PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE TIME TOKEN PADA SISWA KELAS 5 B SD NEGERI TEGALPANGGUNG.

(1)

PENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE TIME TOKEN

PADA SISWA KELAS 5 B SD NEGERI TEGALPANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untukMemenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh GelarSarjana Pendidikan

Oleh

Muhammad Irfan Aris Prasetiya NIM. 12108244059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Hasil Tertinggi dari Pendidikan adalah Toleransi” -Helen Keller-


(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu serta keluarga yang selalu mendukung dan mendoakanku

2. Almamater tercinta


(7)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE TIME TOKEN

PADA SISWA KELAS 5 B SD NEGERI TEGALPANGGUNG Oleh

Muhammad Irfan Aris Prasetiya NIM 12108244059

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dirancang untuk : (1) mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung, (2) meningkatkan keaktifan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penerapan metode Time Token Arends pada siswa kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tegalpanggung dengan subyek penelitian adalah siswa kelas 5 B yang berjumlah 22 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus masing-masing siklus menggunakan 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa: (1) proses pembelajaran dengan menggunakan metode Time Token melalui beberapa langkah secara umum telah dilakukan guru dengan baik pada setiap langkah pembelajarannya baik pada siklus I dan siklus II. (2) peningkatan aktifitas belajar siswa setelah menggunakan metode pembelajaran Time Token terbukti dapat dilihat dalam 6 indikator yaitu: visual activities, oral activities, lisening actvities, writting activities, mental activities dan emotional activities. Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 74,6%. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu menjadi 86,5%.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Belajar Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Metode Time Token Pada Siswa Kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung” dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini mendapat banyak bimbingan, arahan, motivasi, bantuan, dan nasihat. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan izin pada penelitian ini.

3. Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. Suparlan , M. Pd. I sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik yang membangun, saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M. Pd. sebagai Dosen PA yang memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDU ... ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ...ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ...x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ... 1

B Identifikasi Masalah ... 6

C Batasan Masalah ... 7

D Rumusan Masalah ... 7

E Tujuan Penelitian ... 8

F Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Belajar ... 9

1. Pengertian aktivitas belajar ... 9

2. Kriteria Aktivitas belajar dalam Pembelajaran ... 12

B. Metode Time Token Arend ... 15

C. Kelebihan Metode Time Token Arend ... 19

D. Metode Time Token dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa ... 20

E. Pembelajaran IPS di SD ... 21

1. Pengertian Pembelajaran ... 21


(11)

3. Pembelajaran IPS di SD ... 22

F. Karakteristik Peserta Didik Aktif Belajar ... 25

G. Penelitian yang Relevan ... 28

H. Kerangka Berpikir ... 29

I. Definisi Operasional ... 31

J. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 34

1. Jenis Penelitian ... 34

2. Model Penelitian ... 34

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

C. Setting Penelitian . ... 40

D. Prosedur Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 50

H. Indikator Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 78

1. Proses Pembelajaran Time Token ... 78

2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa ... 83

C. Hambatan Penelitian ... 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kadar Keaktifan Belajar... 26

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Aktivitas Belajar Siswa ... 47

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Time Token ... 48

Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 49

Tabel 5. Kriteria Tingkat KeberhasilanAktivitas Belajar Siswa Dalam % ... 52

Tabel 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 64

Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 65

Tabel 8. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 ... 75

Tabel 9. Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 ... 76


(13)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 31

Gambar 2. Tahap Pokok Penelitian Tindakan Kelas ... 36

Gambar 3. Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 65


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 91

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 98

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus I dan Siklus II ... 106

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Metode Time Token pada Siklus I ... 107

Lampiran 5. Hasil Pengamatan Metode Time Token pada Siklus II ... 108

Lampiran 6. Hasil Wawancara dengan Guru Kelas ... 103

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian FIP UNY ... 111


(15)

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan siswa sebagai sebuah latihan yang sengaja dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan dalam sebuah proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila didalam diri siswa tersebut ditemukan ciri-ciri perilaku seperti; sering bertanya kepada guru atau siswa lain; mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru; senang diberi tugas belajar dan lain sebagainya (Rosalia,2005:4).

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dan siswa itu ataupun antara siswa lain dengan siswa itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan suasana kelas menjadi lebih kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Martinis Yamin (2007:14) menyatakan Iklim belajar yang kondusif akan lebih baik apabila ditunjang dengan keaktifan dari masing-masing siswa dimana siswa dapat melibatkan kemampuan semaksimal masing-masing siswa. Aktivitas yang timbul dari


(17)

siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa .

Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, ditemui berbagai problem yang menuntut untuk segera dicarikan solusinya. Begitu pula yang terjadi di SD Negeri Tegalpanggung lebih spesifiknya pada kelas 5 B pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Siswa selama mata pelajaran IPS terlihat pasif, hanya duduk diam dan kurang berpendapat serta terlibat aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa tidak berani mengeluarkan pendapatnya, baik karena inisiatif sendiri ataupun setelah disuruh oleh guru. Hal tersebut diakibatkan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak tepat sehingga siswa tidak diberikan keseempatan untuk menunjukan kemampuannya. Interaksi yang terjadi saat pembelajaran sedang berlangsung di kelas saat pembelajaran IPS ini juga hanya didominasi oleh beberapa orang siswa saja sedangkan siswa yang lain hanya berdiam diri.

Menurut Mulyasa (2007) menyatakan bahwa tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Dijelaskan lagi oleh Mulyasa bahwa sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikan agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa guru kurang dapat melakukan interaksi dengan siswa sehingga guru terkesan hanya melakukan komunikasi satu arah saja. Guru kurang memfasilitasi siswa


(18)

untuk berbicara dan menyampaikan pendapat terhadap materi pembelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.

Guru memberikan materi kebanyakan hanya dengan metode ceramah dan sesekali diselingi oleh tanya jawab yang oleh guru tidak diberikan timbal balik sehingga siswa terkadang mengutarakan pendapatnya bersama siswa sebangkunya sendiri. Hal tesebut bertentangan dengan pendapat dari Anwar dan Sagala (2006) yang menyatakan bahwa sebaiknya peserta didik jangan hanya diwajibkan membaca sebuah buku teks dalam suatu mata pelajaran saja, karena dengan cara itu akan mendangkalkan pemahaman mereka dalam kajian terkait. Sikap guru yang demikian sedikit banyak mempengaruhi keaktifan siswa dalam hal mengemukakakn pendapatnya. Hal tersebut juga dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik dan terkesan monoton seperti metode pembelajaran tempo dulu yaitu guru ceramah dan mendikte sedang siswa duduk diam, mendengarkan dan mencatat.

Metode pembelajaran dengan ceramah yang dilakukan oleh guru mengakibatkan siswa menjadi pasif, selain itu ceramah yang dilakukan oleh guru kurang komunikatif sehingga siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga sangat berpengaruh terhadap keaktifan siswa. Metode pembelajaran yang seharusnya digunakan dalam pembelajaran IPS adalah metode yang lebih menitik beratkan pada melatih kepekaan sosialnya seperti misalnya toleransi, bertanggung jawab, tenggang rasa, kejujuran dsb. Oleh karena itu, dalam


(19)

pembelajaran IPS di SD Negeri Tegalpanggung ini perlu diadakan perbaikan metode pembelajaran agar siswa menjadi lebih aktif selama pelajaran IPS.

Berdasarkan pembelajaran kontruktivisme Vigotsky yang memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual, proses dalam kognisi diarahkan melalui konteks sosial budaya. Vigotsky juga lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial antar individu. Vigotsky juga berpendapat bahwa pengetahuan dan pengertian dikontruksi bila seseorang terlibat secara sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman ( Siregar, 2007:58-59)

Karakteristik peserta didik menjadi sebuah pertimbangan bagi guru untuk menerapkan sebuah metode yang tepat. Karakteristik peserta didik yang beragam tentu saja membuat guru lebih bervariasi dalam menentukan metode yang akan digunakan. Berdasarkan observasi yang dilakukan karakteristik peserta didik beragam mulai dari yang sangat aktif, lumayan aktif hingga pasif. Hal tersebut membuat guru dituntut lebih menaruh perhatian lebih kepada siswa yang pasif tanpa mengesampingkan siswa yang telah aktif. Siswa yang masih pasif memiliki karakteristik yang pemalu apabila berbicara didepan banyak orang.

Metode pembelajaran yang akan digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah metode Time Token. Time Token merupakan tipe dari pendekatan struktural dari beberapa metode pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak


(20)

siswa aktif dalam mendiskusikan materi pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Pemilihan metode pembelajaran Time Token untuk mengatasi permasalahan kurang aktifnya siswa pada saat kegiatan pembelajaran yang terjadi di SD Negeri Tegalpanggung dirasa tepat. Hal tersebut dikarenakan metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa siswi untuk mengeluarkan pendapatnya saat kegiatan pembelajaran secara adil tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Hal tersebut juga sesuai dengan prinsip pembelajara kontruktivisme dimana guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya.

Dengan demikian bahwa guru harus melakukan pembiasaan terhadap siswa salah satunya dengan metode dril. Sudjana (1995:86) mengatakan bahwa dengan melatih peserta didik terhadap bahan yang sudah diajarkan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Dengan demian siswa dilatih untuk terus aktif dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token yang di dalamnya siswa dilatih untuk terbiasa aktif dalam kegiatan pembelajaran

Kepasifan siswa siswi saat pembelajaran berlangsung dapat diatasi dengan pemberian metode pembelajaran Time Token mengingat dalam metode pembelajaran ini pembelajaran dibuat dengan gaya diskusi dimana siswa nantinya dapat memberikan pendapatnya didalam kegiatan diskusi itu berlangsung. Siswa akan ditujukan untuk menghabiskan kupon-kupon yang


(21)

diperolehnya sehingga siswa akan berusaha berbicara menyampaikan pendapatnya.

Metode pembelajaran Time Token ini menurut Miftahul Huda (2015:237) juga sesuai dengan keadaaan kelas dimana dalam satu kelas tidak memiliki jumlah siswa yang terlampau banyak. Metode pembelajaran Time Token Arend sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan ketrampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Penggunaan metode ini sesuai dengan keadaan kelas 5 di SD Negeri Tegalpanggung dimana siswa pasif, hanya duduk diam dan kurang berpendapat.

Oleh karena itu, dengan diterapkannya metode Time Token ini di Sekolah Dasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Arends (2004:41) yang mengungkapkan bahwa metode Time Token menjamin keterlibatan semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar di kelas, Time Token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih merata.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut


(22)

2. Kegiatan belajar mengajar hanya didominasi oleh beberapa siswa saja sehingga terjadi kesenjangan di dalam kelas.

3. Pemilihan metode pembelajaran yang diterapkan kurang untuk mengaktifkan siswa

4. Sebagian siswa merasa bosan dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehinga mempengaruhi keaktifan siswa

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih spesifik sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang terarah pada aspek yang akan diteliti, maka penelitian ini difokuskan pada peningkatan aktivitas belajar dalam pembelajaran IPS melalui Metode pembelejaran Time Token Arends siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung?

2. Bagaimana meningkatkan keaktifan siswa Sekolah Dasar dalam mata pelajaran IPS dengan menerapkan metode Time Token Arend pada siswa kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung?


(23)

E. Tujuan

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai:

1. Mengetahui keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung

2. Untuk mengetahui berapa besar peningkatan keaktifan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penerapan metode Time Token pada siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung.

F. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti dalam membuat skripsi dengan metode penelitian tindakan kelas.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan guru untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang lebih komunikatif dan bervariatif dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas sesuai dengan prinsip student center.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS.


(24)

BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Belajar

1. Pengertian aktivitas belajar

Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas RI No. 41, 2007: 6). Apabila dicermati apa yang dikemukakan dalam Permen tersebut menunjukkan bahwa peran aktif siswa dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan. Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa.

Menurut Streibel, aktivitas belajar siswa terutama di kelas lebih ditekankan kepada interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan media instruksional. Aktivitas belajar siswa yang baik dapat terjadi apabila guru mengupayakan situasi dan kondisi pembelajaran yang mendukung. Upaya terebut meliputi: (a) perencanaan pembelajaran berorientasi pada kepada aktivitas siswa; (b) memuat perencanaan komunikasi tatap muka; (c) memutuskan pilihan jika terjadi suatu dilema; (d) mengembangkan situasi agar siswa terlibat dalam percakapan praktis (Anglin, 1995: 154).


(25)

Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991) belajar yang baik harus melalui berbagai macam aktivitas, baik secara fisik maupun psikis. Aktivitas fisik misalnya siswa aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, sehingga siswa itu sendiri bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka belajar. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Belajar aktif adalah giat bekerja, berusaha dan melakukan sesuatu perbuatan untuk menemukan pengetahuan melalui belajar dengan berbuat, banyak indera yang terlibat, interaksi akan terjadi, belajar kelompok dan diskusi, komunikasi dilakukan, presentasi dan laporan, makna terkomunikasikan, adanya tanggapan, refleksi umpan balik dari guru (Syaiful Sagala, 2009: 169).

Menurut Sukandi terdapat empat komponen atau bentuk keaktifan yaitu sebagai berikut (Syaiful Sagala, 2009: 169).

a) Mengalami atau pengalaman adalah suatu kejadian yang telah dialami, totalisasi dari kesadaran sekarang dan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari praktek atau dari usaha siswa.

b) Interaksi (diskusi, tanya jawab, lembar pertanyaan). Interaksi diartikan sebagai sebuah pertalian sosial antara individu sedemikan rupa sehingga individu yang bersangkutan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Melalui komunikasi dan interaksi yang kuat, hangat dan


(26)

bermakna antara siswa dengan guru akan menimbulkan dampak terhadap terjadinya pembelajaran yang berkualitas dan efektif.

c) Komunikasi belajar (mengemukakan pendapat, presentasi laporan, memajangkan hasil kerja). Komunikasi sebenarnya proses personal karena makna atau pemahaman yang diperoleh pada dasarnya bersifat pribadi. Mengemukakan pendapat dan mengungkapkan gagasan untuk membangun makna adalah hal yang penting dalam komunikasi pembelajaran.

d) Refleksi (memikirkan kembali yang menjadi masalah). Refleksi diartikan sebagai berpikir mengenai pengalaman sendiri. Refleksi dilakukan oleh siswa setelah melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk pengalaman belajar. Pertanyaan-pertanyaan refleksi ini menjadi bukti bahwa proses pembelajaran berlangsung penuh makna dan memberi pengalaman untuk memantapkan kompetensi sesuai yang ditegaskan dalam SK dan KD.

Menurut Mc Keachie dalam Martinis Yamin (2007: 77), keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat mendorong dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu guru dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan siswa harus mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru


(27)

diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepada siswa akan tetapi guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar (Martinis Yamin, 2007: 78).

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan atau perilaku siswa yang terjadi selama poses belajar mengajar. Aktivitas belajar siswa dapat mendorong dan mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berpikir kritis sehingga mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kriteria aktivitas dalam Pembelajaran

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Sardiman, 2001:32). Aktivitas dapat bersifat fisik maupun mental. Menurut Sardiman (2003:48) aktivitas siswa dalam belajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

a. Visual Activties, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interpretasi.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik dan pidato.


(28)

d. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities, misalnya: mengambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun dan berternak.

g. Mental activitie, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengigat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

h. Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,bergairah, berani, tenang dan gugup.

Klasifikasi aktivitas belajar yang dikemukakan oleh Sardiman didukung oleh Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan Cucu suhana (2010:24) menyatakan bahwa aktivitas belajar kemudian dapat dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan


(29)

pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu

menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan

mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diperoleh sebuah kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa dapat dikategorikan dalam 8 indikator meliputi visual activities, oral activities, listening activities, writting activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya akan 6


(30)

indikator yang akan diteliti sedangkan 2 indikator tidak diteliti yaitu drawing activities dikarenakan menurut pendapat guru tingkat keaktifan siswa dalam indikator tersebut telah tinggi setiap kali diminta menggambar. Indikator lain yang tidak digunakan adalah motor activities dikarenakan dalam pembelajaran IPS tidak memungkinkan untuk melakukan percobaan.

B. Metode Time Token

1. Pengertian metode Time Token

Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bekerjasama dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran ini juga disebut pembelajaran gotong royong. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya sekadar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dibentuk dengan asalasalan. Dengan melaksanakan pembelajaran kooperatif secara benar dan prosedural dapat menyebabkan pengelolaan kelas lebih efektif (Anita Lie, 2004: 28-29).

Proses belajar mengajar dan kerjasama antara guru dengan siswa mencapai sasaran dan tujuan belajar, ialah melalui cara atau metode, yang pada hakikatnya ialah jalan mencapai sasaran dan tujuan pendidikan-pengajaran. Jadi, alasan atau nalar guru memilih atau menetapkan suatu metode dalam proses belajar mengajar (proses instruksional) ialah (Oemar Hamalik, 1994: 12).


(31)

a. Metode ini sesuai dengan pokok bahasan, dalam makna lebih menjadi mencapai sasaran dan tujuan instruksional.

b. Metode ini menjadi kegiatan siswa dalam belajar dan meningkatkan prestasi atau semangat belajar.

c. Metode ini memperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok bahasan, sehingga pemahaman siswa semakin jelas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Time Token. Time Token merupakan tipe dari pendekatan struktural dari beberapa metode pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Time Token merupakan salah satu bagian dari model pembelajaran cooperative learning metode ini digunakan bilamana guru memiliki kelompok-kelompok cooperative learning dengan beberapa orang mendominasi pembicaraan dan beberapa orang pemalu dan tidak pernah mengatakan apa-apa, Time Token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih merata (Arends,2008:41). Time Token pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok dimana ciri khasnya adalah setiap siswa diberi kupon bicara ± 30 detik waktu berbicara. Apabila siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi. Dengan demikian, metode ini menghendaki agar siswa yang masih memegang atau mempunyai kupon untuk ikut berbicara dalam diskusi itu. Metode ini menjamin keterlibatan semua siswa dan merupakan upaya yang sangat


(32)

baik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat selama kegiatan belajar mengajar di kelas.

2. Langkah-langkah pembelajaran metode Time Token

Langkah-langkah pembelajarannya Time Token menurut Miftahul Huda, (2013: 240) adalah :

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar).

b. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning).

c. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.

d. Bila telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon, siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.

e. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. f. Demikian seterusnya.

Senada dengan pendapat Miftahul Huda, Agus Suprijono (2011:133) juga mengemukakan langkah-langkah pembelajaran Time Token ) adalah :

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD

b. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (Cooperative Learning/CL)


(33)

c. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu lebih kurang 30 detik per kupon. Setiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.

d. Bila telah selesai berbicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan kepada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.

e. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis. f. Demikian seterusnya.

Berdasarkan kedua pendapat maka dapat diambil garis besar langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Time Token yaitu sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dipelajari b. Guru mengkondisikan siswa untuk kegiatan diskusi

c. Siswa diberikan kupon dengan waktu berbicara kurang lebih 30 detik per kupon. Tiap siswa diberikan 2 buah kupon masing-masing.

d. Bila siswa selesai berbicara kupon yang dipegang oleh siswa diserahkan kepada guru satu kupon. Siswa boleh berbicara lagi setelah siswa lain bergiliran berbicara.

e. Siswa yang telah habis kuponnya tidak diperbolehkan untuk berbicara lagi. Siswa yang masih memiliki kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis.


(34)

C. Kelebihan metode Time Token

Model pembelajaran Time Token ini mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan model pemmbelajaran lainnya. Menurut Miftahul Huda (2013:241) menyampaikan beberapa kelebihan model pembelajaran Time Token Arends yaitu :

1. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi

2. Menghindarkan dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak berbicara sama sekali

3. Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara) 5. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat

6. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan , berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap keterbukaan terhadap kritik.

7. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain

8. Mengajak siswa mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi 9. Tidak memerlukan terlalu banyak media pembelajaran.

Menurut Agus Suprijono (2011:11) kelebihan metode pembelajaran Time Token, yaitu:

1. Semua siswa aktif memberikan pendapat dalam kegiatan pembelajaran 2. Siswa terlatih untuk membaca buku terlebih dahulu

3. Dapat menumbuhkan dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat bagi siswa yang pemalu dan sukar berbicara


(35)

4. Semua siswa mendapat waktu untuk berbicara yang sama sehingga tidak akan terjadi pendominasian pembicaraan dalam berlangsungnya diskusi.

Dapat diambil kesimpulan bahwa metode Time Token memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode pembelajaran lain. Siswa menjadi lebih inisiatif dan partisipatif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak hanya didominasi oleh beberapa siswa saja dimana metode ini dapat membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat dilatih dan menumbuhkan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, dan juga mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat oranglain. Selain itu metode ini tidak memerlukan terlalu banyak media pembelajaran.

D. Pembelajaran Metode Time Token dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar

Kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode Time Token dapat meningkatkan aktivitas belajar. Arends (2004:41) mengungkapkan bahwa metode Time Token menjamin keterlibatan semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar di kelas, Time Token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih merata. Pernyataan Arends didukung oleh Suyatno (2009:76) yang mengemukakan model pembelajaran kooperatif time token dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali sehingga siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dari dua


(36)

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode Time Token dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dikelas, metode ini membantu mendistribusikan partisipasi siswa yang lebih merata sehingga tidak ada siswa yang mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

E. Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pembelajaran

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar. Knowles menjelaskan bahwa pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. sementara itu Slavin menjelaskan pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan cara pengorganisasian peserta didik untuk merubah tingkah laku individu untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan


(37)

berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD/MI

Ilmu Pengetahuan Sosial yang seing disingkat dengan IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah (Ahmad Susanto, 2013:136). Luasnya kajian IPS dasar dan keterampilan sebagai semencakup sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik.

Menurut Zuraik dalam Agus Santoso (2008:136), hakikat IPS adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nila. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya


(38)

memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.

Jadi, hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada dii lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggungjawab terhadap bangsa dan negaranya. Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat mengmbangkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis. Sayangnya, kenyataan di lapangan bahwa masih banyak yang beranggapan bahwa pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa dibandingkan pendidikan IPA dan matematika yang mengkaji bidang pengembangan dalam sains dan teknologi.

Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1993, disebutkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan tata negara. Menurut Banks (Ahmad Susanto,2013:141), pendidikan IPS atau yang dia sebut social studies, merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan


(39)

siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam ranga partisipasi di dalam masyarakat, negara, dan bahkan dunia. Banks menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah.

Definisi yang hampir sama dengan yang diberikan oleh Bnaks adalah definisi IPS menurut Jarolimek (Ahmad Susanto, 2013:141) yang menyatakan bahwa pada dasaarnya pendidikan IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat dimana ia tinggal. Sedangkan menurut Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1998:1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa bagi siswa dan kehidupannya. Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial yang lainnya. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang Sekolah dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang mengkaji seperangkat fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan ilmu sosial


(40)

Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada transfer “konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikan.

Pada intinya, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan pada tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah atas yang mengkaji tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Tujuan pembelajaran IPS dapat diberikan kesimpulan bahwa tujan pembelajaran IPS adalah mendidik memberikan bekal kepada siswa untuk dapat mengembangkan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya. Melalui IPS siswa diajarkan untuk mengenal, memecahkan masalah dan memiliki keterampilan di dalam kehidupan sosialnya. Pembelajaran IPS di SD dapat dilakukan dengan misalnya melakukan diskusi dengan pembelajaran berbentuk kelompok.salah satu model pembelajaran kelompok adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning

F. Karakteristik Peserta didik Aktif

Seorang siswa sudah melalui proses belajar aktif jika ia mampu menunjukkan keterampilan berpikir kompleks, memroses informasi, berkomunikasi efektif, bekerja sama, berkolaborasi, dan berdaya nalar yang


(41)

efektif (Marzano dkk., 1994) dalam Pannen dan Sekarwinahyu (1997, 6-14 s.d. 6-17)). Setiap jenjang keterampilan tersebut, mempunyai indikator-indikator secara khusus sebagai berikut.

1. Berpikir Kompleks (Complex Thinking) 2. Memroses informasi (Information Processing) 3. Berkomunikasi Efektif (Effective Communication) 4. Bekerja sama (Cooperation/Collaboration)

5. Berdaya nalar efektif (Effective Habits of Mind) 6. Berpikir Kritis (Critical Thinking)

7. Berfikir Kreatif (Creative Thinking)

Menurut Djamarah (2010:81) Ketidaksamaan keaktifan anak didik itu melahirkan kadar keaktifan belajar yang bergerak dari keaktifan belajar yang rendah sampai pada keaktifan belajar yang tinggi. Raka joni dalam Djamarah (2010:81) merumuskan kadar keaktifan belajar sebagai berikut:

Tabel 1. Kadar Keaktifan Belajar

Tingkat I (Rendah) Tingkat II (Sedang) Tingkat III (Tinggi) • Menyimpulkan • membedakan • menjelaskan • mengenal • mengingat • meramalkan • menilai • menyintesis • menganalisis • menerapkan • mengambil keputusan • memecahkan masalah

• mengumpulkan dan mengolah data • mengajukan hipotesa • mengkaji nilai • merumuskan masala


(42)

Keaktifan belajar siswa dikatakan rendah apabila melakukan keaktifan belajar yang sederhana hanya menggunakan panca indranya saja, keaktifan belajar dikatakan sedang apabila siswa melewati proses meramalkan sampai menerapkan dalam tingkah laku hidupnya, sedangkan siswa dikatakan beraktifitas belajar tinggi bila siswa mampu berpikir tingkat tinggi sesuai dengan yang ada di dalam tabel di atas. Jadi, derajat keaktifan belajar tergantung dari sederhana, sedang atau rumitkah keaktifan belajar yang dilakukan oleh siswa. Jadi derajat keaktifan belajar memiliki tiga tingkatan, tingkatan pertama derajat keaktifan belajar rendah, kedua derajat keaktifan belajar sedang dan ketiga yaitu derajat keaktifan belajar tinggi.

Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills. Senada dengan Pannen dan Sekarwinahyu, Sanjaya mengemukakan bahwa keaktivan siswa itu ada yang secara langsung dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamati. Keaktivan yang secara langsung dapat diamati, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi


(43)

sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya, sedangkan yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak (2007:141).

Keaktifan belajar dapat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Meliputi keaktifan dalam memperhatikan penjelasan guru, tidak mengerjakan pekerjaan lain, spontan bekerja apabila diberi tugas, tidak terpengaruh situasi di luar kelas. Interaksi siswa dengan guru meliputi keaktifan bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, memanfaatkan guru sebagai narasumber dan memanfaatkan guru sebagai fasilitator.

G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar pembelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui metode Time Token Arends pada siswa SD Negeri Tegalpanggung ini mengacu pada skripsi yang berjudul Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Time Token Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Pakem Sleman, skripsi tersebut ditulis oleh Diyah Umamah yang merupakan mahasiswa S1 Universitas Negeri Yogyakarta Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Dalam skripsi yang ditulis oleh Diyah Umamah dinyatakan bahwa penggunaan metode Time Token Arends dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Pakem , hal itu dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan siswa. Aspek keaktifan siswa dalam siklus I sebesar 59,44% siswa,


(44)

sedangkan pada siklus II meningkat 72,96% siswa, dan pada siklus III meningkat menjadi 74,07%.

Pada tindakan siklus I, jumlah siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran IPS tersebut hanya 13,89 % siswa yang mampu mencapai nilai 75. Sedangkan pada siklus II dengan indikator tersebut di atas 51,42% siswa yang mampu mencapai nilai 75 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus III dengan indikator yang sama 72,22%.

Penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini hampir menyerupai penelitian yang telah dijelaskan diatas akan tetapi terdapat beberapa perbedaan antara lain dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah aktifitas belajar bukan keaktifan dan hasil belajar seperti yang terdapat dalam penelitian diatas, selain itu subjek penelitiannya juga berbeda penelitian ini mencoba menerapkan metode Time Token pada anak sekolah dasar kelas 5 sedangkan pada penelitian diatas subjek yang dijadikan penelitian merupakan siswa tingkat SMP.

H. Kerangka Berpikir

Aktivitas belajar merupakan salah satu faktor pendukung dari keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran, dimana siswa ikut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya diam dan pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal tersbut yang tidak ditemukan pada kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung saat pembelajaran IPS berlangsung. Selama kegiatan pembelajaran siswa kegiatan pembelajaran lebih banyak berlangsung


(45)

dengan pendominasian guru dan kebanyakan siswa hanya diam dan pasif. Kegiatan pembelajaran menjadi hanya satu arah saja dimana pondominasian guru masih sangat kental selama proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi juga ditemukan bahwa aktifitas belajar siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung masih rendah hal tersebut terlihat dari kegiatan selama proses belajar mengajar terjadi.

Metode pembelajaran Time Token akan memberikan suasana positif karena bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan tersebut, siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir. Pembelajaran Time Token juga akan memberikan saling bergantung yang positif antar siswa karena setiap siswa diajak berpikir untuk bagaimana menyelesaikan masalah yang dihadapkan kepada siswa.

Pembelajaran dengan metode Time Token memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif berbicara dalam proses pembelajaran baik menjawab pertanyaan ataupun memberi tanggapan dan pendapat. Siswa yang aktif pada proses pembelajaran tidak hanya mengetahui materi akan tetapi dapat memahami materi secara mendalam materi yang dipelajari. Pemahaman siswa akan materi secara mendalam adalah sebagai akibat dari aktifitas belajar siswa. Hal tersebut akan meningkatkan aktivitas belajar siswa yang bersangkutan.


(46)

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

I. Definini Operasional

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam peneltian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Aktivitas belajar

Aktivitas belajar merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Aktifitas belajar siswa meliputi 8 aspek yaitu adalah Visual Activities yang termasuk didalamnya adalah membaca, memperhatikan; Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan,, mengutarakan pendapat; Listening Activities meliputi mendengarkan; Writing Activities meliputi menulis, membuat karangan, membuat laporan; Drawing Activities meliputi menggambar, membuat grafik; Motor Activitie yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi; Mental Activities meliputi menanggapi,

Kondisi Sebelum Tindakan Kondisi Setelah

 Aktifitas belajar siswa rendah  Penggunaan

metode pembelajaran kurang bervariasi

 Penerapan Model pembelajar an Time Token Arends

 Aktifitas belajar siswa tinggi


(47)

mengingat, menganalisis; Emotional Activities meliputi menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat.

2. Model Time Token Arends

Model Pembelajaran Time Token Arends ini akan melibatkan seluruh peserta didik tidak memandang usia dan juga jenis kelamin. Pada awal pembelajaran guru akan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa pada pembelajaran hari ini sehingga guru dan siswa sudah menyepakati tema yang akan dibicarakan pada hari ini. Kemudian guru akan mengkondisikan siswa dalam keadaan siap untuk mengadakan diskusi kelas, setelah siswa siap mengadakan diskusi kemudian guru membagikan 2 potongan kertas kepada setiap siswa hingga semua siswa mendapatkan kupon berjumlah 2 buah. Setiap kupon berfungsi sebagai alat tukar untuk menukar waktu berbicara yang setiap kupon memiliki waktu untuk berbicara selama ±30 detik dan tidak boleh melebihi dari waktu yang ditentukan. Setiap siswa yang telah berbicara wajib memberikan kuponnya kepada guru. Setiap siswa boleh berbicara lagi setelah teman yang lain telah berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi salah satu siswa. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi dan juga siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai semua kupon yang dimiliki habis.

J. Hipotesis

Berdasar kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut, dirumuskan hipotesis tindakan yaitu dengan melalui proses pembelajaran


(48)

menggunakan model Time Token Arends dapat meningkatkan aktifitas belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V B SD Negeri Tegalpanggung.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Ciri utama dari penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki pelaksanaan praktik pendidikan, khususnya dalam pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kolaboratif, penelitian tindakan kolaboratif merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pelaksana tindakan (pengajar) dan peneliti bertindak sebagai observer serta perancang tindakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada siswa kelas 5 B SD Tegalpanggung yaitu kepasifan siswa dan aktivitas belajar siswa yang rendah. Peneliti bermaksud memecahkan permasalahan tersebut dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research), dengan judul Meningkatkan Aktivitas belajar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model Time Token pada Siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung, Yogyakarta.

2. Model Penelitian


(50)

Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang, sampai tujuan penelitian tercapai.

Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi mengarah pada tindakan. Rencana bersifat fleksibel karena tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan. Rencana disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang reflektif. Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana serta mengandung inovasi. Implementasi tindakan ini mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tujuannya, agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.

Pengamatan berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya. pengamatan yang cermat diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realitas dan semua kendala itu belum pernah dapat dilihat dengan jelas pada waktu yang lalu. Pengamatan direncanakan terlebih dahulu sehingga akan ada dasar dokumenter untuk refleksi berikutnya.


(51)

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam pengamatan. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik.

Empat tahap pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan berikut (Arikunto, 2007: 16)

Gambar 2. Tahap pokok penelitian tindakan kelas

Berikut penjelasan dari masing-masing tahap dalam penelitian ini: a. Perencanaan

Pada tahap ini dimulai dari penemuan masalah terlebih dahulu, yang selanjutnya peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan.

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Pengamatan SIKLUS II Perencanaan

Refleksi Tindakan

Tindakan


(52)

Penjelasan secara rinci terkait langkah-langkah pada tahap ini adalah sebagai berikut.

1) Menemukan permasalahan yang terdapat di lapangan, yaitu: a) Pada tahap ini, sebelumnya peneliti melakukan observasi awal

dan diskusi terlebih dahulu dengan guru kelas untuk mengetahui permasalahan apa yang terdapat dalam proses pembelajaran. Dan dapat disimpulkan permasalahan yang terdapat di lapangan pada penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas belajar pada pembelaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

b) Selanjutnya bersama dengan guru kelas, peneliti mencoba menganalisa terkait dengan masalah pembelajaran tersebut, yaitu dengan menganalisa aktivitas belajar siswa saat proses pembelajaran.

c) Berdasarkan hasil analisa aktivitas belajar siswa, maka akan dapat diketahui kegiatan pembelajaran hanya didominasi beberapa orang siswa siswa saja dan banyak siswa yang terlihat pasif dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran perlu ditindaklanjuti melalui penerapan model pembelajaran time token yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya.


(53)

2) Merancang tindakan yang akan dilakukan.

Setelah permasalahan yang terjadi dapat diketahui dengan jelas, selanjutnya peneliti bersama guru menyusun rencana mengenai tindakan apa yang sebaiknya akan dilakukan untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa sebagai solusi dari permasalahan yang ada. a) Peneliti terlebih dahulu menentukan alternatif tindakan yang

akan dilakukan agar dapat mengatasi masalah yang terdapat pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Solusi yang akan diberikan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran time token.

b) Melakukan kegiatan pra siklus yaitu memberikan soal pre-tes kepada siswa terkait materi yang telah disampaikan oleh guru. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait langkah-langkah pembelajaran time token pada siklus I.

c) Peneliti menyiapkan instrumen penelitian. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting), dan Observasi

1) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran melalui model pembelajaran time token . Guru yang melaksanakan pembelajaran adalah guru kelas 5 B. Selama pembelajaran berlangsung, guru mengajar berdasarkan RPP yang telah disusun.


(54)

Sementara itu peneliti mengamati aktivitas saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya.

2) Observasi

Observasi dilakukan pada saat tindakan sedang dilaksanakan. Observer melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan dengan mengisi kolom-kolom pada lembar observasi sesuai dengan petunjuk pengisian. Observer menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran sehingga akan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

c. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari lembar observasi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran dan kemudian memikirkan kemungkinan yang menjadi penyebab kekurangan yang terdapat pada hasil observasi. Hasil observasi tersebut dianalisis penyebab kekurangannya yang kemudian menentukan langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus selanjutnya. B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 22


(55)

siswa kelas 5 B sebagai subjek penelitian ini karena aktivitas belajar siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung Yogyakarta masih didominasi oleh beberapa siswa. Adapun objek dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa khususnya dalam hal aktivitas belajar siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung, Yogyakarta.

C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kelas 5 B SD Negeri Sindurejan Tahun Ajaran 2015/2016 yang beralamat di Jalan Tegalpanggung no.41, Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta. SD Negeri Tegalpanggung mempunyai beberapa fasilitas, antara lain yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tamu, ruang kelas untuk kegiatan proses pembelajaran, perpustakaan, UKS, laboratorium komputer, koperasi sekolah, ruang alat olahraga, kamar mandi, kantin, halaman parkir guru dan siswa. SD Negeri Tegalpanggung dipimpin oleh seorang kepala sekolah, beliau bernama Ibu Purwati Handayani. Jumlah guru di sekolah ini berjumlah 17 orang yang terdiri dari 12 orang guru kelas, 2 orang guru agama Islam, 1 orang guru agama Katolik, 1 orang guru olah raga, 1 orang guru komputer. Selain itu, juga terdapat 2 karyawan tenaga administrasi dan 1 tenaga perpustakaan dan seorang penjaga sekolah.

Pada penelitian ini, peneliti memilih kelas 5 B dengan jumlah keseluruhan siswa yaitu 22 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 10 perempuan sebagai subjek penelitian. Proses pembelajaran dilaksanakan


(56)

dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan seorang guru kelas 5 B sebagai pelaksana tindakan dengan tujuan untuk meningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS dan demi kemajuan sekolah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan pada semester II tahun ajaran 2015/2016, yaitu pada bulan Maret sampai dengan April 2016. Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas 5 B.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus karena ketika siklus I kurang maksimal maka dapat diperbaiki dalam pembelajaran siklus II. Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci mengenai prosedur penelitian dalam penelitian ini:

1. Pratindakan (Pra Siklus)

Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator dalam hal ini guru, menetapkan alternatif tindakan dalam upaya peningkatan keaktifan siswa khususnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pertama mahasiswa peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran IPS di dalam kelas 5 B. Hal-hal yang didiskusikan masalah yang dirasakan oleh guru ketika kegiatan pembelajaran sehari-hari.

Dari hasil diskusi, didapat kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, keaktifan siswa masih didominasi oleh beberapa siswa saja.


(57)

Siswa yang lain yang berada didalam kelas hanya berdiam diri dan tidan banyak aktif terlibat dalam kegiatan diskusi kelas yang dilakukan oleh guru. Selain berdiskusi, mahasiswa peneliti juga mengadakan preteaching untuk mengetahui keadaan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Setelah mengetahui pelaksanaan pembelajaran dan kektifan berbicara siswa saat pembelajaran, guru dan mahasiswa peneliti merancang skenario pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran time token yang dianggap paling tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Agar implementasi tindakan sesuai dengan yang diinginkan, guru dan peneliti juga mempersiapkan materi dan sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. Sarana pendukung yang dipakai adalah penyusunan tempat duduk dan potongan kupon.

2. Siklus I

a. Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan siklus I ini, peneliti hanya sebagai pengamat dan guru sebagai pelaksana tindakan. Pada tahap ini, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain:

1) Menyusun RPP

2) Menyiapkan media, alat dan bahan yang sesuai dengan materi. 3) Menyusun lembar observasi.


(58)

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini guru berperan sebagai pelaksana tindakan sedangkan peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Secara garis besar pelaksanaan tindakan dilakukan sebagai berikut. Pada awal pembelajaran guru memberikan sedikit penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari oleh siswa pada hari ini, kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan diskusi yang mana diskusi ini dikolaborasikan dengan model pembelajaran time token pada kegiatan diskusi.

Guru menjelaskan tentang tata cara melaksanakan kegiatan diskusi yang dikolaborasikan dengan model time token. Guru kemudian memberikan contoh pelaksanaan kegiatan agar siswa merasa lebih paham dengan peraturan diskusi kali ini dan tidak menimbulkan kesalahan presepsi mengenai peraturan diskusi. Kemudian siswa diajak melaksanakan kegiatan diskusi pembelajaran yang dikolaborasikan dengan model time token.

c. Observasi

Saat pembelajaran IPS berlangsung dengan model pembelajaran time token, mahasiswa peneliti mengamati kegiatan pembelajaran dengan mengamati dengan seksama aktivitas belajar siswa, suasana pembelajaran, perilaku siswa dan reaksi siswa terhadap penggunaan model pembelajaran time token dalam kegiatan pembeljaran.


(59)

Pengamatan tersebut kemudian didokumentasikan dalam catatan lapangan. Selain dari mahasiswa peneliti, guru juga membuat catatan-catatan mengenai aktivitas belajar siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran IPS berlangsung.

d. Refleksi

Tahap refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tindakan dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dan guru akan menganalisis seberapa jauh tindakan yang telah dilakukan dapat menghasilkan perubahan. Kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru akan memberikan peranan penting dalam memutuskan seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan dan mendiskusikan mengenai hal-hal yang dirasa masih perlu untuk diperbaiki atau dirasa cukup. Apabila masih terdapat kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan, maka peneliti dan guru mengatasinya dengan membuat perencanaan kembali pada siklus selanjutnya.

3. Siklus II

Siklus II harus dilaksanakan apabila siklus I belum dapat memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Tahapan alur pada siklus II yaitu hampir sama dengan tahapan pada alur siklus I. Letak perbedaannya antara siklus II dengan siklus I adalah pada siklus II sudah ada perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dan


(60)

setiap tahapan dalam siklus II disusun secara lebih matang dengan memperhatikan hasil refleksi dari siklus I.

E. Teknik Pengumpulan Data

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tindakan kelas tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah memperoleh data (Sugiyanto, 2008:308). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Observasi Kelas

Observasi kelas dilakukan untuk memperoleh data tentang aktifitas siswa dan aktifitas guru dalam proses pembelajaran. Melalui observasi kelas dapat diketahui bagaimana keaktifan, minat dan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu dapat diketahui juga bagaimana aktifitas guru dalam proses mengajar.

Observasi kelas yang dilakukan adalah observasi sistematik dimana observasi dilakukan dengan berpegang pada pedoman observasi dan didukung oleh fotografi, semua peristiwa dalam pembelajaran dicatat dalam catatan lapangan dengan menggunakan panduan catatan lapangan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan


(61)

permasalahan yang harus diteliti, dan juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Metode wawancara yang dilakukan adalah wawancara individual yaitu wawancara yang dilakukan dengan sekelompok narasumber atau responden dalam kurun waktu dan tempat yang sama. Dalam hal ini peneliti menyusun pedoman wawancara yang akan dilakukan kepada siswa kelas 5 B dan guru kelas 5 B di SD Negeri Tegalpanggung.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan (Arikunto, 2006: 158).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi, 2006: 160). Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen yang dipakai dalam penelitian ini meliputi hasil observasi atau monitoring kelas, tes, dan dokumentasi yang berupa foto-foto pelaksanaan penelitian .

Di bawah ini adalah kisi-kisi lembar observasi atau monitoring kelas , lembar observasi atau monitoring kelas berfungsi sebagai petunjuk dalam


(62)

melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dan guru sesuai dengan perencanaan pembelajaran (RPP). Indikator dalam lembar observasi tersebut terdiri dari kesiapan siswa dalam belajar, perhatian siswa, keaktifan siswa dalam pelajaran dan minat siswa terhadap pelajaran. Adapun kisi-kisi lembar observasi sebagai berikut.

1.Kisi-kisi aktivitas belajar

Tabel 2. Kisi-kisi Lembar aktivitas belajar Siswa Indikator

Definisi Aspek yang diamati

Visual activities

Yang termasuk

didalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain

Siswa membaca materi pelajaran

Oral activities

Yang termasuk di

dalamnya seperti

menyatakan,

merumuskan, bertanya,

memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interpretasi.

Siswa aktif bertanya

Siswa aktif menjawab pertanyaan

Siswa aktif dalam memberi saran dan tanggapan

Siswa aktif dalam diskusi kelompok

Listening activities

Yang termasuk di

dalamnya seperti

mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik dan pidato.

Siswa

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

Siswa mendengarkan

/memperhatikan diskusi kelompok

Writing activities

Yang termasuk di dalamnya seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

Siswa mencatat point-point penting pelajaran

Siswa meringkas materi pelajaran

Mental activities

Yang termasuk di

dalamnya seperti

menanggapi, mengigat,

memecahkan soal,

Siswa memecahkan soal

Siswa menganalisis materi pelajaran


(63)

menganalisis, melihat

hubungan dan

mengambil keputusan. Emotional

activities

Yang termasuk di

dalamnya seperti

menaruh minat, merasa

bosan, gembira,

bersemangat,bergairah, berani, tenang dan gugup.

Siswa merasa senang mengikuti pelajaran

Siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran

2.Kisi-kisi lembar observasi Time Token

Tabel 3. Kisi-kisi lembar observasi Time Token N

o

Langkah-langkah Terlaksana Keteran

gan Ya Tidak

1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dipelajari

2 Guru mengkondisikan siswa untuk kegiatan diskusi

3 Siswa diberikan kupon yang memiliki fungsi sebagai penukar waktu berbicara kurang lebih15-30 detik per kupon. Tiap siswa diberikan 2 buah kupon masing-masing. 4 Bila siswa selesai berbicara kupon yang

dipegang oleh siswa diserahkan kepada guru satu kupon. Siswa boleh berbicara lagi setelah siswa lain bergiliran berbicara.

5 Siswa yang telah habis kuponnya tidak

diperbolehkan untuk berbicara lagi. Siswa yang masih memiliki kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis.

3.Kisi-kisi wawancara

Tabel 4. Kisi-kisi wawancara No . Sumbe r data Waktu wawancar a

Deskripsi Indikator Butir


(64)

tindakan n IPS pembelajar an Time Token b. tanggapan

metode pembelajar an Time Token c. metode Time Token pernah diterapkan dalam pembelajar an IPS di kelas 5 B SD Negeri Tegalpang gung d. tujuan dari

penerapan metode Time Token dalam pembelajar an IPS e. langkah-langkah pembelajar an dengan mengguna kan metode Time Token f. penerapan metode Time Token siswa akan tertarik mengikuti pelajaran g. manfaat


(65)

dari penerapan metode Time Token dalam pembelajar an IPS di kelas 5 B SD Negeri Tegalpang gung h. hambatan atau kendala yang dihadapi ketika menerapka n metode Time Token dalam pembelajar an IPS di kelas 5 B SD Negeri Tegalpang gung i. cara untuk

mengatasi hambatan atau kendalan tersebut

G. Teknik Analisis Data

Menurut Arikunto (2008:131) dalam penelitian tindakan terdapat dua data yang dikumpulkan peneliti yakni sebagai berikut:


(66)

1. Data kuantitatif yang dapat dianilisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis deskriptif untuk mencari rata-rata presentase aktivitas belajar siswa.

2. Data kualitatif yaitu berupa informasi yang berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran,perhatian,antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis data deskriptif kuantitatif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dikelas dan ketercapaian proses mengajar dengan menggunakan metode Time Token pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010:49):

1. Teknik analisis data aktivitas belajar siswa

a. Dihitung nilai rata-rata setiap indikator setiap jenis aktivitas belajar Presentase aktivitas belajar

Keterangan :

X= diperolehan skor dari setiap indikator

Y= diperolehan dari jumlah skor keseluruhan dari indikator b. Dihitung secara keseluruhan rata-rata jenis-jenis aktivitas belajar


(67)

Presentase ketuntasan aktivitas belajar Keterangan :

X= diperolehan skor dari setiap indikator

Y= diperolehan dari jumlah keseluruhan dari indikator

H. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan proses pembelajaran pada aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan rata-rata yang diperoleh dari presentase (%) keaktifan siswa selama siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Zainal Aqib (2009:41), apabila rata-rata keaktifan peserta didik mencapai 70% dari jumlah keseluruhan siswa sudah mencapai tingkat keberhasilan dalam kategori tinggi. Aktifitas belajar siswa telah dikategorikan tinggi apabila rata-rata dari setiap indikator telah melebihi presentase 70% dihitung dari jumlah keseluruhan siswa.

Tabel 5. Kriteria Tingkat Keberhasilan Keaktifan Siswa dalam % Tingkat keberhasilan Keterangan

>80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SD Negeri Tegalpanggung terletak di Jalan Tegalpanggung No. 41, Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah ini didirikan pada tahun 1917 di atas tanah seluas 1476 m² dengan status tanah adalah hak milik. Luas bangunan sekolah adalah 980 m². Sekolah ini mempunyai 12 kelas. Nama Kepala Sekolah Dasar Negeri Tegalpanggung adalah Purwati Handayani, S. Pd. Letak SD Negeri Tegalpanggung berada di wilayah pemukiman padat penduduk, bangunan sekolah berada di sebelah barat jalan yang tidak cukup ramai sehingga cukup kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian ini dimulai pada tanggal 21 Maret 2016 sampai dengan 3 April 2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali tindakan. Penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal pembelajaran IPS dalam satu minggu dua kali, yaitu setiap hari Kamis dan Jumat yang berlangsung selama 4x35 menit. Subyek penelitian adalah sisa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung. Penelitian yang dilaksanakan pada setiap siklus memiliki empat buah komponen, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.


(69)

Berikut ini adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran Time Token di SD Negeri Tegalpanggung.

Materi pokok yang digunakan, yaitu Peristiwa Pertempuran !0 November dan Peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Standar Kompetensinya, yaitu Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan Indonesia dengan satu Kompetensi Dasar yaitu Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Materi pertama diselesaikan dalam waktu 1 siklus ( 2 kali tindakan ) dengan alokasi waktu masing-masing 2x35 menit (4x2 jam pelajaran) dan materi kedua diseelesaikan dalam waktu satu siklus ( 2 kali tindakan ) dengan alokasi waktu masing-masing 2x35 menit ( 4x2 jam pelajaran ). Proses penelitian tindakan secara sistematis dapat dideskripsikan sebagai berikut.

a. Siklus 1

1) Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah yang terjadi di lapangan dengan cara mengamati proses pembelajaran dan hasilnya, kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan. Setelah diadakan pengamatan langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :

a) Membuat instrumen pembelajaran yang terdiri dari satuan pelajaran dan skenario pembelajaran untuk siklus I


(1)

Lampiran 4

Hasil Pengamatan metode Time Token pada siklus I N

o

Langkah-langkah Terlaksana Keterangan Ya Tidak

1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dipelajari

V Guru menjelaskan secara lisan maupun dengan menuliskan di papan tulis 2 Guru mengkondisikan

siswa untuk kegiatan diskusi

V Guru meminta siswa untuk duduk ditempat duduknya masing-masing, sebelumnya siswa duduk tidak di tempat duduknya sendiri

3 Siswa diberikan kupon yang memiliki fungsi sebagai penukar waktu berbicara kurang lebih15-30 detik per kupon. Tiap siswa diberikan 2 buah kupon masing-masing.

V Guru kurang mendetail

dalam menjelaskan fungsi dari kupon sehingga siswa tampak kebingungan dengan fungsi dari kupon tersebut. Siswa juga dalam berbicara kurang dari durasi yang telah ditentukan dikarenakan pertanyaan yang diberikan guru hanya bersifat pertanyaan praktis yang hanya membutuhkan jawaban singkat.

4 Bila siswa selesai berbicara kupon yang dipegang oleh siswa diserahkan kepada guru satu kupon. Siswa boleh berbicara lagi setelah siswa lain bergiliran berbicara.

V Siswa bersemangat untuk menghabiskan kupon yang dimilikinya. Siswa juga bergantian berbicara sesuai intruksi guru

5 Siswa yang telah habis kuponnya tidak

diperbolehkan untuk berbicara lagi. Siswa yang masih memiliki kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis.

V Siswa yang telah

menghabiskan kupon yang dimilikinya berusaha membantu teman yang masih memiliki kupon.


(2)

Hasil Pengamatan metode Time Token pada siklus II N

o

Langkah-langkah Terlaksana Keterangan Ya Tidak

1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dipelajari

V Guru kembali menjelaskan secara lisan maupun dengan menuliskan di papan tulis 2 Guru mengkondisikan

siswa untuk kegiatan diskusi

V Guru meminta siswa yang pasif dalam siklus I untuk duduk dibagian depan untuk memfasilitasi siswa tersebut dalam menyampaikan pendapatnya.

3 Siswa diberikan kupon yang memiliki fungsi sebagai penukar waktu berbicara kurang lebih15-30 detik per kupon. Tiap siswa diberikan 2 buah kupon masing-masing.

V Guru telah lebih

menjelaskan dengan baik bagaimana cara kerja kupon dan lama durasi siswa dalam berbicara. Durasi berbicara siswa juga telah sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Guru telah membuat daftar pertanyaan untuk mengurangi resiko jawaban singkat siswa. 4 Bila siswa selesai

berbicara kupon yang dipegang oleh siswa diserahkan kepada guru satu kupon. Siswa boleh berbicara lagi setelah siswa lain bergiliran berbicara.

V Siswa bersemangat untuk menghabiskan kupon yang dimilikinya. Siswa juga bergantian berbicara sesuai intruksi guru

5 Siswa yang telah habis kuponnya tidak

diperbolehkan untuk berbicara lagi. Siswa yang masih memiliki kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis.

V Siswa yang telah

menghabiskan kupon yang dimilikinya berusaha membantu teman yang masih memiliki kupon.


(3)

Lampiran 6

Hasil wawancara dengan guru

Daftar pertanyaan Jawaban guru Apakah yang Anda ketahui

mengenai metode pembelajaran Time Token Arend?

Saya baru mengetahui ada metode pembelajaran seperti ini, menurut pandangan saya secara singkat metode ini merupakan metode yang memberi siswa kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya secara adil kepada semua siswa yang ada dikelas Bagaimana tanggapan Anda

mengenai metode pembelajaran Time Token Arend?

Menurut saya metode ini sangat bagus dan berguna untuk mengatasi kebosanan yang biasanya dialami siswa dengan hanya mendengarkan guru ketika berbicara, dengan metode ceramah siswa malah cenderung bosan dan tidak mau mendengarkan guru ketika berbicara

Apakah metode Time Token Arend pernah diterapkan dalam pembelajaran IPS di kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung?

Belom pernah, baru kali ini digunakan

Menurut Anda, apakah tujuan dari penerapan metode Time Token Arend dalam pembelajaran IPS?

Tujuannya adalah memberikan kesempatan yang adil kepada semua siswa tanpa memilih dan memandang siswa dalam siswa menyampaikan pendapatnya.

Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Time Token Arend?

Pertama siswa dijelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai, kemudian siswa dikondisikan untuk berdiskusi kemudian dibagikan kupon dimana kupon diserahkan ke guru ketika siswa selesai berbicara, siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi dan yang masih memiliki kupon untuk menghabiskan kuponnya

Menurut Anda, apakah dengan penerapan metode Time Token Arend siswa akan tertarik mengikuti

Tentu saja, dibandingkan dengan hanya meminta siswa untuk mendengarkan saja maka siswa mudah merasa bosan dan rame sendiri.


(4)

Menurut Anda, apa manfaat dari penerapan metode Time Token Arend dalam pembelajaran IPS di kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung?

Penyampaian materi lebih menyenangkan karena terkesan seperti bermain sambil belajar, tujuan pembelajaran juga telah tersampaikan. Dan tentu saja semua siswa memiliki peluang yang sama dalam menyampaikan pendapatnya.

Menurut Anda, apa hambatan atau kendala yang dihadapi ketika menerapkan metode Time Token Arend dalam pembelajaran IPS di kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung?

Berhubung ini pertama kali saya menggunakan metode ini jadi saya awalnya kurang baik dalam menguasai langkah-langkah pembelajaran dalam metode ini.

Bagaimana cara Anda untuk mengatasi hambatan atau kendalan tersebut?

Ya saya terus berusaha memahami langkah-langkah dan sesekali menanyakan kepada anda seperti apa langkah yang benar


(5)

Lampiran 7


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Time Token Arends Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

6 48 148

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

0 4 76

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MELALUI METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT Peningkatan Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (Ipa) Melalui Metode Pembelajaran Edutainment (Education Entertainment) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Temp

0 1 17

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MELALUI METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT (EDUCATION Peningkatan Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (Ipa) Melalui Metode Pembelajaran Edutainment (Education Entertainment) Pada Siswa Kelas IV SD

0 2 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS PADA PEMBELAJARAN Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Melalui Metode Time Token Arends Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Negeri Plosokerep 2 Sragen Tahu

0 0 17

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS DALAM PEMBELAJARAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI 01 DUKUH KECAMATAN NGARGOYOSO

0 0 17

PENDAHULUAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI 01 DUKUH KECAMATAN NGARGOYOSO TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN MELALUI METODE ROLE PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJ

0 1 15

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA PENERAPAN METODE DISKUSI DI SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 1 177

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV B SD NEGERI TEGALREJO 3 YOGYAKARTA.

0 0 261