KESETIMBANGAN UAP-CAIR (VLE) ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH.

(1)

KESETIMBANGAN UAP-CAIR (VLE) ETHANOL-AIR

DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

Disusun oleh :

DENI RAMLAH

0631010075

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Kesetimbangan Uap-Cair (VLE) Ethanol-Air Dari Hasil Fermentasi Rumput Gajah”.

Penelitian ini merupakan salah satu mata kuliah yang harus ditempuh sebagai persyaratan menyelesaikan Program Strata 1 (S-1) di jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Selain itu diharapkan pula penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh segenap civitas akademika khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Dengan tersusunnya laporan ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Ir. Ni Ketut Sari, MT, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan koreksi pada penyusunan penelitian ini. 4. Ibu Ir. Sani, MT dan Ibu Ir. Retno Dewati, MT, selaku Dosen Penguji

yang telah banyak memberikan saran dan kritik pada penyusunan penelitian ini.

5. Ibu Ir. C. Pujiastuti, MT, selaku Kasie Laboratorium Riset Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.

6. Ibu Ir. Suprihatin, MT, selaku Kasie Laboratorium Thermodinamika Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.

7. Kedua orang tua dan adik kami, atas dukungannya baik moral maupun materiil yang selama ini diberikan.

8. Semua rekan mahasiswa Paralel A dan B Angkatan 2006, yang telah membantu serta memberikan motivasi dan dorongan selama melaksanakan penelitian ini.


(3)

Penyusun pun menyadari tentunya laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun akan penyusun terima dengan senang hati.

Akhir kata, penyusun berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pembaca serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.

Surabaya, 08 November 2010


(4)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Tujuan Penelitian ... 3

I.3. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Secara Umum ... 4

II.1.1. Sifat Fisik dan Kimia Ethanol ... 7

II.1.2. Rumput Gajah ... 8

II.1.3. Selulosa ... 9

II.1.4. Sifat Fisik dan Kimia Aquadest ... 10

II.1.5. Pemisahan Ethanol – Air ... 11

II.2. Secara Khusus ... 15

II.2.1. Kesetimbangan Uap - Cair ... 15

II.2.2. Bentuk dan Sumber Data Kesetimbangan Uap – Cair ... 18

II.2.3. Perhitungan Temperatur Bubble ... 20

II.3. Hipotesa ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23


(5)

III.2. Alat – alat yang digunakan ... 23

III.3. Gambar Susunan Alat ... 23

III.4. Kondisi Operasi ... 24

III.5. Prosedur Penelitian ... 24

III.6. Skema Prosedur Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

IV.1. Hasil dan Pembahasan Ethanol Dari Rumput Gajah ... 27

IV.1.1. Tabel Hasil Eksperimen ... 27

IV.1.2. Grafik Perbandingan Antara Eksperimen Dengan Literatur ... 28

IV.2. Hasil dan Pembahasan Ethanol Pro Analisis ... 31

IV.2.1. Tabel Hasil Eksperimen ... 31

IV.2.2. Grafik Perbandingan Antara Eksperimen Dengan Literatur ... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

V.1. Kesimpulan ... 34

V.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA APPENDIX


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Rumus Bangun Selulosa ... 10

Gambar II.2. Kurva Kesetimbangan X,Y,T Ethanol-Air ……… 17

Gambar II.3. Kurva Kesetimbangan Ethanol-Air ………... 17

Gambar II.4. Kurva X-Y-T (dalam P 1 atm) ……….. 19

Gambar II.5. Kurva Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Biner Ethanol – Air ……… 19

Gambar IV.1. Kurva Kesetimbangan T – (X,Y) Ethanol-Air ……….... 28

Gambar IV.2. Kurva Kesetimbangan Ethanol-Air ………. 30

Gambar IV.3. Kurva Kesetimbangan T – X,Y ………... 32


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Kesetimbangan Uap-Cair Etanol-Air ……… 18 Tabel II.2. Parameter Antoine Sistem Antoine ………... 21 Tabel II.3. Data Koefisien Aktifitas ……… 21 Tabel IV.1. Tabel Kesetimbangan Ethanol-Air dari Rumput Gajah …….. 27 Tabel IV.2. Tabel Kesetimbangan Ethanol-Air dari Ethanol P.A. ………. 31


(8)

INTISARI

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh data kesetimbangan uap-cair sistem biner ethanol-air, verifikasi hasil eksperimen dalam kurva kesetimbangan uap-cair sistem biner ethanol-air dan memperoleh data temperatur distilat dan bottom sistem biner ethanol-air. Data yang diperoleh untuk sistem ethanol-air akan ditampilkan dalam bentuk kurva kesetimbangan biner ethanol-air. Estimasi dilakukan untuk ethanol dari hasil fermentasi rumput gajah dan etanol Pro Analisis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat Glass Othmer Still dan hasil eksperimen dianalisa dengan spektrofotometer. Dari hasil penelitian didapatkan daerah azeotrop dan sesuai dengan kurva kesetimbangan dari data literature.


(9)

Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Operasi pemisahan fasa liquid – liquid ada beberapa macam yaitu distilasi, ekstrasi dan absorbsi. Seperti halnya pemisahan komponen – komponen campuran ethanol – air yang dilakukan dengan proses distilasi. Distilasi adalah proses yang digunakan untuk memisahkan campuran fluida berdasarkan titik didih yang diiku-ti oleh kondensasi.

Data yang diperlukan dalam penyelesaian persoalan distilasi adalah data kesetimbangan antara fase liquid dan fase gas. Bentuk dan sumber data ksetimbangan antara fase liquid dan fase gas diantaranya dapat digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan biner ataupun diperoleh dengan cara eksperimen. Dua fasa dikatakan berada dalam kesetimbangan jika temperatur, te-kanan, dan potensial kimia dari masing- masing komponen yang terlibat di kedua fasa bernilai sama.

Salah satu alat yang digunakan untuk memperoleh data kesetimbangan an-tara fase liquida dan fase gas adalah Glass Othmer Still. Adapun hal – hal yang berpengaruh dalam sistem ksetimbangannya yaitu : Tekanan (P), Suhu (T),


(10)

Pendahuluan

Konsentrasi komponen A dalam fase liquid (x) dan Konsentrasi komponen A dalam fase uap (y).

Pada penelitian sistem biner ini ethanol dari hasil fermentasi rumput gajah yang sudah didistilasi dengan kadar ethanol 96% dan ethanol Pro Analisis dengan kadar 99,8% diukur menggunakan alat Glass Othmer Still. Data yang diperoleh akan digunakan untuk membuat kurva kesetimbangan uap – cair sistem biner ethanol – air.

Teknik yang digunakan untuk mengukur kesetimbangan uap-cair pada pe-nelitian ini yaitu teknik spektrofotometer. Hal ini menunjukkan bahwa spektrofo-tometer berguna tidak hanya untuk kepentingan analisa yang lain. Beberapa me-tode lain untuk mengukur kesetimbangan uap-cair telah dijelaskan oleh Maria dan Jurgen dengan menggunakan Headspace Gas Kromatografi (HSGC) yang digu-nakan untuk mengukur kesetimbangan uap-cair secara isothermal dan kemampuan untuk bekerja pada kosentrasi sampel yang rendah. (Zahro, 2000)

Dari penelitian sistem biner yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, dalam penelitian tersebut masih diperlukan kesetimbangan uap-cair sistem biner untuk menghasilkan data yang akurat dan model korelasi yang dapat di aplikasi-kan untuk memperkiraaplikasi-kan kesetimbangan uap-cair sistem multikomponen. (Wi-ryanto & Teddy, 1998)

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Hadi Supardi dengan sistem terner Aseton–n-Butanol-Ethanol (ABE) pada tekanan atmosferik, didapatkan da-ta kesetimbangan uap-cair sistem terner dan dapat mengeda-tahui pengaruh tekanan


(11)

Pendahuluan

terhadap kesetimbangan. Jadi untuk memperoleh data kesetimbangan uap-cair bi-sa menggunakan sistem biner maupun terner. (Hadi, 1999)

I.2. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

• Memperoleh data kesetimbangan uap-cair sistem biner ethanol-air dari alat Glass Othmer Still

• Verifikasi hasil eksperimen dalam kurva kesetimbangan uap-cair sistem biner ethanol-air

• Memperoleh data temperatur distilat dan bottom dari alat Glass Othmer Still

I.3. MANFAAT

1. Memperoleh data kesetimbangan uap cair sistem biner etanol-air yang dapat digunakan untuk perancangan kolom distilasi.

2. Mengetahui profil kesetimbangan campuran biner uap-cair ethanol-air secara eksperimen.

3. Mengetahui profil suhu campuran biner uap-cair ethanol-air secara eksperimen.

4. Bisa membandingkan/verifikasi antara hasil eksperimen dan data lite-rature dari kesetimbangan campuran biner uap-cair ethanol-air.


(12)

Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. SECARA UMUM

Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu kom-ponen. Bila sistem hanya terdiri dari dua zat maka disebut larutan biner, misalnya alkohol dalam air. Menurut sifatnya dikenal larutan ideal dan non ideal. Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul yang sejenis dan ti-dak sama jenisnya. Sedangkan larutan non ideal gaya tarik menariknya antara mo-lekul yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi dari masing-masing pe-nyusun larutan tidak sama karena ”volatilitas” ( mudah menguap ) dari masing-masing penyusunnya berbeda. Uap relatif mengandung lebih banyak zat yang le-bih volatile dari pada cairannya. Hal ini dapat dilihat dari diagram kesetimbangan uap dan cair pada tekanan tetap dan suhu tetap.

Pada percobaan kesetimbangan uap-cair dipelajari diagram komposisi su-hu pada tekanan tetap. Komposisi etanol dan air di fase uap (ya) dan cair (xa) pada berbagai suhu ditentukan dengan pengukuran densitas. Komposisi ini kemudian dipakai untuk membuat diagram Komposisi versus Suhu pada sistem larutan bi-ner. (Arindradita, 2009)


(13)

Tinjauan Pustaka

Proses pemisahan secara distilasi dengan mudah dapat dilakukan terhadap campuran, dimana antara komponen satu dengan komponen yang lain terdapat dalam campuran :

a. Dalam keadaan standar berupa cairan, saling melarutkan menjadi campuran homogen.

b. Mempunyai sifat penguapan relatif (α) cukup besar. c. Tidak membentuk cairan azeotrop

Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dikontakkan dengan cairan pada suhu dan tekanan tertentu, sehingga antara uap dan cairan akan berada dalam kesetimbangan, sebelum campuran terpisahkan menjadi destilat dan residu.

Fase uap mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap dibandingkan fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu pemisahan. Untuk dapat menyelesaikan soal-soal distilasi harus tersedia data-data kesetimbangan uap-cair sistem biner. Data kesetimbangan uap-cair dapat berupa tabel atau diagram.

Tiga macam diagram kesetimbangan yaitu : 1. Diagram titik didih

Diagram titik didih adalah diagram yang menyatakan hubungan antara temperatur atau titik didih dengan komposisi uap dan cairan yang berkeseimbangan. Di dalam diagram titik didih tersebut terdapat dua buah kurva, yaitu kurva cair jenuh dan


(14)

Tinjauan Pustaka

uap jenuh. Kedua kurva ini membagi daerah didalam diagram menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Daerah satu fase yaitu daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair jenuh

b. Daerah satu fase yaitu daerah yang terletak datas kurva uap jenuh

c. Daerah dua fase yaitu daerah uap jenuh dan cair jenuh yang terletak di antara kurva cair jenuh dan kurva uap jenuh

2. Diagram Keseimbangan uap-cair

Diagram keseimbangan uap-cair adalah diagram yang menyatakan hubungan keseimbangan antara komposisi uap dengan komposisi cairan. Diagram keseimbangan uap-cair dengan mudah dapat digambar, jika tersedia titik didihnya.

3. Diagram Entalpi-komposisi

Diagram entalpi-komposisi adalah diagram yang menyatakan hubungan antara entalpi dengan komposisi sesuatu sistim pada tekanan tertentu. Didalam diagram tersebut terdapat dua buah kurva yaitu kurva cair jenuh dan kurva uap jenuh. Se-tiap titik pada kurva cair jenuh dihubungkan dengan gari hubung “tie line” dengan titik tertentu pada kurva uap jenuh, dimana titik-titik tersebut dalam keadaan ke-seimbangan. Dengan adanya kedua kurva tersebut, daerah didalam diagram terba-gi menjadi 3 daerah, yaitu :

a. Daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair jenuh b. Daerah uap yang terletak diatas kurva uap jenuh


(15)

Tinjauan Pustaka

c. Daerah cair dan uap yang terletak diantara kurva cair jenuh dengan kurva uap jenuh

II.1.1. SIFAT FISIK DAN KIMIA ETHANOL

Ethanol atau ethyl alcohol kadang disebut juga ethanol spiritus. Ethanol digunakan dalam beragam industri seperti campuran untuk minuman keras seperti sake atau gin, bahan baku farmasi dan kosmetika, dan campuran bahan bakar ken-daraan, peningkat oktan, dan bensin ethanol (gasohol).

Sifat-sifat fisik ethanol sebagai berikut :

1. Cairan tidak berwarna

2. Berbau khas, menusuk hidung 3. Mudah menguap

4. Titik didih 78,32 oC 5. Larut dalam air dan eter

6. Densitas pada 15 oC adalah 0,7937

7. Spesifik panas pada 20 oC adalah 0,579 cal/groC 8. Panas pembakaran pada keadaaan cair adalah 328 Kcal 9. Viskositas pada 20 oCadalah 1,17 cp


(16)

Tinjauan Pustaka

Sifat-sifat kimia ethanol sebagai berikut :

1. Berat molekul adalah 46,07 gr/mol

2. Terjadi dari reaksi fermentasi monosakarida

3. Bereaksi dengan asam asetat, asam sulfat, asam nitrit, asam ionoda.

( Soebijanto,1986 )

II.1.2. Rumput Gajah

Rumput gajah dikenal dengan nama ilmiah : Pennisetum Purpureum Schumach. Nama daerahnya : Elephant grass, napier grass (Inggris), Herbe d’elephant, fausse canne a sucre (Prancis), Rumput Gajah (Indonesia, Malaysia), Buntot-pusa (Tagalog, Filipina), Handalawi (Bokil), Lagoli (Bagobo), Ya-nepia (Thailand), Co’ duoi voi (Vietnam), Pasto Elefante (Spanyol).Rumput gajah berasal dari Afrika tropika, kemudian menyebar dan diperkenalkan ke daerah-daerah tropika didunia. Dikembangkan terus-menerus dengan berbagai silangan sehingga menghasilkan banyak kultivar, terutama di Amerika, Philipina dan India.

Rumput gajah merupakan keluarga rumput-rumputan (graminae) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara.

Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas/buku. Tumbuh membentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek, helai daun bergaris


(17)

Tinjauan Pustaka

dengan dasar yang lebar, ujungnya runcing. Kandungan nutrien setiap ton bahan kering adalah :N : 10-30 kg ; P : 2-3 kg ; K : 30 kg ; Ca : 3-6 kg ; Mg dan S : 2-3 kg

Kandungan lain dari rumput gajah adalah : Protein kasar : 5,20%

Serat kasar : 40,85% Glukosa : 2,84 %

Air : 43,61%

(http://209.85.175.104/search?q=cache:R1QSmXmLfvQJ:manglayang.blogs ome.com/2005/12/31/hijauan-pakan-ternak-rumput-gajah-pennisetum-purpureum/+kandungan+rumput+gajah&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=id )

II.1.3. SELULOSA

Selulosa adalah polimer β-glukosa dengan ikatan β-1 4 diantara satuan glukosanya. Selulosa berfungsi sebagai bahan struktur dalam jaringan tumbuhan dalam bentuk campuran polimer homolog dan biasanya disertai polosakarida lain dan lignin dalam jumlah yang beragam. Molekul selulosa memanjang dan kaku, meskipun dalam larutan. Gugus hidroksil yang menonjol dari rantai dapat membentuk ikatan hidrogen dengan mudah, mengakibatkan kekristalan dalam batas tertentu. Derajat kekristalan yang tinggi menyebabkan modulus kekenyalan sangat meningkat dan daya regang serat selulosa menjadi lebih besar dan mengakibatkan makanan yang mengangung selulosa lebih liat.(John M Deman,1997)

Selulosa yang merupakan polisakarida terbanyak di bumi dapat diubah menjadi glukosa dengan cara hidrolisis asam.(Groggins,1985)


(18)

Tinjauan Pustaka

Gambar dari selulosa :

Gambar II.1. Rumus Bangun Selulosa

II.1.4. SIFAT FISIK DAN KIMIA AQUADEST

Sifat-sifat fisik aquadest sebagai berikut :

1. Berat Molekul : 18 gr/mol 2. Titik didih : 100 oC 3. Titik beku : 0 oC 4. Titik lebur : 0oC 5. Densitas : 1 gr/ml

6. Viskositas : 0,01002 poise 7. Konstanta ionisasi : 10-4 8. Kapasitas panas : 1 kal/gr

9. Bentuk molekul padatnya adalah heksagonal 10.Tidak berbau dan tidak berasa.


(19)

Tinjauan Pustaka

Sifat-sifat kimia aquadest sebagai berikut :

1. Bersifat polar dan pelarut yang baik untuk berbagai senyawaan polar. 2. Pelarut yang baik bagi senyawa organik.

3. Tidak mengalami oksidasi yang kuat.

4. Oksidasi glukosa menghasilkan karbondioksida, air dan energi. 5. Tidak larut dalam berbagai senyawa non polar, seperti minyak. 6. Merupakan elektrolit lemah., mengionisasi menjadi H3O+ dan OH-.

7. Membentuk ikatan hidrogen antara atom hidrogen pada suatu molekul dengan atom oksigen pada molekul lain.

(Darwis, 2009)

II.1.5. PEMISAHAN ETHANOL - AIR

Macam – macam pemisahan ethanol – air

Distilasi

Distilasi atau penyulingan adalah suatu proses penguapan yang diikuti pengembunan. Distilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya sehingga komponen lain tidak ikut menguap (titk didih lain jauh lebih tinggi). Misalnya adalah pengolahan air tawar dari air laut.

Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama-sama mudah menguap da-pat dilakukan dengan distilasi bertingkat. Distilasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses distilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada


(20)

Tinjauan Pustaka

lom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik menuju plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak dalam kondensat. Contoh distilasi bertingkat adalah pemisahan campuran alkohol-air, titik didih alkohol adalah 78 0C dan titik didih air adalah 100 0C. Contoh lain dari Distilasi bertingkat adalah pemurnian minyak bumi,yaitu memisahkan gas,bensin,minyak tanah, dan sebagainya dari minyak mentah. (Sari,2007)

Macam - macam distilasi :

1. Distilasi Sederhana

Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilannya, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.

2. Distilasi Fraksionisasi

Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair yang terdiri dari dua atau lebih larutan, berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan


(21)

Tinjauan Pustaka

perbedaan titik didih kurang dari 20 °C, dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah

Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih volatile dari plat-plat di bawahnya, karena semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya. 3. Distilasi Uap

Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang mendasar dari distilasi uap adalah dapat memisahkan campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air pada semua temperatur. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan. 4. Distilasi Vakum

Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, atau dapat terdekomposisi sebelum mendekati titik didihnya


(22)

Tinjauan Pustaka

atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi.

http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi.

Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kela-rutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.

Absorbsi

Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.


(23)

Tinjauan Pustaka

II.2. SECARA KHUSUS

II.2.1. KESETIMBANGAN UAP CAIR

Kesetimbangan uap-cair atau VLE adalah suatu kondisi dimana cairan dan uap berada dalam kesetimbangan yang sama atau suatu kondisi di mana tingkat penguapan (cairan berubah menjadi uap) sama dengan tingkat kondensasi (uap berubah menjadi cairan) pada tingkat molekuler, sehingga tidak ada interkonversi uap-cair secara keseluruhan.

Keberhasilan suatu operasi penyulingan tergantung pada keadaan setim-bang yang terjadi antar fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran. Dalam hal ini akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari komponen A (yang lebih mudah menguap) dan komponen B (yang kurang mudah menguap). Komponen yang le-bih mudah menguap akan memiliki nilai fraksi mol yang lele-bih besar pada fasa uap dan sebaliknya. Kemurnian suatu komponen yang mudah menguap akan lebih baik pada fasa uap, fasa uap ini kemudian diambil untuk mendapatkan campuran dengan kadar kemurnian yang lebih baik.

Pada sumbu horizontal, menunjukkan fraksi dari komponen A. Diujung sebelah kiri ditandai dengan angka nol,artinya fraksi komponen A, Xa dan Ya = 0, atau pada titik tersebut merupakan komponen B murni. Disisi lain, pada ujung se-belah kanan,ditandai dengan angka 1, merupakan komponen A murni. Garis ver-tikal menunjukkan suhu, baik suhu A, B maupun campuran A dan B. Pada grafik tersebut terlihat bahwa titik didih (boiling point) dari komponen A murni lebih


(24)

Tinjauan Pustaka

rendah dibanding komponen B,TA < TB. Hal ini menunjukkan bahwa,komponen A lebih mudah menguap dibanding komponen B.

Kurva bagian atas pada grafik tersebut, menunjukkan kurva untuk titik embun (dew point), sedangkan kurva dibagian bawah, merupakan kurva titik ge-lembung (bubble point). Ruang diatas kurva titik embun, bahan berada pada fase uap,sedangkan ruang dibawah kurva titik gelembung,bahan berada pada fase cair. Diantara kedua kurva tersebut, bahan berada pada fase campuran. (Suparni, 2009)


(25)

Tinjauan Pustaka

Gambar II.2. Kurva kesetimbangan X,Y,T Ethanol-air


(26)

Tinjauan Pustaka

II.2.2. BENTUK DAN SUMBER DATA KESETIMBANGAN UAP – CAIR

Tabel II.1. Kesetimbangan Uap-Cair Etanol-Air

Fraksi Mol Ethanol, dalam Temperatur (oC)

Liquid Vapor

0,019 0,1700 95,5

0,0721 0,3891 89

0,0966 0,4375 86,7

0,1238 0,4704 85,3

0,1661 0,5089 84,1

0,2337 0,5445 82,7

0,2608 0,5580 82,3

0,3273 0,5826 81,5

0,3965 0,6122 80,7

0,5079 0,6564 79,8

0,5198 0,6599 79,7

0,5732 0,6841 79,3

0,6763 0,7385 78,74

0,7472 0,7815 78,41

0,8943 0,8943 78,15


(27)

Tinjauan Pustaka

Gambar II.4. Kurva X-Y-T (dalam P 1 atm)

Gambar II.5. Kurva Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Biner Ethanol – Air 30 40 50 60 70 80 90 100

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

bubble point dew point

T

0C

X, Y (fraksi m ol)

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

fr a k s i u a p ,Y fraksi cair,X


(28)

Tinjauan Pustaka

II.2.3. PERHITUNGAN TEMPERATUR BUBBLE

Untuk tekanan rendah mendekati satu atmosfir (gas ideal) maka koefisien

fugasi-tas komponen i, , sehingga harga Faktor Poynting,

mendekati satu, pengambilan asumsi bahwa

= 1

menimbulkan kesalahan yang kecil untuk kesetimbangan uap cair tekanan rendah, sehingga diperoleh persa-maan untuk menghitung komposisi uap( yi )

:

(Smithdkk., 1996)

……….(1)

Harga T sebagai harga awal akan digunakan untuk mengetahui tekanan uap jenuh suatu zat yang akan diestimasi dengan persamaan Antoine.

………. (2)

Prosedur iterasi untuk mencari temperature bubble yaitu mencari harga tempera-ture jenuh dari komponen murni pada P

……….. (3)

Dimana A, B, C adalah konstanta Antoine untuk spesies i, untuk semua estimasi awal.


(29)

Tinjauan Pustaka

Tabel II.2. Parameter Antoine Sistem Antoine

Komponen Parameter Antoine

A B C

Etanol 16.68 3,674.490 266.45

Air 16.26200 3,799.890 226.35

Sumber : Smithdkk, 1996

Tabel II.3. Data Koefisien Aktifitas

Koefisien Aktifitas (γ) Ethanol Koefisien Aktifitas (γ) Air

1.0363 2.0435

1.0416 2.0127

1.0473 1.9802

1.0538 1.9464

1.0556 1.9378

1.0574 1.9292

1.0593 1.9204

1.0612 1.9116


(30)

Tinjauan Pustaka

II.3. HIPOTESIS

1. Diperoleh data kesetimbangan sistem biner uap – cair ethanol – air di disti-lat dan di bottom menggunakan adisti-lat Glass Othmer Still.

2. Diperoleh suhu sistem biner uap – cair ethanol – air di distilat dan di bot-tom menggunakan alat Glass Othmer Still.

3. Verifikasi hasil eksperimen dan data literatur kesetimbangan sistem biner uap – cair ethanol – air.

4. Membandingkan data hasil eksperimen dari bahan baku ethanol P. A dan ethanol teknis dengan data literatur.


(31)

Metode Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Bahan – bahan yang digunakan

- Ethanol dari hasil fermentasi rumput gajah 96% - Ethanol Pro Analisis (P.A) 99,8%

- Aquadest

III.2. Alat-alat yang digunakan

- Glass Othmer Still - Gelas ukur

III.3. Gambar susunan alat

Keterangan Gambar :

1. Boiling Still

2. Kondensor

3. Kondensat Chamber 4. Cock

5. Thermometer


(32)

Metode Penelitian

III.4. Kondisi operasi

Kondisi yang ditetapkan :

• Volume : 350 ml

• Tekanan : 1 Atm Kondisi berubah :

1. Komposisi ethanol pro analisis 99,8% (fraksi mol) : 0,85 ; 0,9 ; 0,95 ; 0,98 ; 0,998

2. Komposisi ethanol dari hasil fermentasi 96% (fraksi mol) : 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; 0,96

III.5. Prosedur Penelitian

1. Siapkan larutan ethanol (1) – air (2) sebanyak 350ml, ethanol teknis 96% dan ethanol Pa 99,8%, komposisi ethanol (fraksi mol) : 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; 0,96 dan 0,85 ; 0,9 ; 0,95 ; 0,98 ; 0,998.

2. Tutup cock 4a, 4b dan 4c dan masukkan larutan melalui bagian atas still sampai boilling still terisi kurang lebih ¾ bagian.

3. Alirkan kran air sehingga air mengalir melalui kondensor dan perhatikan agar seluruh kondensor terisi air dan yakinkan bahwa air mengalir melalui kondensor.


(33)

Metode Penelitian

4. Panaskan boilling still dengan memutar slide regulator untuk 6a pada posisi 20 – 30 V (jangan ≥ 40 V).

5. Amati perubahan temperatur melalui thermometer. Jika uap sudah mulai terbentuk pada boilling still, nyalakan pemanas 6b dengan memutar slide regulator dan atur suhu T2 sekitar 5 – 10 oC lebih tinggi dari T1 dilihat pada 5b.

6. Cock 4b dibuka untuk recycle, amati terus suhu T1, T2 dan cairan pada kondensat chamber dan yakinkan bahwa recycle dari kondensat chamber ke boilling still terjadi.

7. Setelah suhu T1 konstan lebih dari 30 menit, catat suhu tersebut sebagai suhu kesetimbangan dan ambil sampel bottom melalui 4a dan sampel disti-lat melalui 4c.

8. Hasil bottom dan distilat di analisa menggunakan alat spektrofotometer. 9. Ulangi eksperimen dari prosedur (1) dengan menyiapkan larutan ethanol


(34)

Metode Penelitian

III.6. Skema Prosedur Penelitian

Gambar III.2. Skema prosedur penelitian Boiling Still

Ethanol 350 ml Komposisi ethanol (fraksi mol) 0,2

Dipanaskan memakai heater 6a dengan voltase 20-30 V Alirkan air

Heater 6b dinyalakan (5 - 100C lebih tinggi dari T1) Uap terbentuk

Terjadi recycle dari kondensat chamber ke boiling still

Setelah suhu T1 konstan atau waktu ± 30 menit, catat suhu T1

Ambil sampel fasa cair melalui 4a dan fasa uap melalui 4c


(35)

Hasil dan Pembahasan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil dan pembahasan ethanol dari Rumput Gajah

IV.1.1. Tabel Hasil Eksperimen

Tabel hasil analisa eksperimen ethanol rumput gajah di distilat dengan variasi komposisi awal ethanol.

Tabel IV.1. Tabel Kesetimbangan Ethanol-Air dari Rumput Gajah

Temperature (oC)

Fraksi mol ethanol dalam,

Larutan awal, XF Vapor, XD Liquid, XB

91 0,2 0,52286 0,4714

85 0,4 0,6705 0,3295

84 0,6 0,8201 0,1799

83 0,8 0,8463 0,1537


(36)

Hasil dan Pembahasan

IV.1.2. Grafik perbandingan antara eksperimen dengan literatur a. Grafik T – (X,Y) Ethanol – Air

Gambar IV.1. Kurva Kesetimbangan T – (X,Y) Ethanol-Air

Gambar IV.1. kurva kesetimbangan T – (X,Y) untuk sistem biner ethanol(1)-air(2) dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel IV.1. Dari tabel IV.1 menunjukkan bahwa bubble point pada titik 0,2 didapatkan suhu 910C, titik 0,4 didapatkan suhu 850C, titik 0,6 didapatkan suhu 840C, titik 0,8 didapatkan suhu 79,10C. Sedangkan dari data literature pada titik 0,2 didapatkan suhu 82,40C, pada titik 0,4 didapatkan suhu 80,80C, pada titik 0,6 didapatkan suhu 78,50C dan pada titik 0,8 didapatkan suhu 78,20C maka terlihat perbedaan suhu antara hasil penelitian dan data literature di bubble point yang dikarenakan alat yang digunakan kurang maksimal sehingga suhu yang diperoleh lebih tinggi dari data literature.

30 40 50 60 70 80 90 100

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

T

0C

X, Y (fraksi mol)

bubble point (lit erat ur) dew point (lit erat ur) bubble point (eksperimen) dew point (eksperimen)


(37)

Hasil dan Pembahasan

Untuk dew point pada titik 0,2 didapatkan suhu 930C, titik 0,4 didapatkan suhu 950C, titik 0,6 didapatkan suhu 890C, titik 0,8 didapatkan suhu 79,10C. Sedangkan dari data literature pada titik 0,2 didapatkan suhu 93,40C, pada titik 0,4 didapatkan suhu 87,10C, pada titik 0,6 didapatkan suhu 80,10C dan pada titik 0,8 didapatkan suhu 78,20C maka terlihat perbedaan suhu antara hasil penelitian dan data literature di dew point yang dikarenakan alat yang digunakan kurang maksimal sehingga suhu yang diperoleh lebih tinggi dari data literature.

Dari gambar diatas, pada kurva hasil penelitian terlihat jarak yang menyempit antara titik 0,1 sampai titik 0,2 hal ini berbeda dengan kurva dari data literature yang dikarenakan variabel yang digunakan pada awal penelitian dimulai dari 0,2 sedangkan data dari literature dimulai dari 0,01. Sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya variabel yang digunakan disesuaikan dengan variable awal dari data literature.

Untuk daerah azeotrop pada kurva hasil penelitian sesuai dengan kurva dari data literature.


(38)

Hasil dan Pembahasan

b. Grafik X,Y Ethanol – Air

Gambar IV.2. Kurva Kesetimbangan Ethanol-Air

Gambar IV.2. kurva kesetimbangan X,Y ethanol – air untuk sistem biner ethanol (1) – air (2) dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel IV.1. Dari gambar di atas, terjadi perbedaan antara titik 0,1 dan titik 0,2 yang disebabkan karena kondisi untuk awal penelitian dimulai dari titik 0,2 dimana hasil penelitian pada titik 0,2 sesuai dengan literature. Untuk titik 0,4 dan 0,6 terlihat perbedaan dengan data dari literatur, hal ini dikarenakan pada saat penelitian kurang teliti dalam melihat hasilnya. Untuk daerah azeotrop dari hasil penelitian sesuai dengan data dari literature. 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

fr a k s i u a p , Y

fraksi cair, X

lit erat ur eksperimen


(39)

Hasil dan Pembahasan

IV.2. Hasil dan Pembahasan Ethanol Pro Analisis

IV.2.1. Tabel Hasil Eksperimen

Tabel hasil analisa eksperimen ethanol Pro Analisis di distilat dengan variasi komposisi awal ethanol.

Tabel IV.2. Tabel Kesetimbangan Ethanol-Air dari Ethanol P.A.

Temperature (oC)

Fraksi mol ethanol dalam,

Larutan awal, XF Vapor, XD Liquid, XB

84 0,85 0,0659 0,9341

83 0,9 0,0641 0,9359

83 0,95 0,0658 0,9342

83 0,98 0,0636 0,9364


(40)

Hasil dan Pembahasan

IV.2.2. Grafik perbandingan antara eksperimen dengan literatur a. Grafik T – (X,Y) Ethanol – Air

Gambar IV.3. Kurva Kesetimbangan T – X,Y

Pada gambar IV.3. kurva kesetimbangan T – (X,Y) untuk system biner ethanol(1) – air(2) dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel IV.2 dan data yang digunakan di mulai dari daerah azeotrop yaitu titik 0,85. Dari hasil penelitian untuk bubble point pada titik 0,85 didapatkan suhu 840C, pada titik 0,9 didapatkan suhu 830C dan pada titik 0,95 dan 0,98 didapatkan suhu 830C. Sedangkan dari data literature pada titik 0,85 didapatkan suhu 78,20C dan merupakan daerah azeotrop. Perbedaan suhu antara kurva hasil penelitian dan dari data literature dikarenakan alat yang digunakan kurang maksimal.

60 65 70 75 80 85 90

0,8 0,85 0,9 0,95 1

T

0C

X, Y (fraksi mol)

bubble point (lit erat ur) dew point (lit erat ur) bubble point (eksperimen) dew point (eksperimen)


(41)

Hasil dan Pembahasan

b. Grafik X,Y Ethanol – Air

Gambar IV.4. Kurva Kesetimbangan X,Y Ethanol-Air

Gambar IV.4. kurva kesetimbangan X,Y ethanol – air untuk sistem biner ethanol (1) – air (2) dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel IV.2, dan data yang digunakan di mulai dari daerah azeotrop yaitu titik 0,85. Dari gambar diatas, terdapat penyimpangan negatif pada titik 0,93 – 0,98 hal ini disebabkan karena alat yang digunakan masih belum maksimal. Untuk daerah azeotrop dari hasil penelitian didapatkan pada titik 0,9 dan sesuai dengan data dari literatur.

0,8 0,85 0,9 0,95 1

0,8 0,85 0,9 0,95 1

fr

a

k

s

i

u

a

p

,

Y

fraksi cair, X

lit erat ur eksperimen


(42)

Kesimpulan dan Saran

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

1. Penentuan data untuk penelitian sangat berpengaruh terhadap kurva hasil penelitian.

2. Pada kurva kesetimbangan dari hasil penelitian didapatkan daerah azeotrop dan sesuai dengan kurva kesetimbangan dari data literature.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kurva kesetimbangan dari hasil penelitian adalah data peubah yang digunakan, bahan yang digunakan, kondisi alat yang digunakan dan ketelitian dalam melakukan penelitian.

V.2. Saran

Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan dengan mencoba untuk menggunakan variasi bahan baku dan kondisi peubah yang lain untuk memperoleh data kesetimbangan uap-cair sistem biner. Selain itu untuk menggunakan alat Glass Othmer Still harus lebih berhati-hati.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Arindradita.2009. “Kesetimbangan Fase”, Makalah Penelitian. http://levenspiel.wordpress.com/2009/05/25/kesetimbangan-fase/

Hadi Supardi. 1999. “Estimasi Dan Eksperimen Kurva Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Terner Aseton – N-Butanol-Ethanol”. Jurnal Penelitian Teknik Kimia.

J.M.Smith, H.C.van Ness, M.M.Abbott. 1996. “Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics”, fifth edition, McGraw-Hill Book Company, Singapore.

Lamiya Mu'nisatus Zahro. 2000. “Keseimbangan Uap-Cair Secara Isothermal Untuk Campuran-Campuran Biner Yang Terlibat Dalam Distilasi Alcohol”, Jurnal Penelitian Teknik Kimia.

http://74.125.153.132/search?q=cache:Bq_RqTOSSioJ:lamiyamz.blogspot.co m/2009/03/diagram-keseimbanganfase

pada.html+jurnal+kesetimbangan+uap+cair+pada+sistem+biner&cd=7&hl=i d&ct=clnk&gl=id

Mhd. Darwis M. 2009. “Keseimbangan Uap Cair”, Laporan Praktikum Kimia Fisika. http://spirit-awis.blogspot.com/

Ni Ketut Sari. 2007. “Pemisahan Sistem Biner Etanol-Air Dan Sistem Terner ABE Dengan Distilasi Batch Sederhana”. Jurnal INDUSTRI Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Vol. 6 / Fakultas Teknik Industri ITS Surabaya.


(44)

Perry, J.H., and C.H.Chilton. 1996 “Chemical Engineers Handbook”, 6th edition. New York : McGraw-Hill.

Suparni. S. R. 2009. “Dasar Kesetimbangan Uap-Cair”, Jurnal Penelitian Teknik Kimia.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/dasar-kesetimbangan-uap-cair/

Soebijanto, T. 1986. “HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya”, Gramedia : Jakarta

Wiryanto, Tedddy S.W. 1999. “Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Biner Etanol(1) – Air (2), Aseton (1) – Air (2), Air (1) – n-Butanol (2) dan Kesetimbangan Cair-cair Air(1) – n-Butanol(2)”, Jurnal Penelitian Teknik Kimia.


(1)

Hasil dan Pembahasan

IV.2. Hasil dan Pembahasan Ethanol Pro Analisis

IV.2.1. Tabel Hasil Eksperimen

Tabel hasil analisa eksperimen ethanol Pro Analisis di distilat dengan variasi komposisi awal ethanol.

Tabel IV.2. Tabel Kesetimbangan Ethanol-Air dari Ethanol P.A.

Temperature (oC)

Fraksi mol ethanol dalam,

Larutan awal, XF Vapor, XD Liquid, XB

84 0,85 0,0659 0,9341

83 0,9 0,0641 0,9359

83 0,95 0,0658 0,9342

83 0,98 0,0636 0,9364


(2)

Hasil dan Pembahasan

TEKNIK KIMIA UPN “VETERAN” JAW A TIMUR 32

IV.2.2. Grafik perbandingan antara eksperimen dengan literatur

a. Grafik T – (X,Y) Ethanol – Air

Gambar IV.3. Kurva Kesetimbangan T – X,Y

Pada gambar IV.3. kurva kesetimbangan T – (X,Y) untuk system biner ethanol(1) – air(2) dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel IV.2 dan data yang digunakan di mulai dari daerah azeotrop yaitu titik 0,85. Dari hasil penelitian untuk bubble point pada titik 0,85 didapatkan suhu 840C, pada titik 0,9 didapatkan suhu 830C dan pada titik 0,95 dan 0,98 didapatkan suhu 830C. Sedangkan dari data literature pada titik 0,85 didapatkan suhu 78,20C dan merupakan daerah azeotrop. Perbedaan suhu antara kurva hasil penelitian dan dari data literature dikarenakan alat yang digunakan kurang maksimal.

60 65 70 75 80 85 90

0,8 0,85 0,9 0,95 1

T

0C

X, Y (fraksi mol)

bubble point (lit erat ur) dew point (lit erat ur) bubble point (eksperimen) dew point (eksperimen)


(3)

Hasil dan Pembahasan

b. Grafik X,Y Ethanol – Air

Gambar IV.4. Kurva Kesetimbangan X,Y Ethanol-Air

Gambar IV.4. kurva kesetimbangan X,Y ethanol – air untuk sistem biner ethanol (1) – air (2) dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel IV.2, dan data yang digunakan di mulai dari daerah azeotrop yaitu titik 0,85. Dari gambar diatas, terdapat penyimpangan negatif pada titik 0,93 – 0,98 hal ini disebabkan karena alat yang digunakan masih belum maksimal. Untuk daerah azeotrop dari hasil penelitian didapatkan pada titik 0,9 dan sesuai dengan data dari literatur.

0,8 0,85 0,9 0,95 1

0,8 0,85 0,9 0,95 1

fr

a

k

s

i

u

a

p

,

Y

fraksi cair, X

lit erat ur eksperimen


(4)

Kesimpulan dan Saran

TEKNIK KIMIA UPN “VETERAN” JAW A TIMUR 34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

1. Penentuan data untuk penelitian sangat berpengaruh terhadap kurva hasil penelitian.

2. Pada kurva kesetimbangan dari hasil penelitian didapatkan daerah azeotrop dan sesuai dengan kurva kesetimbangan dari data literature.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kurva kesetimbangan dari hasil penelitian adalah data peubah yang digunakan, bahan yang digunakan, kondisi alat yang digunakan dan ketelitian dalam melakukan penelitian.

V.2. Saran

Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan dengan mencoba untuk menggunakan variasi bahan baku dan kondisi peubah yang lain untuk memperoleh data kesetimbangan uap-cair sistem biner. Selain itu untuk menggunakan alat Glass Othmer Still harus lebih berhati-hati.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arindradita.2009. “Kesetimbangan Fase”, Makalah Penelitian.

http://levenspiel.wordpress.com/2009/05/25/kesetimbangan-fase/

Hadi Supardi. 1999. “Estimasi Dan Eksperimen Kurva Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Terner Aseton – N-Butanol-Ethanol”. Jurnal Penelitian Teknik Kimia.

J.M.Smith, H.C.van Ness, M.M.Abbott. 1996. “Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics”, fifth edition, McGraw-Hill Book Company, Singapore.

Lamiya Mu'nisatus Zahro. 2000. “Keseimbangan Uap-Cair Secara Isothermal Untuk Campuran-Campuran Biner Yang Terlibat Dalam Distilasi Alcohol”, Jurnal Penelitian Teknik Kimia.

http://74.125.153.132/search?q=cache:Bq_RqTOSSioJ:lamiyamz.blogspot.co m/2009/03/diagram-keseimbanganfase

pada.html+jurnal+kesetimbangan+uap+cair+pada+sistem+biner&cd=7&hl=i d&ct=clnk&gl=id

Mhd. Darwis M. 2009. “Keseimbangan Uap Cair”, Laporan Praktikum Kimia Fisika. http://spirit-awis.blogspot.com/

Ni Ketut Sari. 2007. “Pemisahan Sistem Biner Etanol-Air Dan Sistem Terner ABE Dengan Distilasi Batch Sederhana”. Jurnal INDUSTRI Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Vol. 6 / Fakultas Teknik Industri ITS Surabaya.


(6)

Perry, J.H., and C.H.Chilton. 1996 “Chemical Engineers Handbook”, 6th edition. New York : McGraw-Hill.

Suparni. S. R. 2009. “Dasar Kesetimbangan Uap-Cair”, Jurnal Penelitian Teknik Kimia.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/dasar-kesetimbangan-uap-cair/

Soebijanto, T. 1986. “HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya”, Gramedia : Jakarta

Wiryanto, Tedddy S.W. 1999. “Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Biner Etanol(1) – Air (2), Aseton (1) – Air (2), Air (1) – n-Butanol (2) dan Kesetimbangan Cair-cair Air(1) – n-Butanol(2)”, Jurnal Penelitian Teknik Kimia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Destilasi. 2010