STRUKTUR KERUANGAN PERIBADATAN UMAT ISLAM DI KELURAHAN ISOLA KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG.
No. Daftar FPIPS: 1747/UN.40.2.4/PL/2013
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STRUKTUR KERUANGAN PERIBADATAN UMAT ISLAM DI KELURAHAN ISOLA KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Geografi
Oleh FAIZ URFAN
(0907193)
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN FAIZ URFAN
0907193
STRUKTUR KERUANGAN PERIBADATAN UMAT ISLAM DI KELURAHAN ISOLA KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,
Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS NIP. 19610323 198603 1 002
Pembimbing II,
Dr. Ahmad Yani, M.Si NIP. 19670812 199702 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP: 19620304 198704 2 001
(3)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skripsi ini diuji pada tanggal 30 Agustus 2013
Panitia Ujian terdiri atas:
1) Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 2) Sekretaris : Dr. Epon Ningrum, M.Pd
NIP. 19620304 198704 2 001
3) Penguji : 1) Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1 002
2) Drs. Dadang Sungkawa, M.Si 19550210 198002 1 001 3) Dr. H. Wahyu Eridiana, M. Si
(4)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “STRUKTUR KERUANGAN PERIBADATAN UMAT ISLAM DI KELURAHAN ISOLA KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Bandung, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,
Faiz Urfan NIM. 0907193
(5)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
STRUKTUR KERUANGAN PERIBADATAN UMAT ISLAM DI KELURAHAN ISOLA KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG
Pembimbing I : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.Si Pembimbing II : Dr. Ahmad Yani, M.Si
Oleh : Faiz Urfan (0907193)
Peribadatan umat Islam atau yang lazim disebut masjid adalah tempat ibadah yang berjumlah cukup banyak di Kelurahan Isola, yakni 12 masjid. Namun jumlah masjid yang banyak tidak menentukan jumlah jemaah yang banyak pula, sehingga ada masjid yang penuh ketika shalat berjamaah dan ada pula masjid yang sedikit jemaah ketika shalat berjamaah. Tentu ini menjadi sebuah masalah yang harus diteliti karena masjid merupakan salah satu tempat pelayanan di Kelurahan Isola yang mengindikasikan efektivitas pemanfaatan tata ruang kota. Penelitian ini memiliki satu variabel yaitu struktur keruangan peribadatan umat Islam di Kelurahan Isola yang diteliti berdasarkan lima indikator yaitu, persebaran masjid, daya dukung masjid, karakteristik jemaah masjid, daya jangkau masjid dan fungsi primer-sekunder masjid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang digunakan merupakan data primer, data sekunder, dan data terestrial (data peta hasil survey lapangan). Populasi penelitian ini terbagi dua yaitu populasi masjid dan populasi jemaah masjid. Cara mengambil sampel pada populasi masjid adalah purposive sampling sementara pada populasi jemaah masjid adalah accidental sampling. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yang meliputi klasifikasi data, tabulasi data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah ketimpangan jumlah jemaah pada setiap masjid diakibatkan oleh pengelolaan setiap masjid yang berbeda-beda. Jika dikaitkan dengan struktur keruangan dan aplikasi teori tempat pusat, maka dapat disimpulkan bahwa Masjid Daarut Tauhiid memiliki posisi keruangan sebagai pusat pertumbuhan, Masjid Al-Furqan memiliki posisi keruangan sebagai sarana penunjang dari pusat pertumbuhan yang lain, yaitu Gedung Isola, sementara untuk masjid lain seperti Masjid Baetur Rohman dan Masjid Nurul Iman memiliki posisi keruangan yang saling lepas dengan sarana penunjang lain yang berada di sekitarnya. Penulis merekomendasikan agar posisi keruangan masjid menjadi pertimbangan dalam pengelolaan masjid agar fungsinya dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam menunjang efektivitas pemanfaatan tata ruang kota.
Kata kunci: Struktur Keruangan, Persebaran Masjid, Daya Dukung Masjid, Daya Jangkau Masjid.
(6)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
SPATIAL STRUCTURE OF MUSLIM’S WORSHIP IN ISOLA VILLAGE SUKASARI DISTRICT BANDUNG CITY
Adviser I : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.Si Adviser II : Dr. Ahmad Yani, M.Si
By : Faiz Urfan (0907193)
Mosques are places of worship that add up to quite a lot in the village Isola, that is 12 mosques. However, the number of mosques doesn’t specify the number of the congregation. Therefore, there is a mosque full of praying in congregation, while the other have a few. Certainly this is a problem that needs to be investigated since a mosque is one of the places in the Isola Village that indicates the effectiveness of the utilization of spatial the city. This research has one variable that is the spatial sructure of Muslims worship in Isola Village. The variable researched based on five indicators these are the spread of mosques, the carrying capacity of mosque, characteristic of the congregation of the mosque, the mosque's outreach capacity and primary-secondary function of the mosque. The methods used in this research is descriptive method. The data used in this research are primary data, secondary data, and terrestrial data. The population of this research is divided into two populations which are the mosque’s population and the congregation of mosque’s population. The technique for take sample in the mosque’s population is purposive sampling while at the congregation of mosque’s is accidental sampling. Data processing technique in this study is a descriptive analysis techniques which include classification data, tabulate data, interpretation of data and the withdrawal of the conclusion. The results of this research are the inequality of congregation amount in each mosque caused by the differences between management of each mosque. If it is associated with the spatial structure and the application of the theory of central places, then it can be inferred that the Daarut Tauhiid Mosque has spatial position as growth centre, Al-Furqan Mosque has a spatial position as a supporting building of the Isola building as a growth centre, while for other mosques such as the Baetur Rohman Mosque and Nurul Iman Mosque has spatial position that is separated to other facilities are around. The author recommends that spatial structure of mosques must be considerate in the management of the mosque so that their functions can be run effectively and efficiently support the effectiveness of utilization of space.
Kata kunci: Spatial Structure, The Spread of Mosque, The Carrying Capacity of Mosque.
(7)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi SkripsI ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9
A. Konsep Dasar Masjid ... 9
B. Teori Tempat Pusat ... 10
C. Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam ... 16
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ...27
A. Lokasi Penelitian ... 27
B. Metode Penelitian ... 29
C. Populasi dan Sampel ... 31
1. Populasi ... 31
2. Sampel ... 31
D. Variabel Penelitian ... 34
E. Definisi Operasional ... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ... 37
G. Alat Pengumpulan Data ... 38
H. Teknik Pengolahan Data ... 39
(8)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Hasil Penelitian ... 42
1. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Kelurahan Isola ... 42
2. Persebaran Masjid ... 47
3. Daya Dukung Masjid ... 56
4. Karakteristik jemaah Setiap Masjid ... 69
5. Daya Jangkau Masjid ... 83
6. Fungsi Primer dan Fungsi Sekunder Masjid ... 86
B. Pembahasan ... 90
1. Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam di Kelurahan Isola ... 90
2. Faktor-faktor Pembentuk Struktur Keruangan ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...98
A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 101
DAFTARPUSTAKA ... 102
(9)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Standar Kebutuhan Dasar Kota untuk Jenis Fasilitas
Peribadatan ... 12
Tabel 3.1. Daftar Masjid di Kelurahan Isola ... 32
Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Kelurahan Isola berdasarkan Jenis Kelamin ... 42
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Kelurahan Isola berdasarkan Usia ... 44
Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Kelurahan Isola berdasarkan Mata Pencaharian ... 46
Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Kelurahan Isola berdasarkan Agama ... 47
Tabel 4.5. Fasilitas Masjid Al-Furqan ... 59
Tabel 4.6. Fasilitas Masjid Daarut Tauhiid ... 63
Tabel 4.7. Fasilitas Masjid Baetur Rohman ... 66
Tabel 4.8. Fasilitas Masjid Nurul Iman ... 68
Tabel 4.9. Jumlah Jamaah Masjid Al-Furqan yang Shalat Berjamaah Berdasarkan Waktu Shalat ... 71
Tabel 4.10. Jumlah Jamaah Masjid Daarut Tauhiid yang Shalat Berjamaah berdasarkan Waktu Shalat ... 75
Tabel 4.11. Jumlah Jamaah Masjid Baetur Rohman yang Shalat Berjamaah Berdasarkan Waktu Shalat ... 80
Tabel 4.12. Jumlah Jamaah Masjid Nurul Iman yang Shalat Berjamaah Berdasarkan Waktu Shalat ... 83
Tabel 4.13. Komposisi Sampel Jamaah berdasarkan Posisi Tempat Tinggal ... 83
(10)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Range and Threshold ... 14
Gambar 2.2. Bentuk Heksagonal pada Teori Tempat Pusat ... 15
Gambar 2.3. Hirarki Pusat Pelayanan ... 15
Gambar 2.4. Kondisi Masjid Optimal berdasarkan Teori Tempat Pusat oleh Christaller. ... 24
Gambar 3.1. Peta Administrasi Kelurahan Isola ... 28
Gambar 3.2. Variabel Penelitian dan Indikator Variabel ... 36
Gambar 3.3 Teknik Pengolahan Data ... 41
Gambar 4.1. Piramida Penduduk Kelurahan Isola ... 45
Gambar 4.2. Peta Persebaran Masjid Kelurahan Isola ... 49
Gambar 4.3. Masjid Al-Furqan Universitas Pendidikan Indonesia ... 50
Gambar 4.4. Peta Wilayah Kampus Universitas Pendidikan Indonesia ... 51
Gambar 4.5. Masjid Daarut Tauhiid ... 52
Gambar 4.6. Denah Lokasi Masjid Daarut Tauhiid ... 52
Gambar 4.7. Masjid Baetur Rohman ... 54
Gambar 4.8. Denah Lokasi Masjid Baetur Rohman ... 54
Gambar 4.9. Masjid Nurul Iman ... 55
Gambar 4.10. Denah Lokasi Masjid Nurul Iman ... 55
Gambar 4.11. Organigram Kepengurusan DKM Al-Furqan ... 60
Gambar 4.12. Lambang DKM Daarut Tauhiid Bandung ... 61
Gambar 4.13. Organigram Kepengurusan DKM Daarut Tauhiid... 64
Gambar 4.14. Organigram Kepengurusan DKM Baetur Rohman ... 67
Gambar 4.15. Organigram Kepengurusan DKM Nurul Iman ... 69
Gambar 4.16. Grafik Komposisi Responden Masjid Al-Furqan berdasarkan Jenis Kelamin ... 70
(11)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.17. Grafik Komposisi Responden Masjid Al-Furqan berdasarkan Usia ... 70 Gambar 4.18. Grafik Komposisi Responden Masjid Al-Furqan berdasarkan
Pekerjaan ... 72 Gambar 4.19. Grafik Komposisi Responden Masjid Al-Furqan berdasarkan
Motivasi Berkunjung ... 73 Gambar 4.20. Grafik Komposisi Responden Masjid Daarut Tauhiid
berdasarkan Jenis Kelamin ... 73 Gambar 4.21. Grafik Komposisi Responden Masjid Daarut Tauhiid
berdasarkan Usia ... 74 Gambar 4.22. Grafik Komposisi Responden Masjid Daarut Tauhiid
berdasarkan Pekerjaan... 76 Gambar 4.23. Grafik Sampel jemaah Masjid Daarut Tauhiid berdasarkan
Motivasi Berkunjung ... 77 Gambar 4.24. Komposisi Responden Masjid Baetur Rohman berdasarkan
Usia ... 78 Gambar 4.25. Komposisi Responden Masjid Baetur Rohman berdasarkan
Pekerjaan ... 79 Gambar 4.26. Grafik Komposisi Responden Masjid Baetur Rohman
berdasarkan Motivasi Berkunjung ... 80 Gambar 4.27. Komposisi Responden Masjid Nurul Iman berdasarkan Usia ... 81 Gambar 4.28. Grafik Komposisi Responden berdasarkan Pekerjaan ... 82 Gambar 4.29. Daya Jangkau Masjid Al-Furqan, Masjid Daarut Tauhiid,
Masjid Baetur Rohman dan Masjid Nurul Iman ... 85 Gambar 4.30. Struktur Keruangan Masjid Al-Furqan UPI ... 92 Gambar 4.31. Struktur Keruangan Masjid Daarut Tauhiid ... 94 Gambar 4.32. Struktur keruangan Masjid Baetur Rohman dan Struktur
(12)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(13)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik di tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan jumlah pemeluk agama Islam sebanyak 87%. Jumlah ini tentu berakibat pada berbagai aspek yang dapat mempengaruhi pola kehidupan sosial budaya yang terbentuk di tengah-tengah masyarakat. Salah satu contoh sederhana yang sering ditemui adalah keberadaan masjid sebagai peribadatan umat Islam. Faktanya, tidak sulit untuk mencari masjid di Indonesia khusunya Kota Bandung. Masjid sebagai pusat budaya dan ibadah umat Islam telah memberikan banyak kontribusi positif bagi kehidupan sosial masyarakat karena masjid berperan dalam pembentukkan perilaku masyarakat yang baik dan mulia melalui penyebaran ajaran-ajaran Islam.
Syamsudin (2009: 227) menyatakan bahwa, ”Tujuan pokok dari ajaran Islam adalah membentuk akhlak yang mulia.” Masjid sebagai pusat penyebaran agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembentukan akhlak masyarakat. Ketika Rasulullah SAW akan membangun masyarakat muslim di Madinah, hal yang pertama kali beliau lakukan adalah membangun sebuah masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Nabawi. Masjid ini digunakan oleh Rasulullah sebagai modal awal untuk membangun masyarakat yang berakhlak mulia karena penggunaannya tidak hanya untuk shalat tapi juga untuk kepentingan musyawarah, pendidikan, bahkan militer.
Firdaus (2011: 11) memandang bahwa masjid dapat berfungsi sebagai simbol identitas masyarakat Islam seperti pernyataannya yang menyebutkan
bahwa, “Masjid dalam konteks budaya merupakan simbol eksistensi sebuah masyarakat muslim.” Suatu daerah tidak akan terlihat identitas keislamannya jika tidak memiliki masjid, walaupun penduduk daerah tersebut mayoritas beragama Islam. Berbeda dengan daerah yang memiliki masjid, tentu identitas keislamannya akan terlihat menonjol.
(14)
2
Keberadaan masjid merupakan hal yang penting dalam menunjang penyebaran ajaran-ajaran Islam. Selain sifat masjid yang multifungsi bagi masyarakat, masjid pun dapat menjadi indikator keshalehan sosial masyarakat sekitarnya. Masjid yang selalu penuh pada waktu shalat fardhu mengindikasikan tingkat pengamalan ajaran Islam yang tinggi di masyarakat. Namun faktanya, masjid seringkali hanya diisi oleh para lansia yang memang sudah menginginkan ketenangan dalam hidup tanpa memikirkan masalah dunia. Sementara para pemuda dan orang dewasa sibuk dengan aktivitasnya di tempat kerja maupun tempat menuntut ilmunya masing-masing.
Masalah ketimpangan jemaah diakibatkan oleh masjid yang tidak dimakmurkan oleh penduduk disekitarnya seperti yang dinyatakan oleh Syahidin (2003: 93):
“Banyaknya jumlah masjid yang berdiri menandakan umat Islam sangat bersemangat untuk mendirikan masjid karena meyakini hal tersebut adalah sebuah kebaikan yang besar. Namun semangat umat Islam untuk membangun masjid tidak diikuti dengan semangat untuk memakmurkannya dengan berbagai aktivitas ibadah.”
Tidak sulit untuk membuktikan hal ini karena fenomena tersebut dapat dilihat di berbagai masjid di Indonesia, khususnya di Kota Bandung. Masjid megah dan berukuran besar belum tentu dapat mengundang jemaah dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, masjid sederhana yang berukuran sedang memiliki peluang untuk mengundang jemaah yang banyak hingga ruang shalatnya terisi penuh. Keberagaman ini menyebabkan ketimpangan jumlah jemaah antara satu masjid dengan masjid yang lain. Ada masjid yang selalu penuh, ada masjid yang terkadang penuh, bahkan ada pula masjid yang selalu sedikit jemaahnya.
Ketimpangan jumlah jemaah antar masjid ini merupakan sebuah masalah yang terlihat kecil namun penting. Fenomena ini harus disikapi sebagai sebuah masalah yang akan terus membesar dan berdampak sistemik jika tidak ditangani secara serius. Kemudian, perlu diingat bahwa “…masjid merupakan wadah yang strategis dalam membina dan menggerakkan potensi umat Islam untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan berkualitas”
(15)
3
(Firdaus, 2011: 12). Jika potensi ini tidak termanfaatkan maka masyarakat akan kehilangan nilai-nilai religius dalam menjalankan aktivitasnya. Misalnya, akibat dari perkembangan terknologi umat Islam cenderung mengandalkan internet dan bank. Ketika ada pekerjaan yang tertinggal atau belum terselesaikan, mereka akan menggunakan internet untuk menyelesaikannya. Ketika ada himpitan ekonomi yang cukup sulit, mereka akan mengajukan pinjaman dana ke bank agar dapat menyelesaikan masalah ekonominya. Pada akhirnya, umat Islam akan berpikiran materialistis tanpa ada yang meluruskan pikiran mereka yang salah. Mereka akan mengabaikan ibadah dan cenderung memisahkan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Lebih tepatnya, mereka akan berpikir bahwa ibadah hanya kegiatan yang tidak penting karena tidak mendatangkan keuntungan secara langsung. Menggunakan internet dan jasa bank bukan hal yang keliru namun,
“…mempercayai Tuhan sebagai satu-satunya penyelamat yang hakiki adalah kewajiban bagi setiap umat Islam yang mengaku beriman” (Qodir: 2011, 23).
Di sisi lain, ketimpangan jumlah jemaah di setiap masjid mengindikasikan ketidakoptimalan fungsi masjid dalam ruang. Ruang memiliki kapasitas yang terbatas maka pemanfaatannya pun harus dilakukan seefektif mungkin. Jika ruang dimanfaatkan secara tidak efektif dan tidak benar maka suatu saat akan muncul kerusakan yang dapat merugikan generasi yang akan datang. Sumaryana (2010: 30) menyatakan bahwa “…pemanfaatan ruang berada dalam konteks tata ruang dengan maksud supaya ruang yang terbatas adanya dapat digunakan sesuai
dengan kepentingan bersama tanpa meninggalkan kerusakan bagi penerusnya.”
Dalam sebuah perencanaan wilayah, tentu ada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang harus diikuti sebagai pedoman memanfaatkan ruang di permukaan bumi. Masjid merupakan bangunan yang dapat dibangun oleh kehendak masyarakat sendiri tanpa menunggu instruksi dari pemerintah setempat. Hal ini akan mengakibatkan target yang dituliskan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah tidak tercapai karena “…mempertahankan ruang seperti yang dikehendaki oleh Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku, tampaknya tidak lepas dari keterlibatan warga setempat” (Sumaryana, 2013: 39). Hadirnya masjid di tengah-tengah permukiman dapat membentuk pola keruangan yang berbeda
(16)
4
dengan yang diharapkan pada RTRW. Perlu dilakukan sebuah evaluasi, apakah masjid-masjid yang berdiri tersebut berfungsi secara optimal atau tidak agar masyarakat tidak melakukan pembangunan yang sia-sia.
Faktanya, fenomena ketimpangan jumlah jemaah antar masjid ini menunjukkan bahwa ada masjid yang optimal dalam menjalankan fungsinya dan ada pula masjid yang belum optimal dalam menjalankan fungsinya. Perbedaan kualitas pengelolaan masjid ini akan melahirkan sebuah pola di permukaan bumi yang disebut struktur keruangan. Sebagai penghuni bumi, manusia perlu menyadari kondisi ruang di sekitarnya. Ruang adalah tempat manusia hidup dan tanpa ruang manusia tidak akan bisa hidup. Agar ruang tempat manusia hidup selalu tersedia maka manusia perlu memiliki wawasan keruangan. Hal tersebut dapat menumbuhkan sensitivitas pada manusia terhadap keganjilan-keganjilan yang terjadi akibat dari kesalahan dan ketidakefektifan pembangunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumaatmadja (1998: 4) yang menyatakan bahwa,”Manusia wajib memiliki wawasan keruangan, yaitu kemampuan melihat dan menganalisis perspektif ruang muka bumi, yang meliputi perubahan serta perkembangannya hari ini terutama di hari-hari mendatang.”
Keberhasilan sebuah masjid membangun kultur religius di lingkungannya dapat dilihat dari kuantitas jemaah yang menggunakan masjid sebagai tempat ibadah. Kualitas pengelolaan sebuah masjid akan mempengaruhi daya tarik masjid terhadap jemaah yang datang. Ketika fenomena ini dijabarkan melalui konsep struktur keruangan maka akan terlihat gambaran distribusi jemaah di setiap masjid serta daya jangkau masjid terhadap wilayah yang ditempatinya.
Salah satu masjid yang menarik untuk diteliti struktur keruangannya adalah Masjid Daarut Tauhiid Bandung. Masjid yang berukuran sedang ini memiliki daya tarik yang sangat besar. Dapat dilihat bahwa setiap waktu shalat fardhu jumlah jemaahnya selalu penuh, bahkan tidak pernah kosong sekalipun itu waktu shalat Shubuh. Tempat-tempat usaha di sekitarnya pun akan tutup ketika adzan berkumandang agar para pemilik usaha dapat pergi ke masjid untuk menunaikan shalat berjemaah. Belum dapat dipastikan faktor apa yang menjadikannya begitu menarik bagi para jemaah untuk melaksanakan shalat
(17)
5
disini. Namun yang terpenting, Masjid Daarut Tauhiid telah berhasil membangun kultur religius di masyarakat sekitarnya. Ditambah dengan kedatangan jemaah lain dari luar kota hingga luar propinsi menjadikan daya jangkau Masjid Daarut Tauhiid semakin besar.
Di Kelurahan Isola, banyak masjid yang kondisi fisiknya serupa dengan Masjid Daarut Tauhiid. Ukuran yang tidak terlalu besar, berada di tengah-tengah pemukiman, fasilitas wudhu dan toilet yang memadai tidak menjadikan masjid ini memiliki banyak jemaah. Bahkan Masjid Alfurqan UPI yang menyandang predikat sebagai “…masjid kampus terbesar se-Asia Tenggara” (Setiawan, 2011) pun masih belum dapat memenuhi ruang utamanya dengan jemaah pada waktu shalat fardhu. Maka dapat terlihat secara jelas bahwa terdapat perbedaan daya tarik antara Masjid Daarut Tauhiid dan masjid lain di Kelurahan Isola.
Kelurahan Isola merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kota Bandung dan termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Sukasari. Kelurahan Isola memiliki 6 Rukun Warga dan 29 Rukun Tetangga. Di dalamnya terdapat 12 masjid yang tersebar di seluruh wilayah kelurahan. Ada masjid yang berdiri di tepi jalan dan ada pula masjid yang berdiri di tengah-tengah himpitan permukiman penduduk. Kondisi masjid pun bervariasi seperti kondisi fasilitas, aksesibilitas, sistem pengelolaan masjid, hingga karakteristik jemaah masjid yang mempengaruhi struktur keruangan setiap masjid.
Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dalam ilmu Geografi. Lebih tepatnya, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan dari segi struktur keruangannya. Dengan menguraikan struktur keruangan masjid di Kelurahan Isola diharapkan permasalahan tidak meratanya jemaah di setiap masjid dapat terpecahkan melalui penelitian ini. Melalui pendekatan keruangan, masalah akan dikaji dari berbagai aspek yang berkontribusi terhadap daya tarik dan daya dorong masyarakat untuk datang ke masjid. Setelah mengetahui aspek-aspek tersebut maka daya jangkau setiap masjid dapat dideskripsikan. Kemudian daya dukung masjid tersebut dapat dianalisis untuk mengetahui kualitas pelayanan masjid terhadap orang-orang yang tinggal di sekitarnya.
(18)
6
Mengingat pentingnya keberjalanan fungsi setiap masjid yang berdiri di tengah-tengah masyarakat, peneliti merasa perlu melakukan sebuah penelitian yang ditujukan untuk mencari penyebab serta solusi untuk memecahkan masalah ketimpangan jemaah di setiap masjid. Ketika setiap masjid dapat memenuhi ruang shalatnya dengan jemaah pada waktu shalat fardhu, maka secara tidak langsung pemanfaatan ruang telah mencapai tahap optimalnya. Di samping itu, nilai-nilai religius akan tumbuh subur dan melahirkan masyarakat Islam yang berkepribadian baik dan luhur. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti bermaksud melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam di Kelurahan Isola Kecamatan
Sukasari Kota Bandung”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalahnya adalah,”Bagaimana struktur keruangan setiap peribadatan umat Islam di Keluarahan Isola?” Dari rumusan masalah tersebut dapat diteliti melalui lima indikator sebagai berikut:
1. Bagaimana persebaran masjid di Kelurahan Isola?
2. Bagaimana daya dukung setiap masjid di Kelurahan Isola?
3. Bagaimana karakteristik jemaah yang datang ke setiap masjid di Kelurahan Isola?
4. Bagaimana daya jangkau di setiap masjid di Kelurahan Isola?
5. Bagaimana fungsi primer dan sekunder setiap masjid di Kelurahan Isola?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah,”Menganalisis struktur keruangan peribadatan umat Islam di Kelurahan Isola.” Adapun langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan persebaran masjid di Kelurahan Isola. 2. Menganalisis daya dukung setiap masjid di Kelurahan Isola.
(19)
7
3. Mendeskripsikan karakteristik jemaah di setiap masjid di Kelurahan Isola.
4. Menganalisis daya jangkau di setiap masjid di Kelurahan Isola.
5. Mendeskripsikan fungsi primer dan sekunder setiap masjid di Kelurahan Isola.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah Kota Bandung untuk lebih
memperhatikan pembangunan masjid sebagai salah satu indikator keefektifan tata ruang kota dalam memenuhi kebutuhan masyatrakat. 2. Menjadi bahan masukan bagi pengurus DKM di Kelurahan Isola untuk
mengembangkan strategi pengelolaan masjid agar dapat meningkatkan kemakmuran masjid.
3. Meningkatkan kesadaran kepada mahasiswa dan masyarakat bahwa faktor lokasi masjid sangat berpengaruh terhadap kemakmuran masjid. 4. Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai permasalahan krisis
kejemaahan di beberapa masjid beserta solusinya dari sudut pandang Geografi khususunya melalui pendekatan keruangan.
E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian
E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam
B. Aplikasi Teori Tempat Pusat untuk Peribadatan Umat Islam BAB III PROSEDUR PENELITIAN
(20)
8
A. Lokasi Penelitian B. Metode Penelitian C. Populasi dan Sampel
1. Populasi 2. Sampel
D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Teknik Pengumpulan Data G. Alat Pengumpulan Data H. Teknik Pengolahan Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Kelurahan Isola 2. Persebaran Masjid
3. Daya Dukung Masjid
4. Karakteristik jemaah Setiap Masjid 5. Daya Jangkau Masjid
6. Fungsi Primer dan Fungsi Sekunder Masjid B. Pembahasan
1. Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam di Kelurahan Isola 2. Faktor-faktor Pembentuk Struktur Keruangan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
(21)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Letak astronomis Kelurahan Isola adalah 6o50’10,896” LS – 6o51’53,64” LS dan 107o34’53,94” BT – 107o36’1,728” BT. Adapun batas geografis Kelurahan Isola adalah sebagai berikut.
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Gudangkahuripan (Kecamatan Lembang).
2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Cihideung dan Desa Ciwaruga (Kecamatan Parongpong).
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Gegerkalong. 4. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ledeng.
Secara administratif Kelurahan Isola merupakan salah satu kelurahan dari 4 kelurahan di Kecamatan Sukasari, yaitu Kelurahan Isola, Kelurahan Gegerkalong, Kelurahan Sukarasa, dan Kelurahan Sarijadi. Kelurahan Isola terdiri atas 6 Rukun Warga dan 29 Rukun Tetangga. Luas Kelurahan Isola adalah 179,677 hektar dan termasuk ke dalam Kawasan Bandung Utara. Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 18 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2011-2031, Kawasan Bandung Utara adalah kawasan yang meliputi sebagian wilayah Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat dengan batas di sebelah utara dan timur dibatasi oleh punggung topografi yang menghubungkan puncak Gunung Burangrang, Masigit, Gedongan, Sunda, Tangkubanparahu dan Manglayang, sedangkan di sebelah barat dan selatan dibatasi oleh garis (kontur) 750 m di atas permukaan laut (dpl) yang secara geografis terletak antara 107º 27’ - 107 º BT, 6º 44’ - 6º 56’LS. Untuk gambaran yang lebih jelas mengenai lokasi penelitian dapat dilihat pada Peta Administratif Kelurahan Isola pada Gambar 3.1.
(22)
28
(23)
29
B. Metode Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah “…membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta…” (Suryabrata, 2012: 75) struktur keruangan peribadatan umat Islam di Kelurahan Isola sehingga penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Kemudian, penelitian deskripsi merupakan penelitian yang tidak memerlukan pencarian hubungan antara variabel dan indikator-indikatornya. Penelitian ini hanya menjelaskan akumulasi data-data. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryabrata (2012: 76) yang menyatakan bahwa:
…penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dari implikasi…
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. “Metode deskriptif adalah metode yang bermaksud membuat pemeriaan (penyandaraan) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu” (Usman dan Akbar, 2006: 4). Demikian, data-data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dijabarkan secara verbal dan lebih terpusatkan pada pemaknaan untuk mendapatkan konsep pemahaman secara mendalam tentang fenomena yang diteliti.
Penelitian ini berada dalam bidang keilmuan Geografi dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan. Adapun pengertian mengenai pendekatan keruangan diuraiakan oleh (Yunus, 2010: 44) yang menyatakan bahwa:
Pendekatan keruangan berasal dari dua kata, yaitu pendekatan dan keruangan. Pendekatan (approach) berasal dari kata dekat. Sesuatu yang diamati dari jarak yang dekat akan memberikan gambaran yang lebih jelas, rinci, serta akurat dibandingkan pengamatan dari jarak yang jauh. Sementara keruangan (spatial) berasal dari kata ruang yang menunjukkan sebuah daerah tiga dimensi tempat objek dan dan peristiwa berada, sehingga bila digabungkan pendekatan keruangan dapat diartikan sebagai suatu metode untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam
(24)
30
melalui media ruang yang dalam hal ini variabel ruang mendapat posisi utama dalam setiap analisis.
Seperti yang telah dipaparkan pada rumusan masalah bahwa penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur keruangan peribadatan umat Islam di Kelurahan Isola. Menurut Yunus (2010: 58-59) langkah-langkah yang diambil untuk menganalisis struktur keruangan meliputi tiga tahap, “…yaitu mengabstraksikan gejala yang akan diamati, menemukenali karakteristik struktur ruang, melakukan analisis mendalam dengan mengaitkan pada pertanyaan geografis berdasarkan 5W1H (What, When, Where, Who, Why, and How).”
Adapun penjelasan dari ketiga langkah tersebut secara berturut-turut adalah sebagai berikut:
1. Struktur keruangan merupakan sebuah fenomena yang abstrak sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Untuk mempermudah hal tersebut peneliti harus membuat simbol-simbol diatas kertas untuk menggambarkan struktur keruangan setiap masjid sehingga fenomena tersebut menjadi konkrit. Simbol-simbol yang digunakan dapat berupa titik, garis, atau areal yang masing-masing mewakili tempat, jalan atau keterkaitan, dan wilayah.
2. Setiap masjid memiliki karakteristik ruang yang berbeda-beda. Misalnya masjid A memiliki daya jangkau yang lebih besar dibanding masjid B. Maka karakteristik ini harus digambarkan dalam bentuk titik, garis, areal, atau kombinasi ketiganya dengan tujuan perbedaan struktur keruangan antara masjid A dan masjid B dapat ditemukenali dan ditentukan persamaan serta perbedaannya.
3. Setelah ditemukan karakteristik struktur keruangan setiap masjid maka analisis yang mendalam sudah dapat dilakukan. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus 5W1H (What, Where, When, Why, and How) untuk menyelidiki fenomena secara lebih mendalam. Namun yang terpenting dalam sebuah studi Geografi adalah bagaimana penelitian ini dapat menjawab, ”Mengapa struktur keruangan masjid tersebut berbentuk demikian?” Dengan menjawab pertanyaan ini maka dapat dikatakan bahwa pendekatan keruangan sangat diprioritaskan dalam penelitian ini.
(25)
31
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
“Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas” (Tika, 2005: 24). Sedangkan menurut Sumaatmaja (1988 : 122) “Populasi adalah keseluruhan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya, politik), individu (manusia baik perorangan maupun kelompok), kasus (masalah, peristiwa tertentu) yang ada pada ruang tertentu.” Adapun populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini terbagi dalam dua kelompok yaitu populasi masjid dan populasi manusia. Populasi masjid adalah seluruh masjid di Kelurahan Isola. Populasi manusia adalah pengurus DKM dan jemaah yang datang untuk shalat fardhu lima waktu (Shubuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya) di masjid tersebut. Adapun populasi masjid di Kelurahan Isola sebanyak 12 masjid, antara lain disajikan pada Tabel 3.1.
2. Sampel
“Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi” (Tika, 2005: 24). Data yang diambil dari sampel akan dibuat generalisasi untuk seluruh populasi di lokasi penelitian sehingga sampel yang diambil harus benar-benar mencerminkan karakteristik populasi penelitian. Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kelompok yaitu sampel masjid dan sampel pengunjung (jemaah).
Sampel masjid diambil berdasarkan teknik sampel purposif. Sampel purposif yang disebut juga judgement sampling adalah sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil orang atau objek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik. Masjid dikategorikan berdasarkan ketentuan yang telah dibuat oleh peneliti. Adapun kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Masjid kampus
Masjid kampus adalah masjid yang menjadi bagian dari sebuah perguruan tinggi yang berfungsi sebagai sarana pembinaan rohani bagi mahasiswa dan civitas akademika lain yang beragama Islam. Lokasinya berada di dalam lingkungan kampus serta sistem pengelolaannya ditetapkan oleh pejabat
(26)
32
berwenang di universitas tersebut. Di Kelurahan Isola terdapat satu masjid kampus yaitu Masjid Al-Furqan Universitas Pendidikan Indonesia.
b. Masjid pesantren
Masjid pesantren adalah masjid yang menjadi bagian dari sebuah pondok pemukiman tempat santri-santri belajar agama. Masjid tersebut menjadi pusat aktivitas keagamaan santri serta sumber dari semua ilmu pengetahuan dan kepercayaan yang diajarkan kepada semua santrinya. Di Kelurahan Isola terdapat satu masjid pesantren yaitu Masjid Daarut Tauhiid.
Tabel 3.1 Daftar Masjid di Kelurahan Isola
NO
NAMA MASJID ALAMAT KOORDINAT
1. Al-Furqan Universitas Pendidikan Indonesia RT 03 RW 05
6o51’47.7” LS 107o35’37.9” BT 2. Daarut Tauhiid Jalan Gegerkalong Girang RT
01 RW 06
6o51’49.4” LS 107o35’24” BT 3. Nurul Falah Jalan Gegerkalong Girang No.
92 RT 03 RW 06
6o51’44.8” LS 107o35’13.1” BT 4. Al-Hikmah Jalan Gegerkalong Girang R6
03 RW 06
6o51’42.3” LS 107o35’4” BT
5. Nurul Iman Negla RT 07 RW 04 6
o51’11.6” LS 107o35’30.4” BT
6. Miftahul Iman Negla RT 05 RW 04 6
o51’16.7” LS 107o35’37.3” BT
7. Al-Ikhlas Negla RT 02 RW 04 6
o51’24.3” LS 107o35’38.3” BT
8. Baetur Rohman Cirateun RT 01 RW 01 6
o50’39.3” LS 107o35’51.4” BT
9. Husnul Khotimah Gegerarum RT 02 RW 06 6
o51’19.2” LS 107o35’37.3” BT 10. Nurul Jannah Negla Hilir No. 16 RW 04 6
o51’30.9” LS 107o35’35.7” BT
11. Al-Mubarokah Cilimus RT 07 RW 06 6
o51’26.8” LS 107o35’26.7” BT
12. Al-Hidayah Negla RT 01 RW 04 6
o51’24.2” LS 107o35’30.5” BT
Sumber: Data Penelitian 2013
c. Masjid Jami’
Masjid jami’ adalah masjid kelurahan yang berfungsi sebagai tempat beribadah khususnya shalat fardhu bagi penduduk sekitar. Masjid jami’ tidak sama dengan mushala karena masjid jami dapat digunakan oleh shalat Jumat sementara mushala tidak. Maka dari itu, biasanya ukuran masjid jami’ cukup
(27)
33
besar karena cukup menampung jemaah minimal untuk shalat Jumat yaitu 40 orang. Masjid jami’ di Kelurahan Isola berjumlah 10 buah antara lain, Masjid Nurul Falah, Masjid Al-Hikmah, Masjid Nurul Iman, Masjid Miftahul Iman, Masjid Al-Ikhlas, Masjid Baetur Rohman, Masjid Khusnul Khotimah, Masjid Nurul Jannah, Masjid Al-Mubarokah, Masjid Al-Hidayah.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil sampel masjid dari ketiga kategori diatas. Untuk kategori masjid kampus peneliti mengambil Masjid Al-Furqan UPI. Untuk kategori masjid pesantren peneliti mengambil Masjid Daarut Tauhiid. Sedangkan untuk kategori masjid jami’ peneliti mengambil dua buah masjid yaitu Masjid Nurul Iman dan Masjid Baetur Rohman. Adapun pertimbangan peneliti dalam pemilihan sampel masjid jami’ ini adalah lokasi. Masjid Miftahul Iman terletak di wilayah tengah Kelurahan Isola sementara Masjid Baetur Rohman terletak di wilayah tepi utara Kelurahan Isola.
Secara keseluruhan sampel yang diambil mewakili ketiga kategori dan juga tersebar merata di wilayah Kelurahan Isola. Masjid Daarut Tauhiid dan Masjid Al-Furqan mewakili wilayah tepi selatan Kelurahan Isola, Masjid Miftahul Iman mewakili wilayah tengah Kelurahan Isola, dan Masjid Baetur Rohman mewakili wilayah tepi utara Kelurahan Isola. Demikian, persebaran sampel masjid dalam penelitian ini menjadi merata di wilayah Kelurahan Isola.
Sampel pengurus DKM dilakukan juga dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan teknik ini sampel pengurus DKM yang diambil adalah Ketua DKM atau pengurus DKM lain yang memahami seluk beluk pengelolaan masjid.
Kemudian untuk sampel jemaah setiap masjid digunakan teknik accidental
sampling. “Accidental sampling adalah metode pengambilan sampel dengan
memilih siapa yang kebetulan ada atau dijumpai” (Rizki, 2009). Menurut Usman dan Akbar (2006: 47), “Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai.” Namun kelemahan dari teknik ini adalah hasil penelitian yang dilakukan tidak dapat digeneralisasikan pada kasus yang terjadi di tempat lain sehingga kesimpulan dari penelitian cenderung terlokalisasikan di tempat penelitian.
(28)
34
Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti mengambil sampel manusia dengan mencari responden yang mewakili karakteristik jemaah masjid dengan jumlah yang tidak ditentukan. Hal ini disebabkan karena jumlah jemaah masjid tidak dapat diprediksikan secara pasti. Selain itu, teknik ini digunakan untuk mengefisienkan proses penelitian sehingga tidak perlu melakukan perhitungan jumlah sampel yang akan diambil. Ketika jumlah responden yang diambil dirasa cukup oleh peneliti dan mewakili populasi yang ada maka pencarian responden akan dihentikan. Begitu pula sebaliknya, apabila sampel yang diambil dirasa belum mencukupi kebutuhan data penelitian maka peneliti akan terus mencari responden. Demikian, peneliti berperan sebagai tolak ukur cukup atau tidaknya sampel yang telah diambil sehingga tingkat kepekaan peneliti terhadap tujuan penelitian sangat diandalkan selama pengambilan data di lapangan.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang proses analisisnya hanya melibatkan satu variabel. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah struktur keruangan tempat peribadatan umat Islam. Struktur keruangan peribadatan umat Islam akan dianalisis melalui beberapa indikator antara lain sebagai berikut: 1. Persebaran masjid di Kelurahan Isola.
Data mengenai lokasi mutlak serta lokasi relatif setiap masjid di Kelurahan Isola akan dikumpulkan kemudian dideskripsikan sehingga dapat diketahui bagaimana persebaran masjid di wilayah tersebut. Apakah terpencar, memusat, acak atau sejajar mengikuti bentuk jalan.
2. Daya dukung masjid.
Daya dukung masjid merupakan kemampuan masjid dalam hal melayani jemaah yang datang dari segi kelengkapan fasilitas dan kapasitas masjid. Cara paling mudah untuk mengetahui daya dukung masjid adalah dengan mencari tahu kapasitas jemaahnya. Setelah itu dibandingkan dengan jemaah yang datang dan akan didapatkan apakah masjid tersebut daya dukung yang cukup atau tidak untuk melayani jemaah. Jika masjid tersebut memiliki jumlah jemaah melebihi
(29)
35
kapasitasnya maka masjid tersebut sudah tidak mampu melayani jemaahnya secara optimal. Sebaliknya, jikak masjid tersebut memiliki jemaah kurang dari atau sama dengan kapasitasnya maka masjid tersebut dapat melayani jemaahnya dengan optimal.
3. Karakterisik jemaah dari setiap masjid.
Karakteristik jemaah meliputi kondisi sosial ekonomi dari setiap pengunjung. Setiap responden diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, serta motivasi berkunjung ke sebuah masjid. Dari data-data ini akan dideskripsikan kapan mereka datang, mengapa mereka datang, dan bagaimana mereka datang. Deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan daya tarik setiap masjid yang dijadikan sampel bagi jemaah yang datang.
4. Daya jangkau masjid.
Daya jangkau berkaitan dengan konsep threshold population yang menggambarkan luasan pelayanan sebuah masjid terhadap masyarakat di sekitarnya. Daya jangkau ini akan dilihat dari jarak jemaah dari tempat asal ke masjid yang dia kunjungi. Semakin jauh jarak tersebut maka semakin luas jangkauan masjid.
5. Fungsi primer dan fungsi sekunder masjid.
Fungsi primer akan diteliti berdasarkan kuantitas jemaah yang datang pada waktu shalat fardhu. Sementara fungsi sekunder akan diteliti berdasarkan kegiatan-kegiatan ibadah sosial yang dijelaskan secara verbal.
Berdasarkan uraian diatas, struktur variabel penelitian serta indikatornya tersaji pada Gambar 3.2.
E. Definisi Operasional
Judul penelitian ini adalah “Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung”. Tujuan praktis dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi faktual dari masalah ketimpangan jemaah yang terjadi di masjid-masjid Kelurahan Isola dari sudut pandang Geografi.
(30)
36
Gambar 3.2 Variabel penelitian dan indikator variabel
Adapun definisi operasional dari judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Struktur keruangan adalah susunan jangkauan suatu tempat di suatu wilayah yang didasarkan pada analisis geografi dengan menggunakan pendekatan keruangan yang melibatkan faktor jarak, keterkaitan, dan pergerakan. Struktur keruangan peribadatan umat Islam memiliki lima indikator yaitu persebaran masjid, daya dukung masjid, karakteristik jemaah masjid, daya jangkau masjid, fungsi primer masjid dan fungsi sekunder masjid.
2. Peribadatan umat Islam adalah sebuah bangunan yang memiliki fungsi utama untuk melakukan shalat bagi umat Islam yang disebut masjid. Masjid ini dicirikan oleh penggunaannya sebagai tempat shalat Jumat. Jika bangunan peribadatan itu tidak digunakan untuk shalat Jumat maka tempat tersebut tergolong mushala atau tempat lain selain masjid. Selain tempat shalat, masjid pun memiliki fungsi lain yang disebut fungsi sekunder. Dalam penelitian ini masjid akan diteliti berdasarkan keoptimalannya menjalankan kedua fungsi tersebut.
Variabel Penelitian
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Indikator:
1. Persebaran masjid 2. Daya dukung masjid
3. Karakteristik jemaah dari setiap masjid 4. Daya jangkau masjid
(31)
37
F. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data di setiap masjid yang telah diambil sebagai sampel. Peneliti memperhatikan masjid dari segi fasilitas, jumlah jemaah yang datang dan menyebarkan angket pada saat waktu shalat. Artinya dalam satu hari peneliti berada di satu masjid pada 5 waktu shalat yaitu Shubuh, Dzuhur, Ashar, Magrib, dan Isya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1. Observasi
Metode ini digunakan untuk melihat dan meneliti secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. Melalui observasi ini, peneliti dapat mengidentifikasi kondisi fisik dari masjid yang diteliti. Tujuan dari observasi ini adalah mencari data yang berkenaan dengan rumusan masalah daya dukung masjid dan fungsi primer-sekunder masjid.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mencari kebenaran data melalui pengajuan pertanyaan dari peneliti yang berperan sebagai interviewer kepada objek penelitian yang berperan sebagai interviewee. Data yang dihasilkan dari wawancara ini adalah data primer dalam bentuk verbal yang diinventarisasikan dengan catatan maupun alat perekam. Interviewee yang dimaksud adalah ketua DKM yang bersangkutan atau pengurus DKM yang berwenang. Adapun waktu wawancara disesuaikan dengan kesepakatan antara interviewee dengan peneliti. Melalui wawancara ini, data yang akan dipenuhi berkenaan dengan rumusan masalah daya dukung masjid dan fungsi primer-sekunder masjid.
3. Angket
Angket digunakan untuk mendapatkan data secara massal dari objek-objek penelitian. Adapun data yang dihasilkan dari angket ini berupa data numerik yang akan dikelompokkan menjadi data nominal, ordinal, serta skala. Kemudian data-data ini akan diolah serta diinterpretasikan untuk diambil sebuah kesimpulan. Waktu penyebaran angket ini adalah setiap selesai menunaikan shalat fardhu berjemaah untuk mendapatkan responden yang benar-benar telah melakukan shalat berjemaah di masjid tersebut. Bukan jemaah yang melakukan aktivitas lain
(32)
38
selain shalat fardhu berjemaah. Namun penyebaran angket belum tentu dilakukan setiap selesai shalat berjamaah. Jika peneliti mendapati jemaah yang datang bersifat homogen dan orang yang sama di setiap waktu shalat maka peneliti akan menghentikan penyebaran angket dan menganalisis data tersebut. Angket ini digunakan untuk mengumpulkan data berdasarkan rumusan masalah karakteristik jemaah dan daya jangkau masjid.
4. Studi
kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dari peta monografi kelurahan, data administrasi masjid, buku, majalah, website dan sebagainya. Data-data tersebut akan digunakan untuk mendukung data primer yang didapatkan dari hasil wawancara, angket, dan observasi. Melalui studi kepustakaan khususnya dengan menggunakan peta, peneliti dapat menganalisis pola persebara masjid.
5. Dokumentasi
Proses pengambilan data di lapangan akan didokumentasikan ke dalam bentuk gambar untuk memperkuat data yang diambil serta hasil pengolahan data sehingga penelitian menjadi lebih valid.
G. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Peta Rupabumi
skala 1 : 25.000 untuk menentukan dan mengecek penggunaan lahan di lokasi penelitian. Adapun peta yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Rupabumi Cimahi Lembar 1209-313 yang dibuat oleh Bakosurtanal.
2. Global
Positioning System (GPS) untuk menentukan letak masjid serta lokasi lainnya di daerah penelitian secara terperinci.
3. Pedoman
Wawancara, sebagai pedoman dalam melakukan wawacara terhadap responden.
(33)
39
4. Angket
penelitian, untuk mendapatkan data kuantitatif sebagai pendukung dari data hasil wawancara.
5. Lembar
observasi, untuk mengumpulkan data hasil pengamatan di lapangan.
6. Kamera,
digunakan untuk mendokumentasikan objek peneltian di lapangan.
H. Teknik Pengolahan Data
Menurut Suryabrata (2012: 77), langkah-langkah pokok yang perlu dilakukan dalam penelitian deksriptif meliputi empat langkah, yaitu
1. Definisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai. 2. Rancangkan cara pendekatannya.
3. Kumpulkan data. 4. Susun laporan.
Berdasarkan langkah-langkah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses analisis data dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian karena langkah-langkah tersebut bersifat sangat umum. Adapun teknik analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah:
1. Klasifikasi data
Data dikelompokkan berdasarkan rumusan masalah dari persebaran masjid hingga fungsi primer dan fungsi sekunder masjid. Data-data tersebut dapat berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif akan diuraikan lebih spesifik secara verbal sementara data kuantitatif akan ditabulasikan dan diolah menggunakan prosedur statistik dasar. Setelah itu data kuantitatif pun akan dijelaskan secara verbal agar dapat mendukung data kualitatif sehingga menghasilkan kesimpulan yang kuat.
2. Tabulasi data
Data kuantitatif dikumpulkan, diidentifikasi, serta dikelompokkan dalam bentuk tabel untuk dibuat grafiknya agar lebih mudah diinterpretasikan. Adapun
(34)
40
langkah-langkah yang dilakukan sebelum interpretasi data adalah menjumlahkan, mencari nilai maksimum dan minimum, mencari rata-rata, dan prosedur statistik dasar lainnya sesuai dengan kebutuhan analisis data. Setelah itu data dibuat dalam bentuk grafik agar lebih mudah diinterpretasi.
3. Interpretasi data
Interpretasi data dilakukan dengan menafsirkan grafik, membandingkan, serta mencari keterkaitan antara data hasil survey lapangan dengan struktur keruangan masjid. Interpretasi data dilakukan dengan berpedoman pada rumusan masalah dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Persebaran masjid akan dijelaskan berdasarkan data koordinat yang dituangkan ke dalam bentuk peta kemudian dikategorikan apakah persebaran masjid termasuk linier, radial, mengelompok, atau acak.
b. Daya dukung masjid akan dijelaskan berdasarkan hasil wawancara, observasi langsung dan studi literatur yang melingkupi kapasitas masjid, aspek fasilitas, aspek aksesibilitas, serta aspek fungsi primer dan fungsi sekunder.
c. Karakteristik jemaah akan dijelaskan melalui interpretasi data hasil penyebaran angket kepada jemaah yang menjadi responden. Data yang menjadi unsur karakteristik jemaah adalah usia, pekerjaan, alasan memilih masjid, intensitas kunjungan, dan penilaian subjektif responden terhadap kualitas pelayanan masjid.
d. Daya jangkau masjid akan dijelaskan dengan berpedoman pada hasil penyebaran angket kepada responden yang mencakup beberapa faktor antara lain jarak dari rumah ke masjid, posisi relatif rumah dengan masjid, kendaraan yang digunakan jemaah untuk mencapai masjid, serta masjid lain yang pernah dikunjungi oleh jemaah untuk melakukan shalat.
e. Fungsi primer dan fungsi sekunder akan dijelaskan melalui data hasil wawancara Ketua Dewan Kemakmuran Masjid atau pengurus DKM yang berwenang. Dari hasil wawancara ini akan diuraikan bagaimana tingkat
(35)
41
kerberhasilan masjid dalam memberikan pelayanan kepada penduduk sekitarnya.
Semua data hasil interpretasi akan menghasilkan sebuah diagram yang menggambarkan daya jangkau setiap masjid di Kelurahan Isola beserta lokasi relatifnya terhadap tempat pelayanan yang lain, seperti rumah makan, apotek, perpustakaan, bank, pasar, dan lain sebagainya. Daya jangkau dan lokasi relatif tersebut akan menghasilkan sebuah struktur keruangan masing-masing masjid. Struktur keruangan akan menjelaskan mengapa ada masjid yang selalu penuh dengan jemaah dan ada pula masjid yang sepi dari jemaah. Kemudian akan dianalisis juga mengenai faktor-faktor pembentuk dari strukutur keruangan masjid yang ada. Struktur keruangan masjid merupakan fenomena sosial yang berdasarkan pada pergerakan manusia sehingga secara garis besar terdapat tiga faktor yang membentuknya yaitu faktor pendorong, faktor penarik dan faktor antara.
4. Penarikan kesimpulan
Setelah semua data-data masjid selesai diinterpretasi dan dideskripsikan mengenai struktur keruangannya maka akan diambil kesimpulan sebagai langkah penutup dari penelitian ini. Kesimpulan akan diambil berdasarkan hasil analisis dan perbandingan stuktur keruangan setiap masjid yang dijadikan sampel. Kesimpulan akan memberikan inti dari penyebab mengapa setiap masjid memiliki struktur keruangan yang berbeda-beda serta kaitannya dengan jumlah jemaah yang datang ke masjid tersebut.
Secara singkat, teknik pengolahan data dapat dibuat sebuah diagram seperti yang tersaji pada Gambar 3.3.
(36)
42
(37)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah meneliti dan menganalisis data-data yang didapatkan selama melakukan penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran yang akan diuraikan sebagai berikut.
A. Kesimpulan
Terdapat lima hal yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Persebaran masjid di Kelurahan Isola memiliki pola acak. Lokasi masjid-masjid terkonsentrasikan di bagian tengah Kelurahan Isola, yaitu RW 04. Kemudian kepadatannya menurun di bagian selatan Kelurahan Isola, yaitu RW 05 dan RW 06. Sedangkan di bagian utara Kelurahan Isola, yaitu RW 01, RW 02 dan RW 03 hanya terdapat satu masjid yang berdiri di RW 01.
2. Daya dukung setiap masjid di Kelurahan Isola beranekaragam. Adapun daya dukung dari masjid yang dijadikan sampel diuraikan di bawah ini.
a. Masjid Al-Furqan merupakan masjid dengan daya dukung terbesar diantara keempat sampel masjid yang diteliti. Dengan daya dukung sebesar 6.706 orang masjid ini dilengkapi dengan tempat wudhu yang luas dan air yang banyak, toilet yang bersih, tempat shalat yang nyaman dan dapat menampung banyak orang, serta pengelolaan fasilitas masjid yang baik.
b. Masjid Daarut Tauhiid merupakan masjid dengan daya dukung terbesar kedua setelah Masjid Al-Furqan. Adapun daya dukung masjid ini adalah sekitar 590 orang. Walaupun Masjid Daarut Tauhiid berukuran tidak terlalu besar tetapi masjid ini cukup nyaman untuk dijadikan tempat shalat. Tempat wudhu dan toilet yang selalu bersih dan beraroma sedap serta ruang utama shalat yang berkarpet membuat masjid ini tidak kalah saing dengan Masjid Al-Furqan UPI.
(38)
101
c. Masjid Betur Rohman memiliki daya dukung 500 orang. Tempat wudhu yang kurang terawat serta tidak adanya toilet membuat nilai manfaat masjid ini berkurang. Terlebih dengan kondisi fisik masjid yang belum selesai dari pembangunan menambah nilai minus Masjid Baetur Rohman sebagai peribadatan umat Islam.
d. Masjid Nurul Iman memiliki daya dukung sebesar 250 orang. Daya dukung terkecil diantara empat sampel masjid yang diteliti. Masjid ini hanya memiliki dua kran air di tempat wudhunya dan hanya memiliki satu toilet. Walaupun demikian, ruang utama tempat shalat di masjid ini sangat nyaman. Kondisinya bersih dan rapi sehingga menambah kekhusyuan dalam mendirikan shalat. 3. Karakteristik jamaah setiap masjid sampel berbeda-beda, antara lain sebagai
berikut.
a. Masjid Al-Furqan memiliki jemaah mahasiswa yang jauh lebih banyak dibanding jemaah yang berprofesi sebagai dosen dan pegawai administrasi UPI. Masjid Al-Furqan UPI memiliki jumlah jemaah tertinggi pada waktu Dzuhur dan Ashar kemudian menurun dari waktu Maghrib, Isya dan Shubuh. b. Masjid Daarut Tauhiid memiliki jemaah yang mayoritas santri. Walaupun
mayoritas jemaahnya adalah santri, tetapi komposisi jemaah masjid ini lebih heterogen dari segi usia dibanding Masjid Al-Furqan. Selama lima waktu shalat Masjid Daarut Tauhiid selalu dipenuhi oleh jemaah.
c. Masjid Baetur Rohman memiliki jemaah yang heterogen dari segi pekerjaannya namun homogen dari segi motivasi berkunjungnya karena seluruhnya berasal dari lingkup wilayah yang sama. Masjid Baetur Rohman memiliki jumlah jemaah tertinggi pada waktu Magrhib dan Isya. Kemudian jumlah jemaah menurun pada waktu Shubuh, Dzuhur dan Ashar.
d. Masjid Nurul Iman memiliki karakteristik jemaah yang hampir serupa dengan Masjid Baetur Rohman, yaitu heterogen dari segi pekerjaan dan homogen dari segi motivasi berkunjung. Masjid Nurul Iman memiliki jumlah jemaah tertinggi pada waktu Magrhib dan Isya. Kemudian jumlah jemaah menurun pada waktu Shubuh, Dzuhur dan Ashar.
(39)
102
4. Daya jangkau setiap masjid merupakan suatu luasan wilayah dimana para jemaah berasal. Semakin luas daya jangkaunya maka semakin banyak jemaah yang datang ke suatu masjid. Secara berturut-turut, masjid dengan daya jangkau terbesar hingga terkecil adalah Masjid Daarut Tauhiid, Masjid Al-Furqan, Masjid Baetur Rohman dan Masjid Nurul Iman.
5. Urutan masjid yang paling berhasil menjalankan fungsi primernya adalah Masjid Daarut Tauhiid, Masjid Al-Furqan, Masjid Baetur Rohman dan Masjid Nurul Iman. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jemaah yang datang ketika shalat berjamaah. Sedangkan fungsi sekunder untuk setiap masjid sampel dituangkan dalam bentuk program kerja yang memiliki karakteristik berbeda dan tidak dapat disamakan.
Setelah melihat kesimpulan tersebut, kelima hal tadi dapat disintesiskan menjadi sebuah kesimpulan umum yang menggambarkan struktur keruangan peribadatan umat Islam di Kelurahan Isola.
Masjid Daarut Tauhiid memiliki daya jangkau yang lebih besar daripada Masjid Al-Furqan sekalipun daya dukungnya lebih kecil. Hal ini dikarenakan Masjid Daarut Tauhiid merupakan pusat pertumbuhan dari Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Artinya, fasilitas apapun yang dibangun di kawasan pondok pesantren adalah usaha untuk menambah kapasitas pelayanan masjid yang berakibat pada meningkatnya jumlah jemaah. Sementara Masjid Al-Furqan merupakan salah satu sarana penunjang pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia. Pusat pertumbuhan dari UPI bukanlah Masjid Al-Furqan melainkan Gedung Isola. Artinya, bagi UPI kemakmuran Masjid Al-Furqan bukanlah tujuan utama. Kemakmuran masjid sepenuhnya menjadi wewenang DKM Al-Furqan.
Dua masjid lainnya yaitu Masjid Baetur Rohman dan Masjid Nurul Iman memiliki struktur keruangan yang sama, yaitu daya jangkau yang sempit serta berada di tengah-tengah permukiman. Hal ini dikarenakan kedua masjid tersebut bukanlah pusat pertumbuhan dan bukan pula fasilitas penunjang yang digunakan oleh pusat pertumbuhan. Kedua masjid ini hanya berfungsi sebagai tempat shalat
(40)
103
dan mengkaji ilmu-ilmu agama sehingga tidak memiliki daya tarik yang lebih besar dibanding Masjid Al-Furqan dan Masjid Daarut Tauhiid.
B. Saran
Ada beberapa saran yang peneliti ajukan agar ketimpangan jemaah yang terjadi di masjid-masjid di Kelurahan Isola dapat dikurangi atau bahkan diatasi dengan maksimal, yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Pemerintahan Kota Bandung, berdayakan kembali Majelis Ulama Indonesia sebagai pranata sosial keagamaan di tingkat kelurahan agar kondisi umat Islam dapat terpantau secara akurat dan mampu mengatasi permasalahan krisis jemaah di masjid-masjid di Indonesia khususnya di Kelurahan Isola. 2. Peran Pemerintahan Kota Bandung dalam pemanfaatan ruang di Kota
Bandung memiliki posisi yang strategis. Maka perlu dilakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap pembangunan masjid agar tidak ada ruang yang fungsinya tidak tepat sasaran.
3. Bagi DKM di Kelurahan Isola, rancanglah sebuah standar operasinal prosedur untuk pengelolaan masjid secara tertulis agar acuan dari pengelolaan masjid dapat diukur secara jelas dan dapat dievaluasi lebih mudah.
4. Bagi jemaah, teruslah mengajak teman, saudara, atau keluarga untuk terus memakmurkan masjid dengan shalat fardhu berjamaah di masjid terdekat dengan tempat tinggal, tempat bekerja atau tempat belajar.
5. Bagi peneliti selanjutnya, permasalahan ketimpangan masjid ini belum terselesaikan sepenuhnya. Penelitian ini hanya menjelaskan faktor penyebab dari masalah ketimpangan jemaah masjid, sementara solusi dari aspek Geografi belum dapat dituliskan. Maka dari itu, penting untuk mencari tahu solusi dari permasalahan ini di Kelurahan Isola dari sudut pandang Geografi.
(41)
104
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abler, Ronald. Adam, John. S dan Gould, Peter. (1971). Spatial Organization:
The geographer’s View of The World. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Anonim. (2001). Carrying Capacity. [Online]. Tersedia: http://faculty.washington.edu/krumme/gloss/c.html [3 Juli 2013]
Anonim. (2013). Walter Christaller. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Walter_Christaller [6 Juli 2013]
Badan Pusat Statistik. (2010). Penduduk menurut Wilayah dan Agama yang
Dianut. [Online]. Tersedia:
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321 &search-wilayah=Indonesia&wid=0000000000&lang=id [19 November 2012]
Bartlett, Al. (1998). Reflections on Sustainability, Population Growth, and the
Environment - Part 2. [Online]. Tersedia:
http://www.albartlett.org/articles/art_reflections_part_2.html [3 Juli 2013] Bintarto. R dan Hadisumarno, Surastopo. (1987). Metode Analisa Geografi.
Penerbit LP3ES: Jakarta.
Daldjoeni, N. (1978). Manusia Penghuni Bumi, Bunga Rampai Geografi Sosial. Penerbit Alumni: Bandung.
Djojodipuro, Marsudi. (1992). Teori Lokasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.
Firdaus, Aep. S. (2011). Revitalisasi Peran Masjid Dalam Pengembangan Kepemimpinan Mahasiswa (Studi Multi Kasus di Masjid Kampus UPI,
ITB, dan UIN Bandung). Disertasi pada Jurusan Administrasi Pendidikan
SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Maryani, Enok. (2010). Dimensi Geografi dalam Kepariwisataan dan
Relevansinya dengan Dunia Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar
di Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Pasya, Gurniwan. K. (2006). Geografi: Pemahaman Konsep dan Metodologi.
Buana Nusantara: Bandung.
Qodir, Zuly. (2011). Sosiologi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(42)
105
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rizki. (2009). Kelemahan Teknik Sampling. [Online]. Tersedia: http://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/07/kelemahan-tehnik-accidental-sampling.html [11 Oktober 2012]
Republik Indonesia. (2007). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta: Sekretariat Negara
Rubeinstein, James. M. (1983). The Cultural Landscape: An Introduction to
Human Geography. Ohio: Merril Publishing Company.
Setiawan, Ari. (2011). Masjid Al-Furqan UPI: Masjid Kampus Terbesar se-Asia
Tenggara. [Online]. Tersedia:
http://riezergo.wordpress.com/2011/12/15/masjid-al-furqon-upi-masjid-kampus-terbesar-se-asia-tenggara/ [21 Maret 2012]
Sumaatmadja, Nursid. (1998). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan
Lingkungan Hidup. Alfabeta: Bandung.
Sumaryana, Asep. (2010). Lingkungan dan Tata Ruang di Bandung Utara.Unpad Press: Sumedang.
Sundayana. (2009) Teknik Sampling dalam Penelitian. [Online]. Tersedia: http://www.sundayana.web.id/teknik-sampling-dalam-penelitian.html [11 Oktober 2012]
Suryabrata, Sumadi. (2012). Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Syahidin M.Pd. (2003). Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid. Bandung: Alfabeta.
Syamsudin, Ali. (2009). Mengukir Sifat Kepribadian Muslim. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Yunus, Hadi. S. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(1)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah meneliti dan menganalisis data-data yang didapatkan selama melakukan penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran yang akan diuraikan sebagai berikut.
A. Kesimpulan
Terdapat lima hal yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Persebaran masjid di Kelurahan Isola memiliki pola acak. Lokasi masjid-masjid terkonsentrasikan di bagian tengah Kelurahan Isola, yaitu RW 04. Kemudian kepadatannya menurun di bagian selatan Kelurahan Isola, yaitu RW 05 dan RW 06. Sedangkan di bagian utara Kelurahan Isola, yaitu RW 01, RW 02 dan RW 03 hanya terdapat satu masjid yang berdiri di RW 01.
2. Daya dukung setiap masjid di Kelurahan Isola beranekaragam. Adapun daya dukung dari masjid yang dijadikan sampel diuraikan di bawah ini.
a. Masjid Al-Furqan merupakan masjid dengan daya dukung terbesar diantara keempat sampel masjid yang diteliti. Dengan daya dukung sebesar 6.706 orang masjid ini dilengkapi dengan tempat wudhu yang luas dan air yang banyak, toilet yang bersih, tempat shalat yang nyaman dan dapat menampung banyak orang, serta pengelolaan fasilitas masjid yang baik.
b. Masjid Daarut Tauhiid merupakan masjid dengan daya dukung terbesar kedua setelah Masjid Al-Furqan. Adapun daya dukung masjid ini adalah sekitar 590 orang. Walaupun Masjid Daarut Tauhiid berukuran tidak terlalu besar tetapi masjid ini cukup nyaman untuk dijadikan tempat shalat. Tempat wudhu dan toilet yang selalu bersih dan beraroma sedap serta ruang utama shalat yang berkarpet membuat masjid ini tidak kalah saing dengan Masjid Al-Furqan UPI.
(2)
c. Masjid Betur Rohman memiliki daya dukung 500 orang. Tempat wudhu yang kurang terawat serta tidak adanya toilet membuat nilai manfaat masjid ini berkurang. Terlebih dengan kondisi fisik masjid yang belum selesai dari pembangunan menambah nilai minus Masjid Baetur Rohman sebagai peribadatan umat Islam.
d. Masjid Nurul Iman memiliki daya dukung sebesar 250 orang. Daya dukung terkecil diantara empat sampel masjid yang diteliti. Masjid ini hanya memiliki dua kran air di tempat wudhunya dan hanya memiliki satu toilet. Walaupun demikian, ruang utama tempat shalat di masjid ini sangat nyaman. Kondisinya bersih dan rapi sehingga menambah kekhusyuan dalam mendirikan shalat. 3. Karakteristik jamaah setiap masjid sampel berbeda-beda, antara lain sebagai
berikut.
a. Masjid Al-Furqan memiliki jemaah mahasiswa yang jauh lebih banyak dibanding jemaah yang berprofesi sebagai dosen dan pegawai administrasi UPI. Masjid Al-Furqan UPI memiliki jumlah jemaah tertinggi pada waktu Dzuhur dan Ashar kemudian menurun dari waktu Maghrib, Isya dan Shubuh. b. Masjid Daarut Tauhiid memiliki jemaah yang mayoritas santri. Walaupun
mayoritas jemaahnya adalah santri, tetapi komposisi jemaah masjid ini lebih heterogen dari segi usia dibanding Masjid Al-Furqan. Selama lima waktu shalat Masjid Daarut Tauhiid selalu dipenuhi oleh jemaah.
c. Masjid Baetur Rohman memiliki jemaah yang heterogen dari segi pekerjaannya namun homogen dari segi motivasi berkunjungnya karena seluruhnya berasal dari lingkup wilayah yang sama. Masjid Baetur Rohman memiliki jumlah jemaah tertinggi pada waktu Magrhib dan Isya. Kemudian jumlah jemaah menurun pada waktu Shubuh, Dzuhur dan Ashar.
d. Masjid Nurul Iman memiliki karakteristik jemaah yang hampir serupa dengan Masjid Baetur Rohman, yaitu heterogen dari segi pekerjaan dan homogen dari segi motivasi berkunjung. Masjid Nurul Iman memiliki jumlah jemaah tertinggi pada waktu Magrhib dan Isya. Kemudian jumlah jemaah menurun pada waktu Shubuh, Dzuhur dan Ashar.
(3)
4. Daya jangkau setiap masjid merupakan suatu luasan wilayah dimana para jemaah berasal. Semakin luas daya jangkaunya maka semakin banyak jemaah yang datang ke suatu masjid. Secara berturut-turut, masjid dengan daya jangkau terbesar hingga terkecil adalah Masjid Daarut Tauhiid, Masjid Al-Furqan, Masjid Baetur Rohman dan Masjid Nurul Iman.
5. Urutan masjid yang paling berhasil menjalankan fungsi primernya adalah Masjid Daarut Tauhiid, Masjid Al-Furqan, Masjid Baetur Rohman dan Masjid Nurul Iman. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jemaah yang datang ketika shalat berjamaah. Sedangkan fungsi sekunder untuk setiap masjid sampel dituangkan dalam bentuk program kerja yang memiliki karakteristik berbeda dan tidak dapat disamakan.
Setelah melihat kesimpulan tersebut, kelima hal tadi dapat disintesiskan menjadi sebuah kesimpulan umum yang menggambarkan struktur keruangan peribadatan umat Islam di Kelurahan Isola.
Masjid Daarut Tauhiid memiliki daya jangkau yang lebih besar daripada Masjid Al-Furqan sekalipun daya dukungnya lebih kecil. Hal ini dikarenakan Masjid Daarut Tauhiid merupakan pusat pertumbuhan dari Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Artinya, fasilitas apapun yang dibangun di kawasan pondok pesantren adalah usaha untuk menambah kapasitas pelayanan masjid yang berakibat pada meningkatnya jumlah jemaah. Sementara Masjid Al-Furqan merupakan salah satu sarana penunjang pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia. Pusat pertumbuhan dari UPI bukanlah Masjid Al-Furqan melainkan Gedung Isola. Artinya, bagi UPI kemakmuran Masjid Al-Furqan bukanlah tujuan utama. Kemakmuran masjid sepenuhnya menjadi wewenang DKM Al-Furqan.
Dua masjid lainnya yaitu Masjid Baetur Rohman dan Masjid Nurul Iman memiliki struktur keruangan yang sama, yaitu daya jangkau yang sempit serta berada di tengah-tengah permukiman. Hal ini dikarenakan kedua masjid tersebut bukanlah pusat pertumbuhan dan bukan pula fasilitas penunjang yang digunakan oleh pusat pertumbuhan. Kedua masjid ini hanya berfungsi sebagai tempat shalat
(4)
dan mengkaji ilmu-ilmu agama sehingga tidak memiliki daya tarik yang lebih besar dibanding Masjid Al-Furqan dan Masjid Daarut Tauhiid.
B. Saran
Ada beberapa saran yang peneliti ajukan agar ketimpangan jemaah yang terjadi di masjid-masjid di Kelurahan Isola dapat dikurangi atau bahkan diatasi dengan maksimal, yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Pemerintahan Kota Bandung, berdayakan kembali Majelis Ulama Indonesia sebagai pranata sosial keagamaan di tingkat kelurahan agar kondisi umat Islam dapat terpantau secara akurat dan mampu mengatasi permasalahan krisis jemaah di masjid-masjid di Indonesia khususnya di Kelurahan Isola. 2. Peran Pemerintahan Kota Bandung dalam pemanfaatan ruang di Kota
Bandung memiliki posisi yang strategis. Maka perlu dilakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap pembangunan masjid agar tidak ada ruang yang fungsinya tidak tepat sasaran.
3. Bagi DKM di Kelurahan Isola, rancanglah sebuah standar operasinal prosedur untuk pengelolaan masjid secara tertulis agar acuan dari pengelolaan masjid dapat diukur secara jelas dan dapat dievaluasi lebih mudah.
4. Bagi jemaah, teruslah mengajak teman, saudara, atau keluarga untuk terus memakmurkan masjid dengan shalat fardhu berjamaah di masjid terdekat dengan tempat tinggal, tempat bekerja atau tempat belajar.
5. Bagi peneliti selanjutnya, permasalahan ketimpangan masjid ini belum terselesaikan sepenuhnya. Penelitian ini hanya menjelaskan faktor penyebab dari masalah ketimpangan jemaah masjid, sementara solusi dari aspek Geografi belum dapat dituliskan. Maka dari itu, penting untuk mencari tahu solusi dari permasalahan ini di Kelurahan Isola dari sudut pandang Geografi.
(5)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abler, Ronald. Adam, John. S dan Gould, Peter. (1971). Spatial Organization:
The geographer’s View of The World. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Anonim. (2001). Carrying Capacity. [Online]. Tersedia: http://faculty.washington.edu/krumme/gloss/c.html [3 Juli 2013]
Anonim. (2013). Walter Christaller. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Walter_Christaller [6 Juli 2013]
Badan Pusat Statistik. (2010). Penduduk menurut Wilayah dan Agama yang
Dianut. [Online]. Tersedia:
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321 &search-wilayah=Indonesia&wid=0000000000&lang=id [19 November 2012]
Bartlett, Al. (1998). Reflections on Sustainability, Population Growth, and the
Environment - Part 2. [Online]. Tersedia:
http://www.albartlett.org/articles/art_reflections_part_2.html [3 Juli 2013] Bintarto. R dan Hadisumarno, Surastopo. (1987). Metode Analisa Geografi.
Penerbit LP3ES: Jakarta.
Daldjoeni, N. (1978). Manusia Penghuni Bumi, Bunga Rampai Geografi Sosial. Penerbit Alumni: Bandung.
Djojodipuro, Marsudi. (1992). Teori Lokasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.
Firdaus, Aep. S. (2011). Revitalisasi Peran Masjid Dalam Pengembangan Kepemimpinan Mahasiswa (Studi Multi Kasus di Masjid Kampus UPI, ITB, dan UIN Bandung). Disertasi pada Jurusan Administrasi Pendidikan SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Maryani, Enok. (2010). Dimensi Geografi dalam Kepariwisataan dan Relevansinya dengan Dunia Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar di Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Pasya, Gurniwan. K. (2006). Geografi: Pemahaman Konsep dan Metodologi.
Buana Nusantara: Bandung.
Qodir, Zuly. (2011). Sosiologi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(6)
Faiz Urfan,2013
Struktur Keruangan Peribadatan Umat Islam Di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rizki. (2009). Kelemahan Teknik Sampling. [Online]. Tersedia: http://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/07/kelemahan-tehnik-accidental-sampling.html [11 Oktober 2012]
Republik Indonesia. (2007). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta: Sekretariat Negara
Rubeinstein, James. M. (1983). The Cultural Landscape: An Introduction to Human Geography. Ohio: Merril Publishing Company.
Setiawan, Ari. (2011). Masjid Al-Furqan UPI: Masjid Kampus Terbesar se-Asia
Tenggara. [Online]. Tersedia:
http://riezergo.wordpress.com/2011/12/15/masjid-al-furqon-upi-masjid-kampus-terbesar-se-asia-tenggara/ [21 Maret 2012]
Sumaatmadja, Nursid. (1998). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Alfabeta: Bandung.
Sumaryana, Asep. (2010). Lingkungan dan Tata Ruang di Bandung Utara.Unpad Press: Sumedang.
Sundayana. (2009) Teknik Sampling dalam Penelitian. [Online]. Tersedia: http://www.sundayana.web.id/teknik-sampling-dalam-penelitian.html [11 Oktober 2012]
Suryabrata, Sumadi. (2012). Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Syahidin M.Pd. (2003). Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid. Bandung: Alfabeta.
Syamsudin, Ali. (2009). Mengukir Sifat Kepribadian Muslim. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Yunus, Hadi. S. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.