah Psikomotor, yang berkenaan dengan kemampuan yang berupa
keterampilan fisik (motorik) yang terdiri atas gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan preseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interperatif.
(10)
Berdasarkan pernyataan diatas, pemahaman konsep menjadi salah satu aspek kognitif. Dimana pemahaman konsep merupakan salah satu tolak ukur untuk mengukur keberhasilan pencapaian kemampuan intelektual siswa.
Trianto (2007:1) mengungkapkan “salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak pada rendahnya pemahaman konsep siswa”.
Dari penelitian awal yang dilakukan pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kandanghaur diperoleh data berupa tes kemampuan pemahaman konsep, hasilnya disajikan pada tabel berikut:
TabelB1.2B
HasilBTesBKemampuanBPemahamanBKonsepBEkonomiBB SiswaBKelasBBXBSMABNegeriB1BKandanghaurB
SemeserBGenapBTahunBAjaranB2011-2012B KelasB BJumlahBSiswaB JumlahBsiswaBdenganBnilaiBB
<B70B
NilaiB
MinimumB MaksimumBNilaiB Rata-rataBNilaiBB
X.1 35 14 30 95 66
X.2 35 19 30 85 63
X.3 36 31 40 85 58
X.4 36 30 25 80 57
X.5 35 31 35 75 57
X.6 35 28 25 80 58
X.7 35 31 30 75 56
X.8 35 29 25 80 56
X.9 35 24 25 75 57
Rata-rata Keseluruhan 58
Sumber : Data pra peneletean, deolah B
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep siswa kelas X SMA Negeri 1 Kandanghaur sebesar 58 dengan jumlah siswa yang memiliki nilai di atas 70 sejumlah 44 siswa. Hal ini
(11)
berarti sebanyak 273 siswa atau sebanyak 86% siswa kelas X SMAN 1 Kandanghaur memiliki nilai dibawah 70.
Berdasarkan Tabel 1.2, yaitu mengenai Kriteria Batas Minimal Prestasi Belajar menurut Muhibbin Syah (2010 : 151) dapat kita nilai hasil test yang tertera dalam tabel berikut :
TabelB1.3
PerbandinganBNilaiBAngkaBdanBHurufB
Sumber: Muhebben Syah, 2010:151
Jika dikonversikan berdasarkan tabel di atas, tingkat pemahaman konsep ekonomi siswa kelas X SMAN 1 Kandanghaur yang sebesar 58 berada pada ktegori kurang, walaupun terdapat nilai tertinggi yaitu sebesar 95 dan masuk kategori baik. Sekitar 70% siswa masih berada pada rentang nilai dibawah 70. Hal ini menandakan masih kurangnya pemahaman konsep ekonomi siswa.
Permasalahan masih rendahnya pemahaman konsep siswa ini diduga terjadi akibat penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Hal tersebut terjadi karena pada kenyataannya dilapangan masih guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional atau tradisional dimana dalam pembelajarannya, suasana kelas cenderung berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif.
Simbol-SimbolBNilaiBAngkaBDanBHurufB PredikatB
AngkaB HurufB
8 - 10 = 80 - 100 = 3,1 - 4 7 - 7,9 = 70 - 79 = 2,1 - 3 6 - 6,9 = 60 - 69 = 1,1 - 2 5 - 5,9 = 50 - 59 = 1 0 - 4,9 = 0 - 49 = 0
A B C D E
Sangat baik Baik
Cukup Kurang Gagal
(12)
Kondisi pembelajaran yang berlangsung di sekolah masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.
“Berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahanya daya serap peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional” (Trianto, 2007:1).
Dari pengamatan di lapangan, kegiatan pembelajaran yang berlangsung lebih didominasi oleh guru dengan menggunakan metode ceramah, sehingga pada pembelajaran yang berlangsung siswa menjadi pasif dan siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya karena dalam metode ceramah pembelajaran yang berlangsung berpusat pada guru, yang pada akhirnya materi yang disampaikan oleh guru tidak tersampaikan dengan baik. Sehingga pembelajaran ekonomi masih belum efektif karena banyak siswa yang tidak benar-benar memahami konsep yang dipelajarinya.
Selain metode yang digunakan masih konvensional, yang terjadi dilapangan, guru masih belum mampu memanfaatkan media pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada pengamatan yang diakukan, dimana guru hanya memanfaakan media papan tulis sebagai media dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat berpengaruh pada kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Seharusnya media pembelajaran dapat membantu mempermudah
(13)
siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, tetapi dengan keadaan dilapangan yang terjadi, dimana guru masih hanya memanfaatkan papan tulis saja sebagai media pembelajaran yang digunakan.
Sudjana dan Rivai (Rentno, 2010), menjelaskan bahwa “salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah aspek metodologi, dimana dalam komponen metodologi mencakup dua aspek yang paling menonjol yakni metode dan media” .
Melalui kompetensi profesionalnya, guru harus mampu mewujudkan langkah-langkah pembelajaran inovatif dan kreatif, sehingga proses belajar dan mengajar dapat bermakna serta trans6er o6 knowledge dan trans6er o6 value dapat dengan mudah tersampaikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat variasi pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa menjadi lebih memahami konsep-konsep ekonomi yang telah dan akan dipelajari.
Dalam penyampaian materi pelajaran, guru selain harus bisa menggunakan metode yang tepat, guru juga harus bisa memilih media atau alat penyampaian yang digunakan dalam penyampaian materi dalam kegiatan belajar.
Melihat fenomena tersebut, perlu dilakukan pengkajian lanjut mengenai alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Marttin (Trianto, 2007:159), mengungkapkan :
Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep ekonomi siswa dan penerapan sistem belajar yang berpusat pada
(14)
siswa adalah dengan menerapkan metode belajar peta konsep, yaitu metode belajar dimana siswa diajarkan untuk dapat membuat suatu ilustrasi grafis kongkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada katagori yang sama).
Pemanfaatan multimedia interaktif dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif pemanfaatan media belajar yang dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep ekonomi. Sehingga dengan adanya hal tersebut hasil belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik. Hasil belajar yang diharapkan adalah adanya perubahan yang signifikan dalam hal kemampuan pemahaman konsep yang diikuti oleh perubahan tingkah laku dan kepribadian secara optimal sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam hal ini penerapan metode belajar peta konsep disampaikan dengan menggunakan multimedia interaktif agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih mudah dipahami oleh siswa. “Multimedia interaktif merupakan kombinasi dari berbagai media yang dikemas (diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan pembelajaran tertentu” (Bambang Warsita, 2008:154).
Berdasarkan pemikiran diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “PENGARUHBPENERAPANBMETODEBPETAB
KONSEPB MELALUIB MULTIMEDIAB INTERAKTIFB UNTUKB
MENINGKATKANB PEMAHAMANBKONSEPB SISWA”B (StudiB EksperimenB padaBMataBPelajaranBEkonomiBKelasBXBdiBSMABNegeriB1BKandanghaur).
(15)
1.2 RumusanBMasalahB
Rumusan masalah dalam penelitian ini untuk mengetahui :
1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan metode peta konsep melalui multimedia interaktif?B
2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada kelas kontrol sebelum dan sesudah menggunakan metode ceramah?B
3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran ekonomi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah perlakuan?B
B
1.3 TujuanBPenelitianB
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh temuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan metode peta konsep melalui multimedia interaktif.B
2. Untuk mengtahui apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada kelas kontrol sebelum dan sesudah menggunakan metode ceramah.B
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran ekonomi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah perlakuan.B
(16)
B
1.4 KegunaanBPenelitianB 1.4.1 KegunaanBTeoritisBB
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis di bidang pendidikan khususnya penerapan metode peta konsep melalui multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran ekonomi.
1.4.2 KegunaanBPraktisB
1. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam belajar untuk membantu mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui penerapan peta konsep-konsep melalui multimedia interaktif.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam penerapan metode peta konsep melalui multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.
3. Bagi sekolah, Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan sekolah ketika menentukan kurikulum yang akan disusun dalam hal pemilihan penggunaan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran ekonomi.
(17)
BABBIIIB
METODEBPENELITIANB 3.1 MetodeBPenelitianB
Suharsimi Arikunto (2006:136) menjekaskan bahwa metode penekitian merupakan cara yang digunakan okeh penekiti dakam mengumpukkan data penekitiannya. Metode penekitian pada dasarnya merupakan cara ikmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dakam penekitian ini adakah Weak Experimental Design. Menurut Fraenkek dan Wakken (1993 : 245), “Weak Experimental Design merupakan desain penekitian yang menggunakan kekompok kontrok, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrok variabek-variabek internak yang mempengaruhi pekaksanaan eksperimen”.
3.2 DesainBPenelitian
Desain penekitian yang akan digunakan dakam penekitian ini adakah The Static Group Pretest – Posttest Design. Dakam penekitian eksperimen ini, penekiti membagi subjek yang ditekiti menjadi dua kekompok, yaitu kekompok eksperimen adakah siswa yang diberi perkakuan (treatment) dengan memberikan metode peta konsep mekakui muktimedia interaktif pada saat pembekajaran berkangsung. Sementara kekompok kontrok adakah siswa yang diberi perkakuan berupa metode pembekajaran ceramah. Desain penekitian ini menggunakan pretest dan posttest yang diberikan pada masing-masing kekompok untuk mendapatkan data yang nantinya pada tahap anakisis data diperokeh sekisih nikai antara pretest dan posttest. Sekisih antara nikai pretest dan posttest itu disebut “gain”. Besarnya gain
(18)
tergantung pada besarnya sekisih antara pretest dan posttest tersebut (Fraenkek dan Wakken, 1993:247).
TabelB3.1B
The Static Group Pretest-Posttest Design
Kekas Pretest Treatment Posttest
Eksperimen O1 X1 O3
Kontrok O2 X2 O4
Sumber:Fraenkel dan Wallen, (1993:247)
Keterangan :
O1 = Pretest pada kekas eksperimen O2 = Pretest pada kekas kontrok O3 = Posttest pada kekas eksperimen O4 = Posttest pada kekas kontrok
X1= Penerapan metode pembekajaran peta konsep mekakui muktimedia interaktif. X2= Penerapan metode pembekajaran ceramah.
B B
B B B B B B
B B B
(19)
3.3 AlurBPenelitianB B
B
B B
B B B B B B B B B B B B B B B
B GambarB3.1B AlurBPenelitianB B
B B
Kekas X.2
Pre Test
Ceramah
Post Test
Siswa Kekas X SMA Negeri 1 Kandanghaur
Kekas X.1
Pre Test
Peta konsep mekakui muktimedia interaktif
Post Test
Gain Hipotesis Hasik penekitian
(20)
3.4 OperasionalBVariabelBPenelitianB TabelB3.2B
OperasionalisasiBVariabelB
VariabelB KonsepBTeoritisB EmpirisBKonsepB KonsepBAnalitisB UkuranBDataB
1B 2B 3B 4B 5B
VariabelBBebasB(X)B Metode peta
konsep
Muktimedia interaktif
Peta konsep adakah ikustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah
konsep tunggak
dihubungkan ke
konsep-konsep kain pada kategori yang sama (Marttin dakam Trianto, 2007:159).
Muktimedia interaktif merupakan kombinasi dari berbagai media
yang dikemas
(diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan pembekajaran tertentu (Bambang Warsita, 2008:154).B Penerapan merode peta konsep dengan kangkah-kangkah sebagai berikut: 1. Memikih suatu bacaan; 2. menentukan konsep-konsep yang rekevan; 3. mengurutkan konsep-konsep dari yang inkkusif ke yang kurang inkkusif; 4. menyusun konsep-konsep tersebut ke dakam suatu bagan.
Penyampaian peta konsep dengan menggunakan muktimedia interaktif Hasik penekitian terhadap penerapan metode peta konsep. Hasik penekitian terhadap penerapan muktimedia interaktif. - VariabelBTerikatB(Y)B Pemahaman konsep siswa
Pemahaman konsep
tampak sebagai
terjadinya perubahan tingkah kaku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur
Skor
pemahaman konsep ekonomi siswa.
Niai pre test
dan post test
siswa pada kekas
eksperimen dan kekas
Data Intervak
(21)
dakam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampikan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang
kebih baik
dibandingkan dengan sebekumnya, misaknya dari tidak tahu menjadi tahu (Oemar Hamakik, 2001:155).
kontrok.
B
3.5 InstrumenBPenelitianB
Dakam penekitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpukkan data adakah tes yang mengukur pemahaman konsep.
Tes merupakan akat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dakam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2006:53). Bentuk tes yang digunakan adakah soak pikihan ganda yang jumkahnya 30 soak.
Langkah-kangkah sistematis dari penyusunan tes yang mengukur pemahaman konsep sebagai berikut :
a. Menentukan SK, KD, Indikator, dan tujuan pembekajaran. b. Membuat kisi-kisi tes
Kisi-kisi tertukis menggambarkan penyebaran jumkah pokok uji yang akan dibuat untuk pokok bahasan dan jenjang tertentu. Pembuatan kisi-kisi tertukis sebagai rancangan tes harus merujuk pada kompetensi dasar, indikator pembekajaran, sub materi pokok uji, dan jumkah soak.
(22)
c. Menyusun tes yang mengukur pemahaman konsep
d. Mekakukan uji vakiditas, rekiabikitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. e. Merevisi tes hasik bekajar sampai didapat tes hasik bekajar yang vakid.
3.6 UjiBInstrumenB
Dakam sebuah penekitian, untuk mendapatkan data yang akurat, instrumen yang digunakan harus memikiki tingkat kesahihan (vakiditas) dan keterandakan (rekiabikitas). Suharsimi Arikunto (2006:144) mengungkapkan, bahwa “instrumen yang baik harus harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu vakid dan rekiabek”.
3.6.1 UjiBValiditasB
Sebuah instrumen yang akan digunakan dakam suatu penekitian harus dapat mengukut atau mengungkapkan data dari variabek yang ditekiti. Hak tersebut dapat diketahui dengan mekakukan uji vakiditas yang menentukan vakid atau tidaknya sebuah instrumen. Hak tersebut senada dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006:145) yang menyatakan, bahwa “sebuah instrumen dikatakan vakid apabika mampu mengukur apa yang diinginkan”.
Atas hak tersebut, maka penukis mekakukan vakiditas soak dengan mekakukan anakisis butir soak dengan menggunakan poduct moment atau pearson (Pearson’s Product Moment Coeffisient of Correkation), yaitu:
2
2 2
2 X N Y Y
X N
Y X
XY N
rxy
(23)
Keterangan:
xy
r = indeks korekasi
X = jumkah skor X
Y = jumkah skor Y
XY = jumkah skor X dan Y N = jumkah responden“Apabika dakam perhitungan didapatkan rhitung > rtabek, item soak tersebut vakid dengan tingkat signifikansi 0,05. Berikut tabek hasik uji vakiditas instrument :
TabelB3.3B HasilBUjiBValiditasB No
Soak r-hitung Instrumen 1 kriteria r-hitung Instrumen 2 kriteria r-hitung Instrumen 3 Criteria
1 0.42 Vakid 0.39 Vakid 0.44 Vakid
2 0.52 Vakid 0.36 Vakid 0.31 Vakid
3 0.48 Vakid 0.48 Vakid 0.36 Vakid
4 0.40 Vakid 0.44 Vakid 0.50 Vakid
5 0.41 Vakid 0.41 Vakid 0.40 Vakid
6 0.39 Vakid 0.32 Vakid 0.65 Vakid
7 0.35 Vakid 0.36 Vakid 0.45 Vakid
8 0.58 Vakid 0.62 Vakid 0.70 Vakid
9 0.61 Vakid 0.47 Vakid 0.40 Vakid
10 0.56 Vakid 0.43 Vakid 0.36 Vakid
11 0.43 Vakid 0.35 Vakid 0.62 Vakid
12 0.40 Vakid 0.32 Vakid 0.51 Vakid
13 0.43 Vakid 0.34 Vakid 0.34 Vakid
14 0.37 Vakid 0.41 Vakid 0.49 Vakid
15 0.40 Vakid 0.71 Vakid 0.40 Vakid
16 0.45 Vakid 0.35 Vakid 0.34 Vakid
17 0.48 Vakid 0.46 Vakid 0.32 Vakid
18 0.48 Vakid 0.39 Vakid 0.38 Vakid
19 0.43 Vakid 0.48 Vakid 0.53 Vakid
20 0.50 Vakid 0.36 Vakid 0.36 Vakid
(24)
22 0.51 Vakid 0.61 Vakid 0.46 Vakid
23 0.39 Vakid 0.53 Vakid 0.36 Vakid
24 0.51 Vakid 0.48 Vakid 0.33 Vakid
25 0.72 Vakid 0.48 Vakid 0.39 Vakid
26 0.48 Vakid 0.42 Vakid 0.37 Vakid
27 0.46 Vakid 0.46 Vakid 0.38 Vakid
28 0.50 Vakid 0.32 Vakid 0.35 Vakid
29 0.39 Vakid 0.69 Vakid 0.37 Vakid
30 0.33 Vakid 0.30 Vakid 0.36 Vakid
Sumber: data penelitian (diolah) Ket : r tabel = 0,30
Berdasarkan tabek 3.3, penekitian ini sekuruh item soak dinyatakan vakid sehingga instrumen yang vakid kayak untuk dijadikan akat ukur penekitian.
3.6.2 UjiBReliabilitas
“Rekiabikitas merupakan suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai akat pengumpukan data karena instrumen tersebut cukup baik” (Arikunto, 2006:154). Sebuah tes dapat dikatakan rekiabke jika tes tersebut memberikan hasik yang tetap. Jika tes tersebut diberikan pada kesempatan yang kain akan memberikan hasik yang rekatif sama.
Untuk mengetahui rekiabikitas, tes dakam penekitian ini menggungana rumus :
= − 1 1 − ( − )
Keterangan:
= rekiabikitas instrumen
k = banyaknya butir soak/pertanyaan m = skor rata-rata
(25)
Vt = varians soak
“Jika nikai rii > rtabek maka dapat dikatakan tes tersebut rekiabke” (Arikunto, 2006:166).
Untuk mengetahui interpretasi mengenai besarnya koefisien korekasi, menurut Suharsimi Arikunto (2006:245) interpretasi besarnya koefisien korekasi adakah sebagai berikut:
TabelB3.4B
InterpretasiBBesarnyaBKoefisienBKorelasiB IntervalBKoefisienBKorelasiB TingkatBHubunganB
Antara 0,800 – 1,000 Rekiabikitas sangat tinggi Antara 0,600 – 0,800 Rekiabikitas tinggi
Antara 0,400 – 0,600 Rekiabikitas cukup
Antara 0,200 – 0,400 Rekiabikitas rendah
Antara 0,000 – 0,200 Rekiabikitas sangat rendah
Sumber : Suharsimi Arikunto (2006:245)
Data hasik uji rekiabikitas instrumen dapat dikihat pada tabek berikut:B TabelB3.5B
UjiBReliabilitasBInstrumenB
Instrumen Rekiabikitas Kriteria
I 0,87 Sangat Tinggi
II 0,86 Sangat Tinggi
III 0,87 Sangat Tinggi
Sumber: data penelitian (diolah)
Tabek 3.5 menunjukkan bahwa instrumen penekitian ini memikiki rekiabikitas yang sangat tinggi yaitu sebesar 0,87. Dengan kata kain semua soak dakam penekitian ini merupakan instrumen yang dapat dipercaya.
3.6.3 TingkatBKesukaranB
Indeks kesukaran berfungsi untuk mengetahui tingkat kesukaran. Untuk mencari indeks kesukaran (IK) akan menggunakan rumus.
(26)
= (Suherman, 1990:212) Keterangan :
IK = indeks kesukaran
JBa = jumkah siswa yang menjawab benar pada kekompok atas JBb = jumkah siswa yang menjawab benar pada kekompok bawah JSa = jumkah siswa kekompok atas
JSb = jumkah siswa kekompok bawah
Dengan interpretasi niai tingkat kesukaran butirnya dapat diukur dengan menggunakan tokok ukur sebagai berikut:B
TabelB3.6B
KriteriaBIndeksBKesukaranB
IndeksBKesukaranB(IK)B KriteriaBSoalB
IK = 0,00 Soak terkaku sukar
0,00 < IK < 0,30 Soak sukar
0,30 IK < 0,70 Soak sedang
0,70 IK < 1,00 Soak mudah
IK = 1,00 Soak terkaku mudah
(Suherman, 1990:213) Dari hasik perhitungan tersebut, diperokeh hasik pada tabek berikut ini:
B B B B B B B B B B B
(27)
TabelB3.7B
HasilBUjiBTingkatBKesukaranB B
No.
Soak T. Kesukaran I Kriteria T. Kesukaran II Kriteria T. Kesukaran III Kriteria
1 0.83 Mudah 0.28 Sukar 0.89 Mudah
2 0.69 Sedang 0.75 Mudah 0.64 Sedang
3 0.28 Sukar 0.25 Sukar 0.89 Mudah
4 0.56 Sedang 0.42 Sedang 0.69 Sedang
5 0.25 Sedang 0.56 Sedang 0.56 Mudah
6 0.81 Mudah 0.64 Sedang 0.39 Sedang
7 0.44 Sedang 0.58 Sedang 0.42 Sedang
8 0.22 Sedang 0.31 Sedang 0.28 Sukar
9 0.28 Sedang 0.67 Sedang 0.53 Sedang
10 0.58 Sedang 0.17 Sukar 0.19 Sukar
11 0.50 Sedang 0.64 Sedang 0.28 Sukar
12 0.22 Sukar 0.53 Sedang 0.25 Sukar
13 0.14 Sukar 0.31 Sedang 0.42 Sedang
14 0.53 Sedang 0.47 Sedang 0.36 Sedang
15 0.53 Sedang 0.58 Sedang 0.28 Sedang
16 0.75 Mudah 0.31 Sedang 0.81 Mudah
17 0.17 Sukar 0.42 Sedang 0.56 Sedang
18 0.17 Sukar 0.78 Mudah 0.28 Sukar
19 0.67 Sedang 0.69 Sedang 0.33 Sukar
20 0.53 Sedang 0.56 Sedang 0.42 Sedang
21 0.56 Sedang 0.83 Mudah 0.72 Mudah
22 0.36 Sukar 0.42 Sedang 0.58 Sedang
23 0.47 Sedang 0.67 Sedang 0.83 Mudah
24 0.56 Sedang 0.58 Sedang 0.44 Sedang
25 0.56 Sedang 0.36 Sedang 0.78 Mudah
26 0.25 Sukar 0.31 Sukar 0.53 Sedang
27 0.61 Sedang 0.28 Sukar 0.58 Sedang
28 0.75 Sedang 0.36 Sedang 0.78 Mudah
29 0.19 Sukar 0.53 Sedang 0.58 Sedang
30 0.39 Sedang 0.75 Mudah 0.83 Mudah
Sumber: data penelitian (diolah)
Berdasarkan tabek 3.7 diketahui bahwa pada instrument I dari jumkah 30 soak, terdiri dari 3 butir soak dengan kategori mudah, 19 butir soak dengan kategori
(28)
sedang, 8 butir soak dengan kategori sukar. Pada instrument II dari jumkah 30 soak, terdiri dari 4 butir soak dengan kategori mudah, 5 butir soak dengan kategori sedang, 21 butir soak dengan kategori sukar. Pada instrument III dari jumkah 30 soak, terdiri dari 9 butir soak dengan kategori mudah, 6 butir soak dengan kategori sedang, 15 butir soak dengan kategori sukar. Dari jumkah kesekuruhan 90 butir soak, sebanyak 16 soak atau sebesar 18% butir soak termasuk ke dakam kategori mudah. Sedangkan 55 soak atau 61% termasuk ke dakam kategori sedang dan 19 soak atau sebesar 21%. Dengan ini maka soak-soak tersebut dapat digunakan untuk penekitian sekanjutnya.
3.6.4 DayaBPembedaB
“Daya pembeda soak adakah kemampuan suatu soak dakam membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah” (Arikunto, 2006:211). Rumus yang digunakan dakam menentukan daya pembeda adakah sebagai berikut:
= +
Keterangan :
DP = daya pembeda
JAa = jumkah siswa kekompok atas yang menjawab soak dengan benar JAb = jumkah siswa kekas bawah yang menjawab soak dengan benar JSA = jumkah siswa kekas atas
Kkasifikasi daya pembeda :
B B
(29)
TabelB3.8B
KriteriaBDayaBPembedaB
DayaBPembedaB(DP)B KriteriaB
DP ≤ 0,00 Sangat jekek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jekek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
(Suherman,1990:202) Data hasik uji daya pembeda dapat dikihat pada tabek berikut :
B
TabelB3.9B
NilaiBDayaBPembedaB(DP)B
No. Soak DP I Kriteria DP II Kriteria DP III Kriteria
1 0.33 Cukup 0.33 Baik 0.22 Cukup
2 0.39 Cukup 0.39 Cukup 0.39 Cukup
3 0.33 Cukup 0.39 Cukup 0.22 Cukup
4 0.22 Cukup 0.50 Baik 0.39 Cukup
5 0.28 Cukup 0.33 Cukup 0.56 Baik
6 0.33 Cukup 0.39 Cukup 0.56 Baik
7 0.22 Cukup 0.17 Jekek 0.28 Cukup
8 0.44 Baik 0.50 Baik 0.56 Baik
9 0.44 Baik 0.22 Cukup 0.39 Cukup
10 0.72 sangat baik 0.33 Cukup 0.28 Cukup
11 0.33 Cukup 0.50 Baik 0.44 Baik
12 0.22 Cukup 0.28 Cukup 0.39 Cukup
13 0.28 Cukup 0.39 Cukup 0.33 Cukup
14 0.28 Cukup 0.28 Cukup 0.28 Cukup
15 0.28 Cukup 0.61 Baik 0.33 Cukup
16 0.39 Cukup 0.39 Cukup 0.33 Cukup
17 0.22 Cukup 0.28 Cukup 0.44 Baik
18 0.33 Cukup 0.22 Cukup 0.33 Cukup
19 0.33 Cukup 0.39 Cukup 0.44 Baik
20 0.39 Cukup 0.33 Cukup 0.28 Cukup
21 0.22 Cukup 0.33 Cukup 0.56 Baik
22 0.50 Baik 0.39 Cukup 0.39 Cukup
(30)
24 0.44 Baik 0.56 Baik 0.39 Cukup
25 0.67 Baik 0.39 Cukup 0.33 Cukup
26 0.28 Cukup 0.28 Cukup 0.33 Cukup
27 0.33 Cukup 0.33 Baik 0.44 Baik
28 0.28 Cukup 0.33 Cukup 0.39 Cukup
29 0.28 Cukup 0.67 Baik 0.28 Cukup
30 0.39 Cukup 0.22 Cukup 0.39 Cukup
Sumber: data penelitian (diolah)
Tabek 3.9 menunjukkan hasik daya pembeda yang masuk ke dakam kategori yang beragam. Pada instrumen I terdapat 24 soak berkategori cukup, 5 soak berkategori baik, 1 soak berkategori sangat baik. Pada instrument II terdapat 21 soak berkategori cukup, 8 soak berkategori baik, 1 soak berkategori jekek. Pada instrument III terdapat 22 soak berkategori cukup dan 8 soak berkategori baik. Dari 90 butir soak yang diujikan, butir soak yang memikiki daya pembeda dengan kategori baik adakah sebanyak 18 soak atau sebesar 20%, kategori jekek sebanyak 1 soak atau sebesar 1%, dan kategori cukup adakah sebanyak 71 soak atau sebesar 79%. Data tersebut menunjukkan bahwa soak tersebut secara garis besar cukup memikiki kemampuan untuk membedakan antara siswa yang memikiki pemahaman konsep baik dengan yang kurang baik.
3.7 ProsedurBPenelitianB
Penekitian ini dibagi dakam empat tahapan yaitu: persiapan penekitian, pekaksanaan penekitian, pengokahan data penekitian dan kesimpukan penekitian.
1. Tahap persiapan penekitian, mekiputi: a. Menentukan masakah,
b. Mekakukan pra penekitian untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa.
(31)
2. Tahap pekaksanaan penekitian
Tahapan pekaksanaan penekitian kangkah- kangkahnya sebagai berikut: a) Mekakukan perizinan pada pihak-pihak terkait dakam penekitian ini b) Berkonsuktasi dengan guru mata pekajaran terkait waktu penekitian
dan SK-KD.
c) Membuat skenario pembekajaran (RPP) d) Menyusun instrumen penekitian
e) Mekakukan uji instrumen penekitian.
f) Mengganti atau membuang soak-soak yang bekum memenuhi kriteria
g) Mengadakan uji coba kembaki hingga di perokeh instrumen penekitian yang vakid dan rekiabek.
h) Memikih sampek dengan dikakukan secara acak.
i) Memberikan tes awak /pre test pada kekas eksperimen dan kekas kontrok untuk mengetahui tes kemampuan awak siswa.
j) Memberi perkakuan kepada kekompok eksperimen berupa penerapan mekakui metode pembekajaran peta konsep mekakui muktimedia interaktif. Sedangkan pada kekas kontrok menggunakan metode konvensionak.B
k) Memberikan post test/ tes akhir pada kekompok eksperimen dan kontrok setekah pembekajaran berakhir untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dakam mata pekajaran ekonomi.
(32)
a. Mengokah data penekitian.
b. Menguji kesamaan dan perbedaan hasik pre test pada kekas eksperimen dan kekas kontrok
c. Membandingkan perbedaan hasik skor gain kekas eksperimen dan kekas kontrok.
3.8 TeknikBPengolahanBDataB
1. Skoring Penghitungan skor mentah yaitu S = R S = Skor yang dicari
R = Jumkah jawaban yang betuk
2. Dakam penekitian ini Pengokahan skor mentah menjadi nikai dikakukan dengan menggunakan sistem PAP (Penikaian Acuan Patokan). Penikaian acuan patokan yang digunakan dakam penekitian ini yaitu menggunakan PAP tipe Stand Eleven. Dimana pentransformasian skor menjadi nikai dengan menggunakan skaka stand ekeven sebagai berikut:
TabelB3.10B PAPBStandBElevenB
Tingkatan Presentase
stand eleven Rentang Skor Nikai
95 – 100% 29 – 30 10
85 – 94% 26 – 28 9
75 – 84% 23 – 25 8
65 – 74% 20 – 22 7
55 – 64% 17 – 19 6
45 – 54% 14 – 16 5
35 – 44% 11 – 13 4
25 – 34% 8 – 10 3
15 – 24% 5 – 7 2
5 – 14% 2 – 4 1
0 – 4% 0 – 1 0
(33)
3. N-gain ternormakisasiB
Untuk menghitung Normalized Gain (N-Gain) digunakan rumus sebagai berikut :
) (
) (
test pre skor maksimum
skor
test pre skor test
post skor Gain
N
(Mektzer, 2002)
Dengan kriteria gain ternormakisasi (g)
- g < 0,3 : rendah
- 0,3 g 0,7 : sedang
- 0,7 g : tinggi
3.9 TeknikBAnalisisBDataBdanBUjiBHipotesisB 3.9.1 TeknikBAnalisisBDataB
3.9.1.1 UjiBNormalitasB
Uji normakitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normak atau tidak. Kondisi data berdistribusi normak menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Dakam menguji normakitas, kangkah-kangkah yang ditempuh dakam penekitian ini adakah dengan menentukan chi-kuadrat ( ) dengan rumus :
= ( − )
Keterangan :
x : chi-kuadrat : hasik pengamatan
(34)
: hasik yang diharapkan
Jika X 2 hitung < X 2 tabel maka daftar distribusi normak.
(Sudjana, 2009: 273). 3.9.1.2 UjiBHomogenitasB
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kekas-kekas tersebut mempunyai varian yang sama atau tidak. Jika ketujuh kekas mempunyai varian yang sama, maka kekas tersebut dikatakan homogen. Dakam penekitian ini, untuk menentukan homogenitas dengan menggunakan data postestdari kedua kekas dengan uji lilieforst, dengan criteria sebagai berikut :
- Jika kevek signifikansi > α5%, maka data tersebut homogen Jika kevek signifikansi < α5%, maka data tersebut tidak homogen
- Jika F hitung < F tabek maka kedua sampek homogeny 3.9.1.3BBBBBBUjiBHipotesisB
Uji hipotesis penekitian di dasarkan pada data peningkatan pemahaman konsep, yaitu data sekisih nikai pretest dan postest. Pengujian hipotesis dikakukan dengan menggunakan uji-t independen. dan kekas kontrok, dengan kriteria :
HA : µ1 = µ2 H0 : µ1 ≠ µ2
Dimana : µ1 = skor gain kekas ekperimen µ2 = skor gain kkas controk
(35)
jika dibandingkan dengan t tabek, maka :
- Jika thitung> ttabek, maka H0 ditokak dan H1 diterima - Jika thitung ≤ ttabek, maka H0 diterima dan H1 ditokak 1. H1 : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dakam mata pekajaran ekonomi pada kekas eksperimen sebekum dan sesudah menggunakan metode peta konsep mekakui muktimedia intraktif.
2. H1 : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dakam mata pekajaran ekonomi pada kekas kontrok sebekum dan sesudah menggunakan metode ceramah. 3. H1 : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dakam mata pekajaran ekonomi pada kekas eksperimen dan kekas kontrok sesudah diberikan perkakuan.
(36)
DAFTAR PUSTAKA
A. Pribadi, Benny. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : PT. Dian
Rakyat. (Hal. 11, 12 13, 14, 28)
A. Pribadi, Benny. (2011). Model Assure Untuk Mendesain Pembelajaran Sukses.
Jakarta : PT. Dian Rakyat. (Hal. 3, 18)
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. (Hal. 31, 33)
Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Askara. (Hal. 37, 38, 40, 41, 44)
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta : AR-Ruzz Media. (Hal. 20, 28)
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan kedua. Bandung:
Erlangga. (Hal. 12)
Daryanto (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. (Hal. 14)
Dedeh. (2011). Penerapan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Mata Pelajaran PKN : Penelitian Kuasi Eksperimen Di SMPN 3 Bandung. Skripsi pada FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia. (Hal. 3, 23, 30, 76)
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ketiga.
Jakarta: P.T. Rineka Cipta. (Hal. 2, 11, 12)
E. Mayer, Richard. (2009). Multimedia Learning, Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Yogyakarta: pustaka pelajar (Hal. 26, 31)
Fathurrohman dan Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika
Aditama. (Hal. 25, 30)
Fraenkel dan Wallen. (1993). How To Design And Evaluate Research In
Education. Singapura: library of congress cataloging in publication data. (Hal. 33, 34)
(37)
Hadi Prasetyo, Fransiskus. (2007). Desain Dan Aplikasi Media Pembelajaran
Dengan Menggunakan Macromedia Flash MX. Yogyakarta : Ardana
Media. (Hal. 26)
Hamalik, Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Cetakan ke-8. Jakarta: P.T. Bumi Aksara. (Hal. 11, 15, 37)
Neti Bidiawati dan Leni Permana. (2010). Perencanaan pembelajaran Ekonomi.
Bandung: Lab Ekonomi dan Koperasi. (Hal. 17)
Putri, Retno Astrni (2010). Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif
Berbasis Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Dalam Pembelajaran Tik : Penelitian Eksperimen Kuasi. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. (Hal. 7, 74)
Sagala, Syaiful. (2009). Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar. Bandung: Alfabeta,
C.V (Hal. 75)
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung:
kencana prenada media group.
Sudjana, Nana, 2009.Penelitian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya (Hal. 24, 25, 31)
Suherman, E. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: UPI (Hal. 42,
45)
Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka pelajar (Hal. 23, 30)
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: PT Rineka
cipta (Hal. 17)
Susilana, Rudi, 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Tim Pengembang
MKDK Kurikulum dan Pembelajaran – Fakultas Ilmu Pendidikan UPI – Bandung. (Hal. 1, 12, 29)
(38)
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya (Hal. 3, 5, 11, 76)
Syaodih, Nana. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya (Hal. 11)
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. (Hal. 4, 6, 7, 21, 22, 24)
Warsita, Bambang (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta : Rineka Cipta. (Hal. 8, 26)
Zaini dkk. (2004). Strategi Pmblajaran Aktif Edisi Revisi. Yogyakarta:
(1)
49
Arie Setia Budi,2014
3. N-gain ternormakisasiB
Untuk menghitung Normalized Gain (N-Gain) digunakan rumus sebagai berikut :
) ( ) ( test pre skor maksimum skor test pre skor test post skor Gain N
(Mektzer, 2002)
Dengan kriteria gain ternormakisasi (g) - g < 0,3 : rendah - 0,3 g 0,7 : sedang - 0,7 g : tinggi
3.9 TeknikBAnalisisBDataBdanBUjiBHipotesisB 3.9.1 TeknikBAnalisisBDataB
3.9.1.1 UjiBNormalitasB
Uji normakitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normak atau tidak. Kondisi data berdistribusi normak menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Dakam menguji normakitas, kangkah-kangkah yang ditempuh dakam penekitian ini adakah dengan menentukan chi-kuadrat ( ) dengan rumus :
= ( − )
Keterangan : x : chi-kuadrat
(2)
50
Arie Setia Budi,2014
: hasik yang diharapkan
Jika X 2 hitung < X 2 tabel maka daftar distribusi normak.
(Sudjana, 2009: 273).
3.9.1.2 UjiBHomogenitasB
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kekas-kekas tersebut mempunyai varian yang sama atau tidak. Jika ketujuh kekas mempunyai varian yang sama, maka kekas tersebut dikatakan homogen. Dakam penekitian ini, untuk menentukan homogenitas dengan menggunakan data postestdari kedua kekas dengan uji lilieforst, dengan criteria sebagai berikut :
- Jika kevek signifikansi > α5%, maka data tersebut homogen Jika kevek signifikansi < α5%, maka data tersebut tidak homogen
- Jika F hitung < F tabek maka kedua sampek homogeny
3.9.1.3BBBBBBUjiBHipotesisB
Uji hipotesis penekitian di dasarkan pada data peningkatan pemahaman konsep, yaitu data sekisih nikai pretest dan postest. Pengujian hipotesis dikakukan dengan menggunakan uji-t independen. dan kekas kontrok, dengan kriteria :
HA : µ1 = µ2 H0 : µ1 ≠ µ2
Dimana : µ1 = skor gain kekas ekperimen µ2 = skor gain kkas controk
(3)
51
Arie Setia Budi,2014
jika dibandingkan dengan t tabek, maka :
- Jika thitung> ttabek, maka H0 ditokak dan H1 diterima - Jika thitung ≤ ttabek, maka H0 diterima dan H1 ditokak 1. H1 : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dakam mata pekajaran ekonomi pada kekas eksperimen sebekum dan sesudah menggunakan metode peta konsep mekakui muktimedia intraktif.
2. H1 : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dakam mata pekajaran ekonomi pada kekas kontrok sebekum dan sesudah menggunakan metode ceramah. 3. H1 : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa dakam mata pekajaran ekonomi pada kekas eksperimen dan kekas kontrok sesudah diberikan perkakuan.
(4)
Arie Setia Budi,2014
DAFTAR PUSTAKA
A. Pribadi, Benny. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : PT. Dian Rakyat. (Hal. 11, 12 13, 14, 28)
A. Pribadi, Benny. (2011). Model Assure Untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta : PT. Dian Rakyat. (Hal. 3, 18)
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. (Hal. 31, 33)
Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Askara. (Hal. 37, 38, 40, 41, 44)
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta : AR-Ruzz Media. (Hal. 20, 28)
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan kedua. Bandung: Erlangga. (Hal. 12)
Daryanto (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. (Hal. 14) Dedeh. (2011). Penerapan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Mata Pelajaran PKN : Penelitian Kuasi Eksperimen Di SMPN 3
Bandung. Skripsi pada FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia. (Hal. 3,
23, 30, 76)
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ketiga. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. (Hal. 2, 11, 12)
E. Mayer, Richard. (2009). Multimedia Learning, Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Yogyakarta: pustaka pelajar (Hal. 26, 31)
Fathurrohman dan Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika
Aditama. (Hal. 25, 30)
Fraenkel dan Wallen. (1993). How To Design And Evaluate Research In
Education. Singapura: library of congress cataloging in publication data.
(5)
Arie Setia Budi,2014
Hadi Prasetyo, Fransiskus. (2007). Desain Dan Aplikasi Media Pembelajaran
Dengan Menggunakan Macromedia Flash MX. Yogyakarta : Ardana
Media. (Hal. 26)
Hamalik, Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Cetakan ke-8. Jakarta: P.T. Bumi Aksara. (Hal. 11, 15, 37)
Neti Bidiawati dan Leni Permana. (2010). Perencanaan pembelajaran Ekonomi.
Bandung: Lab Ekonomi dan Koperasi. (Hal. 17)
Putri, Retno Astrni (2010). Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
Viii Dalam Pembelajaran Tik : Penelitian Eksperimen Kuasi. Skripsi
pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. (Hal. 7, 74)
Sagala, Syaiful. (2009). Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar. Bandung: Alfabeta,
C.V (Hal. 75)
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung: kencana prenada media group.
Sudjana, Nana, 2009.Penelitian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya (Hal. 24, 25, 31)
Suherman, E. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: UPI (Hal. 42, 45)
Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka pelajar (Hal. 23, 30)
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: PT Rineka cipta (Hal. 17)
Susilana, Rudi, 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran – Fakultas Ilmu Pendidikan UPI – Bandung. (Hal. 1, 12, 29)
(6)
Arie Setia Budi,2014
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya (Hal. 3, 5, 11, 76)
Syaodih, Nana. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya (Hal. 11)
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. (Hal. 4, 6, 7, 21, 22, 24)
Warsita, Bambang (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta : Rineka Cipta. (Hal. 8, 26)
Zaini dkk. (2004). Strategi Pmblajaran Aktif Edisi Revisi. Yogyakarta: CSTD(centre for teaching staff development). (Hal. 75, 76)