PENUMBUHAN KEMANDIRIAN DALAM BERPENDAPAT MELALUI TEKNIK TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI KELAS VIII C SMP LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI.
No. Daftar FPIPS: 4783/UN.40.2.7/PL/2015
PENUMBUHAN KEMANDIRIAN DALAM BERPENDAPAT MELALUI TEKNIK TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI KELAS VIII C SMP LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI
Di susun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Muhamad Yunus 1001732
(2)
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Persuratan (Surat Keputusan, Surat Balikan Penelitian)
Lampiran 2. Instrumen Penelitian (Pedoman Observasi)
Lampiran 3. Hasil Penelitian (RPP, Daftar hadir siswa, hasil observasi siswa, catatan lapangan)
(3)
Lampiran 1. Persuratan
a.
Surat Keputusan,
(4)
(5)
Lampiran 3. Hasil Penelitian
a. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) b. Daftar hadir siswa
c. hasil observasi siswa d. catatan lapangan
(6)
(7)
ABSTRAK
PENUMBUHAN KEMANDIRIAN DALAM BERPENDAPAT MELALUI TEKNIK
TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI
KELAS VIII C SMP LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI
Penelitian ini bermula dari temuan-temuan di lapangan pada observasi awal mengenai maslah kemandirian siswa di kelas VIII C SMP percontohan UPI. Pertama, Siswa dikelas VIII C SMP Percontohan UPI kurang memiliki dorongan untuk memulai pembelajaran.
Kedua, siswa kurang disiplin. Ketiga, pada saat berlangsung pembelajaran tidak terjadi feed back atau timbal balik ketika kegiatan pembelajaran. Keempat, siswa kurang mampu
mengahargai pendapat temannya. Meninjau permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart dalam 4 siklus. Pemecahan masalah yang dipilih yaitu dengan menggunakan teknik time token untuk menumbuhkan kemandirian siswa. Adapun penumbuhan kemandirian siswa dapat dilihat dari indikator Kemandirian siswa yaitu Menghargai pendapat, Siswa menjadi diri sendiri atau percaya diri dalam berhubungan dengan siswa lainya dan guru di kelas, Siswa mampu membuat keputusan sendiri, Siswa mampu mengetahui dengan pasti kapan harus meminta pertimbangan orang lain, Keyakinan diri siswa berasal dari dirinya sendiri, Siswa memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, Siswa berinisiatif untuk mengerjakan tugas-tugas dan Siswa bertanggung jawab terhadap apayang dilakukannya. Pada siklus pertama jumlah siswa yang berpendapat masih sedikit dikarenakan siswa masih kurang bisa menghargai pendapat siswa lainya. Pada siklus kedua, terjadi perbaikan jika dibanding siklus pertama dikarenakan siswa sudah mulai bisa menghargai pendapat siswa lainya. Pada siklus ketiga, terjadi lonjakan perbaikan sebesar 17, 1 %, hal ini dikarenakan jumlah siswa yang berpendapat meningkat. Pada siklus keempat, hasil dari siklus keempat ini tidak jauh berbeda dengan siklus ketiga, dikarenakan siswa sudah memilki kemandirian dalam berpendapat. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus pertama hingga siklus keempat dari kualitas kurang, cukup, menjadi baik dengan persentase 57,8 %, 62,3 %, 79,4 % dan 82, 3 % pada siklus keempat. Kesimpulannya, Penumbuhan kemandirian dapat ditingkatkan melalui penerapan teknik time token.
(8)
ABSTRACT
Growth of independence opinion through time token technique in Social Studies Learning at class VIII C SMP Percontohan UPI
This study stems from the findings of the field in the preliminary observations regarding the independence issue with students in class VIII C SMP percontohan UPI. First, students in class VIII C SMP Percontohan UPI less have the urge to start learning. Second, students lack discipline. Third, the learning does not occur during a feed back or reciprocal when learning activities. Fourth, students are less able mengahargai his opinion. Reviewing the problems to be studied with regard to the learning process, the researchers chose a Class Action Research (PTK) with a research design Kemmis and Mc. Taggart in 4 cycles. Troubleshooting is selected by using the technique of time token to foster students' independence. The growing independence of students can be seen from the indicators Independence students are Appreciating opinion, Students become self or confidence in dealing with other students and teachers in the classroom, students are able to make their own decisions, Students are able to know exactly when to ask for consideration of others, Confidence the students come from himself, Students have the desire to compete to move forward for the good of themselves, students take the initiative to work on assignments and students are responsible for that which does. In the first cycle of the number of students who think they are still lacking a little bit because students can appreciate the opinion of other students. In the second cycle, an improvement when compared to the first cycle because the students have started to value the opinions of other students. In the third cycle, a spike in improvement by 17, 1%, this is because the number of students who argue increasing. In the fourth cycle, the results of the fourth cycle is not much different from the third cycle, because students already have autonomy in the opinion. All aspects of this have evolved from the first cycle to the fourth cycle of less quality, reasonably, be good with a percentage of 57.8%, 62.3%, 79.4 and 82, 3% in the fourth cycle. In conclusion, Growth independence can be enhanced through the application of engineering time token.
(9)
Daftar Isi
Lembar Pengesahan i
Lembar pernyataan ii
Kata Pengantar iii
Ucapan Terima kasih iv
Abstrak vi
Abstract vii
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
E. Sistematika Penulisan 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Pengertian pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 8 B.Tujuan Pengajaran IPS di sekolah berdasarkan kurikulum 2013 10
C.Pendidikan Karakter 12
D.Karakter Mandiri dalam pembelajaran IPS 16
E. Pembelajaran Aktif sebagai induk dari Pembelajaran Kooperatif 19
(10)
iii
C. Desain Penelitian 31
D. Klarifikasi Konsep 35
1. Teknik time token 35
2. Karaktermandiri dalam pembelajara IPS 37
E. Instrumen Penelitian 38
F. Teknik Pengumpulan Data 40
G. Teknik Analisis Data 41
H. Validitas data 41
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data Penelitian 43
1. Deskripsi Sekolah 43
2. Deskripsi kelas penelitian 44
B. Deskripsi Hasil Penelitian 46
1. Deskripsi Kegiatan Pra Tindakan 46
a. Identifikasi Masalah 46
b. Studi Pendahuluan 47
2. Deskripsi pembelajaran Siklus Pertama 48
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus Pertama 48 b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus Pertama 51 c. Observasi Tindakan Pembelajaran Siklus pertama 55 d. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus pertama 59
3. Deskripsi Pembelajaran Siklus Kedua 61
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus kedua 62 b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus kedua 64 c. Observasi Tindakan Pembelajaran Siklus kedua 67 d. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus kedua 73
4. Deskripsi Pembelajaran Siklus Ketiga 75
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus ketiga 75 b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus ketiga 78 c. Observasi Tindakan Pembelajaran Siklus ketiga 81 d. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus ketiga 85
(11)
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus keempat 86 b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus keempat 89 c. Observasi Tindakan Pembelajaran Siklus keempat 92 d. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus keempat 97
C. Deskripsi Hasil Pengolahan Data 97
1. Data dari hasil catatan Lapangan 97
a. Kegiatan Pembuka 97
b. Kegiatan Inti 98
c. Kegiatan Penutup 99
2. Deskripsi data hasil Observasi 99
a. Pedoman Observasi rubrik Kemandirian 99
D. Analisis hasil penelitian 103
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan 109
B.Saran 111
Daftar Pustaka 113
(12)
v
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Indikator Kemandirian 38
Tabel 3.2 Rubrik Kemandirian 40
Tabel 4.1 Daftar Nama Siswa 45
Tabel 4.2 Indikator Kemandirian 50
Tabel 4.3 Penilaian Siklus 1 Kemandirian Siswa 55
Tabel 4.4 Indikator Kemandirian 63
Tabel 4.5 Penilaian Siklus 2 Kemandirian Siswa 69
Tabel 4.6 Indikator Kemandirian siswa 77
Tabel 4.7 Penilaian Siklus 3 Kemandirian Siswa 82
Tabel 4.8 Indikator kemandirian siswa 88
Tabel 4.9 Penilaian Siklus 4 Kemandirian Siswa 93
(13)
Daftar Gambar
Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart 33
Gambar 4.1 Dokumentasi Siklus 1 54
Gambar 4.2 Dokumentasi Siklus 2 68
Gambar 4.3 Dokumentasi Siklus 3 80
Gambar 4.4 Dokumentasi Siklus 4 92
(14)
vii
Daftar Diagram
4.1 Hasil Pertumbuhan indikator kemandirian siklus 1 57 42 Hasil Pertumbuhan indikator kemandirian siklus 2 70 4.3 Hasil Pertumbuhan indikator kemandirian siklus 3 83 4.4 Hasil Pertumbuhan indikator kemandirian siklus 4 95 4.5 Presentase penumnbuhan kemandirian dalam berpendapat 101
4.6 Skor Indikator Kemandirian siswa 104
(15)
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Persuratan (Surat Keputusan, Surat balikan penelitian) Lampiran 2. Instrumen Penelitian (Pedoman Observasi)
Lampiran 3. Hasil penelitian (RPP, daftar hadir siswa, hasil observasi siswa, dan hasil catatan lapangan)
(16)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh observasi awal yang peneliti laksanakan di Sekolah Menengah Pertama Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tepatnya di kelas VIII C. Dalam observasi awal tersebut, ditemukan masalah-masalah sebagai berikut: Pertama, Siswa dikelas VIII C SMP Percontohan UPI kurang memiliki dorongan untuk memulai pembelajaran, hal ini terlihat dari pasifnya siswa ketika akan dimulainya pembelajaran serta kurang antusias siswa ketika kegiatan pembelajaran dimulai. Ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan ketika guru memberi pertanyaan stimulus dalam kegiatan apersepsi sementara yang lain sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya.
Kedua, siswa kurang disiplin, baik sebelum pembelajaran maupun
ketika kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari banyak siswa yang terlambat masuk ke dalam kelas dengan alasan yang bermacam-macam seperti menghabiskan makanan dahulu di kantin sampai ke toilet terlebih dahulu. Begitupun ketika kegitan pembelajaran dimulai, beberapa siswa keluar dan masuk kelas dengan alasan membuang sampah dan ke toilet. Suasana di dalam kelas terlihat kurang kondusif disebabkan beberapa siswa laki-laki yang berisik terutama siswa yang duduk di barisan bangku belakang.
Ketiga, pada saat berlangsung pembelajaran tidak terjadi feed back
atau timbal balik ketika kegiatan pembelajaran. Hanya beberapa siswa saja yang berani berpendapat dan menjawab pertanyaan dari guru serta berinisiatif dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Sementara, siswa yang lain hanya diam dan bingung ketika ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan atau dimintai pendapat terkait materi pembelajaran. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran ini terlihat adanya satu siswa yang mendominasi pembelajaran sehingga menimbulkan
(17)
2
kemalasan siswa lainya untuk berpendapat yang salah satunya disebabkan oleh kurang percaya diri dan ketidakmandirian siswa.
Keempat, siswa kurang mampu mengahargai pendapat temannya.
Hal ini terlihat ketika temannya mengeluarkan pendapat ada semacam ejekan terhadap siswa yang sedang berpendapat tersebut, ini mengakibatkan siswa enggan untuk berpendapat karena khawatir akan diejek oleh siswa lainnya.
Dari temuan-temuan yang muncul dalam pembelajaran IPS tersebut, peneliti merasa perlu untuk segera diperbaiki bersama guru mitra. Mulai dari siswa yang tidak ada dorongan untuk memulai pembelajaran dan terkesan tidak memiliki inisiatif untuk memulai pembelajaran; kekurang disiplinan siswa; tidak adanya hubungan timbal balik ketika pembelajaran IPS serta dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru; tidak dihargainya pendapat siswa oleh siswa lainnya sehingga menimbulkan keengganan siswa yang akan berpendapat; dan adanya dominasi dari satu siswa sehingga menimbulkan kemalasan siswa lainnya untuk berpendapat dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Temuan yang didapatkan oleh peneliti pada observasi awal tersebut sedikit banyaknya berkaitan dengan pelajaran IPS, dimana peran IPS sebagai penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai good citizenship yang berperan untuk menyiapkan siswa menjadi warga negara yang baik sehingga diperlukan sebuah pembelajaran yang Demokratis. Selain itu, untuk menyiapkan siswa menjadi warga negara yang baik pula, siswa harus dibiasakan untuk mandiri dan bertanggungjawab yang dapat dimulai dan dipupuk sejak masa sekolah. Sebagaimana terurai dalam definisi IPS yang dikeluarkan
(18)
3
purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world. “ yang penulis tekankan adalah ”primary
purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
Berdasarkan pengertian di atas, dijelaskan bahwa IPS membantu dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk menjadi warga negara yang baik dalam iklim demokrasi yang tidak terpisahkan dari bagian masyarakat dunia. Aspek lain yang tak kalah penting untuk menyiapkan siswa menjadi warga negara yang baik adalah Kemandirian, yang dalam hal ini adalah kemandirian belajar atau kemandirian dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kemandirian terkandung rasa percaya pada potensi yang dimiliki siswa serta tanggungjawab siswa pada apa yang siswa sampaikan dalam pembelajaran. Hal ini sebagaimana mengutip pendapat dari Mu`tadin dalam Nurhayati (2011, hal. 132) yang berpendapat bahwa makna kemandirian adalah ‘suatu keadaan di mana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan, berinisiatif untuk mengerjakan tugas-tugas, dan bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya’.
Mandiri merupakan suatu kata yang di dalamnya memuat mengenai tanggungjawab dan keberanian. Dalam pembelajaran, contohnya adalah keberanian siswa untuk berpendapat dan mempertanggungjawabkan pendapatnya, menghargai pendapat siswa lainnya, berinisiatif dalam mengerjakan tugas, serta terciptanya iklim pembelajaran yang demokratis sehingga tidak ada siswa yang terlalu mendominasi dan siswa yang pasif sama sekali. Hal ini bermuara pada kurangnya karakter Mandiri siswa dalam berpendapat. Sehingga, peneliti tertarik untuk penumbuhan karakter mandiri siswa dalam berpendapat.
Dari beberapa studi literasi yang dilaksanakan peneliti, peneliti berpandangan bahwa teknik Time Token mampu memperbaiki masalah-masalah yang ditemukan pada observasi awal. Pandangan peneliti ini
(19)
4
didasarkan atas anggapan bahwa Teknik Time Token adalah teknik pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan partisipasi siswa, melatih kemandirian siwa dalam berpendapat, dan teknik time token menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard I Arends dalam bukunya Learn to Teach (2012, hlm. 383) yang mengemukakan bahwa:
Time tokens, if the teacher has cooperative learning group in which a few people dominate the conversation and a few are shy and never say anything, time tokens can help distribute participation more equitably. Each student is given several tokens that are worth ten or fifteen seconds of talk time. A student monitors interaction and ask talker to give up a token whenever they have used up the designated time. When a student uses up all of his or her tokens, then he or she can say nothing more. This of course, necessitates that those still holding tokens join the discussion.
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas bahwa dalam teknik pembelajaran time token menuntut siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam berpendapat. Tidak ada siswa yang terlalu mendominasi dan diam sama sekali dalam pembelajaran. Dari kekhasan teknik ini yang menuntut siswanya agar berpendapat, menciptakan peluang terjadinya persaingan, menuntut inisiatif siswa dalam mengerjakan tugas atau memecahkan masalah, dan menuntut siswa dalam mempertanggungjawabkan pendapatnya.
Untuk itu, peneliti mengambil judul penelitian tindakan kelas ini
dengan “Penumbuhan Kemandirian dalam Berpendapat melalui
Teknik Time Token pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI”.
(20)
5
B. Rumusan Masalah
Dari berbagai temuan dalam observasi awal yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas yang berfokus pada “Penumbuhan Kemandirian dalam Berpendapat melalui Tekhnik Time Token pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI”.. Maka peneliti perlu untuk merumuskan sebuah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merencanakan penerapan teknik Time Token untuk menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI?
2. Bagaimana melaksanakan teknik Time Token untuk menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI?
3. Bagaimana Hasil dari Penerapan teknik Time Token untuk menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI?
4. Bagaimana cara mengatasi kendala yang muncul dalam penerapan teknik Time Token untuk menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa, dalam pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, peneliti menyusun tujan penelitian sebagai berikut :
1. Memahami bagaimana merencanakan penerapan teknik Time Token dalam pembelajaran IPS untuk menumbuhkan karakter mandiri siswa dalam berpendapat di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI.
(21)
6
2. Mencermati bagaimana pelaksanaan teknik Time Token dalam pembelajaran IPS untuk menumbuhkan karakter mandiri siswa dalam berpendapat di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI. 3. Mendapatkan hasil dari penerapan teknik Time Token untuk
menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI.
4. Dapat mengatasi kendala yang muncul ketika penerapan teknik Time
Token dalam pembelajaran IPS untuk menumbuhkan karakter mandiri
siswa dalam berpendapat di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya : 1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya keilmuan serta sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar guru terkait penumbuhan kemandirian dalam berpendapat siswa dalam pembelajaran IPS.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPS di SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia.
b. Diharapkan dapat menumbuhkan karakter mandiri dalam berpendapat siswa dalam pembelajaran IPS.
(22)
7
E. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini secara garis besar memaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan, tujuan, manfaat penelitian serta sistematika penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi pemaparan konsep-konsep yang mendukung penelitian yaitu terkait pemahaman konsep pembelajaran IPS, teknik yang dikembangkan dan Kemandirian siswa yang diambil dari berbagai literatur, sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari persiapan, prosedur pelaksanaan, analisis data yang mencakup sumber data, teknik pengumpulan dan alat pengumpul data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan hasil penelitian yang didasarkan pada data, fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai literatur yang menunjang.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan peneliti sebagai jawaban atas pertanyaan yang diteliti.
(23)
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan mendeskripsikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan yang ditemui di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun dasar dari pemilihan metode ini adalah untuk menjawab masalah yang ada, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan baik. Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan membantu peneliti sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian berjalan lancar dan sesuai harapan.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia, jalan Senjaya guru Kampus Universitas Pendidikan Indonesia, (022) 2012805 Bandung 40154. Pemilihan sekolah tersebut menjadi objek penelitian dikarenakan peneliti merasa cocok dengan dukungan dari pihak sekolah, baik sarana dan prasarananya maupun dari tenaga pendidiknya sehingga menciptakan iklim yang baik bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Selain dari pada itu peneliti sudah menjalin hubungan baik selama masa PPL berlangsung.
Pada observasi awal, peneliti melakukan observasi di beberapa kelas, hal ini dilakukan peneliti agar menjadi bahan pertimbangan untuk pemilihan kelas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Pada akhirnya peneliti memutuskan kelas VIII C yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Pemilihan kelas ini tidak terlepas dari kondisi siswa yang memiliki permasalahan kemandirian lebih
(24)
30
B. Metode Penelitian
Metode penelitian memiliki peran fundamental dalam suatu proses penelitian. Menurut Sugiyono (2014) metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian pendidikan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah di bidang pendidikan. Dalam hal ini, permasalahan yang muncul dan akan diteliti adalah permasalahan terkait proses pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia, sehingga peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai metode yang digunakan dalam penelitian.
Pada dasarnya, penelitian tindakan menurut Kemmis (1983 dalam Wiraatmadja, 2010, hlm. 12) merupakan sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keidealan dari: a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.
Sedangkan Sanjaya (2011, hlm. 26), menyatakan bahwa PTK merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan terebut. Berangkat dari pemikiran diatas peneliti dapat sedikit menggambarkan mengenai penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah sebuah proses penelitian yang dilakukan didalam keals dengan sistematis, terstruktur dan bersiklus guna meningkatkan mutu dan tujuan Pembelajaran.
Peneliti menggunakan metode penelitan tindakan kelas untuk menumbuhkan kemandirian siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan hal ini, peneliti memfokuskan diri terhadap permasalahan yang
(25)
31
berkaitan dengan pengembangan Kemandirian siswa. Pada proses penelitian siswa akan dilibatkan secara aktif, adapun langkah yang dilakukan dalam penelitian dirumuskan bersama dengan kolaborator agar proses penelitian berjalan secara objektif.
C. Desain Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan oleh peneliti yang menjadi observer, dan guru mitra yang melakukan pengajaran. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dan proses pelaksanaannya dilakukan secara bersiklus. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali sampai data yang diperoleh jenuh. Sebagaimana pengertian penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Hopkins (1993 dalam Rochiati, 2007) mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam proses perbaikan dan perubahan. Dari definisi tersebut dapat diuraikan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang memadukan prosedur penelitian dengan tindakan nyata dimana tindakan tersebut dilakukan dalam usaha memperbaiki masalah yang ditemukan untuk perubahan yang lebih baik.
Sedangkan, secara lebih terperinci Kemmis (1983 dalam, Gunawan, 2008. Hlm, 6) menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, (b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktik pendidikan, dan (c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan perkatek ini. Dari pengertian tersebut dapat diuraikan
(26)
32
job problem oriented artinya masalah yang diteliti adalah adalah masalah yang
nyata yang muncul didalam kewenangan atau tanggungjawab peneliti (didalam kelas). Kedua, Problem solving Oriented artinya bahwa penelitian tindakan kelas harus berorientasi pada pemecahan masalah atau pemberian suatu tindakan tertentu sebagai upaya menyembuhkan permasalahan. Ketiga, Improvement
oriented berorientasi pada peningkatan mutu. Keempat, Ciclic artinya penelitian
tindakan kelas terdiri dari bebereapa urutan siklus, siklus dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi, dan analisisi refleksi. Kelima, Action
Oriented artinya penelitian tindakan kelas selalu didasarkan pada adanya
tindakan tertentu guna memperbaiki Proses belajar mengajar di kelas.
Keenam, pengkajian dari dampak tindakan, artinaya tindakan yang sudah
dalam penelitian tindakan kelas harus dikaji terlebih dahulu apakah menimbulkan dampak negatif, positif atau bahkan akan menimbulkan dampak yang sebelumnya tidak terduga. Ketujuh, specifices contextual artinya permasalahan dalam penelitian tindakan kelas permesalahna yang dikaji sangat spesifik, hnaya didalam kelas saja. Kedelapan, Partysipatory (colaborative) artinya dalam penelitian tindakan kelas dapat melibatkan pihak lain sebagai pengamat. Kesembilan, peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi. Kesepuluh, dilaksanakan dalam rangkain langkah dengan beberapa siklus.
Dalam penelitian tindakan kelas terdapat beberapa model, diantaranya adalah model Mc Kernan (1993 dalam gunawan, 2008. Hlm 106) yang lebih menekankan model penelitian dengan proses waktu dalam arti kata bahwa dalam penelitian tindakan yang penting janganlah dilakukan dengan terlalu kaku dalam soal waktu. Sedangkan menurut Ebbut cara yang tepat unutk memahami proses penelitian tindakan ialah dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus mencakup kemungkinan masukan balik informasi didalam dan diantara siklus.
Kemmis dan Taggart berpendapat tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukanya. Permasalahan penelitian difokuskan kepada siswa dalam pembelajaran terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan tekhnik siklus Spiral dari
(27)
33
Kemmis dan Taggart (1988) karena dirasa sesuai dengan kondisi dilapangan dan peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Lebih rinci peneliti akan jelaskan menggunakan bagan seperti yang tercantum dalam Wiriaatmadja (2012, hlm. 66), berikut:
Sumber: Wiriaatmadja (2012)
Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart
Adapun operasional prosedur dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Identifikasi permasalahan penelitian atau observasi awal, merupakan pengamatan lapangan sebelum penelitian tindakan kelas berlangsung, sehingga peneliti dapat mengidentifikasi keadaan suprastruktur dan
(28)
34
dimintai saran dan pendapat serta arahan dalam melaksanakan penelitian tidakan kelas ini.
3. Perencanaan, Dalam kegiatan ini peneliti dan guru mitra berdiskusi mengenai perencanaan dalam penyusunan rencana pembelajaran yang tertuang dalam RPP, perubahan dan perbaikan baik itu kemajuan ataupun kemunduruan dari hasil tindakan yang sudah terlaksana dan merefleksikannya. Adapun prosedurnya sebagai berikut:
a. Melaksanakan observasi awal dibeberapa kelas b. Menentukan kelas yang akan menjadi objek penelitian
c. Meminta pada guru mitra untuk bersedia membantu dan bekerja sama d. Menentukan jadwal dengan guru mitra
e. Menyusun instrumen yang akan digunakan untuk melakukan penelitian.
f. Konsultasi dengan guru mitra mengenai perencanaan pembelajaran yang meliputi Penyusunan Rpp Dan Rencana Pembelajaran
g. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh dari penelitian.
4. Pelaksanaan tindakan dan observasi, pada tahap ini guru merealisasikan suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yakni sebagai berikut:
a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama guru mitra pada tahap perencanaan.
b. Melaksanakan kegiatan yang telah dirancang dalam RPP yang telah disusun sebagai upaya untuk menumbuhkan karakter kemandirian siswa dalam berpendapat melalui tekhik Time Token yang dipadukan dengan berbagai Metode yang cocok.
c. Mempersiapkan instrumen penialain berupa format Penilaian performa siswa dalam berpendapat
d. Pengamatan kesesuaian kegiatan yang telah ditentukan Format Penilaian
e. Pengamatan terhadap perkembangan karakter mandiri siswa dalam berpendapat
(29)
35
f. Pengamatan terhadap presentasi dan performa siswa dalam berpendapat di kelas.
g. Melakukan diskusi refleksi dengan guru mitra atas kekurangan dalam penerapan teknik time token dalam menumbuhkan karakter mandiri sisiwa dalam berpendapat.
h. Melakukan perbaikan tindakan sebagai tindak lanjut untuk siklus selanjutnya
i. Melakukan pengolahan data.
j. Mencatat semua kegiatan yang terjadi melalui catatan lapangan untuk mengetahui dengan jelas setiap kejadian yang terjadi dalam proses penelitian.
5. Analisa dan refleksi, dalam setiap tindakan yang dirancang, peneliti berupaya menelaah secara seksama masalah yang menjadi fokus penelitian juga menganalisa dan merefleksikan permasalahan yang ada sebagai dasar melakukan perbaikan terhadap rancangan tindakan selanjutnya. Hal ini diimplementasikan dalam bentuk diskusi, bimbingan, dan telaah lebih mendalam terhadap data-data yang diperoleh dalam proses penelitian.
D. Klarifikasi Konsep 1. Teknik Time token
Teknik Time Token dalam penelitian ini adalah cara pelaksanaan pembelajaran yang terintegrasi ke dalam beberapa metode pembelajaran unutk mengetahui kemandirian siswa dalam berpendapat. Pengintegrasian teknik time token ini dituangkan dalam RPP yang perencanaannya didiskusikan dengan guru mitra dan dosen pembimbing sebagai pihak yang
(30)
36
yang kontra dan yang pro. Selanjutnya siswa dari salah satu pihak diminta unutk mengemukakan pendapatnya kemudian ditanggapi oleh pihak lainya dan begitu seterusnya. Dalam berpendapat siswa dibatasi oleh kartu sebagai tiket berbicara.
Pada siklus kedua, mengintegrasikan teknik time token dengan metode
controversial issue dalam hal ini Guru dan siswa melakukan brainstorming
mengenai isu-isu kontroversial (tentang pergantian kurikulum 2013 yang kembali kepada kurikulum 2006) yang akan dibahas (Mengamati) kemudian Siswa melakukan inkuiri, membaca buku dan mengumpulkan informasi lain (Mengamati) selanjutnya Siswa menyajikan atau mendiskusikan hasil inkuiri, mengajukan argumentasi, mendegarkan counter-argument atau opini lain. (Menanya, Berdiskusi dan Berpendapat) dalam segmen berpendapat siswa dibatasi oleh kartu sebagai tiket berbicara.
Pada siklus ketiga, peneliti mengintegrasikan teknik time token dengan metode number head together dalam kegiatan ini diawali dengan Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapatkan Nomor kemudian Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. (Mengamati dan Diskusi) selanjutnya Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompk dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. (Berdiskusi) lalu guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. (Berdiskusi dan Berpendapat) selanjutnya Siswa lain Menanggapi, guru memanggil siswa lainya dan seterusnya (Menginformasikan atau Berdiskusi) dalam segmen berpendapat siswa dibatasi oleh kartu sebagai tiket berbicara
Pada siklus keempat, peneliti mengintegrasikan teknik time token dengan metode analisis Nilai dari gambar atau VCT, siswa diberikan beberapa gambar mengenai masalah ketenaga kerjaan. Kemudian, siswa ditugaskan untuk menganalisis nilai yang terkandung didalam gambar tersebut. Setelah siswa membuat analisis nilai dari gambar selanjutnya siswa mengemukakan pendapatnya mengenai hasil analisisnya dengan
(31)
37
menggunakan kupon bicara yang telah disediakan, siswa lainya menaggapi dan seterusnya.
2. Karakter mandiri dalam pembelajaran IPS
Dalam Pembelajran IPS mengandung unsur demokrasi sebagaimana mengacu pada definisi IPS dari NCSS, unutk mencapai itu salah satu aspek yang harus dicapai siswa adalah kemandirian dia sebagai pembelajar. Kemandirian disini bisa dilihat dari tiga tipe. Sebagaimana yang telah di paparkan oleh Steinberg (1995:289) yang membagi kemandirian dalam tiga tipe.
a. Kemandirian emosi, yakni aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu, terutama sekali dengan orang tua atau orang dewasa lainnya yang banyak melakukan interaksi dengannya. Ciri dari kemandirian ini dapat dilihat dalam hal : (1) menahan diri untuk meminta bantuan orang lain saat mengalami kegagalan, kesedihan, kekecewaan dan kekhawatiran, (2) memandang orang lain lebih objektif dengan segala kekurangan dan kelebihan, (3) memandang orang tua dan guru sebagai orang pada umumnya, bukan semata-mata sebagai orang yang serba sempurna, (4) memiliki energi emosi untuk melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang lain. b. Kemandirian behavioral atau kemandirian bertindak, yaitu
kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya. Dalam artian mandiri dalam bertindak tidak bergantung pada bimbingan orang lain tetapi bukan berarti mereka tidak perlu pendapat orang lain.
(32)
38
Tabel 3.1 Indikator Kemandirian Indikator Kemandirian Siswa
1. Menghargai temannya yang sedang berpendapat
2. Percaya diri dalam berhubungan dengan siswa lainya dan guru di kelas
3. Mampu membuat keputusan sendiri
4. Mampu mengetahui dengan pasti kapan harus meminta pertimbangan orang lain
5. Keyakinan diri siswa berasal dari dirinya sendiri
6. Memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya 7. Berinisiatif untuk mengerjakan tugas-tugas
8. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian disesuaikan dnegan data yang ingin diperoleh, berikut ini beberapa instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pedoman observasi
Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian adalah pedoman observasi tertutup yang digunakan oleh Observer untuk menilai Kemandirian Berpendapat siswa dalam prose tindakan dikelas. Dalam penelitian ini, pedoman observasi digunakan untuk mencari data mengenai Kemandirian siswa dalam Berpendapat siswa yang terlihat atau nampak dalam pembelajaran di kelas seperti dari segi Siswa menghargai temannya yang sedang berpendapat, Siswa menjadi diri sendiri atau percaya diri dalam berhubungan dengan siswa lainya dan guru di kelas, Siswa mampu membuat keputusan sendiri, Siswa mampu mengetahui dengan pasti kapan harus meminta pertimbangan orang lain, Keyakinan diri siswa berasal dari
(33)
39
dirinya sendiri, Siswa memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, Siswa berinisiatif untuk mengerjakan tugas-tugas, Siswa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan instrumen yang digunakan untuk mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan guru. Menurut Sanjaya (2011: 98) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat catatan lapangan yaitu:
a. Catatan ditulis dengan segala kegiatan yang berlangsung.
b. Hal-hal yang ditulis adalah yang bersangkutan secara langsung dengan fokus masalah.
c. Ditulis dengan kata-kata singkat dan padat sesuai dengan fokus dan sasaran penelitian.
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat secara garis besar kejadian-kejadian yang terjadi selama pembelajaran.
3. Kamera dan dokumen
Karera untuk memotret aktivitas siswa ketika pelaksanaan pembelajaran, sedangkan dokumen yang dimaksud disini adalah berupa perencanaan pembelajaran, materi yang akan disajikan, serta hasil belajar siswa selama satu siklus guna menjadi bahan evaluasi untuk perencanaan siklus berikutnya.
4. Rubrik Penilaian Kemandirian, digunakan untuk mengetahui perkembangan kemandirian siswa. Lebih rinci peneliti akan menyajikan rubrik kemandirian siswa dalam bentuk tabel sebagai berikut:
(34)
40
Keterangan
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah :
1. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati (Sanjaya, 2011: 86). Teknik ini menggunakan pedoman observasi agar peneliti berfokus pada masalah yang seharusnya diteliti. Dalam melakukan observasi, siapapun yang melakukannya kita harus menghilangkan asfek teori serta mulai mengamati tanpa 1. Siswa menghargai temannya yang sedang berpendapat
Kepercayaan diri siswa
2. Siswa menjadi diri sendiri atau percaya diri dalam berhubungan dengan siswa lainya dan guru di kelas 3. Siswa mampu membuat keputusan sendiri
4. Siswa mampu mengetahui dengan pasti kapan harus meminta pertimbangan orang lain
5. Keyakinan diri siswa berasal dari dirinya sendiri Jiwa berkompetisi siswa
6. Siswa memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya
Inisiatif belajar siswa
7. Siswa berinisiatif untuk mengerjakan tugas-tugas Tanggungjawab siswa
8. Siswa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya
TOTAL SKOR
Nilai Skor
B (3) Baik 27-23
C (2) Cukup 22-18
(35)
41
menjustifikasi sebuah teori ataupun menyanggahnya ( Wiriaatmadja, 2005: 104).
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan dalam penelitian ini dengan melihat foto-foto selama kegiatan pembelajaran guna menjadi refleksi dan evaluasi kegiatan pembelajaran berikutnya.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas belajar dan hasil pembelajaran (Sanjaya, 2011: 106). Analisis data akan dilakukan melalui tiga tahap, diantaranya:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan
2. Mendeskripsikan Data
Pendeskripsian data harus dilakukan agar data yang telah kita seleksi menjadi bermakna, pendeskripsian pun dapat dilakukan secara naratif, grafik maupun tabel.
3. Catatan Pinggir dan Catatan Reflektif
Penjabaran dari catatan lapangan yang dilakukan sesaat setelah catatan lapangan dibuat, hal ini dimaksudkan agar peneliti mampu menganalisis
(36)
42
sesuai dengan tekhnik yang dikembangkan, dengan “cara Member check, Saturasi, Audit trail, Ekspert Opinion” (Hopskins dalam Wiriaatmadja, 2005:
168-171). Adapun kegiatannya sebagai berikut:
1. Member check, dengan mengulas kembali data yang diperoleh kepada
informan akan persepsi yang diberikan. Artinya data yang telah diperoleh melalui catatan lapangan dan lembar observasi akan diulas dengan bertanya kepada rekan sejawat dan guru mitra mengenai ketepatan data yang diperoleh.
2. Saturation, maksudnya situasi pada saat data sudah jenuh, atau tidak ada
lagi data lain yang berhasil diperoleh.
3. Audit trail, dengan mengaudit data yang diperoleh, misalnya catatan
lapangan, lembar observasi oleh seorang auditor yang netral yaitu Ibu Indri Murniawaty, M.Pd dan saudara Adri Adi Laksono, sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara objektif.
4. Expert opinion, maksudnya mengkonsultasikan data yang diperoleh
kepada pakar atau pembimbing skripsi yaitu Drs. Eded Tarmedi, MA. dan Dra. Yani Kusmarni, M.Pd, yang lebih berkompeten.
(37)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Saran bertujuan sebagai bahan pertimbangan baik untuk pihak sekolah, guru, peserta didik, penulis, serta peneliti selanjutnya yang mengkaji masalah serupa. Adapun kesimpulan dan Saran adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Merencanakan penyusunan penerapan teknik Time Token untuk menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: menyusun dan mengkaji silabus pembelajaran IPS serta KI dan KD yang dimuat di dalamnya dalam kurikulum 2013. Setelah melakukan kajian terhadap silabus, KI dan KD Peneliti melakukan observasi mengenai keadaan kelas untuk menentukan materi, metode dan media apa yang cocok untuk dikaji dan dikembangkan dalam pembelajaran. Menentukan KI dan KD yang akan dikembangkan agar mengetahui tindakan kedepannya. Setelah menentukan KI dan KD peneliti bersama Guru mitra dengan Bimbingan dari Dosen Pembimbing membuat RPP agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan terstruktur sesuai harapan peneliti. Menentukan tema menarik dalam RPP serta mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Mencari bahan kajian yang sedang hangat diperbincangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Memunculkan penumbuhan kemandirian dalam berpendapat siswa dengan memasukannya menjadi salah satu indikator dalam RPP.
(38)
111
berpendapat. Penilaian pembelajaran dilakukan dengan menggunakan rubrik kemandirian yang telah disusun oleh peneliti. Rubrik tersebut terdiri dari delapan indikator kemandirian siswa. Penilaian ini lebih dicondongkan pada penilaian performa siswa. Baik performa ketika berpendapat, mengerjakan tugas-tugas, dan pada saat menyimak pendapat siswa lainya. Mengapresiasi khusunya siswa yang berani berpendapat pertama, siswa yang menghabiskan kartu atau token berbicaranya, dan memotivasi siswa yang masih menyisahkan kartu atau kupon berbicara ditangannya. Menyimpulkan dan meluruskan konsep-konsep yang kurang tepat dan membuat kesimpulan bersama.
Hasil dan kendala dari Penerapan teknik Time Token untuk menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa. Dari penerapan teknik time token ini tidak terlepas dari Kendala-kendala yang dihadapi saat penelitiandiantaranya peneliti jabarkan sebagai berikut: Pada siklus pertama ditemukan kendala berupa sulitnya mengatur siswa agar kondusif dan fokus untuk belajar. Siswa belum paham mengenai teknis pelaksanaan teknik time token, sehingga butuh penjelasan tambahan agar siswa memahami teknis dari pelaksanaan teknik time token. Sulitnya memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya. Siswa masih malu-malu dan tidak beraninn untuk mengemukakan pendapatnya.
Tetapi secara umum kendala tersebut dapat diselesaikan dengan baik berkat diskusi dan bimbingan yang intensif dilakukan penulis dengan Drs. Eded Tarmedi, MA. dan Dra. Yani Kusmarni, M.Pd, , M.Si, selaku Dosen pembimbing, serta Indri Murniawaty, M.Pd, selaku guru mitra di SMP Laboratorium Percontohan UPI dalam mengatasi kesulitan dalam penelitian dan mengatur siswa agar kondusif dan fokus untuk belajar, peneliti bersama guru mitra menerapkan aturan dan sistem pengurangan point. Dalam mengatasi siswa yang belum paham mengenai teknis pelaksanaan time token, Guru memberikan penjelasan tambahan kepada siswa. Siswa yang kurang
(39)
112
berani untuk mengemukakan pendapatnya, peneliti dan guru mitra memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya.
Penumbuhan Kemandirian dalam Berpendapat melalui Teknik Time
Token pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini dinilai melalui rubrik
kemandirian yang tertuang dalam beberapa indikator seperti Menghargai pendapat siswa lainya yang sedang berpendapat, Siswa menjadi diri sendiri atau percaya diri dalam berhubungan dengan siswa lainya dan guru di kelas, Siswa mampu membuat keputusan sendiri, Siswa mampu mengetahui dengan pasti kapan harus meminta pertimbangan orang lain, Keyakinan diri siswa berasal dari dirinya sendiri, Siswa memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, Siswa berinisiatif untuk mengerjakan tugas-tugas dan Siswa bertanggung jawab terhadap apayang dilakukannya. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus pertama hingga siklus keempat dari kualitas kurang, cukup, menjadi baik dengan 57,8 % , 62,3 %, 79,4% dan 82, 3 % pada siklus keempat. Dari data tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa teknik time token dapat menumbuhkan kemandirian siswa dalam berpendapat.
B.Saran
Berdasarkan pada hal-hal yang telah dialami oleh peneliti dalam Penumbuhan Kemandirian dalam Berpendapat melalui Teknik Time Token pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terdapat beberapa poin yang menjadi saran penulis bagi berbagai pihak terkait penelitian ini adalah sebagai berikut:
(40)
113
sekali pihak kurikulum untuk terus mengembangkan berbagai macam teknik dalam pembelajaran.
2. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap pembelajaran disekolah bisa ebih bervariatif lagi, guru sebagai SDM yang berperan penting dalam mentransfer nilai-nilai dan ilmu pengetahuan kepada siswa harus menjadi ujung tombak dalam berinovasi dan berkreasi berkenaan dengan pengembangan berbagai macam teknik dalam pembelajaran. 3. Bagi Penulis
Penelitian ini menjadi sebuah pengalaman yang akan peneliti terus ingat, karena penelitian inilah banyak sekali yang peneliti dapatkan, bukan hanya hasil penelitian yang diharapkan memberi kontribusi bagi dunia pendidikan. tetapi banyak arti tentang kesabaran, ketegaran dan ketelatenan yang peneliti dapatkan.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini bukanlah penelitian yang sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut agar Penumbuhan Kemandirian dalam Berpendapat melalui Teknik Time Token pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bisa lebih dikembangkan lagi ke arah yang lebih baik lagi. Salah satu yang dijadikan saran atau rekomendasi bagi penelitian selanjutnya adalah ketika tahap pelaksanaan, diharapkan penelitian selanjutnya dapat menjelaskan dengan rinci dan intens kepada siswa mengenai teknik Time Token, hal ini dikarenakan teknik pembelajaran ini masih asing digunakan dalam pembelajaran.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga dapat memberikan manfaat terhadap peningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan secara khusus menjadi bahan pertimbangan sekolah dalam mengembangkan berbagai macam teknik dalam pembelajaran.
(1)
menjustifikasi sebuah teori ataupun menyanggahnya ( Wiriaatmadja, 2005: 104).
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan dalam penelitian ini dengan melihat foto-foto selama kegiatan pembelajaran guna menjadi refleksi dan evaluasi kegiatan pembelajaran berikutnya.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas belajar dan hasil pembelajaran (Sanjaya, 2011: 106). Analisis data akan dilakukan melalui tiga tahap, diantaranya:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan
2. Mendeskripsikan Data
Pendeskripsian data harus dilakukan agar data yang telah kita seleksi menjadi bermakna, pendeskripsian pun dapat dilakukan secara naratif, grafik maupun tabel.
3. Catatan Pinggir dan Catatan Reflektif
Penjabaran dari catatan lapangan yang dilakukan sesaat setelah catatan lapangan dibuat, hal ini dimaksudkan agar peneliti mampu menganalisis kejadian-kejadian yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
H. Validitas Data
Mengenai validitas data, peneliti menggunakan validasi yang berlaku dalam penelitian ini. Data yang telah dikategorikan kemudian divalidasi
(2)
sesuai dengan tekhnik yang dikembangkan, dengan “cara Member check, Saturasi, Audit trail, Ekspert Opinion” (Hopskins dalam Wiriaatmadja, 2005: 168-171). Adapun kegiatannya sebagai berikut:
1. Member check, dengan mengulas kembali data yang diperoleh kepada informan akan persepsi yang diberikan. Artinya data yang telah diperoleh melalui catatan lapangan dan lembar observasi akan diulas dengan bertanya kepada rekan sejawat dan guru mitra mengenai ketepatan data yang diperoleh.
2. Saturation, maksudnya situasi pada saat data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil diperoleh.
3. Audit trail, dengan mengaudit data yang diperoleh, misalnya catatan lapangan, lembar observasi oleh seorang auditor yang netral yaitu Ibu Indri Murniawaty, M.Pd dan saudara Adri Adi Laksono, sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara objektif.
4. Expert opinion, maksudnya mengkonsultasikan data yang diperoleh kepada pakar atau pembimbing skripsi yaitu Drs. Eded Tarmedi, MA. dan Dra. Yani Kusmarni, M.Pd, yang lebih berkompeten.
(3)
110
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Saran bertujuan sebagai bahan pertimbangan baik untuk pihak sekolah, guru, peserta didik, penulis, serta peneliti selanjutnya yang mengkaji masalah serupa. Adapun kesimpulan dan Saran adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Merencanakan penyusunan penerapan teknik Time Token untuk menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: menyusun dan mengkaji silabus pembelajaran IPS serta KI dan KD yang dimuat di dalamnya dalam kurikulum 2013. Setelah melakukan kajian terhadap silabus, KI dan KD Peneliti melakukan observasi mengenai keadaan kelas untuk menentukan materi, metode dan media apa yang cocok untuk dikaji dan dikembangkan dalam pembelajaran. Menentukan KI dan KD yang akan dikembangkan agar mengetahui tindakan kedepannya. Setelah menentukan KI dan KD peneliti bersama Guru mitra dengan Bimbingan dari Dosen Pembimbing membuat RPP agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan terstruktur sesuai harapan peneliti. Menentukan tema menarik dalam RPP serta mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Mencari bahan kajian yang sedang hangat diperbincangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Memunculkan penumbuhan kemandirian dalam berpendapat siswa dengan memasukannya menjadi salah satu indikator dalam RPP.
Melaksanakan penerapan teknik Time Token untuk menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di kelas VIII C SMP Laboratorium Percontohan UPI dilakukan dengan: Mendeskripsikan kepada siswa mengenai aturan teknik time token. Membagikan sejumlah kartu atau token berbicara kepada setiap Siswa. Kartu atau token bicara tersebut digunakan sebagai tiket untuk berbicara atau
(4)
berpendapat. Penilaian pembelajaran dilakukan dengan menggunakan rubrik kemandirian yang telah disusun oleh peneliti. Rubrik tersebut terdiri dari delapan indikator kemandirian siswa. Penilaian ini lebih dicondongkan pada penilaian performa siswa. Baik performa ketika berpendapat, mengerjakan tugas-tugas, dan pada saat menyimak pendapat siswa lainya. Mengapresiasi khusunya siswa yang berani berpendapat pertama, siswa yang menghabiskan kartu atau token berbicaranya, dan memotivasi siswa yang masih menyisahkan kartu atau kupon berbicara ditangannya. Menyimpulkan dan meluruskan konsep-konsep yang kurang tepat dan membuat kesimpulan bersama.
Hasil dan kendala dari Penerapan teknik Time Token untuk menumbuhkan kemandirian berpendapat siswa. Dari penerapan teknik time token ini tidak terlepas dari Kendala-kendala yang dihadapi saat penelitiandiantaranya peneliti jabarkan sebagai berikut: Pada siklus pertama ditemukan kendala berupa sulitnya mengatur siswa agar kondusif dan fokus untuk belajar. Siswa belum paham mengenai teknis pelaksanaan teknik time token, sehingga butuh penjelasan tambahan agar siswa memahami teknis dari pelaksanaan teknik time token. Sulitnya memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya. Siswa masih malu-malu dan tidak beraninn untuk mengemukakan pendapatnya.
Tetapi secara umum kendala tersebut dapat diselesaikan dengan baik berkat diskusi dan bimbingan yang intensif dilakukan penulis dengan Drs. Eded Tarmedi, MA. dan Dra. Yani Kusmarni, M.Pd, , M.Si, selaku Dosen pembimbing, serta Indri Murniawaty, M.Pd, selaku guru mitra di SMP Laboratorium Percontohan UPI dalam mengatasi kesulitan dalam penelitian dan mengatur siswa agar kondusif dan fokus untuk belajar, peneliti bersama guru mitra menerapkan aturan dan sistem pengurangan point. Dalam mengatasi siswa yang belum paham mengenai teknis pelaksanaan time token, Guru memberikan penjelasan tambahan kepada siswa. Siswa yang kurang
(5)
berani untuk mengemukakan pendapatnya, peneliti dan guru mitra memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya.
Penumbuhan Kemandirian dalam Berpendapat melalui Teknik Time Token pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini dinilai melalui rubrik kemandirian yang tertuang dalam beberapa indikator seperti Menghargai pendapat siswa lainya yang sedang berpendapat, Siswa menjadi diri sendiri atau percaya diri dalam berhubungan dengan siswa lainya dan guru di kelas, Siswa mampu membuat keputusan sendiri, Siswa mampu mengetahui dengan pasti kapan harus meminta pertimbangan orang lain, Keyakinan diri siswa berasal dari dirinya sendiri, Siswa memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, Siswa berinisiatif untuk mengerjakan tugas-tugas dan Siswa bertanggung jawab terhadap apayang dilakukannya. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari siklus pertama hingga siklus keempat dari kualitas kurang, cukup, menjadi baik dengan 57,8 % , 62,3 %, 79,4% dan 82, 3 % pada siklus keempat. Dari data tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa teknik time token dapat menumbuhkan kemandirian siswa dalam berpendapat.
B.Saran
Berdasarkan pada hal-hal yang telah dialami oleh peneliti dalam Penumbuhan Kemandirian dalam Berpendapat melalui Teknik Time Token pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terdapat beberapa poin yang menjadi saran penulis bagi berbagai pihak terkait penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah
Penulis berharap dengan Penumbuhan Kemandirian dalam Berpendapat dapat dikembangkan salah satunya melalui Teknik Time Token. Selain itu sekolah harus mengembangkan berbagai macam teknik pemebelajaran agar pembejalar akan lebih bervariatif lagi. Terlihat dari kesan guru mengenai teknik time token yang terkesan sangat asing. Peneliti berharap kepada setiap elemen yang stake holder sekolah terutama
(6)
sekali pihak kurikulum untuk terus mengembangkan berbagai macam teknik dalam pembelajaran.
2. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap pembelajaran disekolah bisa ebih bervariatif lagi, guru sebagai SDM yang berperan penting dalam mentransfer nilai-nilai dan ilmu pengetahuan kepada siswa harus menjadi ujung tombak dalam berinovasi dan berkreasi berkenaan dengan pengembangan berbagai macam teknik dalam pembelajaran. 3. Bagi Penulis
Penelitian ini menjadi sebuah pengalaman yang akan peneliti terus ingat, karena penelitian inilah banyak sekali yang peneliti dapatkan, bukan hanya hasil penelitian yang diharapkan memberi kontribusi bagi dunia pendidikan. tetapi banyak arti tentang kesabaran, ketegaran dan ketelatenan yang peneliti dapatkan.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini bukanlah penelitian yang sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut agar Penumbuhan Kemandirian dalam Berpendapat melalui Teknik Time Token pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bisa lebih dikembangkan lagi ke arah yang lebih baik lagi. Salah satu yang dijadikan saran atau rekomendasi bagi penelitian selanjutnya adalah ketika tahap pelaksanaan, diharapkan penelitian selanjutnya dapat menjelaskan dengan rinci dan intens kepada siswa mengenai teknik Time Token, hal ini dikarenakan teknik pembelajaran ini masih asing digunakan dalam pembelajaran.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga dapat memberikan manfaat terhadap peningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan secara khusus menjadi bahan pertimbangan sekolah dalam mengembangkan berbagai macam teknik dalam pembelajaran.