PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI RUMAH ASPIRASI DI JAWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi Edisi 5 Agustus 2010 di Jawa Pos).

(1)

SKRIPSI

Oleh :

DINAR HERDIAN INDRASWARA NPM. 0643010005

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

Alhamdulillahirabbil’aalamin, segala puji bagi Allah SWT, Sang Pemberi Nafas hidup pada seluruh mahkluk. Hanya kepadaNYA syukur yang dipanjatkan penulis atas selesainya skripsi ini. Kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini, melainkan kemenangan atas berhasilnya menundukkan diri sendiri. Berusaha untuk mengalahkan rasa malas yang selama ini penulis rasakan. Semua kemenangan ini dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik dari dalam diri sendiri penulis maupun dari luar diri penulis selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis wajib untuk mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka yang disebut berikut :

1. Orang tuaku yang selama ini rela menempuh perjalanan jauh untuk memberikan semangat serta Mbak Lian yang telah sabar menunggu penulis hingga wisuda.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi selaku Dekan FISIP UPN “VETERAN” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito S.sos, Msi selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN “VETERAN” Jawa Timur

4. Ibu Dra. Dyva Claretta, Msi selaku dosen pembimbing yang selama ini penulis “repoti” untuk memberikan bimbingan, empati dan dengan sabar meluruskan kesalahan-kesalahan selama proses penyusunan skripsi.

iii 


(3)

iv 

 

6. Seluruh dosen Ikom yang pernah memberikan ilmunya kepada penulis: Pak Didik, Pak Pujo, Pak Udin, Pak Kus, Pak Zainal, Pak Irwan, Pak Catur, Pak Tom, Bu Mar, Bu Yuli, sekali lagi untuk Bu Dyva, Bu Yudiana, Bu Aulia, Bu Syafrida, Bu Tika, Bu Lisa. Penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih.

7. My Brother Hood “Tujuh Keajaiban Dunia” : Jatmiko, Mamed, Ribas, Reza, Christ, Rizal. Yang selama ini dengan setia kawan menemani penulis kuliah di Jurusan Ikom. Dan saudaraku Mas Bram, Mas Imam yang selalu menanyakan kapan penulis bisa wisuda.

8. Terakhir, untuk pendamping hidupku Enjang Maharani yang setia menemani selama proses penyusunan skripsi ini serta buat “dedek Ergha” yang selalu mengganggu selama mengerjakan skripsi dirumah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan Harapan bahwa skripsi ini akan berguna bagi teman-teman di Jurusan Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangat diperlukan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, Desember 2010


(4)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI…..…….ii

KATA PENGANTAR………iii

DAFTAR ISI………....v

DAFTAR GAMBAR………viii

DAFTAR LAMPIRAN………...ix

ABSTRAKSI………...……….x

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang Masalah………..1

1.2 Perumusan Masalah………..….10

1.3 Tujuan Penelitian………...10

1.4 Manfaat Penelitian……….10

BAB II KAJIAN PUSTAKA………...11

2.1 Landasan Teori………...11

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa………11

2.1.2 Karikatur……….13

2.1.2.1 Pengertian Karikatur………13

2.1.2.2 Manfaat Karikatur………...14


(5)

2.1.4 Semiotik Charles Sanders Pierce………22

2.1.5 Rumah Aspirasi………..26

2.1.6 Siput (Rumah Siput)………. .28

2.1.7 Wakil Rakyat (Dewan Perwakilan Rakyat)……….………..29

2.1.8 Teori Prinsip Ekonomi………...29

2.2 Kerangka Berpikir………...30

BAB III METODE PENELITIAN………...32

3.1 Metode Penelitian………...32

3.2 Kerangka Konseptual……….33

3.2.1 Corpus……….33

3.2.2 Unit Analisis………...35

3.2.2.1 Ikon………...35

3.2.2.2 Indeks………...35

3.2.2.3 Simbol………...36

3.3 Teknik Pengumpulan Data………...37

3.4 Metode Analisis Data………37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..40

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian………..40

vi 


(6)

vii 

 

4.3.1 Klasifikasi Tanda dalam Semiotika Pierce……….44

4.3.2 Gambar Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi pada Harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 dalam Model Pierce……….…47

4.3.3 Ikon, Indeks dan Simbol (Tipologi Tanda)………50

4.4 Pemaknaan Keseluruhan Gambar Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi pada Harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010………59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………62

5.1 Kesimpulan………62

5.2 Saran………..63

DAFTAR PUSTAKA………64


(7)

Gambar 2. Model Kategori Tanda………...25 Gambar 3. Konsep Segitiga Tanda Pierce………...47 Gambar 4. Gambar Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi dalam Elemen Makna

Pierce………49 Gambar 5. Gambar Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi dalam Kategori Tanda

Pierce………52

viii 


(8)

Jawa………....66

ix 


(9)

Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi Edisi 5 Agustus 2010 di Jawa Pos)

Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema Realitas dalam Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda-tanda (gambar, kata-kata, dan lainnya) dalam format sebuah karikatur. Situasi maupun kondisi dalam karikatur tersebut menggambarkan uang rakyat yang dihambur-hamburkan oleh para wakil rakyat di DPR/D dengan menganggarkan uang rakyat untuk program yang sia-sia.

Kajian Pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa, Karikatur, Semiotika, Semiotik Charles Sanders Pierce, Rumah Aspirasi, Wakil Rakyat dan Teori Prinsip Ekonomi.

Metode Penelitian dalam penelitian ini dengan analisis semiotika Charles Sanders Pierce menggunakan konsep Triangle Meaning pada corpus penelitian karikatur clekit versi Rumah Aspirasi setelah melalui tahapan pengkodean maka selanjutnya peneliti akan menginterpretasikan tanda-tanda tersebut untuk diketahui pemaknaannya. Corpus menurut konsep triangle meaning akan terbagi menjadi tiga yaitu tanda, objek dan interpretan.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil analisis dan interpretasi dari gambar Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi dalam Surat Kabar Jawa Pos Edisi 5 Agustus 2010 diperoleh kesimpulan bahwa gambar karikatur yang menampilkan gambar seekor siput dengan cangkang sebagai objek penelitian. Cangkang atau rumah siput tersebut diibaratkan sama dengan rumah aspirasi yang sekarang diusulkan oleh para anggota DPR maupun DPRD. Karikatur tersebut juga bermaksud menyindir atau mengejek para anggota DPR atau DPRD meminta dianggarkan dana untuk hal-hal yang tidak penting tanpa menyadari kinerjanya selama ini.

Kata Kunci : karikatur, semiotik, jawa pos, rumah aspirasi


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi sekarang ini banyaknya perkembangan diberbagai bidang, termasuk dibidang media. Media pada sekarang ini sudah mulai berkembang dengan lebih baik lagi. Dulu media yang kita ketahui hanyalah media cetak (koran, majalah, tabloid) dan media elektronik (televisi dan radio). Pada sekarang ini ada lagi media yang muncul, seperti media elektronik yaitu media internet (on-line). Media cetak yang lebih spesifik lagi yaitu koran misalnya, sekarang tidak lagi hanya berisikan tulisan semata dalam perkembangannya. Tetapi sekarang banyak yang sudah memiliki gambar atau karikatur sendiri sebagai perwakilan pemikiran dari redaksi koran tersebut. Karikatur merupakan salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efektif dalam penyampaian pesan kritik sosial. Dalam karikatur yang baik ada perpaduan unsur-unsurkecerdasan, ketajaman dan ketepatan berpikir kritis serta ekspresif dalam menanggapi fenomena kehidupan masyarakat, kritik sosial tersebut dikemas secara humoris.

Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi (melulu) tertuliskarena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Dibandingkan media verbal,gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah dipahami dan merupakan


(11)

“simbol “ yang jelas dan mudah dikenal. Pembuatan suatu “gambar komunikasi “, dimaksudkan untuk mendukung suatu pesan. Ada beberapa bentuk “gambar komunikasi “, antara lain:ilustrasi, logo, dan karikatur. Gambar karikatur adalah suatu media penyampai pesan yang digambar secara sederhana dan menyalahi anatomi. Walaupun sesungguhnya untuk mencapai kesederhanaan tersebut perlu mempelajari secara tekun dan jeli, sekaligus dituntut memiliki wawasan humoristik yang cukup. Ini berarti bahwa untuk menggoreskan kartun yang sederhana ternyata tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Belum lagi masalah bagaimana “mengisi” karya tersebut agar mempunyai pesan atau misi yang mantap. Ibarat masakan, diolah dengan bumbu yang pas dan disuguhkan dalam warna yang menarik dan mengundang selera.

Jika karya kartun yang nampak sederhana tersebut diberi “isi”, ia akan menjelma menjadi apa yang disebut sebagai karikatur. Arti karikatur yang sebenarnya adalah “potret wajah yang diberi muatan lebih” yang berkesan distortif

ataupun deformatif. Namun secara visual masih dapat dikenali obyeknya. Karya karikatur yang biasa kita lihat di surat kabar, menggambarkan pula wajah-wajah tokoh tertentu yang dikenal, yang dilakonkan keterlibatannya dalam suatu peristiwa atau masalah. Karikatur atau wajah deformatif yang tergambar di dalamnya hanyalah elemen yang dimaksud untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan.

Sekarang ini banyak masyarakat yang cenderung untuk memilih karikatur yang memang menurut mereka lucu, menghibur, serta mudah dimengerti makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat karikatur. Karikatur, berasal sari kata


(12)

caricare ( bahasa Itali ) yang maknanya memberi muatan atau tambahan ekstra. Karikatur telah berkembang sejak abad ke-18 terutama di Perancis. Karikatur sudah sedemikian lama merebak ke segala penjuru dunia, sebagai “seni khusus” gambar distortif wajah dan figur tokoh masyarakat.

Sebagai ekspresi seni, teknik pemilihan wajah dan figur inipun telah dipelajari secara formal, terutama di Perancis. Sejak jaman Honore Daumiere ( 1808-1879 ) hingga Tim Mitelberg dan Patrice Ricor yang dianggap sebagai tokoh-tokoh pencetus dan “penyebar wabah” seni deformatif ini, bentuk seni tersebut semakin digandrungi banyak seniman, pelukis dan bahkan pematung, sebagai aliran senirupa baru yang mereka namakan karikaturisme. Dimulai dari karya patung karikaturisme Jean-Pierre Edouard Dantan, pematung Perancis kelahiran Normandia dengan mahakaryanya “Patung Berlioz“ yang diciptakan sekitar 1830-an. Meskipun tinggi patung ini hanya 9 inci, namun patung kepala Berlioz ini diolah sedemikian rupa menjadi karikatural, juga sarat dengan gambaran-gambaran lain yang terpahat di seputar rambutnya yang dibuat meninggi.

Gaya patung Dantan ini sangat mempengaruhi para seniman karikatur, sehingga mereka pun menciptakan patung-patung kepala penyanyi, penulis, pemusik dunia terkenal. Seperti kepala Strauss, Liszt, Paganini, Balzac, Dumas dan banyak aktor terkenal dari Comedie Francaise. Bentuknya mungil saja, dan menjadi sangat diminati, karena dipakai sebagai hiasan ujung tongkat, pegangan kayu, topeng dan alat permainan lainnya. Kalau kita mengunjungi toko-toko cenderamata di Perancis, pengaruh Dantanisme inipun masih terasa sampai sekarang. Antara lain dibuat untuk


(13)

pangkal ballpoint, pensil atau bandul loncengan dan sebagainya. Selain barang oleh-oleh yang memiliki kualitas seni, karena buatan tangan pematung karikaturisme itu.

Kemudian pematung Jerman Timur, Helmut Schmidt, mencuat namanya lewat karya patung dada “ Franz Josef Strauss “, seorang pejabat pemerintah Jerman Timur (sebelum Jerman bersatu) yang konsenvatif dan anti terorisme. Wajah berlekuk-lekuk seperti kentang ubi, perut gendut dengan kepalan tangan beruas-ruas dari besi, yang dibuat tahun 1980. Lalu patung-patung karikaturisme yang dipajang di halaman maupun yang dipamerkan di dalam museum “Rumah Humor dn Satire” di Grobovo, Bulgaria, yang merupakan koleksi patung dan pahatan dari seluruh dunia. Termasuk pahatan wayang “ Gareng Petruk “ dari Indonesia (yang di atas label tertulis “Wayang Karagoz” dari Turki). (http://puslit.petra.ac.id/journals/design/)

Banyak media cetak yang berisi tentang gambar karikatur, hamper di setiap koran pasti terdapat gambar karikatur yang tentu saja memiliki tujuan untuk menyampaikan kritik social yang sedang menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Maka dari itu para produsen media cetak bersaing saling merebut hati khalayaknya dengan adanya gambar karikatur dengan nama maupun tokoh yang mudah diingat oleh masyarakat, karena dengan mudah diingat maka secara tidak langsung para pembaca setia dari suatu media cetak akan dengan sendirinya mencari gambar karikatur tersebut sebagai perwakilan dari berita hangat yang sekarang menjadi polemik. Karikatur sendiri menjadi perwakilan suatu media cetak yang ingin menyampaikan pesan atau kritik sosial terhadap permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Gambar tersebut tidak bertujuan untuk mengintimidasi, memprovokasi


(14)

dan memanipulasi kita dalam memandang suatu persoalan tetapi sebaliknya untuk bertujuan memberikan kepada kita pandangan yang lain tentang permasalahan tersebut. Konsep karikatur negara kita sekarang sudah sangat maju, terkesan lebih bebas untuk menyampaikan segala kritik sosial, bahkan untuk menyampaikan kritik kepada pemerintah.

Salah satunya adalah karikatur clekit versi Rumah Aspirasi di Jawa Pos. Menampilkan keong untuk menyampaikan sindiran kepada para anggota DPR. Gambar tersebut berusaha menyampaikan pesan, kritik dan sindiran kepada para anggota dewan tersebut bersikeras untuk meminta dibangun rumah aspirasi. DPR seolah tak kehabisan akal untuk menambah duit anggaran yang terkait kepentingan mereka sendiri. Setelah sempat menuai kontroversi soal rencana pembangunan gedung baru bernilai triliunan serta dana aspirasi, kini Badan Urusan Rumah Tangga DPR mengusulkan ide untuk membuat rumah aspirasi senilai RP 200 juta per orang bagi 560 Wakil Rakyat.

Rumah aspirasi disebut-sebut akan jadi sarana masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya kepada anggota dewan yang terhormat itu. Namun usul ini tak sepenuhnya disepakati para Wakil Rakyat. Demikian pun dengan warga. Sejumlah warga yang ditemui SCTV mengaku keberatan dengan program ini. Mereka sebagai pembayar pajak merasa uang mereka dihambur-hamburkan anggota DPR. Munculnya gagasan rumah aspirasi dinilai pengamat politik rawan korupsi dan kental dengan politik uang. Uang Rp 122 miliar yang dianggarkan sebaiknya untuk pengentasan kemiskinan, peningkatan mutu pendidikan atau asuransi kesehatan


(15)

(http://berita.liputan6.com/politik/201008/289380/Kontroversi.Proyek.Rumah.Aspira si.DPR)

Padahal sudah menjadi rahasia publik bahwa kinerja para anggota DPR sekarang ini sangat mengecewakan. Banyak yang sering kali tidak datang pada saat ada sidang, banyak juga yang terekam kamera sedang tidur saat sidang berlangsung, asyik dengan telepon genggam masing-masing dan bahkan ada juga yang merokok di dalam ruang sidang ketika sidang masih berlangsung. Kinerja wakil rakyat di Senayan terus mendapat sorotan. Entah sudah berapa kali kritikan malas dan hobi membolos ditujukan kepada anggota dewan. Dan saat Dewan Perwakilan Rakyat menggelar rapat paripurna pertama, Selasa (21/9), deretan bangku kosong tetap saja terlihat. Sekretariat Jenderal DPR mencatat sebanyak 297 anggota dewan menandatangani daftar hadir sebelum rapat paripurna pertama anggota dewan dimulai. Artinya, lebih dari separuh dari 560 anggota telah hadir sehingga kuorum terpenuhi. Entah kemana sisa 243 anggota dewan lainnya? Bisa jadi mereka sedang melaksanakan tugasnya di lapangan atau hanya bermalas-malasan di rumah. Sementara itu, anggota dewan yang hadir pun tampak sibuk memainkan beragam peralatan elektronik, mulai dari ponsel hingga Ipad. (http://berita.liputan6.com/politik/201009/297416/Anggota.DPR.Masih.Membolos)

Kinerja sangat mengecewakan tetapi dalam hal fasilitas, hak mereka terkesan tidak mau rugi. Gaji yang tinggi, mobil yang mewah, fasilitas selalu yang terbaik. Apakah gaji tinggi bisa mendorong orang rajin? Jawabnya tidak. Lihat saja anggota DPR kita. Beberapa anggota DPR yang tercatat kerap mangkir, antara lain, Ratu


(16)

Munawaroh Zulkifli Nurdin (9 kali) dari Fraksi Partai Amanat Nasional dan Jeffrie Geovanie dari Golkar (6 kali). Dari data yang ada, setiap bulan anggota Dewan Perwakilan Rakyat memperoleh penghasilan lebih dari Rp 62 juta. Pendapatan yang terdiri atas gaji pokok dan tunjangan ini belum termasuk uang rapat, uang transpor, uang perjalanan dinas di dalam dan luar negeri, serta fasilitas lain.

(http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/07/28/brk,20100728-266888,id.html)

Selalu meminta yang menjadi haknya, menganggarkan dana rakyat untuk hal-hal yang tidak penting jika dibandingkan dengan permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapi oleh rakyat sekarang ini. Seperti masalah korupsi, pendidikan, infrasruktur yang kurang memuaskan dan masih banyak lagi. Tetapi jika dilihat para anggota dewan tersebut terkesan sangat tidak perduli dengan persoalan yang dihadapi masyarakat.

Peneliti pun memandang bahwa rencana pembangunan rumah aspirasi tersebut memiliki motif dibelakang itu semua yaitu motif ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dengan mencalonkan diri untuk menjadi anggota dewan haruslah mempunyai uang yang banyak yang tentunya nanti dipergunakan pada saat pemilihan berlangsung. Sesuai dengan prinsip ekonomi yaitu dengan melakukan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. (http://e-ducation-center.blogspot.com/2009/06/motif-dan-prinsip-ekonomi-ekonomi-smp.html).

Dengan kata lain uang dari calon-calon anggota dewan tersebut digunakan untuk membeli suara rakyat. Membeli suara rakyat yang sekarang ini sudah menjadi


(17)

hal yang wajar disamping demokrasi politik pemilihan langsung yang dilakukan oleh pemilih. Pemilih disini adalah masyarakat yang ikut langsung dalam pemilihan umum legislative yang berlangsung 5 tahun sekali.

Dengan mengeluarkan uang tersebut juga bisa disebut politik uang. Demokrasi yang dikotori dengan politik uang yang sekarang ini sudah menjadi rahasia umum diantara masyarakat. Maka dari itu dengan pengeluaran yang sangat tinggi tersebut menimbulkan persoalan baru. Persoalan yang sangat umum terjadi sekarang yaitu korupsi yang dilakukan oleh beberapa anggota dewan, kunjungan kerja para anggota dewan ke luar negeri yang tentu biayanya sangat tinggi.

Anggota DPR RI berencana melakukan studi banding ke beberapa negara terkait RUU Kepramukaan dan RUU Holtikultura. Studi banding ini dianggap hanya alasan bagi para anggota dewan untuk bisa berjalan-jalan ke luar negeri. Pola seperti ini berjalan tiap tahun dan memang seperti kebiasaan bagi-bagi jatah jalan-jalan keluar negeri untuk para dewan," ujar Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti. Menurut Ray, studi banding yang dilakukan oleh para anggota dewan selama ini tidak memberi kontribusi nyata. Hal tersebut terjadi karena tidak ada laporan yang jelas bagi anggota dewan yang melakukan studi banding ke luar negeri. Pola kerja, laporan tidak masuk, atau bobot laporan studi banding itu semua kacau. Studi banding itu cuma jalan-jalan ke luar negeri untuk menghabiskan uang negara," tambahnya.Menurut Ray, dalam satu tahun seorang anggota DPR bisa melakukan studi banding ke tiga negara yang berbeda. Pegawai Sekretariat Jenderal DPR dan Staf ahli pun ikut mendampingi sehingga anggaran negara membengkak.


(18)

Ini betul-betul pemborosan bagi keuangan negara," imbuhnya.

(http://www.detiknews.com/read/2010/09/14/013315/1439935/10/studi-banding-cuma-bagi-bagi-jatah-dpr-ke-luar-negeri)

Oleh karena itu wakil rakyat kita sekarang sering memunculkan wacana-wacana untuk memperoleh dana. Tentu saja dibalik itu semua motifnya tetap sama saja meskipun dengan alasan untuk meningkatkan kinerja yaitu bermotifkan ekonomi.

Dari Uraian tersebut diatas menarik minat penulis untuk meneliti makna gambar dan tulisan didalam gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi Edisi 5 Agustus 2010 di Jawa Pos tersebut, yang dituangkan dalam sistem tanda dan lambang, dengan menggunakan pendekatan semiotik dari teori Semiotik Charles S. Pierce.. Meneliti pesan apa yang ingin disampaikan melalui gambar karikatur tersebut karena menggunakan keong sebagai objek didalam gambar karikatur clekit di Jawa Pos.


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan permasalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimanakah repri gambar karikatur clekit versi Keong di Jawa Pos??”

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana makna dalam karikatur clekit versi Rumah Aspirasi di Jawa Pos kedalam sistem komunikasi berupa tanda dan lambang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut : a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan serta pengetahuan penulis tentang makna yang terkandung dalam karikatur clekit versi Rumah Aspirasi di Jawa Pos

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bias digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa komunikasi yang membutuhkan referensi tentang semiotika. Khususnya tentang karikatur berdasarkan pemahaman dari teori Charles S. Pierce


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Kegiatan komunikasi adalah penciptaan interaksi perorangan dengan menggunakan tanda-tanda yang tegas. Komunikasi juga berarti pembagian unsure perilaku, atau cara hidup dengan eksistensi seperangkat ketentuan dan pemakaian tanda-tanda. Dari segi komunikasi, rekayasa unsure pesan sangat tergantung dari siapa khalayak sasaran yang dituju dan melalui media apa sajakah iklan tersebut sebaiknya disampaikan. Karena itu, untuk membuat komunikasi menjadi efektif, harus dipahami betul siapa khalayak sasarannya, secara kuantitatif maupun kualitatif. (http://www.desaingrafisindonesia.com/2007/10/15/semiotika-iklan-sosial/)

Komunikasi massa berfungsi menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media (Effendy, 2003:80). Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembanganyya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media


(21)

of mass communication (media komunikasi massa) yang dihasilkan oleh teknologi modern. (Nurudin, 2007:4) Menurut Gerbner(1967) dalam Rakhmat (2002:188) Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku “Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaran berisi berita , karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bias harian, mingguan dan bulanan serta diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991: 257) Surat kabar pada perkembangannya menjelma sebagai salah satu bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk menjadi sebuah control social dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut disebabkan karena falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan social, budaya dan politik.

Menurut Sumadiria (2005: 32-35) dalam Jurnalistik Indonesia menujukkan 5 fungsi dari pers yaitu:

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual, akurat, factual dan bermanfaat.

2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.


(22)

3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi Kontrol Sosial, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator atau mediator yang menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain atau orang yang satu dengan yang lain.

2.1.2 Karikatur

2.1.2.1 Pengertian Karikatur

Karikatur adalah deformasi berlebihanatas wajah seseorang biasanya orang terkenal dengan “mempercantiknya” dengan penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan mengejek. (Sudharta, 1987 dalam Sobur, 2006:138)

Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana kritik social dan politik. (Sumandiria, 2005:8)

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi


(23)

belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar lucu dan menarik. (Sobur, 2006:140)

2.1.2.2 Manfaat Karikatur

Karikatur yang sudah diberi beban pesan dan sebagainya berarti telah menjadi kartun opini (Pramono, 1996:138). Dengan kata lain kartun yang membawa pesan kritik social yang muncul di setiap penerbitan surat kabar adalah political cartoon atau editorial cartoon. Inilah yang biasa disebut sebagai karikatur. (Sobur, 2006:138)

Berdasarkan keterangan tersebut menunjukkan bahwa karikatur merupakan suatu wadah yang bermanfaat untuk menampung suatu bentuk opini atau kritik social dari para seniman karikatur. Karikatur merupakan opini redaksi media dalam bentuk yang sarat dengan muatan kritik social dengan memasukkan unsure kelucuan , anekdot atau humor agar siapapun yang melihatnya bias tersenyum termasuk tokoh atau objek yang dikarikaturkan itu sendiri. (Sumandiria, 2005:3)

Sebagai kartun opini setdaknya ada empat hal teknik yang harus diingat. Pertama, harus informative dan komunikatif. Kedua, cukup memuat dengan pengungkapan yang hangat. Ketiga, cukup membuat kandungan humor. Keempat, harus mempunyai gambar yang baik. Bila kurang dari salah satu ibarat mobil beroda empat maka bobot karikatur akan berkurang. (Sobur, 2006:139)


(24)

2.1.2.3 Fungsi Karikatur

Secara bahasa, karikatur berasal dari bahasa Italia, “caricare”, yang artinya memuat (dalam hal ini memuat berlebihan). Kata “caricatura” baru populer dan digunakan orang dalam kehidupan dunia seni sekitar tahun 1665. Seniman yang mengenalkan kata itu adalah Gian Lorenzo Bernini, seorang pematung dan arsitek, ketika datang ke Perancis. Adapun kartun berasal dari bahasa Perancis, “cartone”, yang artinya kertas. Kartun memang biasa digambar di atas kertas atau bahan\sejenisnya.

(http://www.ruangbaca.com/resensi/?action=b3Blbg==&linkto=NzQ=.&when=M jAwNTEwMTg=)

Pramono berpendapat bahwa sebetulnya karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagainya berarti telah menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa pesan kritik social, yang muncul di setiap penerbitan surat kabar adalah political cartoon atau editorial cartoon, yakniversi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam versi gambar humor. Inilah yang disebut sebagai karikatur. (Sudharta, 1987 dalam Sobur, 2006:139)

Menggambar karikatur termasuk proses kreatif seorang ahli grafis sekaligus seorang jurnalis. Sebagai ahli grafis, ia harus dapat menyajikan gambar yang memenuhi kaidah komposisi gradasi dan aksentuasi secara tajam dan serasi. Sebagai jurnalis ia pandai memilih topik yang sedang actual, menyangkut kepentingan masyarakat umum dan mengemasnya dalam paduan gambar serta katayang singkat, lugas, sederhana.


(25)

2.1.2.4 Karikatur Dalam Surat Kabar

Keberadaan karikatur dalam surat kabar bukan berarti hanya melengkapi artikel atau tulisan di surat kabar saja, tetapi juga memberikan informasi kepada masyarakat. Banyak kejadian yang dilaporkan dalam bentuk gambar (misalnya kartun) yang lebih efektif daripada kalau diterangkan dengan kata-kata. Karena karikatur mempunyai kekuatan dan karakter sehingga pembaca tertarik untuk sekedar melihat atau bahkan berusaha memahami makna dan pesan yang terkandung dalam gambar karikatur tersebut.

Karikatur sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaimana tanggapan atau opini secara subjektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudutini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum.

Satu hal yang tak patut dilupakan, betapa pun, dunia karikatur memiliki kode etik yang banyak tak diketahui orang termasuk oleh para karikaturis. Seorang karikaturis memang memiliki kebebasan mengemukakan temanya dengan gaya satiris humor yang khas, selama karikaturnya itu tidak vulgar atau amoral atau mengetengahkan cacat fisik manusia dan tidak pula kotor atau jorok. Selain itu, karikatur yang baik adalah karikatur yang paling hemat kata, bahkan kalau bisa tanpa kata sama sekali! Sebab karikatur berbeda dengan poster yang bisa saja (bahkan lazim) boros kata-kata.

(http://www.ruangbaca.com/resensi/?action=b3Blbg==&linkto=NzQ=.&when=MjAwNT EwMTg=)


(26)

Karikatur yang menjadi objek penelitian ini terdapat pada surat kabar Jawa Pos. Karikatur tersebut bernama Clekit, clekit itu sendiri mempunyai makna sakit, sedikit nakal. Sesuai dengan karikatur yang dimiliki oleh Jawa Pos. Bertujuan untuk menyampaikan kritik sosial terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Jawa Pos sendiri merupakan surat kabar harian yang berpusat di Surabaya dan terbesar di Jawa Timur. Ia termasuk salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Sirkulasinya menyebar di seluruh Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Ia mengklaim sebagai "Harian Nasional yang Terbit dari Surabaya".Terkait sejarah, Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu, The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari ia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri.

Begitu sukses , The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Meski kemudian, bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun.Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London.


(27)

Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Koran ini. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada tahun 2000. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Koran yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar.

Lima tahun kemudian terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.Pada tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung yang baru berlantai 21, Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Tahun 2002 dibangun Graha Pena di Jakarta. Dan, saat ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampir semua wilayah di Indonesia. Tahun 2002, Jawa Pos Group membangun pabrik kertas koran yang kedua dengan kapasitas dua kali lebih besar dari pabrik yang pertama. Kini pabrik itu, PT Adiprima Sura Perinta, mampu memproduksi kertas koran 450 ton/hari. Lokasi pabrik ini di Kabupaten Gresik.

Setelah sukses mengembangkan media cetak di seluruh Indonesia, pada tahun 2002 Jawa Pos Grup mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam, Riau TV di Pekanbaru, FMTV di Makassar, PTV di Palembang, Padjadjaran TV di Bandung.Memasuki tahun 2003, Jawa Pos Group merambah bisnis baru : Independent Power Plant. Proyek


(28)

pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas. Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan daerah setempat. Hingga pada tahun 2008, mereka menambah stasiun televisi baru, yaitu Mahkamah Konstitusi Televisi (MKtv) yang berkantor di Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta. (http://www.anneahira.com/berita/jawa-pos.htm)

2.1.3. Pendekatan Semiotik

Komunikasi adalah usaha memperoleh makna dan komuniaksi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol -- kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.

Proses komuniaksi merupakan suatu proses dimana komunikator) menyampaikan pesan kepada penerima (komunikan) dan pesan yang disampaikan itu dinyatakan kedalam sisitem tanda, supaya pesan dapat diterima dengan baik. Pesan membutuhkan konteks yang idacu yang dapat diterima oleh komunikan. Kode yang dikenal oleh komunikator dan komunikan itu akhirnya menjadi suatu konteks yang menghasilkan komunikasi yang efektif. Komunikasi menjadi efektif ketika tanda-tanda dipahami dengan baik (common) berdasarkan pengalaman pengirim maupun penerima. Sebuah pengalaman, yang disebut juga perceptual field, adalah jumlah total berbagai pengalaman yang dimiliki seorang selama hidupnya. Semakin besar kesesuaian (commonality) dengan perceptual field si penerima pesan, semakin besar tanda-tanda dapat diartikan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh pihak pengirim. (Shimp, 1999 : 166)


(29)

Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang memberi makna pada lambang tersebut. Makna sebenarnya ada dalam kepala kita bukan terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempuyai makna, yang ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna (yang telah disepakati bersama) terhadap kata-kata itu. Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada hubungan yang dialami antara lambang dengan referent (objek yang dirujuknya).

Dalam hal ini penekanan yang ada pada sistem tanda dan lambang lebih pada pemaknaan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut dapat mendorong komunikannya untuk memaknai pesan yang disampaikan. Semakin banyak tanda yang sama digunakan, maka pemaknaan terhadap sesuatu hal itupun akan menjadi relatif sama.

Secara estimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dan dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979 : 16). Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa dan seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1979 : 6).

Semiologi atau semiotika adalah “ilmu umum tentang tanda” (Pierce, 1931 : 35 ). Semiologi berusaha menggali hakekat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada


(30)

makna tambahan (konotatif) dan arti penunjukkan (denotatif) – kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda.

Beberapa pakar memiliki pandangan yang bermacam-macam tentang makna semiotik, seperti :

1. Van Zoest (1996: 5) mengartikan semiotik “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya oleh mereka yang mempergunakannya”.

2. Preminger (2001 : 89) mengartikan semiotik sebagai ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda.

3. Saussure (Budiman, 1999 : 107) mengartikan semiotik sebagai sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat.

4. Dick Hartoko (1984) memberi semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang.

Semiologi juga mencakup strukturalisme. Secara umum, strukturalisme merupakan sebuah paham filsafat yang memandang dunia sebagai realitas berstruktur. Strukturalisme merupakan suatu perkembangan ilmu bahasa yang berasal dari DeSaussure (1915) dan mengkombinasikan beberapa prinsip antropologi struktural dengan ilmu bahasa. Strukturalisme berbeda dengan ilmu bahasa dalam dua hal; strukturalisme tidak hanya menaruh perhatian pada bahasa


(31)

verbal tapi juga pada setiap sistem tanda yang mengandung sifat seperti bahasa, strukturalisme kurang mengarahkan perhatian pada sistem tanda itu sendiri dan lebih memusatkan perhatian pada upaya pemilik teks dan artinya dalam hubungannya dengan kebudayaan “tuan rumah”. Ia menekankan perhatian pada penjelasan kebudayaan dan juga arti dari sudut ilmu bahasa, dan ia merupakan suatu aktifitas untuk mana pengetahuan tentang sistem tanda merupakan hal yang instrumental tetapi tidak memadai.

Pendekatan semiotik memiliki tiga bidang studi utama, yaitu : 1. Tanda itu sendiri (the sign itself)

erdiri dari studi tentang beragam perbedaan dari tanda, perbedaan cara tersebut dimaknai dari berbagai cara tanda tersebut berhubungan dengan penggunaannya. Tanda merupakan hasil buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang yang menggunakannya.

2. Kode-kode atau sistem-sistem dimana tanda-tanda tersebut diorganisir. Studi ini meliputi cara-cara dari beragam kode-kode yang telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya ataupun penggunaan dari saluran komunikasi yang dipakai untuk transmisinya.

3. Budaya dimana kode-kode dan tanda-tanda digunakan dalam hal ini tergantung pada penggunaan kode dan tanda bagi eksistensi dan bentuknya sendiri. (Fiske, 1990 : 40)


(32)

Semiotik modern mempunyai dua Bapak : yang satu adalah Charles Sanders Pierce (1834 – 1914), yang lain Ferdinand De Saussure (1857 – 1913). Mereka tidak saling mengenal (Zoest, 1996 : 1). Kenyataan bahwa mereka tidak saling mengenal, menurut Zoest, menyebabkan adanya perbedaan – perbedaan yang penting , terutama dalam penerapan konsep – konsep, antara hasil karya para ahli semiotik yang berkiblat pada Pierce disatu pihak dan hasil pengikut karya De Saussure dipihak yang lain. Ketidak samaan itu, mungkin disebabkan oleh dua hal yang mendasar : Pierce adalah seorang ahli Filsafat dan logika, sedangkan De Saussure adalah cikal bakal linguistik umum. Pierce menjelaskan modelnya sebagai berikut :

“ A sign is something which stand to somebody for somethingin same respect of capacity” sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat didalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretant” (Pateda, 2001: 44)

Pierce menjelaskan tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi Qualisign (kualitas yang ada pada tanda), Sinsign (eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda), Legisign (Norma yang dikandung oleh tanda).

Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representament) dibagi atas rheme ( tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan), dicent sign (tanda sesuai kenyataan) dan argumen (tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu).


(33)

Gambar 1. Model Semiotik Pierce

Sign

Objek Interpretant

(Fiske, 1990 : 42)

Garis – garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungannya antara satu elemen dengan elemen yang lain. Tanda merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri yaitu obyek yang dipahami oleh interpretant.

Istilah tanda (sign) yang merupakan representasi dari sesuatu diluar tanda itu sendiri yang disebut object, dimana berdasarkan object Pierce membagi tanda atas icon, index, dan symbol.

Icon : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan obyeknya.

Index : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya

Symbol : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan didalam masyarakat.


(34)

Gambar 2. Model Kategori Tanda

Icon

Symbol Index

(Fiske, 1990 : 47)

Dengan mengacu pada model Pierce, makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi diproduksi dalam hubungan antara teks dengan pengguna tanda. Hal ini merupakan suatu tindakan dinamis, kedua elemen (teks dan pengguna tanda) saling memberikan sesuatu yang sejajar. Bila suatu teks dan pengguna tanda berasal dari budaya yang relatif sama, interaksi keduanya akan lebih mudah terjadi, konotasi (pengertian tambahan) dan mitos (cara pencapaian suatu pengertian) dalam teks elah menjadi referensi pengguna tanda yang bersangkutan. (Fiske 1990 143)

Penelitian ini mengutamakan pemaknaan situasi dan kondisi yang bertema “Kemewahan anggota DPR” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda-tanda (gambar, kata-kata, dan lainnya) dalam format sebuah kartun editorial.


(35)

Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu peristiwa dalam masyarakat diapndang, dituangkan dan dinilai. Sebab itulah diperlukan adanya kartun editorial tersebut, dengan situasi dan kondisi yang berkembangdalam masyarakat. Hal itulah yang kemudian dijadikan alas an penggunaan model semiotic Pierce, karena Pierce dalam hal ini memperhatikan realita makna. Dengan demikian penelitian ini termasuk pada bidang studi semiotic budaya tempat kode-kode dan tanda-tanda digunakan

2.1.5 Rumah Aspirasi

Sebagai negara berkembang, politik yang terjadi di Indonesia masih dalam tahap pendewasaan. Sehingga masih banyak terlihat kekurangan dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Demikian juga dengan sikap para elite politik Indonesia yang masih tergolong haus akan kekuasaan. Oleh karena itu banyak kita temui kecurangan dalam pelaksanaan politik di Indonesia. Baik dari sikap para pejabat tinggi negara maupun para elite politik tersebut. Belum sepenuhnya menjalankan tugas dan kewajiban untuk mensejahterakan rakyat.

Kenyataan yang terjadi sekarang elite politik tersebut dalam hal ini anggota dewan cenderung mementingkan kepentingan sendiri Sebagaimana yang tengah menjadi permasalahan yaitu pembangunan rumah aspirasi. Rumah yang berarti sebuah bentuk bangunan yang dijadikan tempat tinggal dalam waktu tertentu. Sedangkan aspirasi berarti gagasan atau pendapat. Rumah aspirasi berdasarkan permasalahan ini berarti rumah yang dipergunakan sebagai tempat untuk menyampaikan gagasan atau pendapat dari masyarakat kepada wakil rakyat di


(36)

daerah untuk bisa langsung disampaikan kepada wakil rakyat yang berada di pusat.

Setelah beberapa waktu lalu DPR sempat dihebohkan dengan dana aspirasi, kali ini rumah wakil rakyat sedang memikirkan untuk membangun rumah aspirasi. Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga Pius Lustrilanang menyatakan rumah aspirasi ini untuk meningkatkan keterpaparan masyarakat di daerah bisa menyampaikan langsung aspirasi ke wakil rakyatnya. Ditemui Tempo di kantornya, akhir pekan lalu, Pius menyatakan rumah aspirasi ini akan menjadi sekretariat anggota dewan saat melaksanakan kunjungan kerja ke daerah pemilihan dan dan menyambung aspirasi secara langsung dari daerah untuk diperjuangkan di pusat. "Dengan begitu rakyat di daerah bisa menyampaikan aspirasi tanpa harus ke pusat atau harus ke Jakarta. Kata Pius. Rumah aspirasi akan berbentuk gedung permanen seperti kantor, tetapi bukan membangun rumah baru. Rencananya akan disediakan budget sekitar RP 200 juta per anggota per tahun untuk sewa kantor, menggaji staf dan operasional rumah aspirasi selama setahun. Artinya, untuk membangun 560 rumah aspirasi butuh anggaran sekitar Rp 112 miliar. "Budget disediakan dari anggaran BURT terkait pembangunan sarana yang jumlahnya sekitar Rp 3,3 triliun itu. Walau pemerintah baru menyetujui sekitar Rp 2,7 triliun," kata Pius. Pius menambahkan rumah aspirasi ini tidak bisa dibagi untuk sesama wakil rakyat di daerah pilihan berdekatan. Apalagi jika anggota dewannya berasal dari partai yang berbeda. “Tidak mungkin anggota DPR dalam suatu dapil mengelola kantor kesekretariatan bersama. Untuk menentukan lokasi tempat saja


(37)

akan sulit karena basis konstituennya berbeda. Nanti malah ribut soal kantor di mana, stafnya siapa, melayani siapa,” katanya. Tetapi, lanjut Pius, tidak dimungkinkan jika terus-menerus hanya mengandalkan penyampaian aspirasi melalui Dewan Pimpinan Cabang di daerah. "Wakil rakyat itu harus bisa mewakili seluruh rakyat dari segala golongan. Tidak hanya rakyat yang condong ke partai tempatnya saja," kata Pius.

(http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/08/01/brk,20100801-267950,id.html

2.1.6 Siput ( Rumah Siput)

Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk anggota kelas moluska Gastropoda. Dalam arti sempit, istilah ini diberikan bagi mereka yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Dalam arti luas, yang juga menjadi makna "Gastropoda", mencakup siput dan siput bugil (siput tanpa cangkang, dalam bahasa Jawa dikenal sebagai resrespo). Kelas Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya setelah Insecta (serangga). Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siput pun sangat bervariasi di antara anggota-anggotanya.

Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda: dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau.


(38)

Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput kebun (Helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air tawar (Limnaea sp.). Siput mempunyai ciri khas sangat lambat dalam bergerak atau berjalan dan mempunyai cangkang yang bermacam-macam bentuk dan corak warnanya. ( Kamus Wikipedia)

2.1.7 Wakil Rakyat (Dewan Perwakilan Rakyat)

Dewan Perwakilan Rakyat (disingkat DPR) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum, yang dipilih berdasarkan hasil Pemilihan Umum. Anggota DPR periode 2009–2014 berjumlah 560 orang. Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP ini (29 agustus 1945) dijadikan sebagai hari lahir DPR RI.

(http://www.parlemen.net/ind/dpr_sejarah.php)


(39)

Prinsip ekonomi adalah dasar berpikir yang digunakan manusia untuk melakukan tindakan ekonomi. Yaitu dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya. (Deliarnov, 2006:21). Bila dikaitkan dengan permasalahan penelitian ini, maka bisa dikatakan bahwa anggota dewan akan mencoba untuk mengembalikan uang yang dikeluarkannya selama kampanye dan proses pemilihan umum berlangsung. Seperti pada politik uang dimana digunakan untuk membeli suara rakyat pada saat pemilihan dan sesudah berhasil menjadi anggota dewan maka keuntungan pribadi yang menjadi prioritas.

Berdasarkan kutipan dari tempo interaktif.com “Dia mengingatkan bahwa pembiayaan rumah aspirasi dari uang negara membuatnya tumpang tindih. Sebab, kata Karel, selama ini anggota DPR mendapatkan biaya komunikasi yang dikeluarkan saat reses, kunjungan daerah, dan semacamnya, yang nilainya sekitar Rp 500 juta per anggota dewan. Sikap anggota Dewan yang meminta anggaran tambahan untuk menjaring aspirasi masyarakat, kata Karel, patut dicurigai sebagai bagian dari usaha balik modal. Ia menyebutnya dengan rumus 212. "Dua tahun usaha balik modal, 1 tahun kerja serius, 2 tahun cari modal untuk pemilu," kata Karel. ((http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/08/09/brk,20100809-269881,id.html)

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memahami suatu peristiwa objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda pada setiap individu. Begitu juga penelitian


(40)

dalam memahami tanda dan lambang dalam objek, yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

Pada penelitian ini akan menganalisa permasalahan tentang kontroversi rumah aspirasi yang dicanangkan oleh DPR-RI untuk Anggota DPRD yang berada didaerah. Banyak dari semua kalangan dan masyarakat yang tidak setuju dengan rencana para wakil rakyat tersebut. Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada karikatur harian Jawa Pos versi Rumah Aspirasi edisi 5 Agustus 2010, maka peneliti melakukan pemaknaan terhadap lambang dengan menggunakan metode semiotic Pierce, sehingga akhirnya diperoleh hasil dan interpretasi data mengenai objek tersebut. Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema Kemewahan yang didapat oleh anggota dewan sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda-tanda (gambar, kata-kata, dan lainnya) dalam format sebuah karikatur. Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu peristiwa dalam pemerintahan yang dipandang, dituangkan, dan dinilai oleh masyarakat.

Pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan semiotika. Kerangka berpikir memuat teori yang akan digunakan dalam penelitian. Kerangka berpikir tersebut menjelaskan hubungan antar variabel. Menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan semiotic dari Charles Sanders Pierce untuk membedah gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi menjadi


(41)

beberapa unsur yaitu mana yang akan menjadi ikon, indeks, dan simbol serta hubungannya. Hubungan ini dimaksudkan untuk mencoba menjelaskan dari awal penelitian. Mulai dari bahan atau objek penelitian yang akan diteliti, konsep atau teori apa saja yang digunakan serta metode penelitian seperti apakah yang akan diterapkan. Yang terakhir adalah hasil interpretasi peneliti dari objek penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis pesan komunikasi yang disampaikan dalam gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi dengan pendekatan semiotik pierce. Berdasarkan tanda verbal dan tanda visual maka bisa dicermati pesan dalam proses analisis melalui petanda dan penandaan, tanpa disadari pembaca sebenarnya dapat mengerti maksud dari gambar karikatur tersebut. Maka, pendekatan semiotik pierce digunakan membedah gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi sehingga didapat maksud yang menyeluruh dari tampilan gambar karikatur dan mempunyai kerangka befikir yang sama dalam gambar karikatur tersebut


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotik Pierce. Untuk memaknai suatu karikatur pada media cetak yaitu surat kabar yang akan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah kemewahan anggota dewan yang terdapat pada Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010.

Pendekatan semiotik merupakan bagian dari Sign and Meaning Theory, yaitu teori yang mempelajari tanda-tanda beserta maknanya. Penggunaan pendekatan semiotik ini didasarkan pada pernyataan Pierce :

“Tanda-tanda memungkinkan kita berfikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Kita mempunyai kemungkinan yang luas dalam keanekaragaman tanda diantaranya tanda-tanda linguistik merupakan kategori yang penting tetapi bukan satu-satunya kategori” (Zoest, 1996 : 1-2).

Oleh karena itu peneliti yang melakukan studi analisis kualitatif harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, konteks atau situasi social diseputar dokumen atau teks yang diteliti. Disini peneliti diharapkan memahami kealamiahan dan makna cultural dari teks yang diteliti. Kedua, proses atau


(43)

bagaimana suatu produksi media tau isi pesannya dikreasi secara actual dan diorganisasikan secara bersama. Ketiga, pembentukan secara bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi. Penelitian ini menggunakan model semiotic pierce, karena pierce dalam hal ini lebih memperhatikan realita makna. Dengan demikian penelitian ini termasuk pada bidang studi semiotic budaya tempat kode-kode dan tanda-tanda digunakan.

3.2. Kerangka Konseptual 3.2.1. Corpus

Corpus adalah kata lain dari sampel dan khusus digunakan untuk analisis semiotik dan analisis wacana. Corpus merupakan sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisa dengan semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin. (Kurniawan, 2001:7). Pada penelitian ini memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi alternatif. Corpus dari penelitian ini adalah karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi edisi 5 Agustus 2010 di Jawa Pos.

Terdapat gambar sebuah siput dalam karikatur tersebut. Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk anggota kelas moluska Gastropoda. Dalam arti sempit, istilah ini diberikan bagi mereka yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Dalam arti luas, yang juga menjadi makna "Gastropoda", mencakup siput dan siput bugil (siput tanpa cangkang, dalam bahasa Jawa dikenal sebagai resrespo). Kelas Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya setelah Insecta (serangga).


(44)

Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siput pun sangat bervariasi di antara anggota-anggotanya.

Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda: dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput kebun (Helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air tawar (Limnaea sp.) (Kamus Wikipedia)

Penggambaran tokoh seseorang yang sedang memegang siput merupakan perwakilan dari redaksi surat kabar Jawa Pos. Terdapat seorang laki-laki yang mengenakan baju yang disisingkan lengannya. Memakai topi dan terkesan berpenampilan santai merupakan perwakilan dari kondisi masyarakat kita. Berasal dari kehidupan masyarakat dengan kondisi yang sederhana.

Rumah Aspirasi merupakan rumah yang digunakan untuk menjembatani antara anggota dewan di daerah dengan anggota dewan di pusat. Sehingga aspirasi yang diterima didaerah bisa disampaikan dengan baik ke pusat. Rumah aspirasi adalah rumah rakyat untuk bisa langsung menyampaikan aspirasinya sehingga harus ada kepastian masing-masing anggota datang kerumah tersebut hanya saat reses atau setiap minggu. (http://klikp21.com/politiknews/10669-ppp-rumah-aspirasi-dpr-pemborosan)


(45)

3.2.2. Unit Analisis

Unit analisis dari penelitian ini adalah tanda yang ada dalam karikatur yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat dalam karikatur yang dimuat di Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010. Kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan ikon (icon), indeks (index), dan symbol (symbol) sesuai dengan teori semiotik Pierce.

3.2.2.1. Ikon

Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam karikatur yang dimuat di Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 adalah cangkang dari siput. Siput yang terdapat dalam gambar sedang marah, terlihat dari ekspresi mata yang melirik tajam, dan sipit serta mulut yang cemberut. Ada garis-garis hitam kecil diatasnya. Garis hitam tersebut menegaskan bahwa cangkang tersebut yang digambarkan kemiripan dengan rumah aspirasi.

3.2.2.2. Indeks

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dapat disebut juga sebagai tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya hubungan cirri acuan yang sifatnya tetap. Kata-kata yang memiliki hubungan indeksikal masing-masing memiliki


(46)

cirri utama secara individual. Ciri tersebut antara satu dengan yang lain berbeda dan tidak dapat saling menggantikan. (Sobur, 2006:159). Indeks dalam karikatur yang dimuat di Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 adalah teks sesuai dengan kinerjanya selama ini, inilah rumah aspirasi yang paling tepat untuk wakil rakyat kita!!. Pada kata Rumah Aspirasi diberikan penebalan huruf sehingga menegaskan inti dari permasalahan yang terjadi yaitu tentang rumah aspirasi.

Pada gambar karikatur tersebut ada warna abu-abu yang menjadi latar belakang. Warna abu-abu melambangkan kesedihan, bosan, ketinggalan jaman, meluruh, debu, pulusi, emosi, kuat, ketua rentaan, kebodohan, perkabungan, keanggunan, kesederhanaan, respek, rasa hormat, kestabilan, ketajaman, kebijakan, kebosanan, keseimbangan, kenetralan,.

(http://www.nahninu.com/Articles/Blog/263/Warna-dan-Maknanya.html). Warna abu-abu disini digunakan untuk menunjukkan bahwa kesedihan masyarakat atas permasalahan tentang rumah aspirasi.

3.2.2.3. Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda kemewahan dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat abitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Simbol dalam karikatur yang dimuat di Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 adalah seseorang yang memegang siput serta kotak yang terdapat teks didalamnya.

Gambar seorang laki-laki yang mengenakan baju lengan panjang, lengannya disingsingkan. Memakai topi serta celana hitam. Terkesan santai


(47)

karena baju yang dikenakan merupakan kaos berkerah. Membuka lebar mulutnya dan seperti sedang tertawa yang berarti menunjukkan kesan mengejek, memberikan gurauan. Membuka mata lebar sambil melirik santai yang menunjukkan ingin memberitahukan sesuatu serta tertawa. Tangan kiri yang memegang pinggang yang menunjukkan rasa kesal.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan mengamati karikatur yang dimuat di Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 secara langsung serta melakukan studi pustaka untuk melengkapi data-data dan bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi.

3.4. Metode Analisis Data

Analisis semiotika pada corpus penelitian pada karikatur “Clekit versi Rumah Aspirasi” setelah melalui tahapan pengkodean maka selanjutnya peneliti akan menginterpretasikan tanda-tanda tersebut untuk diketahui pemaknaannya.

Terkait dalam penelitian ini, untuk mengetahui isi pesan dalam karikatur clekit, peneliti mengamati signs atau system tanda yang tampak dalam karikatur. Kemudian memaknai dan menginterpretasikannya dengan menggunakan metode semiotic Pierce, yang terdiri dari :

1. Objek

Adalah gambar atau karikatur itu sendiri. Objek dalam penelitian ini adalah Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi edisi 5 Agustus 2010 di Jawa Pos.


(48)

2. Sign

Adalah segala sesuatu yang ada dalam gambar karikatur tersebut. Sign dalam penelitian ini adalah teks sesuai dengan kinerjanya selama ini, inilah rumah aspirasi yang paling tepat untuk wakil rakyat kita

3. Interpretant

Adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretant dalam penelitian ini adalah interpretasi dari peneliti.

Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks) dan symbol(simbol). Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Ikon (icon)

Adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam karikatur yang dimuat di Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 adalah cangkang dari siput yang sedang melirik tajam dan menyipitkan mata serta mulut yang cemberut.

2. Indeks (Index)

Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dalam karikatur yang dimuat di Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 adalah teks sesuai dengan kinerjanya selama ini, inilah rumah aspirasi yang paling tepat untuk wakil rakyat kita.


(49)

3. Simbol (Symbol)

Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat abitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Simbol dalam karikatur yang dimuat di Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 adalah kotak yang terdapat teks didalamnya serta seseorang yang memegang siput. Seseorang tersebut membuka mata lebar sambil melirik santai, membuka mulut lebar dan tangan kiri yang memegang pinggang.


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Harian Jawa Pos

Jawa Pos sendiri merupakan surat kabar harian yang berpusat di Surabaya dan terbesar di Jawa Timur. Ia termasuk salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Sirkulasinya menyebar di seluruh Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Ia mengklaim sebagai "Harian Nasional yang Terbit dari Surabaya".Terkait sejarah, Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu, The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari ia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri.

Begitu sukses , The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Meski kemudian, bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun.Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa


(51)

tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London.

Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Koran ini. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada tahun 2000. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Koran yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar.

Lima tahun kemudian terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.Pada tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung yang baru berlantai 21, Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Tahun 2002 dibangun Graha Pena di Jakarta. Dan, saat ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampir semua wilayah di Indonesia. Tahun 2002, Jawa Pos Group membangun pabrik kertas koran yang kedua dengan kapasitas dua kali lebih besar dari pabrik yang pertama. Kini pabrik itu, PT Adiprima Sura Perinta, mampu memproduksi kertas koran 450 ton/hari. Lokasi pabrik ini di Kabupaten Gresik.


(52)

Setelah sukses mengembangkan media cetak di seluruh Indonesia, pada tahun 2002 Jawa Pos Grup mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam, Riau TV di Pekanbaru, FMTV di Makassar, PTV di Palembang, Padjadjaran TV di Bandung.Memasuki tahun 2003, Jawa Pos Group merambah bisnis baru : Independent Power Plant. Proyek pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas. Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan daerah setempat. Hingga pada tahun 2008, mereka menambah stasiun televisi baru, yaitu Mahkamah Konstitusi Televisi (MKtv) yang berkantor di Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta

4.2 Penyajian Data

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi pada harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 disajikan hasil pengamatan terhadap gambar karikatur tersebut. Dalam tampilan gambar karikatur tersebut terdapat pesan verbal. Pesan verbalnya adalah adanya sebuah cangkang dari seekor siput yang berada di tangan seseorang dan seseorang tersebut seolah-olah sedang menyindir siput tersebut. Aktivitas dari siput dan seseorang tersebut terjadi di depan latar belakang warna abu-abu yang mencerminkan rasa kesedihan dan kekecewaan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi pada harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010


(53)

akan disajikan hasil dari pengamatan dari gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi pada harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010.

Interpretasi yang dilakukan terhadap gambar karikatur clekit versi rumah Aspirasi pada harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 akan menampakkan makna yang terssirat didalamnya. Gambar ini merupakan suatu bentuk sistem tanda yang merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri. Pada pendekatan semiotic Charles Sanders Pierce terdapat tiga unsur yaitu ikon, indeks, simbol. Oleh karena itu peneliti akan menginterpretasikan makna pesan berdasarkan unsur-unsur tersebut.

Dalam gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi, yang menjadi Ikonnya adalah cangkang dari seekor siput. Indeks dari gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi adalah teks sesuai dengan kinerjanya selama ini, inilah rumah aspirasi yang paling tepat untuk wakil rakyat kita, warna abu-abu yang menjadi latar belakang gambar. Dan Simbol dari gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi ini yaitu kotak yang terdapat teks didalamnya dan seseorang yang memegang siput.

Pemaknaan gambar yang dilakukan terhadap gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi pada koran Jawa Pos terlihat makna yang tersirat didalam gambar karikatur tersebut. Gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi merupakan suatu bentuk sistem yang merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri dimana hal tersebut tersirat di dalam gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi yang terdapat dalam koran Jawa Pos. Gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi dalam koran Jawa Pos tersebut digunakan oleh peneliti untuk menginterpretasikan sistem tanda dalam penelitian ini.


(54)

4.3 Analisis Data

4.3.1 Klasifikasi Tanda dalam Semiotika Pierce

Semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan merasuk pada semua segi kehidupan umat manusia. Charles Sanders Pierce yang merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa manusia hanya dapat berpikir dengan sarana tanda, manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda yang dimaksud dapat berupa tanda visual yang bersifat non verbal maupun yang bersifat verbal.

Semiotika adalah ilmu tanda, istilah ini berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana-mana: “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda. Dalam kehidupan sehari-hari kita tanpa sadar telah mempraktekkan semiotika atau semiologi dalam komunikasi. Misalkan saja ketika kita melihat lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah maka otomatis kita menghentikan kendaraan kita, dan kita memaknai lampu hijau artinya boleh berjalan. Atau pada rambu-rambu lalu lintas tanda”P” dicoret maka kita tahu bahwa kita tidak boleh memarkirkan kendaraan di lokasi tersebut. Ketika kita memaknai tanda “P” dicoret tersebut, kita telah berkomunikasi, kita telah melakukan proses pemaknaan terhadap tanda (sign) tersebut.


(55)

Charles Sanders Pierce sebagai tokoh terkemuka dalam dunia semiotika dengan teori tandanya membagi tanda menjadi sepuluh (10) jenis, selengkapnya sebagai berikut:

1. Qualisign, yaitu kualitas kedalaman makna yang dimiliki tanda. Sebagai contoh kata keras dapat menunjukkan kualitas tanda. Gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi dalam surat kabar Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 yaitu “wakil rakyat kita hanya bisa menhamburkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi”. 2. Iconic Sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Gambar karikatur

clekit versi Rumah Aspirasi dalam surat kabar Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 yaitu kata “rumah aspirasi” dengan siput. Adanya macam-macam iconic sinsign yang terdapat pada gambar karikatur tersebut memiliki kemiripan dengan rumah aspirasi yang diibaratkan sebagai cangkang dari seekor siput karena siput menggunakan cangkangnya sebagai rumahnya.

3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan sesuatu. Misalnya, gambar seekor siput dengan cangkangnya yang sebenarnya hanya seekor hewan kecil dan sangat lambat bila berjalan digunakan sebagai lambang untuk mereplikasikan rumah aspirasi yang diusulkan oleh DPR berdasarkan kinerjanya selama ini.

4. Discent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Misalnya, teks “sesuai dengan kinerjanya selama ini, inilah Rumah Aspirasi yang paling tepat untuk wakil rakyat kita”.


(56)

5. Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hokum. Misalnya, Rumah Aspirasi yang ketika itu diusulkan menghadapi pertentangan dari berbagai kalangan masyarakat.

6. Rhematic Indexica Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada obyek tertentu. Misalnya, seekor siput.

7. Dicent Indexica Legisign, tanda yang bermakna informasi dan menunjuk subjek informasi. Misalnya, teks “Rumah Aspirasi” yang ditunjukkan dengan cangkang dari seekor siput.

8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan obyeknya melalui asosiasi ide umum yaitu semua gambar yang terdapat pada gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi dalam surat kabar Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010.

9. Dicent Symbol atau Proposion (proporsi) adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan obyek melalui asosiasi dalam otak. Pada karikatur tersebut ditunjukkan oleh gambar seekor siput dengan cangkangnya dimana dihubungkan dengan kata “Rumah Aspirasi”.

10. Argument, yakni tanda yang merupakan inferens seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Misalnya, seseorang yang memegang siput yang menyatakan sesuai dengan kinerjanya selama ini, rumah aspirasi yang paling tepat adalah rumah siput atau cangkang dari siput tersebut.


(57)

4.3.2 Gambar Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi pada Harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 dalam Model Pierce

Menurut Pierce, sebuah tanda itu adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Suatu tanda, atau representamen, adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu (yang lain) dalam kaitan atau kapasitas tertentu. Tanda mengarah kepada seseorang, yakni menciptakan dalam pikiran orang itu suatu tanda lain yang setara, atau bisa juga suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang tercipta itu bisa disebut interpretan dari tanda yang pertama. Suatu tanda (yang pertama) mewakili sesuatu, yaitu obyeknya.

Agar mempermudah pemahaman mengenai konsep tanda yang dikemukakan oleh pierce tersebut maka dibentuklah konsep segitiga tanda sebagaimana tertera pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.1

Konsep Segitiga Tanda Pierce Interpretan


(58)

Apabila gambar tersebut lebih dicermati pada dasarnya terdapat tiga komponen dalam dalam definisi tanda Pierce, yaitu representamen (sign),

interpretan, dan objek. Karena itu, definisi tanda Pierce disebut triadik (bersisi tiga). Sesuatu dapat disebut repressentamen jika memenuhi dua syarat yakni bisa dipersepsikan baik dengan panca indera maupun dengan pikiran atau perasaan dan dapat berfungsi sebagai tanda.

Untuk menguraikan makna dari gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi pada Harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 ini akan menjadi korpus penelitian terlebih dahulu akan dibagi menjadi tiga (3) komponen yaitu:

1. Tanda (Sign), dalam gambar karikatur ini adalah setiap bentuk pemaknaan yang dapat ditimbulkan oleh gambar karikatur tersebut baik itu makna yang bersifat konotatif maupun yang bersifat denotatif.

2. Obyek (Object), dalam penelitian ini adalah keseluruhan badan gambar karikatur, mulai dari jenis gambar karikatur, bentuk gambar dan bentuk dari penyajian gambar karikatur tersebut.

3. Interpretan (Interpretant), sebagai interpretan, peneliti akan menganalisa gambar karikatur yang akan dijadikan corpus, yaitu gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi secara keseluruhan dengan menggunakan hubungan tanda dengan acuan tanda dalam model kategori tanda yang dimiliki Pierce, yaitu ikon, indeks, simbol. Sehingga akan diperoleh makna dalam gambar karikatur tersebut.


(59)

Apabila digambarkan hubungan tanda, obyek dan interpretan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2

Gambar Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi dalam Elemen Makna Pierce

Gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi pada Harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 merupakan obyek dalam penelitian ini dan keseluruhan dari tampilan karikatur yang berupa gambar, teks, dan warna yang menjadi latar belakang maupun visual dari gambar karikatur tersebut merupakan tanda-tanda yang terkandung dalam suatu gambar. Gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi ini akan direpresentasikan dengan menggunakan model semiotik Pierce. Dalam semiotik Pierce sebuah acuan dan representasi adalah fungsi utamanya.


(60)

4.3.3 Ikon, Indeks dan Simbol (Tipologi Tanda)

Tanda mengacu pada sesuatu diluar dirinya sendiri dan ini dipahami oleh seseorang serta memiliki efek di benak penggunanya. Setiap orang harus menyadari bahwa interpretan bukanlah pengguna tanda, namun Pierce menyebutnya dimana-mana efek pertandaan yang tepat, yaitu konsep mental yang dihasilkan baik oleh tanda maupun pengalaman pengguna terhadap obyek.

Untuk menjabarkan konsep relasi makna (tanda, interpretan, objek), Charles Sanders Pierce memiliki cara supaya memudahkan mengoperasionalkan konsep makna tersebut, Pierce memberikan pembagian tanda dalam tiga bagian yaitu ikon, indeks dan simbol yang disebut tipologi tanda. Ikon adalah tanda yang dicirikan oleh persamaannya (resembles) dengan objek yang digambarkan. Tanda visual seperti fotografi adalah ikon, karena tanda yang ditampilkan mengacu pada persamaannya dengan objek. Sebuah foto mobil Toyota Fortuner adalah ikon dari objek yang bernama mobil Toyota Fortuner, karena foto mobil tersebut berusaha menyamakan dengan objek yang diacunya. Karena bentuknya yang sama atau mirip dengan objek, ikon dapat diamati dengan cara melihatnya.

Indeks, adalah hubungan langsung antara sebuah tanda dan objek yang kedua-duanya dihubungkan. Indeks, merupakan tanda yang hubungan eksistensinya langsung dengan objeknya. Runtuhnya rumah-rumah adalah indeks dari gempa. Terendamnya bangunan adalah indeks dari banjir. Sebuah indeks dapat dikenali bukan hanya dengan melihat seperti halnya dalam ikon, tetapi perlu dipikirkan hubungan antara dua objek tersebut.


(61)

Simbol, adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan. Makna dari suatu simbol ditentukan oleh suatu persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran. Lampu lalu lintas adalah simbol, warna merah berarti berhenti, hijau berarti jalan. Palang Merah adalah simbol yang maknanya diterima sebagai suatu kebenaran melalui konvensi atau aturan dalam kebudayaan yang telah disepakati. Kategori-kategori tersebut tidaklah terpisah dan berbeda. Satu tanda bisa saja kumpulan dari berbagai tipe tanda. Jadi titik tekan semiotika Pierce pada semiotika visual. Berbeda dengan Sausure yang menitikberatkan pada semiotika linguistik.

Berdasarkan gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi tersebut maka konsep tripologi tanda akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam karikatur yang dimuat di Surat Kabar Jawa Pos adalah siput dengan cangkangnya.

2. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dalam karikatur yang dimuat di surat kabar Jawa Pos teks sesuai dengan kinerjanya selama ini, inilah rumah aspirasi yang paling tepat untuk wakil rakyat kita, warna abu-abu yang melatar belakangi gambar karikatur tersebut.


(62)

3. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat abitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Simbol dalam karikatur yang dimuat di surat kabar Jawa Pos ini adalah seseorang yang memegang siput, serta kotak yang didalamya terdapat teks.

Gambar 4.3

Gambar Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi Dalam Kategori Tanda Pierce

Ikon Cangkang dari siput

Indeks Teks sesuai dengan

kinerjanya selama ini, inilah rumah aspirasi yang paling

tepat untuk wakil rakyat kita. Warna

abu-abu yang menjadi latar belakang gambar

Simbol Seseorang yang memegang siput, kotak yang terdapat

teks didalamnya

Dalam menganalisa hubungan antara tanda dan acuannya berdasarkan studi semiotik Pierce, yaitu ikon (Icon), Indeks (Index), dan Simbol (Symbol), maka peneliti akan menginterpretasikan segala bentuk pemaknaan yang terdapat dalam


(63)

gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi pada Harian Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010, baik berupa makna denotative dan makna konotatif

1. Ikon

Adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Gambar sebuah cangkang dari seekor siput yang terdapat dalam karikatur clekit tersebut digunakan untuk bentuk penggambaran rumah aspirasi yang ketika itu diusulkan wakil rakyat kita (DPR) untuk wakil rakyat kita di daerah.

Ikon pada gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi di harian Jawa Pos adalah sebuah cangkang dari seekor hewan siput. Cangkang yang terkandung dalam gambar karikatur adalah rumah aspirasi yang diusulkan oleh DPR pusat untuk para anggota DPRD di daerah. Digambarkan seekor siput dengan cangkangnya sehingga diibaratkan sebagai rumah aspirasi yang paling tepat untuk wakil rakyat kita. Siput juga digunakan karena hewan ini tergolong hewan yang sangat lambat dalam berjalan sehingga digunakan untuk menyindir para wakil rakyat yang selama ini sangat lambat dalam kinerjanya tetapi apabila sudah berhubungan dengan dana ataupun anggaran yang berkaitan dengan fasilitasnya langsung bersemangat. Tetapi apabila berhubungan dengan rakyat seakan-akan tidak memperdulikannya, hanya janji yang digemborkan pada saat kampanye pemilihan. Kampanye itu pun tidak terlepas dari tindak politik uang, membeli suara rakyat pada saat pemilihan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa seorang calon anggota dewan harus mempunyai dana yang banyak.


(1)

tidak setuju dengan usulan wakil rakyat untuk pembangunan rumah aspirasi ditengah sorotan tajam semua kalangan terhadap kinerja para anggota DPR maupun DPRD tersebut. Itu sebabnya usulan tersebut mendapat reaksi keras dari banyak kalangan masyarakat.

Sebenarnya bukan kali ini saja DPR membuat masyarakat geram dengan usulan rumah aspirasi tersebut. Sebelumnya DPR juga menuai kontroversi dengan usulan pembanguna gedung baru yang biayanya mencapai triliunan serta dana aspirasi yang dibagi-bagikan. Belum kunjungan kerja ke luar daerah maupun luar negeri sekalipun para anggota DPR maupun DPRD yang menghabiskan banyak uang rakyat. Anggota DPR RI berencana melakukan studi banding ke beberapa negara terkait RUU Kepramukaan dan RUU Holtikultura. Studi banding ini dianggap hanya alasan bagi para anggota dewan untuk bisa berjalan-jalan ke luar negeri. Pola seperti ini berjalan tiap tahun dan memang seperti kebiasaan bagi-bagi jatah jalan-jalan keluar negeri untuk para dewan," ujar Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti. Menurut Ray, studi banding yang dilakukan oleh para anggota dewan selama ini tidak memberi kontribusi nyata.

Hal tersebut terjadi karena tidak ada laporan yang jelas bagi anggota dewan yang sudah melakukan beberapa kali studi banding ke daerah-daerah atau luar negeri. Pola kerja, laporan tidak masuk, atau bobot laporan studi banding itu semua kacau. Studi banding itu cuma jalan-jalan ke luar negeri untuk menghabiskan uang negara," tambahnya.Menurut Ray, dalam satu tahun seorang anggota DPR bisa melakukan studi banding ke tiga negara yang berbeda. Pegawai Sekretariat Jenderal DPR dan


(2)

61

Staf ahli pun ikut mendampingi sehingga anggaran negara membengkak Dari data yang ada, setiap bulan anggota Dewan Perwakilan Rakyat memperoleh penghasilan lebih dari Rp 62 juta. Pendapatan yang terdiri atas gaji pokok dan tunjangan ini belum termasuk uang rapat, uang transpor, uang perjalanan dinas di dalam dan luar negeri, serta fasilitas lain.

Oleh karena itu usulan rumah aspirasi ini tentu saja terdapat motif yang sebenarnya melatar belakangi semua permasalahan tersebut. Motif ekonomilah yang menjadi alasan sebenarnya. Sudah menjadi rahasia umum jika seorang anggota DPR maupun DPRD pasti membutuhkan dana untuk disetorkan ke partai politiknya, belum sumbangan-sumbangan yang diminta oleh para pemilihnya serta keperluan pribadi. Hal inilah yang mendorong banyaknya anggota dewan yang terjerat kasus korupsi baik itu di pusat maupun daerah. Proyek pembangunan rumah aspirasi ini pun terkesan tumpang tindih. Sebab selama ini anggota DPR mendapatkan biaya komunikasi yang dikeluarkan saat reses, kunjungan daerah, dan semacamnya, yang nilainya sekitar Rp 500 juta per anggota dewan. Sikap anggota Dewan yang meminta anggaran tambahan untuk menjaring aspirasi masyarakat patut dicurigai sebagai bagian dari usaha balik modal. Bisa disebut dengan rumus 212. "Dua tahun usaha balik modal, 1 tahun kerja serius, 2 tahun cari modal untuk pemilu.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan interpretasi dari gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi dalam surat kabar Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 diperoleh kesimpulan bahwa gambar karikatur yang menampilkan gambar seekor siput dengan cangkang sebagai objek penelitian. Cangkang atau rumah siput tersebut diibaratkan sama dengan rumah aspirasi yang sekarang diusulkan. Mengingat sudah beberapa kali DPR menuai kritikan pedas tentang kinerja maupun anggaran-anggaran dana yang dicanangkan tidak mempunyai hasil apa-apa serta hanya menghambur-hamburkan uang rakyat. Masyarakat sekarang sudah tidak bodoh lagi seperti dahulu, sekarang masyarakat lebih pandai dalam membaca situasi serta perilaku yang para anggota DPR yang tidak memperdulikan rakyat.

Karikatur tersebut juga bermaksud menyindir atau mengejek para anggota DPR atau DPRD meminta dianggarkan dana untuk hal-hal yang tidak penting tanpa menyadari kinerjanya selama ini. Masyarakat tentu sangat mengerti dan mengetahui bahwa bantahan ataupun sanggahan yang dilakukan para anggota DPR ataupun DPRD hanyalah kedok untuk menutupi keburukannya didepan masyarakat luas, padahal masyarakat sudah hafal betul tentang semua itu. Bagi masyarakat, semua kedok tersebut malah membuat image DPR ataupun DPRD yang selama ini sudah buruk makin bertambah buruk di mata masyarakat luas.


(4)

64

5.2 Saran

Munculnya gambar karikatur tersebut khususnya gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi dalam surat kabar Jawa Pos edisi 5 Agustus 2010 dapat menjadi penggerak hati para wakil rakyat agar dapat bersikap sebagaimana mestinya. Sebagai wakil rakyat seharusnya benar-benar menjadi wakil dari rakyat dalam melakukan pengawasan terhadap pemerintah. Sehingga dengan sendirinya akan membuat citra yang buruk di mata masyarakat kembali baik sedikit demi sedikit. Serta dapat menjaga profesionalitas dalam menjaga amanah rakyat untuk menduduki kursi sebagai wakil dari rakyat dengan baik.


(5)

Bungin, Burhan, 2006, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Edisi Pertama, Cetakan Kesatu, Penerbit Prenada Media Group, Jakarta.

Deliarnov, 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi, Penerbit Erlangga

Djuroto, Totok, 2002, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchana, 2003, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya

Junaedhi, Kurniawan, 1991, Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta, Erlangga.

Kurniawan, 2001, Pengantar Komunikasi Massa, Malang, Cespur

Pramono, Promoedjo, 2008, Kiat Mudah Membuat Karikatur, Penerbit Creativ Media, Jakarta

Rakhmat, Jalaluddin, 2002, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya

Sobur, Alex, 2006, Semiotik Komunikasi, Bandung, Simbiosa Rekatama Media

64   


(6)

65   

NON BUKU:

http://www.nahninu.com/Articles/Blog/263/Warna-dan-Maknanya.html

http://berita.liputan6.com/politik/201008/289380/Kontroversi.Proyek.Rumah.Aspiras i.DPR

http://berita.liputan6.com/politik/201009/297416/Anggota.DPR.Masih.Membolos http://www.desaingrafisindonesia.com/2007/10/15/semiotika-iklan-sosial

http://klikp21.com/politiknews/10669-ppp-rumah-aspirasi-dpr-pemborosan http://www.nahninu.com/Articles/Blog/263/Warna-dan-Maknanya.html http://www.parlemen.net/ind/dpr_sejarah.php

http://puslit.petra.ac.id/journals/design/

http://www.ruangbaca.com/resensi/?action=b3Blbg==&linkto=NzQ=.&when=MjAw NTEwMTg=

http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/07/28/brk,20100728-266888,id.html http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/08/01/brk,20100801-267950,id.htm   


Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos).

0 0 136

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos).

0 0 136

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA KOLOM OPINI JAWA POS (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur Clekit pada Kolom Opini di Jawa Pos Edisi 3 April 2012).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT VERSI KOALISI OPOSISI (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Versi "Koalisi Oposisi" Pada Harian Jawa Pos Edisi 6 Februari 2010).

0 2 82

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI RUMAH ASPIRASI DI JAWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi Edisi 5 Agustus 2010 di Jawa Pos)

0 0 19

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos)

0 2 25

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA KOLOM OPINI JAWA POS (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur Clekit pada Kolom Opini di Jawa Pos Edisi 3 April 2012)

0 0 16

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos)

0 0 25