PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER (TCDC) SURABAYA TIMUR DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL PADA BATIK DI JETIS – SIDOARJO.

(1)

85

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER (TCDC) SURABAYA TIMUR DALAM

PEMBERDAYAAN USAHA KECIL PADA BATIK DI JETIS – SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

MIFTAKHUDDIN

0612010283 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

86

USULAN PENELITIAN

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER (TCDC) SURABAYA TIMUR DALAM

PEMBERDAYAAN USAHA KECIL PADA BATIK DI JETIS – SIDOARJO

Yang diajukan

MIFTAKHUDDIN

0612010283 / EM

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Tanggal………

Mengetahui Ketua Program Studi

Manajemen

Dr. Muhadjir Anwar, MM NIP. 196509071991031001


(3)

87

SKRIPSI

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER (TCDC) SURABAYA TIMUR DALAM

PEMBERDAYAAN USAHA KECIL PADA BATIK DI JETIS – SIDOARJO

Yang diajukan

MIFTAKHUDDIN

0612010283 / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Tanggal………

Mengetahui Wakil Dekan I

Drs. Rahman A. Suwaidi, MS NIP. 19600330 198603 1001


(4)

88

SKRIPSI

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM

COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER (TCDC)

SURABAYA TIMUR DALAM PEMBERDAYAAN USAHA

KECIL PADA BATIK DI JETIS-SIDOARJO

Disusun Oleh : MIFTAKHUDDIN 0612010283/FE/EM

Telah dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur Tanggal 7 Juni 2011

Pembimbing: Tim Penguji:

Pembimbing utama Ketua

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS. Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS. Sekretaris

Dr. Prasetyohadi, MM. Anggota

Drs. Ec Bowo Santoso, MM.

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER (TCDC) SURABAYA TIMUR DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL PADA BATIK DI JETIS – SIDOARJO”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(6)

4. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.

7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Surabaya, Mei 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Pemasaran... 12

2.2.1. Pengertian Pemasaran... 12

2.2.2. Konsep Pemasaran... 14

2.2.3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responbility)... 17

2.2.3.1. Pengorganisasian dan Bentuk Tanggung Jawab Sosial Dunia Bisnis di Indonesia ... 27 2.2.3.2. Motivasi Dunia Bisnis Melakukan Corporate Social


(8)

2.2.4. Kinerja Sosial Perusahaan ... 31

2.2.4.1. Definisi Kinerja ... 31

2.2.4.2. Manfaat Penilaian Kinerja ... 33

2.2.4.3. Kinerja Sosial Perusahaan ... 40

2.2.5. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). ... 44

2.2.5.1 Pengertian Usaha Kecil ... 44

2.2.5.2. Pengertian Usaha Menengah ... 45

2.2.5.3 Karakteristik Usaha Kecil ... 46

2.2.5.4. Keunggulan dan Kelemahan Usaha kecil ... 47

2.2.5.5. Indikator Pemberdayaan Usaha Kecil ... 49

2.2.6 Pengaruh Corporate Sosial Responbility Terhadap Kinerja Sosial Perusahaan... 50

2.2.7 Pengaruh Corporate Sosial Performance Terhadap Pemberdayaan UKM... 51

2.3. Kerangka Konseptual ... 52

2.4. Hipotesis ... 53

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 54

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 57

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 58


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ...64

4.1.1. Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan ...64

4.1.2. Tujuan Program PKBL Telkom CDC Surabaya Timur. ...65

4.1.3. Visi, Misi dan Strategi Telkom CDC ...66

4.1.4. Struktur Organisasi CDC PT. Telkom...67

4.1.5. Tugas dan Fungsi Telkom CDC Surabaya Timur ...68

4.1.6. Uraian tentang tugas pokok masing-masing jabatan di CDC Surabaya Timur. ...68

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan...72

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ...72

4.2.2. Uji Outlier Multivariate...73

4.2.3. Uji Reliabilitas ...73

4.2.4. Uji Validitas ...75

4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted...76

4.2.6. Uji Normalitas ...77

4.2.7. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM...78

4.2.8. Uji Kausalitas ...80

4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian ...81


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 84 5.2. Saran ... 84


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Segmentasi Kemitraan di CDC Surabaya Timur ...7

Tabel 3.1. Goodness of Fit Index ...37

Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin...72

Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Usia ...72

Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate ...73

Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal...74

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas...75

Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated ...76

Tabel 4.7. Assessment of Normality ...77

Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...79

Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...80


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Segitiga CSR ...20 Gambar 4.1: Model Pengukuran dan Struktural ...79 Gambar 4.2: Model Pengukuran dan Struktural ...80


(13)

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER (TCDC) SURABAYA TIMUR DALAM

PEMBERDAYAAN USAHA KECIL PADA BATIK DI JETIS – SIDOARJO

Miftakhuddin

ABSTRAK

Tanggung jawab sosial akan menjadi strategi bisnis dalam instansi untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui Citra dan kesetiaan merek produk atau citra instansi. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif instansi yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan tanggung jawab sosial adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak - konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responbility terhadap Corporate Social Performance dan untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Performance terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Batik di Jetis Sidoarjo

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selanjutnya dikelola oleh unit yang disebut Community Development Center (CDC) yang merupakan kegiatan tanggung jawab social dari Telkom di Surabaya Timur yang berjumlah 104 orang. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan bahwa Corporate Social Responbility berpengaruh terhadap Corporate Social Performance dan Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Batik di Jetis Sidoarjo.

Keywords : Corporate Social Responbility, Corporate Social Performance, Pemberdayaan Usaha Kecil


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semenjak keruntuhan rezim diktatoriat Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol social terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. (Daniri, 2008:1)

Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja sehingga teralienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di tempat mereka bekerja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. (Daniri, 2008:1)


(15)

CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat tempatan. Secara teoretik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para strategicstakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. CSR memandang perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah pengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering digunakan adalah goldenrules, yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan. Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat (Daniri, 2008:1)

Praktik Corporate Social Responsibility (CSR) tidaklah semudah konsepnya Hal tersebut dikarenakan untuk melaksanakan memerlukan pemahaman yang mendalam dan mendasar, perusahaan harus selalu memperhatikan aspek sosial secara komprehensif dan integratfif, dimana sebuah keputusan akan berdampak terhadap lingkungan. Pertimbangan keseimbangan yang tepat antara apa yang benar dengan dengan apa yang menghasilkan keuntungan. Dengan tanggung jawab social sebagai penekanan


(16)

nalar dan obyektif bagi kesejateraan masyarakat yang mengendalikan prilaku manusia dan perusahaan dari aktivitas yang pada akhirnya merusak, tidak jadi soal betapapun segeranya laba yang dihasilkan, dan hal itu menimbulkan kontribusi positif bagi kesejateraan manusia, di mana berbagai hal dapat didefinisikan dari hal yang terakhir. (Sukarno, 2007:5)

Yang sering terjadi, berkembangnya jaman menjadikan perusahaan lupa akan fungsinya, yaitu selain sebagai organisasi bisnis perusahaan juga akan fungsinya, yaitu selain sebagai organisasi bisnis perusahaan juga sebagai organisasi sosial. Orientasi bisnis yang hanya terfokus pada tujuan ekonomis tersebut dewasa ini tengah menghadapi tantangan, karena secara langsung maupun tidak langsung dalam melaksanakan kegiatan operasinya perusahaan harus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, perusahaan mendapatkan berbagai jenis bahan baku sebagai input operasinya beserta tenaga kerja yang diperlukan berasal dari lingkungan (Sukarno, 2006).

Pada kenyataannya Corporate Social Responsibility (CSR) tidak serta merta dipraktikkan oleh semua perusahan. Beberapa perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility justru dianggap sok social. Ada juga yang berhasil memberikan materi riil kepada masyarakat, namun diruang public nama perusahaan gagal menarik simpati orang. Tujuannya mau berderma sembari meneguk untung citra, tetapi malah bunting. Hal ini terjadi karena CSR dilakukan secara latah dan tidak didukung konsep yang baik (Badri,2007:4).


(17)

Kinerja sosial perusahaan merupakan hal cukup penting bagi citra perusahaan, terutama untuk jangka panjang perusahaan, yang dapat member kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian kinerja sosial perusahaan dapat menjadi salah satu ukuran bagi reputasi perusahaan, reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu asset yang sangat berharga. Dari sini dapat dijadikan titik tolak mengapa tanggung jawab perusahaan merupakan salah satu komponen kunci yang penting bagi pengembangan reputasi perusahaan.

Salah satu tema sentral yang dibawa oleh konsep Kinerja sosial perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat mengukur tindakan serta hasil dari tindakan sosial yang dilakukan perusahaan, seperti halnya perusahaan dapat mengukur aktivitas operasional lainnya. Hal ini menjadi sangat penting bagi perusahaan, karena pelaksanaan program CSR yang dilakukan perusahaan dibiayai oleh sumber dana perusahaan yang sifatnya terbatas. Padahal dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan CSR jumlahnya tidaklah kecil. Oleh sebab itu, aktivitas sosial yang didanai oleh perusahaan harus dapat diukur hasilnya. Selain itu perusahaan juga ingin mengetahui bagaimana dampak aktivitas tersebut terhadap kinerja perusahaan, sebagaimana halnya perusahaan dapat mengukur dampak investasi yang dilakukan terhadap kinerja keuangan perusahaan atau dampak investasi dalam


(18)

bentuk pengembangan sumber daya manusia (human capital) terhadap kinerja perusahaan dalam jangka panjang (Solihin, 2008:101).

Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa kinerja sosial perusahaan adalah penilaian kinerja sebuah perusahaan dilihat dari peran sosial CSR yang dimainkannya ditengah masyarakat. Semakin sebuah perusahaan mengimplementasikan CSR dan komponen terkait (misalnya Amdal) dengan baik, maka kinerja sosial perusahaan tersebut akan semakin terangkat. Hasil yang diharapkan, tentu kembali kepada perusahaan dalam bentuk dukungan publik dan penguatan faktor sosial terhadap pengelolaan dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dari masyarakat terhadap perusahaan yang bersangkutan (Karimi, 2009).

Penerapan tanggung jawab sosial di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan tanggung jawab sosial akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan akan meningkatkan citra perusahaan.

Demikian halnya dengan PT. Telkom yang memperhatikan UKM, salah satunya adalah UKM Batik Jetis. Salah satunya adalah batik tradisional


(19)

jetis yang berada di Kabupaten Sidoarjo. Lokasinya di pusat kota Sidoarjo, tepatnya dijalan Diponegoro, di situ akan ada Gapura dengan motif batik lalu ada ornamen canting batik. Kampoeng Batik Jetis ini sebenarnya telah ada puluhan tahun yang lalu. Keahlian batik ini diperoleh dan dikuasi secara turun-temurun. Motifnya juga motif kuno, tidak banyak perubahan dari motif yang dulu dipakai oleh para pendahulu. Tetapi permasalahan modal menjadi kendala utama bagi pengusaha batik Jetis.

PT. Telkom Kandatel Surabaya Timur turut membantu pemerintah dalam kemudahan menyediakan pinjaman modal kerja melalui Program Kemitraan. Peningkatan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri oleh PT. Telkom Kandatel Surabaya Timur diwujudkan dalam bentuk pemberian pinjaman untuk membiayai modal kerja atau pembelian aktiva tetap usaha kecil yang berada di Surabaya.

PT. TELKOM sebagai salah BUMN berbentuk Perseroan dan sebagai bagian dari masyarakat memiliki komitmen yang tinggi untuk mendukung dan melaksanakan program CSR. Komitmen ini dipicu terutama oleh faktor-faktor antara lain: adanya tuntutan lingkungan global dalam penerapan CSR, perubahan persepsi manajemen terkini bahwa CSR adalah bagian dari Good Corporate Governance, meningkatnya ekspektasi investor global terhadap implementasi CSR, dan mengantisipasi diterapkannya ISO 26000 pada tahun 2008.


(20)

Pada tabel dibawah ini menunjukkan kefluktuatifan dan cenderung semakin berkurangnya anggota dari kemitraan di Telkom CDC Surabaya Timur.

Tabel 1. Segmentasi Kemitraan di CDC Surabaya Timur

SEGMENTASI TAHUN/

SEGMENTASI

BATIK JASA PERDAG PERIKANAN PERTANIAN PETERNAKAN JUMLAH

2001 1 5 6 12

2002 46 49 67 4 166

2003 40 33 61 5 16 155

2004 35 43 32 2 28 140

2005 100 260 236 9 5 45 655

2006 77 131 130 2 2 26 368

2007 37 24 41 1 1 104

Sumber : CDC Surabaya Timur

No Jumlah pinjaman yang diberikan Tingkat suku bunga/thn

Batas Waktu

1 s/d Rp. 10.000.000 3% 1 th

2 > Rp. 10.000.000 s/d Rp. 30.000.000 4% 2 th 3 > Rp. 30.000.000 s/d Rp. 50.000.000 5% 3 th

4 > Rp. 50.000.000 6% 3 th

Berdasarkan table diatas tampak bahwa UKM dari berbagai segmen menunjukkan fluktuasi dan kecenderungan menurun, minimnya


(21)

pengembangan jaringan pemasaran menjadi salah satu kendala UKM dalam mengembangkan usahanya, dan hal ini akan mempengaruhi pembayaran pinjaman yang diberikan PT. Telkom. Selain itu permasalahan lain adalah jumlah pegawai di CDC Surabaya Timur hanya 3 (tiga) orang yang melayani mitra binaan di wilayah kerja Telkom CDC Surabaya Timur yang meliputi Mojokerto, Jombang, Trawas, Sidoarjo dan area Surabaya Timur.

Tanggung jawab sosial akan menjadi strategi bisnis dalam instansi untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui Citra dan kesetiaan merek produk atau citra instansi. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif instansi yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan tanggung jawab sosial adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak - konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung (Daniri, 2007:1).

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Corporate Social Responsibility Melalui Program Kemitraan Telkom Community


(22)

Development Center (TCDC) Surabaya Timur Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Pada Batik di Jetis – Sidoarjo”.

1.2. Perumusan Masalah

Atas dasar latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai perumusan masalah sebagai berikut :

a. Apakah Corporate Social Responbility berpengaruh terhadap Corporate Social Performance ?

b. Apakah Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Batik di Jetis Sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responbility terhadap Corporate Social Performance

b. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Performance terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Batik di Jetis Sidoarjo

1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan penerapan tanggung jawab sosial secara efektif bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.


(23)

b. Bagi Universitas

Sebagai tambahan khasanah perpustakaan dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.

c. Bagi Peneliti

Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperluas wawasan berfikir serta pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang sudah diperoleh untuk dilaksanakan di lapangan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu yang berhubungan dan permasalahan dalam penelitian ini.

A.Sukarno (2008)

Pola Corporate Social Responsibility Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Kerajinan Sepatu Dan Sandal di Kabupaten Sidoarjo” (Proceding Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional Oktober 2008)

a. Permasalahan yang dikemukakan adalah Apakah Corporate Social Responbility berpengaruh terhadap Corporate Social Performance ? dan Apakah Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Batik di Jetis Sidoarjo ?

b) Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM (Structural Equation Model).

c) Kesimpulan yang diperoleh yaitu :

- Faktor Corporate Social Responbility berpengaruh terhadap Corporate Social Performance.

- Faktor Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil


(25)

B. Ardana, (2008)

Bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial (BULETIN STUDI EKONOMI Volume 13 Nomor 1 Tahun 2008)

Perubahan lingkungan yang sangat dinamis, baik yang dipicu oleh kekuatan eksternal maupun internal telah memaksa para pelaku bisnis untuk tidak saja harus selalu meningkatkan laba dan kinerja, tetapi juga mesti peduli tarhadap problem sosial. Semakin besarnya kekuasaan para pelaku bisnis ternyata telah membawa dampak yang signifikan terhadap kualitas kehidupan manusia, baik individu, masyarakat, maupun seluruh kehidupan di jagat ini. Fenomena inilah yang menyulut wacana tanggung jawab sosial perusahaan atau

corporate social responsibility (CSR). Tanggung jawab sosial dunia bisnis tidak saja berorientasi pada komitmen sosial yang menekankan pada pendekatan kemanusiaan, belas kasihan, keterpanggilan religi atau keterpangilan moral, dan semacamnya, tetapi menjadi kewajiban yang sepantasnya dilaksanakan oleh para pelaku bisnis dalam ikut serta mengatasi permasalahan sosial yang menimpa masyarakat. Dalam perkembangannya praktik CSR telah banyak dilakukan secara sadar, artinya menerapkan CSR adalah investasi untuk pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis sehingga tak lagi dilirik sebagai pusat biaya, melainkan sentra laba. Bahkan, kini praktik CSR sudah menjadi tren global.


(26)

C.Sukarno (2009)

Meneliti dengan judul “Corporate Reputation melalui pendekatan corporate Social responsibility Di lingkunganPT.PERKEBUNAN NUSANTARA X” Permasalahan yang dikemukakan adalah pengaruh citra dan tanggung jawab sosial terhadap masa depan pabrik gula. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM (Structural Equation Model). Kesimpulan yang diperoleh yaitu : Faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh positif dan signifikan terhadap Faktor Stakeholder. Faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh positif dan signifikan terhadap Faktor Corporate Function. Faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh tidak signifikan dan negative terhadap Faktor management Function. Faktor Stakeholder berpengaruh positif dan signifikan terhadap Faktor Corporate Reputation. Faktor management Function berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Faktor Corporate Reputation. Faktor Corporate Function berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Faktor Corporate Reputation.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran.

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan – kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk meningkatkan laba, aktivitas pemasaran memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Menurut Kotler (1997 : 8) "Pemasaran


(27)

adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya ( individu dan kelompok ) mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain".

Jadi menurut definisi diatas, semua manusia harus menemukan kebutuhanya dulu baru kemudian berusaha memenuhinya dengan cara mengadakan hubungan dengan pihak lain. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentitikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, menentukan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, menentukan tingkat harga yang sesuai, menentukan jenis promosi dan media promosi yang tepat, serta menentukan saluran distribusi yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan. Sehingga pemasaran bukanlah hal yang sederhana yang hanya sekedar menghasilkan uang.

Rangkaian kegiatan-kegitan pemasaran yang saling berhubungan sebagai usaha untuk mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dengan pasar sasarannya (target market) sehingga dikenal istilah manajemen pemasaran.

Menurut Kotler (1997 : 13) "Manajemen Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga dan promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran uang dan memuaskan tujuan individu organisasi.


(28)

Dari definisi diatas terdapat fungsi-fungsi manajemen meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan. Perencanaan merupakan upaya pemeliharaan tindakan yang diikuti suatu usaha, juga merupakan upaya untuk memutuskan sebelumnya apa yang dilakukan, bagaimana, bila dan siapa yang akan melakukannya. Perencanaan menjembatani kesenjangan antara keadaan yang diinginkan di masa depan. Penganalisaan merupakan fungsi yang penting sebagai dasar suatu rencana yang dibuat dengan lebih matang dan tepat. Sedangkan pelaksanaan merupakan tindakan yang diambil sesuai dengan rencana. Pengawasan (Controlling) adalah pengukuran dan koreksi terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu sesuai dengan rencana.

2.2.2. Konsep Pemasaran

Pemasaran akan berhasil mencapai tujuannya apabila pemasaran menitik-beratkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kepuasan konsumen tersebut baru akan diperoleh apabila barang atau jasa yang dibeli sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan konsumen.

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat tentunya membawa dampak pada situasi persaingan yang semakin ketat pula. Untuk mengatasi persaingan tersebut salah satunya dengan menggunakan konsep pemasaran, karena konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan


(29)

kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Disinilah pemasaran berperan untuk menjembatani permasalahan yang ada sehingga memungkinkan bagi konsumen untuk membuat pilihan yang nantinya akan coba dipenuhi oleh penjual.

Sedangkan Kotler dan Amstrong (2001:23), berpendapat bahwa konsep pemasaran bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar serta memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.

Konsep pemasaran merupakan suatu kunci atau keseluruhan sistem untuk meraih tujuan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha dalam merencanakan, menentukan hingga melaksanakan kegiatan pemasaran.

Tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran menurut Swastha dan Handoko (2006:6-8), meliputi:

a. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang benar-benar memperhatikan konsumen maka harus:

1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

2. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan.


(30)

4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka.

5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah pada mutu yang tinggi atau pada harga yang murahserta model yang menarik.

b. Penyusunan kegiatan secara integral

Untuk memberikan kepuasan yang optimal, semua elemen-elemen harus dikoordinasikan dan diintegrasikan, selain itu juga berusaha untuk menghindari adanya pertentangan didalam maupun diluar perusahaan dengan pasar. Semua bagian yang ada dalam perusahaan harus menyadari bahwa bahwa setiap perilaku dan pola pikir mereka sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan dan mempertahankan pelanggan, jadi dapat dikatakan bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan harus mampu berkoordinasi untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

c. Kepuasan Konsumen

Faktor yang menentukan apakah dalam jangka panjang perusahaan akan mendapatkan laba adalah tingkat kepuasan konsumen yang dapat terpenuhi. Laba merupakan


(31)

pencerminan dari usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen, dimana perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang atau jasa yang paling baik, yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dengan harga yang layak.

Berdasarkan pengertian diatas, konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, selanjutnya memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga tercapai tingkat kepuasan yang melebihi dari kepuasan yang diberikan oleh para pesaing.

Tetapi semenjak keruntuhan rezim Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. (Daniri, 2007:1)


(32)

2.2.3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responbility) Tanggung jawab sosial adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat. Secara teoretik, Tanggung jawab sosial dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Tanggung jawab sosial memandang perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang tanggung jawab sosial adalah pengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering digunakan adalah goldenrules, yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan. Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.

Pada kenyataannya Corporate Social Responsibility (CSR) tidak serta merta dipraktikkan oleh semua perusahan. Beberapa perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility justru dianggap sok social. Ada juga yang berhasil memberikan materi riil kepada masyarakat, namun diruang public nama perusahaan gagal menarik simpati orang. Tujuannya mau berderma sembari meneguk untung citra, tetapi malah bunting. Hal ini


(33)

terjadi karena CSR dilakukan secara latah dan tidak didukung konsep yang baik (Badri,2007).

Dengan tanggung jawab social sebagai penekanan nalar dan obyektif bagi kesejateraan masyarakat yang mengendalikan prilaku manusia danperusahaan dari aktivitas yang pada akhirnya merusak, tidak jadi soal betapapun segeranya laba yang dihasilkan, dan hal itu menimbulkan kontribusi positif bagi kesejateraan manusia, di mana berbagai hal dapat didefinisikan dari hal yang terakhir.

Praktek Tanggung jawab sosial tidaklah semudah konsepnya. Hal tersebut dikarenakan untuk melaksanakan memerlukan pemahaman yang mendalam dan mendasar, perusahaan harus selalu memperhatikan aspek sosial dimana sebuah keputusan akan berdampak terhadap lingkungan. Pertimbangan keseimbangan yang tepat antara apa yang benar dengan dengan apa yang menghasilkan keuntungan. (Steiner dan Miner,1998:54).

Ricky W. Griffin dan Michael W. Pustay (2005) dalam bukunya

International Business menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan memajukan masyarakat di mana organisasi berada.

Bambang Wahyutomo (2003) mengatakan bahwa tanggung jawab social pelaku usaha adalah komitmen dan kemampuan dunia usaha untuk melaksanakan hak dan kewajiban social terhadap lingkungan sosialnya


(34)

sebagai kerangka menciptakan masyarakat peduli (Caring Society) dan kemitraan.

Dari beberapa definisi di atas bila ditilik lebih jauh sebenarnya terkandung inti yang hampir sama, yakni selalu mengacu pada kenyataan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian penting dari strategi bisnis yang berkaitan erat dengan keberlangsungan usaha dalam jangka panjang. Di samping itu, apa yang dilakukan dalam implementasi dari tanggung jawab sosial tersebut tidak berdasarkan pada tekanan dari masyarakat, pemerintah, atau pihak lain, tetapi berasal dari kehendak, komitmen, dan etika moral dunia bisnis sendiri yang tidak dipaksakan.

Bertolak dari pemahaman ini Corporate Social Responsibility

kemudian disebut juga sebagai Affirmative Corporate Social Responsibility.

Di tengah pengertian yang beranekaragam tersebut, sejauh yang dapat diikuti konsep, konsep CSR yang banyak dijadikan rujukan oleh berbagai pihak sebagaimana yang dikemukakan oleh Teguh S. Pambudi dalam tulisannya di majalah SWA edisi Desember 2005 adalah pemikiran Elkington, yakni tentang tripel bottom line. Menurutnya CSR adalah segitiga kehidupan stakeholder yang harus diberi atensi oleh korporasi di tengah upayanya mengejar keuntungan atau profit, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Hubungan itu diilustrasikan dalam bentuk segitiga.


(35)

Gambar 2.1. Segitiga CSR

Pendapat tentang CSR yang lebih konprehensif menurut Teguh S. Pambudi adalah dilontarkan oleh Prince of Wales International Business Forum lewat lima pilar. Pertama, building human capital, menyangkut kemampuan perusahaan untuk memiliki dukungan sumber daya manusia yang andal (internal). Di sini perusahaan dituntut melakukan pemberdayaan, biasanya melalui community development. Kedua, strengthening economies: memberdayakan ekonomi komunitas. Ketiga, assessing social. Maksudnya perusahaan menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar agar tak menimbulkan konflik. Keempat, encouraging good governance. Artinya perusahaan dikelola dalam tata pamong/birokrasi yang baik. Kelima,

protecting the environment, yaitu perusahaan harus mengawal kelestarian lingkungan. Bertolak dari pemahaman di atas, ternyata CSR itu tidak saja bergerak di wilayah eksternal perusahaan, tetapi juga di ruang internal.


(36)

Bahkan, Gurvy Kavei, pakar manajemen Universitas Manchester, menyatakan bahwa CSR sejatinya dipraktikkan di tiga area: (1) di tempat kerja, seperti aspek keselamatan dan kesehatan kerja, pengembangan skill karyawan, dan kepemilikan saham; (2) di komunitas, antara lain dengan member beasiswa dan pemberdayaan ekonomi; (3) lingkungan, misalnya pelestarian lingkungan dan proses produksi yang ramah lingkungan.

Sebagaimana disimpulkan diatas, bahwa CSR merupakan pengeluaran manajemen terhadap kewajiban untuk membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat, dengan beberapa indikator Sukarno (2008:3) :

a. Transparency adalah transparansi dari pihak perusahaan didalam melakukan tanggung jawab sosial.

b. Knowledge adalah pengetahuan dari pihak perusahaan mengenai pihak mana yang perlu diberi bantuan.

c. Sustainability adalah kebijakan dari pihak perusahaan untuk tetap melangsungkan tanggung jawab social

d. Globalization adalah kemampuan perusahaan untuk menyeimbangkan minat perusahaan dengan minat public yang luas.

Sedangkan menurut Kartini (2008: 54) ada 8 indikator yang sebaiknya digunakan dalam pengukuran tersebut, yakni:


(37)

 Program CSR dapat dikatakan berhasil jika mendapatkan dukungan dari top management perusahaan

 Terdapat kesadaran filantropik dari pimpinan yang menjadi dasar pelaksanaan program.

2. Proporsi Bantuan

CSR dirancang bukan semata-mata pada kisaran anggaran saja, melainkan juga pada tingkatan serapan maksimal, artinya apabila areanya luas, maka anggarannya harus lebih besar. Jadi tidak dapat dijadikan tolak ukur, apabila anggaran besar pasti menghasilkan program yang bagus.

3. Transparasi dan Akuntabilitas

 Terdapat laporan tahunan (Annual Report)

 Mempunyai mekanisme audit sosial dan finansial di mana audit sosial terkait dengan pengujian sejauh mana program-program CSR tela dapat ditujukan secara benar sesuai kebutuhan masyarakat, perusahaan mendapatkan umpan balik dari masyarakat secara benar dengan melakukan interview dengan para penerima manfaat.


(38)

Terdapat identifikasi penerima manfaat secara tertib dan rasional berdasarkan skala prioritas yang telah ditentukan.

5. Perencanaan dan mekanisme monitoring dan Evaluasi

 Dalam perencanaan perlu ada jaminan untuk melibatkan

multistakeholder pada setiap siklus pelaksanaan proyek

 Terdapat kesadaran untuk memperhatikan aspek-aspek lokalitas (lokal wisdom), pada saar perencanaan ada kontribusi, pemahaman, dan penerimaan terhadap budaya-budaya lokal yang ada.

 Terdapat blue-print policy yang menjadi dasar pelaksanaan program.

6. Pelibatan Stakeholder (Stakeholder Enggagement)

 Terdapat mekanisme koordinasi reguler dengan stakeholders,

utamanya masyarakat

 Terdapat mekanisme yang menjamin partisipasi masyarakat untuk dapat terlibat dalam siklus proyek

7. Keberlanjutan (Sustainability)


(39)

 Tumbuhnya rasa memiliki (sense of belonging) program dan hasil program pada diri masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam menjaga dan memelihara program dengan baik

 Adanya pilihan partner program yang bisa menjamin bahwa tanpa keikutsertaan perusahaan, program bisa tetap dijalankan sampai selesai dengan partner tersebut.

8. Hasil Nyata (outcome)

 Terdapat dokumenasi hasil yang menunjukkan berkurangnya angka kesakitan dan kematian (dalam bidang kesehatan), atau berkurangnya angka buta huruf dan meningkatnya kemampuan SDM (dalam bidang pendidikan) atau parameter lainnya sesuai dengan bidang CSR yang dipilih oleh perusahaan.

 Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat

 Memberikan dampak ekonomi masyarakat yang dinamis  Terjadinya penguatan komunitas (community empowerment)


(40)

Perusahaan merupakan sistem terbuka yang merupakan sistem yang menggunakan masukan dari luar perusahaan dan memproses masukan tersebut menjadi keluaran untuk dijual kepada pihak eksternal dalam rangka mencapai tujuan. Oleh karena itu, menajemen perusahaan harus mempertimbangkan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berbagai pihak tersebut dinamakan stakeholders. Stakholders

mencakup para investor (pemegang saham atau pemilik dan kreditor), konsumen, pemasok, karyawan, masyarakat umum dan pemerintah Sedangkan Freeman (1984) mendefinisikan stakeholders sebagai “any group or individual Who can affect by the affected by the achievement of the organization’s objectives”.Berdasarkan definisi seperti yang dikemukakan oleh Freeman diatas dapat dipahami bahwa stakeholders merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan, sehingga secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa stakeholders dapat mempengaruhi kelangsungan hidup

(goingconcern) perusahaan.

Beberapa literatur menekankan 4 hal yang menjadi isu-isu krusial dalam ruang lingkup stakeholders saat ini (Kelley,1991;Kirby,1998) dalam (Henriques dan Sadorsky,1999) keempat hal tersebut adalah:

1) Regulasi Pemerintah (Governmental Regulation ) ,yaitu peraturan – peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan .Beberapa contoh yang


(41)

termasuk dalam regulasi pemerintah ini adalah izin operasional perusahaan ,analisis dan standar dampak lingkungan,peraturan tenaga kerja atau perburuhan dan lainnya.Coghill(1999) juga mengemukakan bahwa pemerintah sangat berperan dalam mengatur dunia usaha. 2) Kelompok Masyarakat (Community) kelompok masyarakat menurut

Kelly(1991);Coghill(1999) harus diperhatikan karena kelompok masyarakat adalah elemen konsumen yang akan mengkonsumsi hasil produksi dari perusahaan.Kelompok lain yang dapat dikategorikan bagian dari masyarakat adalah institusi pendidikan yang selalu merespons secara kajian akademis jika terjadi suatu hal di dunia usaha terutama yang merugikan masyarakat umum demi kepentingan dan kepentingan kelompok masyarakat.

3) Organisasi Lingkungan (EnvironmentalOrganizatio), menurut Freeman (1984) dewasa ini telah nenjadi salah satu kekuatan kontrol sosial yang dapat mengawasi aktifitas perusahaan. Orientasi organisasi lingkungan secara umum adalah menghindari eksploitasi yang berlebihan terhadap linkungan hidup demi kepentingan perusahaan (profit).Aktifitas organisasi lingkungan menurut Mitroff,(1995); Turcotte (1995) dalam (Henriques dan Sadorsky,1999) dapat memobilisasi gerakan masyarakat dan opini terhadap aktifitas perusahaan, sehingga kepentingan organisasi tersebut jika tidak


(42)

disikapi dengan bijaksana akan berbenturan dangan kepentingan perusahaan.

4) Media Massa (Massmedia) dalam lingkungan bisnis saat ini memiliki peran yang sangat dominan dalam membentuk opini masyarakat terhadap suatu aktifitas perusahaan (William,1993). Menurut Moody (1995) media menyediakan informasi bagi perusahaan dan dapat pula sebagai alat publikasi dan sosialisasi yang digunakan oleh perusahaan untuk dapat membangun kepercayaan (image) public tentang aktifitas-aktifitas sosial yang dijalankan oleh perusahaan. Secara khusus perusahaan tidak pernah menghindari media massa jika terjadi informasi-informasi tentang aktifitas sosial dunia bisnis, tetapi selalu menyikapi sebagai suatu bukti bahwa perusahaan mempersepsikan peran media memang sangat penting dalam dunia usaha. Freeman (1984) juga menyebutkan bahwa media dapat membentuk opini masyarakat terhadap perusahaan dan hal tersebut sangat berhubungan erat dengan kepentingan perusahaan,sehingga media juga salah satu kelompok stakeholders.

2.2...1. Pengorganisasian dan Bentuk Tanggung Jawab Sosial Dunia Bisnis di Indonesia

Di Indonesia sepanjang yang dapat ditangkap pengelolaan terhadap tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh pelaku usaha


(43)

biasanya ada tiga bentuk, yaitu (1) dikelola oleh korporasi, (2) yayasan korporasi, (3) kerja sama dengan yayasan/ organisasi sosial konsultan. Adapun bentuknya, dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Grant (hibah): bantuan dana tanpa ikatan yang diberikan oleh pelaku bisnis untuk membangun investasi sosial.

b. Penghargaan/award: pemberian bantuan dunia bisnis bagi sasaran yang dianggap berjasa bagi masyarakat banyak dan lingkungan usahanya. Biasanya penghargaan dalam bentuk sertifikat dan sejumlah uang kepada perorangan/institusi/panti yang diselenggarakan dalam waktu tertentu dan berkelanjutan

c. Dana komunitas local (Community Funds): bantuan dana atau dalam bentuk lain bagi komunitas lokal untuk meningkatkan kualitas di bidangnya secara berkesinambungan.

d. Bantuan subsidi (Social subsidies): bantuan dana atau bentuk lainnya bagi sasaran yang berhak untuk meningkatkan kinerja secara berkelanjutan, seperti pemberian bantuan dana untuk buruh lokal atau modal usaha kecil suatu kawasan.

e. Bantuan pendanaan jaringan teknis bagi sasaran yang berhak untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu meningkatkan produktivitas, misalnya bantuan teknis untuk usaha kecil/mikro membentuk jaringan pemasaran.


(44)

f. Penyediaan pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan hukum, kelompok bermain, panti asuhan, beasiswa, dan berbagai pelayanan sosial lainnya bagi masyarakat.

g. Bantuan kredit usaha kecil dengan bunga rendah bagi rumah tangga, baik yang tinggal di sekitar usaha maupun masyarakat pada umumnya. h. Bantuan pendampingan, pekerja social industri sesuai dengan

kebutuhan masyarakat lokal.

i. Program bina lingkungan melalui pengembangan masyarakat (community development).

j. Penyediaan kompensasi sosial bagi masyarakat yang menjadi korban polusi serta kerusakan lingkungan.

2.2.3.2. Motivasi Dunia Bisnis Melakukan Corporate Social Responsibility (CSR)

Makin meningkatnya perhatian akan implementasi CSR menandai era kebangkitan masyarakat sehingga sudah seharusnya CSR tidak hanya menekankan pada aspek philantropy (dorongan kemanusiaan yang bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial) maupun level strategi, melainkan harus makin diperluas pada tingkat kebijakan yang lebih makro dan riil (Korhenen, 2006). Untuk menjamin keberhasilan CSR, pengalaman dan pengetahuan khusus sangat diperlukan, sehingga perusahaan harus dapat


(45)

belajar dari pengalaman perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan program CSR sebagai salah satu kebijakan manajemen perusahaan.

Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008) mengemukakan bahwa dalam perkembangannya telah terjadi pergeseran paradigma pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang meliputi corporate charity, corporate philantrophy, dan corporate citizenship. Tahap pertama,

corporate charity merupakan dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan. Tahap kedua adalah corporate philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial. Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yaitu motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial. Tabel 1 berikut menjelaskan perbedaan karakteristik pada masing-masing tahapan dalam tanggung jawab sosial perusahaan.

CSR menjadi isu penting dalam menjamin kelangsungan hidup dunia usaha saat ini. Dunia usaha tidak akan bisa berkembang tanpa memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan sosial dimana perusahaan sehingga pelaksanaan CSR menjadi suatu keharusan bagi perusahaan dalam mendukung aktivitas bisnisnya, bukan hanya sekedar pelaksanaan tanggung jawab tetapi menjadi suatu kewajiban bagi dunia usaha. Implementasi CSR harus menjadi suatu bagian dalam peran bisnis dan termasuk dalam kebijakan bisnis perusahaan, sehingga dunia bisnis bukan


(46)

hanya merupakan suatu organisasi yang berorientasi pada pencapaian laba maksimal tetapi juga menjadi suatu organisasi pembelajaran, dimana setiap individu yang terlibat didalamnya memiliki kesadaran sosial dan rasa memiliki tidak hanya pada lingkungan organisasi saja melainkan juga pada lingkungan sosial dimana perusahaan berada.

CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan yang didasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit, people dan planet (3P). Profit, sebagai lembaga usaha dengan profit oriented, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan sehingga perusahaan dapat terus beroperasi dan berkembang. People, untuk menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan daya saing perusahaan, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan aset berharga dalam organisasi maupun negara. Wujud program CSR yang berorientasi sosial atau people adalah pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan. Planet, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati bisa dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata.


(47)

2.2.4. Kinerja Sosial Perusahaan (Corporate Social Performance) 2.2.4.1. Definisi Kinerja

Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manajer. Karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Kemungkinan yang lain adalah digunakannya informasi akuntansi bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai kinerja manajer atau pimpinan perusahaan.

Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, hal 503) adalah merupakan kata banda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja (tt peralatan), sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997, hal 419) adalah penentuan secara periodic efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.


(48)

Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnyatanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.

Sedangkan tujuan penilaian kinerja (Mulyadi, 1997) adalah: " Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran."

Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan prilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat instrinsik maupun ekstrinsik.

2.2.4.2. Manfaat Penilaian Kinerja

Salah satu sarana manajemen paling panting yang harus dibebankan agar tujuan organisasi dapat tercapai adalah faktor man usia. Tanpa manusia yang berkualitas, betapapun canggihnya sistem yang


(49)

dirancang, tujuan organisasi mungkin hanya sekedar angan-angan saja. Disamping sarana, prinsip-prinsip organisasi harus pula dipenuhi seperti adanya pembagian tugas yang adil, pendelegasian tugas. rentang kekuasaan, tingkat pengawsan yang cukup, kesatuan perintah dan tanggung jawab serta koordinasi masing-masing unit merupakan suatu hal yang harus terus menerus disempurnakan. Untuk itu penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal sebagai berikut :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisian melalui pemitivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan

karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. Dalam mengelola perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang dan didalam proses yang disebut perencanaaan (planning). Pelaksanaan rencana memerlukan alokasi sumber daya secara efisien.


(50)

Disamping itu pelaksanaan rencana memerlukan pengendalian agar efektif dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pelaksanaan rencana dapat ditempuh dengan cara tangan besi, dengan ancaman terhadap pelaksanaan agar mematuhi prilaku standar untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pelaksanaan rencana dengan cara ini dapat menjamin sasaran organisasi secara efektif dan efisien. Namun cara pencapaian tujuan ini akan mengakibatkan moral kerja karyawan enjadi rendah.

Akan berbeda kondisi moral karyawan jika pengelolaan perusahaan didasarkan atas maksimisasi motivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi. Maksimisasi motivasi karyawan berarti membangkitkan dorongan dalam diri karyawan untuk mengerahkan usahanya dalam mencapai sasaran yang ditetapkan oleh organisasi. Jika setiap karyawan memahami sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan setiap karyawan melaksanakan internalisasi sasaran perusahaan sebagai sasaran pribadinya maka kesesuaian tujuan individu karyawan dengan sasaran perusahaan secara keseluruhan akan terjadi. Kesesuaian sasaran individu karyawan dengan sasaran perusahaan inilah yang akan memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Maksimisasi motivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan inilah yang merupakan tujuan pokok penilaian kinerja. Salah satu diantara teori motivasi yang dikembangkan oleh para peneliti untuk memprediksi motivasi dan kinerja adalah expectary theory dimana menurut teori ini


(51)

perilaku seseorang dipengaruhi oleh probabilitas yang dilekatkan terhadap hubungan individu sebagai berikut :

a. Usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan

Motivasi seseorang yang telah ditetapkan ditentukan oleh persepsi orang tersebut terhadap hubungan antara usaha dengan tujuan yang hendak dicapai. Jika untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan diperlukan usaha yang besar, sasaran yang memberikan tantangan akan motivasi seseorang. Dengan demikian sasaran yang memberikan tantangan akan memotivasi orang selama sasaran tersebut telah dirasakan adil dan realistis.

b. Kinerja dan penghargaan

Jika seseorang merasakan barjwa terdapat kemungkinan yang tinggi suatu kinerja yang baik akan mendapatkan penghargaan atau penghargaan yang diterima didasarkan atas kinerja yang baik, motivasi orang akan berusaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan akan tinggi.

Sebaliknya jika terdapat kemungkinan yang rendah suatu kinerja memperoleh penghargaan, motivasi orang untuk mencapai sasararl yang telah ditetapkan rendah pula.

c. Penghargaan yang mernuaskan tujuan pribadi

Untuk dapat memotivasi individu, penghargaan harus dirasakan adil oleh individu tersebut. Jika penghargaan yang diterima oleh seseorang


(52)

dirasakan adil, maka penghargaan ini akan memberikan kepuasan bagi orang tersebut. Kepuasan yang tinggi berarti bahwa tujuan individu dapat dipuaskan melalui usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dengan demikian penghargaan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan setiap individu agar memotivasi individu dalam mencapai sasaran yang ditetapkan oleh perusahaan.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian

Penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan yang dinilai kinerjanya. Jika manajemen puncak akan memutuskan promosi manajer ke jabatan yang lebih tinggi, data hasil evaluasi kinerja yang diselenggarakan secara periodik akan sangat membantu manajemen puncak dalam memilih manajer yang pantas untuk dipromosikan. Begitu pula dalam pengambilan keputusan penghentian kerja sementara, transfer dan pemutusan hubungan kerja permanen, manajemen puncak memerlukan data hasil evaluasi kinerja sebagai salah satu informasi penting. yang dipertimbangkan dalam keputusan tersebut.


(53)

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan

Jika manajemen puncak tidak mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, sulit bagi manajemen untuk mengevaluasi dan memilih program pelatihan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan. Dalam masa kerjanya, perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembangkan karyawannya agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bisnis perusahaan yang senantiasa berubah dan berkembang. Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan karyawan dan untuk mengantisipasi keahlian dan keterampilan yang dituntut oleh pekerjaan agar dapat memberikan respon yang memadai terhadap perubahan lingkungan bisnis dimasa yang akan datang. Hasil penilaian kinerja juga dapat menyediakan kriteria untuk memilih program pelatihan karyawan yang memenuhi kebutuhan karyawan dan untuk mengevaluasi kesesuaian program pelatihan karyawan dengan kebutuhan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

Dalam organisasi perusahaan, manajemen atas mendelegasikan sebahagian wewenangnya kepada manajemen dibawah mereka. Pendelegasian


(54)

wewenang ini disertai dengan alokasi sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan wewenang tersebut. Manajer bawah melaksanakan wewenang dengan mengkonsumsi sumber daya yang dialokasikan kepada mereka. Penggunaan wewenang dan konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan wewenang ini dipertanggung jawabkan dalam bentuk penilaian kinerja. Dengan pengukuran kinerja ini manajemen atas memperoleh umpan balik mengenai pelaksanaan wewenang dan penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan wewenang yang dilakukan oleh manajemen bawah. Berdasarkan hasil penilaian kinerja ini manajemen atas memberikan penilaian terhadap kinerja manajemen bawah. Dilain pihak penilaian kinerja ini memberikan umpan balik bagi manajemen bawah mengenai bagaimana manajemen atas menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan

Penghargaan dapat digotongkan datam dua kelompok yaitu penghargaan instrinsik dan penghargaan ekstrinsik. Penghargaan instrinsik berupa rasa puas diri yang diperoleh seseorang yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran tertentu. Penghargaan ekstrinsik terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada karyawan baik yang berupa kompensasi langsung, tidak langsung, maupun yang berupa kompensasi non keuangan. Untuk meningkatkan penghargaan instrinsik manajemen dapat menggunakan berbagai macam tehnik seperti penggayaan pekerjaan (job enrichment), penambahan tanggung jawab,


(55)

partisipasi dalam pengambilan keputusan dan usaha lain yang meningkatkan harga diri seseorang dan mendorong orang menjadi yang terbaik. Kompensasi langsung adalah pembayaran langsung berupa gaji atau upah pokok, honorarium lembur dan hari libur, pembagian laba, pembagian saham dan berbagai bonus lainnya yang didasarkan atas kinerja karyawan. Penghargaan tidak langsung adalah semua pembayaran untuk kesejahteraan karyawan seperti asuransi kecelakaan, asuransi hari tua, honorarium, liburan dan tunjangan masa sakit. Kompensasi tidak langsung ini tidak mempunyai dampak terhadap motivasi individu dalam mencapai sasaran organisasi karena kompensasi ini diberikan kepada siapa saja yang bekerja dalam perusahaan. Kompensasi ini hanya berpengaruh kepada motivasi karyawan jika dihapuskan. Penghargaan non keuangan dapat berupa sesuatu yang ekstra yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan berupa ruangan kerja yang memiliki lokasi istimewa, peralatan kantor yang istimewa, tempat parkir khusus, gelar istimewa dan sekretaris pribadi. Penggayaan pekerjaan atau job enrichment adalah suatu pendekatan untuk memotivasi karyawan dengan kombinasi tugas yang lingkup dan tanggung jawabnya berbeda-beda dan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memiliki otonomi yang lebih besar dalam pengambilan keputusan. Distribusi penghargan instrinsik baik yang langsung, tidak langsung, maupun non keuangan memerlukan data hasil kinerja karyawan agar penghargaan tersebut dirasakan adil oleh karyawan


(56)

yang menerima penghargaan tersebut. Pembagian penghargaan yang dipandang tidak adil menurut persepsi karyawan yang menerimanya maupun yang tidak menerimanya akan berakibat timbulnya prilaku yang tidak semestinya.

2.2.4.3. Kinerja Sosial Perusahaan (Corporate Social Performance)

Pada awalnya konsep CSR terdiri atas empat komponen kewajiban perusahaan terhadap masyarakat (Carroll, 1979 dalam Solihin, 2008:102). Keempat komponen tersebut adalah economic responsibilities,

legal responsibilities, ethical responsibilities, dan discretionary responsibilities. Beberapa ahli seperti Ackerman dan Bauer (Carroll, 1979) dikutip dari Solihin (2008:102), mengajukan kritik terhadap konsep CSR. Kritik mereka ditujukan kepada istilah social responsibility dalam konsep CSR, yang seolah-olah hanya menekankan kepada kewajiban perusahaan untuk melakukan sesuatu kepada para pemangku kepentingan. Sebaliknya konsep CSR ini tidak menunjukkan berbagai upaya sosial yang dilakukan perusahaan dan member dampak terhadap para pemangku kepentingan yang dapat diukur hasilnya berupa kinerja (performance) bagi perusahaan. Di sisi lain, terdapat peneliti seperti Hay, Gray, dan Gates (Carroll,1979) dalam Solihin (2008:102), yang secara deskriptif menjabarkan dalam area apa saja perusahaan dianggap memiliki kewajiban terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari keputusan dan komitmen yang dibuat perusahaan


(57)

untuk mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dalam isu-isu tertentu seperti tanggung jawab sosial perusahaan untuk mengatasi masalah polusi, kemiskinan, diskriminasi rasial, serta berbagai area masalah social lainnya.

Kebutuhan untuk mencari model CSR yang dapat mengukur dampak pelaksanaan CSR oleh perusahaan terhadap masyarakat serta sejauh mana pelaksanaan CSR sebagai suatu investasi sosial memberikan kontribusi bagi peningkatan kinerja keuangan perusahaan itulah yang mendorong lahirnya konsep Corporate Social Performance sebagai penyempurnaan atas konsep CSR sebelumnya (Solihin, 2008:101).

Corporate Social Performance merupakan hal yang cukup penting bagi citra (reputation) perusahaan, terutama untuk jangka panjang perusahaan yang dapat memberi kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan (Yunan, 2005 dalam Maulana, 2008). Dengan demikian Corporate Social Performance dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. Citra atau reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu aset yang sangat berharga (Yunan, 2005 dalam Maulana, 2008).

Sukarno (2008) menyatakan bahwa kinerja sosial perusahaan merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tingkatan pencapaian serta pelaksanaan suatu tanggung jawab sosial yang diharapkan dari perusahaan. Pendapat lain dikemukakan oleh Igalens dan


(58)

Gond (2005) dalam Fauzi et al. (2009), yang menyatakan bahwa kinerja sosial perusahaan merupakan suatu konstruk yang digambarkan dengan cara-cara yang berbeda.

Sejauh ini ada empat model utama dalam memahami konsep CSP: Carroll (1979), Wartick dan Cochran (1985), Wood (1991) (dalam Fauzi et al., 2009) dan Clarkson (1995). Carroll mendefinisikan CSP sebagai perluasan dari tiga dimensi. Dimensi pertama yaitu definisi tanggung jawab sosial (CSR) yang mencakup 4 kategori tanggung jawab (ekonomi, hukum, etika dan discretionary). Dimensi kedua adalah

corporate social responsiveness. Dimensi ini menunjukkan kapasitas yang dimiliki perusahaan untuk memberikan respons terhadap berbagai tekanan sosial terhadap perusahaan, yang berasal dari dampak operasi perusahaan terhadap para pemangku kepentingan. Dimensi ketiga yaitu dalam isu sosial apa perusahaan terlibat mencakup berbagai isu sosial yang dapat ditimbulkan oleh perusahaan serta berpotensi memperoleh tekanan publik/pemangku kepentingan (Solihin, 2008: 103-105).

Wartick dan Cohran (1985) mengemukakan model CSP yang terdiri atas 3 dimensi, yaitu prinsip (CSR) yang mencakup 4 kategori tanggung jawab (ekonomi, hukum, etika dan discretionary); proses (corporate social responsiveness) dalam bentuk tanggapan yang diberiakan perusahaan terhadap berbagai tekanan sosial, terjadi pada seluruh industri dan bukan hanya menyangkut satu organisasi perusahaan


(59)

tertentu; dan kebijakan (social issues management) sebagai kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan secara individual saat mengelola masalah-masalah sosial, di mana masing-masing perusahaan akan mengeluarkan kebijakan yang berbeda-beda dan bergantung pada pertimbangan manajemen untuk mengatasi suatu masalah sosial (Sholihin, 2008: 106-107) Wood (1991) mengusulkan sebuah model yang baru CSP segera menjadi tolok ukur di mana-mana yang membangun perkembangan teoretis. Sejalan dengan studi sebelumnya, Wood (1991) mendefinisikan CSP sebagai konfigurasi organisasi bisnis dari: (1) prinsip tanggung jawab sosial yang mencakup tiga prinsip yaitu prinsip institusional (legitimasi), prinsip organisasional (tanggung jawab publik), prinsip individual (pertimbangan manajemen); (2) proses corporate social responsiveness

terdiri dari tiga tahapan yaitu penilaian lingkungan, manajemen

stakeholder, manajemen isu; serta (3) hasil perilaku perusahaan yang mencakup tiga kategori yaitu dampak, program dan kebijakan sosial sebagai bentuk implementasi tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat (Sholihin, 2008: 107-111).

Merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan tanggung jawab sosial yang diharapkan yang memiliki beberapa indikator (Sukarno 2008:4) :

a. Dampak Lingkungan b. Tenaga Kerja


(60)

c. Kegiatan Sosial d. Konsumen e. Investor f. Stakeholder g. Financial

2.2.5. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). 2.2.5.1 Pengertian Usaha Kecil

Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil dan menengah memegang peranan penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil dan menengah tersebut. Selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, usaha kecil menengah juga berfungsi sebagai sarana untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Adapun yang menjadi bagian dari usaha kecil dan menengah adalah : sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor perdagangan, sektor perdagangan, sektor pertambangan, pengolahan, sektor jasa, dan lainnya.

Ada beberapa pengertian usaha kecil dan menengah dari berbagai pendapat (Tambunan,1999), antara lain :

a. Pengertian usaha kecil berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset Rp60 juta (enam ratus juta


(61)

rupiah) tidak termasuk tanah atau rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp600 juta.

b. Menurut Departemen Perindustrian dan perdagangan, pengusaha kecil dan menengah adalah kelompok industri modern, industri tradisional, dan industri kerajinan, yang mempunyai investasi, modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp 70 juta ke bawah dengan resiko investasi modal/tenaga kerja Rp 625.000 ke bawah dan usahanya dimiliki warga Negara Indonesia.

c. Sedangkan berdasarkan UU No.10/1995 tentang usaha kecil, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Yang dimaksud disini meliputi juga usaha kecil informal yaitu berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, dan usaha kecil tradisional yaitu usaha yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni budaya.


(62)

2.2.5.2. Pengertian Usaha Menengah

Yang dimaksud dengan usaha menengah adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai criteria:

a. asset Rp10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

b. omset tahunan Rp50 milyar Sedangkan dalam Konsep Inpres UKM, yang dimaksud dengan UKM adalah kegiatan ekonomi dengan kriteria:

1) asset Rp50 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2) omset Rp250 milyar

2.2.5.3 Karakteristik Usaha Kecil

Secara umum sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya

b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi


(63)

b. Pengalaman managerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas

c. Skala ekonomi yag terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan mampu menekan biaya mencapai titik efisiansi jangka panjang

d. kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas

e. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingan keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standard dan transparan.

Karakteristik yang dimiliki oleh usaha kecil menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan yang bersifat potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagi masalah internal terutama yang berkaitan dengan pendanaan tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas.

2.2.5.4. Keunggulan dan Kelemahan Usaha kecil a. Keunggulan Usaha Kecil

Dibandingkan dengan usaha besar, usaha kecil memiliki beberapa potensi dan keunggulan komparatif, yaitu:

1) Usaha kecil beroperasi menebar diseluruh pelosok dengan berbagai ragam bidang usaha. Hal ini karena kebanyakan usaha kecil timbul untuk memenuhi permintaan yang terjadi di daerah regionalnya.


(64)

Bisa jadi orientasi produksi usaha kecil tidak terbatas pada orientasi produk melainkan sudah mencapai taraf orientasi konsumen. Untuk ini diperlukan suatu keputusan managerial yang menuntut kejelian yang tinggi. Dengan penyebaran usaha kecil, berarti masalah urbanisasi dan kesenjangan desa –kota minimal dapat ditekan. Setidaknya mengurangi konsentrasi intensitas lapangan kerja pada daerah tertentu yang akan menimbulkan efek urbanisasi serta masalah sosial yang lain.

2) Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal untuk aktiva tetap pada tingkat yang rendah. Sebagin besar modal terserap pada kebutuhan modal kerja, karena yang dipertaruhkan kecil. Implikasinya, usaha kecil memiliki kebebasan yang tinggi untuk masuk atau keluar dari pasar. Dengan demikian, kegiatan produksi dapat dihentikan sewaktu-waktu, jika kondisi perekonomian yang dihadapi kurang menguntungkan. Konsekuensi lain dari rendahnya nilai aktiva tetapadalah muda meng-up to date-kan produknya. Sebagai akibatnya akan memiliki derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak perekonomian internasional.

3) Sebagian besar usaha kecil dapat dikatakan padat karya yang disebabkan penggunaan teknologi sederhana. Persentase distribusi nilai tambah pada tenaga kerja relatif besar. Dengan demikian distribusi pendapatan bisa lebih tercapai. Selain itu keunggulan


(65)

usaha kecil terdapat pada hubungan yang erat antara pemilik dan karyawan yang menyebabkan sulitnya terjadi Pemutusan hubungan Kerja (PHK). Keadaan ini menunjukkan betapa usaha kecil memiliki fungsi sosial ekonomi.

1

b. Kelemahan Usaha Kecil

Kelemahan usaha kecil adalah investasi awal dapat saja mengalami kerugian. Beberapa resiko di luar kendali wiraswastawan, seperti perubahan mode, peraturan pemerintah, persaingan dan masalah tenaga kerja dapat menghambat bisnis. Beberapa bisnis juga cenderung menghasilkan pendapatan yang tidak teratur, pemilik mungkin tidak memiliki profit. Mengelola bisnis sendiri juga berarti menyita waktu sendiri yang cukup banyak, tanpa menyisakan waktu yang cukup bagi keluarga untuk berekreasi. Bagian penting dalam hidup ini kadangkala harus dikorbankan untuk mengoperasikan suatu bisnis agar bisa sukses.

2.2.5.5. Indikator Pemberdayaan Usaha Kecil

Merupakan kegiatan yang dilakukan pihak lain terhadap UKM dalam upaya lebih berdaya guna dan lebih dapat bersaing dengan usaha lain yang memiliki beberapa indikator (Sukarno 2008:4) :

a. Pengembangan Organisasi b. Kemitraan Usaha


(66)

Sedangkan menurut Suarja, (2008) indikator dari pemberdayaan UKM adalah :

a. Pemberdayaan institusional UKM b. Peningkatan Akses UMKM c. Pemberdayaan di bidang produksi d. Pengembangan jaringan pemasaran e. Pemberdayaan sumberdaya UMKM f. Pengkajian pengembangan UMKM

2.2.6 Pengaruh Corporate Sosial Responbility Terhadap Kinerja Sosial Perusahaan

Penerapan tanggung jawab sosial di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan tanggung jawab sosial akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan akan meningkatkan citra perusahaan.


(67)

Dari uraian dan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa corporate sosial responbility berpengaruh positif terhadap kinerja sosial perusahaan. Dan hal ini didukung oleh teori dari Solihin, (2008:101) yang menyatakan bahwa saat ini belum tersedia formula yang dapat memperlihatkan hubungan praktik tanggung jawab sosial terhadap keuntungan perusahaan sehingga banyak kalangan dunia usaha yang bersikap skeptis dan menganggap tanggung jawab sosial tidak memberi dampak atas prestasi usaha, karena mereka memandang bahwa tanggung jawab sosial hanya merupakan komponen biaya yang mengurangi keuntungan. Karena dengan melakukan praktek tanggung jawab sosial yang berkelanjutan, perusahaan akan mendapat “tempat di hati dan ijin operasional” dari masyarakat, bahkan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yaitu menaikkan kinerja sosial perusahaan.

2.2.7 Pengaruh Corporate Sosial Performance Terhadap Pemberdayaan UKM Kinerja sosial perusahaan merupakan hal cukup penting bagi citra perusahaan, terutama untuk jangka panjang perusahaan, yang dapat member kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian kinerja sosial perusahaan dapat menjadi salah satu ukuran bagi reputasi perusahaan, reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu asset yang sangat berharga. Dari sini dapat dijadikan titik tolak mengapa tanggung jawab perusahaan merupakan salah satu komponen kunci yang penting bagi pengembangan reputasi perusahaan.


(68)

Kelemahan usaha kecil adalah investasi awal dapat saja mengalami kerugian. Beberapa resiko di luar kendali wiraswastawan, seperti perubahan mode, peraturan pemerintah, persaingan dan masalah tenaga kerja dapat menghambat bisnis. Beberapa bisnis juga cenderung menghasilkan pendapatan yang tidak teratur, pemilik mungkin tidak memiliki profit. Oleh karena itu kinerja sosial perusahaan dapat diwujudkan dengan melakukan pemberdayaan UKM.

Dari uraian dan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa Corporate Sosial Performance berpengaruh positif terhadap Pemberdayaan UKM. Dan hal ini didukung oleh teori dari Solihin (2008:101) yang menyatakan bahwa salah satu tema sentral yang dibawa oleh konsep Kinerja sosial perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat mengukur tindakan serta hasil dari tindakan sosial yang dilakukan perusahaan, seperti halnya perusahaan dapat mengukur aktivitas operasional lainnya. Hal ini menjadi sangat penting bagi perusahaan, karena pelaksanaan program CSR yang dilakukan perusahaan dibiayai oleh sumber dana perusahaan yang sifatnya terbatas.


(69)

2.3. Kerangka Konseptual

Corporate Social Responbility

(X)

Pemberdayaan Usaha Kecil

(Z)

Corporate Social Performance


(70)

2.2. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga Corporate Social Responbility berpengaruh positif terhadap Corporate Social Performance

2. Diduga Corporate Social Performance berpengaruh positif terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Batik di Jetis Sidoarjo


(71)

58

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. ( Nazir, 1998 : 152 )

Variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Corporate Social Responbility (X)

Tanggung jawab sosial adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat., dengan indikator :

a. Transparency adalah transparansi dari pihak perusahaan didalam melakukan tanggung jawab sosial.

b. Sustainability adalah kebijakan dari pihak perusahaan untuk tetap melangsungkan tanggung jawab social

c. Pelibatan Stakeholder (Stakeholder Enggagement) merupakan mekanisme koordinasi reguler dengan stakeholders, utamanya masyarakat

d. Proporsi Bantuan CSR dirancang bukan semata-mata pada kisaran anggaran saja, melainkan juga pada tingkatan serapan maksimal,


(1)

79

Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural

Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi

Model Cmin/DF 2.691 ≤ 2,00 kurang baik Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik RMSEA 0.128 ≤ 0,08 kurang baik GFI 0.768 ≥ 0,90 kurang baik AGFI 0.683 ≥ 0,90 kurang baik TLI 0.468 ≥ 0,95 kurang baik CFI 0.554 ≥ 0,94 kurang baik

Sumber : Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah masih perlu dimodifikasi sebagaimana terdapat di bawah ini.

Gambar 4.3. Model Pengukuran dan Struktural MODEL PENGUKURAN & STRUKTURALCSR, CRP, & UK Empowerment

Unstandardized estimates : One Step Approach - Modification Model

1 CSR CRP X1 er_1 1 Y1 er_6 1 1

UK Empowerment

Z1 er_12 1 1 d_ti1

Z2 1 er_13 X2 er_2 1 Y2 er_7 1 Y3 er_8 1 X3 er_3 1

Z3 1 er_14 X4 er_4 1 X5 er_5 1 Y4 er_9 1 Y5 er_10 1 Y6 er_11 1

Z4 1 er_15 d_cp


(2)

80

Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi

Model

Cmin/DF 1.059 ≤ 2,00 baik

Probability 0.338 ≥ 0,05 baik

RMSEA 0.024 ≤ 0,08 baik

GFI 0.909 ≥ 0,90 baik

AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik

TLI 0.981 ≥ 0,95 baik

CFI 0.986 ≥ 0,94 baik

Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya

menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta.

4.2.8. Uji Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 12,499 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi

masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.

Tabel 4.8. Data Uji Kausalitas

Ustd Std

Faktor  Faktor Estimate Estimate Prob. CRP  CSR 0.269 0.751 0.000 UK_Empowerment  CRP 0.160 0.289 0.088 Batas Signifikansi  ≤ 0,10 Sumber : Lampiran

4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :

2. Faktor CSR berpengaruh positif terhadap Faktor CRP, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,000 ≤ 0,10 [signifikan [positif].


(3)

81

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan bahwa Corporate Social Responbility berpengaruh terhadap Corporate Social Performance dan Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Batik di Jetis Sidoarjo

Untuk hipotesis pertama Corporate Social Responbility berpengaruh terhadap Corporate Social Performance. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan tanggung jawab sosial di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan tanggung jawab sosial akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan akan meningkatkan citra perusahaan. Dan hal ini didukung oleh teori dari Solihin, (2008:101) yang menyatakan bahwa saat ini belum tersedia formula yang dapat memperlihatkan hubungan praktik tanggung jawab sosial terhadap keuntungan perusahaan sehingga banyak kalangan dunia usaha yang bersikap skeptis dan menganggap tanggung jawab sosial tidak memberi dampak atas prestasi usaha, karena mereka memandang bahwa tanggung jawab sosial hanya merupakan komponen biaya yang mengurangi keuntungan. Karena dengan melakukan praktek tanggung jawab sosial yang


(4)

82

berkelanjutan, perusahaan akan mendapat “tempat di hati dan ijin operasional” dari masyarakat, bahkan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yaitu menaikkan kinerja sosial perusahaan

Untuk hipotesis kedua Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Batik di Jetis Sidoarjo. Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja sosial perusahaan merupakan hal cukup penting bagi citra perusahaan, terutama untuk jangka panjang perusahaan, yang dapat member kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian kinerja sosial perusahaan dapat menjadi salah satu ukuran bagi reputasi perusahaan, reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu asset yang sangat berharga. Dari sini dapat dijadikan titik tolak mengapa tanggung jawab perusahaan merupakan salah satu komponen kunci yang penting bagi pengembangan reputasi perusahaan

Dan hal ini didukung oleh teori dari Solihin (2008:101) yang menyatakan bahwa salah satu tema sentral yang dibawa oleh konsep Kinerja sosial perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat mengukur tindakan serta hasil dari tindakan sosial yang dilakukan perusahaan, seperti halnya perusahaan dapat mengukur aktivitas operasional lainnya. Hal ini menjadi sangat penting bagi perusahaan, karena pelaksanaan program CSR yang dilakukan perusahaan dibiayai oleh sumber dana perusahaan yang sifatnya terbatas.


(5)

83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut :

2Corporate Social Responbility berpengaruh terhadap Corporate Social Performance

3Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Batik di Jetis Sidoarjo

2.3. Saran

Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat, antara lain :

3) Untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan Program maka dalam hal ini sangat diharapakan bagi masyarakat untuk bekerjasama dalam usaha penyelenggaraan dengan memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dengan adanya kerjasama antara pemberi pelayanan dan penerima, maka akan


(6)

84

memberikan kelancaran dan kemudahan dalam proses serta kepuasan bagi kedua belah pihak.

4) Perlunya adanya pihak yang menjembatani untuk mengadakan pameran guna memasarkan hasil produk UKM.

5) Adanya tindakan tegas apabila terdapat mitra binaan yang menyalahgunakan haknya termasuk keterlambatan atau bahkan tidak membayar angsuran pinjaman dana kemitraan yang telah diberikan. 6) Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar

menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang diduga mempunyai hubungan dengan CSR dan pemberdayaan UKM.


Dokumen yang terkait

Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada PT Tirta Investama)

4 73 131

Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) Binaan P.T. Telekomunikasi Indonesia-TBK. CDC Area Medan

4 53 101

Analisis penerapan corporate social responsibility dan hambatan penerapan corporate social responsibility pada UMKM Batik

0 3 162

Program Corporate Social Responsibility Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Corporate Social Responsibility Program On The Basis Of Community Development.

1 2 16

Penerapan Corporate Social Responsibility Melalui Program Kemitraan Telkom Community Development Center Surabaya Timur Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Pada Pengrajin Batik Di Jetis - Sidoarjo.

1 2 113

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM K

0 1 41

ANALISIS COMMUNITY DEVELOPMENT PT. TELKOM KANDATEL YOGYAKARTA DALAM PENGEMBANGAN UKM MELALUI PROGRAM KEMITRAAN

0 0 13

Model Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Industri Rokok Di Kudus

0 0 11

USULAN PENELITIAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER (TCDC) SURABAYA TIMUR DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL PADA BATIK DI JETIS – SIDOARJO Yang diajukan

0 0 23

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER SURABAYA TIMUR DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL PADA PENGRAJIN BATIK DI JETIS - SIDOARJO SKRIPSI diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh G

0 1 21